PENYAKIT UVEITIS
Uveitis
TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, warga dibalai dusun Sumberejo Krajan
diharapkan mampu memahami tentang penanganan dan pencegahan uveitis.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1x30 menit diharapkan di balai
dusun Sumberejo Krajan dapat mengetahui tentang penanganan dan pencegahan
uveitis
METODE
Leaflet
LCD Proyektor
ISI MATERI
EVALUASI
PENGORGANISASIAN
1) Penanggung Jawab :
2) Ketua :
3) Sekretaris :
4) Moderator :
5) Penyaji : Nurmawati
6) Observer :
7) Dokumentasi :
REFERENSI
Al-Fawaz, Abdullah.. Levinson. Ralph. D.. (2010). Uveitis, Anterior, Granulomatose. Diakses
tanggal 3 Maret 2010, dari www.emedicine.medscape.com
Brunner and suddrath. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : ECG.
Farooqui, Saadia. Zohra.. Foster, C. Stephen.. Sheppard.. (2008). Uveitis, Classification. Diakses
tanggal 3 Maret 2010, dari www.emedicine.medscape.com
Gordon, Kilbourn. (2009). Iritis and Uveitis. Diakses tanggal 3 Maret 2010, dari
www.emedicine.medscape.com
Ilyas, Sidarta. (2005). Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:
Jakarta.
Janigian, Robert. H. (2010). Uveitis, Evaluation and Treatment. Diakses tanggal 3 Maret 2010,
dari .www.emedicine.medscape.com
Janigian, Robert. H.. Filippopoulos, Theodoros.. Welcome, Brian. A.. (2008). Uveitis,
Intermediate. Diakses tangga l3 Maret2010
Janigian, Robert. H.. Filippopoulos, Theodoros.. Welcome, Brian. A.. (2008). Uveitis,
Intermediate. Diakses tangga l3 Maret2010
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Satu. Jakarta : Media
Aesculapius
MATERI PENYULUHAN
1. DEFENISI
Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris, korpus siliaris, dan koroid) dengan berbagai
penyebabnya.Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami inflamasi
biasanya juga ikut mengalami inflamasi.
2. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya uveitis anterior dibagi menjadi beberapa golongan antara lain:
autoimun, infeksi, keganasan, dan lain-lain. Penyebab autoimun terdiri dari: artritis Rhematoid
juvenile, spondilitis ankilosa, sindrom Reiter, kolitis ulseratif, uveitis terinduksi-lensa,
sarkoidosis, penyakit crohn, psoriasis. Penyebab infeksi terdiri dari: sipilis, tuberkulosis, lepra,
herpes zooster, hepes simpleks, onkoserkiasis, adenovirus. Untuk penyebab keganasan terdiri
dari: sindrom masquerada, retinoblastoma, leukemia, limfoma, melanoma maligna. Sedangkan
yang lainnya berasal dari: iridopati, uveitis traumatika, ablatio retina, gout, dan krisis
glaukomatosiklitik (Voughan, 2000).
Selain itu menurut Rosenbaum (2007) etiologi dari uveitis anterior digolongkan menurut
agen penyebab infeksi, seperti dalam tabel berikut:
Masih menurut Rosenbaum (2007) beberapa penyakit sistemik dapat berhubungan
dengan uveitis, penyakit-penyakit tersebut diantaranya adalah:
Spondyloarthritides
Crohn's disease
Sarcoidosis
Behcet's disease
Hypersensitivity reactions
Tubulointerstitial nephritis
Juvenile rheumatoid arthritis
Kawasaki disease, multiple sclerosis, and relapsing polychondritis
Multiple sclerosis
Relapsing polychondritis
Sjögren's syndrome
Systemic lupus erythematosus
Systemic vasculitis
Granulomatous angiitis of the central nervous
Vogt-Koyanagi-Harada syndrome
AIDS
Blau syndrome
Uveitis anterior juga dapat disebabkan oleh infeksi fokal seperti: gigi, telinga, hidung,
tenggorokan, traktus urogenitalis, traktus digestivus, kulit, dan lain-lain. Trauma perforata dan
oftalmia simpatika juga dapat menyebabkan uveitis anterior (Wijana, 1993)
3. MANIFESTASI KLINIS
Gejala penyakit pada traktus uvealis tergantung tempat terjadinya penyakit itu. Misalnya,
karena terdapat serabut-serabut nyeri di iris, pasien dengan iritis akan mengeluh sakit dan
fotofobia. Peradangan iris itu sendiri tidak mengaburkan penglihatan kecuali bila prosesnya berat
atau cukup lanjut hingga mengeruhkan humor aqueous, kornea, dan lensa. Penyakit koroid
sendiri tidak menimbulkan sakit atau penglihatan kabur. Karena dekatnya koroid dengan retina,
penyakit koroid hampir selalu melibatkan retina, penglihatan sentral akan terganggu. Vitreus
juga dapat menjadi keruh sebagai akibat infiltrasi sel dari bagian koroid dan retina yang
merdang. Namun gangguan penglihatan proposional dengan densitas kekeruhan vitreus dan
bersifat reversible bila peradangan mereda. Adapun, secara umum pasien yang sedang
mengalami peradangan uvea akan mengeluhkan gejala-gejala umum sebagai berikut:
mata merah
mata nyeri
fotopobia
pandangan mata menurun dan kabur
Pasien dengan uveitis anterior menunjukkan banyak gejala. Gejala-gejala ini bervariasi
dari gejala ringan (pandangan kabur dengan kondisi mata normal) hingga gejala berat seperti
fotofobia, dan hilang penglihatan yang berhubungan dengan infeksi yang muncul dan
hipopion. Faktor diluar gejala mata kadang membantu dalam menegakkan diagnosis uveitis
anterior. Onset, durasi dan keparahan gejala seperti unilateral atau bilateral harus diketahui.
Sedangkan pada pasien uveitis posterior gejala yang muncul meliputi penurunan pandangan
pada mata yang terkena karena akibat terjadinya eksudasi cairan kaya protein, fibrin dan sel-
sel ke dalam rongga vitreus.
Menurut Mansjoer ( 1999 ; 58 ) manifestasi klinik dari uveitis anterior adalah :
Fotophobia
Mata merah
Penurunan penglihatan
Sukar melihat dekat
Lakrimasi, pada keadaan akut
Bila kronik mata merah menjadi putih
Menurut Timby, Scherer dan Smith ( 1999 ) manifestasi klinik uveitis antara lain :
Pandangan kabur
Fotophobia
Tidak sensitif terhadap cahaya
Nyeri mata
Mata merah
Reaksi pupil terhadap cahaya berkurang
Menurut Ilyas, Tanzil, Salamun dan Al-Azhar ( 1981 ) manifestasi klinik dibagi menjadi
2, yaitu :
a. Gejala subyektif
Penglihatan menurun dan silau
b. Gejala obyektif
Epifora
Blefaro spasme
Infeksi konjungtiva dan siliar
Edema kornea
Presipitasi kornea berbentuk mutton fal
Efek Tyndall yang positif
Miosis
Sinetia posterior
Cyclitis membrane
Karoditis dapat terjadi sekunder terhadap uveitis, sedangkan perivaskulitis retina dan
papilitis dapat terjadi sebagai akibat reaksi antigen antibodi di daerah tersebut. Pada uveitis
fakotoksik biasanya hanya terdapat efek Tyndall yang positif dengan sel dalam bentuk mata
depan.
4. KOMPLIKASI
Menurut Mansjoer ( 1999 : 58 ) komplikasi dari uveitis yaitu sinekia posterior dan sinekia
anterior dapat mengakibatkan glaukoma sekunder. Dapat pula terjadi uveitis simpatis. Menurut
Timby, dkk ( 1999 ) komplikasi dari uveitis yaitu glaukoma, katarak, dan retina detachmend
yang tidak dideteksi.
5. PENCEGAHAN
Tindakan pencegahan uveitis memang sulit dilakukan pada orang yang sehat karena
sebagian besar uveitis belum diketahui penyebabnya. Namun, deteksi dan pengobatan sejak dini
dapat mengurangi resiko hilangnya penglihatan yang bersifat permanen. Menurut penelitian,
mengkonsumsi dosis vitamin E yang cukup dapat membantu meningkatkan penglihatan untuk
orang dengan uveitis. Mengkonsumsi vitamin E dengan vitamin C dengan diminum dapat
memperbaiki penglihatan, namun tidak mengurangi pembengkakan pada orang dengan uveitis.
Memperhatikan asupan makanan dengan memperbanyak mengkonsumsi sayur serta buah-
buahan juga dapat menghindari terjadinya uveitis.
6. PENANGANAN
Untuk penanganan uveitis anterior biasanya diobati dengan obat tetes mata yang
mengandung steroid. Sedangkan untuk uveitis posterior, intermediet dan panuveitis diobati
dengan obat minum (oral), suntikan di sekitar mata. Dokter juga dapat memeberikan obat-obatan
untuk menekan sistem kekebalan tubuh apabila sistem kekebalan tubuh menyebabkan terjadinya
peradangan mata/memperburuk.
1) Obat-obatan
Obat untuk mengurangi peradangan. Salah satu bentuk obat antiperadangan yang
biasa diberikan adalah kortikosteroid. Obat ini bekerja dengan menghambat
sistem kekebalan tubuh untuk melepaskan bahan kimia yang mungkin
menyebabkan peradangan. Kortikosteroid tersedia dalam beragam bentuk, yaitu
obat tetes mata, suntikan dan tablet atau kapsul
Obat untuk melawan bakteri atau virus. Jika uveitis disebabakan oleh infeksi,
maka dokter akan memeberikan obat antibiotik atau antivirus untuk
mengendalikan infeksi
Obat yang mempengaruhi sistem imun atau menghancurkan sel. Jika uveitis
terjadi pada kedua mata, maka mungkin pasien membutuhkan obat sitotoksik
2) Operasi
Prosedur operasi mungkin dilakukan jika gejala yang muncul sudah cukup parah
atau metode obat tidak efektif. Contohnya adalah :
Vitrektomi, yaitu operasi bedah mata untuk mengambil cairan vitreus pada mata
Operasi penanaman sebuah alat pada mata. Bagi penderita uveitis posterior yang
sulit diobati, sebuah alat akan ditanamkan dimata untuk menyalurkan obat
kortikosteroid secara perlahan ke dalam mata. Pengobatan ini umumnya
berlangsung selama 2-3 tahun.
LAPORAN PELAKSANA
Waktu :
Tempat :
Sasaran dan target :