Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN PENYAKIT UVEITIS

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENYAKIT UVEITIS

Pokok Bahasan : Uveitis

Sub Pokok Bahasan : Penanganan dan Pencegahan Uveitis

Sasaran : Pasien dan Keluarga

Target : Peningkatan pengetahuan tentang penanganan dan pencegahan

Uveitis

Hari/Tanggal : Jumat/ 27 April 2017

Waktu : 10:00-10:30 WIB

Tempat : Poliklinik Mata RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

TUJUAN

1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, warga dibalai dusun Sumberejo Krajan
diharapkan mampu memahami tentang penanganan dan pencegahan uveitis.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1x30 menit diharapkan di balai
dusun Sumberejo Krajan dapat mengetahui tentang penanganan dan pencegahan
uveitis

METODE

Ceramah dan tanya jawab


MEDIA

 Leaflet
 LCD Proyektor

ISI MATERI

Cara penanganan dan pencegahan uveitis

No Kegiatan Respon Klien Waktu


.
1. Pendahuluan : 5 Menit
a. Salam pembuka  Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri  Mendengarkan
c. Menjelaskan maksud  Memberikan respon
dan tujuan
2. Penjelasan materi : 10 Menit
Menjelaskan mengenai isi  Mendengarkan
materi yaitu penanganan dan  Memperhatikan
pencegahan uveitis
3. Penutup : 15 Menit
a. Tanya jawab  Menanyakan hal-hal
b. Feed back yang belum jelas
c. Menyimpulkan hasil seputar penanganan
penyuluhan dan pencegahan
d. Memberikan salam  Menanyakan kembali
mengenai isi materi
yang telah
disampaikan oleh
penyaji
 Aktif bersama dalam
menyimpulkan isi
materi penyuluhan
 Membalas salam
SETTING TEMPAT

Peserta duduk berjajar dengan rapi

EVALUASI

1) Kegiatan : Jadwal, tempat, alat bantu dan media, pengorganisasian, proses


penyuluhan
2) Hasil penyuluhan : Memberikan pertanyaan pada warga tentang:
a) Bagaimana cara penanganan uveitis
b) Apa sajakah pencegahan uveitis

PENGORGANISASIAN

1) Penanggung Jawab :
2) Ketua :
3) Sekretaris :
4) Moderator :
5) Penyaji : Nurmawati
6) Observer :
7) Dokumentasi :

REFERENSI

Al-Fawaz, Abdullah.. Levinson. Ralph. D.. (2010). Uveitis, Anterior, Granulomatose. Diakses
tanggal 3 Maret 2010, dari www.emedicine.medscape.com

Al-Fawaz, Abdullah.. Levinson. Ralph. D.. (2010). Uveitis, Anterior, Non-Granulomatose.


Diakses tanggal 3 Maret 2010, dari www.emedicine.medscape.com

Brunner and suddrath. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : ECG.

Farooqui, Saadia. Zohra.. Foster, C. Stephen.. Sheppard.. (2008). Uveitis, Classification. Diakses
tanggal 3 Maret 2010, dari www.emedicine.medscape.com
Gordon, Kilbourn. (2009). Iritis and Uveitis. Diakses tanggal 3 Maret 2010, dari
www.emedicine.medscape.com

Ilyas, Sidarta. (2005). Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:
Jakarta.

Janigian, Robert. H. (2010). Uveitis, Evaluation and Treatment. Diakses tanggal 3 Maret 2010,
dari .www.emedicine.medscape.com
Janigian, Robert. H.. Filippopoulos, Theodoros.. Welcome, Brian. A.. (2008). Uveitis,
Intermediate. Diakses tangga l3 Maret2010

Janigian, Robert. H.. Filippopoulos, Theodoros.. Welcome, Brian. A.. (2008). Uveitis,
Intermediate. Diakses tangga l3 Maret2010

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Satu. Jakarta : Media
Aesculapius

Sjamsoe, S. 1993. Penatalaksanaan Uveitis. Jakarta : Majalah Cermin Dunia Kedokteran


Smeltzer, Suzanne C.(2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I, Jakarta :
EGC
Vaughan, Daniel. G. 2000. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta : Widya Medika
Wijana, N. 1993. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Abadi Tegal

MATERI PENYULUHAN

1. DEFENISI

Uveitis adalah inflamasi saluran uvea (Karen Holland, 2009)


Uveitis adalah inflamasi kombinasi yang dapat mengenai iris (iritis), korpus siliare
(siklitis) atau koroid (koroiditis) (Harrison, 1999)
Uveitis adalah inflamasi salah satu struktur traktus uvea. Karena uvea mengandung
banyak pembuluh darah yang member nutrisi mata dan karena membatasi bagian mata yang lain,
maka inflamasi lapisan ini dapat mengancam penglihatan. (Brunner Suddarth, 2001 : 2003)
Uveitis adalah inflamasi salah satu struktur traktus uvea. ( Smeltzer, 2001 ).
Uveitis adalah inflamasi yang luas di uvea yang terdiri dari iris, badan siliaris, dan
koroid. ( Timby, Scherer, dan Smith, 1999 ).
Uveitis anterior adalah peradangan pada jaringan uvea anterior, terdiri dari iritis atau
iridosiklitis, terjadi mendadak, biasanya berjalan 6 – 8 minggu. ( Mansjoer, 1999 ).
Uveitis adalah inflamasi di saluran uvea yang mengenai iris, badan siliaris dan koroid.
( Smeltzer dan Bare, 2000 ).
Uveitis faksogen adalah peradangan steri iris dan badan siliaris akibat massa lensa
memasuki bilik mata depan kapsul lensa yang pecah ( seperti karena trauma ) atau bocor ( seperti
pada katarak hipermatur ). ( Ilyas, Tanzil dan Azhar, 1981 ).
Jadi dapat disimpulkan uveitis adalah inflamasi saluran uvea yang dapat mengenai iris
(iritis), korpus siliare (siklitis) atau koroid (koroiditis).

Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris, korpus siliaris, dan koroid) dengan berbagai
penyebabnya.Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami inflamasi
biasanya juga ikut mengalami inflamasi.

2. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya uveitis anterior dibagi menjadi beberapa golongan antara lain:
autoimun, infeksi, keganasan, dan lain-lain. Penyebab autoimun terdiri dari: artritis Rhematoid
juvenile, spondilitis ankilosa, sindrom Reiter, kolitis ulseratif, uveitis terinduksi-lensa,
sarkoidosis, penyakit crohn, psoriasis. Penyebab infeksi terdiri dari: sipilis, tuberkulosis, lepra,
herpes zooster, hepes simpleks, onkoserkiasis, adenovirus. Untuk penyebab keganasan terdiri
dari: sindrom masquerada, retinoblastoma, leukemia, limfoma, melanoma maligna. Sedangkan
yang lainnya berasal dari: iridopati, uveitis traumatika, ablatio retina, gout, dan krisis
glaukomatosiklitik (Voughan, 2000).
Selain itu menurut Rosenbaum (2007) etiologi dari uveitis anterior digolongkan menurut
agen penyebab infeksi, seperti dalam tabel berikut:
Masih menurut Rosenbaum (2007) beberapa penyakit sistemik dapat berhubungan
dengan uveitis, penyakit-penyakit tersebut diantaranya adalah:

 Spondyloarthritides
 Crohn's disease
 Sarcoidosis
 Behcet's disease
 Hypersensitivity reactions
 Tubulointerstitial nephritis
 Juvenile rheumatoid arthritis
 Kawasaki disease, multiple sclerosis, and relapsing polychondritis
 Multiple sclerosis
 Relapsing polychondritis
 Sjögren's syndrome
 Systemic lupus erythematosus
 Systemic vasculitis
 Granulomatous angiitis of the central nervous
 Vogt-Koyanagi-Harada syndrome
 AIDS
 Blau syndrome

Uveitis anterior juga dapat disebabkan oleh infeksi fokal seperti: gigi, telinga, hidung,
tenggorokan, traktus urogenitalis, traktus digestivus, kulit, dan lain-lain. Trauma perforata dan
oftalmia simpatika juga dapat menyebabkan uveitis anterior (Wijana, 1993)

3. MANIFESTASI KLINIS
Gejala penyakit pada traktus uvealis tergantung tempat terjadinya penyakit itu. Misalnya,
karena terdapat serabut-serabut nyeri di iris, pasien dengan iritis akan mengeluh sakit dan
fotofobia. Peradangan iris itu sendiri tidak mengaburkan penglihatan kecuali bila prosesnya berat
atau cukup lanjut hingga mengeruhkan humor aqueous, kornea, dan lensa. Penyakit koroid
sendiri tidak menimbulkan sakit atau penglihatan kabur. Karena dekatnya koroid dengan retina,
penyakit koroid hampir selalu melibatkan retina, penglihatan sentral akan terganggu. Vitreus
juga dapat menjadi keruh sebagai akibat infiltrasi sel dari bagian koroid dan retina yang
merdang. Namun gangguan penglihatan proposional dengan densitas kekeruhan vitreus dan
bersifat reversible bila peradangan mereda. Adapun, secara umum pasien yang sedang
mengalami peradangan uvea akan mengeluhkan gejala-gejala umum sebagai berikut:
 mata merah
 mata nyeri
 fotopobia
 pandangan mata menurun dan kabur
Pasien dengan uveitis anterior menunjukkan banyak gejala. Gejala-gejala ini bervariasi
dari gejala ringan (pandangan kabur dengan kondisi mata normal) hingga gejala berat seperti
fotofobia, dan hilang penglihatan yang berhubungan dengan infeksi yang muncul dan
hipopion. Faktor diluar gejala mata kadang membantu dalam menegakkan diagnosis uveitis
anterior. Onset, durasi dan keparahan gejala seperti unilateral atau bilateral harus diketahui.
Sedangkan pada pasien uveitis posterior gejala yang muncul meliputi penurunan pandangan
pada mata yang terkena karena akibat terjadinya eksudasi cairan kaya protein, fibrin dan sel-
sel ke dalam rongga vitreus.
Menurut Mansjoer ( 1999 ; 58 ) manifestasi klinik dari uveitis anterior adalah :
         Fotophobia
         Mata merah
         Penurunan penglihatan
         Sukar melihat dekat
         Lakrimasi, pada keadaan akut
         Bila kronik mata merah menjadi putih
Menurut Timby, Scherer dan Smith ( 1999 ) manifestasi klinik uveitis antara lain :
        Pandangan kabur
        Fotophobia
        Tidak sensitif terhadap cahaya
        Nyeri mata
        Mata merah
        Reaksi pupil terhadap cahaya berkurang
Menurut Ilyas, Tanzil, Salamun dan Al-Azhar ( 1981 ) manifestasi klinik dibagi menjadi
2, yaitu :
a.     Gejala subyektif
Penglihatan menurun dan silau
b.     Gejala obyektif
         Epifora
         Blefaro spasme
         Infeksi konjungtiva dan siliar
         Edema kornea
         Presipitasi kornea berbentuk mutton fal
         Efek Tyndall yang positif
         Miosis
         Sinetia posterior
         Cyclitis membrane
Karoditis dapat terjadi sekunder terhadap uveitis, sedangkan perivaskulitis retina dan
papilitis dapat terjadi sebagai akibat reaksi antigen antibodi di daerah tersebut. Pada uveitis
fakotoksik biasanya hanya terdapat efek Tyndall yang positif dengan sel dalam bentuk mata
depan.

4. KOMPLIKASI
Menurut Mansjoer ( 1999 : 58 ) komplikasi dari uveitis yaitu sinekia posterior dan sinekia
anterior dapat mengakibatkan glaukoma sekunder. Dapat pula terjadi uveitis simpatis. Menurut
Timby, dkk ( 1999 ) komplikasi dari uveitis yaitu glaukoma, katarak, dan retina detachmend
yang tidak dideteksi.

5. PENCEGAHAN
Tindakan pencegahan uveitis memang sulit dilakukan pada orang yang sehat karena
sebagian besar uveitis belum diketahui penyebabnya. Namun, deteksi dan pengobatan sejak dini
dapat mengurangi resiko hilangnya penglihatan yang bersifat permanen. Menurut penelitian,
mengkonsumsi dosis vitamin E yang cukup dapat membantu meningkatkan penglihatan untuk
orang dengan uveitis. Mengkonsumsi vitamin E dengan vitamin C dengan diminum dapat
memperbaiki penglihatan, namun tidak mengurangi pembengkakan pada orang dengan uveitis.
Memperhatikan asupan makanan dengan memperbanyak mengkonsumsi sayur serta buah-
buahan juga dapat menghindari terjadinya uveitis.
6. PENANGANAN
Untuk penanganan uveitis anterior biasanya diobati dengan obat tetes mata yang
mengandung steroid. Sedangkan untuk uveitis posterior, intermediet dan panuveitis diobati
dengan obat minum (oral), suntikan di sekitar mata. Dokter juga dapat memeberikan obat-obatan
untuk menekan sistem kekebalan tubuh apabila sistem kekebalan tubuh menyebabkan terjadinya
peradangan mata/memperburuk.
1) Obat-obatan
 Obat untuk mengurangi peradangan. Salah satu bentuk obat antiperadangan yang
biasa diberikan adalah kortikosteroid. Obat ini bekerja dengan menghambat
sistem kekebalan tubuh untuk melepaskan bahan kimia yang mungkin
menyebabkan peradangan. Kortikosteroid tersedia dalam beragam bentuk, yaitu
obat tetes mata, suntikan dan tablet atau kapsul
 Obat untuk melawan bakteri atau virus. Jika uveitis disebabakan oleh infeksi,
maka dokter akan memeberikan obat antibiotik atau antivirus untuk
mengendalikan infeksi
 Obat yang mempengaruhi sistem imun atau menghancurkan sel. Jika uveitis
terjadi pada kedua mata, maka mungkin pasien membutuhkan obat sitotoksik
2) Operasi
Prosedur operasi mungkin dilakukan jika gejala yang muncul sudah cukup parah
atau metode obat tidak efektif. Contohnya adalah :
 Vitrektomi, yaitu operasi bedah mata untuk mengambil cairan vitreus pada mata
 Operasi penanaman sebuah alat pada mata. Bagi penderita uveitis posterior yang
sulit diobati, sebuah alat akan ditanamkan dimata untuk menyalurkan obat
kortikosteroid secara perlahan ke dalam mata. Pengobatan ini umumnya
berlangsung selama 2-3 tahun.

LAPORAN PELAKSANA
Waktu :
Tempat :
Sasaran dan target :

Anda mungkin juga menyukai