Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENDIDIKAN KESEHATAN OSTEOATRITIS


DUSUN KALIASIN II DESA KALISARI, NATAR, LAMPUNG SELATAN
17 NOVEMBER 2019

DISUSUN OLEH

BRAM WIJAYA

KOMANG WIRAWAN

RAHMAT TRAMANSYAH

REVIKA ANAZTI SECSANO

ROVIDA HARTIKA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

PRODI PROFESI NERS

TAHUN 2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Pokok Bahasan : OSTEOATRITIS

Waktu : + 45 menit

Tempat :

Sasaran : Seluruh warga dewasa / lansia di Dusun Kaliasin II Desa Kalisari, Natar,

I. Latar Belakang
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit degeneratif pada sendi yang biasa terjadi pada
bagian tangan, pinggang dan lutut. OA yang terus dibiarkan dapat menyebabkan rasa sakit,
kekakuan, pembengkakan, dan dapat menyebabkan kecacatan (Centers for Disease Control
and Prevention (CDC), 2017). Karakteristik yang biasa muncul pada OA berupa kerusakan
pada kartilago (tulang rawan sendi), kartilago sendiri merupakan suatu jaringan keras yang
memiliki sifat licin yang menutupi bagian akhir tulang keras di dalam persendian. Fungsi
jaringan kartilago sebagai penghalus gerakan antar - tulang dan sebagai peredam (shock
absorber) ketika persendian beraktivitas maupun bergerak. (Helmi, 2012). Ditandai dengan
degenerasi kartilago sendi dan pembentukan tulang baru (osteofit) pada bagian pinggir sendi,
dapat menyebabkan gangguan OA berkembang secara lambat, tidak simetris dan non
inflamasi, keadaan tersebut dapat mengakibatkan pecahnya biokimia articular (hyaline)
tulang rawan pada sendi sinovial lutut yang mengakibatkan kartilago sendi mengalami
kerusakan. (Marlina, 2015). Belum ada penyebab yang pasti dari penyakit osteoarthritis,
namun berdasarkan sejumlah penelitian faktor risiko utama pada penderita OA adalah
usia,jenis kelamin perempuan, obesitas, aktivitas fisik, faktor genetik, ras, trauma sendi, dan
chondrocalcinosis. Selain itu ada beberapa hal yang dapat memperparah OA, seperti kurang
bergerak, penyakit diabetes dan kelompok perempuan usia pre - menopause. (Alyling et al,
2017). Aktivitas yang berat, sering berjongkok, berlutut, dan berjalan jauh dengan membawa
beban berat dapat meningkatkan kejadian osteoarthritis (Tanoto, 2018).
Berdasarkan survey World Health Organization (WHO) pada tahun 2011, penderita
osteoarthritis di dunia mencapai angka 151 juta dan 24 juta jiwa pada kawasan Asia
Tenggara. Sedangkan National Centers for Health Statistics, memperkirakan terdapat 15,8
juta (12%) orang dewasa antara rentang usia 25-74 tahun memiliki keluhan osteoarthritis
(Kauret al, 2018)

Prevalensi OA di dunia termasuk dalam kategori tinggi berkisar antara 2.3% hingga 11.3%,
selain itu OA merupakan penyakit muskuloskeletal yang sering terjadi yaitu pada urutan ke
12 di antara seluruh penyakit yang ada. Hal tersebut dapat diketahui bahwa prevalensi OA
pada lansia usia > 60 tahun diestimasikan sebesar 10 -15% dengan angka kejadian 18.0%
pada perempuan dan 9.6% pada laki - laki, dari angka tersebut dapat dilihat bahwa prevalensi
OA pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki - laki (Ireneu et al, 2017). Bagi
masyarakat barat, OA merupakan masalah yang semakin umum dan sering terjadi.
Diperkirakan 8,5 juta orang di Inggris menderita penyakit Osteoarthritis sehingga
menyebabkan rasa sakit bahkan kecacatan (Kingsbury et al, 2013).

Prevalensi OA berdasarkan usia di Indonesia cukup tinggi yaitu 5% pada usia 40 tahun, 30%
pada usia 40 - 60 tahun, dan 65% pada usia tua (lansia) lebih dari 61 tahun (Ireneu et al,
2017). Berdasarkan data dari RISKESDAS 2018, prevalensi penyakit sendi di Indonesia
tercatat sekitar 7,3% dan osteoarthritis (OA) atau radang sendi merupakan penyakit sendi
yang umum terjadi. Meski sering dikaitkan dengan pertambahan usia, atau dikenal sebagai
penyakit degeneratif, penyakit sendi telah terjadi pada masyarakat di rentang usia 15 – 24
tahun (angka prevalensi sekitar 1,3%), angka prevalensi terus meningkat pada rentang usia
24 – 35 tahun (3,1%) dan rentang usia 35 – 44 tahun (6,3%).

Prevalensi Lampung memiliki angka prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis dokter
atau tenaga kesehatan pada umur ≥ 15 tahun yaitu 11,5% (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan., 2013). Dari data yang didapat pada tanggal 04 November 2019
jumlah penderita osteoarthritis di Puskesmas Natar dalam delapan bulan terakhir terhitung
dari bulan Januari sampai dengan bulan September 2019 cukup tinggi yaitu sebesar 342
orang untuk jenis kelamin laki-laki, dan sebesar 356 orang untuk jenis kelamin perempuan.
Data tersebut merujuk pada data 10 besar penyakit terbanyak di Puskesmas Natar dimana
pada bulan Januari dan September penyakit dengan Osteoathritis berada pada urutan ke-4
dari 10 besar penyakit terbanyak dengan jumlah 165 pasien pada bulan Januari dan 137
pasien pada bulan September.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Petugas Puskesmas Natar pada tanggal 04 November
2019 didapatkan bahwa osteoarthritis masuk pada program PTM dan belum dilaksanakan
secara mobile. Serta penjaringan data osteoatritis masih didapatkan dari kunjungan ke
puskesmas. Berdasarkan fenomena diatas, kelompok tertarik untuk melakukan pendidikan
kesehatan Osteoarthritis.

II. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah mendapatkan penyuluhan selama ±45 menit diharapakn pengetahuan dewasa/lansia
tentang osteoatritis meningkat.

III. Tujuan Instruksional Khusus (TUK)


Setelah diberikan penyuluhan selama ±45 menit, diharapkan para dewasa/ lansia dapat
menyebutkan 5 dari 7 Materi berikut ini :

1. Definisi Osteoarthritis
2. Klasifikasi Osteoarthritis
3. Penyebab Osteoarthritis
4. Gambaran Klinis Osteoarthritis
5. Penatalaksanaan Osteoarthritis
6. Diet untuk Pengobatan Osteoarthritis

IV. Pengorganisasian
1) Moderator : Rahmat Tramansyah
Tugas : Memimpin jalannya acara
2) Presentator : Komang Wirawan
Tugas : Menyampaikan materi
3) Narasumber : Revika Anazti Secsano
Tugas : Menjawab pertanyaan dari audiens
4) Observer : Bram Wijaya
Tugas : Mengobservasi/ memantau jalannya acara
5) Fasilitator : Rovida Hartika
Tugas : Memfasilitasi jalannya acara

V. Materi Penyuluhan
1. Definisi Osteoarthritis
2. Klasifikasi Osteoarthritis
3. Penyebab Osteoarthritis
4. Gambaran Klinis Osteoarthritis
5. Penatalaksanaan Osteoarthritis
6. Diet untuk Pengobatan Osteoarthritis

VI. Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan
No Tahapan Waktu
Penyuluh Audiens
1 Pembukaan 5 menit Pembawa acara membuka Memperhatikan dan membalas
acara dan mengucapkan salam salam
Pembawa acara Mendengarkan dan memperhatikan
memperkenalkan diri dan
seluruh anggota
Menjelaskan tujuan acara Mendengarkan dan memperhatikan
penyuluhan
Menjelaskan kontrak waktu Mendengarkan dan memperhatikan
Menyampaikan tata tertib Mendengarkan dan memahami
acara

2 Tahap 5 menit Menggali pengetahuan Salah satu audiens merespon dan


Apersepsi audiens tentang osteoatritis memberi jawaban
Memberi reinforcement Mendengarkan dan memperhatikan
positif
3 Tahap 20 menit Memberikan informasi Mendengarkan, memperhatikan dan
Informasi tentang topik yang akan memahami
disampaikan. Menjelaskan :
1. Definisi Osteoarthritis
2. Klasifikasi Osteoarthritis
3. Penyebab Osteoarthritis
4. Gambaran Klinis
Osteoarthritis
5. Penatalaksanaan
Osteoarthritis
6. Diet untuk Pengobatan
Osteoarthritis

Memberikan kesempatan Salah satu audiens memberi


audiens untuk bertanya pertanyaan

4. Penutup 10 menit Pembawa acara mengajukan Menjawab dan bisa mengulang


beberapa pertanyaan secara kembali apa yang
lisan untuk mengetahui dijelaskanpenyuluh tentang
pemahaman audiens tentang imunisasi
materi yang telah diberikan
Pembawa acara Mendengarkan, memperhatikan dan
menyimpulkan materi memahami
Pembawa acara mengarahkan Mendengarkan, memperhatikan dan
tindak lanjut memahami
Mengucapkan salam penutup Membalas dengan salam
VII. Media
1. Power Point
2. Leaflet

VIII. Metode Penyuluhan


1. Ceramah
2. Diskusi
3. Demonstrasi

IX. Evaluasi
1. Apa pengertian dari osteoatritis?
2. Sebutkan minimal 3 dari penyebab osteoatritis?
3. Sebutkan minimal 3 tanda dan gejala dari osteoatritis?
4. Sebutkan 3 diit osteoatritis?
MATERI PENYULUHAN
OSTEOARTRITIS

A. Definisi
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun
terdapat inflamasi ) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali
menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087)
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki
urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui
pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor
umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon,
1997).

Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis merupakan
kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi
penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang
rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang
yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme,
fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan
jaringan tulang yang membentuk persendian.( R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999)

B. Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :
a. Tipe primer ( idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan
dengan osteoartritis
b. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur (Long, C Barbara, 1996
hal 336)
C. Penyebab
Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:
1. Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan
penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang
berwarna kuning.
2. Pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua
mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus
dikandungnya.
3. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan, sebaliknya
nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi
tidak aktif dan dapat menambah kegemukan.
4. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan
kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
5. Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan pada
pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu
dari orang tuanya yang terkena.
6. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan
dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran sinovial dan sel-sel
radang.
7. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan membal
dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga mempercepat proses
degenerasi.
8. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang berlebihan
pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen,
tendo, sinovia, dan kulit.
9. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat mengendapkan
hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat
dalam rawan sendi.

D. Gambaran Klinis
1. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang
melakukan sesuatu kegiatan fisik.
2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai
kegiatan fisik.
3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan
menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan
menimbulkan rasa nyeri.
4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan
berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit
yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada
sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat
dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada
waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam
ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya kemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi

E. Penatalaksanaan
1. Tindakan preventif
a. Penurunan berat badan
b. Pencegahan cedera
c. Screening sendi paha
d. Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja
e. Menghindari setiap faktor resiko osteoartritis, seperti mencegah obesitas / kegemukan
f. Berdiri, berjalan, mengangkat barang harus pada posisi yang benar
g. Berhati-hati agar terhindar dari berbagai kecelakaan yang dapat mengakibatkan sendi
rusak
h. Berolah raga harus dengan cara yang benar, sesuai petunjuk
i. Olah raga yang tepat (termasuk peregangan dan penguatan) sebetulnya dapat
membantu mempertahankan kesehatan tulang rawan, meningkatkan daya gerak sendi,
dan kekuatan otot-otot di sekitarnya, sehingga otot dapat menyerap benturan dengan
lebih baik.
j. Dianjurkan pula untuk menggunakan kursi dengan sandaran keras, kasur yang tidak
terlalu lembek, dan tempat tidur yang dialas dengan papan.
k. Menjaga nutrisi agar selalu baik dan seimbang, agar pertumbuhan sendi dan tulang
rawan sempurna dan normal
l. Menjaga berat badan agar ideal

F. Diet untuk Pengobatan Osteoarthritis


Bagian yang paling memprihatinkan dari osteoarthritis adalah akar penyebabnya, yang
dikontribusikan oleh metabolik, faktor, keturunan dan perkembangan mekanik. Singkatnya,
siapa pun dapat terkena penyakit yang melumpuhkan sendi ini. Tujuan utama untuk
pengobatan osteoarthritis adalah mengontrol gejala nyeri dan meningkatkan kelancaran
fungsi sendi yang terkena. Dan untuk mencapai ini, diet osteoarthritis dasar dan latihan rutin
adalah suatu keharusan yang harus diikuti oleh setiap pasien untuk manajemen yang efektif
dari penyakit ini. Juga, menjaga berat badan dengan diet sehat adalah penting untuk
mengurangi tekanan yang diterapkan atas sendi lutut.
a. Makanan Yang Diperbolehkan untuk Osteoarthritis
 Sayuran segar dan buah-buahan harus merupakan sebagian besar makanan untuk
penderita arthritis. Produk-produk makanan yang berasal dari tumbuhan yang
mengandung antioksidan, yang efektif untuk melawan efek peradangan dari radikal
bebas.
 Diet karotenoid adalah bahan aktif lain yang memperlambat degradasi bawah sendi
pada pasien arthritis. Hal ini hadir dalam jumlah tinggi dalam sayuran berdaun hijau,
wortel, tomat dan jeruk.
 Dalam sebuah studi klinis, ditemukan bahwa makan makanan kaya vitamin E
(antioksidan alami) menurunkan nyeri persendian lutut dari osteoartritis. Beberapa
bahan makanan yang diperbolehkan untuk penderita osteoartritis adalah makanan
kaya dengan vitamin E, diantaranya biji bunga matahari, sereal, almond, hazelnut,
kacang tanah, tomat, bayam, dll.
 Vitamin C memainkan peran utama dalam pengembangan sendi tulang rawan. Perlu
dipertimbangkan, produk kaya vitamin C (misalnya buah jeruk, kubis, brokoli, dll)
harus dimasukkan dalam diet.
 Menyertakan kenari dan biji rami dalam rencana diet rutin. Biji dan kacang ini sarat
dengan omega-3 asam lemak dan lemak sehat. Singkatnya, mereka adalah makanan
yang sangat baik untuk diet anti-inflamasi.
 Sertakan banyak makanan kaya serat dalam diet. Mereka membantu dalam
pemeliharaan kesehatan dari sistem pencernaan dan juga, melawan efek samping obat
rematik (khususnya konstipasi).
 Mengkonsumsi ikan berminyak, seperti mackerel, salmon dan sarden secara teratur
untuk mendapatkan omega-3 asam lemak esensial. Lemak sehat ini dikenal untuk
mengurangi kondisi peradangan secara signifikan.
 Sementara memasak atau menyajikan makanan, tambahkan bumbu yang memiliki
sifat obat, seperti bawang putih, jahe dan kunyit termasuk versi kering atau bubuk.
 Terakhir namun tidak sedikit, minum banyak air dan cairan yang sehat untuk menjaga
tubuh terhidrasi dan menyiram racun dari sistem. Manfaat lain dari mengkonsumsi
cairan adalah menjaga kesehatan pencernaan yang baik.

b. Makanan yang Harus Dihindari Penderita Osteoarthritis

 Produk umum yang dikenal untuk memicu serangan osteoarthritis adalah terong,
kentang dan paprika. Secara ketat hindari dalam rencana makanan Anda.
 Sementara beberapa pasien mengalami nyeri memburuk dengan tomat, orang lain
tidak memiliki efek yang sama. Jadi, memasukkan tomat dalam daftar produk
makanan yang dihindari, itu terserah pengalaman pribadi seseorang.
 Mengurangi asupan bahan makanan yang mengandung lemak, seperti minyak
terhidrogenasi parsial dan asam lemak tak jenuh ganda. Mereka tidak hanya
menggemukkan, tetapi juga memperburuk gejala nyeri secara tidak langsung.
 Banyak pasien telah melaporkan nyeri memburuk setelah minum jus jeruk. Oleh
karena itu, tidak memasukkannya dalam diet mungkin efektif untuk mengelola gejala
nyeri.
 Batasi asupan makanan kemasan atau makanan berbahan pengawet.
 Sejauh mungkin, menjauhi dari makanan olahan dan halus. Mereka miskin dalam
kandungan gizi, banyak nilai gizi hilang selama tahap pengolahan.
 Jika makanan tertentu diduga memicu gejala nyeri sendi osteoartritis, mengikuti diet
eliminasi selama 1 minggu atau lebih, dan melihat apakah rasa sakit reda atau tidak
setelah menahan diri dari jenis makanan tertentu. Dengan demikian, rencana diet
untuk pengobatan osteoarthritis dapat dilanjutkan.
 Bahan makanan lainnya yang harus dihindari oleh pasien osteoarthritis adalah
minuman berkafein, minuman beralkohol, produk susu, makanan manis, makanan
gorengan, makanan yang kaya fosfor, makanan yang mengandung gluten dan yang
memiliki asam oksalat.

DAFTAR PUSTAKA
Angela Sarah S,dkk.2013.Pengaruh Berat Badan Terhadap Gaya Gesek Dan Timbulnya
Osteoarthritis Pada Orang Diatas 45 Tahun. Jurnal e-Biomedik,Vol 1, No 1, Maret
2013

Depkes, RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Maskuloskeletal, Jakarta, Pusdiknakes

Rachmah L,Peran Latihan Fisik Dalam Manajemen Terpadu Osteoartritis. FIK UNY.
Yogyakarta, diakses pada 25 desember 2013, filetype:pdf

Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Andry
Hartono, dkk., Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai