A. Latar Belakang
Ulkus peptikum adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan dari mukosa lambung yang
diikuti oleh proses inflamasi. Salah satu penyebab dari ulkus peptikum adalah infeksi
Helicobacter pylori, tetapi bisa juga disebabkan karena penggunaan obat–obat golongan NSAID
(Non Steroidal Anti Inflamatory Drug). Penyebab tersering adalah karena penggunaan NSAID
dalam pengobatan osteoartritis dan reumatoid artritis. Salah satu contoh NSAID adalah
indometasin. Indometasin menghambat Cox-I dan Cox-II, tetapi dianggap lebih efektif
menghambat Cox-I
. Penghambatan Cox-I menyebabkan kerusakan mukosa lambung yang disertai pelepasan
mediator-mediator kimia (mediator inflamasi), salah satunya adalah prostaglandin. Manifestasi
awal dari ulkus peptikum adalah perdarahan lambung, dimana kriteria ini penting jika ciri khas
ulkus pada penyakit ini tidak didapatkan. Dari uraian diatas dipertanyakan apakah temulawak
dapat mengurangi timbulnya ulkus peptikum pada lambung tikus akibat induksi indometasin.
Prevalensi ulkus peptikum di Indonesia sebesar 6-15% terutama pada usia 20-50 tahun dengan
usia puncak 50-60 tahun. Menurut data WHO kematian akibat penyakit ulkus peptikum di
Indonesia mencapai 1.081 atau 0,08% dari total kematian (Tarigan P, 2016) dan (WHO, 2014).
Meskipun penyakit ini masih tergolong rendah di angka kematian, namun perlu diwaspadai juga
agar tidak memburuk. Sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penyakit ulkus peptikum ini,
maka dilakukan beberapa cara salah satunya yaitu dimulai dari sosialisasi atau konseling kepada
masyarakat agar mereka mengetahui dan melakukan perubahan pola hidup sehat.
D. Metode
Metode yang digunakan yaitu metode ceramah dan tanya jawab.
E. Media
Buku Foto Makanan dan Leaflet
F. Sasaran
Pasien dan keluarga pasien
G. Materi
1. Pengertian penyakit ulkus peptikum
2. Penyebab atau etiologi ulkus peptikum
3. Gejala dari penyakit ulkus peptikum
4. Pencegahan dari penyakit ulkus peptikum
5. Penatalaksanaan diet pada penderita penyakit ulkus peptikum
6. Makanan yang dianjurkan dan dihindari
H. Kegiatan Konseling
No. Waktu Kegiatan Konselor Kegiatan Peserta
(sasaran)
1. 5 menit Pembukaan
Salam pembuka dan Mendengarkan dan
perkenalan menjawab salam
Menjelaskan maksud dan Mendengarkan
tujuan penyuluhan Mendengarkan dan
Apersepsi menjawab
2. 20 menit Pelaksanaan
Menjelaskan tentang Mendengar dan
penyakit ulkus peptikum menyimak dengan
(definisi, penyebab, gejala penuh perhatian
dan cara menangani Memberikan
penyakit paru) pertanyaan dan
Menjelaskan tentang memperoleh jawaban
pencegahan penyakit ulkus Menjawab pertanyaan
peptikum
Menjelaskan
penatalaksanaan diet untuk
penderita ulkus peptikum
Tanya jawab
Melakukan evaluasi dengan
bertanya kepada pasien dan
keluarga pasien
3. 5 menit Penutupan
Memberikan kesimpulan Mendengar dan
Meminta komitmen menyimak
Memberi motivasi Memberikan komitmen
Menutup konseling dengan Menjawab salam
salam
I. Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
Ahli gizi, pasien, dan keluarga pasien berada pada posisi yang sudah direncanakan
Media dan alat memadai
Waktu pelaksanaan tepat waktu
Lingkungan tenang dan mendukung
2) Evaluasi Proses
Kegiatan konseling dilaksanakan tepat waktu sesuai yang direncanakan
Ahli gizi menyampaikan materi menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan
dimengerti pasien dan keluarga pasien
Keluarga pasien mendengarkan dengan penuh perhatian
Keluarga pasien berperan aktif dalam konseling
Tujuan khusus dapat dicapai
3) Evaluasi Hasil
Setelah mengikuti konseling gizi, keluarga pasien mampu :
Menyebutkan informasi tentang penyakit ulkus peptikum (definisi, penyebab,
gejala dan cara menangani penyakit ulkus peptikum).
Menyebutkan informasi tentang pencegahan penyakit ulkus peptikum
Menyebutkan informasi mengenai penatalaksanaan diet untuk penderita ulkus
peptikum
DAFTAR PUSTAKA
Indraswari, C. I., Kalsum, U., & Sudjari, S. (2013). Pengaruh Pemberian Temulawak pada
Lambung Tikus yang Mengalami Ulkus Peptikum Akibat Induksi Indometasin. Jurnal
Kedokteran Brawijaya, 20(2), 96-99.
Septyarani, E. (2019). Potensi Buah Pare (Momordhica Charantia) Sebagai Agen Pengobatan
Ulkus Peptikum. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 8(2), 222-225.