Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Apendisitis


Sasaran : Pasien dan keluarga pasien di ruang Bedah
Hari/Tanggal : Selasa, 26 Oktober 2020
Jam : 10.00 – 10.30 Wita
Waktu : 30 Menit
A. Latar Belakang
Apendisitis atau radang apendiks merupakan kasus infeksi intra abdominal
yang sering dijumpai di negara-negara maju, sedangkan pada negara
berkembang jumlahnya lebih sedikit, hal ini mungkin terkait dengan diet serat
yang kurang pada masyarakat modern (perkotaan) bila dibandingkan dengan
masyarakat desa yang cukup banyak mengkonsumsi serat. Apendisitis dapat
menyerang orang dalam berbagai umur, umumnya menyerang orang dengan usia
dibawah 40 tahun. Apabila peradangan pada apendisitis tidak segera
mendapatkan pengobatan atau tindakan 2 maka akibatnya usus buntu akan
pecah, dan usus yang pecah dapat menyebabkan masuknya kuman ke dalam
usus, menyebabkan peritonitis yang bisa berakibat fatal serta dapat terbentuknya
abses di usus dan dampak yang biasa diakibatkan jika tidak diobati berpotensi
menyebabkan potensi yang luas dan mengancam nyawa.
Kasus apendisitis banyak ditemui pada pria dibandingkan wanita dan umum
terjadi pada rentang usia 20-40 tahun. Kasus apendisitis jarang ditemukan pada
anak dengan usia dibawah 5 tahun. Setelah usia 30 tahun, insiden apendisitis
akan menurun. Namun apendisitis dapat terjadi pada setiap umur individu. Pada
remaja dan dewasa muda, rasio perbandingan antara pria dan wanita adalah 3:2.
Di Amerika sekitar 7% penduduk menjalani apendektomi dengan insiden 1,1/
1000 penduduk per tahun, sedangkan di Negara – Negara barat sekitar 16%.
Apabila di rata-ratakan, maka didapatkan kejadian apendisitis 1,1 kasus per 1000
orang per tahunnya (WHO, 2017).
Hasil survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2017
Angka kejadian apendisitis di sebagian besar wilayah indonesia hingga saat ini
masih tinggi. Di Indonesia, jumlah pasien yang menderita penyakit apendisitis
berjumlah sekitar 8% dari jumlah penduduk di Indonesia atau sekitar 179.000
orang. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia
(Depkes, 2017).
Berdasarkan hal di atas, pendidikan kesehatan dilakukan untuk menjelaskan
mengenai penyakit apendisitis . Pendidikan kesehatan ini diharapkan ini dapat
menambah pengetahuan dan menjadi pembelajaran.
B. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, pasien dan keluarga pasien
dapat mengetahui dan memahami tentang penyakit apendisitis ( usus buntu ).
C. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan pasien dan
keluarga pasien dapat :
1. Mengetahui pengertian penyakit apendisitis ( usus buntu ).
2. Mengetahui penyebab penyakit apendisitis ( usus buntu ).
3. Mengetahui tanda dan gejala penyakit apendisitis ( usus buntu ).
4. Mengetahui pencegahan penyakit apendisitis ( usus buntu ).
5. Mengetahui penanganan penyakit apendisitis ( usus buntu ).
D. Materi
1.  Pengertian penyakit apendisitis ( usus buntu )
2. Penyebab penyakit apendisitis ( usus buntu ).
3. Gejala penyakit apendisitis ( usus buntu )
4. Pencegahan penyakit apendisitis ( usus buntu )
5. Penanganan penyakit apendisitis ( usus buntu )
E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. Media
1. Leaflet
G. Setting Tempat

Keterangan :

: Pemateri

: pasien dan keluarga pasien

H. Kegiatan Penyuluhan

No. Kegiatan Penyuluhan Kegiatan pasien Waktu


1. Pembukaan 5 menit
- Moderator memberi salam - Menjawab Salam
- Moderator memperkenalkan - Mendengarkan dan
semua anggota penyuluh memperhatikan
- Moderator membuat kontrak - Mendengarkan dan
waktu memperhatikan
- Moderator menjelaskan tujuan - Mendengarkan dan
penyuluhan memperhatikan
2. Pelaksanan presenter 15 menit
- Menjelaskan pengertian - Mendengarkan dan
penyakit apendisitis ( usus memperhatikan
buntu )
- Menjelaskan penyebab penyakit - Mendengarkan dan
apendisitis ( usus buntu ) memperhatikan
- Menjelakan tanda dan gejala - Mendengarkan dan
penyakit apendisitis ( usus memperhatikan
buntu )
- Menjelaskan pencegahan - Mendengarkan dan
apendisitis ( usus buntu ) memperhatikan
- Menjelaskan penanganan - Mendengarkan dan
apendisitis ( usus buntu ) memperhatikan
- Memberikan kesempatan pasien - Mengajukan
dan keluarga pasien untuk pertanyaan
bertanya.
- Menjawab pertanyaan pasien - Mendengarkan dan
memperhatikan

3. Penutup 5 menit
- Presenter mengadakan evaluasi - Menjawab
pertanyaan
- Presenter memberi salam - Menjawab salam
- Moderator menyimpulkan hasil - Mendengarkan dan
diskusi memperhatikan
- Moderator memberi salam - Menjawab salam
I. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Tersedia media
b. Setting tempat teratur
c. Suasana tenang dan tidak ada yang hilir mudik
2. Evaluasi Proses
a. Selama proses berlangsung diharapkan pasien dan keluarga pasien dapat
mengikuti seluruh kegiatan
b. Selama kegiatan berlangsung diharapkan pasien dan keluarga pasien aktif
c. Berjalan dengan baik dan tepat waktu sesuai dengan perencanaan.
3. Evaluasi Hasil
a. Minimal 40 % dari audiensi yang mengikuti penyuluhan mengetahui dan
memahami tentang apendisitis.
b. Minimal 40 % dari audiensi dapat menjawab pertanyaan penyaji
c. Audiensi dapat mengulangi kembali materi penyuluhan
J. Lampiran Materi
1. Pengertian apendisitis ( usus buntu )
Apendisitis adalah suatu proses obstruksi ( sumbatan ) yang
disebabkan oleh benda asing batu feses kemudian terjadi proses infeksi
( Nugrorho, 2011 ) Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus
buntu (apendiks). Infeksi yang terjadi dapat mengakibatkan pernanahan. Bila
infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah (Sjamsuhidayat, 2015).
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau
umbai cacing. Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga
memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang
umumnya berbahaya (Sjamsuhidajat, 2010).
2. Penyebab apendisitis ( usus buntu )
Menurut Sjamsuhidajat (2010) Penyakit radang usus buntu ini umumnya
disebabkan oleh:
a. Infeksi bakteri
b. Faktor penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran (lumen)
appendiks oleh timbunan tinja/feces yang keras (fekalit),
c. Hyperplasia (pembesaran) jaringan limfoid,
d. Penyakit cacing, parasit
e. Benda asing dalam tubuh.
3. Tanda dan gejala penyakit apendisitis ( usus buntu )
Menurut Wijaya AN dan Putri (2013), gejala-gejala permulaan yang
timbul pada apendisitis ( usus buntu ) yaitu nyeri pada bagian tengah perut
dan berpindah ke bagian bawah sebelah kanan perut, dengan perut kaku
seperti papan. Selain nyeri tanda dan gejala apendisitis ( usus buntu ) yakni :
a. Nafsu makan hilang, sehingga badan terasa lemah.
b. biasanya terdapat konstipasi, tetapi kadang-kadang terjadi diare
c. Demam, suhu badan akan meninggi
d. Mual sampai menusuk. Rasa mual di sebabkan rangsangan usus buntu
yang meradang pada selaput lendir perut (peritoneum)
4. Pencegahan penyakit apendisitis ( usus buntu )
Salah satu kiat agar terhindar dari penyakit radang usus
buntu adalah mengkonsumsi makanan yang kaya serat. Mengkonsumsi
makanan yang kaya serat akan membantu melunakkan makanan sehingga
tidak menginap terlalu lama di dalam usus besar. Hal itu bisa mencegah
sebagian sampah makanan nyasar ke dalam usus buntu. Sehingga
kemungkinan terjadinya radang usus buntu bisa diperkecil. Makanan kaya
serat juga merupakan nutrisi yang cocok untuk kehidupan bakteri 'baik' di
dalam usus besar, tetapi tidak disukai bakteri patogen (yang menimbulkan
penyakit). Karena itu, banyak mengkonsumsi makanan berserat juga
membantu menunjang perkembangan bakteri baik. Sehingga pencernaan dan
tubuh kita akan lebih sehat, karena lebih banyak terdapat bakteri 'baik'
daripada bakteri patogen di dalam usus. (Pearce, 2016)
Berikut jenis makanan yang kaya akan serat :
a. Buah alpukat, apel, pir, pisang, pepaya, jambu biji merah
b. Sayuran, seperti bayam, brokoli, kentang, ubi jalar, labu dan jagung
c. Kacang-kacangan
5. Penatalaksanaan penyakit apendisitis ( usus buntu )
Operasi / pembedahan untuk mengangkat apendiks yaitu apendiktomi.
Apendiktomi harus segera dilakukan untuk menurunkan resiko perforasi.
Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anestesi umum dengan pembedahan
abdomen bawah atau dengan laparoskopi. Laparoskopi merupakan metode
terbaru yang sangat efektif (Brunner & Suddarth, 2010).
Apendiktomi dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode
pembedahan, yaitu secara teknik terbuka (pembedahan konvensional
laparatomi) atau dengan teknik laparoskopi yang merupakan teknik
pembedahan minimal invasive dengan metode terbaru yang sangat efektif
(Brunner & Suddarth, 2010).
Sumber
Bruner & Suddarth, 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Nugroho, T. (2011). Buku Ajar Obstetri. Yogyakarta: Nuha Medika.
Pearce, E. 2016. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Kompas
Gramedia

Peran Anggota
1. Pemateri : Agiet Gusmiarni Saleh
2. Moderator : Fanny Angreini Achamd
3. Fasilitator : Dea Nurfadila Rahman
4. Observer : Siti Hardiyanti P. Maku

Anda mungkin juga menyukai