A. LATAR BELAKANG
Dispepsia adalah kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak
nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut penuh, sendawa,
regurgitasi, dan rasa panas yang menjalar di dada. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa 15-
termasuk keluhan refluks) dimana hanya 5% dari jumlah penderita tersebut pergi ke dokter
pelayanan primer. Di Inggris terdapat 21% penderita terkena dispepsia dimana hanya 2% dari
penderita yang berkonsultasi ke dokter pelayanan primer. Dari seluruh penderita yang datang
ke dokter pelayanan primer, hanya 40% di antaranya dirujuk ke dokter spesialis (Wong et al.,
2002). Berdasarkan data tersebut bahwa 95% penderita di Amerika Serikat membiarkannya
C. SETTING ACARA
D. SETTING TEMPAT :
Keterangan :
moderator
penyaji
notulen
pembawa acara
fasilitator peserta
peserta
observer
E. PENGORGANISASIAN
Moderator : I Ketut Andika Priastana, S.Kep
Penyaji : I Gede Arya Sudarmika, S.Kep
Notulen : Fanty Elisabeth Koeanan, S.Kep
Pembawa Acara : I Gst Ayu Putri Ekayanti, S.Kep
Fasilitator : Angelina Malty Jekaut, S.Kep.
Observer : Made Sudiarmawan, S.Kep.
F. METODE :
Ceramah dan tanya jawab.
G. MEDIA :
Leaflet
I. DAFTAR PUSTAKA
Brunner., and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah. Volume 3. Jakarta: EGC
http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2009/12/15/Dispepsia-penanganan-dan-terapi-
rehabilitasi/
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC: Jakarta.
http://id.scribd.com/doc/98949723/SAP-Dispepsia ( diakses tanggal 20 Agustus 2015)
Http:// ml.scribd.com/doc/102154110/6-Penyakit-Dispepsia ( diakses tanggal 20 Agustus
2015)
Lampiran Materi:
A. PENGERTIAN
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, Dys berarti sulit dan Pepse berarti pencernaan.
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit
di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. Dispepsia merupakan
kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas
yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa
rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk
dispepsia.
Dispepsia juga dapat didefinisikan sebagai nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut
bagian atas atau dada, yang sering dirasakan sebagai adanya gas, perasaan penuh atau rasa
sakit atau rasa terbakar di perut. Setiap orang dari berbagai usia dapat terkena dispepsia, baik
pria maupun wanita. Sekitar satu dari empat orang dapat terkena dispepsia dalam beberapa
waktu.
Dyspepsia adalah suatu penyakit saluran cerna yang disertai dengan nyeri ulu hati
(epigastrium), mual, muntah, kembung, rasa penuh atau rasa cepat kenyang dan sendawa.
Dispepsia sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, keluhan ini sangat bervariasi, baik
dalam jenis gejala yang ada maupun intensitas gejala tersebut dari waktu kewaktu
B. ETIOLOGI/PENYEBAB
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux, asam
membentang dari faring ke dalam lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa
C. KLASIFIKASI DISPEPSIA
Dyspepsia dibagi menjadi dua yaitu :
1. Dispepsia Organik
Terjadi apabila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebab atau adanya
kelainan sistemik yang jelas, adanya kelainan organik sebagai penyebabnya Sindroma
dispepsia organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak
(luka) lambung, usus dua belas jari, radang pankreas, radang empedu, gastritis,
tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis,
D. Manifestasi Klinis
1. nyeri perut (abdominal discomfort)
6. Perut kembung
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi dispepsia
sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas
jangka waktu tiga bulan. Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin
disertai dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa
penderita, makan dapat memperburuk nyeri, pada penderita yang lain, makan bisa
mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit,
diare dan flatulensi (perut kembung). Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa
minggu, atau tidak memberi respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat
badan atau gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksaan.
D. PENATALAKSANAAN MEDIK
1. Penatalaksanaan non farmakologis
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam
mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena proses patofisiologinya pun
masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo.
Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan
terjadinya muntah).
dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir sekresi asam
mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga
berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan
a. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif yaitu
pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan seksresi
seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis respetor H2 antara lain
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses
sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol,
bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat
sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (site protective), yang
bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).
d. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan metoklopramid.
Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks
esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid
cemas) pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang
E. PENCEGAHAN
Modifikasi gaya hidup sangat berperan dalam mencegah terjadinya dispepsia bahkan
memperbaiki kondisi lambung secara tidak langsung (Ariyanto, 2007). Berikut ini adalah
modifikasi gaya hidup yang dianjurkan untuk mengelola dan mencegah timbulnya gangguan
akibat dispepsia :
1. Atur pola makan seteratur mungkin.
2. Hindari makanan berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi lambung
pilihan yang tepat untuk mengobati nyeri karena tidak mengakibatkan iritasi pada dinding
lambung.
7. Kelola stress psikologi se-efisien mungkin.
8. Jika anda perokok, berhentilah merokok.
9. Jika anda memiliki gangguan acid reflux, hindari makan sebelum waktu tidur.
10. Hindari faktor-faktor yang membuat pencernaan terganggu, seperti makan terlalu banyak,
terutama makanan berat dan berminyak, makan terlalu cepat, atau makan sesaat sebelum
olahraga.
11. Pertahankan berat badan sehat
12. Olahraga teratur (kurang lebih 30 menit dalam beberapa hari seminggu) untuk
mengurangi stress dan mengontrol berat badan, yang akan mengurangi dispepsia.
13. Ikuti rekomendasi dokter mengenai pengobatan dispepsia, baik itu antasid, PPI,