GASTROENTERITIS
Disusun Oleh:
Kelompok 3A
Ani Nurhayati, S.Kep 4006200074
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 1x15 menit, diharapkan sasaran mampu
memahami tentang gastroenteritis, serta mampu memberi penyuluhan kepada
teman sejawat.
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1x15 menit, diharapkan sasaran dapat
mengetahui tentang:
a. Pengertian Gastroenteritis
b. Penyebab Gastroenteritis
c. Tanda dan Gejala Gastroenteritis
d. Komplikasi Gastroenteritis
e. Penanganan Gastroenteritis
3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab/ Diskusi
4. Materi
Terlampir
5. Media
Leaflet
6. Strategi
a. Kontrak dengan pasien (waktu, tempat, topik)
b. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
c. Dengan tanya jawab langsung.
7. Kriteria Evaluasi
a. Kriteria Proses :
1) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
2) Peserta konsentrasi mendengarkan penyuluhan
3) Paserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar
b. Kriteria Hasil :
1) Menyebutkan pengertian gastroentritis
2) Menyebutkan penyebab gastroentritis
3) Menyebutkan tanda dan gejala gastroentritis
4) Menyebutkan komplikasi gastroenteritis
5) Menyebutkan penanganan gastroenteritis
6) Memberikan kesempatan untuk bertanya
8. Proses Penyuluhan
9. Referensi
Black joyce. M & Jane Hokanse Hawks, (2014). Medical Surgical Nursing vol 2. Jakarta: Salemba Medika
Kowalak, Jennifer P, (2011). Buku ajar patofisiologi . Jakarta : EGC
Ngastiyah, (2005). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta: EGC
Priyanta A. 2009. EndoskopiGastrointestinal,Jakarta:Salemba Medika
MATERI PENYULUHAN
GASTROENTERITIS
A. Pengertian Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah buang air besar dengan fases berbentuk cair atau
setengah cair, dengan demikian kandunngan air pada feses lebih banyak dari
biasanya (Priyanta, 2009).
Gastroenteritis didefinisikan sebagai peningkatan frekuensi, volume,
dan kandungan fluida dari tinja. Propulsi yang cepat dari isi usus melalui
hasil usus kecil diare dan dapat menyebabkan defisit volume cairan serius.
Penyebab umum adalah infeksi, sindrom malabsorpsi, obat, alergi, dan
penyakit sistemik. (Black Joyce, Hawks Jane, 2010).
B. Penyebab Gastroenteritis
Penyebab gastroenteritis menurut (Ngastiyah, 2005) yaitu :
a. Faktor infeksi
Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak, infeksi internal, meliputi:
a. Infeksi bakteri
Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia,
aeromonas dan sebagainya.
b. Infeksi virus
Virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus,
astovirus dan lain-lain.
c. Infeksi parasit
Cacing, protozoa, dan jamur.
b. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan
anak, malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein.
c. Faktor makanan
Makanan basi beracun dan alergi makanan.
d. Faktor kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja,
tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja
atau sebelum mengkonsumsi makanan.
e. Faktor psikologi
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat
merangsang peningkatan peristaltik usus.
D. Cara Penularan Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah penyakit yang bisa menular. Penularan dapat
terjadi karena mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar. Hal ini
menyebabkan virus-virus penyebab gastroenteritis menyebar melalui kontak
yang dekat dengan orang-orang yang terinfeksi melalui pencemaran dengan
feces atau muntahan (vomitus).
Makanan mungkin tercemar oleh penyiap-penyiap atau pedagang-
pedagang makanan yang tercemar gastroenteritis, terutama jika mereka tidak
mencuci tangan mereka secara teratur setelah menggunakan toilet. Kerang-
kerangan mungkin tercemar oleh limbah, dan orang-orang yang memakan
kerang-kerang yang mentah atau tidak dimasak dengan matang yang dipanen
dari perairan yang tercemar mungkin menderita diare. Air minum dapat juga
tercemar oleh limbah dan menjadi sumber penyebaran dari virus-virus ini.
E. Cara Pencegahan Gastroenteritis
1. Menjaga standar hidup yang baik, dengan makanan bergizi, lingkungan
sehhat, dan berolahraga
"BRONKITIS"
Disusun Oleh:
Kelompok 3A
Ani Nurhayati, S.Kep 4006200074
A. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan pasien dapat mengetahui tentang
penyakit Bronchitis.
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit pasien dapat mengetahui:
1. Memahami dan menjelaskan pengertian tentang apa itu penyakit Bronkitis
2. Mengetahui penyebab penyakit Bronkitis
3. Mengetahui tanda-tanda dan gejala penyakit Bronkitis
4. Mengetahui pengobatan dari penyakit Bronkitis
5. Mengetahui pencegahan dari penyakit Bronkitis
C. Materi Penyuluhan
(Terlampir)
D. Metode Penyuluhan
Ceramah, Diskusi dan Tanya jawab
E. Media
Leaflet, SAP
F. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran
Kegiatan
1. Pembukaan 5 menit Mengucapkan salam Menjawab salam
Memperkenalkan diri Mendengarkan dan
Menyampaikan tentang menyimak
tujuan pokok materi Bertanya mengenai
Menggali pengetahuan perkenalan dan tujuan
pasien tentang penyakit jika ada yang kurang
bronchitis jelas
Kontrak waktu
2. Pelaksanaan 10 menit Menjelaskan materi tentang: Mendengarkan dan
Menjelaskan menyimak
pengertian tentang Bertanya mengenai
apa itu penyakit hal-hal yang belum
Bronkitis jelas dan dimengerti
Mengetahui
penyebab penyakit
Bronkitis
Mengetahui tanda-
tanda dan gejala
penyakit Bronkitis
Mengetahui
pengobatan dari
penyakit Bronkitis
Mengetahui
pencegahan dari
penyakit Bronkitis
3. Penutup 5 menit Melakukan evaluasi menjawab tentang
dengan mengajukan pertanyaan yang
beberapa pertanyaan diajukan
Menyampaikan Mendengarkan
kesimpulan materi Memperhatikan
Mengakhiri pertemuan
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Peserta hadir ditempat penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruangan
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
Peserta antusias terhadap materi
Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
Pasien mengetahui tentang penyakit bronkitis
Lampiran
MATERI
PENYAKIT BRONKITIS
A. PENGERTIAN
Bronchitis adalah suatu penyakit pada saluran paru, dimana terjadi
pembengkakan pada saluran paru ditandai dengan batuk-batuk selama 2
minggu yang kadang disertai dahak.
Bronkitis adalah penyakit radang pada sistem trakeobronkial, secara
klinis ditandai dengan batuk atau tanpa produki sputum.
B. ETIOLOGI
1. Bronkitis infeksiosa, disebabkan oleh infeksi virus dan bekteri atau
organisme lain yang meyerupai bakteri (Mycoplasma pneumonie dan
Chlamyidia).
2. Bronkitis iritatif, karena disebabkan oleh zat atau benda yang bersifat
iritatif seperti debu, asap (dari asam kuat, amonia, sejumlah pelarut
organik, klorin, hidrogen, sulfida, sulfur dioksida, dan bromin), polusi
udara yang dikarenakan tembakau dan rokok.
C. TANDA GEJALA
1. Batuk berdahak
Pada bronkitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung
lama, jumlah sputum bervariasi.
2. Demam berulang
Bronkitis merupakan penyakit yang berjalan kronis, sering mangalami
infeksi berulang pada bronkus maupun paru, sehingga sering terjadi
demam.
3. Sesak napas atau dyspnea
Pada 50 % kasus ditemukan sesak napas. Hal tersebut timbul dan beratnya
tergantung seberapa luas bronkitis yang terjadi.
4. Rasa sakit di dada
5. Rasa lelah
6. Sakit kepala ringan
7. Diawali dengan flu yang berlanjutan
8. Anak sering muntah disertai ingin mengeluarkan lendir
9. Kurang nafsu makan
10. Suhu tubuh meningkat
D. PENGOBATAN
1. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan mencegah
dehidrasi.
2. Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukan bahwa
penyebabnya infeksi atau bakteri.
3. Menghisap uap air bisa membantu mencairkan dahak kental
E. PENCEGAHAN
1. Menghindari penggunaan bahan kimia yang menyebabkan iritasi azon
2. Menghindari polusi udara
3. Pada anak anak hindarkan asap rokok dan polusi
4. Ketahui gejala awal bronkitis yang berupa batuk dan pilek yang
berkepanjangan.
DAFTAR PUSTAKA
Disusun Oleh:
PROFESI NERS SDHB
A. LATAR BELAKANG
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu gangguan kronis yang ditandai dengan
kelainan dalam bahan metabolisme, termasuk glukosa, lipid, dan asam amino
(Mcdermott, 2005). Diabetes adalah penyakit kronis yang mempengaruhi hamper
setiap organ dalam sistem manusia (Raval et al., 2010). Menurut Suyono (2007)
diantara penyakit degeneratif, diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak
menular yang akan meningkat jumlahnya di masa datang. Diabetes sudah
merupakan suatu ancaman utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. Dikutip
dari data WHO 2016, 70% dari total kematian di dunia dan lebih dari setengah
beban penyakit. 90-95% dari kasus Diabetes adalah Diabetes Tipe 2 yang sebagian
besar dapat dicegah karena disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat.Indonesia
juga menghadapi situasi ancaman diabetes serupa dengan dunia. International
Diabetes Federation (IDF) Atlas 2017 melaporkan bahwa epidemi Diabetes di
Indonesia masih menunjukkan kecenderungan meningkat. Indonesia adalah negara
peringkat keenam di dunia setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brazil dan
Meksiko dengan jumlah penyandang Diabetes usia 20-79 tahun sekitar 10,3 juta
orang. Sejalan dengan hal tersebut, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
memperlihatkan peningkatan angka prevalensi Diabetes yang cukup signifikan,
yaitu dari 6,9% di tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018; sehingga estimasi
jumlah penderita di Indonesia mencapai lebih dari 16 juta orang yang kemudian
berisiko terkena penyakit lain, seperti: serangan jantung, stroke, kebutaan dan
gagal ginjal bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian. Indonesia
menempati urutan keempat terbesar penderita diabetes. Pada penyandang DM
dapat terjadi komplikasi pada semua tingkat sel dan semua tingkatan anatomik.
Manifestasi komplikasi kronik dapat terjadi pada tingkat pembuluh darah kecil
(mikrovaskular) berupa kelainan pada retina, glomerulus ginjal, saraf, dan pada
otot jantung (kardiomiopati). Pada pembuluh darah besar, manifestasi komplikasi
kronik DM dapat terjadi pada pembuluh darah serebral, jantung (penyakit jantung
koroner) dan pembuluh darah perifer (tungkai bawah).
Komplikasi ulkus diabetes di Indonesia sekitar 15%, angka amputasi 30%,
angka mortalitas 32% dan ulkus diabetes merupakan penyebab perawatan rumah
sakit yang terbanyak sebesar 80% (Hastuti, 2010). Jika sudah sampai tahapan
terjadi infeksi ke tulang (osteomielitis) maka pasien berisiko dilakukan amputasi
kaki. Jika hal ini terjadi maka akan sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien,
sehingga pengurangan gejala neuropati perifer sebagai pencegahannya penting
dilakukan (Smeltzer & Bare, 2002).
Penanganan neuropati dapat dilakukan melalui tiga hal yaitu penyuluhan atau
edukasi, pengobatan nyeri, dan perawatan kaki (Tandra,2008). Penyuluhan atau
edukasi diberikan kepada penderita diabetes melitus berupa pengontrolan pola
makan. Pengobatan nyeri dengan memberikan obat analgetik serta perawatan
kaki dengan latihan fisik dan senam kaki. Salah satu tindakan yang diharuskan
dalam perawatan secara dini adalah memotong kuku yang benar, pemakaian alas
kaki yang baik, dan menjaga kebersihan kaki, serta melakukan senam kaki
diabetes (Soegondo, dkk, 2009). Salah satu upaya pencegahan terjadinya luka
kaki diabetik diperlukan perilaku perawatan kaki (foot care behaviour) yang
sangat baik pada pasien. Diabetes Melitus. Perawatan kaki merupakan upaya
pencegahan primer terjadinya luka pada kaki diabetes, salah satu tindakan yang
harus dilakukan dalam perawatan kaki untuk mengetahui adanya kelainan kaki
secara dini adalah dengan melakukan senam kaki diabetes, disamping memotong
kuku yang benar, pemakaian alas kaki yang baik, dan menjaga kebersihan kaki
(Soegondo, 2004).
D. POKOK MATERI
1. Pengertian Diabetes Melitus
2. Tanda dan Gejala dari Diabetes Melitus
3. Penyebab Diabetes Melitus
4. Tujuan dari Senam Kaki Diabetes Melitus
5. Langkah-langkah senam kaki Diabetes Melitus
E. SASARAN DAN TARGET
Pasien dan Keluarga Pasien
F. STRATEGI PELAKSANAAN
Tempat : Ruang S
G. KEGIATAN PENYULUHAN
H. METODE
Metode yang digunakannya adalah :
1. Ceramah
2. Demonstrasi
I. MEDIA
1. Leaflet
J. MATERI (Terlampir)
1. Pengertian Diabetes Melitus
2. Tanda dan Gejala dari Diabetes Melitus
3. Penyebab Diabetes Melitus
4. Tujuan dari Senam Kaki Diabetes Melitus
5. Langkah-langkah senam kaki Diabetes Melitus
K. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan media yang akan digunakan
b. Persiapan tempat yang akan digunakan
c. Pengkondisian peserta penyuluhan
d. Kontrak waktu
e. Persiapan SAP
2. Evaluasi Proses
a. Selama proses berlangsung peserta dapat memperhatikan
penjelasan yang disampaikan
b. Selama penkes berlangsung peserta dapat aktif bertanya dan ikut
melakukan senam diabetes melitus
3. Evaluasi Hasil Akhir
a. Mampu Mengetahui definisi Diabetes Melitus
b. Mampu Mengetahui tanda dan gejala dari Diabetes Melitus
c. Mampu Mengetahui penyebab dari Diabetes Melitus
d. Mampu Mengetahui tujuan dari Senam Kaki Diabetes Melitus
e. Mampu Mengetahui langkah-langkah senam kaki Diabetes Melitus
LAMPIRAN MATERI
C. Penyebab
Menurut Wijayakusuma (2004), penyakit DM dapat disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu:
1. Pola Makan
Pola makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori
yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya DM. Hal ini
disebabkan jumlah atau kadar insulin oleh sel β pankreas
mempunyai kapasitas maksimum untuk disekresikan.
2. Obesitas
Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi
akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat
mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila besar dan jumlah sel
lemak bertambah pada tubuh seseorang. Bila seseorang bertambah
berat badannya, maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan
kemudian jumlahnya bertambah banyak.
3. Faktor genetic
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM dari orang tua.
Biasanya, seseorang yang menderita DM mempunyai anggota
keluarga yang terkena jugad. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan kimiawi tertentu dapat mengiritasi pankreas yang
menyebabkan radang pankreas. Peradangan pada pankreas dapat
menyebabkan pankreas tidak berfungsi secara optimal dalam
mensekresikan hormone yang diperlukan untuk metabolisme
dalam tubuh, termasuk hormone insulin.
4. Penyakit dan infeksi pada pancreas
Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat menginfeksi
pancreas sehingga menimbulkan radang pankreas. Hal itu
menyebabkan sel β pada pankreas tidak bekerja secara optimal
dalam mensekresi insulin.
DAFTAR PUSTAKA
Inarty, Mario, Lando (2017) Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap Nilai
Ankle Brachial Index Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di
Rumah Sakit Pacaran Kasih Gmim Manado. E-journal keperawatan
(e-Kp) volume 5 nomor 1. Dapat di akses di https://media.neliti.com
Widyatuti (2008) Terapi Komplementer Pada Keperawatan. Jurnal
Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 1. Dapat di akses di
jki.ui.ac.id
PENYULUHAN ( SAP )
"HIPERTENSI"
Disusun Oleh:
Kelompok 3A
Ani Nurhayati, S.Kep 4006200074
Topik : Hipertensi
Hari / Tanggal :
Waktu :
Media : Leaflet
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan, sasaran mampu memahami dan
mengaplikasikan materi penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Leaflet
E. Metode
- Menutup pertemuan
dengan
Menjawab salam
menyimpulkan materi yang telah
dibahas
- Memberikan salam penutup
- Pemeriksaan Pemeriksaan Tekanan
Darah
H. Kriteria Hasil:
3. Semua keluarga dapat mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir penyuluhan
I. Referensi
Anonim.Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). www.medicastore.com. Diakses: 6
Maret 2012
Astawan, Made, Prof. dr. Ir. Ms. Cegah Hipertensi dengan Pola Makan.
www.depkes.co.id. Diakses: 6 Maret 2012
Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani W. I, Setiowulan W, “Kapita
Selekta Kedokteran” Edisi ke-3 jilid 1, Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran UI, Jakrta, 1999
Lampiran
A. Definisi
6. Menghindari ketegangan
7. Istirahat cukup
8. Hidup tenang
"DEMAM TYPOID"
Disusun Oleh:
Kelompok 3A
Ani Nurhayati, S.Kep 4006200074
A. Latar Belakang
Demam thypoid merupakan penyakit endemis di Indonesia di sebabkan oleh
infeksi sistemik Salmonella typi. Prevalens 91 % kasus demam typoid terjadi
pada umur 3-19 tahun, kejadian meningkat setelah umur 5 tahun. Pada minggu
pertama sakit, demam typoid sangat sukar dibedakan dengan penyakit demam
lainnya sehingga untuk memastikan diagnosis diperlukan pemeriksaan biakan
kuman untuk konfirmasi.
96 % kasus demam typoid disebabkan Salmonella typi, sisanya disebabkan oleh
S. paratypi. Kuman masuk melalui makanan atau minuman, setelah melewati
lambung kuman mencapi usus halus (ileum) dan setelah menembus dinding usus
sehingga mencapai folikel limfoid usus halus (plaque peyeri). Kuman ikut aliran
limfe mensetrial ke dalam sirkulasi darah (bakteremia primer) mencapai jaringan
RES (hepar, lien, sumsum tulang untuk bermultiplikasi). Setelah mengalami
bakteremia sekunder, kuman mencapai sirkulasi darah untuk menyerang organ
lain (intra dan ekstra intestinal) dan masa inkubasi kuman ini 10-14 hari.
D. POKOK BAHASAN
1. Pengertian Demam Typoid
2. Etiologi Demam Typoid
3. Manifestasi klinik Demam Typoid
4. Komplikasi Demam Typoid
5. Pemeriksaan Demam Typoid
6. Penatalaksanaan Demam Typoid
E. MODEL PEMBELAJARAN
1. Jenis Model Pembelajaran
Pertemuan tatap muka.
2. Landasan Teori
a) Ceramah
b) Tanya jawab
3. Landasan Pokok-pokok
a) Menciptakan suasana pertemuan yang baik.
b) Mengajukan masalah.
c) Mengidentifikasi pilihan tindakan.
d) Memberi komentar.
e) Menetapkan tindak lanjut.
F. MEDIA
1. Leaflet
2. LCD
G. PENGORGANISASIAN
Penanggung jawab :
Penyaji :
Moderator :
Fasilitator :
Dokumentator :
H. PROSES KEGIATAN
I. STRATEGI PELAKSANA
Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit demam typoid dan
penanganan keperawatan kepada pengunjung pasien poli anak.
J. EVALUASI
1. Evaluasi Terstruktur
a. Alat dan media sesuai dengan rencana.
b. Peran dan fungsi masing-masing sesuai dengan yang direncanakan.
c. Peserta kurang lebih berjumlah lebih dari 10 orang.
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias dengan materi penyuluhan.
b. Peserta memperhatikan penyuluhan dari awal sampai akhir.
c. Peserta berperan aktif dalam jalannya diskusi.
3. Evaluasi Hasil
Peserta memahami materi yang disampaikan dengan dapat menjawab
pertanyaan evaluasi yang dilakukan oleh penyuluh, seperti:
a. Mengetahui pengertian demam typoid.
b. Mengetahui faktor penyebab demam typoid.
c. Mengetahui tanda gejala demam typoid.
d. Mengetahui cara penanganan demam typoid.
e. Mengetahui komplikasi demam typoid.
MATERI DEMAM THYPOID
A. Definisi
Merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan
oleh salmonella typi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang
dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endothelia atau endokardiasi dan
invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati,
limfa, kelenjar limfe, usus dan peyer’s patch dan dapat menular pada orang lain
melalui makanan atau air yang terkontaminasi (Huda dan Kusuma, 2016).
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh
Salmonellla tipe A, B, dan C yang dapat menular melalui oral, fekal, makanan,
dan minuman yang terkontaminasi (Padila 2013 dalam Dewi & Meira 2016).
B. Etiologi
Menurut Arifianto (2012) menyebutkan bahwa penyebab utama dari
penyakit ini adalah kuman Salmonella typhosa, Salmonella typhi, A, B, dan C.
Kuman ini banyak terdapat di kotoran, tinja manusia, dan makanan atau minuman
yang terkena kuman yang di bawa oleh lalat. Sebenarnya sumber utama dari
penyakit ini adalah lingkungan yang kotor dan tidak sehat. Salmonella typosa
merupakan basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar, tidak
berspora, mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen, yaitu antigen O,
antigen somatik yang tidak menyebar, terdiri dari zat komplek lipopolisakarida,
antigen V (kapsul) yang meliputi tubuh kuman dan melindungi O antigen
terhadap fagositosis dan antigen H (flagella). Ketiga jenis antigen tersebut
dalam tubuh manusia akan menimbulkan pembentukkan tiga macam antibodi
yang biasa disebut agglutinin.
C. Manifestasi klinis
Menurut Huda dan Kusuma (2016), adapun manifestasi dari demam typoid
antara lain:
1. Gelaja pada anak, inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari.
2. Demam menggigil sampai akhir minggu pertama.
3. Demam turun pada minggu keempat, kecuali demam tidak tertangani lagi
akan menyebabkan syok, stupor dan koma.
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.
5. Nyeri kepala dan perut.
6. Kembung, mual, muntah, diare dan konstipasi
7. Pusing, bradikardi, nyeri otot
8. Batuk
9. Epistaksis
10. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepi, dan ujung merah serta tremor).
11. Gangguan mental berupa samnolen
12. Delirium atau psikosis
13. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda
sebagai penyakit demam akut dengan disertai syok dak hipotermia.
D. Pencegahan
Menurut Librianty (2015) menyatakan bahwa pencegahan yang dapat
dilakukan agar tidak terjadi demam tifoid yaitu dengan meningkatkan higiene
dan sanitasi seperti penyediaan air bersih, pembuangan sampah atau kotoran
memadai. Imunisasi dengan menggunakan vaksin oral dan vaksin suntikan
(antigen Vi Polysaccharida capular) telah banyak digunakan. Saat ini pencegahan
terhadap kuman Salmonella sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi bernama
chotipa (cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-paratifoid). Untuk anak usia 2
tahun yang masih rentan, bisa juga divaksinasi.
E. Komplikasi
Arifianto (2012) menyebutkan bahwa komplikasi yang dapat terjadi pada
anak yang mengalami demam tifoid yaitu:
a. Disfungsi pada otak (kejang atau gangguang kesadaran)
b. Syok
c. Perforasi usus
d. Perdarahan
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk demam typoid menurut Huda dan Kusuma
(2016), antara lain:
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosit dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan
khusus.
3. Pemeriksaan uji widal
Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri
salmonella typi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin
dalam serum penderita dema typoid. Akibat adanya infeksi oleh salmonella
typi maka penderita membuat antibody (agglutinin).
4. Kultur
Kultur darah: bisa positif pada minggu pertama
Kutur urin: bisa positif pada akhir minggu kedua
Kultur feses: bisa positif dari akhir minggu kedua hingga minggu ketiga
5. Anti salmonella typi IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
Salmonella typi, karena antibody IgM muncul pada hari ke 3 dan 4 terjadinya
demam.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan demam typoid menurut WHO (2009), antara lain:
1. Farmakologi
a. Kloramfenikol, dosis (50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis peroral
atau intravena) selama 10-14 hari.
b. Jika tidak dapat diberikan kloramfenikol, dipakai amoksilin
100mg/kgBb/hari peroral atau ampisilin intravena selama 10 hari, atau
kortikomoksasol 48 mg/kgBB/hari (dibagi 4 dosis) peroral selama 10
menit.
c. Bila klinis tidak ada perbaikan digunakan generasi ketiga sefalosporin
seperti ceftriaxone (80 mg/kg IM atau IV, sekali dalam sehari, selama 5-7
hari atau cefixime oral 20 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama 10 hari).
d. Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran
e. Dexsametasol 1-3mg/kgBB/hari intravena, dibagi 3 dosis hingga
kesadaran membaik.
2. Non farmakologi
a. Diet: diberikan bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi
sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien, dan diet berupa makanan yang
rendah serat.
b. Mengawasi kondisi klien dengan : pengukuran suhu secara berkala setiap
4 -6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau
mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik keatas,
atau apakah anak mengalami kejang – kejang. Demam yang disertai
kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena
oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak
akan berakibat rusaknya sel otak. Dalam kedaan demikian, cacat seumur
hidup dapat terjadi berupa rusaknya intelektual tertentu.
c. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
d. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
e. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke
otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
f. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya. Minuman
yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air
buah atau air teh. Tujuannya agar cairan tubuh yang menguap akibat
naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
g. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
h. Kompres dengan air hangat pada dahi, ketiak, lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh di permukaan tubuh anak.
DAFTAR PUSTAKA
Arifianto. 2012. Orang tua cermat, anak sehat. Jakarta: Gagas Media
Dewi & Meira. 2016. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Huda Nurarif, Amin dan Kusuma Hardhi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa NANDA NIC-NOC Dalam Berbagai Kasus.
Jogjakarta : Medi Action
Pudjiadi, dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
PNEUMONIA
Disusun Oleh :
KELOMPOK 3A
PNEUMONIA
E. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan :
Memberi salam dan perkenalan Menjawab salam
Kontrak waktu Mendengarkan
Menjelaskan pokok bahasan
Mengungkapkan tujuan pembelajaran
G. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Evaluasi
MATERI PENYULUHAN
PNEUMONIA
A. Definisi
Pneumonia adalah Peradangan paru yang ditandai dengan gejala awal sesak
nafas dan batuk dimana kantong udara (dalam paru) terisi cairan / sel-sel radang
yang membuat kesulitan bernafas karena peredaran oksigen dalam paru tidak
lancar.
B. Penyebab
Penyebab pneumonia antara lain:
1. Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada orang dewasa)
Staphylococcus aureus
Legionella
Hemophillus influenza
2. Virus
Virus influenza
Chicken-pox (cacar air)
3. Organisme mirip bakteri
Mycoplasma pneumoniae (terutama pada orang dewasa muda dan anak-
anak)
4. Jamur tertentu
Aspergilus
Histoplasma
Koksidioidomikosis
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
Rontgen dada
Pembiakan dahak
Hitung jenis darah
Gas darah arteri
E. Komplikasi
1. Pneumothorak
Udara dari alveolus yang pecah disebabkan karena sumbatan atau
peradangan disaluran bronkioli yang membuat udara bisa masuk namun
tidak bisa keluar. Lambat laun alveolus menjadi penuh sehingga tak kuat
menampung udara dan pecah.
2. Empiyema (Paradangan di paru)
Peradangan terjadi karena kuman atau bakteri berhasil dilokalisasi oleh
pertahanan tubuh namun tidak dapat dibasmi akhirnya muncul nanah dan
mengumpul diantara paru-paru dan dinding dada.
F. Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah memberikan terapi suportif, karena infeksi virus
tidak akan memberikan respon terhadap antibiotik.Terapi suportif terdiri dari :
Untuk mencegah dehidrasi, mungkin penderita anak-anak dan lanjut usia perlu
menjalani perawatan di rumah sakit. Kadang diberikan obat antivirus (misalnya
ribavirin atau amantadin, untuk virus influenza tipe A), terutama pada bayi dan
anak-anak. Untuk pneumonia karena virus herpes dan cacar air bisa diberikan
acyclovir. Beberapa penderita akan mengalami pemulihan dalam waktu 2
minggu, tanpa meninggalkan gejala sisa. Akibat yang fatal mungkin akan
ditemukan pada:
Penderita lanjut usia
Penderita gangguan sistem kekebalan
Bayi yang menderita kelainan jantung bawaan.
G. Pengobatan di rumah
Menjaga ruangan tetap bersih, ventilasi, pencahayaan.
Menjaga kebersihan diri.
o Menjaga udara tetap lembab.
Anjurkan banyak istirahat.
Ajarkan teknik batuk efektif.
Penempatan tempat sampah.
Hindarkan kontak dengan anak kecil, karena mudah tertular.
Daftar Rujukan
Pemeriksaan Penunjang
Rontgen dada
Pembiakan dahak
Disusun Oleh :
KELOMPOK 3A
A. TUJUAN
Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit tentang Demam
Berdarah Dengue (DBD) diharapkan keluarga pasien mengetahui
tentang cara pencegahan Demam Berdarah Dengue.
Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit diharapkan keluarga
pasien mampu :
1. Menjelaskan pengertian Demam Berdarah Dengue
2. Mengetahui penyebab Demam Berdarah Dengue
3. Menyebutkan tanda dan gejala Demam Berdarah Dengue
4. Mengetahui cara pencegahan Demam Berdarah Dengue
B. MEDIA
LCD/Proyektor
Leaflet
C. METODE PEMBELAJARAN
Ceramah dan tanya jawab
D. KEGIATAN PENYULUHAN
kesempatan untuk
bertanya 3. Mendengarkan
3. Menjawab
pertanyaan peserta
3 Penutup 1. Menyimpulkan 1. Mendengarkan dan
(15 menit) materi yang Memperhatikan
disampaikan oleh
penyuluh
2. Mengevaluasi 2. Menjawab
peserta atas pertanyaan yang
penjelasan yang diberikan
disampaikan dan
penyuluh
menanyakan
kembali mengenai 3. Menjawab salam
materi penyuluhan
3. Salam Penutup
E. EVALUASI
1. Apa pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD) ?
2. Apa saja yang bisa menyebabkan terjadinya DBD ?
3. Bagaimana cara penularan DBD ?
4. Sebutkan tanda dan gejala DBD ?
5. Bagaimana cara pencegahan DBD ?
F. Materi
A. Pengertian
B. Penyebab (Etiologi)
7. Bila orang yang ditularkan tidak memiliki daya tahan tubuh yang
baik,ia akan segera menderita DBD (demam berdarah dengue)
a. Perdarahan gusi
b. Muntah darah
1. Kimia
Dengan cara pemberian abatisasi(abate), pengasapan dan fogging.
2. Fisik
l. Menggunakan kelambu.
4. Biologi
Aegypty. DBD (Demam Berdarah Dengue) ini 3. Biasanya menggigit pada siang hari dan
hujannya cukup tinggi. Sebab nyamuk akan 4. Hidup dan berkembang biak di dalam
mudah berkembang biak di daerah yang rumah (bak mandi,kaleng bekas,kolam 1. Demam tinggi 2 – 7 hari disertai
tergenang air. ikan,ban bekas,pot tanaman air,tempat menggigil. kurang nafsu makan, nyeri
minuman burung) pada persendiaan,serta sakit kepala.
5. Senang hinggap pada pakaian yang
2. Pendarahan dibawah kulit berupa :
bergantung,kelambu dan ditempat yang
Bintik-bintik merah pada kulit ,
gelap dan lembab.
Ciri-Ciri Nyamuk Aedes
6. Jentik nyamuk berperan aktif di dalam bak
Aegypty
air mimisan, gusi berdarah , muntah darah
dan BAB berdarah.
3. Nyeri perut ( ulu hati ) tapi tidak ada
PENCEGAHAN DEMAM
gejala kuning serta mual dan muntah
2021