Anda di halaman 1dari 16

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

KEPERAWATAN KRITIS
“Pendidikan Kesehatan Untuk mengatasi masalah kesehatan (Infeksi Nosokomial)
pasien dan keluarga yang dirawat di ICU”

Disusun oleh :

NAMA : MERI ARDIANTI


NIM : (1710142010016)
SEMESTER : VII (TUJUH)

Prodi S1 Keperawatan
Dosen Pembimbing : Ns, H. Junaidy S. Rustam, MNS

STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Masalah : Keperawatan kritis


Bidang studi : Keperawatan Kritis
Topik : Infeksi Nasokimial
Sasaran : Pasien dan Keluarga pasien diruang penyakit dalam Pria RSI yarsi Bukittinggi
Hari/Tanggal : jumat/ 08 desember 2021
Waktu : 45 menit (09:00- 09:45)
Penyaji : Meri Ardianti
Tempat : Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSI Yarsi Bukittinggi

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah Diberikan penyuluhan selama 45 menit, peserta penyuluhan mampu memahami
tentang infeksi nasokimial

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang infeksi nasokimial, diharapkan pasien dan
keluarga memahami tentang:
1. Pengertian Infeksi nasokimial
2. Rantai penularan infeksi
3. Cara mencegah infeksi nasokimial

C. MATERI (Terlampir):
1. Pengertian Infeksi nasokimial
2. Rantai penularan infeksi
3. Cara mencegah infeksi nasokimial

D. METODE
a. Demonstrasi dan video
b. Diskusi/Tanya jawab

E. MEDIA
a. Leaflet
b. LCD
c. Video
d. Laptop

F. KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

1. 5 menit Pembukaan:
Menjawab salam
a. Mengucap salam
Mendengarkan
b. Perkenalan diri
Memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
Memperhatikan
d. Menyebutkan materi yang akan
diberikan

2. 30 menit Pelaksanaan:
Memperhatikan
a. Menjelaskan tentang pengertian
Infeksi Nasokimial
Memperhatikan
b. Rantai penularan infeksi
Memperhatikan
c. Cara mengatasi infeksi nasokimial
3. 8 menit Evaluiasi:
a. memberikan kesempatan kepada
peserta untuk bertanya
b. menanyakan kepada peserta tentang
Menjawab pertanyaan
materi yangtelah diberikan
c. memberikan reinforcement
positifkepadapesertayangdapat
menjawab pertanyaan
4. 2 menit Terminasi:
a. mengucapkan terimakasih atas peran Mendengarkan
serta peserta
b. mengucapkan salam penutup Menjawabsalam
G. SETTING TEMPAT

Penyuluh

Tempat tidur pasien

Pasien

Keluarga pasien

H. PENGESAHAN
Bukittinggi, 08 Januari 2021

Sasaran Penyuluh

Pasien dan Keluarga pasien Meri Ardianti

Mengetahui

Dosen Pembimbing

Ns, H. Junaidy S. Rustam, MNS


I. KRITERIA EVALUASI

1. Evaluasi Struktur

a) Semua peserta mengikuti kegiatan penyuluhan


b) Penyelenggaraan kegiatan penyuluhan diruang intensive CareUnit (ICU) RSI yarsi
Bukittinggi
c) Pengorganisasian kegiatan sebelum hari pelaksanaan penyuluhan

2. Evaluasi Proses
a) Semua peserta mengikuti kegiatan penyuluhan
b) Peserta penyuluhan tidak ada yang meninggalkan tempat penyuluhan sebelum
kegiatan selesai
c) Sebelumpeserta terlibat aktif dalamkegiatan penyuluhan

3. Evaluasi Hasil
Sesuai dengan TIK, diharpkan peserta penyuluhan mampu menyebutkan:
a) Pengertian infeksi nasokimial
b) Rantai penularan infeksi
c) Cara mencegah infeksi nasokimial

J. PENGORGANISASIAN
Moderator :Meri Ardianti
Pembicara :-
Observer :-
Fasilitator :-
MATERI PENYULUHAN
INFEKSI NASOKIMIAL

A. DEFINISI

Infeksi adalah suatu organisme suatu organisme pada jaringan atau cairan yang ada
dalam suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang
yang dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan gejala setelah seseorang dirawat atau
setelah selesai disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit
dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi
penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan
gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial. Infeksi
nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen
yang disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan
berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan infeksi sendiri atau auto infeksi, sementara
infeksi eksogen (cross infeksi) yang disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari
rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
Rumah sakit suatu tempat dimana orang yang dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang
sangat dekat. Di tempat ini pasien mendapatkan terapi dan perawatan untuk dapat sembuh.
Tetapi, rumah sakit selain untuk mencari kesembuhan berbagai, juga merupakan depot bagi
penderita penyakit yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus
karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti;
udara, air, lantai, makanan dan benda-benda medis maupun non medis. Terjadinya infeksi
nosokomial akan menimbulkan banyak kerugian, antara lain:
1. Lama hari perawatan bertambah panjang

2. Penderitaan bertambah

3. Biaya meningkat

Di beberapa bagian, terutama di bagian penyakit dalam, terdapat banyak prosedur dan
tindakan yang dilakukan baik untuk membantu diagnosa atau memantau perjalanan penyakit
dan terapi yang dapat menyebabkan pasien cukup rentan terkena infeksi nosokomial. Pasien
dengan umur tua, berbaring lama, atau beberapa tindakan seperti prosedur diagnostik invasif,
infus yang lama dan kateter urin yang lama, atau pasien dengan penyakit tertentu yaitu
penyakit yang memerlukan kemoterapi, dengan penyakit yang sangat parah, penyakit
keganasan, diabetes, anemia, penyakit autoimun dan penggunaan imuno supresan atau
steroid didapatkan bahwa risiko terkena infeksi lebih besar. Sumber penularan dan cara
penularan terutama melalui tangan dan dari petugas kesehatan atau personel kesehatan
lainnya, jarum injeksi, kateter iv, kateter urin, kasa pembalut atau perban, dan cara yang
keliru dalam luka. Infeksi nosokomial ini pun tidak hanya mengenai pasien saja, tetapi juga
dapat seluruh personel rumah sakit yang berhubungan langsung dengan pasien maupun
penunggu dan para pengunjung pasien.

B. RANTAI PENULARAN INFEKSI

1. Agen Infeksi

Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama ia rawat di rumah


sakit. Kontak pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan
gejala antara banyaknya faktor yang dapat menyebabkan kejadian infeksi. Kemungkinan
infeksi tergantung pada:
a. Mikroorganisme,

b. Resistensi terhadap zat-zat antibiotika,

c. Tingkat virulensi

d. Banyaknya materi infeksius.

Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat


menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme
yang didapat dari orang lain (Cross infection) atau disebabkan oleh flora normal dari
pasien itu sendiri (Endogenuous Infection). Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah
sakit ini lebih disebabkan karena faktor eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya
melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak steril. Penyakit yang
didapat dari rumah sakit saat ini sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme yang
umumnya selalu ada pada manusia yang sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan
penyakit pada orang normal.
a) Bakteri

Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang sehat.
Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari datangnya
bakteri patogen. Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi jika
manusia tersebut mempunyai toleransi yang rendah terhadap mikroorganisme.
Contohnya Escherichia coli yang paling banyak dijumpai sebagai contoh infeksi
saluran kemih. Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik
secara sporadik maupun endemik. Contohnya:
1) Anaerobik Gram-positif, Clostridium yang dapat menyebabkan gangren

2) Bakteri gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit


dan hidung dapat menyebabkan gangguan pada panu, pulang, jantung dan
infeksi pembuluh darah serta telah resisten terhadap antibiotik.

3) Bakteri gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya Escherichia coli, Proteus,


Klebsiella, Enterobacter. Pseudomonas sering ditemukan di air dan
penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran pencernaan dan
pasien yang dirawat. Bakteri gram negatif ini bertanggung jawab sekitar
setengah dari semua infeksi di rumah sakit.

4) Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas


jahitan, paru, dan peritoneum.

b) Virus Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam


virus, termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari transfusi,
dialisis, suntikan dan endoskopi. Syncytial pernapasan virus (RSV), rotavirus, dan
enteroviruses yang ditularkan dari kontak tangan ke mulut atau melalui rute faecal-
oral. Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik, dan transfusi
darah. Rute penularan untuk virus sama seperti mikroorganisme lainnya. Infeksi
gastrointestinal, infeksi traktus respiratorius, penyakit kulit dan darah. Virus lain
yang sering menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola,
influenza virus, herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus, juga dapat
ditularkan.

c) Parasit dan Jamur Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan
mudah ke orang dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur dan parasit dapat timbul
selama mempersembahkan obat antibiotika bakteri dan obat immunosupresan,
mengganti infeksi Candida albicans, Aspergillus spp, Cryptococcus neoformans,
Cryptosporidium.

2. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak dan
siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling umum adalah manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan, tanah, udara, dan bahan-bahan organik lainnya. Pada manusia:
permukaan kulit, selaput saluran nafas atas, usus dan vagina.

3. Port of exit (Pintu keluar) adalah jalan dari mana agen meninggalkan reservoir. Pintu
keluar termasuk: saluran pemafasan, saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin,
kulit dan pembrana mukosa, transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain.

4. Transmisi (cara penularan) adalah bagaimana cara transportasi agen infeksi dari
reservoir ke penderita (yang suseptibel). Ada beberapa cara penularan yaitu:

a. Kontak (contact transmission)

1) Direct / Langsung: kontak badan ke badan transfer kuman penyebab secara fisik
pada saat pemeriksaan fisik, memandikan pasien.

2) Indirect / Tidak langsung: kontak melalui objek (benda / alat) perantara: jarum,
kasa, tangan yang tidak disukai.

b. Droplet: partikel droplet> 5 um melalui batuk, bersin, bicara, jarak sebar pendek,
tidak bertahan lama di udara, paling banyak pada mukosa bibir, hidung, mulut.

c. Airborne: partikel kecil ukuran 5 um, bertahan lama di udara, jarak penyebaran jauh,
dapat terinhalasi, contoh: Mycobacterium tuberculosis, virus campak, varisela (cacar
air), spora jamur.
d. Melalui Vehikulum: Bahan yang dapat berperan dalam mempertahankan kehidupan
kuman penyebab sampai masuk (tertelan atau terokulasi) pada pejamu yang rentan.
Contoh: air, darah, tinja, makanan. Melalui Vektor: Serangga atau binatang lain yang
dapat menularkan

e. kuman penyebab cara menggigit pejamu yang rentan atau menimbun penyebab
penyebab pada kulit pejamu atau makanan. Contoh: nyamuk, lalat, pinjal / kutu,
binatang pengerat.

5. Port of entry (Pintu masuk) adalah tempat dimana agen infeksi memasuki pejamu
(yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui: saluran pernafasan, saluran pencernaan,
saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh (luka).

6. Pejamu rentan (suseptibel) adalah orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang
cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah infeksi atau penyakit. Faktor yang
mempengaruhi: umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas,
trauma atau pembedahan. Sedangkan faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah jenis
kelamin, etnis tertentu, status ekonomi, gaya, pekerjaan dan herediter. Anak-anak yang
berusia di bawah 12 tahun adalah yang paling rentan terinfeksi nosokomial. Oleh sebab
itu anak- anak dilarang membesuk orang yang sedang dirawat di rumah sakit. Anak usia
usia ini daya tahan tubuhnya masih rendah dan belum sempurna.

C. PENCEGAHAN TERJADINYA INFEKSI NOSOKOMIAL

Pencegahan dari inksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang terintegrasi,
pemantauan dan program yang termasuk:
1. Kewaspadaan transmisi kontak

a. Penempatan pasien kamar individu

Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah dengan membuat


pemisahan pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk penyakit yang
penularannya melalui udara, contohnya tuberkulosis, dan MRSA, yang
mengakibatkan kontaminasi berat. MRSA dan Staph lain bisa menyebabkan infeksi
pada tubuh lewat kulit terbuka atau arus darah, Orang yang mempunyai masalah
kesehatan seperti kencing manis atau sistem ketahanan yang buruk atau yang kulitnya
terbuka karena luka, operasi baru atau penyakit kulit, lebih cenderung terkena infeksi
Staph. MRSA dapat menyebabkan infeksi kulit seperti bisul, infeksi di bawah kulit,
serta infeksi yang lebih parah pada tulang, darah, paru-paru dan bagian tubuh lainnya.
Sedangkan penularan yang melibatkan virus, contohnya HIV. Biasanya, pasien yang
mempunyai resistensi rendah eperti leukimia dan pengguna obat imunosupresan juga
perlu diisolasi agar terhindar dari infeksi. Tetapi menjaga kebersihan tangan dan
makanan, peralatan keschatan di dalam ruang isolasi juga sangat penting. Ruang
isolasi ini harus selalu tertutup dengan ventilasi udara selalu menuju keluar. Satu
pasien berada dalam satu ruang isolasi, tetapi bila terjadi kejadian luar biasa dan
penderita melebihi kapasitas, beberapa pasien dalam satu ruangan tidak apa-apa
selama mereka menderita penyakit yang sama (Suwarni, 2001).
b. Gaun, menggunakan dan lepaskan gaun sebelum meninggalkan ruangan. Baju
khusus (gaun) juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian selama kita
melakukan tindakan tindakan untuk mencegab percikan darah, cairan tubuh, urin dan
feses, serta melindungi pasien dari mikroorganisme pasien yang menempel pada
tubuh pengunjung yang berasal dari luar rumah sakit.

c. Batasi kontak saat memindahkan pasien.

d. Mencuci tangan Menjaga kebersihan tangan dengan baik dan benar dapatmencegah
penularan mikroorganisme dan menurunkan frekuensi infeksi nosokomial.
Kepatuhan terhadap kebersihan tangan pilar pengendalian. Teknik vang digunakan
adalah teknik cuci tangan 6 langkah. Dapat memakai antiscptik, dan aliran udara atau
handrub berbasis alkohol.

Kebersihan tangan yang aman untuk mencegah transmisi penycbab infeksi (orang ke
orangobick ke orang). Banyak penelitian menuniukkan bahwa cuci tangan
menunjang penurunan insiden MRSA. Waktu cuci tangan:
 Segera setelah tiba di rumah sakit

 Sebelum masuk dan meninggalkan ruangan pasien


 Sebelum dan sesudah kontak pasien atau benda yang terkontaminasi cairan tubuh
pasien

 Diantara kontak pasien satu dengan yang lain.

 Sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada pasien

 Sesudah ke kamar kecil

 Sesudah kontak darah atau cairan tubuh lainnya

 Sebelum meninggalkan rumah sakit

 Segera setelah rilis sarung tangan

 Segera setelah memhersihkan sekresi hidungelum dan setelah mempersiapkan dan


mengkonsumsi makanan

Cara mencuci tagan 6 langkah:


 Buka semua perhiasan, basuh tangan dengan udara, tuangkan sabun atau cairan
antiseptik ke telapak tangan, lalu gosok dengan cara memutar berlawanan dengan
arah jarum jam.

 Gosok punggung tangan kiri dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan.
Dan lakukan sebaliknya.

 Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari. Jari-jari sisi dalam kedua tangan
saling melayani dan saling digosokkan.

 Gosok ibu jari tangan kiri dengan gerakan memutar dalam genggaman tangan
kanan. Dan lakukan sebaliknya.

 Gosokkan ujung-ujung kuku tangan kanan pada telapak tangan kiri dengan cara
memutar. Dan lakukan sebaliknya. Bilas tangan denga air mengalir. Keringkan
dengan tisu sekaali pakai, gunakan tisu bekas untuk menutup keran.

2. Kewaspadaan transmisi udara


a. Menggunakan Masker

Masker, sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara.


Begitupun dengan pasien yang menderita infeksi Saluran nafas, mereka harus
menggunakan masker saat keluar dari kamar penderita. Begitu juga dengan
pengunjung, pengunjung yang diarahkan menggunakan masker sebagai cara untuk
mencegah terhadap infeksi atau penularan selama di rumah sakit.
b. Etika Batuk

Etika Batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar, dengan cara menutup hidung
dan mulut dengan tisu atau lengan baju. Jadi bakteri tidak menyebar ke udara dan
tidak menular ke orang lain
Etika batuk:
 Bila merasa akan batuk atau bersin, segeralah berpaling / menjauh sedikit dari
orang-orang disekitar
 Kemudian tutuplah hidung dan mulut dengan menggunakan tissue / sapu tangan
atau lengan dalam baju
 Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah;
 Cucilah tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau gel pembersih
tangan; dan
 Bila perlu gunakan masker.
DAFTAR PUSTAKA

1. Babb, JR. Liffe, AJ. Referensi Saku ke Rumah Sakit Infeksi yang didapat. Science
Press terbatas, Cleveland Street, London; 2005
2. Ducel, G. et al. Pencegahan infeksi yang didapat di rumah sakit, Panduan praktis. Edisi
ke-2. Organisasi Kesehatan Dunia. Departemen Penyakit Menular, Surveilans dan
Respon; 2002
3. Soepaman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta; 2001
4. . Suwarni, A. Studi Diskriptif Pola Upaya Penyehatan Lingkungan Hubungannya dengan
Rerata Lama Hari Perawatan dan Kejadian Infeksi Nosokomial Studi Kasus: Penderita
Pasca Bedah Rawat Inap di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Provinsi DIY Tahun
2009. Badan Litbang Kesehatan Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial ,
Yogyakarta; 2010

https://id.scribd.com/doc/305897434/SAP-Penyuluhan-Kritis-Dan-Gadar

Anda mungkin juga menyukai