Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDIDIKAN KESEHATAN

PENATALAKSANAAN ISPA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Keperawatan Komunitas


Dosen Pembimbing : Ns. Riani Pradara Jati, S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
(SAP)

Pokok Bahasan : ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)


Sub Pokok Bahasan : Penatalaksanan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
Hari/Tanggal :
Waktu : Jam 09.00 WIB - selesai
Sasaran : Ibu yang memiliki balita Desa Kaliayu
Tempat : Di Posyandu (Rumah kader)
Penyuluh/Pengajar : Lina Huda Zahra

A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran pernafasan dan sering
menyerang anak-anak. Pada kondisi dengan komplikasi yang berat dapat
menyebabkan kematian (Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes, 2006). Faktor-
faktor yang berkaitan dengan penyebaran kejadian ISPA menurut WHO,
(2006) antara lain kondisi lingkungan, ketersediaan dan efektivitas pelayanan
kesehatan dan langkah pencegahan infeksi untuk mencegah penyebaran,
faktor penjamu dan karakteristik patogen.
Menurut Depkes, (2006) ISPA merupakan penyakit yang paling umum
terjadi pada masyarakat dan merupakan salah satu penyebab kematian
tertinggi pada balita (22,8%). Bahkan hingga saat ini ISPA masih merupakan
masalaah kesehatan masyarakat indonesia. ISPA juga merupakan salah satu
penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan. Sebanyak 40%
sampai 60% kunjungan berobat dipuskesmas dan 15% sampai 0% kunjungan
berobat di bagian rawat jlan dan rawat inap rumah sakit pada bagian
perawatan anak. Menurut Riskesdas (2007) prevalensi ISPA tertinggi pada
kelompok balita (>35%), sedangkan terendah adalah pada kelompok umur 15
sampai dengan 24 tahun (prevalensi cenderung meningkat lagi sesuai dengan
meningkatnya umur). Menurut Depkes (2006) kejadian ISPA khususnya pada
balita dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko antara lain BBLR, status
gizi buruk, umur, jenis kelamin, serta ASI eksklusif, imunisasi yang tidak
lengkap, kepadatan tempat tinggal dan lingkungan fisik.Penyakit ISPA sering
terjadi pada anak balita, karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah.
Kejadian buruk pilek pada balita di indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali
pertahun yang berrati seseorang balita rata-rata mendapat serangan batuk
pilek 3 sampai 6 kali setahun. Penyakit ISPA dapat ditularkan melalui air
ludah, bersin, udara pernafasan yang mengandung kuman yang tertiup oleh
orang sehat kesaluran pernafasan. Infeksi saluran pernafasan bagian atas
terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan
umur, tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak
kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan
lingkungan yang tidak hygiene (Sundari, dkk 2014).
Menurut Depkes (2009) anggota keluarga sangat penting mengetahui dan
harus terampil menangani anak dengan ISPA termasuk perawatan di rumah
berupa pemberian makanan, cairan, pemberian obat palega dan pereda batuk,
melanjutkan pemberian ASI, membersihkan hidung dari ingus, dan
mengobati demam. penanganan ISPA tingkat keluarga atau rumah tangga
secara keseluruhannya dapat digologkan menjadi tiga kategori yaitu
perawatan penunjang oleh ibu balita, dan pencarian pertolongan (care seekig)
pada pelayanan kesehatan. Dengan pengetahuan yang dimiliki keluarga,
diharapkan dapat membantu menurunkan angka mortalitas dan morbiditas
serta dampak pneumonia pada balita. Menurut Azrul saat ini ada 24 juta
keluarga indonesia yang mempunyai anak balita, dimana sebanyak 30%
balita mengalami gizi kurang, sehingga rentan terhadap penyakit infeksi. Oleh
sebab itu petugas kesehatan hendanya terus berupaya meningkatkan
pengetahuan keluarga melalui pendidikan kesehatan.dengan pendidikan
kesehatan diharapkan perilaku individu, kelompok, atau masyarakat
mempunyai pengaruh positif terhadap pemulihan dan peningkatan kesehatan.
Berdasarkan febomena tersebut, maka kami ingin memberikan pendidikan
kesehatan mengenai pentingnya penatalaksanaan ISPA.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan tentang penatalaksanaan ISPA, diharapkan
masyarakat mampu memahami pentingnya penatalaksanaan ISPA dan
pencegahan ISPA berulang.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan tentang penatalaksanaan ISPA selama 30
menit diharapkan Warga Desa Kaliayu mampu mengerti, memahami dan
menjelaskan kembali tentang :
a. Pengertian ISPA
b. Penyebab ISPA
c. Jenis-jenis ISPA
d. Tanda dan gejala ISPA
e. Komplikasi ISPA
f. Penatalaksanaan ISPA
g. Pencegahan ISPA

C. Sasaran
Sasaran dalam penyuluhan adalah Warga Desa Kaliayu Kecamatan Cepiring
Kabupaten Kendal.

D. Materi/Isi (terlampir)
Materi penyuluhan yang akan disampaikan meliputi :
1. Pengertian ISPA
2. Penyebab ISPA
3. Jenis-jenis ISPA
4. Tanda dan gejala ISPA
5. Komplikasi ISPA
6. Penatalaksanaan ISPA
7. Pencegahan ISPA

E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya jawab/Diskusi

F. Media
1. PPT
2. LCD/Proyektor
3. Leaflet

G. Setting Tempat

Keterangan :

: LCD/Proyektor

: Moderator

: Penyuluh

: Fasilitator

: Peserta

: Observer

H. Pengorganisasi
1. Moderator :
2. Penyuluh : Lina Huda Zahra
3. Fasilitator :
4. Observer :
Pembagian Tugas
1. Moderator : Mengarahkan seluruh jalannya acara penyuluhan dari awal
sampai akhir
2. Penyuluh : Menyajikan materi penyuluhan
3. Fasilitator : Memotivasi peserta untuk bertanya
4. Observer : Mengamati jalannya acara penyuluhan dari awal sampai
akhir

I. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
No Tahap Waktu Metode
Penyuluh Audience
1 1. Pembukaan 5 menit a. Mengucapkan salam a. Menjawab Lisan
b. Memperkenalkan diri b. Memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan c. Memperhatikan
d. Kontrak waktu d. Memperhatikan
e. Apersepsi e. Menjawab
2 2. Isi 10 Menjelaskan materi berisi Ceramah
menit :
a. Pengertian ISPA a. Memperhatikan
b. Penyebab ISPA b. Memperhatikan
c. Jenis-jenis ISPA c. Memperhatikan
d. Tanda dan gejala ISPA d. Memperhatikan
e. Komplikasi ISPA e. Memperhatikan
f. Penatalaksanaan ISPA f. Memperhatikan
g. Pencegahan ISPA g. Memperhatikan
3 3. Penutup 15 a. Memberi kesempatan a. Aktif bertanya Ceramah
menit bertanya dan
b. Menjawab pertanyaan b. Memperhatikan diskusi
c. Evaluasi c. Menjawab
d. Menyimpulkan d. Memperhatikan
e. Memberi reward e. Menjawab
f. Memberitahu kontrak f. Memperhatikan
waktu selanjutnya
g. Mengucapkan salam g. Menjawab

J. Rencana Evaluasi
1. Apa pengertian ISPA ?
2. Apa saja penyebab ISPA ?
3. Apa saja jenis-jenis ISPA ?
4. Bagimana tanda dan gejala ISPA ?
5. Bagaimana komplikasi ISPA ?
6. Bagaimana penatalaksanaan ISPA ?
7. Bagaimana pencegahan ISPA ?

K. Evaluasi
1. Standart
a. Leaflet sudah dicetak minimal 1 hari sebelum penyuluhan.
b. Materi sudah diketik rapi minimal 2 hari sebelum penyuluhan.
c. SAP sudah dibuat minimal 2 hari sebelum penyuluhan.
d. Power point sudah diketik rapi minimal 1 hari sebelum penyuluhan.
e. Kontrak waktu sudah dilakukan
f. Tempat sudah siap sebelum pelaksanaan
g. Audiens duduk sesuai dengan setting tempat duduk yang sudah
ditentukan.
2. Proses
a. Masyarakat memperhatikan penjelasan dari penyuluh
b. Masyarakat aktif bertanya atau memberikan pendapat
c. Media dapat digunakan secara efektif

3. Hasil
a. Masyarakat mampu memahami dan menjelaskan kembali pengertian
ISPA dengan 90 % benar.
b. Masyarakat mampu memahami dan menjelaskan kembali penyebab ISPA
dengan 90 % benar.
c. Masyarakat mampu memahami dan menjelaskan kembali jenis-jenis
ISPA dengan 75 % benar.
d. Masyarakat mampu memahami dan menjelaskan kembali tanda dan
gejala ISPA dengan 80 % benar.
e. Masyarakat mampu memahami dan menjelaskan kembali komplikasi
ISPA dengan 75 % benar.
f. Masyarakat mampu memahami dan menjelaskan kembali
penatalaksanaan ISPA dengan 80 % benar.
g. Masyarakat mampu memahami dan menjelaskan kembali pencegahan
ISPA dengan 75% benar

LAMPIRAN MATERI
INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

A. Pengertian ISPA
Infeksi  pernafasan merupakan penyakit akut yang paling banyak terjadi
pada anak-anak (Wong Donna L., 20l3). lnfeksi saluran pernafasan akut
menurut sari (2013) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah
yang di sebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus,maupun rekctsia
tanpa atau di sertai dengan radang parenkim paru. lSPAadalah masuknya
mikroorganisme (baktcri, virus, raketsi) ke dalam saluran pernapasan yang
menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari. Infeksi
saluran pernafasan akut adalah penyakit infeksi akut yang menyerangnya salah
satu bagian atau Iebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas)
sampai alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperty sinus,
rongga telinga bawah, dan pleura (WHO, 2011).
ISPA adalah infeksi saluran pernafasan akut yang ditandai dengan batuk
pilek, dan anak sering sekali terkena 2 sampai 3 kali dalam sebulan. Anak
dengan batuk pilek pada anak lamanya sekitar 2 sampai 3 hari, namun bila
lebih dari satu minggu terjadi infeksi lanjutan (Dewi, 2011). Infeksi saluran
pemafasan akut adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh virus, bakteri,
atipikal (mikoplasma), atau aspirasi substansial asing, yang melibatkan suatu
atau semua bagian saluran pemafasan (Wong, 2008).

B. Etiologi atau Penyebab


ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk ke saluran nafas.
Penyabab lain adalah faktor lingkungan rumah, seperti halnya pencemaran
udara dalam rumah, ventilasi dan kepadatan hunian rumah. Pencemaran udara
dalam rumah yang sangat berpengalaman terhadap kejadian ISPA adalah asap
pembakaran yang digunakan untuk memasak. Dalam hal ini misalnya bahan
kayu bakar. Selain itu asap rokok yang ditimbulkan dari salah satu atau lebih
anggota yang mempunyai kebiasaan merokok juga menimbulkan risiko
terhadap kejadian ISPA (Depkes, RI 2006).
Penyakit ini disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia atau protozoa (Junaidi,
2010). Virus yang termasuk penggolong ISPA adalah rinovirus, koronavirus,
adenovirus dan koksakjevirus, influenza, virus sinsisial pernafasan. Virus yang
mudah ditularkan melalui ludah yang dibatukkan atau dibersinkan oleh
penderita adalah virus influenza, virus Sinsial pernafasan, dan rinovirus.
Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis virus, bakteri dan riketsia serta jamur.
Virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di dalamnya
virus influenza, virus para-influenza dan virus campak), adenovirus. Bakteri
Penyebab ISPA misalnya streptokokus hemolitikus, stafllokokus,
pneumokokus, hemoflus influenza, bordetella pertussis, korinebakterium
diffteria (Depkes, 2006). Menurut Sari, (2013) penyebab ISPA antara lain :
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
positif seperti : Steptococcus pneumonia, S.aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histopiasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC), biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi (Sari, 2013).

C. Klasifikasi ISPA
Klasiflkasi ISPA menurut Depkes RI, (2006) yaitu :
1. ISPA ringan : seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan
gejala batuk pilek dan sesak.
2. ISPA sedang : ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh
lebih dari 39°C dan bila bemafas mengeluarkan suara seperti mengorok.
3. ISPA berat : gajala meliputi, kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak
teraba, nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan
gelisah.
Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongnn umur di bawah 2 bulan
dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun (Muttaqien. 2008) yaitu :
1. Golongan umur kurang 2 bulan
a. Pneumonia berat : bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding
dada pada bagian bawah atau nafas cepat. Batas nafas cepat untuk
golongan umur kurang 2 bulan yaitu 6 x permenit atau lebih.
b. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa) : bila tidak ditemukan tanda tarikan
kuat dinding dada bagian bawah atau nafas cepat.tanda bahaya untuk
golongan umur kurang dari 2 bulan yaitu :
1) Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang
dari 1/2 volume yang biasa diminum).
2) Kejang dan demam
3) Kesadaran menurun
4) Stridor
5) Wheezing
2. Golongan umur 2 bulan-5 tahun
a. Pneumonia berat : bila disertai nafas sesak yaitu adanya tarikan di
dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik nafas
(pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak menangis,
atau meronta).
b. Pneumonia sedang : bila disertai nafas cepat, batas nafas cepat adalah
untuk usia 2 bulan sampai 12 bulan yaitu 50 kali permenit atau lebih,
untuk usia 1 sampai 4 tahun yaitu 40 kali permenit atau lebih.
c. Bukan pneumonia : bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian
bawah dan tidak ada nafas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2
bulan sampai 5 tahun yaitu tidak bisa minum, kejang, kesadaran
menurun, stridor, gizi buruk.
D. Tanda dan Gejala ISPA
Gambaran Klinis menurut Wong, (2013) yaitu :
1. Demam (umur 6 bulan-3 tahun) pada bayi baru lahir tidak ada
2. Anoreksia
3. Muntah
4. Diare
5. Nyeri abdomen
6. Sumbatan masal
7. Kekuaran nasal (pilek)
8. Batuk
9. Sakit tenggorokan
Tanda dan gejala menurut klasiflkasi adalah (Misnadiarly, 2008):
1. Pneumonia berat : adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing)
2. Pneumonia ringan : adanya nafas cepat
3. Bukan pneumonia : batuk pilek, demam.
Tanda dan gejala menurut tingkat keparahannya menurut Kemenkes RI, (2008)
yaitu :
1. ISPA ringan : batuk, pilek, demam atau tanpa demam
2. ISPA sedang pernafasan cepat, wheezing (mengi) yaitu nafas bersuara, sakit
atau keluar cairan telinga, bercak kemerahan (campak).
3. ISPA berat : penarikan dinding dada, lubang hidung kembang kempis saat
bemafas, kesadaran menurun, bibir/kulit pucat kebiruan, stridor atau suara
nafas seperti mengorok.

E. Komplikasi ISPA
Adapun komplikasi menurut Prasityao, (2007) yaitu
1. Meningitis
2. OMA (otitis media akut)
3. Mastoiditis
4. Kematian

F. Penatalaksanaan ISPA
Menurut WHO, (2012) perawatan di rumah sangat penting dalam
penatalaksanaan anak dengan penyakit ISPA dengan cara :
1. Pemberian makanan : berikan makanan secukupnya selama sakit, anak
kurang dari 6 bulan tingkatkan pemberian ASI.
2. Pemberian cairan : berikan anak minum lebih banyak, tingkatkan pemberian
ASI.
3. Pemberian obat pelega tenggorokan dan pereda batuk dengan ramuan yang
aman dan Sederhana.
4. Berikan dosis pertama antibiotika
5. Lakukan rujukan segera : apabila ditemukan hasil klasiflkasi pneumonia
maka tindakan adalah berikan antibiotika yang sesuai, berikan pelega
tenggorokan dan Pereda batuk, rujuk ke pelayanan medis.
6. Bila badan anak panas kompres dengan air hangat
7. Jika hidung tersumbat karena pilek, bersihkan lubang hidung dengan sapu
tangan bersih.

G. Pencegahan ISPA
Hal hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada
anak menurut Sari, (2013) antara lain :
1. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan
cara memberikan makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.
2. Memberikan imuninasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh
terhadap penyakit baik.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.
Sedangkan menurut Dewi, (2011) lakukan tindakan berikut untuk mencegah
munculnya penyakit antara lain :
1. Berikan ASI kepada bayi atau anak usia 0-2 tahun
2. Jauhkan bayi dari penderita batuk
3. Bersihkan lingkungan rumah. Usahakan ruangan memiliki udara bersih dan
ventilasi cukup.
4. Lakukan imunisasi atau vaksin lengkap
5. Jauhkan bayi dari asap, debu-debu atau asap dari tungku, asap obat nyamuk
bakar,asap kendaraan bermotor dan udara tercemar lainya. Kendaraan
bermotor, dan urara tercemar lainya.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi ,R.P. (2011). Waspadai Penyakit Pada Anak. Jakarta : PT.Indeks


Depkes RI. (2006). Kajian Riset Operasional 1 . Tahun Pemberantasan Penyakit
Menular Tahun 1998/1999-2003.Jakarta : Depkes RI
Sari K.W. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta : Anggota IKAPI.
Wong,D.L. (2013). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Ed. 4. Jakarta : EGC.
WHO. (2011). Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) yang Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
Muttaqin, A. (2007). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.
Misnadiarly. (2008). Penyakit Infeksi Saluran Nafas Pneumonia Pada Anak
Balita, Orang Dewasa dan Usia Lanjut. Jakarta : Pustaka Obor Populer.
Kemenkes Rl. (2008). Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut.
Jakarta Kemenkes RI.

Anda mungkin juga menyukai