Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA

UTSMAN BIN AFFAN

Dosen Pembimbing :

Dr. Yuliza, MA

Disusun oleh :

Miftahul Rizky

Muhammad Iqbal

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

PASCASARJANA IAIN LHOKSEUMAWE

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa atas berkat
dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang Islam Pada Masa
Usman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib pada tahun ajaran 2017 ini tepat pada
waktunya tanpa halangan suatu apapun.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang.

Lhokseumawe, Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................... Error! Bookmark not defined.

1.1. Latar Belakang.................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah............................................................................. 2

1.3. Tujuan ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

2.1. Biografi Khalifah Usman bin Affan ……………………………………..3

2.2. Proses Pengangkatan Khalifah Usman bin Affan ………………………...4

2.3. Masa Peradabaan Usman bin Affan ………………………………………….6

2.4. Pemerintahan Usman bin Affan ……………………………………………...9

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 15

3.1. Kesimpulan ................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ xvii

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting saat kita

akan membangun masa depan. Sekaitan dengan itu kita bisa tahu apa dan

bagaimana perkembangan islam pada masa lampau. Namun kadang kita

sebagai umat islam malas untuk melihat sejarah. Sehingga kita cenderung

berjalan tanpa tujuan dan mungkin mengulangi kesalahan yang pernah ada

di masa lalu. Disinilah sejarah berfungsi sebagai cerminan bahwa dimasa

silam terjadi sebuah kisah yang patut kita pelajari untuk merancang serta

merencanakan matang-matang untuk masa depan yang lebih cemerlang

tanpa tergoyahkan dengan kekuatan apapun.

Perkembangan Islam pada zaman Nabi Muhammad saw dan para

sahabat adalah merupakan agama Islam pada zaman keemasan, hal itu bisa

terlihat bagaimana kemurnian Islam itu sendiri dengan adanya pelaku dan

factor utamanya yaitu Rasulullah saw. Kemudian pada zaman selanjutnya

yaitu zaman para sahabat, terkhusus pada zaman khalifah empat atau yang

lebih dikenal dengan sebbutan khulafaurrasyidin, Islam berkembang

dengan pesat. Hal itu tentunya tidak terlepas dari para pejuang yang sangat

gigih dalam mempertahankan dan juga dalam menyebarkan islam sebagai

agama Tauhid yang diridhai.

Perkembangan Islam pada zaman inilah merupakan titik tolak

perubahan peradaban kearah yang lebih maju. Maka tidak heran para

sejarawan mencatat bahwa islam pada zaman Nabi Muhammad dan


Khulafaurrasyidin merupakan islam yang luar biasa pengaruhnya. Namun

yang terkadangmenjadi pertanyaan adalah kenapa pada zaman sekarang ini

seolah kita melupakannya. Akan tetapi, perjalanan islam tidak akan

terlepas dari figure Muhammad saw dan para penerusnya yakni Al-

Khulafa Ar-Rasyidin,tabi’in dan para pemikir ekonomi, baik masa

pemerintahan Abu Bakar, Umar Bin Khatab, Ustman Bin Affan, dan Ali

bin Abi Thalib

1.2. Rumusan Masalah


1. Siapakah sosok Khulafaur Rasyidin?

2. Bagaimanakah peradaban Islam pada masa Khalifah Utsman bin

Affan?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui sosok Khulafaur Rasyidin.

2. Mengetahui peradaban Islam masa Khalifah Utsman bin Affan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
BAB I PEMBAHASAN
2.1. Biografi Khalifah Utsman Bin Affan
Usman ibn Affan ibn Abdillah ibn Umayyah ibn ‘Abdi Syams ibn Abdi

mannaf ibn Qushayi lahir pada tahun 576 M di Thaif. Ibunya adalah Urwah,

putrinya Ummu hakim al-Baidha, putri Abdul muttalib, nenek nabi SAW.

Ayahnya Affan adalah seorang saudagar yang kaya raya dari suku Quraisy-

Umayyah. Nasab Usman melalui garis ibunya bertemu dengan nasab nabi

Muhammad SAW pada Abdi Manaf ibn Qushayi. Kalau Usman bersambung

melalui Abdul Muthalib ibn Hasyim ibn Abdi Manaf. Baik suku Umayyah

maupun suku Hasyim sejak sebelum islam sudah mengadakan persaingan dan

permusuhan yang sangat keras. Setelah islam Nabi berusaha mendamaikan

kedua suku maupun suku-suku lain melalui ikatan perkawinan dan juga

melancarkan dakwah islam.

Kehidupan khalifah Usman bin Affan benar-benar kehidupan yang

sangat menarik dan penuh warna. Ia dilahirkan dan tumbuh dewasa ditengah

lingkungan kaum Quraisy, suku yang paling terhormat di Makkah. Setelah

dewasa ia menikahi putri Rosulullah, sayyidah Ruqayyah r.a., dan ketika

Ruqayyah meninggal karena sakit yang dideritanya, Rosulullah menikahkan

Usman dengan Ummu kulsum r.a. usia pernikahan Usman dengan Ummu

kulsum pun tidak berlangsung lama, karena pada tahun kesembilan hijriyah

Allah memanggil Ummu kulsum keharibaan-Nya. Seakan-akan Usman bin

Affan memang disiapkan untuk terus-terusan menghadapi kesedihan. Karena


beliau menikah dengan dua orang putri Rosulullah SAW, yaitu Roqayyah dan

Ummu kulsum, sehingga ia mendapat julukan Dzu al-Nurain. Selama

hidupnya, Usman pernah menikah dengan delapan wanita. Dari pernikahan

itu ia dikaruniai sembilan putra dan enam putri.1

Sejak sebelum masuk islam ia memang terkenal sebagai seorang

pedagang yang sangat kaya raya. Ia bukan saja salah seorang sahabat terdekat

Nabi, juga salah seorang penulis wahyu dan sekretarisnya. Ia berjuang

bersama Rosulullah hijrah kemana saja nabi hijrah atau disuruh hijrah oleh

nabi, dan berperang pada setiap peperangan kecuali perang Badar yang itupun

atas perintah nabi untuk menunggui istrinya, Roqayyah yang sedang sakit

keras. Sebagai seorang hartawan, Usman menghabiskan hartanya demi

penyebaran dan kehormatan agama islam serta kaum muslim. Selain

menyumbang biaya-biaya perang dengan angka yang sangat besar, juga

pembangunan kembali Masjid al-Haram (Mekah) dan Masjid al-Nabawi

(Madinah). Usman juga berperan aktif sebagai perantara dalam perjanjian

Hudaybiyah sebagai utusan nabi.2

2.2. Proses Pengangkatan Khalifah Usman Ibn Affan

Seperti janji yang dikatakan khalifah Umar dalam pidato inagurasinya

sebagai khalifah, dia telah membentuk majlis khusus untuk pemilihan

khalifah berikutnya. Majelis atau panitia pemilihan itu terdiri dari enam

1
Musthafa Murad, Kisah Kehidupan Usman Ibn Affan (Jakarta: Zaman, 2007), 46-47
2
Amin Abdullah, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher

2007), 89-90

4
sahabat dari berbagai kelompok social yang ada. Mereka adalah Ali bin Abi

thalib, Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Zubair, Sa’ad bin Abi

waqas, dan Thalhah. Namun pada saat pemilihan berlangsung, Thalhah tidak

sempat hadir, sehingga lima dari enam anggota panitia yang melakukan

pemilihan.3

Menjelang wafatnya Umar bin khattab, ia membuat tim formatur untuk

memilih calon khalifah. Akhirnya Usman ibn Affan terpilih menjadi khalifah

III dari al-Khulafa al-Rasyidin pengganti Umar. Dalam sebuah riwayat

menyebutkan bahwa Abd al-Rahman ibn ‘Auf sebagai ketua tim pelaksanaan

pemilihan khalifah, pasca wafatnya Umar ibn Khattab, berkata kepada Usman

ibn Affan disuatu tempat sebagai berikut:

Jika saya tidak membaiat’mu (usman) maka siapa yang kau usulkan? Ia

(usman) berkata “Ali”. Kemudian ia (Abd al-Rahman bin Auf) berkata

kepada Ali, jika saya tidak membaiat’mu, maka siapa yang kau usulkan untuk

dibai’at? Ali berkata, “Usman”. Kemudian Abd al-Rahman bin Auf

bermusyawarah dengan tokoh-tokoh lainnya, ternyata mayoritas memilih

Usman sebagai khalifah.

Memperhatikan percakapan dari dua sahabat tersebut, maka tampaklah

bahwa sesungguhnya Usman dan Ali tidak ambisius menjadi khalifah, justru

3
Abu Su’ud, Islamologi Ajaran dan peranannya dalam Peradaban Umat Manusia (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2003), 60

5
keduanya saling mempersilahkan untuk menentukan khalifah secara

musyawarah.4

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Abdurrahman bin Auf berkata

kepada Ali sambil memegang tangannya,”engkau punya hubungan kerabat

dengan Rosulullah dan sebagaimana diketahui, engkau lebih dulu masuk

islam. Demi Allah jika aku memilihmu, engkau mesti berbuat adil. Dan jika

aku memilih Usman, engkau mesti patuh dan taat.” Kemudian Ibn Auf

menyampaikan hal yang sama kepada lima sahabat lainnya. Setelah itu ia

berkata kepada Usman, “aku membaiatmu atas nama sunnah Allah dan

Rosul-Nya, juga dua khalifah sesudahnya.” Usman berkata, ”baiklah.”

Abdurrahman langsung membaiatnya saat itu juga diikuti oleh para

sahabat dan kaum muslim. Orang kedua yang membaiat Usman adalah Ali

bin Abi Thalib. Dengan demikian kaum muslim bersepakat menerima Usman

sebagai khalifah setelah Umar bin Khattab. Haris bin Mudhrab berkata,”aku

berjanji pada masa Umar, kaum muslim itu tidak merasa ragu bahwa khalifah

berikutnya adalah Usman.”5

2.3. Masa Peradaban Islam pada masa Khalifah Usman bin Affan
Usman bin Affan berasal dari keluarga Bani Umayyah. Bapaknya

bernama Affan bin Abil Ash bin Umayyah bin Abdisyam bin Abdul Manaf.

Ibunya bernama Urwa, puteri dari Albaidhak binti Abdul Muthallib bin

Hasyim bin Abdul Manaf. Usman adalah Khalifah ketiga dari Islam setelah

4
Amin Abdullah, Sejarah ...., 89-90
5
Musthafa Murad, Kisah ...., 51-52

6
Nabi Muhammad SAW. Dzul-Nurain. Adalah gelar kehormatannya. Dia

termasuk Bani Umayyah puak dari kaum Quraish. Ini adalah puak dimana,

setelah periode Khalifah awal, mendapat kedudukan dalam kekaisaran Islam

dan memegang tongkat kepemimpinan selama sekitar satu abad. Abu Suyfan,

yang berkali kali memimpin kaum Quraish dan kabilah lain dalam perang

melawan Nabi dan akhirnya masuk islam pada saat jatuhnya kota Mekkah.

Usman enam tahun lebih muda dibanding Nabi Muhammad SAW. Sejak

kecil Usman selalu lurus dan jujur. Ketika tumbuh dewasa, usman berdagang

dan menjalankan bisnis yang berkembang baik. Dia menikmati penghargaan

khusus atas integritasnya dan bersahabat dengan abu bakar. 6

Dengan demikian, dari jalur ibu, Usman mempunyai turunan Bani

Hasyim, yang merupakan keluarga Nabi Muhammad Saw. Usman memeluk

Islam atas ajakan Abu Bakar As-Shiddiq. Usman bin Affan juga menikah

dengan Ruqayah, puteri Nabi Muhammad Saw. Setelah Ruqayah meninggal,

Usman dinikahkan dengan puteri Nabi Muhammad yang lain, yaitu Ummu

Kalsum. Karena itu kaum Muslimin kemudian memberi gelar Usman dengan

Dzun-Nurain (orang yang memiliki dua cahaya).

Usman bin Affan lahir di Thalif tahun 574 M. Ia naik sebagai khalifah

pada usianya yang ke-70, usia yang sudah tua. Usman bin Affan menjabat

khalifah selama dua belas tahun, yaitu dari 644-656 M, dan meninggal pada

usia 82 tahun. Usman meninggal dalam suatu tragedi pemberontakan yang

tidak menyukai kepemimpinannya. Peristiwa ini merupakan pemberontakan

6
Ali, Maulana Muhammad, Early Caliphate (Jakarta : Darul Kutubil Islamiyah, 2007) hlm.159

7
pertama dalam tubuh umat Islam. Dalam sejarah Islam peristiwa terbunuhnya

Usman ini dikenal sebagai al-Fitnah al-Kubra (fitnah besar) yang pertama.

Usman bin Affan menggantikan posisi Umar bin Khaththab sebagai

khalifah ketiga setelah sebelumnya dilakukan musyawarah oleh dewan syura

yang terdiri dari enam orang sahabat yang ditunjuk oleh Umar. Enam orang

tersebut adalah Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah,

Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqas, dan Abdurrahman bin Auf.

Dikatakan bahwa ketika musyawarah itu berlangsung, Abdurrahman bin Auf

mengajukan saran yang berbunyi: “Siapa di antara kita yang rela

mengundurkan diri dari pencalonan?”. Dia sendiri menyatakan pengunduran

dirinya. Sikapnya itu diikuti oleh tiga orang lainya, yaitu Thalhah bin

Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Sa’ad bin Abi Waqas.

Dengan demikian tinggal ada dua calon saja untuk posisi khalifah, yaitu

Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Sejarah mencatat bahwa tiga tokoh

lainnya beserta kedua calon itu sama-sama rela menunjuk Abdurrahman bin

Auf untuk menetapkan pilihan terakhir dan memberinya kesempatan untuk

mempertimbangkan sebaik-baiknya. Abdurrahman bin Auf kemudian

melakukan kontak pribadi dengan para tokoh Madinah. Setelah melakukan

kontak pribadi dengan banyak tokoh, akhirnya pilihannya jatuh kepada

Usman bin Affan. Keputusan itu menuai kritik dari pihak Ali, karena

Abdurrahman bin Auf adalah ipar dari Ustman bin Affan. Keduanya sama-

sama dari keluarga Umayyah, sedangkan Ali bin Abi Thalib dari keluarga

Hasyim. Tetapi Abdurrahman berdalih bahwa keputusannya berdasarkan

8
suara terbanyak dari penduduk Madinah dan bukan karena yang lain. Ali bin

Abi Thalib akhirnya ikut melakukan bai’at terhadap Khalifah Usman bin

Affan. Segera setelah naik menduduki jabatan khalifah, Usman bin Affan

menulis instruksi kepada para gubernurnya. Usman antara lain menekankan

bahwa Allah memerintahkan agar para pemimpin bertindak sebagai pamong

bagi rakyat, dan bukan sebagai pengutip pajak. Ia pun memerintahkan agar

dalam mengelola urusan masyarakat, para gubernur memenuhi hak-hak

rakyat, baik yang beragama Islam maupun yang tidak beragama Islam. 7

2.4. Pemerintahan Usman bin Affan (644-656 M/23-35 H)


Pemerintahan Usman bin Affan berlangsung selama dua belas tahun.

Pada masa awal kekuasaannya, pemerintahannya berjalan lancar, tak ada

kekhawatiran yang mengancamnya. Dikatakan oleh para ahli sejarah, bahwa

pada enam tahun pertama masa kekhalifahannya umat Islam merasa puas

dengan pemerintahannya. Pada masa ini tidak ada keluhan, terutama dari

Bani Hasyim, yang menjadi pesaing politiknya.

Dalam mengatur administrasi, Usman bin Affan tidak mengubah

pemerintahan yang diterapkan oleh Umar bin Khaththab. Usman tetap

menjalankan sistem syura (musyawarah) dalam pemerintahannya. Usman pun

bersikap adil seperti halnya Khalifah Umar. Sejak awal pemerintahannya,

Usman memberikan tunjangan tambahan kepada rakyatnya. Ia pun

memberikan keleluasaan kepada pemuka- pemuka kaum Muslimin untuk

keluar dari Madinah. Dengan demikian, pada masa enam tahun pertama ini

7
Marzuki, Pendidikan Agama Islam, Hal 138.

9
segalanya berjalan lancar dan stabil. Pada paruh terakhir atau enam tahun

kedua dari masa kekhalifahannya mulai muncul perasaan tidak puas dan

kecewa di kalangan umat Islam terhadap dirinya.

Kepemimpinan Usman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan

pendahulunya. Khalifah Umar bin Khaththab lebih memperlihatkan

kehidupan yang sederhana. Tetapi pada masa Khalifah Usman bin Affan,

kehidupan yang beraroma kemewahan dan kesenangan lebih nampak. Ini

mungkin disebabkan karena faktor kehidupan Usman yang sejak awal

memang termasuk orang kaya. Usman pernah berkata: “Saya sungguh tidak

makan dari harta kaum Muslimin, saya makan dari harta saya sendiri. Anda

tahu, di kalangan Quraisy sayalah yang terkaya dan yang paling beruntung

dalam perdagangan”. Salah satu faktor yang menyebabkan kekecewaan

sebagian umat Islam pada paruh kedua dari kepemimpinannya adalah

kebijaksanaannya yang bercorak nepotisme. Usman banyak mengangkat

pejabat-pejabat tinggi negara yang berasal dari lingkungan keluarganya. Di

antaranya yang paling menonjol adalah peran yang dimainkan oleh Marwan

bin Hakam. Disebutkan bahwa sekalipun yang menjabat khalifah adalah

Usman, tetapi yang menjalankan roda pemerintahan adalah Marwan bin

Hakam.

Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan

penting pemerintahan, Usman laksana boneka di hadapan kerabatnya itu.

Usman tidak dapat berbuat banyak dalam menghadapi ambisinya. Dia juga

tidak bisa bersikap tegas terhadap kesalahan bawahannya. Harta kekayaan

10
negara dibagikan kepada segenap anggota keluarganya tanpa dapat

dikontrolnya. 8 Kesalahannya hanyalah karena Usman terlalu toleran dan

terlalu mempercayai karib kerabatnya yang menjadi pejabat negara yang

kemudian menyalahgunakan kepercayaan itu hingga mereka menyimpang

dari disiplin yang ditetapkan oleh Abu Bakar dan Umar secara terus menerus

baik terhadap diri sendiri maupun bawahan mereka.9

Kekecewaan terhadap pemerintahan Usman bin Affan memuncak

dengan adanya gelombang protes dari beberapa wilayah yang menuju

Madinah. Gelombang protes yang datang dari Mesir berjumlah 500 orang,

dipimpin oleh al-Ghafiqi bin Harrab al-Akiki. Tujuan mereka adalah untuk

meminta khalifah meletakkan jabatan. Gerakan yang sama datang dari Kufah,

dengan jumlah 500 orang, di bawah pimpinan Abdullah bin Asham al-Amiri.

Pada saat yang sama berangkat pula rombongan dari Basrah, berjumlah 500

orang, di bawah pimpinan Hurkush bin Zuhair al-Saadi.

Ketika usaha untuk melakukan pendekatan dengan cara damai

menemui jalan buntu, dengan serta merta para demonstran ini menyerbu ke

dalam rumah Usman bin Affan. Dikatakan bahwa al-Ghafiqi memukul

Khalifah Usman bin Affan dengan sebilah besi mengenai kepalanya, sehingga

mengalirkan darah. Pada waktu subuh malam kejadian, Khalifah Usman

akhinya menghembuskan nafasnya sambil memeluk al-Quran. Peristiwa

terbunuhnya Usman bin Affan oleh kaum pemberontak dalam sejarah Islam

8
Marzuki, Pendidikan Agama Islam, Hal 139 – 140
9
Quthb, Muhammad, Perlukah Menulis Ulang Sejarah Islam? (Jakarta : Penerbit Buku Andalan,
1995), Hal 148
11
dikenal sebagai al-fitnah al-kubra. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa

pada masanya tidak ada kegiatan-kegiatan penting10.

Pada masa Usman, wilayah kekuasaan Islam bertambah dengan dapat

dikuasainya Azerbaijan, Arminiyah, Sabur, Afrika Selatan, Undulus (Spain),

Cyprus, Persia, dan Tabristan.11 Dia juga telah berhasil membangun armada

angkatan laut untuk menghadapi tentara Romawi. Ketika Usman bin Affan

naik sebagai khalifah, yang pertama disampaikan kepada kaum Muslimin

adalah rencana perluasan Masjid Nabawi. Usman menambah perluasan

Masjid secara besar-besaran. Pemerintahan Usman juga berjasa dalam

membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur

pembagian air ke kota-kota. Dia juga berhasil membangun jalan-jalan,

jembatan, masjid. Beberapa hal lain yang bercorak keagamaan, dilakukan

pula pada masa Usman. Pada masa Khalifah Usman bin Affan untuk pertama

kalinya kewajiban pembayaran zakat diserahkan kepada pribadi-pribadi dan

tidak ditangani pemerintah. Pada masanya pula untuk pertama kalinya

mendahulukan khatbah daripada shalat baik pada hari raya Idul Fitri dan Idul
12
Adha. Akhirnya, yang monumental dari Usman bin Affan adalah

pembukuan al-Quran, sehingga al-Quran yang beredar sekarang dikenal

dengan sebutan Mushhaf Usmani. Khalifah Usman meminta mengumpulkan

naskah Alquran yang disimpan Hafsah binti Umar,13 naskah ini merupakan

10
Marzuki, Pendidikan Agama Islam, Hal 139 - 140
11
Muhammad Yusuf Al-Kandahlawy, Sirah Sahabat, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur, hlm.
223.
12
Marzuki, Pendidikan Agama Islam, Hal 139 - 140
13
Philip K. Hitti, History of the Arabs, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2002), edisi revisi ke-
10, hal. 154
12
kumpulan tulisan Alquran yang berserakan pada masa pemerintahan Abu

Bakar. Khalifah Usman kemudian membentuk suatu badan atau panitia

pembukuan Al-quran, yang anggotanya terdiri dari: Zaid bin Sabit sebagai

ketua panitia dan Abdullah bin Zubair serta Abdurrahman bin Haris sebagai

anggota. Tugas yang harus dilaksanakan adalah mengumpulkan lembaran-

lembaran lepas dengan cara menyalin ulang ayat-ayat Al-quran ke dalam

sebuah buku yang disebut mushaf.

Usman menginstruksikan agar penyalinan berpedoman kepada bacaan

mereka yang menghafal Alquran, seandainya terjadi perbedaan dalam

pembacaan, maka yang ditulis adalah yang berdialek Quraisy (Arab). Salinan

Alquran dengan nama al-Mushaf, oleh panitia diperbanyak menjadi lima

buah. Sebuah tetap berada di Madinah, dan empat lainnya dikirimkan ke

Mekah, Suriah, Basrah, dan Kufah.14 Naskah salinan yang tetap di Madinah

disebut Mushaf al-Imâm.

Pada saat ini umat Islam sudah tersebar luas, mereka memerlukan

pemahaman Alquran yang mudah dimengerti dan mudah di jangkau oleh

alam pikirannya. Peranan hadis atau sunnah Rasul sangat penting untuk

membantu dan menjelaskan Alquran. Lambat laun timbullah bermacam-

macam cabang ilmu hadis.Tempat belajar masih di kuttab, di masjid atau

rumah-rumah. 15 Pada masa ini tidak hanya Alquran yang dipelajari tetapi

Ilmu Hadis dipelajari langsung dari para sahabat Rasul. Langkah

pengumpulan mushaf ini merupakan salah satu langkah meneruskan jejak


14
Khaldun, Ibn, Muqaddimah, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2000), Cetakan Kedua. hal 142
15
Soekarno, dan Ahmad Supardi, 2001. Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam
(Bandung: Angkasa.) Hal 65 – 67
13
khalifah pendahulunya untuk menyusun dan mengkodifikasi ayat-ayat Al-

Quran dalam sebuah mushaf. Dengan demikian, pembukuan Al-Quran pada

masa khalifah Usman itu memberikan kebaikan seperti :

1. Menyatukan kaum muslimin pada satu mushaf yang seragam ejaan

dan tulisannya.

2. Menyatukan bacaan,

3. Menyatukan tertib susunan surat-surat, sesuai yang diajarkan oleh

Rasullah.16

16
Nurhamzah, M.Ag, Bahan Ajar Sejarah Islam ( Bandung, 2017), Hal 33
14
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Khalifah ketiga adalah Utsman bin Affan. Nama lengkapnya adalah

Utsman bin Affan bin Abil Ash bin Umayyah dari suku Quraisy.Ia

mendapatkan julukan Zun Nurain, artinya yang memiliki dua cahaya,

karena menikahi dua putrid Nabi secara berurutan setelah yang satu

meninggal.

Keadaan umat Islam tatkala Utsman diangkat menjadi khalifah

Antara lain: Menguasai negara Persia secara sempurna, Tentara Romawi

berhasil diusir dari Syam dan Mesir, Menghukum segala bentuk kezaliman

dan membedakan bentuk masyarakat, Kaum Muslim dan Non Muslim

dapat hidup dengan tenang karena islam menjamin kebebasan beragama

mereka.

Pada masa pemerintahannya perluasan Islam tekah mencapai Asia

dan Afrika, seperti daerah Heart, Kabul, Ghazni, dan Asia Tengah, juga

Armenia, Tusnisia, Cyprus, Rhodes dan bagian yang tersisa dari Persia

dan berhasil berhasil menumpas pemberontakan yang dilakukan orang

Persia. Roda pemerintahan Utsman tidak jauh berbeda dengan Umar.

Pemegang kekuasaan tertinggi ada di tangan khalifah dan pelaksanaan

tugas tugas eksekutif di pemerintahan pusat di bantu oleh pejabat

sekretaris negara yakni Marwan bin Hakam. Adapun kekuasaan legislative

dipegang oleh Dewan Penasehat atau Majelis Syura.


15
Karya monumental khalifah Utsman selama menjabat sebagai

pemimpin umat islam waktu itu adalah pembukuan Mshaf Al-Qur’an,

yang kemudian dikenal dengan nama Mushaf Utsmani.

Ali adalah putra Abi Thalib bin Abdul Munthalib. Ia adalah sepupu

Nabi Muhammad yang kemudian menjadi menantunya karena menikahi

putri Nabi yakni Fatimatuz Zahra. Orang yang pertama kali membai’at Ali

adalah Thalhah bin Ubaidillah, kemudian diikuti oleh Zubair bin Awwam

dan Sa’ad bin Abi Waqash. Kemudian di ikuti oleh banyak sahabat dari

Muhajirin dan Ansor. Adapun usaha-usaha beliau selama memerintah

antara lain : Menarik kembali semua tanah yang dibagikan oleh Khalifah

Utsman kepada kaum kerabatnya, lalu mengembalikannya ke Negara,

Mengganti semua gubernur yang tidak disenangi rakyat, Penumpasan para

pemberontak, Memindahkan pusat pemerintahan ke Kufah,

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Kandahlawy, Muhammad Yusuf. Sirah Sahabat. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Ali, Maulana Muhammad. 2007. Early Caliphate. Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah.
Khaldun, Ibn. 2000. Muqaddimah. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Marzuki. 2009. Pendidikan agama islam. Yogyakarta: Sang Media.
Munir Amin, Samsul. 2010. Sejarah peradaban Islam. Jakarta: Sinar Grafika
Offcet.

Nur Hakim, Muhammad. 2004 Sejarah Dan Peradaban islam. Malang:


Universitas Muhammadiyah Malang.

Nurhamzah, M.Ag. 2017. Bahan Ajar Sejarah Islam. Bandung.


Philip K. Hitti. 2002. History of the Arabs edisi revisi ke-10. Jakarta: PT Serambi
Ilmu Semesta.
Quthb, Muhammad. 1995. Perlukah Menulis Ulang Sejarah Islam? Jakarta:
Andalan.
Soekarno, dan Ahmad Supardi. 2001 Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam.
Bandung: Angkasa.
Su’ud, Abu. Islamologi, Jakarta : Asdi Mahasatya.
Supriyadi, Dedi. 2008 Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Syalabi, A. 2003. Sejarah dan kebudayaan islam. Jakarta: PT pustaka al husna
baru, yang diterjemahkan Prof. DR. H. Mukhtar Yahya.

Anda mungkin juga menyukai