Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA USMAN BIN AFFAN


DAN ALI BIN ABI THALIB
Makalah ini diajukan untuk memenuhi Tugas
dalam mengikuti mata kuliah sejarah peradaban islam
Dosen Pengampu :Milahtul Latifah, S.Ag, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok III
- Muhamad Facriadin
- Labib Adnan A’syahrowI
- Puput Fatimah Azzarahra
- Taufiq

MENEJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT UMMUL QURO AL-ISLAMI
Jl. Mohnoh Nur No. 112, Leuwimekar, Kec. Leuwiliang,
Bogor, Jawa Barat 16640

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang Islam Pada Masa Usman Bin Affan dan Ali Bin Abi
Thalib
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang.

Bogor, 28 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

1.1. Latar Belakang...................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.............................................................................2

1.3. Tujuan................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3

2.1. Masa Peradaban Islam pada masa Khalifah Usman bin Affan.........3

2.2. Pemerintahan Usman bin Affan (644-656 M/23-35 H)....................5

2.3. Masa Peradaban Islam pada masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib....10

2.4 Keadaan Umat Muslim pada masa Ali............................................11

2.5 Kebijaksanaan Politik pada masa Ali..............................................13

BAB III PENUTUP.............................................................................................15

3.1. Kesimpulan.....................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................xvii

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting saat kita akan membangun
masa depan. Sekaitan dengan itu kita bisa tahu apa dan bagaimana perkembangan islam pada
masa lampau. Namun kadang kita sebagai umat islam malas untuk melihat sejarah. Sehingga
kita cenderung berjalan tanpa tujuan dan mungkin mengulangi kesalahan yang pernah ada di
masa lalu. Disinilah sejarah berfungsi sebagai cerminan bahwa dimasa silam terjadi sebuah
kisah yang patut kita pelajari untuk merancang serta merencanakan matang-matang untuk
masa depan yang lebih cemerlang tanpa tergoyahkan dengan kekuatan apapun.
Perkembangan Islam pada zaman Nabi Muhammad saw dan para sahabat adalah
merupakan agama Islam pada zaman keemasan, hal itu bisa terlihat bagaimana kemurnian
Islam itu sendiri dengan adanya pelaku dan factor utamanya yaitu Rasulullah saw. Kemudian
pada zaman selanjutnya yaitu zaman para sahabat, terkhusus pada zaman khalifah empat atau
yang lebih dikenal dengan sebbutan khulafaurrasyidin, Islam berkembang dengan pesat. Hal
itu tentunya tidak terlepas dari para pejuang yang sangat gigih dalam mempertahankan dan
juga dalam menyebarkan islam sebagai agama Tauhid yang diridhai.
Perkembangan Islam pada zaman inilah merupakan titik tolak perubahan peradaban
kearah yang lebih maju. Maka tidak heran para

sejarawan mencatat bahwa islam pada zaman Nabi Muhammad dan Khulafaurrasyidin
merupakan islam yang luar biasa pengaruhnya. Namun yang terkadangmenjadi pertanyaan
adalah kenapa pada zaman sekarang ini seolah kita melupakannya. Akan tetapi, perjalanan
islam tidak akan terlepas dari figure Muhammad saw dan para penerusnya yakni Al- Khulafa
Ar-Rasyidin,tabi’in dan para pemikir ekonomi, baik masa pemerintahan Abu Bakar, Umar
Bin Khatab, Ustman Bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib

1.2. Rumusan Masalah


1. Siapakah sosok Khulafaur Rasyidin?
2. Bagaimanakah peradaban Islam pada masa Khalifah Utsman bin Affan?
3. Bagaimanakah peradaban Islam pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui sosok Khulafaur Rasyidin.
2. Mengetahui peradaban Islam masa Khalifah Utsman bin Affan.
3. Mengetahui peradaban Islam masa Khalifah Ali bin Abi Thali

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Masa Peradaban Islam pada masa Khalifah Usman bin Affan
Usman bin Affan berasal dari keluarga Bani Umayyah. Bapaknya bernama Affan bin Abil
Ash bin Umayyah bin Abdisyam bin Abdul Manaf. Ibunya bernama Urwa, puteri dari
Albaidhak binti Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdul Manaf. Usman adalah Khalifah ketiga
dari Islam setelah Nabi Muhammad SAW. Dzul-Nurain. Adalah gelar kehormatannya. Dia
termasuk Bani Umayyah puak dari kaum Quraish. Ini adalah puak dimana, setelah periode
Khalifah awal, mendapat kedudukan dalam kekaisaran Islam dan memegang tongkat
kepemimpinan selama sekitar satu abad. Abu Suyfan, yang berkali kali memimpin kaum
Quraish dan kabilah lain dalam perang melawan Nabi dan akhirnya masuk islam pada saat
jatuhnya kota Mekkah. Usman enam tahun lebih muda dibanding Nabi Muhammad SAW.
Sejak kecil Usman selalu lurus dan jujur. Ketika tumbuh dewasa, usman berdagang dan
menjalankan bisnis yang berkembang baik. Dia menikmati penghargaan khusus atas
integritasnya dan bersahabat dengan abu bakar.
Dengan demikian, dari jalur ibu, Usman mempunyai turunan Bani Hasyim, yang
merupakan keluarga Nabi Muhammad Saw. Usman memeluk Islam atas ajakan Abu Bakar As-
Shiddiq. Usman bin Affan juga menikah dengan Ruqayah, puteri Nabi Muhammad Saw. Setelah
Ruqayah meninggal, Usman dinikahkan dengan puteri Nabi Muhammad yang lain, yaitu
Ummu Kalsum. Karena itu kaum Muslimin kemudian memberi gelar Usman dengan Dzun-
Nurain (orang yang memiliki dua cahaya).
Usman bin Affan lahir di Thalif tahun 574 M. Ia naik sebagai khalifah pada usianya yang
ke-70, usia yang sudah tua. Usman bin Affan menjabat khalifah selama dua belas tahun, yaitu
dari 644-656 M, dan meninggal pada usia 82 tahun. Usman meninggal dalam suatu tragedi
pemberontakan yang tidak menyukai kepemimpinannya. Peristiwa ini merupakan
pemberontakan pertama dalam tubuh umat Islam. Dalam sejarah Islam peristiwa terbunuhnya
Usman ini dikenal sebagai al-Fitnah al-Kubra (fitnah besar) yang pertama.
Usman bin Affan menggantikan posisi Umar bin Khaththab sebagai khalifah ketiga
setelah sebelumnya dilakukan musyawarah oleh dewan syura yang terdiri dari enam orang
sahabat yang ditunjuk oleh Umar. Enam orang tersebut adalah Usman bin Affan, Ali bin Abi
Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqas, dan Abdurrahman
bin Auf. Dikatakan bahwa ketika musyawarah itu berlangsung, Abdurrahman bin Auf
mengajukan saran yang berbunyi: “Siapa di antara kita yang rela mengundurkan diri dari
pencalonan?”. Dia sendiri menyatakan pengunduran dirinya. Sikapnya itu diikuti oleh tiga
orang lainya, yaitu Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Sa’ad bin Abi Waqas.
Dengan demikian tinggal ada dua calon saja untuk posisi khalifah, yaitu Usman bin Affan
dan Ali bin Abi Thalib. Sejarah mencatat bahwa tiga tokoh lainnya beserta kedua calon itu
sama-sama rela menunjuk Abdurrahman bin Auf untuk menetapkan pilihan terakhir dan
memberinya kesempatan untuk mempertimbangkan sebaik-baiknya. Abdurrahman bin Auf
kemudian melakukan kontak pribadi dengan para tokoh Madinah. Setelah melakukan kontak
pribadi dengan banyak tokoh, akhirnya pilihannya jatuh kepada Usman bin Affan. Keputusan
itu menuai kritik dari pihak Ali, karena Abdurrahman bin Auf adalah ipar dari Ustman bin
Affan. Keduanya sama- sama dari keluarga Umayyah, sedangkan Ali bin Abi Thalib dari
keluarga Hasyim. Tetapi Abdurrahman berdalih bahwa keputusannya berdasarkan suara
terbanyak dari penduduk Madinah dan bukan karena yang lain. Ali bin Abi Thalib akhirnya ikut
melakukan bai’at terhadap Khalifah Usman bin Affan. Segera setelah naik menduduki jabatan
khalifah, Usman bin Affan menulis instruksi kepada para gubernurnya. Usman antara lain
menekankan bahwa Allah memerintahkan agar para pemimpin bertindak sebagai pamong bagi
rakyat, dan bukan sebagai pengutip pajak. Ia pun memerintahkan agar dalam mengelola urusan
masyarakat, para gubernur memenuhi hak-hak rakyat, baik yang beragama Islam maupun yang
tidak beragama Islam. 2
2.2. Pemerintahan Usman bin Affan (644-656 M/23-35 H)
Pemerintahan Usman bin Affan berlangsung selama dua belas tahun. Pada masa awal
kekuasaannya, pemerintahannya berjalan lancar, tak ada kekhawatiran yang mengancamnya.
Dikatakan oleh para ahli sejarah, bahwa pada enam tahun pertama masa kekhalifahannya umat
Islam merasa puas dengan pemerintahannya. Pada masa ini tidak ada keluhan, terutama dari
Bani Hasyim, yang menjadi pesaing politiknya.

Dalam mengatur administrasi, Usman bin Affan tidak mengubah pemerintahan yang
diterapkan oleh Umar bin Khaththab. Usman tetap menjalankan sistem syura (musyawarah)
dalam pemerintahannya. Usman pun bersikap adil seperti halnya Khalifah Umar. Sejak awal
pemerintahannya, Usman memberikan tunjangan tambahan kepada rakyatnya. Ia pun
memberikan keleluasaan kepada pemuka- pemuka kaum Muslimin untuk keluar dari Madinah.
Dengan demikian, pada masa enam tahun pertama ini segalanya berjalan lancar dan stabil. Pada
paruh terakhir atau enam tahun kedua dari masa kekhalifahannya mulai muncul perasaan tidak
puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadap dirinya.
Kepemimpinan Usman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan pendahulunya.
Khalifah Umar bin Khaththab lebih memperlihatkan kehidupan yang sederhana. Tetapi pada
masa Khalifah Usman bin Affan, kehidupan yang beraroma kemewahan dan kesenangan lebih
nampak. Ini mungkin disebabkan karena faktor kehidupan Usman yang sejak awal memang
termasuk orang kaya. Usman pernah berkata: “Saya sungguh tidak makan dari harta kaum
Muslimin, saya makan dari harta saya sendiri. Anda tahu, di kalangan Quraisy sayalah yang
terkaya dan yang paling beruntung dalam perdagangan”. Salah satu faktor yang menyebabkan
kekecewaan sebagian umat Islam pada paruh kedua dari kepemimpinannya adalah
kebijaksanaannya yang bercorak nepotisme. Usman banyak mengangkat pejabat-pejabat tinggi
negara yang berasal dari lingkungan keluarganya. Di antaranya yang paling menonjol adalah
peran yang dimainkan oleh Marwan bin Hakam. Disebutkan bahwa sekalipun yang menjabat
khalifah adalah Usman, tetapi yang menjalankan roda pemerintahan adalah Marwan bin Hakam.
Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting
pemerintahan, Usman laksana boneka di hadapan kerabatnya itu. Usman tidak dapat berbuat
banyak dalam menghadapi ambisinya. Dia juga tidak bisa bersikap tegas terhadap kesalahan
bawahannya. Harta kekayaan negara dibagikan kepada segenap anggota keluarganya tanpa
dapat dikontrolnya. Kesalahannya hanyalah karena Usman terlalu toleran dan terlalu
mempercayai karib kerabatnya yang menjadi pejabat negara yang kemudian menyalahgunakan
kepercayaan itu hingga mereka menyimpang dari disiplin yang ditetapkan oleh Abu Bakar dan
Umar secara terus menerus baik terhadap diri sendiri maupun bawahan mereka.
Kekecewaan terhadap pemerintahan Usman bin Affan memuncak dengan adanya
gelombang protes dari beberapa wilayah yang menuju Madinah. Gelombang protes yang datang
dari Mesir berjumlah 500 orang, dipimpin oleh al-Ghafiqi bin Harrab al-Akiki. Tujuan mereka
adalah untuk meminta khalifah meletakkan jabatan. Gerakan yang sama datang dari Kufah,
dengan jumlah 500 orang, di bawah pimpinan Abdullah bin Asham al-Amiri. Pada saat yang

Ketika usaha untuk melakukan pendekatan dengan cara damai menemui jalan buntu,
dengan serta merta para demonstran ini menyerbu ke dalam rumah Usman bin Affan. Dikatakan
bahwa al-Ghafiqi memukul Khalifah Usman bin Affan dengan sebilah besi mengenai kepalanya,
sehingga mengalirkan darah. Pada waktu subuh malam kejadian, Khalifah Usman akhinya
menghembuskan nafasnya sambil memeluk al-Quran. Peristiwa terbunuhnya Usman bin Affan
oleh kaum pemberontak dalam sejarah Islam dikenal sebagai al-fitnah al-kubra. Meskipun
demikian, tidak berarti bahwa pada masanya tidak ada kegiatan-kegiatan penting.
Pada masa Usman, wilayah kekuasaan Islam bertambah dengan dapat dikuasainya
Azerbaijan, Arminiyah, Sabur, Afrika Selatan, Undulus (Spain), Cyprus, Persia, dan Tabristan.
3
Dia juga telah berhasil membangun armada angkatan laut untuk menghadapi tentara Romawi.
Ketika Usman bin Affan naik sebagai khalifah, yang pertama disampaikan kepada kaum
Muslimin adalah rencana perluasan Masjid Nabawi. Usman menambah perluasan Masjid secara
besar-besaran. Pemerintahan Usman juga berjasa dalam membangun bendungan untuk
menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga berhasil
membangun jalan-jalan, jembatan, masjid. Beberapa hal lain yang bercorak keagamaan,
dilakukan pula pada masa Usman. Pada masa Khalifah Usman bin Affan untuk pertama kalinya
kewajiban pembayaran zakat diserahkan kepada pribadi-pribadi dan tidak ditangani pemerintah.
Pada masanya pula untuk pertama kalinya

mendahulukan khatbah daripada shalat baik pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Akhirnya, yang monumental dari Usman bin Affan adalah pembukuan al-Quran, sehingga al-
Quran yang beredar sekarang dikenal dengan sebutan Mushhaf Usmani. Khalifah Usman
meminta mengumpulkan naskah Alquran yang disimpan Hafsah binti Umar, naskah ini
merupakan kumpulan tulisan Alquran yang berserakan pada masa pemerintahan Abu Bakar.
Khalifah Usman kemudian membentuk suatu badan atau panitia pembukuan Al-quran, yang
anggotanya terdiri dari: Zaid bin Sabit sebagai ketua panitia dan Abdullah bin Zubair serta
Abdurrahman bin Haris sebagai anggota. Tugas yang harus dilaksanakan adalah mengumpulkan
lembaran-lembaran lepas dengan cara menyalin ulang ayat-ayat Al-quran ke dalam sebuah buku
yang disebut mushaf.
Usman menginstruksikan agar penyalinan berpedoman kepada bacaan mereka yang
menghafal Alquran, seandainya terjadi perbedaan dalam pembacaan, maka yang ditulis adalah
yang berdialek Quraisy (Arab). Salinan Alquran dengan nama al-Mushaf, oleh panitia
diperbanyak menjadi lima buah. Sebuah tetap berada di Madinah, dan empat lainnya dikirimkan
ke Mekah, Suriah, Basrah, dan Kufah.9 Naskah salinan yang tetap di Madinah disebut Mushaf
al-Imâm.
Pada saat ini umat Islam sudah tersebar luas, mereka memerlukan pemahaman Alquran

alam pikirannya. Peranan hadis atau sunnah Rasul sangat penting untuk membantu dan
menjelaskan Alquran. Lambat laun timbullah bermacam- macam cabang ilmu hadis.Tempat
belajar masih di kuttab, di masjid atau rumah-rumah. Pada masa ini tidak hanya Alquran yang
dipelajari tetapi Ilmu Hadis dipelajari langsung dari para sahabat Rasul. Langkah pengumpulan
mushaf ini merupakan salah satu langkah meneruskan jejak khalifah pendahulunya untuk
menyusun dan mengkodifikasi ayat-ayat Al- Quran dalam sebuah mushaf. Dengan demikian,
pembukuan Al-Quran pada masa khalifah Usman itu memberikan kebaikan seperti :
1. Menyatukan kaum muslimin pada satu mushaf yang seragam ejaan dan tulisannya.
2. Menyatukan bacaan,
3. Menyatukan tertib susunan surat-surat, sesuai yang diajarkan oleh Rasullah.
2.3. Masa Peradaban Islam pada masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib
Ali adalah Khalifah Islam yang ke empat juga sepupu Nabi Muhammad SAW, dan juga
sekaligus menantu Nabi Muhammad SAW. Dia adalah putera Abu Thalib, yaitu paman Nabi
Muhammad SAW., setelah kakeknya wafat Abdul Muthalib ia dibesarkan oleh Nabi
Muhammad SAW. Ia datang dari puak Bani Hasyim yang dipandang paling terhormat diantara
kabilah Quraish. Nabi Muhammad SAW juga termasuk dalam golongan yang sama. Fungsinya
dari golongan ini sangat tinggi yaitu sebagai penjaga Rumah Suci Ka’bah.

4
Dan karena inilah Bani Hasyim dipandang dengan kehormatan khusus diseluruh jazirah. ‘Ali
dilahirkan pada tahun ke tiga belas ‘Am al-Fil yaitu tahun Gajah, sepuluh tahun sebelum
Kenabian.
Pada saat Kenabian, ‘Ali hanyalah seorang remaja yang berusia sepuluh tahun. Sejak kecil
ia dibesarkan di rumah Nabi. Maka dia mengenalnya sangat baik dalam segala sesuatu
tentangnya. Karenanya termasuk beberapa orang yang paling awal memeluk Islam. Beberapa
orang bahkan berpendapat bahwa ia adalah orang pertama yang masuk ke dalam barisan tetapi
fakta yang diakui bahwa kehormatan itu jatuh ke tangan Khadijah. Setelahnya barulah Abu
Bakar, Zaid bin Harits dan ‘Ali. Meskipun hanya sekedar seorang anak laki-laki pada waktu
masuk Islam, ‘Ali menunjukan kegairahannya dalam menyiarkan keimanan. Suatu kali Nabi
mengundang kerabatnya dalam pesta, idenya adalah untuk memberi mereka risalah Islam.
Ketika makan malam selesai, beliau berpidato kepada orang-orang didalam pesta tersebut.
“siapa antara kalian kalau”, katanya “yang maju ke depan berikrar sendiri denganku dan
karenanya menjadi teman dan saudaraku?” Saat itu semuanya teteap berdiam diri. ‘Ali sendiri
yang bangun dan menyerahkan dirinya demi membela keimanan. Dia seorang anak kecil,
namun kelak pemuda ini ditakdirkan akan menjadi suatu menara dalam kekuatan Islam.
2.4 Keadaan Umat Muslim pada masa Ali
mengambil posisi siaga. Namun, sebelum perang kedua kubu mengirim utusannya masing-
masing untuk melakukan perundingan dengan harapan pertempuran bisa dihindari.
2.5 Kebijaksanaan Politik pada masa Ali

Situasi politik demikian sedang rumit sehingga di setiap usaha untuk mengangkat pedang
terhadap orang-oran ini akan membahayakan perdamaian bagi seluruh kekaisaran. Namun
dengan mengambil beberapa pemikiran yang ditangkap dari Mu’awiyah akhirnya ia
memutuskan mengganti semua gubernur. Mughirah menasehatinya agar tidak mengambil
langkah ini, dan pertama ia menasehati yaitu membiarkan rakyat secara proklamasi
menerimanya sebagai Khalifah. Kemudian ia akan bisa memerintahkan perubahan apapun yang
dianggapnya pantas di antara para gubernur.
Tugas pertama yang dilakukan oleh khalifah Ali ialah menghidupkan cita-cita abu Bakar
dan Umar, menarik semua tanah dan hibah yang telah dibagikan oleh Ustman kepada kaum
kerabatnya ke dalam kepemilikan negara. Ali juga segera menurunkan semua gubernur yang
tidak disenangi rakyat. Ustman bin Hanif diangkat menjadi penguasa Basrah menggantikan Ibnu
Amir,dan Qais bin Sa’ad dikirim ke Mesir untuk menggantikan gubernur oleh Abdullah.

Ketika kekhalifahan dipegang oleh khalifah Ali, pusat pemerintahan tetap berpusat di Madinah.
Namun keluarga Utsman telah memulai tradisi baru dalam sistem pemerintahan Islam, yaitu
mendirikan kekhalifahan Umayah sebagai tandingan, yang berpusat di Damaskus. Ini adalah
awal munculnya gejela ashobiyah atau pemerintahan dinasti. Di samping itu, sebuah tradisi baru
dalam proses suksesi telah dimulai pula, yaitu dengan makar dan pembunuhan politik.
Menurut Thabani yang dikutip oleh Syalaby (1982:284-296) setelah Ali di baiat menjadi
Khalifah, ia mengeluarkan dua kebijaksanaan polituk yang sangat radikal, yaitu :
1. Memecat kepala daerah angkatan Usman dan menjadikan Gubernur baru.
2. Mengambil kembali tanah yang dibagi-bagikan Usman kepada keluarga dan kaum
kerabatnya tanpa jalan yang sah.Otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab.
Menanggapi kebijakan yang dilakukan oleh Ali, ada yang berpendapat bahwa
kebijaksanaan Ali itu terlalu radikal dan kurang persuasive, sehingga menimbulkan perlawanan
politik dari Gubernur khurusnya Gubernur Syiria ( Bani Ummayyah ) yang tidak mau tunduk
pada Khaifah Ali, terbukti ia menolak kehadiran Gubernur yang baru di angkat oleh Ali.

5
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Khalifah ketiga adalah Utsman bin Affan. Nama lengkapnya adalah Utsman bin
Affan bin Abil Ash bin Umayyah dari suku Quraisy.Ia mendapatkan julukan Zun Nurain,
artinya yang memiliki dua cahaya, karena menikahi dua putrid Nabi secara berurutan setelah
yang satu meninggal.
Keadaan umat Islam tatkala Utsman diangkat menjadi khalifah Antara lain:
Menguasai negara Persia secara sempurna, Tentara Romawi berhasil diusir dari Syam dan
Mesir, Menghukum segala bentuk kezaliman dan membedakan bentuk masyarakat, Kaum
Muslim dan Non Muslim dapat hidup dengan tenang karena islam menjamin kebebasan
beragama mereka.
Pada masa pemerintahannya perluasan Islam tekah mencapai Asia dan Afrika, seperti
daerah Heart, Kabul, Ghazni, dan Asia Tengah, juga Armenia, Tusnisia, Cyprus, Rhodes dan
bagian yang tersisa dari Persia dan berhasil berhasil menumpas pemberontakan yang
dilakukan orang Persia. Roda pemerintahan Utsman tidak jauh berbeda dengan Umar.
Pemegang kekuasaan tertinggi ada di tangan khalifah dan pelaksanaan tugas tugas eksekutif
di pemerintahan pusat di bantu oleh pejabat sekretaris negara yakni Marwan bin Hakam.
Adapun kekuasaan legislative

dipegang oleh Dewan Penasehat atau Majelis Syura. Karya monumental khalifah
Utsman selama menjabat sebagai pemimpin umat islam waktu itu adalah pembukuan Mshaf
Al-Qur’an, yang kemudian dikenal dengan nama Mushaf Utsmani.
Ali adalah putra Abi Thalib bin Abdul Munthalib. Ia adalah sepupu Nabi Muhammad
yang kemudian menjadi menantunya karena menikahi putri Nabi yakni Fatimatuz Zahra.
Orang yang pertama kali membai’at Ali adalah Thalhah bin Ubaidillah, kemudian diikuti
oleh Zubair bin Awwam dan Sa’ad bin Abi Waqash. Kemudian di ikuti oleh banyak sahabat
dari Muhajirin dan Ansor. Adapun usaha-usaha beliau selama memerintah antara lain :
Menarik kembali semua tanah yang dibagikan oleh Khalifah Utsman kepada kaum
kerabatnya, lalu mengembalikannya ke Negara, Mengganti semua gubernur yang tidak
disenangi rakyat, Penumpasan para pemberontak, Memindahkan pusat pemerintahan ke
Kufah,

6
DAFTAR PUSTAKA
Al-Kandahlawy, Muhammad Yusuf. Sirah Sahabat. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. Ali, Maulana
Muhammad. 2007. Early Caliphate. Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah.
Khaldun, Ibn. 2000. Muqaddimah. Jakarta: Pustaka Firdaus. Marzuki. 2009.
Pendidikan agama islam. Yogyakarta: Sang Media.
Munir Amin, Samsul. 2010. Sejarah peradaban Islam. Jakarta: Sinar Grafika Offcet.

Nur Hakim, Muhammad. 2004 Sejarah Dan Peradaban islam. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.

Nurhamzah, M.Ag. 2017. Bahan Ajar Sejarah Islam. Bandung.


Philip K. Hitti. 2002. History of the Arabs edisi revisi ke-10. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Quthb, Muhammad. 1995. Perlukah Menulis Ulang Sejarah Islam? Jakarta:
Andalan.
Soekarno, dan Ahmad Supardi. 2001 Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam.
Bandung: Angkasa.
Su’ud, Abu. Islamologi, Jakarta : Asdi Mahasatya.
Supriyadi, Dedi. 2008 Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Syalabi, A. 2003. Sejarah dan kebudayaan islam. Jakarta: PT pustaka al husna baru, yang
diterjemahkan Prof. DR. H. Mukhtar Yahya.

13
14
15
16
17

Anda mungkin juga menyukai