Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

PERADABAN ISLAM PADA MASA KHULAFA AR-RASYIDIN


(UTSMAN BIN AFFAN DAN ALI BIN ABI THALIB)
Dosen Pengampu : HJ. Fatmawatie, S.Ag., M.Pd.I.

IHWAN FAJRI
Nirm. 12092021010291

SHANTIKA KARYANI
Nirm. 12092021010067

SITI QAMARIYAH
Nirm. 12092021010073

YULI
Nirm. 12092021010090

PAI IV B

MAKALAH DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS PADA MATA


KULIAH SEJARAH PERADABAN ISLAM PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
1444 H / 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sejarah Peradaban Islam
yang berjudul “Peradaban Islam Pada Masa khulafa Ar-Rasyidin (Utsman binAffan dan Ali
bin Abi Thalib)”.

Adapun makalah Sejarah Peradaban Islam tentang Peradaban Islam Pada Masa
khulafa Ar-Rasyidin (Utsman binAffan dan Ali bin Abi Thalib) ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat
memperlancar proses pembuatan makalah Sejarah Peradaban Islam ini. Oleh sebab itu, kami
juga ingin menyamapaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Sejarah Peradaban Islam ini
tentang Peradaban Islam Pada Masa khulafa Ar-Rasyidin (Utsman binAffan dan Ali bin Abi
Thalib) dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.
Selain itu, kritik dan saran dari Anda kami tunggu untuk perbaikan makalah ini nantinya.

Tembilahan, 03 Mei 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar belakang ...................................................................................................... 1

B. Rumusan masalah ................................................................................................. 1

C. Tujuan ................................................................................................................... 1

D. Manfaat ................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3

A. Khalifah Usman Bin Affan ................................................................................... 3

B. Khalifah Ali Bin Abi Thalib.................................................................................. 10

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 17

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 17
B. Saran ...................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting saat kita akan membangun masa
depan. sejarah berfungsi sebagai cerminan bahwa dimasa silam terjadi sebuah kisah yang
patut kita pelajari untuk merancang serta merencanakan untuk masa depan yang lebih
cemerlang tanpa tergoyahkan dengan kekuatan apapun. Perkembangan Islam pada zaman
Nabi Muhammad saw dan para sahabat adalah merupakan agama Islam pada zaman
kecmasan, hal itu bisa terlihat bagaimana kemurnian Islam itu sendiri dengan adanya pelaku
dan faktor utamanya yaitu Rasulullah savw. Kemudian pada zaman selanjutnya yaitu zaman
para sahabat, terkhusus pada zaman khalifah empat atau yang lebih dikenal dengan sebbutan
khulafaurrasyidin, Islam berkembang dengan pesat. Hal itu tentunya tidak terlepas dari para
pejuang yang sangat gigih dalam mempertahankan dan juga dalam menyebarkan islam
sebagai agama Tauhid yang diridhai.

Perkembangan Islam pada zaman inilah merupakan titik tolak perubahan peradaban
kearah yang lebih maju. Maka tidak heran para sejarawan mencatat bahwa islam pada zaman
Nabi Muhammad dan Khulafaurrasyidin merupakan islam yang luar biasa pengaruhnya.
Namun yang terkadang menjadi pertanyaan adalah kenapa pada zaman sekarang ini seolah
kita melupakannya. Akan tetapi, perjalanan islam tidak akan terlepas dari figure Muhammad
saw dan para penerusnya yakni Al-Khulafa ArrRasyidin,tabi 'in dan para pemikir ekonomi,
baik masa pemerintahan Abu Bakar, Umar Bin Khatab, Ustman Bin Affan, dan Ali bin Abi
Thalib.

Khulafaurrasyidin adalah para sahabat nabi yang setia mendampingi perjuangan Nabi,
mereka menggatikan perjuangan dengan tetap memegang ajaran Nabi Muhammad SAW.
Terkhususkan pada makalah ini Khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, pada
masa itu mereka mengembangkan peradaban sebagai bentuk kemajuan agama islam yang
telah dikembangkan khalifah sebelumnya, yaitu Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Maka kita
sebagai umat yang hidup setelah mereka akan mendapatkan jalan lurus apabila mengikuti
perjalanannya.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimakah Sosok Khalifah Usman Bin Affan ?

2. Bagaimanakah Peradaban Islam pada masa Usman bin Affan?


3. Bagaimanakah Akhir Pemerintahan Usman Bin Affan: Tuduhan Nepotisme Dan Usman
Terbunuh?

4. Bagaimanakah Sosok Khalifah Ali bin Abi Thalib?


5. Bagaimanakah Peradaban Islam pada masa Ali bin Abi Thalib?

6. Bagaimanakah Akhir pemerintahan Ali bin Abi Thalib: terbunuhnya Ali dan
pengangkatan Hasan bin Ali?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat dikemukakan beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Dapat Mengetahui Sosok Khalifah Usman Bin Affan.

2. Dapat Mengetahui Peradaban Islam pada masa Usman bin Affan.


3. Dapat Mengetahui Akhir Pemerintahan Usman Bin Affan: Tuduhan Nepotisme Dan
Usman Terbunuh.

4. Dapat Mengetahui Sosok Khalifah Ali bin Abi Thalib.


5. Dapat Mengetahui Peradaban Islam pada masa Ali bin Abi Thalib.

6. Dapat Mengetahui Akhir pemerintahan Ali bin Abi Thalib: terbunuhnya Ali dan
pengangkatan Hasan bin Ali.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KHALIFAH USMAN BIN AFFAN

1. Mengenal Sosok Khalifah Usman Bin Affan

Usman bin Affan Nama lengkapnya ialah Usman ibn Affan bin Abil Ash
Umayyah dari suku Quraisy. ia lahir di Thalif tahun 574 M. la naik sebagai khalifah pada
usianya yang ke-70, usia yang sudah tua. Usman bin Affan menjabat khalifah selama dua
belas tahun, yaitu dari 644-656 M, dan meninggal pada usia 82 tahun Usman meninggal
dalam suatu tragedi pemberontakan yang tidak menyukai kepemimpinannya. Peristiwa ini
merupakan pemberontakan pertama dalam tubuh umat Islam. la memeluk Islam karena
ajakan Abu Bakar, dan menjadi salah seorang sahabat dekat Nabi SAW. la sangat kaya
tetapi berlaku sederhana, dan sebagaian harta kekayaannya digunakan untuk kepentingan
Islam Dalam sejarah Islam peristiwa terbunuhnya Usman ini dikenal sebagai al-Fitnah al-
Kubra (fitnah besar) yang pertama.

Usman bin Affan berasal dari keluarga Bani Umayyah. Bapaknya bernama Affan
bin Abil Ash bin Umayyah bin Abdisyam bin Abdul Manaf. Ibunya bernama Unwa.
puteri dari Albaidhak binti Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdul Manaf. Usman adalah
Khalifah ketiga dari Islam setelah Nabi Muhammad SAW. Dzul-Nurain artinya yang
memiliki dua cahaya karena menikahi dua putri Nabi SAW secara berurutan setelah yang
satu meninggal. Adalah gelar kehormatannya. Dia termasuk Bani Umayyah puak dari
kaum Quraish. Ini adalah puak dimana, setelah periode Khalifah awal, mendapat
kedudukan dalam kekaisaran Islam dan memegang tongkat kepemimpinan selama sekitar
satu abad. Abu Suyfan, yang berkali kali memimpin kaum Quraish dan kabilah lain
dalam perang melawan Nabi dan akhimya masuk islam pada saat jatuhnya kota Mekkah.
Usman enam tahun lebih muda dibanding Nabi Muhammad SAW. Sejak kecil Usman
selalu lurus dan jujur. Ketika tumbuh dewasa utsman berdagang dan menjalankan bisnis

3
yang berkembang baik. Dia menikmati penghargaan khusus atas integritasnya dan
bersahabat dengan abu bakar. 1

Khalifah Usman bin Affan dilakukan mclalui pemilihan pembentukan tim


formatur yang dibentuk oleh pendahulunya, khalifah Umar ibn Khattab. Masa
pemerintahannya adalah yang terpanjang dari semua khalifah di zaman para khalifah
rasyidah, yaitu 12 tahun, tetapi sejarah mencatat tidak seluruh masa kekuasaannya
menjadi saat yang baik dan sukses baginya. Para penulis sejarah membagi zaman
pemerintahan Usman menjadi dua periode, yaitu enam tahun pertama merupakan masa
kejayaan pemerintahannya, dan tahun terakhir merupakan masa pemerintahan yang
buruk.2

2. Peradaban Islam pada masa Usman bin Affan

a. Politik dan pemerintahan

Pola pemerintahan Usman bin Affan dapat dipahami dari pidato Usman bin Affan
ketika diangkat menjadi khalifah: "Sesungguhnya tugas ini telah dipikulkan kepadaku
dan aku telah menerimanya dan sesungguhnya aku adalah seorang muttabi' (pengikut
Sunnah Rasul) dan bukan mubtadi (orang yang berbuat bid'ah). Ketahuilah bahwa
kalian berhak menuntut aku mengenai tiga hal, selain kitab Allah dan Sunnah Nabi,
yaitu mengikuti apa yang telah dilakukan oleh orang-orang scbelumku dalam hal-hal
yang kamu sekalian telah bersepakat dan telah kamu dijadikan sebagai kebiasaan,
membuat kebiasaan yang layak bagi ahli kebajikan dalam hal-hal yang belum kamu
jadikan kebiasaan dan mencegah diriku bertindak atas kamu, kecuali dalam hal-hal
yang kamu sendiri menyebabkannya”. Pidato di atas menggambakan dirinya sebagai
sufi, dan citra pemerintahannya lebih bercorak agama ket imbang corak poltiki. Dalam
pidato ini, Usman mengingatkan beberapa hal penting:

1
Ali, Maulana Muhammad, Early Caliphate, (Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah, 2007), hlm. 159.
2
Samsul, Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2002), hlm. 104.

4
1) Agar umat Islam selalu berbuat baik sesuai kemampuan scbagai bekal
menghadapi hari kematian dan akhirat sebagai tempat yang lebih baik yang
disediakan olch Allah.

2) Agar umat Islam jangan tepedaya kemewahan hidup dunia yang penuh kepalsuan
sehingga membuat mereka lupa kepada Allah.

3) Agar umat Islam mampu mengambil iktibar pelajaran dari masa lalu mengambil
yang baik dan menjauhi yang buruk.

4) Sebagai khalifah ia akan melaksanakan perintah Al-Qur'an dan Sunnah Rasul.

5) Disamping ia akan meneruskan apa yang telah dilakukan pendahulunya, juga


akan membuat hal-hal baru yang membawa pada kebajikan.

6) Umat Islam boleh mengkritiknya bila ia menyimpang dari ketentuan hukum.

Roda pemerintahan Usman pada dasarnya tidak berbeda dari pendahulunya. Dalam
pidato pembai'atannya ia tegaskan akan meneruskan kebiasaan yang dibuat pendahulunya.
Pemegang kekuasaan tertinggi berada ditangan khalifah (pemegang dan pelaksana
kekuasaan eksekutif). Pelaksanaan tugas eksekuif dibantu oleh sekretaris negara yang
dijabat oleh Marwan bin Hakam, anak paman khalifah. Selain sekretaris negara khalifah
Usman juga dibantu oleh pejabat pajak, pejabat kepolisian, pejabat keuangan atau baitul
mal, seperti pada pemerintahan Umar.3

b. Militer (perluasan wilayah, pembangunan kapal dan armada laut)

Perluasan wilayah pada masa Usman bin Afan dilakukan dengan menguasai
Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, scbagian Persia, Tranxosania, dan Tabristan. Dan
ekspansi Islam (perluasan wilayah) pertama berhenti sampai disini. Perluasan wilayah
Islam di masa Usman dapat disimpulkan pada dua bidang:

1) Menumpas pembangkangan dan pemberontakan yang terjadi di beberapa negeri yang


telah masuk ke bawah kekuasaan Islam di zaman Umar. Setelah Umar meninggal ada

3
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008), hlm. 90-91.

5
dacrah-daerah yang membangkang kepada pemerintah Islam. Daerah-daerah yang
membangkang itu ialah Khurasan dan Iskandariah. Pemberontakan di Khurasan
dicetuskan oleh pendukung-pendukung pemerintahan yang lama. Adapun pendukung
kota skandariah, telah diserang kembali oleh bangsa Romawi. Dikirimnya ke sana
tentara yang besar, di bawah pimpinan seorang panglima Amenia bernama Manuel.

2) Perluasan Islam Perlasan wilayah Islam meliputi semua daerah yang telah dicapai
balatentara Islam di masa Umar. Perluasan ini dimasa Usman telah bertambah dengan
perluasan ke laut. Dimasa Usman, negeri-negeri Barqah, Tripoli Barat, dan sebagian
selatan negeri Nubah telah masuk dalam wilayah begara Islam Kemudian negeri-
negeri Amenia dan beberapa Thabaristan, bahkan kemajuan tentara Islam telah
melampaui sungai Jihun (Amu Daria). Jadi daerah-daerah di negeri seberang sungai
Jihun telah masuk wilayah Nwgara Islam. Negeri-negeri Balkh Harah, Kabul dan
Ghaznah di Turkistan telah diduduki kaum Muslimin.4

Pembangunan kapal dan armada laut bermula dari adanya rencana Khalifah
Usman untuk mengirim pasukan ke Afrika, Mesir, Cyperus dan Konstantinopel Cyprus.
Untuk sampai ke daerah tersebut harus melalui lautan. Oleh karena itu atas dasar usul
Gubernur di daerah, Usman pun menyetujui pembentukan armada laut yang dilengkapi
dengan personil dan sarana yang memadai.

Pada saat itu, Muawiyah, Gubernur di Syria harus menghadapi serangan-serangan


Angkatan laut Romawi di daerah-daerah Pesisir provinsinya. Untuk itu, ia mengajukan
permohonan kepada Khalifah Usman untuk membangun angkatan laut dan dikabulkan
oleh Khalifah. Sejak itu Muawiyah berhasil menyerbu Romawi. Mengenai pembangunan
ammada laut itu sendiri. Muawiyah tidak lah membutuhkan tenaga asing sepenuhnya,
karena bangsa kopti. Begitupun juga penduduk pantai Levant yang berdarah Punikia itu,
ramai-ramai menyediakan dirinya untuk membuat dan memperkuat armada terscbut.
itulah pembangunan armada yang pertama dalam sejarah Dunia Islam.

4
Aliman Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 1, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1997), hlm. 270.

6
Dengan mempergunakan angkatan laut yang dipimpin oleh Muawiyah bin Abi
Sufyan tahun 28 H. pulau Cyprus dapat pula dimasukkan ke dalam wilayah Islam. Salah
satu pertempuran yang terpenting di laut ialah pertempuran "Dzatis Sawari" yang berarti
tiang kapal, karena dalam pertempuran tersebut menggunakan banyak kapal. Pertempuran
ini terjadi pada tahun 31 H di laut Tengah dekat kota iskandariah. antara tentara Romawi
di bawah pimpinan Kaisar Constatnine dengan balatentara Islam di bawah pimpinan
Abdullah bin Abi Sarah, yang jadi gubernur di Mesir.5

c. Sosial Kemasyarakatan

Dalam hal ini Usman berkata : "Pada saat pencapaianku menjadi khalifah, aku
adalah pemilik kambing dan unta yang paling banyak di Arab. Hari ini aku tidak ada unta
kecuali yang digunakan dalam ibadah haji. Tentang penyokong mereka, aku berikan dari
milikku pribadi. Tentang harta kekayaan negara, aku menganggapnya tidak halal, baik
bagi diriku sendiri maupun orang lain. aku tidak mengambil apapun dari kekayaan negara,
apa yang aku makan adalah hasil nafkahku sendiri. Satu hal yang patut dicatat dalam
kepemimpinan Usman bahwa Usman meskipun ia memiliki sifat penyantun dan
penyayang terhadap rakyat-rakyatnya itu bukan berarti ia lemah dan menegakkan hukum
Allah. Di dalam surat yang dikirim kepada gubernurnya di daerah dia mengatakan :
"minta tolonglah kalian kepada Allah dalam mengurusi rakyat dan apa saja yang akan
menjadi tugas kalian dan jangan memanipulasinya. Jangan menghukum mnereka
sepanjang mereka tidak menyimpang dari agama, maafkan mereka jika mereka berbuat
tidak baik, lalu binalah mereka, dan janganlah sekali-kali kalian melanggar agama
Allah."

Selain itu Usman juga mengikuti kepemimpinan Umar dengan mencari tahu
mengenai pembantu-pembantunya, temasuk pimpinan rombongan haji, serta pernyataan
rakyat mengenai pemimpin mereka. Usman juga mengirim surat ke daerah-daerah agar
mengunjunginya pada musim haji jika mereka diperlakukan tidak adil, agar mereka
melaporkannya kepadanya perihal pemimpin mereka agar mereka memimpin secara adil.
Isi surat Usman : "sesungguhnya aku mengajak para pejabat menyertaiku pada setiap

5
Dedi Supriyadi, Op.Cit., hlm. 92.

7
musim haji, dan sejak aku memimpin, aku telah memerintahkan kepada umat untuk
ber'amar ma'ruf nahi munkar".6

d. Pembukuan al-Qur'an (Mushaf Usman)

Pada masa Usman, wilayah kekuasaan khalifah semakin luas. Selain yang sudah
diselesaikan pada masa Umar, Usman melanjutkan tugas peny iaran agama Islam.
Daerah-daerah Afrika Utara, Asia Tengah, dan lain-lain dimasuki oleh para juru dakwah
Islam. Karena semakin luasnya daerah Islam dan semakin beraneka ragam bangsa-bangsa
non Arab yang memeluk agama Islam. Persoalan yang berhubungan dengan kitab suci Al
Qur'an muncul kembali, menurut keadaan waktu itu.

Diceritakan oleh Bukhari dan sahabat Huzaifah ibnu Yaman yang dapat dianggap
sebagai motif yang mendorong khalifah Usman mengumpulkan dan menyeragamkan
penulisan Al Qur'an. Abu Huzaifah kebetulan ikut beperang bersama prajurit Islam
lainnya pada pertempuran Armenia dan Azerbaijan, dan kemenangan diperoleh umat
Islam. Selesai pertempuran Abu huzaifah menghadap khalifah. Dia menceritakan
pengalamannya sehubungan dengan Al Qur'an. Dia melaporkan bahwa dewasa ini mulai
timbul gejala-gejala perbedaan pendapat mengenai soal gira 'at Al Qur'an di kalangan
umat Islam.

Hal ini segera ditanggapi oleh khalifah. la mengirim utusan kepada Hafsah binti
Umar (istri Rasulullah SAW) untuk meminta mushaf yang disimpan di rumahnya. Hafsah
memenuhi permintaan itu, dan berdasarkan mushaf yang asli dan otentik itulah. Zaid
ditunjuk oleh Usman sebagai ketua tim pembukuan Al Qur'an dengan anggota-
anggotanya.

Karya kodifikasi Al Qur'an ini merupakan karya besar, bukan hanya karena
melibatkan ratusan para penghafal Al Qur'an dan saksi pertama sejumlah ayat Al-Qur'an.

6
Muhammad Ahmazun, Fitnah Kubra “Tragedi Pada Masa Sahabat”, (Jakarta: LP2SI Al Haramain, 1999), hlm. 270.

8
dengan karya ini pulalah berhasil disatukan jumlah qira 'at / dialek yaitu cara bacaan.
Ketujuh qira 'at adalah : Quraisy. Yaman, jurkum, hawazain, Kuudah, Tajuk.7

3. Akhir Pemerintahan Usman Bin Affan: Tuduhan Nepotisme Dan Usman Terbunuh

Usman terpilih karena sebagai calon konservatif. la adalah orang yang baik dan
soleh. Namun, dalam banyak hal kurang menguntung kan, karena Usman terlalu terikat
dengan kepentingan-kepentingan orang Mekah, khususnya kaum Quraisy dari kalangan
Bani Umayyah. Kemenangan Usman sekaligus adalah suatu kesempatan yang baik bagi
sanak saudaranya dari keluarga besar bani Umayyah. Oleh karena itu, usman berada
dalam pengaruh dominasi seperti itu maka satu persatu kedudukan tinggi kekhalifahan
diduduki oleh anggota-anggota keluarga itu.

Kelemahan dan nepotisme telah membawa khalifah kepuncak kebencian rakyat,


yang pada bcbertapa waktu kemudian menjadi pertikaian yang mengerikan di kalangan
umat islam. Ketika Usman mengangkat Marwan bin Hakam, sepupu khalifah yang
dituduh sebagai orang yang mementingkan diri sendiri dan intrik menjadi sekretaris
utamanya, segera timbul mosi tidak percaya dari rakyat. Begitu pula dengan penempatan
Muawiyah, walid bin Uqbah dan Abdullah bin Sa'ad masing-masing sebagai gubernur
Suriah, Irak dan Mesir, sangat tidak disukai oleh umum. Ditambah lagi tuduhan-tuduhan
keras bahwa kerabat khalifah memperoleh harta pribadi dengan mengorbankan kekayaan
umum dan tanah negara. Hakam ayah Marwan mendapatkan tanah Fadah, Marwan
sendiri menyalahgunakan harta baitul mal. Muawiyah mengambil alih tanah negara
Suriah dan khalifah mengizinkan Abdullah untuk mengambil seperlima dari harta
rampasan perang Tripoli untuk dirinya dan lain-lain. Dari berbagai kecaman tersebut,
khalifah telah berupaya untuk membela diri dan melakukan tindakan politis sebatas
kemampuan. Tentang pemborosan uang negara misalnya. Usman menepis keras tuduhan
keji itu. Benar jika dikatakan ia banyak membantu saudara-saudaranya dari bani
Umayyah, tetapi itu diambil dari kekayaan peribadinya. Sama sekali bukan dari kas
negara, bahkan khalifah tidak mengambil gaji yang menjadi haknya. Pada saat menjadi
khalifah justru Usman jatuh miskin. Selain karena harta yang ia miliki digunakan untuk

7
Abu Su’ud, Islamologi, (Jakarta: PT Rieneka Cipta, 2003), hlm. 61.

9
membantu sanak familinya, juga karena seluruh waktunya dihabiskan untuk mengunusi
pemasalahan kaum muslimin, sehingga tidak ada lagi kesempatan untuk mengumpulkan
harta seperti di masa sebelum menjadi khalifah.

Rasa tidak puas terhadap khalifah Usman semakin besar dan menyeluruh
Pemberontakan pun terjadi dan berhasil mengusir gubernur yang diangkat khalifah, lalu
mereka yang terdiri dari 600 orang Mesir itu berarak-arakan menuju ke Madinah. Para
pemberontak dari Basrah dan Kuffah bertemu dan menggabungkan diri dengan kelompok
dari Mesir. Khalifah pun menuruti kemauan mereka dengan mengangkat Muhammad bin
Abu Bakar sebagai gubernur di Mesir. Mereka puas dengan keputusan khalifah tersebut
dan pulang ke negeri mereka masing-masing. Akan tetapi di tengah jalan para
pemberontak menemukan surat yang dibawa oleh utusan khusus yang menerangkan
bahwa para wakil itu harus dibunuh setelah sampai di Mesir. Menurut mereka surat itu
ditulis oleh sekretaris khalifah yaitu Marwan bin hakam, sehingga mereka meminta
kepada khalifah untuk menyerahkan Marwan bin Hakam. Tuntutan itu tidak dipenuhi
oleh khalifah, tetapi mereka tidak menerimanya. Mereka mengepung rumah khalifah, dan
membunuhnya ketika Usman membaca Al Qur'an pada tahun 35 H/ 17 juni 656 M.8

B. KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB

1. Mengenal Sosok Khalifah Ali bin Abi Thalib

Ali adalah Khalifah Islam yang ke empat ia dibaiat oleh umat Islam secara
langsung. Ia memerintah selama 6 tahun dari 35-40 H/ 655-660 M. Bama aslinya adalah
Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abbdul Manaf al-Hasyimi ia juga
sepupu Nabi Muhammad Saw dan juga sekaligus menantu Nabi Muhammad SAW. Dia
adalah putera Abu Thalib, yaitu paman Nabi Muhammad SAW, setelah akekaya wafat
Abdul Muthalib ia dibesarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Ia datang dari puak Bani
Hasyim yang dipandang paling terhormat diantara kabilah Quraish Nabi Muhammad
SAW juga termasuk dalam golongan yang sama. Fungsinya dari golongan ini sangat
tinggi yaitu sebagai penjaga Rumah Suci Ka’bah Dan karena inilah Bani Hasyim

8
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Ciputat: Logo Wacana Ilmu, 1997), hlm. 60-61.

10
dipandang dengan kehormatan khusus điseluruh jazirah. Ali dilahirkan pada tahun ke tiga
belas Am al-Fil vaitu tahun Gajah, sepuluh tabun sebelum Kenabian.

Pada saat Kenabian, ´Ali hanyalah seorang remaja yang berusia sepuluh tahun
Sejak kecil ia dibesarkan di umah Nabi Maka dia mengenalnya sangat baik dalam segala
sesuatu tentangnya. Karenanya termasuk beberapa orang yang paling awal memeluk
Islam Beberapa orang bahkan berpendapat babwa ia adalah orang pertama vang masuk ke
dalam barisan tetapi fakta yang điakui bahwa kehormatan itu jatuh ke tangan Khadijah
Setelahnya barulah Abu Bakar, Zaid bin Harits dan Ali Meskipun hanya sekedar seorang
anak laki-laki pada waktu masuk Islam, *Ali menunjukan kegairahannya dalam
menyiarkan keimanan Suatu kali Nabi mengundang kerabatnya dalam pesta, idenya
adalah untuk memberi mereka risalah Islam Ketika makan malam selesai, beliau
berpidato kepada orang-orang đidalam pesta tersebut "siapa antara kalian kalau", katanya
"yang maju ke depan berikrar sendiri denganku dan karenanya menjadi teman dan
saudaraku?". Saat itu semuanya tetap berdiam diri 'Ali sendiri yang bangun dan
menyerahkan dirinya denmi membela keimanan. Dia seorang anak kecil, namun kelak
pemuda ini ditakdirkan akan menjadi suatu menara dalam kekuatan Islam.9

2. Peradaban Islam pada masa Ali bin Abi Thalib

a. Politik dan Pemerintahan

Tugas pertama yang dilakukan oleh khalifah Ali bin Abi Thalib ketika dia
menjabat sebagai khalifah ialah menghidupkan kembali cita-cita Abu Bakar dan Umar,
Ali mengubah apa yang telah ditetapkan oleh Usman bin Affan. Dua buah ketetapan
politik dalam pemerintahannya adalah:

1) Memecat kepala-kepala daerah yang diangkat Usman bin Affan. Dikirim kepala
daerah baru yang akan menggantikan. Semua kepala daerah angkatan Ali itu
terpaksa kembali saja ke Madinah, karena tidak dapat memasuki daerah yang
ditugaskan kepadanya.

9
Ali, Maulana Muhammad, Op.Cit., hlm. 230.

11
2) Mengambil kembali tanah-tanah yang dibagikan usman kepada famili-famili dan
kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah. Demikian juga hibah atau pemberian
Usman kepada siapapun yang tiada beralasan diambil Ali kembali.10

Banyak pendukung-pendukung dan kaum kerabat Ali yang menasihatinya supaya


menangguhkan tindakan-tindakan radikal seperti itu, sampai keadaan stabil. Tetapi Ali
kurang mengindahkan. Pertama-pertama Ali mendapat tantangan dari keluarga Bani
Umayyah. Mereka membulatkan tenaga dan bangkitlah Muawiyyah melancarkan
pemberontakan memerangi Ali.

b. Kelompok oposisi/ peperangan dan tahkim

Ketika kekhalifahan dipegang olch khalifah Ali, pusat pemerintahan tetap berpusat
di Madinah. Namun keluarga Usman telah memulai tradisi baru dalam sistem
pemerintahan Islam, yaitu melahirkan kekhalifahan Umayyah sebagai tandingan, yang
berpusat di damaskus. Ini adalah awal munculnya gejala ashobiyah atau pemerintahan
dinasti. Di samping itu, sebuah tradisi baru dalam proses suksesi telah dimulai pula,
yaitu dengan makar dan pembunuhan politik. 11

Kemudian oposisi terhadap khalifah secara terang-terangan dimulai oleh Aisyah,


Thalhah, dan Zubair. Meskipun masing-masing mempunyai alasan pribadi sehubungan
dengan penentanagn terhadap Ali. Mereka sepakat menuntut khalifah segera
menghukum para pembuh Usman. Tuntutan yang sama juga diajukan oleh Muawiyah,
bahkan ia memanfaatkan peristiwa berdarah itu untuk menjatuhkan legalitas kekuasaan
Ali, dengan membangkitkan kemarahan rakyat dan menuduh Ali sebagai orang yang
mendalangi pembunuhan Usman, jika Ali tidak dapat menemukan dan menghukum
pembunuh yang sesungguhnya.

Khalifah Ali sebenarnya ingin menghindari pertikaian dan mengajukan kompromi


kepada Thalhah dan kawan-kawan, tetapi tampaknya penyelesaian damai sulit dicapai.
Oleh karena itu kontak senjata tidak dapat dielakkan lagi. Thalhah dan Zubaik terbunuh

10
Aliarman Syalabi, Op.Cit., hlm. 284.
11
Ali Mufrodi, Op.Cit., hlm. 64.

12
ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah dikembalikan ke Madinah. Peperangan
ini terkenal dengan nama "Perang Jamal" (Perang Unta), yang terjadi pada tahun 36 H,
karena dal am pertempuran tersebut Aisyah istri Nabi mengendarai unta. 12 Segera
setelah Ali dibaiat di mesjid Madinah sebagai khalifah pada tahun 658 M, golongan
Muawiyah yang dipimpin Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb bin Umayah (602 - 680
M), melakukan makar, pertempuran besar segera terjadi antara pendukung Ali melawan
pendukung Muawiyah, di Siffin. Dalam literatur Islam peristiwa itu dikenal sebagai
Finnatul Qubra (bencana besar), yang tidak lain adalah perang saudara. Kekuatan kedua
pasukan tersebut relatif sama, hingga tidak segera terlihat tanda-tanda perang akan usai.

Pada suatu saat terlihat kekuatan golongan Umayah mulai melemah. Di data itulah
pilhak kelomnpok Umayah memainkan tipu muslihat licik. Tiba-tiba ditengah
berkecamuknya perang saudara itu seorang prajurit Umayah menaikkan mushaf AI-
Qur'an di ujung tombak yang diacungkan ke atas, sebagai tanda gencatan senjata.
Menyaksikan isyarat itu khali fah Ali memerintahkan untuk mengehntikan pertempuran.
Segera telah itu dilakukan perundingan yang dipandu oleh para penengah (tahkim).
Pihak Ali memilih Musa bin al-Asyari sebagai wakil Ali, sementara Amr bin al-Ash
merupakan tokoh pilihan Muawiyah.13

Dalam tahkim tersebut, pihak Ali bin Abi Thalib dirugikan oleh pihak Muawiyah
karena kecerdikan Amr ibn Ash yang dapat mengalahkan Abu Musa al-Asy'ari.
Pendukung Ali kemudian terpecah menjadi dua, yaitu kelompok pertama adalah
mereka yang secara terpaksa menghadapi hasil tahkim dan mereka tetap setia kepada
Ali ibn Abi Thalib, sedangkan kelompok yang kedua adalah kelompok yang menolak
hasil tahkim dan kecewa terhadap kepemimpin Ali ibn Abi Thalib. Mereka menyatakan
diri keluar dari pendukung Ali ibn Ai Thalib yang kemudian melakukan gerakan
perlawanan terhadap semua pihak yang terlibat dalam tahkim, termasuk Ali bin Abi
Thalib.

12
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Raja Wali Press, Jakarta, 2008), hlm. 40.
13
Abu Sa’ad, Op.Cit., hlm. 63.

13
c. Sosial kemasyarakatan

Sikap sosial kemasyarakatan Ali ketika menjadi khalifah ialah memecat para pejabat
yang diangkat pada masa ke Khalifahan Usman. Mereka ini adalah para pejabat yang
memiliki sejarah kelam. Ali memecat mereka, kemudian mengembalikan harta kekayaan
yang mereka miliki secara tidak sah ke baitulmal, dan menata ulang pembagian kekayaan
untuk kepentingan umat dengan secadil-adilnya, masingp-masing sesuai dengan amal dan
perjuangannya.14

d. Paham keagamaan

Peristiwa tahkim yange telah menguntungkan Muawiyah dan memberhentikan Ali dari
jabatan khalifah menimbulkan perpecahan dikalangan kaum muslimin serta menimbulkan
berbagai paham keagamaan. 15 Aliran Syi'ah yang menjadi pendukung khalifah Ali dan
menerima peristiwa tahkim, mereka memiliki paham pemimpin itu harus dari keturunan nabi
atau ahlul bait . kepemimpinan setelah rasul meninggal bernama imam secara turun-
temurun.16

Kaum Khawarij memisahkan dii dari kelompok Ali dan membentuk gerakan sempalan
yang kemudian dikenal sebutan kaum Khawarij. Pendapat dan pemikiran mereka dikenal
sangat ekstrim, pelaku-pelaku arbritase dianggap telah kafir dalam arti telah keluar dari Islam
(murtad) karena tidak berhukum pada hukum Allah sebagai yang terdapat dalam al-Qur'an
surat al-Maidah ayat 44. Artinya: “Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir”.

Khawarij memandang Ali, Mu'awiyah, Amr bin Ash, Abu Musa al Asy'ari dan lain-lain
yang menerima arbritase adalah kafir. Karena itu mereka bersepakat untuk membunuh Ali,
Muawiyah, Amr bin Ash, Abu Musa al-Asy'ari. Lambat laun kaum Khawarij pecah menjadi
beberapa sekte. Konsep kafir yang mereka pahami turut mengalami perubahan. Orang yang

14
Badri Yatim, Op.Cit., hlm. 42.
15
Aliarman Syalabi, Op.Cit., hlm. 304.
16
Abu Sa’ad, Op.Cit., hlm. 65.

14
dipandang kafir bukan hanya orang yang tidak berhukum pada al-Qur'an saja, tetapi orang
yang berbuat dosa besar pun dianggap kafir.

3. Akhir pemerintahan Ali bin Abi Thalib: terbunuhnya Ali dan pengangkatan Hasan bin
Ali

Di saat tidak ada lagi penguasa resmi yaitu ketika Ali dan Muawiyah menyerahkan diri
pada pihak penengah. Dan Abu Musa pertama kali menurunkan Ali sebagai khalifah, akan
tetapi Amr bin Ash berlaku sebaliknya, tidak menurunkan Muawiyah tetapi justru
mengangkat Muawiyah sebagai khalifah resmi. Tak urung perangpun berkobar lagi, sampai
pada suatu waktu di tahun 661 M khalifah Ali tewas terbunuh dengan pcdang beracun.
Pelakunya bemama Abdul Rahman bin Muljam, scorang pengi kut fanat ik kelompok
Khawarij, yang menganggap Ali bersikap lemah menghadapi lawan. Segera setelah itu
kelompok Syiah membaiat Hasan, putra tertua Ali menjadi khalifah. Ternyata Hasan
menolak jabatan itu dengan maksud untuk mencegah berkecamuknya keadaan.

Kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabat oleh Hasan selama beberapa bulan,
karena Hasan lemah dan Muawiyah semakin kuat. hasan membuat perjanjian damai untuk
mempersatukan umat islam kembali di bawah Muawiyah bin Abi Sufyan. Tapi perjanjian itu
menyebabkan Muawiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun persatuan itu disebut
tahun jamah "Ammul Jama'ah" dengan demikian berakhirlah kekhalifahan rasyidin. 17 Ada
lima persyaratan yang harus disetujui Muawiyah untuk menduduki jabatan itu sebagai
berikut:

1. Muawiyah tidak akan membenci bangsa Irak yang merupakan pendukung Ali.

2. Muawivah akan menjamin keamanan pengikut Ali dan memaafkan kesalahan mereka.

3. Pajak negeri Ahwaz di kawasan Persia diserahkan kepada pihak Ali.

4. Pihak Umayah harus memberi uang kompensasi kepada Husen adik Hasan sebesar dua
juta dirham.

17
Dedi Supriyadi, Op.Cit., hlm. 98.

15
5. Hak Bani hasyim dalam penghasilan Negara lebih besar dibanding untuk Bani Syam.
Muawiyah tidak keberatan atas persyaratan itu.

Bagi Muawiyah syarat-sy arat di atas tidak perlu dipertimbangkan. Dia bersedia
menjanjikan apa saja asal Hasan bersedia mengundurkan diri. Serah terima jabatan itu
berlangsung di kota Kuffah, sebuah kota perlabuhan yang makmur di teluk Persia. Peristiwa
yang terjadi pada bula Rabbi'ul Awwal 41 H/ 661 M.18

18
Abu Sa’ad, Op.Cit., hlm. 67.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peradaban islam pada masa khalifah Utsman bin Affan


1. Politik dan pemerintahan
2. Militer (Perluasan Wilayah, pembangunan kapal, dan armada laut).
3. Sosial kemasyarakatan
4. Pembukuan Al-Qur’an (Mushaf Utsman)

Peradaban islam pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib


1. Politik dan pemerintahan
2. Kelompok oposisi/peperangan dan tahkim
3. Sosial kemasyarakatan
4. Paham keagamaan.

Dari sejarah kekhalifahan Usman bin Affan dan kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, kita
melihat berbagai pengetahuan tenang bagaimana agama Islam berkembang pada masa
kekhalifahan Usman dan Ali. Ada berbagai perkembangan yang ada pada saat itu,
diantaranya perkembangan dari segi politik pemerintahan, sosial kemasyarakatan dan lain
sebagainya. Khali fah Usman dan khali fah Ali memiliki gaya kepemimpinan yang
tersendiri, hal itu sesuai dengan karakter dan pendirian mereka.

B. Saran

Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi
pembaca.Dalam pembuatan makalah ini tentunya masih jauh dari kata sempurna.Oleh sebab
itu, kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan agar makalah yang kami buat
selanjutnya jauh lebih baik.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ahmazun, Muhammad Ahmazun. 1999. Fitnah Kubra. Jakarta: LP2SI Al Haramain.

Amin Samsul, Munir. 2002. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.

Mufrodi Ali. 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Ciputat: Logo Wacana Ilmu.

Muhammad Ali, Maulana. 2007. Early Caliphate. Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah.

Su’ud Abu. 2003. Islamologi. Jakarta: PT Rieneka Cipta.

Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.

Syalabi Aliman. 1997. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 1. Jakarta: Pustaka Al-Husna.

Yatim Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Raja Wali Press, Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai