Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

AKHLAK TASAWUF
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TASAWUF

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
SEPTEMBER 2015

1
MAKALAH
AKHLAK TASAWUF
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TASAWUF

Makalah diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf yang
dibimbing oleh Musdhalifah, M.Hi

Oleh :
1. Machallafri Iskandar (E20151001)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
SEPTEMBER 2015

2
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah
dengan judul: ”Pokok-pokok Ajaran Islam”. Salawat dan salam semoga tetap tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat-sahabat dan
pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan.
Atas bimbingan dan saran dari teman-teman maka disusunlah Makalah ini,
semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami semua dalam
memenuhi tugas dari mata kuliah Akhlak Tasawuf dan semoga segala yang tertuang
dalam Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam
rangka membangun khasanah keilmuan. Makalah ini disajikan khusus dengan tujuan
untuk member arahan dan tuntunan agar yang membaca bisa menciptakan hal-hal
yang lebih bermakna.
Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada:
1. Dosen Pembimbing mata kuliah Akhlak Tasawuf, Musdhalifah, M.Hi
2. Semua pihak yang telah membantu demi terbentuknya Makalah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang
bersifat membangun kepada para pembaca guna perbaikan langkah-langkah
selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata.

Jember, 01 September 2015


Penulis

3
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL......................................................................................... i
HALAMAN JUDUL............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR........................................................................................... iii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 5
1.1. Latar Belakang........................................................................ 5
1.2. Rumusan Masalah................................................................... 5
1.3. Tujuan Penulisan.................................................................... 5
1.4. Manfaat Penulisan.................................................................. 6
1.5. Sistematika Penulisan............................................................. 6
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 7
3.1. Abad Pertama dan Kedua..................................................... 7
3.2. Abad Ketiga dan Keempat...................................................... 10
3.3. Abad Kelima........................................................................... 12
3.4. Abad Keenam, Ketujuh dan Kedelapan.................................. 13
BAB IV PENUTUP.......................................................................................... 18
4.1. Simpulan................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 19

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tasawuf merupakan salah satu kata asing bagi orang awam terhadap ilmu
keagamaan. Ilmu yang membahas tentang kemurnian dalam beribadah mungkin
kalimat itu yang tepat untuk jadi definisi dari tasawuf. Ibadah yang satu ini
memang khusus, khusus tingkat imannya dan khusus juga niatnya. Kata khusus
ini menandakan ibadah yang satu ini tidak biasa dilakukan oleh setiap orang dan
sifatnya pun tak wajib.
Terlebih jaman sekarang, ibadah wajib aja jarang dilakukan bahkan bisa
dibilang sering diabaikan, bagaimana dengan ibadah khusus ini. Gila, stres, dan
kawan-kawannya bisa melanda orang yang melakukan tasawuf tanpa didasari
keikhlasan dan niat sungguh dalam hati. Hal ini disebabkan karena tasawuf ini
lebih mendahulukan sifat akhirat dari pada gemerlapnya dunia. Jadi tidal mustahil
semuanya bisa terjadi.
Namun, banyak orang timbul pertanyaan terhadap tasawuf. Kapan sih tasawuf
ada? Pada masa siapa tasawuf berkembang? 2 pertanyaan dasar yang orang awam
belum ketahui jawabannya. Dan jawabannya akan ada di makalah ini, karena
kami kebetulan diberi tugas makalah dengan judul Sejarah Perkembangan
Tasawuf.

1.2 Rumusan Masalah


Ada beberapa rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan makalah yang
berjudul “Sejarah Perkembangan Tasawuf”, antara lain :
1. Sejak kapan tasawuf ada?
2. Ada berapa masa ketika tasawuf berkembang?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul “Sejarah Perkembangan
Tasawuf”, yaitu:

5
1. Memberitahukan awal mulanya tasawuf.
2. Menyebutkan masa-masa ketika tasawuf berkembang.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat makalah yang berjudul “Sejarah Perkembangan Tasawuf”, yaitu :
1. Mengetahui awal mulanya tasawuf berkembang.
2. Dapat tahu masa apa saja yang dilewati ketika tasawuf berkembang.

1.5 Sistematika Penulisan


Bab I Pendahuluan:
1.1 LatarBelakang
1.2 RumusanMasalah
1.3 TujuanPenulisan
1.4 ManfaatPenulisan
1.5 SistematikaPenulisan
Bab II Pembahasan:
1.1 Abad Pertama dan Kedua Hijriah
1.2 Abad Ketiga dan Keempat Hijriah
1.3 Abad Kelima Hijriah
1.4 Abad Keenam, Ketujuh, Kedelapan Hijriah
Bab IV Penutup:
4.1 Simpulan

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Abad Pertama dan Kedua Hijriah


1.1 Aliran Madinah
Di Madinah sejak awal sudah banyak bermunculan para sufi. Mereka
berpegang teguh pada Al-Quran dan Al-Hadist serta menjadikan Nabi
Muhammad SAW sebagai panutannya. Begitu juga dengan para sahabat,
mereka sangat mencintai Allah serta Rasul-Nya. Perkembangan tasawuf di
aliran Madinah berawal dari para sahabat, antara lain :
a. Abu Bakar
Abu bakar merupakan saudagar kaya dari quraisy. Beliau adalah
sosok yang sangat sederhana. Orang penerus rasul ini, tidak pernah sulit
untuk mengeluarkan hartanya dijalan Allah SWT. Buktinya, ketika
perang tabuk, khalifah pertama ini memberikan seluruh hartanya kepada
pasukan rasul yang akan berperang. Baginya, harta tidak ada artinya,
yang berarti hanya Allah dan Rasul.
b. Umar bin Khattab
Umar adalah salah satu sahabatyang paling dekat dengan rasul.
Beliau selama jadi khalifah sangat perhatian terhadap rakyat. Iya sangat
khawatir jika mendengar ada salah satu rakyat sengsara. Jika ia melihat
sendiri rakyatnya sengsara, maka ia langsung begegas menanganinya
sendiri. Sama dengan abu bakar, umar juga sosok yang sederhana, bahkan
kesederhanaanya ia terapka dikeluarganya. Karena terlalu sederhananya,
pakaian yang ia pakai sehari-hari bisa dibilang tidak pantas untuk seorang
khalifah.
c. Usman bin Affan
Khalifah satu ini punya julukan Dzu An-Nurain karena menikahi dua
putri rasul. Khalifah ketiga ini sangat berperan penting dalam
pengembangan islam sejak awal perjuangan. Sebelum masuk islam dia

7
adalah pedagang besar yg terkenal. Kekayaannya berlimpah ruah. Dan
ketika masuk islam, ia serahkan sebagian besar hartanya untuk pasukan
perang dan kaum miskin yang teraniaya. Tingkat kesufian khalifah ini
sangat tinggi, dia tak goyah akan harta yang sejatinya hanya bersifat
duniawi saja.
d. Ali bin Abi Thalib
Ali merupakan salah satu orang yang pertama masuk islam
dikalangan anak-anak. Seperti khalifah-khalifah sebelumnya, ali juga
sosok yg sederhana. Dia berpendapat bahwa sederhana adalah mulia. Hal
itulah yang menandakan ali seorang sufi.
1.2 Aliran Basrah
a. Al-Hasan Al-Basry
Nama lengkapnya adalah Al-Hasan bin Abi Al-Hasan Abu Said. Dia
lahir di Madinah pada tahun 21 H/624 M. Beliau meninggla di Basrah
pada tahun 110 H/728 M. Ia adalah putra dari Zaid bin Sabit.
Ia mendapatkan ajaran tasawuf dari Khuzaifah bin Al-Yaman,
ssehingga ajaran itu mempengaruhi sifat dan perilakunya dalam
kehidupannya sehari-hari hingga dia dikenal sebagi ulama sufi yang
sangat dalam ilmunya. Dasar pendirian Al-Basri adalah zuhud terhadap
dunia, menolak segalan kemegahannya,hanya menuju kepada Allah SWT.
b. Rabiah Al-Adawiyah
Ummu Al-Khair Rabiah binti Ismail Al-Adawiyah Al-Qisiah adalah
nama lengkapnya. Ia lahir dikeluarga yang miskin didaerah basrah pada
tahun 96 H/713 M.
Semua berawal ketika dia dibeli oleh seseorang seharga 6 dirham.
Selama bekerja , ia diperlakukan dengan kasar dan bengis. Setiap malam
ia sempatkan beribadah kepada Alllah SWT. Suatu malam sang tuan
mendengar doa dari Rabiah, dan luluhlah hati sang tuang ketika
mendengar doa tersebut. Pada akhirnya dibebaskanlah Rabiah oleh
tuannya.

8
Setelah dibebaskan, ia lebih mendekaktkan diri pada Allah dengan
tidak memilih hidup miskin dan menjauhi kegemerlapan dunia. Saat
itulah ia dihormati oleh orang-orang zuhud dimasanya serta dianggap
seorang sufi perempuan pertama.
c. Malik bin Dinar
Ibnu Khallikan menjelaskan bahwa Malik adalh seorang ilmuan yang
asketik dan rendah hati, bahkan ia adalah seorang yang suka merendah
dan tidak mau makan kecuali darihasil kerjanya sendiri. Ia bekerja
sebagai penulis mushaf dengan diupah. Asy-Sya’rani mengemukakan
bahwa malik makan dari hasil kerja mencari pelepah kurma.
Corak tasawuf yang menonjol pada aliran basrah adalah rasa takut
yang berlebih, kata Ibnu Taimiyah. Hal itu dikarenakan adanya
kompetisi antara mereka dan para sufi kuffah.
1.3 Aliran Kuffah
Aliran kuffah bercorak idealistis, menyukai hal aneh dalan nahwu,
imajinasi dalam puisi, dan harfiah dalam hadist. Mereka cendrung pada
aliran syiah dan murjiah. Hal itu dikarenakan syiah adalah aliran kalam yang
pertama kali muncul di Kuffah. Berikut beberapa tokoh syiah di Kuffah,
antara lain :
a. Sufyan Ast-Sauri
Nama lengkapnya adalah Abdullah Sufayyan bin Said bin Masruq
Asy-Sauri Al-Kufi. Dia seorang tabi’in pilihan dan seorang zahid yang
jarang ada tandingannya, bahkan merupakan seorang hadist terkenal.
Sufyan Ast-Sauri selam hidupnya diisi dengan pengabdian secara
tasawuf dan aktif mengjarkan ilmu yang ia miliki. Pendiriannya sangat
teguh dan tidak mau mendekati penguasa. Suatu ketika ia dipanggil
menhadap oleh khalifah Al-Manshur untuk mempertanggung jawabkan
sikapnya terhadap penguasa. Ia tetap lantang pembicaraannya dihadapan
khalifah, sehingga banyak orang yang mengira bahwa ia pasti dipenjara,
namun hal itu tidak terjadi.

9
b. Ar-Rabi’ bin Khatsim
Dia pernah berkata pada saudaranya, bahwa seseorang harus bisa
melindungi dirinya sendiri, jika tidak akan hancur. Apabila yang
dilakukan bukan karena mengharap karunia Allah, maka sia-sia. Dia
lebih suka menjadikan dirinya tertimpa cobaan hidup, ketimbang
cobaan akhirat.
1.4 Aliran Mesir
Ada beberapa tokoh sufi Maesir abad pertama Hijriah, antara lain : 1.
Salim bin Atar At-Tajibi 2. Abdurrahman bin Hujairah 3. Nafi’ 4. Lais bin
Saad 5. Hayyan bin Suraih 6. Abdullah bin Wahab
Pada abad pertama para sufi hanya berada di kota sekitar kota
madinah. Contohnya, Mekah, Kuffah, Basrah dan kota lainnya.
Pada abad pertama dan kedua tasawuf memiliki karakteristik secara
umum, antara lain :
1. Menjauhi hal yang bersifat duniawi demi meraih pahala.
2. Praktis, maksudnya hidup dalam ketenangan dan kesederhanaan,
sedikit makan dan minum, banyak beribadah dan berserah diri
pada Allah SWT.
3. Motivasi tasawuf adalah rasa takut kepada Allah SWT.

2.2 Abad Ketiga dan Keempat


2.1 Perkembangan Tasawuf pada Abad Ketiga Hijriah
Tasawuf pada abad ini cenderung membicarakan konsep moral, jiwa,
tingkah laku, pembatasan arah yang harus ditempuh untuk menuju kejalan
Allah SWT.
Selain itu, mereka menyusun aturan-aturan praktis bagi tarekat mereka
serta mereka menyusun prinsip-prinsip teroritis dari konsep moral, jiwa,
tingakah laku dan jalan menuju Allah SWT. Sejak itulah muncul karya-karya
tentang tasawuf, antara lain di bidang tasawuf adalah, al Muhasibi, Al

10
Kharraz, Al Hakim At Tirmidzi dan Al Junaid, mereka adalah para sufi abad
ketiga hijriah.
Dapat dikatakan bahwa abad ketiga adalah abad awal mula tersusunnya
ilmu tasawuf dan arti yang luas. Menurut At Tafzani terdapat dua aliran
tasawuf pada abad ketiga dan keempat. Pertama, aliran para sufi yang
pendapat-pendapatnya moderat(tasawuf sunni). Kedua,aliran pada sufi yang
terpesona oleh keadaan-keadaan fana’(tasawuf semifilosofis).
Tokoh-tokoh sufi yang terkenal adalah.
a. Abu Sulaiman ad-Darani.
Nama lengkapnya adalah Abu Sulaiman Abdurrahman bin
Utbah Ad-Darani. Dia lahir di dharan, sebuah kampung di
damaskus. Dia adalah murid Ma’ruf dan merupakan tokoh sufi
terkemuka, seorang ‘arif dan hidupnya sangat wara’.
Dalam sejarahnya, Ad-Darani di kenal sebagai salah seorang sufi
yang banyak memebahas ma’rifah dan hakikah.
b. Ahmad bin Al-Hawari Ad-Damasqiy
Ia dilahirkan di Damaskus dan di kenal oleh penduduk negeri
syam(syiria) sebagai ahli psikologi dan ilmu akhlaq.
2.2 Perkembangan Akhlaq Tasawuf Pada Abad Keempat Hijriah
Abad ini ditandai denagn kemajuan ilmu tasawuf yang lebih pesat dari
pada kemajuannya pada abd ketiga karna usaha maksimal para ulama’
tasawuf untuk mengembangkan ajaran tasawufnya masing-masing.
Upaya untuk mengembangkan ajaran tasawuf diluar kota bagdad,
diplopori oleh beberapa ulama’ tasawuf yang terkenal alimnya, antara lain:
1. Musa al Al-shary
2. Abu Hamid bin Muhammad Ar Rubazi
3. Abu Zain Al Adamy
4. Abu Ali Muhammad bin Abdil Wahhab Asy Syaqofy

11
Ciri-ciri lain yang terdapat pada abad ini adalah semakin kuatnya unsur
filsafat yang mempengaruhi corak tasawuf karena banyaknya buku filsafat
yang tersebar di kalangan umat islam.

2.3 Abad Kelima Hijriah


Sebagaimana telah dijelaskan bahwa pada pada abad ketiga dan keempat
muncuk dua alira tasawuf, yaitu tasawuf sunni dan tasawuf semifilosofis. Pada
abad kelima aliran yang pertama mulai tenggelam dan muncul kembali dalam
bentuk lain, yaitu pribadi-pribadi para sufi yang juga filsuf abad keenam dan
setelahnya.
Tenggelamnya aliran kedua pada abad kelima disebabkan berjayanya aliran
teologi ahlussunnah wal jama’ah karena keunggulan imam Abu Al-Hasan
Asy’ari atas aliran-alira lainnya, dengan kritikannya yang keras terhadap
keekstreman taswuf Abu Yazid Al-Bustami dan Al-Hallaj ataupun para sufi lain
yang ungkapannya ganjil. Oleh karena itu, tasawuf di abad kelima cenderung
mengadakan pembaharuan, yaitu dengan mengembalikannya pada landasan Al-
Qur’an dan As-Sunnah.
Beberapa tokoh tasawuf pada abad kelima, antara lain :
a. Al Qusyairi
Al Qusyairi adalah seorang tokoh sufi utama dari abad kelima
Hijriah. Kedudukannya demikian penting mengingat karya-karyanya
tentang para sufi dan tasawuf aliran sunni pada abad ketiga dan
keempat Hijriah, menyebabkan terpeliharanya pendapat dan khazanah
tasawuf pad masa itu, baik dari segi teoretis atau praktis.
Seandainya karya Al-Qusyairi, Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah,
dikaji secara mendalam , akan tampak jelas bagaimana Al-Qusyairi
cenderung mengembalikan tasawuf ke atas landasan Ahlus Sunnah wal
Jama’ah.
b. Al-Harawi

12
Nama lengkapnya adalah Abu isma’il bin muhammad al-
amshari. Ia adalah seorang faqih aliran Hambaliyyah yang terkenal.
Karya-karyanya di bidang tasawuf dipandang bernilai.
Al-Harawi adalah seorang penyusun teori kefanaan dalam
kesatuan, yang mirip dengan teori junaid. Dalam kedudukannya
sebagai seorang penganit aliran sunni, Al-Harawi melancarkan kritik
terhadap para sufi yang terkenal dengan keganjilan ungkapan-
ungkapannya. Ia pun mengemukakan bahwa tingkat ketentraman yang
timbul dari ridha Allah SWT. Sebagai pencegeh keganjilan ungkapan-
uangkapannya.

2.4 Abad Keenam, Ketujuh, Dan Kedelapan Hijriah


1.1 Perkembangan Tasawuf pada Abad Keenam Hijriah
Beberapa ulama’ yang sangat berpengaruh pada abad ini antara lain
sebagai berikut :
a. As-Suhrawardi Al-Maqtul
Nama lengkapnya adalah Abu Futuh Yahya bin Hasby bin Amrak,
ia bergelar Syihabuddin dan juga dikenal sebagai Al-Hakim. Ia wafat
karna terbunuh di Halb oleh kerena itulah, ia dikenal denagn Al-
Maqtul(yang terbunuh), untuk membedakan dengan sufi lainnya.
Ia mula-mula belajar filsafat dan ushul fiqih pada Asy-Syekh Al-
Imam Majdudin Al-Jilly di Alepon. Bahkan, sebagian besar ulama’
dari berbagai disiplin ilmu agama di negeri itu, telah ia kunjungi
untuk menimba ilmu pengetahuannya.
Dalam ajaran tasawufnya, ia berpendirian bahwa Allah SWT
adalah Nur(cahaya) dari segala nur. Dari Dialah keluar nur-nur yang
lain, baik alam fisik maupun alam rohani.
Ia mengklasifikasikan pencipta ilmu pengetahuan itu menjedi tiga
macam, yaitu:

13
1. Penganut hikmah dengan menggunakan akal semata yang dinamai
filsuf,
2. Penganut hikmah yang bertujuan mencari kebenaran Tuhan, yang
dinamainya sufi,
3. Penganut hikmah yang menggunakan akal mementingkan rasa untuk
mendapatkan Tuhannya, yang dinamai filsuf ketuhanan. Inilah yang
dianggapnya sebagai nilai yang paling tinggi,
Ia pun megatakan bahwa segala segala ma’rifat adalah ilham.
Untuk mencapainya, manusia harus memperkuatkan perasaan
batinnya, denagn cara mengurangi makan dan memperbanyak
bangun malam.
As-Suhrawardy mencoba memilih jalan penggabungan fisafat
yang mendalam dengan tasawuf yang mendalam, sehigga
menghasilkan filsafat isyraq(filsafat baru).
b. Al- Ghaznawy
Ia merupakan pelanjut ajaran tasawuf dari Abu Sa’id Al-
Khurasany yang dikanal sebagai sufi yang aktif mengajarkan ilmu
nahwu pada abad kelima Hijriah.
Al-Ghazawy mengamalkan ajaran tasawufnya dengan melakukan
zikir, dengan diikuti oleh murid-muridnya yang duduk melingkarinya
sambil menggoyang-goyangkan badannya.
Sebagai murid Abu Sa’id, ia pun menganut ajaran Wihdatul
Wujud, lalu ajaran itu diajarkan lagi pada murid-muridnya, sistem
yang digunakan adalah syair-syair yang gubahnya. Pada abad kelima
Hijriah, Imam Al-Ghazali telah mengembalikan citra ahli tasawuf di
kalangan umat islam, dengan memepertemukan ilmu dzhir (ilmu
syariat) dengan ilmu batin (ilmu tasawuf).
1.2 Perkembangan Tasawuf pada Abad Ketujuh Hijriah
Ada beberapa ulama’ yang berpengaruh pada abad ini, diantaranya.
a. Ibnu Faraidh

14
Ibnu Faridh lahir di siria dan wafat di mesir. Ia adalah
pelanjut ajaran Wihdatul Wujud yang telah diajarkan oleh
Muhyyidin Ibnu Arabipada abad sebalumnya. Dalam kitab
karangannya, yang terdiri atas gubahan-gubahan syair yang
berjudul Ath-Thaiyatul Kubra, terdapat kesamaan tekanan
uraiannya dengan kitab karangan Al-Arabi. Ia menguraikan bahwa
cintalah yang membakar jiwanya sehingga ia selalu ingin ittishal
(berhubungan) dan ittihad (bersatu) dengan Tuhannya dalam
tasawuf.
b. Ibnu Sabi’in
Ibnu Sabi’in lahir di Spanyol dan wafat di Mekah. Semula ia
dikenal sebagai ulam’ fiqh, kemudian ia berpindah pada tasawuf,
sampai ia erhasi menduduki posisi imam (syekh tasawuf) pada
masa itu. Ia sering mengeluarkan pemikiran yang terlalu bebas dan
di anggap ganjil oleh syariat. Pemikiran-pemikiran yang telah di
kemukakan antar lain:
1. Mengapa Muhammad bin Abdillah mempersempit alam
yang luasini, dengan mengatakan bahwa tidak ada lagi
sesudahnya.
2. Orang-orang yang bertawaf keliling Ka’bah seperti
keledai yang berputar- putar mengelilingi kilangan.
Karena terdapatnya ajaran tasawuf yang menyimpang dan
beberapa ulamu menentangnya agar tidak menyebar pada
masyarakat. Dan di kabarkan bahwa tuduhan terhadap Ibnu
Sabi’in sangat membahayakan agama islam, akhirnya ia
bunuh diri karena tidak dapat menghindari dan memeela
dirinya dari tuduhan dan hinaan.
1.3 Perkembangan Tasawuf pada Abad Kedalapan
Memasuki abad kedelapan, tidak terdenagn lagi perkembangan dan
pemikiran baru dalam tasawuf. Meskipun banyak pengarang kaum sufi yang

15
mengemukakan, mereka kurang dapat perhatian sehingga boleh dibilang,
nasib tasawuf ketika itu sama dengan yang sebelumnya. Di antara pengarang
tasawuf pada abad ini.
a. Al-Kisany
b. Abdul Karim Al- Jily, pengarag kitab Al-Insan Al-Kamil
Pada abad kelima Hijriah Imam Al-Ghazali dikenal sebagai tokoh
muslim yang pernah memurnikah ajaran tasawuf dari unsur-unsur filsafat,
pada abad ini Ibnu Taimiyyah yang berfungsi seperti Al-Ghazali.
Ajaran tasawuf yabg dominana ketika itu adalah Ibnu Arobi, tapi Ibnu
taimiyah memendang bahwa ajaran tersebut meneyesatkan masyarakat, ia
berusaha untuk memeberantasnya melalui kegiatang belajar mengajar.
1.4 Abad Kesembilan dan Kesepuluh Hijriah serta Sesudahnya
Pada abad ini, tasawuf mulai memudar, dan para peneliti muslim
menarik kesimpulan bahwa dua faktor yang menonjol yang menyebabakan
runtuhnya pengaruh ajaran tasawuf di dunia islam, yaitu:
1. Ahli tasawuf sudah kehilangan kepercayaan di kalangan masyarakat
islam sebab banyak diantara merekan yang terlalu menyimpang dari
ajaran isla yang sebenarnya,
2. Penjajah Eropa yang bernama Nasrari sudah menguasai seluruh negri
islam. Tentu saja, paham-paham sekularisme dan marerialisme, selalu
dibawa untuk menghancurkan ajaran tasawuf.
Meskipun nasib ajara tasawuf sangan menyedihkan, tapi ajaran tasawuf
tidak sepenuhnya hilang. Hal ini dibuktikan masih muncunya pengarang
kitab-kitab yang memuat tasawuf, diantaranya:
1. Abdul Wahhab Asy-Sya’rany dengan krangannya yang berjudul Al-
Latha’if Al-Minan (kehalusan hati).
2. Abdul Abbas Ahmad bin Muhammad bin Mukhtar At-Tijany. Ia
sebagai pendiri tarekat tijaniyah.
3. Sidi Muhammad bin Ali As-Sanusy. Ia sebagai pebdiri tarekat
Sanusiyah.

16
4. Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdi. Ia sebagai pengarang kitab
Tanwirul Qutub fi Mu’amalah ‘Allam Al-Ghuyub, serta termasuk
pengikut Naqsyabandiayah.

17
BAB III
PENUTUP

4.1 Simpulan
Tasawuf berawal dari masa khalifah, Namun pada saat itu hanya tersirat tanpa
ada teori dan lebih ke tingkah perbuatan sehari-hari. Abad selanjutnya mulai di
bentuk aturan-aturan, prinsip-prinsip tentang tasawuf. Lalu muncullah berbagai
macam karya tentang tasawuf. Sedangkan pada abad kelima, tasawuf makin
berkembang, terbukti dengan adanya alirian tasawuf sunni dan semifilosofis.
Pada abad ini, lebih aktif memikirkan pembaharuan-pembaharuan dengan tetap
mengebalikan pada Al-Quran dan Hadist. Abad-abad selanjutnya lebih sering
menyebarkan apa itu tasawuf kepada masyarakt luang tanpa harus meninggalkan
dunia sufi merek.

18
DAFTAR PUSTAKA

Akhlak Tasawuf IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2002

19

Anda mungkin juga menyukai