Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM

Dosen Pengampu : Muflih Khallab Al Mustaqim, S.S.,S.E.,M.E.

Pemikiran Ekonomi Islam di Masa Rasulullah SAW

Disusun Oleh : Kelompok 3

1. Dinda (501200531)
2. Muhammad Arif (501200532)
3. Yuni Hayati (501200624)

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak
Muflih Khallab Al Mustaqim, S.S.,S.E.,M.E. pada mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi
Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Sejarah
Pemikiran Ekonomi Islam bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Muflih Khallab Al Mustaqim,


S.S.,S.E.,M.E., selaku dosen mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jambi, 01 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................3
C. Tujuan Masalah.........................................................................................................................3
BAB II : PEMBAHASAN........................................................................................................4
A. Ekonomi Nabi Muhammad SAW sebelum Kenabian................................................................4
1. Perjalanan Bisnis Pertama Nabi Muhammad S.A.W.............................................................4
2. Perjalanan Bisnis Kedua Nabi Muhammad S.A.W................................................................5
B. Titik Tolak Penerapan Ekonomi Islam masa Rasulullah SAW..................................................6
C. Bangunan Sistem Ekonomi Islam masa Rasulullah SAW.........................................................8
1. Perdagangan...........................................................................................................................8
2. Pertanian................................................................................................................................9
3. Industri...................................................................................................................................9
4. Peperangan dan Invasi.........................................................................................................10
D. Harta Negara dan Bayt Al Mal di masa Rasulullah SAW........................................................10
BAB III : PENUTUP..............................................................................................................12
A. Kesimpulan..............................................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Munculnya islam membuka zaman baru dalam sejarah kehidupan manusia. Kelahiran
nabi muhammad adalah suatu peristiwa yang tiada tandingan nya. Beliau adalah utusan Allah
SWT yang terakhir dan sebagai pembawa kebaikan bagi seluruh ummat manusia. Rasulullah
mengubah sistem ekonomi dan keuangan negara sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an dan
hadis.

Ilmu ekonomi islam sebagai sebuah study ilmu pengetahuan modern baru muncul pada
tahun 1970 an, tetapi pemikiran tentang ekonomi islam telah muncul sejak islam itu
diturunkan melalui nabi Muhammad SAW. Karena rujukan utama pemikiran ekonomi islami
adalah al-qur’an dan hadist maka pemikiran ekonomi ini munculnya juga bersamaan dengan
diturunkannya dengan al-qur’an dan masa kehidupan Rasulullah. Pada abad akhir enam
masehi hingga abad awal tujuh masehi. Setelah masa tersebut banyak sarjana muslim yang
memberikan kontribusi karya pemikiran ekonomi. Karya-karya mereka sangat berbobot yaitu
memiliki dasar argumentasi religius dan sekaligus intelektual yang kuat serta kebanyakan
didukung oleh fakta empiris pada waktu itu. Banyak diantaranya juga sangat futuristik
dimana pemikir-pemikir barat baru mengkajinya ratusan abad kemudian. Pemikiran ekonomi
dikalangan pemikir muslim banyak mengisi hasanah pemikiran ekonomi dunia pada masa
dimana barat masih dalam kegelapan. Pada masa itu dunia islam justru mengalami puncak
kejayaan dalam berbagai bidang.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana ekonomi Nabi Muhammad SAW sebelum kenabian ?


2. Bagaimana titik tolak penerapan ekonomi Islam masa Rasulullah SAW ?
3. Bagaimana bangunan sistem ekonomi Islam masa Rasulullah SAW ?
4. Bagaimana harta negara dan Bayt al mal di masa Rasulullah SAW ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui ekonomi Nabi Muhammad SAW sebelum kenabian


2. Untuk mengetahui titik tolak penerapan ekonomi Islam masa Rasulullah SAW
3. Untuk mengetahui bangunan sistem ekonomi Islam masa Rasulullah SAW
4. Untuk mengetahui harta negara dan Bayt al mal di masa Rasulullah SAW

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Ekonomi Nabi Muhammad SAW sebelum Kenabian

1. Perjalanan Bisnis Pertama Nabi Muhammad S.A.W

Selagi usia Rasulullah mencapai dua belas tahun, ada yang berpendapat lebih dua
bulan sepuluh hari, paman beliau Abu Thalib yang sejak kecil dalam asuhannya
mengajak beliau pergi berdagang dengan tujuan negeri Syam (Palestina, Syria sekitarnya
sekarang), hingga tiba di Bushra, suatu daerah yang sudah termasuk negri Syam dan
merupakan ibukota Hauran, yang juga merupakan ibukotanya orang-orang Arab,
sekalipun di bawah kekuasaan bangsa Romawi kala itu.

Namun perjalanan beliau terhenti ketika di negeri itu ada seorang rahib yang
dikenal dengan sebutan Bahira, yang nama aslinya Jurjis. Tatkala Rombongan kafilah
dagang Abu Thalib singgah di daerah ini, maka sang rahib menghampiri mereka dan
mempersilahkan mereka mampir ketempat tinggalnya sebagai tamu kehormatan. Padahal
sebelum itu rahib tersebut tidak pernah keluar, namun begitu dia bisa mengetahui
Rasulullah dari sifat-sifat beliau. Sambil memegang tangan beliau, sang rahib berkata,
“Orang ini adalah pemimpin semesta alam, anak ini akan diutus Allah sebagai rahmat
bagi seluruh alam.”

Abu Thalib bertanya, “Darimana engkau tahu hal itu?” Rahib Bahira menjawab,
“Sebenarnya sejak kalian tiba di Aqabah, tidak ada bebatuan dan pepohonan pun
melainkan mereka tunduk sujud. Mereka tidak sujud melainkan kepada seorang nabi.
Aku mengetahui dari stempel nubuwah yang berada di bagian bawah tulang rawan
bahunya, yang menyerupai buah apel. Kami juga bisa mendapatkan tanda itu di dalam
kitab kami.”

Kemudian Rahib Bahira meminta agar Abu Thalib kembali lagi bersama beliau
tanpa melanjutkan perjalanannya ke Syam, karena dia takut gangguan dari pihak orang-
orang Yahudi. Maka Abu Thalib mengirim beliau bersama beberapa pemuda agar
kembali ke Makkah.1

Sebagian sumber menceritakan, bahwa rahib itu menasihati supaya jangan


terlampau dalam memasuki daerah Syam, sebab dikhawatirkan masyarakat yahudi yang
mengetahui tanda-tanda itu akan berbuat jahat kepadanya.2

1
Ibnu Hisyam. (1337 H). Mukhtashar Siratir-Rasul. hlm.16; Sirah An-Nabawiyah. hlm 180-183.,
Syafiyyurrahman Al-Mubarakfuri. (2017). hlm. 54.
2
Muhammad Haekal. (2011). Sejarah Hidup Muhammad. hlm. 58.

4
2. Perjalanan Bisnis Kedua Nabi Muhammad S.A.W.

Pada awal remaja, Rasulullah tidak mempunyai pekerjaan tetap, hanya saja
beberapa riwayat menyebutkan beliau biasa menggembala kambing di kalangan Bani
Sa’ad dan juga di Mekah dengan imbalan uang beberapa dinar. 3 Dalam riwayat lain
disebutkan Nabi Muhammad, sebagaimana biasanya pada masa kanak-kanak itu dia
kembali ke pekerjaannya menggembala kambing; kambing keluarga dan kambing
penduduk Mekah yang lain yang dipercayakan kepadanya. Pekerjaan mengembala
kambing ini membuahkan didikan yang amat baik pada diri Nabi, karena pekerjaan ini
memerlukan keuletan, kesabaran, dan ketenangan serta keterampilan dalam tindakan.4

Meski tidak punya pekerjaan tetap, Muhammad dikenal sebagai pemuda yang
berakhlak mulia: jujur, amanah, santun, dan bersahaja. Setiap pekerjaan dilakoninya atau
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Kemuliaan akhlak Muhammad itu terdengar
ditelinga Khadijah binti Khuwailid. Ia adalah seorang wanita pedagang yang memiliki
banyak harta dan bernasab baik. Dia banyak membayar kaum laki-laki untuk berdagang
dengan sistem bagi hasil.

Khadijah pun megutus seseorang untuk mengajak Muhammad berniaga ke negri


Syam. Tawaran itu diterima Muhammad, Ia bergegas berangkat menemui Khadijah.
Muhammad tiba di rumah Khadijah. Muhammad mengucapkan salam dan meminta izin
kepada Khadijah untuk masuk. Sebuah percakapan pun terjadi. Khadijah langsung
berbicara ke inti persoalan.

“Aku sedang butuh orang untuk menjual barang daganganku ke negri Syam. Aku
butuh orang yang jujur, dapat dipercaya. Aku tahu, engkau orang yang jujur dan dapat
diandalkan. Aku yakin engkau adalah orang yang tepat, karenanya aku tawarkan
pekerjaan ini kepadamu,” kata Khadijah. Ia berjanji akan memberikan keuntungan yang
lebih besar dibanding kepada saudagar lainnya.

Muhammad langsung menerima tawaran itu. Persiapan keberangkatan pun


dilakukan. Khadijah meminta pelayan terbaiknya, Maisarah, sebagai asisten Muhammad.
Tak lupa Khadijah membisikkan sesuatu kepada Maisarah. “Kau jangan membangkang
pada Muhammad. Lakukan apa yang diinginkannya. Engkau juga harus mengamatinya
sepanjang perjalanan. Ketika pulang, laporkan apa yang engkau lihat kepadaku!”, bisik
Khadijah.

Waktu kepergian tiba, hampir seluruh sanak saudara Muhammad berkumpul untuk
melepas keberangkatannya. Perjalanan itu akan panjang, itu artinya mereka tak dapat
berjumpa dengan Muhammad dalam waktu yang lama. Muhammad bersama Maisarah
kemudian bertolak dalam sebuah kafilah menuju Syam, hari berganti hari, siang silih

3
Al-Ghazali Muhammad. (1391 H). Fiqhus-Sirah. Mesir: Darul KitabAl-Arabi. hlm. 52. Ar- Rahiiqul Makhtum.
Syafiyyurrahman Al-Mubarakfuri. Sirah Nabawiyah. hlm. 56.
4
Al-Qur’an dan Terjemah. Sejarah Ringkas Nabi Muhammad. Khadim al Haramain asy Syarifain Raja Fahd ibn
Abd Al-Aziz Al-Sa’ud. Madinah

5
berganti dengan malam mengiringi perjalanan, Maisarah melakukan apapun agar
Muhammad merasa nyaman.

Tepat pada bulan ketiga, mereka tiba di Bashra, tidak jauh dari Syam. Sebuah
perayaan besar sedang berlangsung, barang dagangan digelar oleh para musafir di atas
permadani.

Maisarah melihat cara berdagang yang berbeda dari kebiasaan kaum Quraisy pada
umumnya, beliau dengan kejujurannya dan kefasihan dalam berkomunikasi sangat
menarik simpati para pedagang yang berinteraksi dengannya. Seperti beliau dalam
berbisnis tidak terlalu mengambil banyak keuntungan yang berlipat, prinsip beliau
yassiru wala tuassiru yakni memudahkan dalam bertransaksi sehingga beliau tidak
berlama-lama dalam tawar-menawar antar pedagang dan beliau tidak suka menghabiskan
waktu perjalanan berniaganya (bisnis) untuk berleha-leha atau melampiaskan
kesenangan-kesenangan sebagaimana umumnya kaum bangsa Arab, seperti minuman
keras, berjudi, dan lainnya.

B. Titik Tolak Penerapan Ekonomi Islam masa Rasulullah SAW

Munculnya Islam dengan diangkatnya Muhammad sebagai Rasulullah merupakan


babak baru dalam sejarah dan peradaban manusia. Pada saat di Makkah Rasullah saw.
mengemban tugas menguatkan pondasi akidah kaum muslim. Rasulullah di Makkah hanya
berposisi sebagai pemuka agama. Sedangkan ketika hijrah ke Madinah, saat pertama kali tiba
keadaan Madinah masih kacau. Masyarakat Madinah belum memiliki pemimpin atau raja
yang berdaulat. Yang ada hanya kepala-kepala suku yang menguasai daerahnya masing-
masing. Suku-suku yang terkenal saat itu adalah suku Aus dan Khazraj. Pada saat masih
berupa suku-suku ini kota Madinah belum ada hukum dan pemerintahan. Antar kelompok
masih saling bertikai. Kelompok yang terkaya dan terkuat adalah Yahudi, namun
ekonominya masih lemah dan bertopang pada bidang pertanian (Karim, 2002).

Kedatangan Rasulullah di Madinah diterima dengan tangan terbuka dan penuh antusias
oleh masyarakat Madinah. Dalam waktu yang singkat beliau menjadi pemimpin suatu
komunitas yang kecil yang terdiri dari para pengikutnya, namun jumlah hari demi hari
semakin meningkat. Hampir seluru penduduk kota Madinah menerima Nabi Muhammad
menjadi pemimpin di Madinah, tak terkecuali orang-orang Yahudi. Di bawah
kepemimpinannya, Madinah berkembang cepat dan dalam waktu sepuluh tahun telah menjadi
negara yang sangat besar dibandingkan dengan wilayahwilayah lain di seluruh jazirah Arab
(Karim, 2002).

Di Madinah, Rasulullah mula-mula mendirikan majelis syura, majelis ini terdiri dari
pemimpin kaum yang sebagian dari mereka bertanggung jawab mencatat wahyu. Pada tahun
6 Hijriyah Rasulullah mengangkat sekretaris dengan bentuk sederhana telah dibangun.
Rasulullah juga telah mengutus utusan ke pemimpin negara-negara tetangga. Orang-orang ini
mengerjakan tugasnya dengan sukarela dan membiayai hidupnya dari sumber independen,
sedangkan pekerjaan sangat sederhana tidak memerlukan perhatian penuh. Pada dasarnya,
orang-orang yang ingin bertemu kebanyakan orang-orang miskin. Mereka diberikan makanan

6
dan juga pakaian. Setelah Makkah telah dikuasai kaum muslimin, jumlah delegasi yang
datang bertambah banyak sehingga tanggung jawab Bilal untuk melayani mereka bertambah
(Sudarsono, 2002).

Tentara secara formal juga belum terbentuk. Ketika diseru untuk berjihad, semua
muslim yang mampu dianjurkan untuk menjadi tentara. Mereka tidak mendapatkan gaji tetap,
tetapi mereka diperbolehkan mendapatkan bagian dari rampasan perang (ghanimah).
Rampasan tersebut meliputi senjata, kuda, unta dan barang-barang bergerak lain yang
didapatkan dalam perang (Sudarsono, 2002). Situasi ini berubah setelah turunnya surat
alAnfal ayat 41:

Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka
sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami
(Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu (QS. al-Anfal: 41).

Dengan turunnya ayat ini, Rasulullah mengimplementasikannya kepada para


sahabatnya yang telah menang dalam peperangan. Rasulullah membagi seperlima (khums)
rampasan perang menjadi tiga bagian. Bagian pertama untuk Rasulullah sendiri dan
keluarganya, bagian kedua untuk kerabatnya dan bagian ketiga untuk anak yatim piatu, orang
yang membutuhkan dan yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil). Empat perlima bagian
yang lain dibagi di antara para prajurit yang ikut dalam perang (dalam kasus tertentu
beberapa orang yang tidak ikut serta dalam perang juga mendapat bagian). Penunggang kuda
mendapatkan dua bagian, untuk dirinya sendiri dan kudanya. Bagian untuk prajurit wanita
yang hadir dalam perang untuk membantu beberapa hal tidak mendapatkan bagian dari
ghanimah (Sudarsono, 2002).

Permasalahan ekonomi yang dibangun Rasulullah di Madinah dilakukan setelah


menyelesaikan urusan politik dan masalah konstitusional. Rasulullah meletakkan sistem
ekonomi dan fiskal negara sesuai dengan ajaran al-Qur’an. Al-Qur’an telah meletakkan
dasar-dasar ekonomi. Prinsip Islam yang dapat dijadikan poros dalam semua urusan duniawi
termasuk masalah ekonomi adalah kekuasan tertinggi hanyalah milik Allah swt. semata (QS,
3: 26, 15:2, 67:1) dan manusia diciptkan sebagai khalifah-Nya di muka bumi (QS, 2:30,
4:166, 35:39), sebagai pengganti Allah di muka bumi, Allah melimpahkan urusan bumi untuk
dikelola manusia sebaik-baiknya. Kamakmuran dunia merupakan pemberian Allah Swt. dan
manusia akan dapat mencapai keselamatannya jika ia dapat menggunakan kemakmuran
tersebut dengan baik dan dapat memberikan keuntungan bagi orang lain (Karim, 2002).

Dalam sistem ekonominya, Islam mengakui kepemilikan pribadi, Dalam mencari na-ah
kaum muslimin berkewajiban mencara na-ah yang halal dan dengan cara yang adil.
Rasulullah pun menganjurkan mencari na-ah yang baik adalah melalui perniagaan dan jual
beli. Dalam berniagaan Rasulullah melarang mencari harta kekayaan dengan cara-cara yang
ilegal dan tidak bermoral. Islam tidak mengakui permbuatan menimbun kekayaan atau
mengambil keuntungan atas kesulitan orang lain. Di sisi lain, terdapat pula cara-cara

7
perniagaan yang dilarang oleh Islam, misalnya judi, menimbunan kekayaan, penyelundupan,
pasar gelap, korupsi, bunya, riba dan aktivitas-aktivitas yang sejenisnya (Karim, 2002).

Pada zaman Rasulullah, sudah mulai ditanamkan larangan pembungaan uang atau riba,
sebagaimana yang biasa oleh orangorang Yahudi di Madinah. Islam benar-benar menentang
praktikpraktik tidak fair dalam perekonomian tersebut. Karena riba didasarkan atas
pengeluaran orang dan merupakan eksploitasi yang nyata, dan Islam melarang bentuk
eksploitasi apapn “apakah itu dilakukan olehorang-orang kaya terhadap orang-orang miskin,
oleh penjual terhadap pembeli, oleh majikan terhadap budak, oleh laki-laki terhadap wanita,
dan lain sebagainya.” Al-Qur’an pun menyebut, “Dan apa yang kamu berikan sebagai
tambahan (riba) untuk menambah kekayaan manusia, maka riba itu tidak menambah di sisi
Allah” (QS, 30: 39).

Maka untuk menghilangkan riba ini, al-Qur’an memberi solusi dengan cara zakat,
shodaqah dan sejenisnya. Ini ditandai dengan diwajibkannya shadaqah fitrah pada tahun
kedua hijriyah atau lebih dikenal dengan zakat fitrah setiap bulan ramadhan datang, yang
didistribukan kepada para fakir, miskin, budak, amil (pengurus zakat), muallaf dan lain-lain.
Sebelum diwajibkannya zakat, pemberian sesuatu kepada orang yang membutuhkan bersifat
suka rela dan belum ada peraturan khusu atau ketentuan hukumnya. Peraturan mengenai
pengeluaran zakat di atas muncul pada tahun ke-9 hijrah ketika dasar Islam telah kokoh,
wilayah negera berekspansi dengan cepat dan orang berbondong-bondong masuk Islam.
Peraturan yang disusun Rasulullah saat itu meliputi pengumpulan zakat, barang-barang yang
dikenai zakat, batas-batas

C. Bangunan Sistem Ekonomi Islam masa Rasulullah SAW

1. Perdagangan

Rasulullah Muhammad SAW, diutus Allah dalam masyarakat komunitas pebisnis,


penduduk Mekkah terdiri dari para pedagang yang dapat dikatakan terkaya di
Semenanjung Arab. Suku Quraisy sebagai kelompok saudagar kaya memiliki barang
dagangan terbanyak diantara kabilah suku-suku Arab. Kondisi dan aktifitas perdagangan
disebut dalam Q.S. Quraisy, ayat 1-4: "kebiasaan suku Quraisy bepergian melakukan
aktifitas perdagangan pada musim dingin ke negeri Yaman, dan pada musim panas ke
negeri Syam. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini (baitullah).
Yang telah memberi mereka makan, sehingga bebas dari kelaparan dan memberikan
karunia kebebasan dari rasa takut.

Sebagai para saudagar kaya, pastilah mereka suku Qureisy secara umum tidak
kekurangan makanan. Hal demikian karena mereka mendapatkan karunia rasa aman,
selamat dari gangguan para perampok yang melakukan kegiatannya di sepanjang
perjalanan kafilah dagang mereka, baik pada jalur perjalanan ke Yaman maupun ke
Syam, disebabkan mereka ditakdirkan Allah terlahir di sekitar Baitullah, sehingga para
penduduk di seluruh Semenanjung Jazirah Arab segan dan tidak berani mengganggu
keamanan perjalanan kafilah dagang Qureisy, sebab setiap tahun mereka berkepentingan

8
untuk melakukan haji ke Mekkah. Dengan demikian perdagangan yang dilakukan bangsa
Qureisy diuntungkan oleh kondisi tersebut, sehingga selalu mendapatkan keuntungan
yang tidak pernah dirampok oleh para penjahat sepanjang perjalanan dagang mereka.

2. Pertanian

Sumber-sumber sejarah menunjukkan jumlah daerah pertanian terkenal di Jazirah


Arab, selain di Yaman juga al-Yamamah di wilayah pedesaan Mekkah, Tihama, Taif,
Yatsrib (Madinah sekarang) dan Asir merupakan daerah pertanian yang subur. Taif
terkenal dengan daerah penghasil bermacam buah dan madu, sementara Yatsrib,
merupakan sebuah oasis yang luas dan makmur, terkenanl kurmanya.

Bangsa Arab menggunakan lembu, unta, keledai untuk membajak lahan pertanian,
mengalirkan air dari sumber air yang besar untuk mengairi lahan pertanian dan
perkebunan yang luas. Negeri Yaman misalnya terkenal dengan bangunan bendungan
dan sistem irigasi yang sangat maju.

Negeri Yaman, Oman, Hadlramout, al-Yamamah dan Tihama, Taif dan Yatsrib,
adalah daerah-daerah yang memproduksi hasil-hasil pertanian yang memenuhi
pasarpasar di Semenanjung Jazirah Arab. Para petani Taif mengimpor bibit pohon
berbagai buah-buahan dari negeri Syam, hal itu menunjukkan tinggi volume transaksi
perdagangan antara para pedagang di Semenanjung Jazirah Arab.

Sedangkan dalam kegiatan industri hanya pada seni tenunan, samak kulit hewan,
hanya pada masyarakat Yaman, Hirah dan pinggiran negeri Syam. Namun demikian
memang di beberapa kawasan jazirah Semenanjung Arab terdapat semacam aktivitas
bercocok tanam, membajak sawah, dan beternak kambing, sapi serta unta. Dan seringkali
harta benda tersebut dapat menjadi sasaran dan penyebab peperangan, yang
mengakibatkan kesengsaraan pada masyarakat (Al-Mubarakfuri, 2001: 48).

3. Industri

Penanggulangan problema pokok ekonomi dan mewujudkan 'masyarakat sejahtera’


minimal dengan memenuhi setiap hak dasar kebutuhan ekonomi, Islam sebagai sistem
yang mengatur cara hidup secara konprehensif, memiliki suatu konsep 'prioritas
pembangunan’ sektor produksi kebutuhan dasar hidup manusia, mengacu pada kaidah
'al-Dharûriyât al-Khams‟, dan mengarah kepada pemerataan distribusi dan pertumbuhan
ekonomi. Dua kata kuncinya yaitu: pembangunan dan hak dasar kebutuhan ekonomi.

Peperangan dan invasi, menjadikan industri pembuatan senjata dan peralatan


perang lainnya, seperti pedang, alat industri keluarga seperti sofa, menjahit dan
tempatpemotongan hewan, industri minuman khmar, pengobatan hewan ternak kuda dan
unta, menyanyi, musik. Daerah Taif dikenal dengan industri kulit, industri alat militer;
sementara Yatsrib pada masa Jahiliah dikenal di industri artefak, senjata dan baju besi,
industri minuman keras.

9
4. Peperangan dan Invasi

Kabilah-kabilah Arab Jahiliyah terkenal dengan sifat persaingan, permusuhan dan


fanatisme, saling cemburu, biasa terjadi pertumpahan darah, kaum perempuan dan uang
harta rampasan menjadi sumber ekonomi penting .

Kebanggaan kaum pemuda dan sebagai indikator ekonomi yang paling penting,
jika membawa pedang dan ikut serta berpartisipasi dalam peperangan. Karena itu, setelah
kedatangan Islam yang menetapkan hak-hak kaum perempuan dan anak laki-laki terkait
dengan harta waris, mereka tidak setuju dengan pembagian tersebut, sebab mereka tidak
ikut dalam peperangan.

Ini berarti bahwa membawa pedang dan mengumpulkan harta rampasan


merupakan indikator paling penting terkait dengan aturan dan ketentuan distribusi
warisan. Dengan demikian perempuan tidak mendapatkan warisan dan hak-hak ekonomi-
sosial lainnya.

D. Harta Negara dan Bayt Al Mal di masa Rasulullah SAW

Istilah Baitul Mal muncul pertama kali pada tahun ke-2 hijriah pemerintahan Islam. Hal
ini disebabkan karena adanya percekcokan antar sahabat dalam hal pembagian harta
rampasan dari Perang Badar.5 Maka Allah turunkan ayat ke 41 dalam surat al-Anfal yang
menjelaskan tentang seperlima dari perolehan harta rampasan adalah untuk Allah, rasul,
kerabat rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnu sabil.
Dengan turunnya ayat ini, Rasulullah SAW mulai merintis pembangunan Baitul Mal
yang berfungsi sebagai suatu muassasah (lembaga), yang menangani pengeluaran dan
pendapatan negara, serta berfungsi sebagai tempat penyimpanan harta kaum Muslimin.
Sejatinya Baitul Mal sudah berdiri sejak masa Rasulullah SAW, namun belum terbentuk
dalam suatu lembaga yang mempunyai tempat khusus dan diwan (administrasi) yang resmi.6
Pada masa Rasulullah SAW ini, Baitul Mal lebih mempunyai makna sebagai pihak
yang menangani setiap harta benda kaum Muslimin, baik berupa pendapatan maupun
pengeluaran. Dikarenakan belum mempunyai tempat khusus untuk menanmpung harta kaum
Muslimin yang diperoleh dari ghanimah, maka Rasulullah SAW segera memerintahkan
sahabatnya untuk segera membagikan harta tersebut kepada kaum Muslimin setelah
peperangan, tanpa menunda-nundanya lagi.
Hanzhalah bin Shaifi adalah salah seorang sahabat yang ditunjuk oleh Rasulullah SAW,
untuk menjadi katib (sekretaris) beliau dalam mencatat serta membagikan ghanimah tersebut
setelah usainya peperangan, Muaiqib bin Abi Fatimah Ad Dausiy sebagai penulis harta
ghanimah, Az Zubair bin Al Awwam sebagai penulis harta zakat, Hudzaifah bin Al Yaman
sebagai penulis taksiran panen hasil pertanian Hijaz, Abdullah bin Ruwahah sebagai penulis
taksiran panen hasil pertanian Khaibar, Al Mughirah bin Syu’bah sebagai penulis hutang
piutang dan mua’malat yang dilakukan negara, serta Abdullah bin Arqam sebagai penulis

5
http://bataviase.co.id/node/155545
6
Willy Mardian, “Jejak Rekam Perjalanan Baitul Maal”, dalam http://telagaalkautsar.multiply.com/contacts (14
Agustus 2008).

10
urusan masyarakat yang berkenaan dengan kepentingan kabilah-kabilah mereka dan kondisi
sumber-sumber air mereka.7
Jadi, pada umumnya Rasulullah SAW membagi-bagikan ghanimah tersebut pada hari
tersebut. Oleh karena itu, saat itu belum ada banyak harta tersimpan yang mengharuskan
adanya tempat atau arsip tertentu bagi pengelolaannya.

7
M. Shiddiq Al Jawi, “Baitul Maal Tinjauan Historis dan Konsep Ideal” dalam http://msi-uii.net/baca.asp?
katagori=rubrik&menu=ekonomi&baca=artikel& id=75, (04 Februari 2011).

11
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehidupan Rasulullah dan masyarakat muslim dimasa beliau adalah teladan yang
paling baik implementasi islam, termasuk dalam  bidang ekonomi. Pada periode mekkah
masyarakat muslim belum sempat membangun perekonomian, sebab masa itu penuh dengan
perjuangan untuk mempertahankan diri dari intimidasi orang-orang quraisy. Barulah  pada
periode madinah, Rasulullah memimpin sendiri membangun masyarakat madinah sehingga
menjadi masyarakat sejahtera dan beradab. Meskipun perekonomian pada masa beliau relatif
masih sederhana, tetapi  beliau telah menunjukkan prinsib-prinsib yang mendasar bai
pengelolaan ekonomi. Karakter umum dari perekonomian pada masa itu adalah
konmitmennya yang tinggi terhadap etika dan norma serta perhatiyannya yang besar terhadap
keadilan dan pemerataan kekayaan. Usaha-usaha ekonomi harus dilakukan secara etis dalam
bingkai syariah islam sementara sumber daya ekonomi tida boleh menumpuk segelintir orang
melaikan harus berendar bagi kesajahteraan seluruh umat. Pasar menduduki peranan penting
sebagai makanisme ekonomi, tetapi  pemerintah dan masyarakat juga bertindak aktif dalam
mewujudkan kesahteraan dan menegakkan keadilan.
Dalam hal perekonomian Rasulullah telah mengajarkan transaksi-transaksi
perdagangan secara jujur, adil, dan tidak pernah membuat pelanggannya mengeluh kecewa.
Ia selalu menepati janji dan mengantarkan barang dagangannya dengan standar dan kualitas
sesuai dengan permintaan pelanggan. 
Adapun perkembangan pemikiran pada masa tersebut adalah sebagai berikut :
a) Ekonomi Nabi Muhammad SAW sebelum kenabian
b) Titik tolak penerapan ekonomi Islam masa Rasulullah SAW
c) Bangunan sistem ekonomi Islam masa Rasulullah SAW
d) Harta negara dan Bayt al mal di masa Rasulullah SAW

B. Saran

Tentunya terhadap penulis suda menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan

12
segera melakukan perbaikan susunan makalah ini dengan menggunakan pedoman dari
beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Fachrudin, F. (2013). “Fikih Bekerja.” Al-Mahslahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata
Sosial Islam, 1(01).

Hisyam, I. (1337 H). Sirah Nabawiyah. Qalbu Jaziratil-Arab, Muhadharat Tarikhil-Umam


Al-Islamiyah.

Haekal, M. (2011). Sejarah hidup Muhammad.

Syahyuti, 2006, 30 Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian, ttp, Bina
Rena Pariwara.

Ambary, Hasan Muarif, dkk, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, cet VI,
1999.

Dahlan, Abdul Aziz dkk, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, cet
V, 2001.

14

Anda mungkin juga menyukai