Anda di halaman 1dari 34

SEJARAH AGAMA ISLAM PADA ABAD I, II, DAN III

Disusun oleh

Kelompok I
Azmiatun : 170410046
Raihan Cahaya : 170410092
Rika Munanda : 170410129
Samsul Rizal Lubis : 170410192
Yasser Arafat Sitepu : 170410016

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MALIKUSSSALEH
LHOKSEUMAWE
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Sejarah Agama Islam Abad I, II, dan III ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Sejarah Agama Islam pada abad I, II,
dan III.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang
dapat membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.

Lhokseumawe, Maret 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 Perkembangan Islam Pada Periode Makkah ................................................. 3
2.1.1 Berdakwah secara Sembunyi-sembunyi ................................................. 4
2.1.2 Berdakwah secara Terang-terangan ........................................................ 5
2.2 Perkembangan Islam pada Periode Madinah ................................................ 7
2.2.1 Perletakan Dasar-dasar Kehidupan Bermasyarakat ................................ 7
2.2.2 Dinamika Setelah Pembentukan Konstitusi ............................................ 8
2.3 Berakhirnya Kepemimpinan Nabi Muhammad Saw................................... 13
2.4 Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah .......................................................... 13
2.5 Sistem Pemerintahan Pada Masa Bani Umayyah ........................................ 15
2.6 Kemajuan dan Kemunduran Dinasti Umayyah ........................................... 17
2.6.1 Kemajuan Dinasti Umayyah ................................................................. 17
2.6.2 Kemunduran Dinasti Umayyah ............................................................ 19
2.7 Sejarah Dinasti Bani Abbbasiyah ................................................................ 21
2.8 Khalifah-Khalifah Dinasti Abbasiyah ......................................................... 21
2.9 Perkembangan dan Kemajuan Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah .......... 22
2.10 Runtuhnya Dinasti Abbasiyah ................................................................... 23
2.10.1 Faktor Internal..................................................................................... 23
2.10.2 Faktor Eksternal .................................................................................. 24
2.11 Sejarah Berdirinya Dinasti Tulun .............................................................. 24
2.12 Perkembangan Islam Pada Masa Dinasti Tulun ........................................ 25
2.13 Kemunduran Dan Keruntuhan Dinasti Tulun ........................................... 26
2.14 Bukti Sejarah Peninggalan Dinasti Tulun ................................................. 27
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 28

ii
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 28
3.2 Saran ............................................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 30

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata sejarah secara etimologi jika diungkapkan dalam Bahasa Arab disebut
Tarikh, yang bermakna ketentuan masa atau waktu, sedangkan ilmu Tarikh berate
ilmu yang mengandung atau yang membahas penyebutan peristiwa dan sebab-
sebab terjadinya peristiwa tersebut. Literatut Inggris menyebut sejarah dengan
istilah history, yang berarti pengalaman di masa lampau dari umat manusia (the past
experience of mankind).
Adapun secara terminologi, sejarah berarti keterangan yang telah terjadi di
kalangannya pada masa yang telah lampau atau pada masa yang masih ada. Kata
Tarikh juga dipakai dalam arti perhitungan tahun, sepeti keterangan mengenai tahun
sebelum atau sesudah masehi dipakai sebutan sebelum atau sesuudah Tarikh
masehi.
Sekaitan dengan itu kita bisa tahu apa dan bagaimana perkembangan Islam
pada masa lampau. Namun, kadang kita sebagai umat Islam malas untuk melihat
sejarah. Sehingga kita cenderung berjalan tanpa tujuan dan mungkin mengulangi
kesalahan yang pernah ada dimasa lalu. Disnilah sejarah berfungsi sebagai
cerminan bahwa dimasa silam telah terjadi sebuah kisah yang patut kita pelajari
untuk merancang serta merencanakan matang-matang untuk masa depan yang lebih
cemerlang tanpa tergoyahkan dengan kekuatan apa pun. Perkembangan Islam pada
zaman Nabi Muhammad Saw dan para sahabat adalah merupakan Agam Islam pada
zaman keemasan, hal itu bisa terlihat bagaimana kemurnian Islam itu sendiri
dengan adanya pelaku dan faktor utamanya yaitu Rasulullah Saw. Kemudian pada
zaman selanjutnya yaitu zaman para sahabat, terkhusus pada zaman Khalifah empat
atau yang lebih terkenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin, Islam berkembang
dengan pesat dimana hampir 2/3 bumi yang kita huni ini hampir dipegang dan
dikendalikan oleh Islam. Hal itu tentunya tidak terlepas dari para pejuang yang
sangat gigih dalam mempertahankan dan juga dalam menyebarkan Islam sebagai
agama Tauhid yang diridhoi. Perkembangan Islam pada zaman inilah merupakan

1
2

titik tolak perubahan peradaban kearah yang lebih maju. Maka tidak heran para
sejarawan mencatat bahwa Islam pada zaman Nabi Muhammad dan Khulafaur
Rasyidin merupakan Islam yang luar biasa pengaruhnya. Namun yang terkadang
menjadi pertanyaan adalah kenapa pada zaman sekarang ini seolah kita
melupakannya. Sekaitan dengan itu perlu kiranya kita melihat kembali dan
mengkaji kembali bagaimana sejarah Islam yang sebenarnya.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana Islam pertama kali turun ke dunia


1.2.2 Bagaimana perkembangan Islam di Makkah dan Madinah
1.2.3 Perang apa saja yang terjadi ketika terjadinya dinamika setelah
pembentukan konsitusi
1.2.4 Apa yang terjadi setelah wafatnya Rasulullah Saw
1.2.5 Bagaimana perkembangan Islam pada masa berdirinya Dinasti
Umayyah, Abbasiyah, dan Talun

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana pertama kali Islam turun ke dunia


1.3.2 Mengetahui perkembangan Islam di Makkah dan Madinah
1.3.3 Mengetahui berbagai jenis perang yang terjadi ketika terjadinya
dinamika setelah pembentukan konstitusi
1.3.4 Mengetahui kadaan Islam setelah wafatnya Rasulullah Saw
1.3.5 Mengetahui perkembangan Islam pada masa berdirinya Dinasti
Umayyah, Abbasiyah, dan Talun
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Islam Pada Periode Makkah

Sebelum kedatangan ajaran Islam, bangsa arab biasaa disebut Arab Jahilliah,
yang berarti belum berperadaban. Bodoh, dan tidak mengenal aksara. Namun bukan
berarti tidak seorangpun dari penduduk di sana yang tidak mampu mmbaca dan
menuli, kareng beberapaorang sahabat nabi diketahui sudah mampu membaca dan
menulis sebelum mereka masuk Islam. Akan tetapi waktu itu baca tulis memang
belum menjadi tradisi, tidak dinilai sebagai sesuatu yang penting, tidak pula
menjadi ukuran kepandaian dan kecerdasan seseorang.

Di tengah terpuruknya nilai-nilai dan norma di kalangan kaum Quraisy,


lahiralah manusia pilihan yaitu Nabi Muhammad Saw pada tanggal 12 Rabiul Awal
Tahun Gajah (571 M) yang kelak membawa jalan terang kepada mereka, bahkan
mampu membawa perubahan besar terhadap akhlak manusia dan terciptanya
peradaban yang luar biasa dimuka bumi.

Islam bermula pada tahun 611 M ketika wahyu pertama diturunkan kepada
beliau ketika menjelang usia 40 tahun. Beliau terbiasa pada setiap tahun
menyisihkan sebagian waktunya untuk melakikan tahannus di Gua Hira. Pada
tanggal 17 Ramadhan 611 M, muncul malaikat Jibril dan menyampaikan wahyu
yang pertama dari Allah SWT.

Wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw :

ۡ‫اس ِۡم ا ِۡق َر ۡا‬


ۡ ‫ك ِب‬ َۡ ‫ِى َر ِب‬ ۡۡ ‫سانَۡ َخلَقَۡۚ َخلَقَۡ الَّذ‬ ِۡ ‫ن‬
َ ‫اۡل ۡن‬ ۡۡ ‫علَقۡ ِم‬ َ
‫ُّك ا ِۡق َرۡۡا‬
َۡ ‫ِى َو َرب‬ َ ‫سانَۡ بِ ۡالقَلَ ُۙ ِمعَلَّ َۡم‬
ۡۡ ‫علَّ َۡم ۡاۡلَ ۡك َر ُۙمالَّذ‬ ِ ۡ ‫يَعۡ لَ ۡۡم لَ ۡۡم َما‬
َ ‫اۡل ۡن‬
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dai segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu-lah yang maha
pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”
3
4

(QS. Al-‘Alaqۡ[96]:ۡ1-5).
Hadirnya Nabi Muhammad Saw. sedikit demi sedikit mampu mengubah
budaya-budaya tidak bermoral yang tidak pantas dilakukan oleh manusia berakal
dan memiliki akhlak budi pekerti mulia yang ditunjukkan oleh beliau pada akhirnya
menghasilkan peradaban yang luar biasa pada zamannya. Ajaran Islam yang dbawa
oleh beliau berperan penting dalam menciptakan peradaban yang luar biasa. Nabi
Muhammad Saw. merupakan actor uama dalam terciptanya peradaban tersebut.
Beliau tidak hanya sebagai nabi, melainkan juga memerankan sebagai pengajar,
pendidik, pemimpin, pemimpin militer, politikus, reformis, dan lain sebagainya.
Dalam perjalanan dakwah selanjutnya, Nabi Muhammad Saw. Berhasil
memenangkan kepercayaan yang dianut oleh bangsa arab. Dalam waktu yang relatif
singkat, beliau mampu memodifikasi jalan hidup orang Arab.

2.1.1 Berdakwah secara Sembunyi-sembunyi

Sebelum masa masuknya Islam, sebagian besar orang arab jahilliah


penyembahۡ berhalaۡ danۡ merekaۡ menjadikanۡ Ka’bahۡ sebagaiۡ pusatۡ peribadatan
mereka. Dalam beberapa riwayat telah disebutkan bahwa mereka telah meletakkan
berhalaۡdiۡsekitarۡKa’bahۡsebanyakۡ360ۡberhala.

Ada beberapa nama berhala yang disembah oleh orang arab jahilliah,
diantanya ialah:

a. Hubal ; berhala yang dianggap sebagai Dewa Bulan ini dibawa oleh Amr
binۡLuhayۡdariۡMa’ribۡ(Moab)ۡsuatuۡdaerahۡdiۡBalqa’
b. Latta ; berhala ini berupa batu yang dipahat dan dibangun sebuah rumah
diatasnya. Pada zaman dahulu, Latta adalah seorang yang shalih yang

biasa mengadon tepung untuk memberi makanan jamaah haji. Ketika ia


meniggal, orang-orang pun membangun sebuah rumah diatas
kuburannya dan menutupinya dengan tirai-tirai. Berhala ini adalah
sesembahan kaum Tsaqif di Thaif dan pelayanannya adalah dari Bani
Muattab.
5

c. Uzz ; Berhala ini adalah pohon dari Sallam yang terletak di lembah
Nakhlahۡ antaraۡ Makkahۡ danۡ Tha’if.ۡ Berhalaۡ iniۡ milikۡ sukuۡ Quaraisyۡ
Sulaim, Ghatafan, dan Jusyam.

d. Manat : berhala ini berupa batu besar yang terletak tak jauh di gunung
Qudayd di antara Makkah dan Madinah. Berhala ini milik suku
Khuza’ah,ۡ Aus,ۡ danۡ Kharaj.ۡ Jikaۡ sedangۡ berhaji,ۡ merekaۡ berihramۡ
disisinya sekaligus menyembahnya

Karen masih kuatnya keyakinan dan tradisi yang dianut oleh penduduk
Makkah saat itu maka akan sulit bagi nabi Muhammad Saw. menyampaikan
risalah Islam dan agar mereka meniggalkan menyembah berhala. Ajaran beliau
tidak dapat dengan mudah diterima, bahkan ditolak habis-habisan oleh kaum kafir
Quraisy. Banyak alas an bagi mereka juntuk menolak keyakinan yang dibawa oleh
beliau tersebut, salah satunya adalah apa yang mereka yakini adalah sesuatu yang
telah lama mengakar dan menjadi keyakinan mereka serta nenek moyang mereka.
Beliau menyampaikan ajaran Islam kepada keluarga dan orang-orang terdekatnya.
Mula-mula beliau mengajarkan kepada istrinya, Siti Khadijah untuk beriman
kepada Allah, kemudian diikuti oleh Ali bin abi Thalib yang saat itu baru berusia
10 tahun, dan Zaid bin Haritsah (pembantu rumah tanggnaya yang kemudian
diangkat menjadi anak angkatnya). Kemudian beliau mengajak sahabat karibnya
untuk beriman kepada Allah Swt, yaitu Abu Bakar ash-Shiddiq.

Dengan dakwah secara diam diam ini belasan orang telah menyatakan diri
memluk agama Islam. Setelah beberapa lama dakwah tersebut dilaksanakan secara
individual, turunlah perintah Allah Swt. Agar Nabi Muhammad Saw melakukan
dakwah secara terang-terangan.

2.1.2 Berdakwah secara Terang-terangan

Setelah beberapa lama melakukan secara sembunyi-sembunyi turunlah


perintah atau fiman dari Allah Swt. untuk melakukan dakwah secara terbuka dan
terang-terangan. Pada awalnya, Nabi Muhammad Saw. mengundang dan menyeru
6

para kerabat karibnya, dari Bani Abdul Muthalib, tapi mereka semua menolak
kecuali Ali. Langkah berikutnya adalah mengajak masyarakat umum.

Perlakuan tidak menyenangkan mulai didapatkan oleh Nabi Muhammad Saw.


pada awal dakwahnya secara terang-terangan. Namun, beliau tetap tegar dan tabah
menghadapi semua perlakuan buruk dari orang-orang kafir Quraisy. Kebencian
musryrikin Quraisy terhadap beliau semakin meningkat manakala meerka
menyaksikan penganut Islam terus bertambah. Tidak hanya penghinaan yang
ditimpakan kepada beliau, melainkan juga rencana pembunuhan yang disusun oleh
Abu Sufyan. Kegagalan musyrikin Quraisy menghentikan dakwah beliau
dikarenakan beliau dilindungi oleh Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Menydari hal
itu musyrikin Quraisy memboikot kedua keluarga besar itu. Belum sembuh
kepdihan yang disarakan Nabi Muhammad Saw. akibat pemboikotan itu, Abu thalib
danۡ Sitiۡ Khadijahۡ meninggalۡ dunia.ۡ Olehۡ karengۡ it,ۡ thaunۡ dikenalۡ denganۡ ‘amul
huzni (tahun kesedihan).

Pada saat ujian berat tersebut, Nabi Muhammad Saw mendapatkan perintah
dari allah swt untuk melakukan perjalanan dari Masjid al-Haram di Makkah ke
Baitul Maqdis di Palestina kemudian ke Sidratul Muntaha. Dalam perjalanan yang
kemudianۡ dikenalۡ dnhanۡ Isra’ۡ Mi’rajۡ iniۡ beliauۡ menerimaۡ syariatۡ untukۡ
mengerjakan shalat lima waktu. Peristiwa ii terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun 11
sesudah beliau diangkat menjadi nabi dan rasul.

Setelahۡ peristiwaۡ Isra’ۡ danۡ Mi’raj,ۡ dakwahۡ Islam mengalami perkembagan


yang sangat pesat, terutama setelah kedatangan penduduk Yatsrib (Madinah) yang
berhaji ke Makkah. Mereka yang terdiri dari suku aus da Khazraj kemudian
menyatakan memeluk Islam. Atas nama penduduk Yatsrib, mereka juga meminta
Rasulullah agar berkenan pindah ke Yatsrib.. mereka berjanji akan membela beliau
dari berbagai ancaman. Beliau pun menyetujui usul yang mereka ajukan. Perjanjian
ini disebut perjanjian Aqabah. Kemudian beliau pun hijrah ke Yatsrib.
7

2.2 Perkembangan Islam pada Periode Madinah

Hijrahnya Nabi Muhammad Saw. dari Makkah ke Madinah pada tahun 622
M sekaligus menandai lahirnya tahun Islam. Di kota ini, umat Islam mengalami
perubahan yang besar. Jika dimekkah mereka adalah umat yang lemah dantertindas,
di Madinah mereka mempunyai kedudukan yang baik dan menjadi umat yang
terkuat serta dapat mandiri. Inilah tonggak sejarah peradaban Islam, dam Islam pun
lebih mudah disebarkan sehingga akhirnya dapat menguasai daerah-daerah yang
dimulai dari Spanyol di sebelah barat sampe ke Filipina di sebelah timur dan Afrika
Tengah di sebelah selatan sampau danau Aral disebelah utara

2.2.1 Perletakan Dasar-dasar Kehidupan Bermasyarakat

Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru umat ilam di


Madinah, Nabi Muhammad Saw. segera meletakkan dasar-dasar kehidupan
bermasyarakat. Ada empat pondasi dasar kehidupan yang dilakukan oleh beliau,
sebagaimana berikut:

a. Pembangunan Masjid

Selain untuk tempat ibadah (shalat), masjid juga sebagai sarana penting untuk
memperrsatukan kaun muslimin sekaligus mempererat tali jiwa mereka. Selain itu
masjid sebagai tempat bermusyawarah merundingkan masalah-maslaah yang
dihadapi. Bahkan masjid pada masa nabi befungsi sebagai pusat pemerintahan.
Adapun masjid yang dibangun pada saat itu ialah:

1. Masjid Quba (Seninۡ8ۡRabi’ulۡAwwalۡH/ۡ23ۡSepۡ622ۡM)


Dibangun diatas sebidang tanah milik keluarga Kalsum bin Hadam dari
Kabilah Amir bin Auf yag diwakafkannya kepada Nabi Muhammad Saw.
meskipun sederhana namun majid ini di desain oleh Rasulullah sendiri, bahkan
beliau ikut bekerja, tidak segan-segan mengangkat bahan material bangunan.

2.ۡMajidۡNabawiۡ(Rabi’ulۡawwalۡtahun pertama Hijriyah/ September 622 M )


Selain Masjid Quba, Masjid Nabawi merupahan salah satu masjid yang
dibangun langsung oleh Nabi Muhammad Saw. dan rasulullah sendiri yang
8

meletakkan batu pertamanya, lalu batu kedua, ketiga, keempat, dan kelima, masing-
masing diletakkan oleh sahabat Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali.
Area yang hendak dibangun Masjid Nabawi saat itu terdapat bangunan yang
dimiliki oleh Bani Najjar. Namun, Bani Najjar dengan suka rela mewakafkan
bangunan dan tanah mereka untuk pembangunann Masjid Nabawi, dan mereka
hanya berharap pahala dari sisi Allah Swt. atas amalam mereka tersebut.

2.2.2 Dinamika Setelah Pembentukan Konstitusi

Usaha-usaha awal yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. di


Madinah ternyata melhairkan dinamika masyarakat yang luar biasa, baik yang
bersifat positif maupun negatif. Hal yang positif adalah keadaan masyarakat yang
mencapai taraf hidup yang harmonis dan beradab sehingga memungkinkan misi
beliau berjalan lancer. Sedangkan yang negatif adalah terjadinya pelanggaran atas
perjanjian yang pernah dibuat bersama, khususnya golongan Yahudi sehingga
melahirkan peperangan antara kaum muslimin dengan kaum musyrik dan kafir.
Selama Nabi Muhammad Saw. memimpin umat Islam di Madinah, ada
beberapa peperangan yang terjadi, diantaranya ialah sebagai berikut :
a. Perang Badar
Perang ini terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun pertama Hijriah (17 Maret
624 M). Ini adalah peperangan antara kaum muslimin dengan kaum kafir Quraisy
yang berhasil dimenangkana oleh Islam meskipun jumlahnya jauh lebih kecil
dibanding dengan jumlah tentara kafir Quraisy. Abu Jahal sang pemimpin kaum
Quraisy, yang merupakan paman nabi. Ia jatuh sebagai korban kesombongan yang
tidak terkendalikan. Seluruh korban kaum Quraisy yang uggur pada peperangan
tersebut sekitar 70 orang tewas dan 70 orang menjadi tawanan. Sedangkan dari
pihak kaum muslimin ada 14orang yang gugur sebagai syuhada.

b. Perang Uhud
Perang uhud terjadi pada 15 Syawal 3 H atau hari Ahad 31 Maret 625 M yang
berlangsung di kaki Bukit Uhud yang terletak di sebelah utara kota Madinah.
Kekalahan pasukan kafir Quraisy dalam perang bada menimbulkan dendam
9

terhadap kaum muslimin. Mereka membentuk pasukan besar berjumlah 3000 orang
yang dipimpin oleh Abu Sufyan.
Untuk menghadapi serangan pasukan kafir Makkah, nabi muhammd saw.
berhasil menghimpun 1000 pasukan, mereka diberangkatkan menuju leher Bukit
Uhud. Namun baru saja berangkat, Abdullah bin Ubay, seorang munafik Madinah
mencoba menghasut sebagian pasukan Islam sehingga sekitar 300 orang berbelot
dan menolak ikut perang. Pasukan muslim akhirnya hanya tersisaa 700 orang.
Peperangan ini pun dimenangkan oleh pasukan kafir Quraisy. Lebih dari 70
orang dari kaum muslimin gugur sebagai syuhada dan puluhan lainnya mengalami
luka berat dan ringan. Sedangkan kaum kafir hanya 23 orang yang tewas dan
mereka segera kembali meuju kampung halaman mereka di Makkah.

c. Perang Khandaq
Perang ini terjadi pada tahun ke-5 Hijrah ke Madinah (627 M). Perang
Khandaq adalah perang antara kaum muslimin melawan pasukan gabunaan dari
kaum Quraisy, Yahudi dan Gathafan. Perang ini disebut juga perang Ahzab, yang
artinya Perang Gabungan. Dinamakan Perang Khandaq (parit) karena kaum
muslimin menggali parit sekeliling kota Madinah agar kaum kafir tidak bisa
menerobos kota Madinah.
Perang yang terjadi pada Syawal ini dikarenakan ketidakpuasan beberapa
orangۡYahudiۡdariۡBaniۡNadirۡdanۡBaniۡWa’ilۡterhadapۡkeputusanۡRasulullahۡSaw.ۡ
yang menempatkan mereka diluar Madinah. Mereka diusir dari Madinah lantaran
pengkhianatan mereka atas perjanjian yang dibuat serta sikap yang membelot dari
pasukan Madinah saat perang uhud. Selain itu perang ini dilatarbelakangi oleh
kaetakutan kafir Makkah karena semakin kuatnya kaum muslimin di Madinah.
Ada 3 figur utama yang menjadi factor penting dalam perang ini selain Nabi
Muhammad Saw. yaitu Ali bin Abi Thalib, Salman Al-Farisi,ۡ setaۡ Nu’aimۡ binۡ
Mas’udۡ yangۡ setiaۡ danۡ loyalۡ menjalankanۡ tugasۡ danۡ perannyaۡ masing-masing.
Berkat pertolongan Allah Swt. ali berhasil memenangkan pertarungan. Amr bin
Abdi Wudd tewas ditangan Ali. Inila yang membuat pasukan musuh mundur dari
lokasi perang meskipun jumlah mereka tak kurang dari 10.000 tentara. Selain itu,
10

mundurnya kaum kafi dikarenakn kondisi Madinah saat itu sangatn dingin,
sedangkan mereka masih tertahan di tenda-tenda karena tidak bisa memaska kota
Madinah. Banyak diantara mereka yang mati keinginan dan terserang penyakit
malaria.

d. Perang Khaibar
Khaibar merupakan Kawasan yang ditempati oleh kaum Yahudi setelah
mereka diusir Nabi Muhammad Saw. dari Madinah. Disana mereka menyusun
makar untuk melampiaskan dendam yang telah menumpuk terhadap nabi, Islam,
dan kaum muslimin.
Pada bulan muharram tahun ke-7 Hijriah, Rasulullah Bersama 1.400 sahabat
berangkat menuju khaibar. Perang ini terjadi tidak lama selepas Shulh (Perjanjian)
Hudaibiyah. Beliau sendiri yang memimpin ekspedisi menuju khaibar daerah
sejauh 3 hari perjalanan dari Madinah.
Khaibar adalah daerah subur yang menjadi benteng utama Yahudi di jazirah
Arab. Benteng khaibar merupakan benteng pertahanan terkuat Yahudi dimasa itu.
Benteng tersebut terletak di oasis Khaibar, sejauh 150 Km dari kota Madinah
dibagian timur laut Semenanjung Arab.
Perang ini berakhir dngan kemenangan kaum muslimin, dan Nabi
Muhammad Saw. berhasil memperoleh harta, senjata, dan dukungan kabilah
setempat.

e. Perang Mut’ah
PerangۡMut’ahۡmerupakanۡperangۡberdarahۡpertamaۡantaraۡkaumۡmuslimۡdanۡ
Romawi yang menganut agama Kristen. Perang ini adalah paling heroic dan
dahsyat yang dialami umat Islam pada era awal perkembangan Islam. Pada saat itu,,
kaum muslim hanya berkekuatan 3.000 pasukan melawan pasukan terkuat dimuka
bumi saat itu, pasukan romasi dengan kaisarnya Heraclius yang membawa pasukan
sebanyak 200.000 orang. Pasukan itu merupakan pasukan alians antara kaum
Nashaha Romawi dan Nashara Arab sekitaran dataran Syam, jajahan Romawi.
Perang ini berlangsung pada tanggal 5 Jumadil Awal tahun 8 H/629 M.
11

Dalamۡ perangۡ iniۡ Zaid,ۡ Ja’farۡ danۡ Abdullahۡ gugur.ۡ Akhirnya Nabi
Muhammad Saw. memerintahkan Khalid bin Wallid untuk menyerang pasukan
Romawi yang di pimpin oleh Surahbil.
Khalid bin walid membuat strategi perang yang tidak terlupakan dalam
sejarah. Selain mengumulkan dan menyatukan kekuatan muslim yang sudah
berantakan, ia membuat insiden0insiden kecil. Is sengaja membuat insiden-insiden
kecil untuk mengulur waktu sampai petang hari karena kesepakatan dunia ketika
itu adalah pertempuran tidak boleh dilaksanakan pada malam hari. Kesempurnaan
itu itulah yang digunakannya sebagai strategi. Efek dari strategi yang diterapkan
oleh Khalid bin Walid itu, pihak Romawi menjauhkan diri dari serngan Khalid.
Mereka senang kalah Khalid tidak sampai menherang mereka. Padahal sebenarnya
Khalid juga lebih senang lagi jika pasukan Romawi tidak menyerang. Akhirnya, ia
dapat menarik mundur pasukannya dan kembali ke Madinah , setelah mengalami
suatu pertempuran yang tidak membawa kemenangn untuk pasukan muslimm
maupun lawan mereka.

f. Pembebasan Makkah
Pembebasan Makkah (Fathu Makkah) merupakan peristiwa yang terjadi pada
tahun 630 M atau pada tanggal 10 Ramadhan 8 H. Saat itu, Nabi Muhammad Saw.
beserta 10.000 pasukan bergerak dari Madinah ke Makkah.
Sebagaimana tercatat dalam sejara, pada tahun ke-6 H ketika ibadah haji
sudah diisyaratkan. Nabi Muhammad Saw. memimpin sekita 1.000 kaum muslimin
berangkat ke Makkah untuk mengerjakan umrah namun penduduk Makkah tidak
mengizinkan mereka masuk kota. Akhirnya diadakan perjanjian yang dikenal
dengan nama Perjanjian Hudaibiyah. Setelah perjanjian tersebut, situasi jauh lebih
tenang dibandingkan dengan sebelumnya, maka Nabi Muhammad Saw.
mengirimkan surat kepada para penguasa di luar Jazirah Arab untuk memeluk
agama Islam. Ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Saw diutus bukan untuk
penduduk Jazirah Arab saja, melainkan untuk seluruh manusia di bumi ini.
Karena pengingkaran terhadapt perjanjian tersebut dan penyerangan
terharadapۡBaniۡKhuza’ahۡyangۡmerupakanۡsekutuۡumatۡmuslim,ۡNabi Muhammad
12

Saw. segera memerintahkan umati slam untuk menghukum kaum Quraisy. Kaum
muslimin berhasil menguasai Makkah tanpa pertumpahan darah sedikitpun. Setelah
thawafۡ mengelilingiۡ Ka’bah,ۡ Nabi Muhammad Saw. dan kaum muslimin mulai
menghancurkanۡberhalaۡdanۡmembersihkanۡKa’ibah.ۡMakaۡselesailahۡpembebasanۡ
kota Makkah.

g. Perang Hunain
Perang Hunain terjadi pada tahun ke-8 H. tidak lama setelah pembesan oleh
kaum muslin. Posisi Makkah belum dikatakan maan secara geografis karena
beberapa kabilah yang memusuhi Nabi Muhammad Saw masih bercokol di
kawansan selatan Makkah.
Perang pun berlangsung antara kaum muslim melawan kaum Quraisy yang
terdiri dari Bani Hawazin, Bani Saqif, Bani Nasi, dan Bani Jusyam. Perang ini
terjadi di Lembah Hunain, perang ini juga sebagai bentuk balas dendam mereka
karena peristiwa Fathu Makkah. Pada awalnya mereka berhasil mengacaukan
pasukan Islam sehingga banyak pasukan Islam yang gugur. Nabi Muhammad Saw.
kemudian menyemangati pasukannya dan memimpin langsung peperangan.
Pasukan muslim akhirnya dapat memenangkan pertempuran tersebut.

h. Perang Tabuk
Perang Tabuk terjadi pada 9 H, dan berlangsung di kota Tbauk, perbatasan
natara Semenanjung Arabia dan Syam. Peristiwa penaklukan kota Makkah
membuat seluruh Semenanjung Arabia berada dibawah kepemimpinan Nabi
Muhammad Saw. melihat kondisi tersebut, Heraclius penguasa Romawi Timur,
merasa terancam dan menyusun pasukan besar untuk menyerang kaum muslim.
Pasukan muslim kemudian menyiapkan diri dengan menghimpun kkuatan
yang besar karena pada masa itu banyak pahlawan Islam yang menyediakan diri
untuk berperang Bersama Nabi Muhammad Saw. pasukan romawi mundur menarik
diri setelah melihat besarnya jumlah pasukan Islam. Nabi Muhammad Saw. tidak
melakukan pengejaran tetapi berkemah di Tabuk. Disini Nabi Muhammad Saw.
13

membuat perjanjian dnegan penududuk setempat sehingga daerah perbatasan


tersebut dapat dirangkul dalam barisan Islam.

2.3 Berakhirnya Kepemimpinan Nabi Muhammad Saw.

Nabi Muhammad Saw wafat pada usia 63 tahun, tepatnya pada hari Senin
bulanۡ Rabi’ulۡ Awalۡ tahunۡ 12ۡ Hijriahۡ atauۡ bertepatanۡ denganۡ tanggalۡ 6ۡ Juniۡ 632ۡ
Masehi.ۡMenurutۡversiۡlain,ۡbeliauۡwafatۡpadaۡhariۡSeninۡ13ۡRabi’ulۡAwalۡtahunۡ11ۡ
Hijriah atau 8 Juni 632 Masehi. Penutupan kepemimpinan beliah ialah
berangkatnyaۡ beliauۡ untukۡ melakukanۡ hajiۡ Wada’ۡ padaۡ tahunۡ ke-10 H Jenazah
beliau kemudian disemayamkan di dalam Masjid Nabawi Madinah.
Para khalifah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam sejarah uat
Islam, mereka bertugas sebagai:
a. pemimpin umat Islam
b. penerus perjuangan Nabi Muhammad Saw. dengan bersandarkan pada al-Quran
dan sunnah nabi
c. kepala negara dan kepala pemerintah, serta
d. mengembangkan dan memperluas wilayah Islam

Adapun nama-nama Khulafur Rasyidin yang menjadi pemimpin setelah Nabi


Muhammad Saw. adalah sebagai berikut:
1. Abu bakar as-Shiddiq (632-634 M / 11-11 H)
2. Umar bin Khathab (634-644 M / 13-23 H)
3. Utsman bin Affan (664-656 M / 23-35 H)
4. Ali bin Abi Thalib (656-661 M / 35-40 H)
Semenjak era Khulafur Rasyidin Islam berkembang sangat pesat dan berhasil
menguasai sepertiga dunia. Semua ini tidak terlepas dari kesungguhan umat Islam
dalam menaklukkan dan mendakwahkan ajaran Islam ke berbagai penjuru dunia;

2.4 Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah


Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun
41H/661 M di Damaskus dan berlangsung hingga pada tahun 132 H/750 M. Nama
14

Dinasti Umayyah dinisbatkan kepada Umayyah bin Abd Syams bin Abdu Manaf.
Ia adalah salah seorang tokoh penting di tengah Quraisy pada masa jahiliyah. Ia dan
pamannya Hasyim bin Abdu Manaf selalu bertarung dalam memperebutkan
kekuasaan dan kedudukan.[1]Muawiyah bin Abu Shofyan adalah seorang politisi
handal di mana pengalaman politiknya sebagai Gubernur Syam pada zaman
Khalifah Ustman bin Affan cukup mengantarkan dirinya mampu mengambil alih
kekusaan dari genggaman keluarga Ali Bin Abi Thalib. Tepatnya setelah Hasan bin
Ali menyerahkan kursi kekhalifahan secara resmi kepada Muawiyah bin Abu
Sofyan dalam peristiwa Ammul Jama’ah.

Oleh karena itu Muawiyah bin Abu Sofyan dinyatakan sebagai pendiri Dinasti
Bani Umayyah. Dilihat dari sejarahnya Bani Umayyah memang begitu kental
dengan kekuasaannya, terutama pada masa zaman jahiliyah.Dalam setiap
persaingan, ternyata Bani Umayyah selalu lebih unggul dibandingkan keluarga
Bani Hasyim. Hal ini disebabkan Bani Umayyah memiliki unsur-unsur sebagai
berikut:

1. Umayyah berasal dari keturunan keluarga bangsawan

2. Umayyah memiliki harta yang cukup

3.Umayyah memiliki 10 anak yang terhormat dan menjadi pemimpin di


masyarakat, di antaranya Harb, Sufyan, dan Abu Sufyan.

Keluarga Bani Umayyah masuk Islam ketika terjadi Fathul Makkahpada


tahun ke-8 H. Abu Sofyan diberi kehormatan untuk mengumumkan pengamanan
Nabi SAW, yang salah satunya adalah barang siapa masuk ke dalam rumahnya
maka amanlah dia, masuk kedalam Masjidil Haram dan rumahnya Nabi SAW maka
dia juga akan merasa aman. Dengan ini banyak kaum dari kalangan Bani Umayyah
yang berlomba-lomba untuk masuk Islam dan menyebarkan Islam ke berbagai
wilayah.

Muawiyyah tumbuh sebagai pemimpin karier. Pengalaman politik telah


memperkaya dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam memerintah, mulai dari
seorang pemimpin pasukan di bawah komando Panglima Abu Ubaidah bin
15

Jarrahyang berhasil merebut wilayah Palestina, Suriah, dan Mesir dari tangan
Imperium Romawi yang telah menguasai ketiga daerah itusejak tahun 63 SM.

Muawiyah bin Abi Sufyan adalah bapak pendiri dinasti Umayyah. Namanya
disejajarkan dalam deretan Khulafaur Rasyidin. Bahkah kesalahannyayang
mengkhianati prinsip pemilihan kepala negara oleh rakyat, dapat dilupakan orang
karena jasa-jasa dan kebijaksanaan politiknya yang mengagumkan. Muawiyah
mendapat kursi kekhalifahan setelah Hasan bin Ali bin Abi Thalib berdamai
dengannya pada tahun 41 H. Umat Islam sebagiannya membaiat Hasan setelah
ayahnya wafat. Namun Hasan menyadari kelemahannya sehingga ia berdamai dan
menyerahkan kepemimpinan umat Islam kepada Muawiyah sehingga tahun itu
dinamakan‘amul jama’ah’, tahun persatuan. Muawiyah menerima kekhalifahan di
Kufah dengan syarat-syarat yang diajuka oleh Hasan, yakni:

a. Agar Muawiyah tidak menaruh dendam pada seorang pun penduduk Irak;

b. Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka;

c. Agar pajak tanah negeri Ahwaz diperuntukan kepadanya dan diberikan tiap tahun

d. Agar Muawiyah membayar kepada saudaranya, Husain 2 juta dirham

e. Pemberian kepada Bani Hasyim haruslah lebih banyak dari pemberian kepada
Bani Abdis Syam.

Dinasti Umayyah berkuasa selama 91 tahun (41-132 hijriyah atau 661-750


M). Dengan 14 orang khalifah yang dimulai Umayyah ibn Abu Sufyan dan diakhiri
Marwan ibn Muhammad.

2.5 Sistem Pemerintahan Pada Masa Bani Umayyah

Memasuki masa kekuasaan muawiyah yang menjadi awal kekuasaan bani


Umayyah, pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchi
heridetas (kerajaan turun menurun).Kekhalifahan muawiyah diperoleh melalui
kekerasan, diplomasi dan tipu daya tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak.
16

Muawiyah memperoleh kekuasaan, kecuali di Syiria dan Mesir, dia memerintah


semata-mata dengan pedang. Dalam dirinya digabungkan sifat-sifat seorang
penguasa, politikus dan administrator.Kekusaan bani Umayyah berumur kurang
lebih 90 tahun. Ibu kota negara dipindahkan Muawiyah dari Madinah ke Damaskus
tempat ia berkuasa sebagai gubernur sebelumnya.[4] Khalifah-khalifah besar
dinasti bani Umayyah ialah Muawiyah ibn Abi Sufyan (661-680 M), Abdul Malik
ibn Marwan (685-705 M), Walid ibn Abdul Malik (705-715 M), Umar ibn Abdul
Azis (715-720 M), dan Hasyam ibn Abdul Malik(724-743 M).
Mereka berhasil mengusai hampir seluruh wilayah andalusia (Semenanjung
Liberia, sekarang menjadi Portugis dan Spanyol) dan menaklukkan berbagai kota
dan daerah di bagian selatan prancis. Mereka berhasil pula merombak dua masalah
besar yang menunjukkan kemandirian suatu negara yang pertama ialah mengubah
sistem administrasi pemerintahan menjadi bercorak arab dan tidak lagi
membutuhkan pegawai-pegawai asing yang pada mulanya dibutuhkan,
yang kedua ialah mencetak uang sendiri.
Dengan berkuasanya Muawiyah kekhalifahan berubah menjadi kerajaan, kemudian
digantikan anaknya Yazid. Pada kekuasaan ini tidak berlangsung begitu lama
dikarenakan Yazid bukan orang yang mempunyai kemampuan. Dalam memerintah
rakyatnya dengan politik penindasan Machiavelistik yang tidak pernah dikenal oleh
kaum muslimin sebelumnya.Kemudian kekuasaan diambil alih oleh Abdul Malik
ibn Marwan.Ia orang yang keras dan kuat serta sanggup mematahkan setiap
perlawanan yang muncul. Dalam memerintah negaranya berdasarkan kekusaan
yang mutlak.
Perubahan yang paling menonjol dari sistem politik yang dibentuk pada masa
Umayyah diantaranya:
1) Politik dalam Negeri
a. Pemindahan pemerintahan dari madinah ke Damaskus. Kuputusan ini
berdasarkan pada pertimbangan politis dan keamanan.
b. Pembetukan lembaga yang baru atau pegembangkan kembali dari khalifah ar-
Rasyidin, dalam perkembangan administrasi dan wilayah kenegaraan yang semakin
komplek.
17

Khalifah bani Umayyah dalam menjalankan pemerintahannya, dibantu


olehbeberapa Al-Kuttab (sekretaris) meliputi :
a. Katib ar-Rasaail, yaitu sekretaris yang bertugas menyelengagarakan administrasi
dan surat- menyurat dengan pembesar-pembesar setempat.
b. Katib al Kharraj, yaitu sekretaris yang bertugas menjalankan penerimaan dan
penegelauran negara.
c. Katib al Jund, yaitu sekretaris yang bertugas menyelenggarakan hal-hal yang
berkaitan dengan ketentaraan
d. Katib asy Syurthahk, yaitu sekretaris yang bertugas menjalankan keamanandan
ketertiban umum.
e. Katib al-Qaadhi, yaitu sekretaris yang bertugas menyelenggarakan tertib hukum
melalui badan-badan peradilan dan hakim setempat.

2) Politik Luar Negeri


Poltik luar negeri bani Umayyah adalah politik ekspansi yaitu melakukan
perluasan diberbagai daerah kekuasaan ke negara-negara yang belum tunduk pada
bani Umayyah. Wilayah Islam pada zaman Khalifah ar-Rasyidin sudah luas, akan
tetapi perluasan tersebut belum mencapai batas yang tepat, dikarenakan masih
selalu terjadi pertikaiandan pertempuran di daerah perbatasan. Ketika terjadi
perpecahan-perpecahan dan pemberontakan-pemberontakan dalam negeri kaum
muslimin, musuh yang diluar wilayah Islam telah berhasil merampas beberapa
wilayah kekuatan Islam.

2.6 Kemajuan dan Kemunduran Dinasti Umayyah

2.6.1 Kemajuan Dinasti Umayyah

Masa pemerintahan dinasti Umayyah berlangsung selama 91 tahun dengan


14 orang khalifah.Berbagai kemajuan telah di peroleh pada masa dinasti
Umayyah.Dalam bidang administrasi misalya, telah terbentunk berbagai
administrasi pemerintahan yang mendukung tampuk pemimpin bani Umayyah.
Banyak terjadi kebijaksanaan yang dilakukan pada masa ini, di antaranya:
18

a) Pemisahan kekuasaan, terjadi dikotomi antara kekuasaan agama dan politik.


b) Pembagian wilayah, pembagian wilayah terjadalam depuluh provinsi.
c) Bidang administrasi pemerintahan, organisasi tata usaha negara terpecah
kedalam bentuk dewan, Departemen Pajak (Dewan Al Khraj),Departemen Pos
(Dewan Rosa’il), Departemen yang menangani berbagai kepentingan umum
(Dewan Musghilat), Departemen dokumen negara (Dewan Al Khatim).
d) Organisasi keuangan, masih terpusat pada baitulmaal yng asetnya diperoleh dari
aset pajak tanah perorangan bagi non muslim, percetakan uang dilakukan pada
masa khalifah Abdul Malik ibn Marwan.
e) Orgaisasi ketentaraan.
f) Organisasi kehakiman.
g) Bidang Sosial dan Budaya.
h) Bidang seni dan sastra, pada masa khalifah Walid ibn Abdul malik
terjadi keseragaman bahasa yaitu dengan menggunakan bahasa arab, terutama
dalam bidang administrasi.
i) Bidang Seni rupa, perkembangan ada seni ukir dan pahat, terlihat pada kaligrafi
(khat arab) sebagai motifnya.
j) Bidang arsitektur, seperti kubah al sakhra di aitul maqdis yaitu kubah batu yang
didirikan pada masa halifah Abdul Malik ibn Marwan pada tahun 91 M.
Pemerintah dinasti Umayyah juga menaruh perhatian dalam bidang
pendidikan.Memberikan dorongan yang kuat terhadap dunia pendidikan dengn
menyediakan sarana prasarana.Hal ini dilakukan agar para ilmuan, seniman, dan
paraۡ ulama’ۡ mauۡ melakukanۡ pengembanganۡ bidangۡ ilmuۡ yangۡ dikuasainyaۡ sertaۡ
mampu melakukan kaderisasi ilmu. Di antara ilmu pengetahuan yang berkembng
pada masa ini adalah:
1. Ilmu Agama

2. Ilmu sejarah dan geografi

3. Ilmu pengetahuan bidang bahasa

4. Bidang filsafat
19

Demikian berbagai perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi pada


pemerintahan dinasti bani Umayyah. Kekuasaan dinasti bani Umayyah mengalami
kehancuran pada masa kepemimpinan khalifah Walid ibn Yazid karena terjadinya
peperangan yang dilakukan oleh bani Abbas yang terjadi pada tahun 132 hijriyah
atau 750 masehi.

2.6.2 Kemunduran Dinasti Umayyah


Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Umayyah lemah dan
membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain:

a. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan.

b. Penindasan yang terus menerus terhadap pengikut Ali ra. Pada khususnya dan
kepada Bani Hasyim pada umumnya.

c. Pertentangan etnis antara Bani Qays dan Bani kalb yang sudah ada sejak zaman
sebelum Islam, makin meruncing, sehingga sulit untuk menggalang persatuan dan
kesatuan, serta memandang rendah kaum muslim yang bukan arab (Mawali),
sehingga mereka tidak diberi kesempatan dalam pemerintahan.

d. Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah yang disebabkan oleh sikap hidup
mewah di antara para khalifahnya.

e. Adanya kekuatan baru yang dipelopori oleh turunan al-Abbas, yang mendapat
dukungan dari baniۡhasyimۡdanۡgolonganۡSyi’ah,ۡsertaۡkaum Mawali yang merasa
dikelasduakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.

Dari kelima faktor tersebut, yang secara langsung menyebabkan runtuhnya


kekuasaan Bani Umayyah adalah adanya revolusi besar oleh Abu Muslim. Gerakan
iniۡdidukungۡolehۡAliۡdanۡUtsmanۡdariۡgolonganۡSyi’ahۡyangۡinginۡmenuntutۡbalasۡ
tas tewasnya al-Karamani oleh Ibnu Sayyar dalam pertempuran merebut ibu kota
mervۡtahunۡ129ۡHۡ/ۡ747ۡM.ۡGabunganۡpasukanۡAbuۡMuslimۡdanۡgolonganۡSyi’ahۡ
ini dapat merebut kembali kota Merv, dan Ibnu sayyar beserta pasukannya di
kotaSawwat tahun 131 H / 749 M .
20

Kota Merf dan seluruh kota Khurasan dikuasai oleh Abu Muslim al-
khurasani, sedangkan penduduk setempat mengangkat sumpah setia, baiat terhadap
Abdullah Ibn Muhammad yang dikenal dengan Abu Abbas as-saffah, pengganti
Ibrahim al-Imam,yang wafat dalam penjara Bani Umayyah. Semula, Ali dan
Ustman, dua orang putra al-khurasani membaiat juga, namun karena terbukti kedua
tokoh itu melakukan komplotan rahasia, maka dijatuhi hukuman mati akhir tahun
131 H / 749 M.

Berita pembaiatan itu mengejutkan khalifah Marwan II. Ketika itu Marwan
II.Ketika itu Marwan II baru saja selesai mengamankan pemberontakan di wilayah
Armenia dan Georgia dan beliau sedang berada di benteng Harran.Beliau kemudian
mengutus 120.000 prajurit menuju ke Selatan lembah Irak. Bala tentara tersebut
mendapat perlawanan dari tentara Bani Abbasiyah atas inisiatif Abu Oun, kemudian
dibantu oleh pasukan besar yang dipimpin oleh Abdullah Ibn Ali Ibn Abdillah Ibn
Abbas, paman as-saffah. Pertempuran tersebut terjadi sangat sengit berhadap-
hadapan, hanya dihadang sungai Efrat.Khalifah Marwan membuat jembatan, guna
dapat melkukan penyerangan, pasukannya dapat dihancurkan. Walaupun jumlah
bala tentara Marwan lebih besar, tetapi tidak menundukkan semangat dari pasukan
Abdullah Ali.Akhirnya tentara khalifah Marwan terus mengalami kekalahan
sehingga beliau mundur menuju Mosul, lalu menuju benteng Harran, namun
pasukan Abbasiyah selalu mengejarnya.

Abdullah Ibn Ali memerintahkan saudaranya, Shaleh Ibn Ali untuk melakukan
pengejaran terhadap Marwan II di Mesir.Pasukan Abbasiyah tidak mendapat
perlawanan yang berarti dan penduduk setempat menyatakan kesetiaannya, baiat
terhadao as-saffah, khalifah pertama Bani Abbas. Akhirnya Marwan II bersama
pengiringnya ditemukan disebuah biara di kota pelabuhan Abusir. Marwan
ditangkap dan dibunuh, kepalanya dikirim kepada as-saffah.Dengan demikian,
maka berakhirlah dinasti Bani Umayyah di Damaskus dan kekuasaan sepenuhnya
ditangan as-saffah.
21

2.7 Sejarah Dinasti Bani Abbbasiyah


Dinasti abbasiyah didirikan oleh Abu Al-Abbas, nama lengkapnya
Abdullah As-Saffah Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas. Di namakan
khalifah abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini merupakan
keturunan al-abbas, pendirian dinasti ini dilatarbelakangi karena kaum abbasiyah
merasa lebih baik berhak dari pada bani ummayyah atas ke khalifahan Islam, karena
mereka adalah bagian dari bani hasyim yang secara nasab keturunan lebih dekat
dengan Nabi Muhammad Saw.
Sebelum dinasti abbasiyah berdiri, terdapat tiga poros utama yaitu
Humaimah (Yordania), Kufah (Irak), dan Khurasan. Humaimah merupakan tempat
pemukiman keluarga Bani hasyim, baik dari kalangan pendukung Ali maupun
keluarga Abbas. Sedangkan Kufah merupakan wilayah yang penduduknya
merupakan penganut aliran syi`ah, yang selalu bergolak dan ditindas oleh bani
ummayyah. Sementara Khurasan merupakan tempat warga pemberani, kuat fisik,
teguh pendirian, tidak terpengaruh nafsu, dan tidak mudah terpengaruh terhadap
kepercayaan yang menyimpang. Dalam perkembangan, kota Humaimah di jadikan
sebagai pusat perencanaan dan organisasi, kufah sebagai kota penghubung
,sedangkan khurasan sebagai pusat gerakan praktis.

2.8 Khalifah-Khalifah Dinasti Abbasiyah


Para sejarawan membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi 5 periode:
1. Periode pertama (132 H/750M-232 H/847M), disebut periode pengaruh Persia
pertama.
2. Periode kedua (232H/847M- 334H/945M), disebut masa pengaruh Turki
pertama.
3. Periode kertiga (334H/945M-447H/1055M), masa kekuasaan dinasti Buwaihi
dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, periode ini disebut juga masa pengaruh
Persia kedua.
22

4. Periode keempat (447H/1055M-590H/1194M), masa kekuasaan dinasni bani


Seljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, periode ini disebut juga masa
pengaruh turki kedua.
5. Periode kelima (590H/1194M-656H/1248M), masa khalifah bebas dari pengaruh
dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Bagdad.

Dasar-dasar pemerintahan dinasti Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh


Khalifah Abul Abbas dan Abu Ja’farۡAl Mashur. Sementara itu, puncak keemasan
daru dinasti ini berada pada 8 khalifah sesudahnya, yaitu Almahdi (775-785M),
Alhadi (775-786M), Harun ar rasyid (786-809M), Al Amin (809-913M), Al-
Ma’munۡ (813-833M),ۡ alۡ Mu’tasimۡ (833-842M), al- Wasiq (842-847M), dan al-
Mutawakkil (847-861M).

2.9 Perkembangan dan Kemajuan Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah


Baghdad adalah ibu kota Irak dan merupakan kota terbesar kedua di Asia Barat
Daya setelah Teheran. Kota ini terletak di antara sungai Tigris dan Sungari Eufrat. Dalam
sejarahnya, kota ini telah dihuni oleh umat manusia sejak 4000 SM. Dahulu, kota tersebut
menjadi bagian dari babylonia kuno. Sejak tahun 600 hingga 500 SM, secara bergantian
kotaۡ“Baghdad”ۡituۡberartiۡ“tamanۡkeadilan”.
Ketika kekhalifahan Islam dipegang oleh Bani Abbasiyah, kota Baghdad
dibangun menjadi salah satu kota metropolitan yang menjadi saksi era keemasan Islam.
PembangunannyaۡdiprakarsaiۡolehۡkhalifahۡAbuۡJa’farۡal-Mansur, yang memindahkan
pusat pemerintahan Islam dari Damarkus ke Baghdad. Khalifah kedua dari Dinasi
Abbasiyah itu, berhasil menyulap kota kecil Baghdad menjadi sebuah kota baru yang
megah.
Beberapa perkembangan dan kemajuan Islam pada masa dinasi Abbasiyah adalah
sebagai berikut:
1. Seni bangunan dan tata kota
23

Salah satu kemajuan ilmu pengetahuan social budaya yang ada pada masa
kekhalifahan Dinasti Abbasiyah adalah seni bangunan dan arsitektur, baik untuk
bangunan istana, masjid, bangunan kota, dan lain sebagainya. Seni arsitektur yang
dipakai dalam pembangunan kota Baghdad, Samarra, dan lain-lainnya.

2. Jaringan Jalan
Beberapa jaringan jalan yang dibangun pada Dinasti Abbasiyah yang bertujuan
untuk menunjang gerak kehidupan dengan berbagai komoditas yang dihasilkan seperti
jaringan jalan kelima, yaitu berupa jalur transportasi air melintasi sungai tigris menuju
Basrah dan Teluk Arab. Ada juga yang dinamakan Jalan Raya Khurasan yang
membentang dari Baghdad menuju wilayah timur laut dan utara hingga ke Kawasan
perbatasan dengan Cina. Dan masih ada lagi yang lainnya.

3. Ilmu Pengetahuan
Pada masa keemasan dinasi Abbasiyah ilmu pengetahuan berkembang pesat. Ilmu
tafsir, ilmu hadits, ilmu fiqh, ilmu tasawuh, ilmu sastra, filsafat, ilmu falak, ilmu
kedokteran, ilmu kimia, ilmu astronomi dan ilmu sejarah menjadi ilmu yang sangat
berkembang pada masa ini.

2.10 Runtuhnya Dinasti Abbasiyah


Setelah hampir 6 abad berkuasa, kejayaan Dinasti Abbasiyah secara perlahan mulai
meluntur. Secara umum, runtunya Dinasti Abbasiyah disebabkan oleh dua faktor, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal.

2.10.1 Faktor Internal


a. Lemahnya Khalifah
Sejak berakhirnya kekuasaan Dinasti Seljuk atas Baghdad, khalifah Abbasiyah
merdeka kembali, namun kekuasaannya hanya di daerah Baghdad.
b. Persaingan dengan Bangsa lain
24

Adanya kecenderungan bangsa-bangsa maroko, mesir, Syria, irak, Persia, turki,


dan india, untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak abbasiyah berdiri.
c. Kemerosotan Ekonomi
Pada periode kemunduran, pendapatan negara menurun sedangkan pengeluaran
meningkat lebih besar. Hal ini disebabkan wilayah kekuasaannya semakin
menyempit, banyak terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat.
d. Konflik Keagamaan
Fanatisme keagamaan juga mengakibatkan persoalan kebangsaan mengalami
perpecahan,ۡ berbagaiۡ aliranۡ keagamaanۡ seperti,ۡ Mu’tazillah,ۡ Syi’ah,ۡ sunni,ۡ danۡ
kelompok-kelompok garis keras yang menjadikan pemerintahan Abbasiyah
mengalami kesulitan untuk menyatukan pahamnya.

2.10.2 Faktor Eksternal


1. Perang Salib
Kekalahan tentara Romawi telah menanamkan benih permusuhan dan
kebencian orang-orang kristen terhadap ummat Islam. Kebencian itu bertambah setelah
Dinasti Saljuk yang menguasai Baitul Maqdis menerapkan beberapa peraturan yang
dirasakan sangat menyulitkan orang-orang Kristen yang ingin berziarah kesana. Oleh
karena itu pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II menyerukan kepada ummat kristen Eropa
untuk melakukan perang suci, yang kemudian dikenal dengan nama Perang Salib.

2. Serangan Hulagu Khan (Bangsa Mongol)


Serangan ini berhasil menaklukkan sejumlah benteng besar termasuk Alamut
berhasil dihancurleburkan oleh pasukan Hulagu, bayi-bayi pun disembelih dengan
kejam.

2.11 Sejarah Berdirinya Dinasti Tulun


Ibnu Tulun adalah anak dari seorang budak berkebangsaan Turki bernama
Tulun. Dalam bahsa Turki, tulun berarti kemunculan yang sempurna. Ia dilahirkan
di Baghdad pada bulan Ramadhan 220 H/September 835 M.
25

Ketika Dinasti Abbasiyah diperintah oleh Khalifah al-Mu’tamad,ۡIbnuۡTulunۡ


ditunjuk sebagai gubernur Mesir. Setelah menjadi penguasa Mesir, ia segera
membangun pasukan dibawah kekuasaan sendiri. Selain mwmiliki tentara sendiri,
ia juga berhasil menguasai keungan wilayah Mesir.

Pada awalnya, Dinasti Tulun memang merupakan wilayah otonom dari


kekuasaaan Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Saat itu, Ahmad Ibnu Tulun ditugaskan
ke Mesir oleh khalifah sebagai wakil gubernur, kemudian menjadi gubernur yang
berkuasa hingga Palestina dan Syiria. Karena terjadi perselisihan dan lemahnya
pemerintahan pusat, serta menyebabkan daerah Mesir kurang terurus, maka
menguatlah keberadaan Ibnu Tulun.

Pada awalnya, wilayah Syam (Palestina/Syria) sendiri sudah lebih dulu


melepaskan diri dari kekuasaan pusat dibawah kepemimpinan Shaik Isa Ibnu Shaik
Sulaik, yakni emenjak tahun 252 H/866 M. Kemudian, Ibnu Tulun bergerak dengan
pasukannya merebut wilayah Palestina dan Syria. Saat Ibnu Tulun terlibaat
pertempuran panjang, dari pihak ibu kota Baghdad datang pula pasukan besar
dibawah pimpinan Amaghur untuk merebut wilayah tersebut. Akhirnya Ibnu Tulun
terpaksa menarik pasukannya. Peristiwa itu terjdi pada tahun 256 H/870 M. Tetapi,
8 tahun kemudian yakni pada tahun 264 H/878 M, Ibnu Tulun kemballi
mengerahkan pasukannya dan berhasil merebut wilayah itu hingga wilayah
kekuasaannya berbatasan dengan Eufrat.

Pemerintahan Ibnu Tulun mendapatkan luar biasa dari rakyat Mesir karena
selama ini mereka membayar pajak yang sangat berat, padahal tidak ada yang
tersisa untuk mereka, semuanya dikirim ke Baghdad. Ketika Ibnu Tulun
memerintah Mesir, hasil-hasil kekayaan negeri itu digunakan untuk kepentingan
Mesir. Segala aset yang dimili Mesir, sepenuhnya digunakan untuk
menyejahterakan rakyat.

2.12 Perkembangan Islam Pada Masa Dinasti Tulun


Kejayaan pada masa Dinasti Tulun terjadi pada dua fase, yaitu pemerintahan
Ahmad Ibnu Tulun dan putranya, Al-Khumarawih. Pada masa pemerintahnnya,
26

Ibnu Tulun berhasil memperbaiki sistem ekonomi dengan menurunkn harga bahan
pokok, menumpas para rentenir yang menengsarakan rakyat, menghapus praktik
penipuan dalam perdagangan, melindungi para petani kecil, dan memperbaiki
manajemen irigasi.
Untuk mendukung sistem pemerintahannya, Ibnu Tulun membentuk
beberapa dewan negara, yaitu :

a. Dewan hajib (konsuler), yang membidangi hubungan antara khalifah dengan


pejabat tinggi, rakyat biasa maupun hubungan antarnegara.

b. Dewan pengawas keamanan, yang bertugas mengawasi kebijakan penguasa


terhadap politik yang dijalankan agar para pegawai disiplin dan menjaga ketertiban
dalam bekerja. Selain itu, departemen ini juga membidangi departemen-
departemen, seperti distribusi keuangan untuk para tentara.

c. Dewan intelijen, yang bertugas melindungi pengawasan terhadap penyimpangan-


penyimpangan yang dilakukan oleh para pekerja. Dewan ini selalu berada
disamping amir dalam setiap pertemuan dan mendengarkan setiap pembicaraan dan
mengtaurnya di agenda.

d. Membangun angkatan perang dari berbagai unsur etnis, seperti Turki, Sudan, dan
negara Arab lainnya untuk menghilangkan kesenjangan sosial. Armada perang
dihimpun sebanyak 100.000 personil dengan kelengkapan senjata perang. Untuk
daerah tepi laut, ia membentuk pangkallan kapal pangkalan kapal angkatan laut
untuk menghadapi tentara Bizantium dari pantai dan menjaga hubungan jarak
antara Syam dan Mesir.

2.13 Kemunduran Dan Keruntuhan Dinasti Tulun


Setelah al-khumarawih meninggal, para peminpin Dinasti Tulun tidak lagi
memimpin wilayahnya seperti pada masa sebelumnya. Mereka lebih banyak
bergelimang kemewahan dan menuruti hawa nafsu. Bahkan, saat itu terjadi
perebeutan kekuasaan.
27

Ketika Dinasti Tulun diperintah oleh pemimpin yang ketiga, Abu al-Asakir
bin Khumarawih, ia dilawan oleh sebagian pasukannya dan dapat disingkirkan.
Pada saat itu adiknya yang baru berusia 14 tahun, Harun bin Khumarawih, diangkat
sebagai amir yang keempat. Akan tetapi, kondisi pemerintahan yang sudah sangat
lemah, membuat wilayah tidak dapat dipertahankan dan direbut oleh pasukan
Qaramitah. Pemimpin yang kelima, yaitu Syaiban bin Ahmad bin Tulun, hanya 12
hari memerintah karena ia menyerah ke tangan pasukan Abbasiyah yang
menyerang Mesir pada 292 H, lalu menahan keluarga Tulun yang masih hidup dan
dibawa ke Baghdad. Pada tahun 296 H kekuasaan Dinasti Tulun berakhir.

2.14 Bukti Sejarah Peninggalan Dinasti Tulun


Salah satu peninggalan bersejarah Dinasti Tulun yang masih bisa kita
saksikan hingga sekarang adalah Masjid Ibnu Tulun atau Masjid al-Maydan. Masjid
ini dibangun pada tahun 876-879 M saat Ibnu Tulun berkuasa di Mesir. Hingga
sekarang, Masjid Ibnu Tulun masih terawat baik dengan memeprtahankan
arsitektur aslinya, dan menjadi salah satu peninggalan masa kejayaan Islam di
Mesir. Masjid ii juga menjadi masjid tertua kedua di Mesir setelah Masjid Amru
bin Ash.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan tentang sejarah agama Islam pada abad I, I, dan II, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Nabi Muhammad Saw lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (571 M)
dan pada tahun 611 M beliau menerima wahyu pertama diturunkan ketika
menjelang usia 40 tahun.
2. Dakwah pertama beliau adalah pada keluarga dan sahabat-sahabatnya. Orang
pertama yang beriman kepada-Nya ialah Siti Khodijah (isteri Nabi), disusul Ali bin
Abi Thalib (putra paman Nabi) dan Zaid bin Haritsah (budak Nabi yang dijadikan
anak angkat). Setelah itu beliau menyeru Abu Bakar (sahabat karib Nabi).
Kemudian dengan perantaraan Abu Bakar banyak orang-orang yang masuk Islam.
3. Khulafa ar-Rasyidin atau Khulafa ar-Rasyidun (jamak kepada Khalifatur Rasyid)
berarti wakil-wakil atau khalifah-khalifah yang benar atau lurus Adapun
maksudnya disini adalah empat Khalifah Shahabat Nabi yaitu Abu Bakar, Umar,
Utsman dan Ali ra.
4. Dinasti Umayyah (661-750 M) Bani Umayah ialah keturunan Umayah bin Abdul
Syams, salah satu suku Quraisy. Dalaam sejarah Islam Bani Umayah mendirikan
dalaam dua periode: Damascus dan Cordoba. Dinasti umayah dimulai dengaan
naiknya Muawiyah sebagai khalifah pada tahun 661 M. Bani Umayah berhasil
mengokohkan kekhalifahan di Damascus selama 90 tahun (661 – 750).
5. Dinasti Abbasiyah yang menguasai daulah (negara) pada masa klasik dan
pertengahan Islam. Pada masa pemerintahan Abbasiyah tercapai zaman keemasan
Islam. Daulah ini disebut Abbasiyah karena pendirinya ialah keturunan al-Abbas
(paman Nabi SAW) yakni Abu Abbas as-Saffah. Walaupun Abu Abbas ialah
pendiri daulah ini, pemerintahannya hanya singkat (750 – 754). Pembina daulah ini
yanggۡsebenarnyaۡialahۡAbuۡJa’farۡal-Mansur (khalifah ke-2). Dua khalifah inilah
peletak dasar-dasar pemerintahan Daulah Abbasiyah.
6. Ibnu Tulun adalah anak dari seorang budak berkebangsaan Turki bernama Tulun.
Dalam bahsa Turki, tulun berarti kemunculan yang sempurna. Ia dilahirkan di

28
29

Baghdad pada bulan Ramadhan 220 H/September 835 M. Ketika Dinasti Abbasiyah
diperintah oleh Khalifah al-Mu’tamad,ۡ Ibnuۡ Tulunۡ ditunjukۡ sebagaiۡ gubernurۡ
Mesir. Setelah menjadi penguasa Mesir, ia segera membangun pasukan dibawah
kekuasaan sendiri. Selain mwmiliki tentara sendiri, ia juga berhasil menguasai
keungan wilayah Mesir.

3.2 Saran
Adapun saran dari kelompok kami adalah:

Kita selaku ummat Islam sebaiknya lebih memperdalam lagi tentang sejarah agama
Islam untuk memperbaiki diri dimasa mendatang.

Kami juga menyarankan agar teman-teman bisa membaca kembali literatur-


literatur yang berkenaan dengan pembahasan ini sehingga diharapkan bisa lebih
menyempurnakan kembali pembahasan materi dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ja’farian,ۡRasul.ۡ2004.ۡ Sejarah Islam Sejak Wafat Nabi Saw Hingga Runtuhnya


Dinasti Bani Umayah (11-132 H). Jakarta: Lentera.
Armstrong, Karen. 2002. Islam; Sejarah Singkat. Yogyakarta: Jendela.
Hambal Shafwan, Muhammad. 2014. Intisari Sejarah Pendidikan Islam. Solo:
Pustaka Arafah.
Syukur al-Azizi, Abdul. 2014. Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap.
Yogyakarta: Saufa.

30

Anda mungkin juga menyukai