Diajukan Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Teori Sastra
I
Disusun Oleh:
Nurul Alifiah
121811133034
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
Pendekatan intertekstual pertama kali digagas oleh pemikiran Mikhail
Bakhtin, seorang filsuf Rusia yang mempunyai minat besar pada sastra. Menurut
Baktin, pendekatan intertekstual menekankan pengertian bahwa sebuah teks sastra
dipandang sebagai tulisan sisipan atau cangkokan pada kerangka teks-teks sastra
lain, seperti tradisi, jenis sastra, parodi, acuan atau kutpan (Noor 2007: 4-5)
Suatu teks menurut teori intertektual dipercaya tidak dapat berdiri sendiri.
Maksudnya ialah dalam penciptaannya diyakini memiliki sisipan atau merupakan
hubungan dari suatu karya di masa lampau. Lain halnya dengan plagiarism,
intertekstual dianggap sebagai trasformasi teks-teks lain dan sebagai sebuah
tindakan interpretasi, maka dapat dikatakan bahwa persoalan transformasi
meruapakan bagian esensial dalam teori intertekstual.
Sebagaimana yang dapat saya pahami. Suatu karya seperti puisi atau prosa
merupakan suatu aktivitas-aktivitas bahasa yang demikian itu dapat memungkinkan
terjadinya pemaknaan-pemaknaan yang bermacam-macam. Karya sastra kapan
pun itu ditulis kecil kemungkinan lahir dari kekosongan budaya. Karya sastra akan
muncul pada masyarakat yang telah memiliki konvensi, tradisi, pandangan tentang
estetika, tujuan berseni, dan lain-lain, yang kesemuanya dapat dipandang sebagai
wujud kebudayaan.
Dalam hal ini, yang dapat dipahami sastra dipandang sebagai “rekaman”
terhadap pandangan masyarakat berkenaan dengan segala sesuatu yang melingkupi
kehidupannya. Teori intertekstual memandang bahwa sebuah teks yang ditulis
lebih kemudian mendasarkan diri pada teks-teks lain yang telah ditulis orang
sebelumnya. Dalam arti tidak ada sebuah teks yang benr-benar mandiri, teks lahir
melalui proses penciptaan yang dapat dirunut hubungannya dengan teks-teks lain
baik langsung maupun tidak langsung.
Dari beberapa sumber yang terdapat dalam website ataupun blog berisi
artikel ilmiah tentang teori intertekstual terdapat 10 tesis intertekstual yang
dirangkum oleh beberapa pendapat tokoh ataupun buku. Salah satunya ialah
konsep intertekstual menghendaki bahwa teks harus dipahami bukan sebagai
sebuah struktur yang dipertahankan oleh dirinya sendri, tetapi sebagai sesuatu yang
bersifat historis dan berbeda-beda. Teks dibentuk bukan melalui waktu yang
immanen, tetapi melalui permainan temporalitas yang terpisah-pisah.
Kesimpulannya ialah tiap-tiap teks atau karya sastra yang hadir dalam
penciptaannya sangat erat kaitannya dengan karya atau teks yang lampau, baik itu
dalam bentuk kerangka, latar belakang sejarah, latar belakang faham ataau
ideologi,ataupun hal-hal yang lain yang dapat membentuk suatu teks. Dalam
prinsipnya intertekstual menganggap bahwa tiap pengarang merupakn pembaca
sebelumnya, sehingga tidak dapat dipungkiri setiap periode ataupun rentang waktu
pati terdapat suatu karya yang memiliki kesamaan.
Daftar Rujukan
Culler, Jonathan. 1977. Structuralist Poetics, Structuralism, Linguistics, and the Study of
Literature.London: Routledge & Kegan Paul.
Kristeva, Julia. 1980. Desire in Language a Semiotic Approach to Literature and Art. Oxford: Basil
Blackwell.
Napiah, Abdul Rahman. 1994. Tuah Jebat dalam Drama melayu: Satu Kajian Intertekstualiti.
KualaLumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia.
Noor, Redyanto. 2007. “Perspektif Resepsi Novel Chiklit dan Teenlit Indonesia” Makalah Diskusi
Program Studi S3 Sastra.
Prodopo, Rachmat Djoko. 2003. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Riffaterre. Michael. 1978. Semiotic of Poetry. London: Metheun & Co. Ltd.
Worton, Michael dan Judith Still. 1990. Intertextuality and Practices. New York: Manchester
University Press.