DOSEN PENGAMPU :
AHMAT JAELANI, S.Ud., M.Pd
DISUSUN OLEH :
1. ALEK CHANDRA
2. ILHAM PRAWIRA F
3. RIFDAH DZAKIROH
1
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas ridho
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan penuh
keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat
memberi pelajaran positif bagi kita semua. Selanjutnya penulis juga ucapkan terima
kasih kepada Bapak dosen Ahmat Jaelani, S.Ud., M.Pd. mata kuliah Sejarah Akhlak
Tasawuf yang telah memberikan tugas Makalah ini kepada kami sehingga dapat memicu
motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan menggali ilmu lebih dalam
khususnya mengenai “Tokoh-Tokoh Tasawuf” sehingga dengan kami dapat menemukan
hal-hal baru yang belum kami ketahui.
Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga kami dapat
menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin. Terima kasih pula
atas dukungan para pihak yang turut membantu terselesaikannya laporan ini, ayah bunda,
teman-teman serta semua pihak yang penuh kebaikan dan telah membantu penulis.
Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha sekuat tenaga
dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari sifat manusiawi yang
penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran penulis harapkan dari semua pihak
guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa datang.
kelompok 4
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………….4
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………5
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………. 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tokoh Tasawuf Pada Masa Klasik…………………………………… 6
B. Tokoh Tasawuf Pada Masa Pertengahan……………………………. 8
C. Tokoh Tasawuf Pada Masa Modern …………………………………10
D. Tokoh Tasawuf Pada Masa Kontemporer…………………………... 11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………..14
B. Saran…………………………………………………………………….14
Daftar Pustaka
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan tasawuf tidak pernah lepas dari sejarah para nabi terutama Nabi
Muhammad, para Sahabat, para Tabiin dan seterusnya. Nabi Muhammad telah
memberikan benih-benih tasawuf yang dapat di jadikan sebagai rujukan dalam segala
perbuatanya. Baik sesuatu yang berhubungan dengan perilaku beliau, ucapan-ucapan
beliau, dan sifat-sifat beliau. Pada zaman Nabi Muhammad belum muncul istilah
tasawuf, namun kegiatan praktek sudah ada sebelum Nabi Muhammad diangkat sebagai
rasul. Istilah pada zaman itu sering dikenal dengan “Zuhud”. Kehidupan yang sama
sekali tidak tertarik dengan kemewahan dunia.
Di masa Rasulullah, gerakan tasawuf belum muncul, hal ini di karenakan pada masa
itu belum dibutuhkan. Dengan ketaatan para sahabat atas perintah nabi dan mereka selalu
menjadikan nabi sebagai contoh. Perilaku mereka tentang hidup kerohanian sangat
mengental. Dengan kezuhudanya yang mereka lakukan itu menjadi hal yang paling baik
daripada terpengaruh dengan kemewahan dunia. Kehidupan kerohanian mereka juga
belum tercampur dengan masalah sosial politik, pemikiran-pemikiran dari bangsa barat,
dan sesuatu yang berbau kefilsafatan.
Di masa pertengahanlah tasawuf dari pola pikir manusia dan ulama mulai
mengkristal. Tasawuf masa itu sudah menjadi sebuah organisasi yang memiliki aturan,
prinsip, dan sistem khusus. Tawasuf mereka langsung menjelma menjadi sebauah
thariqah. Perkembangan tasawuf inilah sangat berbeda dengan tasawuf yang dahulu
Tasawuf merupakan suatu disiplin ilmu yang berorientasi pada moralitas berasas
keislaman. Tasawuf bertujuan untuk lebih mendekatkan seorang hamba dengan
tuhannya. Pembahasan mengenai tasawuf dan konsep ilmunya tidak akan lepas dari
tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. Tokoh-tokoh tasawuf atau yang biasa disebut dengan
Sufi biasanya identek dengan kehidupan yang sederhana dan kehidupannya itu hanya
ditujukan kepada Allah semata. Kehidupan seorang Sufi sendiri sudah ada sejak zaman
para sahabat Nabi, yakni sejak abad pertama ketika itu para Sufi mencontoh kehidupan
para Khalifah.
4
Dalam makalah ini akan dibahas tokoh-tokoh tasawuf yakni pada masa klasik,
pertengahan, modern dan kontemporer. Yang dimana tokoh-tokoh tasawuf tersebut
memiliki pandangan dan pemahan yang berbeda-beda.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tokoh Tasawuf pada Masa Klasik
Masa ini yaitu pada masa abad pertama dan kedua hijriyah belum bisa sepenuhnya
disebut sebagai masa tasawuf tapi lebih tepat disebut sebagai masa kezuhudan. Tasawuf
pada masa ini lebih bersifat amaliah dari pada bersifat pemikiran. Bentuk amaliah itu
seperti memperbanyak ibadah, menyedikitkan makan dan minum, menyedikitkan tidur
dan lain sebagainya. Diantara tokoh-tokoh tasawuf pada masa ini yaitu:
lbunya adalah hamba sahaya bernama Ummu Salamah, istri Nabi. Ia tumbuh dalam
lingkungan orang saleh yang mendalam pengetahuan agamanya. Ia menerima hadits dari
sejumlah sahabat dan diriwayatkan bahwa Ali Ibn Abi Thalib mengagumi akan
kehebatan ilmunya.
Dasar pendirian Hasan al-Basri adalah hidup zuhud terhadap dunia, menolak segala
kemegahannya, hanya semata menuju kepada Allah, tawakal, khauf dan raja’. “Janganlah
hanya semata-mata takut kepada Allah, tetapi ikutilah ketakutan dengan pengharapan.
Takut akan murkaNya, tetapi mengharap akan rahmatNya.” Itulah ucapannya yang
terkenal.
6
2. Ibrahim bin Adham
Namanya adalah Ahu Ishaq Ibrahim bin Adham, lahir di Balkh dari keluarga
bangsawan Arab. Dalam cerita sufia, ia dikatakan sebagai seorang pangeran yang
meninggalkan istana dan mengembara menjalani hidup sebagai seorang pertapa sambil
mencari nafkah yang halal hingga meninggal di negeri Persia kira-kira pada tahun 160
H/777 M.
Ibrahim bin Adham adalah salah seorang zahid di Khurasan yang sangat menonjol di
zamannya. Kendatipun dia putera seorang raja dan pangeran kerajaan Balkh, dia tidak
terpesona oleh kekuasaan dan kerajaan yang dibawahinya. Dia lebih suka memakai baju
bulu domba yang kasar dan mengarahkan pandangannya ke negeri Syam (Syria), di
mana ia hidup sebagai penjaga kebun dan kerja kasar lainnya. Suatu ketika ia ditanya:
“Mengapa anda menjauhi orang banyak?” Dia menjawab: “Kupegang teguh agama di
dadaku. Dengannya aku lari dari satu negeri ke negeri yang lain, dari bumi yang
kutinggalkan menuju bumi yang akan kudatangi. Setiap orang yang melihatku
menyangka aku seorang pengembala atau orang gila. Hal ini kulakukan dengan harapan
aku bisa memelihara kehidupan beragamaku dari godaan setan dan menjaga keimananku,
sehingga selamat sampai ke pintu gerbang kematian.
Demikian ungkapan dari seorang Ibrahim bin Adham tampak jelas betapa dia diliputi
rasa takut, seperti halnya semua zahid semasanya, berusaha sungguhsungguh demi
akhirat, sikap zuhud terhadap dunia dan tindakan yang tidak mengenal kompromi dalam
ketaatan yang dilakukannya.
7
Isi pokok ajaran tasawuf Rabi’ah adalah tentang cinta. Karena itu, dia mengabdi,
melakukan amal saleh bukan karena takut masuk neraka atau mengharap masuk surga,
tetapi karena cintanya kepada Allah. Cintalah yang mendorongnya ingin selalu dekat
dengan Allah dan cinta itu pulalah yang membuat ia sedih dan menangis karena takut
terpisah dari yang dicintainya. Pendek kata, Allah baginya merupakan zat yang dicintai,
bukan sesuatu yang harus ditakuti. Ia menolak semua tawaran kawin dengan alasan
bahwa dirinya adalah milik Allah yang dicintainya, dan siapa yang ingin kawin
dengannya haruslah meminta izin kepada Allah.
Disimpulkan bahwa Rabi’ah al-Adawiyah, pada abad dua hijriyah, telah merintis
konsep zuhud dalam Islam berdasarkan cinta kepada Allah. Tetapi, dia tidak hanya
berbicara tentang cinta Ilahi, namun juga menguraikan ajaran-ajaran tasawuf yang lain,
seperti konsep zuhud, rasa sedih, rasa takut, rendah hati, tobat, ridha dan lain sebagainya.
Ma’ruf al-Karkhi adalah orang pertama yang mengembangkan tasawufnya dari paham
cinta (al-hubb) yang dibawa oleh Rabi’ah al-Adawiyah. Ia mengatakan bahwa timbulnya
rasa cinta kepada Allah itu bukan karena diusahakan melalui belajar, tetapi datangnya
semata-mata karena karunia Allah. Kalau dahulu hidup kerohanian, terutama bertujuan
8
untuk membebaskan diri dari siksa akhirat, sekarang bagi Ma’ruf al-Karkhi, bertujuan
sebagai sarana untuk memperoleh ma’rifah kepada Allah.
Dalam menjalankan ajaran tasawuf, dia beramal siang - malam untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT, dengan penuh khusu’ dan tawadu’. Siang dan malam yang dia
lalui tidaklah berarti tanpa diisi dengan ibadah dan pengabdian. Karena hanya dengan
memperbanyak ibadah dan pengabdian itulah, menurutnya dia dapat bertemu dengan
Tuhan, dan pertemuan dengan Tuhan itu meruakan puncak keabadian yang sejati.
Dengan terkonsentrasinya pikiran dan perasaan, hilangnya tabir antara seorang sufi
dengan Tuhan maka tidak ada lagi yang dirasa dan dipikirkannya kecuali wujud Tuhan.
Keadaan seperti ini disebut fana’ yang dipahami sebagai hilangnya sensasi, sehingga ia
tidak merasa lagi adanya wujud yang lainnya.
9
C. Tokoh Tasawuf pada Masa Modern
Masa ini disebut juga sebagai masa konsolidasi yakni memperkuat tasawuf dengan
dasar aslinya yaitu Alqur’an dan Hadits yang sering disebut juga dengan tasawuf sunny
yakni tasawuf yang sesuai dengan tradisi sunnah Nabi dan para sahabat. Diantara tokoh-
tokoh tasawuf pada masa ini adalah:
1. Al-Qusyairi
Nama lengkap al-Qusyairi adalah Abdul Karim bin Hawazin, lahir tahun 376 H di
Istiwa, kawasan Nishafur, salah satu pusat ilmu pengetahuan pada masanya. Dan Al-
Qusyairi wafat tahun 465 H.
2. Al-Ghazali
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin ta’us Ath-thusi Asy-Syafi’i Al-
Ghazali. Ia dipanggil Al-Ghazali karena ia lahir di Ghazalah suatu kota di Kurasan, Iran,
tahun 450 H/1058 M, ayahnya seorang pemintal kain wol miskin yang taat.
10
pun berpendapat bahwa sosok sufi adalah menempuh jalan kepada Allah, dan perjalanan
hidup mereka adalah yang terbaik, jalan mereka adalah jalan yang paling benar, dan
moral mereka adalah yang paling bersih. Sebab, gerak dan diam mereka, baik lahir
maupun batin, diambil dari cahaya kenabian. Selain cahaya kenabian di dunia ini, tidak
ada lagi cahaya yang lebih mampu member penerangan.
Ajaran tasawuf dari Ibn Arabi adalah wahdatul wujud ( kesatuan wujud ) yaitu bahwa
wujud semua yang ada ini hanyalah satu dan pada hakekatnya wujud makhluk adalah
wujud khalik pula. Tidak ada perbedaan antara keduanya dari segi hakekat. Menurut Ibn
Arabi, wujud alam pada hakikatnya adalah wujud Allah dan Allah adalah hakikat alam.
Tidak ada perbedaan antara a’bid ( menyembah ) dengan ma’buat ( yang disembah ),
keduanya adalah satu.
Selain itu ajaran tasawuf Ibn Arabi adalah Al-Haqiqat Ul Muhammadiyah, alam ini
tidak dapat dipisahkan dadri ajaran hakikat muhammadiyah atau nur Muhammad.
Menurut beliau, tahapan-tahapan kejadian proses penciptaan alam dan hubungan dengan
kedua ajaran itu dapat dijelaskan sebagai wujud Tuhan sebagai wujud mutlak dan wujud
hakekat muhammadiyah sebagai emanasi ( pelimpahan ) pertama dari wujud Tuhan
kemudian muncullah yang wujud dengan proses tahapan penciptaan alam semesta.
11
2. Umar Ibn Al-Faridh
Umar Ibn Al-Faridh berasal dari Homat ( Tanah Syam ), lahir di Kairo, Mesir. Ia
hidup dari tahun 1181-1235 M. Selama hidupnya ia tinggal di Mekkah dan ia meninggal
di Kairo. Dia terkenal dengan keistimewaannya mengubah syair pencintaan kepada
Tuhan. Syair yang bernilai tinggi dalam lapangan kecintaan kepada Tuhan. Dorongan
rasa keindahan dalam jiwa yang sejati. Sama sekali adalah kesaksian terhadap yang haq,
yang mutlak dan jujur, timbul dari kebersihan jiwa dan terang jernihnya penglihatan
mata rohani.
Syair kecintaan pada Tuhan dari Ibnu Faridh telah menimbulkan inspirasi bagi
berpuluh dan beratus penyair lain, sehingga sesudah abad keenam dan ketujuh lahir
syair-syair shufiyah.
Ajaran-ajaran tasawufnya yakni, Paham kesatuan mutlak, yaitu wujud adalah satu
alias wujud Allah semata. Ibn Sabi’in menempatkan ketuhanan pada tempat yang
pertama. Wujud Allah, menurutnya adalah asal segala yang ada pada masa lalu, masa
kini maupun masa depan. Sementara wujud materi yang tampak justru dirujukan pada
wujud mutlak yang rohaniah. Pendapat Ibn Sabi’in tentang kesatuan mutlak tersebut,
merupakan dasar dari paham, khususnya tentang para pencapai kesatuan mutlak ataupun
pengakraban dengan Allah.
12
Ajaran tasawufnya yaitu, Jalan menuju keselamatan adalah menyucikan jiwa, zuhud
dan mahabbah, Dengan penakwilan ala philun ( aliran isma’iliyyah ) terhadap ayat-ayat
Al-Qur'an, ia menolak adanya kebangkitan jasmani dan siksa neraka bukanlah dalam
bentuk yang hakikat.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tokoh-tokoh tasawuf pada masa klasik yakni hasan al-basri dengan kehidupan
zuhudnya, Ibrahim Ibn Adham dengan kehidupan zuhudnya juga dan Rabi’ah al
Adawiyah dengan Cintanya kepada Allah.
2. Tokoh-tokoh tasawuf pada masa abad pertengahan yakni, Ma’ruf al-Karkhi dengan
cintanya terhadap allah, Abu al-Hasan al-Saqti dengan pengabdiannya sebagai
hamba Allah dan Abu Sulaiman al-Darani dengan kerohanian hidupnya.
3. Tokoh-tokoh pada masa modern yakni ada Al-Qusyairi dan Al-Ghazzali sama-sama
dengan ajaran tasawufnya yakni sunni.
4. Tokoh-tokoh pada masa kontemporer yakni, Ibnu Arabi dengan kehidupan yang
wahdatul wujud, Umar Ibn Faridh dengan syair kesufiannya, Ibnu Sabi’in dengan
ajaran mengembalikan wujud allah, dan Ibnu Masarrah yaitu dengan ajarannya
keselamatan adalah dengan mensucikan jiwa.
B. Saran
Kita sebagai umat islam wajib mempelajari dan mendalami ilmu tasawuf karena
dengan kita mempelajari dan mendalami ilmu tasawuf hidup kita menjadi lebih tenang
dengan kita mendekatkan diri kepada Allah secara langsung. Senlain itu, dengan kita
mengetahui ilmu tasawuf insya allah kita selalu berada dijalan kebenaran dan kebaikan.
14