Anda di halaman 1dari 14

AKHLAK TASAWUF

“TOKOH TOKOH TASAWUF”

DOSEN PENGAMPU :
AHMAT JAELANI, S.Ud., M.Pd

DISUSUN OLEH :
1. ALEK CHANDRA
2. ILHAM PRAWIRA F
3. RIFDAH DZAKIROH

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MAMBA’UL


HIKAM(STIT-MH)
PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR (PALI)
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas ridho
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan penuh
keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat
memberi pelajaran positif bagi kita semua. Selanjutnya penulis juga ucapkan terima
kasih kepada Bapak dosen Ahmat Jaelani, S.Ud., M.Pd. mata kuliah Sejarah Akhlak
Tasawuf yang telah memberikan tugas Makalah ini kepada kami sehingga dapat memicu
motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan menggali ilmu lebih dalam
khususnya mengenai “Tokoh-Tokoh Tasawuf” sehingga dengan kami dapat menemukan
hal-hal baru yang belum kami ketahui.

Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga kami dapat
menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin. Terima kasih pula
atas dukungan para pihak yang turut membantu terselesaikannya laporan ini, ayah bunda,
teman-teman serta semua pihak yang penuh kebaikan dan telah membantu penulis.

Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha sekuat tenaga
dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari sifat manusiawi yang
penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran penulis harapkan dari semua pihak
guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa datang.

PALI, Maret 2020

kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………….4
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………5
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………. 5

BAB II
PEMBAHASAN
A. Tokoh Tasawuf Pada Masa Klasik…………………………………… 6
B. Tokoh Tasawuf Pada Masa Pertengahan……………………………. 8
C. Tokoh Tasawuf Pada Masa Modern …………………………………10
D. Tokoh Tasawuf Pada Masa Kontemporer…………………………... 11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………..14
B. Saran…………………………………………………………………….14
Daftar Pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan tasawuf tidak pernah lepas dari sejarah para nabi terutama Nabi
Muhammad,  para Sahabat, para Tabiin dan seterusnya. Nabi Muhammad telah
memberikan benih-benih tasawuf yang dapat di jadikan sebagai rujukan dalam segala
perbuatanya. Baik sesuatu yang berhubungan dengan perilaku beliau, ucapan-ucapan
beliau, dan sifat-sifat beliau. Pada zaman Nabi Muhammad belum muncul istilah
tasawuf, namun kegiatan praktek sudah ada sebelum Nabi Muhammad diangkat sebagai
rasul. Istilah pada zaman itu sering dikenal dengan “Zuhud”.  Kehidupan yang sama
sekali tidak tertarik dengan kemewahan dunia.

Di masa Rasulullah,  gerakan tasawuf belum muncul, hal ini  di karenakan  pada masa
itu belum dibutuhkan. Dengan ketaatan para sahabat atas perintah nabi dan mereka selalu
menjadikan nabi sebagai contoh. Perilaku mereka tentang hidup kerohanian sangat
mengental. Dengan kezuhudanya yang mereka lakukan itu menjadi hal yang paling baik
daripada terpengaruh dengan kemewahan dunia. Kehidupan kerohanian mereka juga
belum tercampur dengan masalah sosial politik, pemikiran-pemikiran dari bangsa barat,
dan sesuatu yang berbau kefilsafatan.

Di masa pertengahanlah tasawuf dari pola pikir manusia dan ulama mulai
mengkristal. Tasawuf masa itu sudah menjadi sebuah organisasi yang memiliki aturan,
prinsip, dan sistem khusus. Tawasuf mereka langsung menjelma menjadi sebauah
thariqah. Perkembangan tasawuf inilah sangat berbeda dengan tasawuf yang dahulu

Tasawuf merupakan suatu disiplin ilmu yang berorientasi pada moralitas berasas
keislaman. Tasawuf bertujuan untuk lebih mendekatkan seorang hamba dengan
tuhannya. Pembahasan mengenai tasawuf dan konsep ilmunya tidak akan lepas dari
tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. Tokoh-tokoh tasawuf atau yang biasa disebut dengan
Sufi biasanya identek dengan kehidupan yang sederhana dan kehidupannya itu hanya
ditujukan kepada Allah semata. Kehidupan seorang Sufi sendiri sudah ada sejak zaman
para sahabat Nabi, yakni sejak abad pertama ketika itu para Sufi mencontoh kehidupan
para Khalifah.

4
Dalam makalah ini akan dibahas tokoh-tokoh tasawuf yakni pada masa klasik,
pertengahan, modern dan kontemporer. Yang dimana tokoh-tokoh tasawuf tersebut
memiliki pandangan dan pemahan yang berbeda-beda.

B.     Rumusan Masalah


1.      Siapa saja tokoh-tokoh tasawuf pada masa klasik?
2.      Siapa saja tokoh-tokoh tasawuf pada masa abad pertengahan?
3.      Siapa saja tokoh-tokoh tasawuf pada masa modern?
4.      Siapa saja tokoh-tokoh tasawuf pada masa kontemporer?

C.    Tujuan Penulisan


1.      Untuk mengetahui tokoh-tokoh tasawuf pada masa klasik.
2.      Untuk mengetahui tokoh-tokoh tasawuf pada masa abad pertengahan.
3.      Untuk mengetahui tokoh-tokoh tasawuf pada masa modern.
4.      Untuk mengetahui tokoh-tokoh tasawuf pada masa kontemporer.

5
BAB II
PEMBAHASAN
                                                           
A.    Tokoh Tasawuf pada Masa Klasik
Masa ini yaitu pada masa abad pertama dan kedua hijriyah belum bisa sepenuhnya
disebut sebagai masa tasawuf tapi lebih tepat disebut sebagai masa kezuhudan. Tasawuf
pada masa ini lebih bersifat amaliah dari pada bersifat pemikiran. Bentuk amaliah itu
seperti memperbanyak ibadah, menyedikitkan makan dan minum, menyedikitkan tidur
dan lain sebagainya. Diantara tokoh-tokoh tasawuf pada masa ini yaitu:

1.   Hasan Al-Basri


Nama lengkapnya adalah al-Hasan bin Abi al-Hasan Abu Sa’id. Dia dilahirkan di
Madinah pada tahun 21 Hijriah/642 Masehi dan meninggal di Basrah pada tahun 110
Hijriah/728 M. Ia adalah  putera Zaid bin Tsabit, seorang budak-budak yang tertangkap
di Maisan, yang kemudian menjadi sekretaris Nabi Muhammad SAW. la memperoleh
pendidikan di Basrah. la sempat bertemu dengan sahabat-sahabat Nabi, termasuk tujuh
puluh diantara mereka yang mengikuti perang Badar.

lbunya adalah hamba sahaya bernama Ummu Salamah, istri Nabi. Ia tumbuh dalam
lingkungan orang saleh yang mendalam pengetahuan agamanya. Ia menerima hadits dari
sejumlah sahabat dan diriwayatkan bahwa Ali Ibn Abi Thalib mengagumi akan
kehebatan ilmunya.

Dasar pendirian Hasan al-Basri adalah hidup zuhud terhadap dunia, menolak segala
kemegahannya, hanya semata menuju kepada Allah, tawakal, khauf dan raja’. “Janganlah
hanya semata-mata takut kepada Allah, tetapi ikutilah ketakutan dengan pengharapan.
Takut akan murkaNya, tetapi mengharap akan rahmatNya.” Itulah ucapannya yang
terkenal.

6
2.   Ibrahim bin Adham
Namanya adalah Ahu Ishaq Ibrahim bin Adham, lahir di Balkh dari keluarga
bangsawan Arab. Dalam cerita sufia, ia dikatakan sebagai seorang pangeran yang
meninggalkan istana dan mengembara menjalani hidup sebagai seorang pertapa sambil
mencari nafkah yang halal hingga meninggal di negeri Persia kira-kira pada tahun 160
H/777 M.

Ibrahim bin Adham adalah salah seorang zahid di Khurasan yang sangat menonjol di
zamannya. Kendatipun dia putera seorang raja dan pangeran kerajaan Balkh, dia tidak
terpesona oleh kekuasaan dan kerajaan yang dibawahinya. Dia lebih suka memakai baju
bulu domba yang kasar dan mengarahkan pandangannya ke negeri Syam (Syria), di
mana ia hidup sebagai penjaga kebun dan kerja kasar lainnya. Suatu ketika ia ditanya:
“Mengapa anda menjauhi orang banyak?” Dia menjawab: “Kupegang teguh agama di
dadaku. Dengannya aku lari dari satu negeri ke negeri yang lain, dari bumi yang
kutinggalkan menuju bumi yang akan kudatangi. Setiap orang yang melihatku
menyangka aku seorang pengembala atau orang gila. Hal ini kulakukan dengan harapan
aku bisa memelihara kehidupan beragamaku dari godaan setan dan menjaga keimananku,
sehingga selamat sampai ke pintu gerbang kematian.

Demikian ungkapan dari seorang Ibrahim bin Adham tampak jelas betapa dia diliputi
rasa takut, seperti halnya semua zahid semasanya, berusaha sungguhsungguh demi
akhirat, sikap zuhud terhadap dunia dan tindakan yang tidak mengenal kompromi dalam
ketaatan yang dilakukannya.

3.   Rabi’ah al-Adawiyah


Nama lengkapnya ialah Ummu al-Khair Rabi’ah bin Isma’il alAdawiyah al-Qisiyah.
Informasi tentang biografinya begitu sedikit, dan sebagiannya hanya bercorak mitos. Dia
lahir di Basrah pada tahun 96 H /713 M, lalu hidup sebagai hamba sahaya keluarga Atik.
Dia berasal dari keluarga miskin dan dari kecil dia tinggal di kota kelahirannya. Di kota
ini namanya sangat harum sebagai seorang manusia suci dan sangat dihormati oleh
orang-orang saleh semasanya. Menurut sebuah riwayat dia meninggal pada tahun 185
H./801 M. Orang-orang mengatakan bahwa dia dikuburkan di dekat kota Jerussalem.

7
Isi pokok ajaran tasawuf Rabi’ah adalah tentang cinta. Karena itu, dia mengabdi,
melakukan amal saleh bukan karena takut masuk neraka atau mengharap masuk surga,
tetapi karena cintanya kepada Allah. Cintalah yang mendorongnya ingin selalu dekat
dengan Allah dan cinta itu pulalah yang membuat ia sedih dan menangis karena takut
terpisah dari yang dicintainya. Pendek kata, Allah baginya merupakan zat yang dicintai,
bukan sesuatu yang harus ditakuti. Ia menolak semua tawaran kawin dengan alasan
bahwa dirinya adalah milik Allah yang dicintainya, dan siapa yang ingin kawin
dengannya haruslah meminta izin kepada Allah.

Disimpulkan bahwa Rabi’ah al-Adawiyah, pada abad dua hijriyah, telah merintis
konsep zuhud dalam Islam berdasarkan cinta kepada Allah. Tetapi, dia tidak hanya
berbicara tentang cinta Ilahi, namun juga menguraikan ajaran-ajaran tasawuf yang lain,
seperti konsep zuhud, rasa sedih, rasa takut, rendah hati, tobat, ridha dan lain sebagainya.

B.     Tokoh Tasawuf pada masa Abad pertengahan


Masa ini sudah bisa dikatakan sebagai masa tasawuf, yaitu pada abad ketiga dan
keempat hijriyah mendapat sebutan shufi. Hal itu dikarenakan tujuan utama kegiatan
ruhani mereka tidak semata-mata kebahagiaan akhirat yang ditandai dengan pencapaian
pahala dan penghindaran siksa, akan tetapi untuk menikmati kehidupan langsung dengan
Tuhan yang didasari dengan rasa cinta. Diantara tokoh-tokoh tasawuf pada masa ini
yaitu:

1.   Ma’ruf al-Karkhi


Namanya adalah Abu Muahfuz Ma’ruf bin Firuz al-Karkhi. Ia berasal dari Persia,
namun hidupnya lebih lama di Bagdad. Ia meninggal di kota ini juga pada tahun 200 H /
815 M. Ma’ruf al-Karkhi dikenal sebagai sufi yang selalu diliputi rasa rindu kepada
Allah sehingga ia digolongkan ke dalam kelompok auliya’. Dia dipandang sangat berjasa
dalam meletakkan dasar-dasar tasawuf.

Ma’ruf al-Karkhi adalah orang pertama yang mengembangkan tasawufnya dari paham
cinta (al-hubb) yang dibawa oleh Rabi’ah al-Adawiyah. Ia mengatakan bahwa timbulnya
rasa cinta kepada Allah itu bukan karena diusahakan melalui belajar, tetapi datangnya
semata-mata karena karunia Allah. Kalau dahulu hidup kerohanian, terutama bertujuan

8
untuk membebaskan diri dari siksa akhirat, sekarang bagi Ma’ruf al-Karkhi, bertujuan
sebagai sarana untuk memperoleh ma’rifah kepada Allah. 

2.   Abu al-Hasan Surri al-Saqti


Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan Surri al-Muglisi al-Saqti. Dia adalah murid
Ma’ruf al-Karkhi dan paman al-Junaidi dan merupakan tokoh sufi terkemuka di Bagdad.
Ia meninggal pada tahun 253 H / 867 M dalam usia 98 tahun.

Dalam menjalankan ajaran tasawuf, dia beramal siang - malam untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT, dengan penuh khusu’ dan tawadu’. Siang dan malam yang dia
lalui tidaklah berarti tanpa diisi dengan ibadah dan pengabdian. Karena hanya dengan
memperbanyak ibadah dan pengabdian itulah, menurutnya dia dapat bertemu dengan
Tuhan, dan pertemuan dengan Tuhan itu meruakan puncak keabadian yang sejati.

Dengan terkonsentrasinya pikiran dan perasaan, hilangnya tabir antara seorang sufi
dengan Tuhan maka tidak ada lagi yang dirasa dan dipikirkannya kecuali wujud Tuhan.
Keadaan seperti ini disebut fana’ yang dipahami sebagai hilangnya sensasi, sehingga ia
tidak merasa lagi adanya wujud yang lainnya.

3.   Abu Sulaiman al-Darani


Nama lengkapnya ialah Abu Sulaiman Abdurrahman bin Utbah al-Darani. Dia
dilahirkan di Daran, sebuah kampung di kawasan Damakus, dan meninggal pada tahun
215 H / 830 M. Dia adalah murid Ma’ruf dan merupakan tokoh sufi terkemuka, seorang
‘arif dan hidupnya sangat wara’. Hidup kerohaniannya penuh diliputi dengan kebersihan
jiwa dan kesucian pribadi.

Diantara ucapan-ucapannya yang mengandung ajaran kerohanian adalah : “Orang


tidak dapat bersikap zuhud terhadap pesona dunia, kecuali orang yang kalbunya diisi
Allah dengan nur-Nya sehingga segenap rasa dan pikirannya tertuju kepada masalah-
masalah akhirat saja”. Kemudian, dia juga pernah berkata : “Orang yang ‘arif, kalau telah
terbuka penglihatan mata kakinya, kaburlah penglihatan mata lahirnya, sehingga tidak
satupun yang dilihatnya, kecuali yang satu, Tuhan”. Dalam sejarahnya al-Darani dikenal
sebagai salah seorang sufi yang banyak membahas tentang ma’rifah dan hakikat.

9
C.    Tokoh Tasawuf pada Masa Modern
Masa ini disebut juga sebagai masa konsolidasi yakni memperkuat tasawuf dengan
dasar aslinya yaitu Alqur’an dan Hadits yang sering disebut juga dengan tasawuf sunny
yakni tasawuf yang sesuai dengan tradisi sunnah Nabi dan para sahabat. Diantara tokoh-
tokoh tasawuf pada masa ini adalah:

1. Al-Qusyairi
Nama lengkap al-Qusyairi adalah Abdul Karim bin Hawazin, lahir tahun 376 H di
Istiwa, kawasan Nishafur, salah satu pusat ilmu pengetahuan pada masanya. Dan Al-
Qusyairi wafat tahun 465 H.

Ajaran-ajaran Taswuf  Al-Qusyairi adalah mengembalikan tasawuf ke landasan


Ahlussunnah. Seandainya karya al-Qusyairi, Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah, dikaji secara
medalam, akan tampak secara jelas bagaimana Al-Qusyairi cenderung mengembalikan
tasawuf ke atas landasan doktrin Ahlu Sunnah, sebagaimana pernyataannya,
“Ketahuilah ! Para tokoh aliran ini (maksudnya para sufi) membina prinsip-prinsip
tasawuf atas landasan tauhid yang benar, sehingga terpeliharalah doktrin mereka dari
penyimpangan. Selain itu mereka lebih dekat dengan tauhid kaum salaf maupun Ahlu
Sunnah, yang tidak tertandingi serta mengenal macet. Merekapun tahu hak yang lama,
dan bisa mewujudkan sifat sesuatu yang diadakan dari ketiadaannya. Karena itu, tokoh
aliran ini. Selain ajaran mengembalikan tasawuf ke landasan sunnah, Al-Qusyairi juga
memberikan ajaran-ajaran tasawuf lainnya seperti, kesehatan batin, penyimpangan para
sufi dan urutan maqamat menurut Al-Qusyairi.

2. Al-Ghazali              
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin ta’us Ath-thusi Asy-Syafi’i Al-
Ghazali. Ia dipanggil Al-Ghazali karena ia lahir di Ghazalah suatu kota di Kurasan, Iran,
tahun 450 H/1058 M, ayahnya seorang pemintal kain wol miskin yang taat.

Di dalam tasawufnya, Al-Ghazali memilih tasawuf sunni berdasarkan Al-Qur'an dan


sunnah Nabi ditambah dengan doktrin Ahlu Al Sunnah wa Al-jama’ah. Menurut Al-
Ghazali, jalan menuju tasawuf baru dapat dicapai dengan mematahkan hambatan-
hambatan jiwa, serta membersihkan diri dari moral yang tercela, sehingga kalbu dapat
lepas dari segala sesuatu yang selain Allah dan berhias dengan selalu mengingat Allah. Ia

10
pun berpendapat bahwa sosok sufi adalah menempuh jalan kepada Allah, dan perjalanan
hidup mereka adalah yang terbaik, jalan mereka adalah jalan yang paling benar, dan
moral mereka adalah yang paling bersih. Sebab, gerak dan diam mereka, baik lahir
maupun batin, diambil dari cahaya kenabian. Selain cahaya kenabian di dunia ini, tidak
ada lagi cahaya yang lebih mampu member penerangan.

D.    Tokoh Tasawuf pada Masa Kontemporer


Masa ini adalah masa yang ditandai dengan munculnya falsafi yakni tasawuf yang
memadukan antara rasa dan rasio, tasawuf bercampur dengan filsafat terutama filsafat
yunani. Pengalaman-pengalaman yang diklaim sebagia persatuan anatara Tuhan dan
hamba kemudian diteorisasikan dalam bentuk pemikiran seperti konsep Wahdatul
Wujud. Tokoh-tokoh pada masa ini antara lain :

1.   Ibn Arabi


Nama lengkapnya Muhammad bin Ali bin Ahmad bin Abdullah Ath Tha’i Al-
Haitami. Ia lahir di Murcia, Andalusia Tenggara, Spanyol, tahun 560 H. karya yang telah
dihasilkannya antara lain Al-Futuhat Al-Makkiyah, tarjuman Al-Asuywan dan masih
banyak lagi.

Ajaran tasawuf dari Ibn Arabi adalah wahdatul wujud ( kesatuan wujud ) yaitu bahwa
wujud semua yang ada ini hanyalah satu dan pada hakekatnya wujud makhluk adalah
wujud khalik pula. Tidak ada perbedaan antara keduanya dari segi hakekat. Menurut Ibn
Arabi, wujud alam pada hakikatnya adalah wujud Allah dan Allah adalah hakikat alam.
Tidak ada perbedaan antara a’bid ( menyembah ) dengan ma’buat ( yang disembah ),
keduanya adalah satu.

Selain itu ajaran tasawuf Ibn Arabi adalah Al-Haqiqat Ul Muhammadiyah, alam ini
tidak dapat dipisahkan dadri ajaran hakikat muhammadiyah atau nur Muhammad.
Menurut beliau, tahapan-tahapan kejadian proses penciptaan alam dan hubungan dengan
kedua ajaran itu dapat dijelaskan sebagai wujud Tuhan sebagai wujud mutlak dan wujud
hakekat muhammadiyah sebagai emanasi ( pelimpahan ) pertama dari wujud Tuhan
kemudian muncullah yang wujud dengan proses tahapan penciptaan alam semesta.

11
2.   Umar Ibn Al-Faridh
Umar Ibn Al-Faridh berasal dari Homat ( Tanah Syam ), lahir di Kairo, Mesir. Ia
hidup dari tahun 1181-1235 M. Selama hidupnya ia tinggal di Mekkah dan ia meninggal
di Kairo. Dia terkenal dengan keistimewaannya mengubah syair pencintaan kepada
Tuhan. Syair yang bernilai tinggi dalam lapangan kecintaan kepada Tuhan. Dorongan
rasa keindahan dalam jiwa yang sejati. Sama sekali adalah kesaksian terhadap yang haq,
yang mutlak dan jujur, timbul dari kebersihan jiwa dan terang jernihnya penglihatan
mata rohani.

Syair kecintaan pada Tuhan dari Ibnu Faridh telah menimbulkan inspirasi bagi
berpuluh dan beratus penyair lain, sehingga sesudah abad keenam dan ketujuh lahir
syair-syair shufiyah.

3.   Ibnu Sabi’in


Nama lengkapnya Ibnu Sabi’in adalah ‘Abdul Haqq bin Ibrahim Muhammad bin
Nashr. Dilahirkan pada tahun 614 H (1216/1217) M di Murcia, Spanyol. Dia adalah
seorang sufi yang juga filosofnya dari Andalusia.

Ajaran-ajaran tasawufnya yakni, Paham kesatuan mutlak, yaitu wujud adalah satu
alias wujud Allah semata. Ibn Sabi’in menempatkan ketuhanan pada tempat yang
pertama. Wujud Allah, menurutnya adalah asal segala yang ada pada masa lalu, masa
kini maupun masa depan. Sementara wujud materi yang tampak justru dirujukan pada
wujud mutlak yang rohaniah. Pendapat Ibn Sabi’in tentang kesatuan mutlak tersebut,
merupakan dasar dari paham, khususnya tentang para pencapai kesatuan mutlak ataupun
pengakraban dengan Allah.

4.   Ibn Masarrah


Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abdullah bin Massarah. Ia lahir di
Cordova, Andalusia pada tahun 269 H/883 M. Ibn Masarrah merupakan seorang sufi
sekaligus filosof dari Andalusia juga. Ia memberikan pengaruh besar terhadap esoteric
mazhab Al-Mariyyah. Ia termasuk sufi aliran ittihadiyyah. Ia penganut sejati aliran
Mu'tazilah. Namun berpaling pada mazhab Neoplatonisme. Oleh karena itu ia dituduh
mencoba menghidupkan kembali filsafat Yunani kuno.

12
Ajaran tasawufnya yaitu, Jalan menuju keselamatan adalah menyucikan jiwa, zuhud
dan mahabbah, Dengan penakwilan ala philun ( aliran isma’iliyyah ) terhadap ayat-ayat
Al-Qur'an, ia menolak adanya kebangkitan jasmani dan siksa neraka bukanlah dalam
bentuk yang hakikat.

13
BAB III
PENUTUP
                             
A.    Kesimpulan
1.      Tokoh-tokoh tasawuf pada masa  klasik yakni hasan al-basri dengan kehidupan
zuhudnya, Ibrahim Ibn Adham dengan kehidupan zuhudnya juga dan Rabi’ah al
Adawiyah dengan Cintanya kepada Allah.
2.      Tokoh-tokoh tasawuf pada masa abad pertengahan yakni, Ma’ruf al-Karkhi dengan
cintanya terhadap allah, Abu al-Hasan al-Saqti dengan pengabdiannya sebagai
hamba Allah dan Abu Sulaiman al-Darani dengan kerohanian hidupnya.
3.      Tokoh-tokoh pada masa modern yakni ada Al-Qusyairi dan Al-Ghazzali sama-sama
dengan ajaran tasawufnya yakni sunni.
4.      Tokoh-tokoh pada masa kontemporer yakni, Ibnu Arabi dengan kehidupan yang
wahdatul wujud, Umar Ibn Faridh dengan syair kesufiannya, Ibnu Sabi’in dengan
ajaran mengembalikan wujud allah, dan Ibnu Masarrah yaitu dengan ajarannya
keselamatan adalah dengan mensucikan jiwa.

B.     Saran
Kita sebagai umat islam wajib mempelajari dan mendalami ilmu tasawuf karena
dengan kita mempelajari dan mendalami ilmu tasawuf hidup kita menjadi lebih tenang
dengan kita mendekatkan diri kepada Allah secara langsung. Senlain itu, dengan kita
mengetahui ilmu tasawuf insya allah kita selalu berada dijalan kebenaran dan kebaikan.

14

Anda mungkin juga menyukai