Anda di halaman 1dari 14

AKHLAK TASAWUF

TOKoh- TOKOH TASAWUF

Dosen pembimbing :

Ahmad Jaelani, S.Ud.,M.Pd.


KELOMPOK 4

- ALEK CHANDRA
- ILHAM FIRDAUS PRAWIRA
- RIFDAH DZAKIROH
SUB MATERI

ABAD
ABAD
PERTENGAH
KLASIK
AN

ABAD
ABAD
KONTEMPO
MODERN
RER
ABAD KLASIK

Tasawuf pada zaman dahulu dikatakan sebagai


kehidupan rohani di karenakan ajaran ini mengandung
perjuangan manusia dalam mendapatkan kehidupan
yang sempurna di mata  Sang Pencipta.
Kerohanian ini berupa ikhtiar manusia dalam
mengalahkan gangguan hawa nafsu dan kehidupan
kebendaan. Sejarah perkembangan kerohanian itu
sendiri secara garis besar dibagi menjadi 2 yakni
zuhud zuhud
Secara etimologis, dan tasawuf
berarti raghaba ‘an syai’in wa tarakahu,
artinya tidak tertarik terhadap sesuatu dan meninggalkannya.
Zahada fi al-dunya, berarti mengosongkan diri dari kesenangan
dunia untuk ibadah. Zuhud juga tidak dapat dipisahkan dengan 2
keadaan yaitu pertama zuhud dijadikan sebagai bagian  yang tidak
dapat dipisahkan dari tasawuf. Kedua zuhud dijadikan sebagai
akhlak moral dari sebuah perbuatan dan gerakan protes. Apabila
zuhud ini tidak dapat dipisahkan dengan tasawuf , maka fungsi
zuhud dalam tasawuf dijadikan sebagai maqam. Namun apabila
zuhud dikatakan sebagai moral akhlak, maka fungsi zuhud disini
berarti bagainmana upaya kehidupan agar mereka dapat menatap
dunia yang fana’ ini.
TOKOH TOKOH TASAWUF
PADA MASA KLASIK

1.   Hasan Al-Basri


Nama lengkapnya adalah al-Hasan bin Abi al-Hasan Abu Sa’id. Dia dilahirkan
di Madinah pada tahun 21 Hijriah/642 Masehi dan meninggal di Basrah pada
tahun 110 Hijriah/728 M. Ia adalah  putera Zaid bin Tsabit, seorang budak
bfudak yang tertangkap di Maisan, yang kemudian menjadi sekretaris Nabi
Muhammad SAW. la memperoleh pendidikan di Basrah.

Dasar pendirian Hasan al-Basri adalah hidup


zuhud terhadap dunia, menolak segala
kemegahannya, hanya semata menuju kepada
Allah, tawakal, khauf dan raja’. “Janganlah
hanya semata-mata takut kepada Allah, tetapi
ikutilah ketakutan dengan pengharapan. Takut
akan murkaNya, tetapi mengharap akan
rahmatNya.”
2. IBRAHIM BIN
ADHAM

Namanya adalah Ahu Ishaq Ibrahim


bin Adham, lahir di Balkh dari keluarga
bangsawan Arab. Dalam cerita sufia,
ia dikatakan sebagai seorang
pangeran yang meninggalkan istana
dan mengembara menjalani hidup
sebagai seorang pertapa sambil
mencari nafkah yang halal hingga
meninggal di negeri Persia kira-kira
pada tahun 160 H/777 M.
3. RABI’AH AL-
ADAWIYAH

Nama lengkapnya ialah Ummu al-Khair Rabi’ah bin Isma’il


al­Adawiyah al-Qisiyah. Dia lahir di Basrah pada ta­hun 96 H
/713 M, lalu hidup sebagai hamba sahaya dan dia berasal
dari keluarga miskin

Isi pokok ajaran tasawuf Rabi’ah adalah tentang cinta.


Karena itu, dia mengabdi, melakukan amal saleh bukan
karena takut masuk neraka atau mengharap masuk
surga, tetapi karena cintanya kepada Allah. Cintalah
yang mendorongnya ingin selalu dekat dengan Allah
dan cinta itu pulalah yang membuat ia sedih dan
menangis karena takut terpisah dari yang dicintainya.
ABAD PERTENGAHAN

Masa ini sudah bisa dikatakan sebagai masa


tasawuf, yaitu pada abad ketiga dan keempat
hijriyah mendapat sebutan shufi. Hal itu
dikarenakan tujuan utama kegiatan ruhani
mereka tidak semata-mata kebahagiaan akhirat
yang ditandai dengan pencapaian pahala dan
penghindaran siksa, akan tetapi untuk menikmati
kehidupan langsung dengan Tuhan yang didasari
dengan rasa cinta.
TOKOH TOKOH TASAWUF PADA ABAD PETENGAHAN

1.   Ma’ruf al-


Namanya adalah Abu Muahfuz Karkhi
Ma’ruf bin Firuz al-Karkhi. Ia
berasal dari Persia, namun hidupnya lebih lama di Bagdad. Ia
meninggal di kota ini juga pada tahun 200 H / 815 M. Ma’ruf
al-Karkhi dikenal sebagai sufi yang selalu diliputi rasa rindu
kepada Allah sehingga ia digolongkan ke dalam kelompok
auliya’. Dia dipandang sangat berjasa dalam meletakkan
dasar-dasar tasawuf.

Ma’ruf al-Karkhi adalah orang pertama yang


mengembangkan tasawufnya dari paham cinta (al-hubb)
yang dibawa oleh Rabi’ah al-Adawiyah. Ia mengatakan bahwa
timbulnya rasa cinta kepada Allah itu bukan karena
diusahakan melalui belajar, tetapi datangnya semata-mata
karena karunia Allah.
2. Abu al-Hasan Surri al-Saqti
Nama lengkapnya adalah Abu al-
Hasan Surri al-Muglisi al-Saqti. Dia
adalah murid Ma’ruf al-Karkhi dan
paman al-Junaidi dan merupakan
tokoh sufi terkemuka di Bagdad. Ia
meninggal pada tahun 253 H / 867
M dalam usia 98 tahun.

Dalam menjalankan ajaran tasawuf,


dia beramal siang - malam untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT,
dengan penuh khusu’ dan tawadu’.
Siang dan malam yang dia lalui
tidaklah berarti tanpa diisi dengan
ibadah dan pengabdian. Karena hanya
dengan memperbanyak ibadah dan
pengabdian itulah, menurutnya dia
dapat bertemu dengan Tuhan, dan
pertemuan dengan Tuhan itu meruakan
puncak keabadian yang sejati.
3.   Abu Sulaiman
al-Darani

Nama lengkapnya ialah Abu Sulaiman Abdurrahman bin Utbah al-Darani.


Dia dilahirkan di Daran, sebuah kampung di kawasan Damakus,,dan
meninggal pada tahun 215 H/830 M.

Diantara ucapan-ucapannya yang mengandung ajaran kerohanian


adalah : “Orang tidak dapat bersikap zuhud terhadap pesona
dunia, kecuali orang yang kalbunya diisi Allah dengan nur-Nya
sehingga segenap rasa dan pikirannya tertuju kepada masalah-
masalah akhirat saja”. Kemudian, dia juga pernah berkata : “Orang
yang ‘arif, kalau telah terbuka penglihatan mata kakinya, kaburlah
penglihatan mata lahirnya, sehingga tidak satupun yang
dilihatnya, kecuali yang satu, Tuhan”.
Masa ini disebut juga
sebagai masa konsolidasi
yakni memperkuat tasawuf
dengan dasar aslinya yaitu
Alqur’an dan Hadits yang
sering disebut juga dengan
tasawuf sunny yakni
tasawuf yang sesuai dengan
tradisi sunnah Nabi dan
1. Al-
para sahabat.
Qusyairi

Nama lengkap al-Qusyairi adalah Abdul Karim bin Hawazin, lahir


tahun 376 H di Istiwa, kawasan Nishafur, salah satu pusat ilmu
pengetahuan pada masanya. Dan Al-Qusyairi wafat tahun 465 H.
Ajaran-ajaran Taswuf  Al-Qusyairi adalah mengembalikan
tasawuf ke landasan Ahlussunnah. Seandainya karya al-Qusyairi,
Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah, dikaji secara medalam, akan tampak
secara jelas bagaimana Al-Qusyairi cenderung mengembalikan
tasawuf ke atas landasan doktrin Ahlu Sunna
N
2. AL-GHAZALI

Di dalam tasawufnya, Al-Ghazali memilih tasawuf sunni


berdasarkan Al-Qur'an dan sunnah Nabi ditambah dengan
doktrin Ahlu Al Sunnah wa Al-jama’ah. Menurut Al-Ghazali,
jalan menuju tasawuf baru dapat dicapai dengan
mematahkan hambatan-hambatan jiwa, serta membersihkan
diri dari moral yang tercela, sehingga kalbu dapat lepas dari
segala sesuatu yang selain Allah dan berhias dengan selalu
mengingat Allah
Nama lengkapnya Muhammad bin Ali bin Ahmad
bin Abdullah Ath Tha’i Al-Haitami. Ia lahir di
Murcia, Andalusia Tenggara, Spanyol, tahun 560 H.
karya yang telah dihasilkannya antara lain Al-
1. IBN Futuhat Al-Makkiyah, tarjuman Al-Asuywan dan
ARABI masih banyak lagi.
Ajaran tasawuf dari Ibn Arabi adalah wahdatul
wujud
( kesatuan wujud ) yaitu bahwa wujud semua yang
ada ini hanyalah satu dan pada hakekatnya wujud
makhluk adalah wujud khalik pula.

Umar Ibn Al-Faridh berasal dari Homat ( Tanah


Syam ), lahir di Kairo, Mesir. Ia hidup dari tahun
2. Umar
1181-1235 M. Selama hidupnya ia tinggal di
lbn AL-
Mekkah dan ia meninggal di Kairo. Dia terkenal
Faridh
dengan keistimewaannya mengubah syair
pencintaan kepada Tuhan. Syair yang bernilai tinggi
dalam lapangan kecintaan kepada Tuhan

Anda mungkin juga menyukai