Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF; SALAFI

(AKHLAQI), FILSAFAT, AHWAL DAN MAQAMAT


“Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah”
DASAR-DASAR TASAWUF

Dosen Pengampu:
Dr. Fathur Rozi, M.H.I
Disusun Oleh:
Ainin Alawiyyah (202312134149)
Erlisa Nur Cahyani (202312134158)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


JURUSAN USHULUDDIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL FITHRAH
SURABAYA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Sebenarnya kehidupan shufi sudah terdapat pada diri nabi
muhammad.dimana dalam kehidupan beliau sehari-hari terkesan amat
sederhana dan menderita,disamping menghabiskan waktunya untuk
beribadah dan selalu mendekatkan diri kepada Allah.bahkan seperti
diketahui,bahwa sebelum beliau diangkat sebagai rosul,beliau seringkali
melakukan kegiatan shufi dengan melakukan uzlah di Ghua hira’ selama
berbulan –bulan lamanya, sampai beliau menerima wahyu pertama saat
diangkat sebagai rosul Allah. Setelah beliau resmi diangkat sebagai nabi
utusan Allah,keadaan dan cara hidup beliau masih ditandai oleh jiwa dan
suasana kerakyatan ,meskipun beliau berada dalam lingkaran keadaan hidup
yang serba dapat terpenuhi semua keinginan lantaran kekuasaanNya.sebagai
nabi yang menjadi kekasih tuhannya,pada waktu malam sedikit sekali
tidur,waktunya dihabiskan untuk bertawajjuh kepada Allah dengan
memperbanyak dzikir kepadanya.tempat tidur beliau terdiri dari kayu biasa
dengan alas tikar dari daun kurma ,tidak pernah memakai pakaian dari woll
meskipun mampu membelinya.kehidupan nabi pada masa itu langsung
ditiru oleh para tabi’in dan terus menerus sampai sekarang 1.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pertumbuhan Tasawwuf ?
2. Bagaimana Perkembangan Tasawuf ?

BAB II
PEMBAHASAN

1
Asrifin, Tokoh-tokoh Sufi (Surabaya:CV. Karya utama),hal 9.

1
A. Sejarah pertumbuhan Tashawuf.
Para sahabat banyak yang melakukan kehidupan shufi dengan
sederhana dan selalu bertaqarrub dengan Allah.kehidupan mereka
sangat sederhana bahkan serba kekurangan.tetapi dalam dirinya tumbuh
memancar sinar kesemangatan beribadah.hal seperti itu tampak dalam
kehidupan para sahabat beliau,misal Abu Darda’,salman Al
Farisy,Abdullah bin Umar,Abdullah bin Umar dan sebagainya.
Kehidupan sufi yang terjadi di masa rosulullah dan para sahabatnya
diteruskan oleh para tabi’in diantaranya ialah imam Hasan al
Basyri,seorang ulama’besar tabi’in murid dari Hudzaifah al
Yamani.sedang diantara sahabat nabi yang mempratekkan ibadah dalam
bentuk thariqot ini adalah Hudzaifah alYamani,yang mana beliau adalah
pendiri pengajian tasawuf di Bashrah.hingga turun temurun sampai
sekarang ini.
Setelah berdirinya madrasah tasawuf itu disusul pul dengan
berdirinya madrasah ditempat lain,seperti di Irak yang dipimpin oleh
Said bin Musayyab.dan di Kurasan yang dipimpin oleh Ibrahim bin
Adam,dengan berdirinya madrsah –madrasah ini menambah jelaslah
kedudukan dan kepentingan tasawuf dalm masyarakat islam yang sangat
memperlukannya.
Sejak itulah pelajaran ilmu tasawuf telah mendapat kan kedudukan
yang tepat ,dan tidak akan terlepas dalam masyarakat islam sepanjang
masa,dan pada abad-abad berikutnya ilmu tasawuf semakin berkembang
sejalan dengan perkembangan agama islam di beberapa daerah.bahkan
menurut sejarah,perkembangan islam ke Afrika ke segenap plosok Asia
yang luas ini,sampai ke negara yang berada di tepi lautan
Hindia.Semuanya dibawa oleh propaganda-propaganda islam dari kaum
tasawuf. 2

2
Merekalah sebenarnya propaganda islam yang sebenarnya,sifat dan
cara hidup mereka yang sederhana,kata-kata mereka yang mudah
difahami,kelakuan yang sangat tekun beribadah,semuanya itu menarik
dari ribuan kata yang hanya teori adanya,pengikut mereka merupakan
sukarelawan yang ikhlas yang beribu-ribu jumlah nya,yang rela
menyerahkan segala apa yang ada padanya,hartanya,jiwanya,untuk
membela agama yang dibawa nabi Muhammad.
Karena para penyebar islam itu pada umumnya terdiri dari kalangan
ulama’ sufi,maka dengan sendirinya melalui ajaran yang dibawakan itu
dipengaruhi pula oleh ilmu tasawuf.dengan demikian para propagandis
tersebut juga secara langsung pengembangan pula ajaran thariqot
diberbagai daerah yang menjadi sasaran da’wah nya.
Pada akhirnya ajaran tasawuf tersebut tumbuh dan berkembang
dengan cepat ,sejalan dengan perkembangan islam dan thariqot.
B. Perkembangan Tasawuf
Semenjak dirintis dengan berdirinya madrasah sufi di Bashra
sampai pada abad-abad berikutnya,tasawuf terus menerus
dikembangkan oleh para tokohnya,dan diantara tokok tersebut
membentuk suatu aliran-aliran tersendiri,dan kini sudah mencapai
jumlah sebanyak 41 aliran yang diakui sebagai thariqot
Mu’tabarah.diantaranya yang terkenal dalam masyarakat:
1. Thariqot Qodiriyyah yang didirikan oleh syekh Abdul Qodir Al
jailani lahir pada tahun 470 H,wafat tahun 561 H.di kota
Baghdad.pengikut yang terbanyak adalah
India,Afganistan,Baghdad,dan Indonesia.
2. Thariqot Rifai’yyah yang diciptakan syekh Ahmad bin Abul
Hasan Ar Rifai,wafat pada tahun 570 H.pengikut yang
terbanyak dari Maroko dan Al jazair.
3. Thariqoh sharawardiyah yang dibangsakan kepadaa syekh abil
Hasan Ali bin al Sahrawardi.wafat pada tahun 630 H.pengikut
terbanyak nya dari Afrika.
4. Thariqoh syadziliyah yang dibangsakan kepada
pendirinya,yaitu syekh Abil Hasan Ali bin Abdullah bin Abdul

3
Jabbar Asy Syadzily,wafat pada tahun 655 H.pengikut
terbanyak di Afrika
5. Thariqoh Ahmadiyah diciptakan oleh Syekh Ahmad
Badawy,wafat tahun 675 H.pengikut terbanyak di daerah
Maroko.
6. Thariqoh maulawiyah yang didirikan syekh Maulana
Jalaluddin ar Rumi.wafat tahun 672 H.pengikut terbanyak di
daerah Turkistan dan Turki.
7. Thariqoh Naqsabandiyah yang dibangsakan syekh Muhammad
Bahauddin Bukhari,wafat pada tahun791 H.pengikut terbanyak
di Malaysia.
8. Thariqoh Hadadiyah yang dibangsakan syekh Abdullah
Ba’alawy Al Hamdany,wafat tahun 1095 H.pengikutnya
terbanyak di jazirah Arab,Malaysia,dan sekitar nya.

Dari beberapa thariqat tersebut,thariqat yang paling banyak pengaruh nya di


Indonesia,terutama di daerah Sumatra,Jawa,dan Madura adalah thariqot
Qodiriyah dan Naqsabandiyah.Thariqoh ini dalam perjalananyan berjalan
seiring dengan thariqot yang diciptakan oleh syekh Muhammad bin
Muhammad Bukhari,yaitu thariqot Naqsabandiyah.dan akhirnya berubah
nama secara bergabung menjadi satu dengan nama thariqot “Qodiriyah dan
Naqsabandiyah yang sejak bulan januari 1978 berpusat di Tebuireng Jawa
Timur Indonesia.3

Sebagaimana yang terlihat dari aliran-aliran tasawuf yang extrim,yang telah


menimbulkan reaksi dan kemarahan aliran islam sunni.maka datanglah Al
Ghozali untuk memasukkan tasawuf dalam pengakuan sunni. Beliau
memasuki kehidupan tasawuf,tetapi tidak melibatkan diri ke dalam aliran
tasawuf “Hulul”(inkarnasi)/ tasawuf “Wihdatul Wujud”(pantheisme)dan

3
Ibid,hal 27.

4
kitab-kitab yang dikarangnya tidak keluar dari jalan (sunnah)islam yang
benar4.

Tasawuf al Ghazali menghimpun akidah,syari’ah,dan akhlaq dalam satu c

Tasawuf akhlaqi adalah tasawuf yang beroientasi pada perbaikan akhlak, mencari
hakikat kebenaran dan mewujudkan manusia yang dapat makrifat kepada Allah,
dengan metode-metode tertentu yang telah dirumuskan. Tasawuf akhlaqi biasa juga
disebut dengan istilah tasawuf sunni. Tasawauf model ini berusaha untuk
mewujudkan akhlak mulia dalam diri si sufi, sekaligus menghindarkan diri dari
akhlak mazmumah (tercela). Tasawuf akhlaki ini dikembangkan oleh ulama salaf
as-salih.

Dalam diri manusia ada potensi untuk menjadi baik dan ada potensi
menjadi buruk. Tasawuf akhlaki tentu saja berusaha menggembangkan
potensi baik supaya manusia menjadi baik, sekaligus mengendalikan potensi
yang buruk supaya tidak berkembang menjadi perilaku (akhlak) yang buruk.
Potensi untuk menjadi baik adalah al-‘aql dan al-qalb. Sementara potensi
menjadi buruk adalah an-nafs (Nafsu) yang dibantu oleh syaithan5.

Tasawuf akhlaqi dibagi menjadi beberapa bagian:


1. Tobat
Dalam perspektif al-Ghazali, tobat mencakup tiga unsur
yang tersusun secara tertib yaitu ilmu, keadaan, dan perbuatan.
Dengan ilmunya, seseorang mengetahui sepenuh hatinya tentang

4
Ibid,hal :182.
5
Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), 13.
6
Zaprulkhan, Ilmu Tasawuf (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), 136.

5
besarnya bahaya dosa dan dosa-dosa tersebut menjadi dinding
penghalang antara dirinya dan tuhannya. Ketika ia menyadari hal itu,
maka ia merasa terluka hatinya atas perbuatannya yang menjauhkan
dari tuhannya dan ia pun menyesali perbuatannya6

2Sabar

Secara umum sabar didefinisikan dengan ketabahan dalam


menghadapi sesuatu yang sulit, berat, dan pahit, yang harus
diterima dan dihadapi dengan penuh tanggung jawab. Para
agamawan merumuskan pengertian sabar sebagai menahan
diri atau membatasi jiwa dari keinginannya demi mencapai
sesuatu yang baik atau lebih baik dan luhur. 6

3. Fakir
Secara umum, kefakiran adalah tidak memiliki hal-hal
yang dibutuhkan. Dalam perspektif al-Ghazali ada lima level
kefakiran. Pertama, orang yang kalau diberi harta maka ia tidak
menyukainya dan ia merasa tidak nyaman Bersama harta
tersebut. ,kedua, orang yang tidak gembira ketika mendapatkan
harta benda, dan ia juga tidak membencinya. Ia akan bersikap
zuhud jika diberi harta benda. Orang yang memiliki sifat ini
adalah orang yang rela (rodhiyan). Ketiga, jika hadirnya harta
lebih dicintainya daripada ketiadaannya, namun tidak
menggerakkan ia untuk mencarinya. Kalua ia diberi harta yang
halal, maka akan diterimanya dan merasa gembira dengannya.
Jika dibutuhkan suatu usaha yang berat dalam mencari harta,
maka ia tidak akan melakukannya. Orang yang bersikap seperti
ini dinamakan dengan orang yang menerima (qoni’an).
Keempat, orang yang meninggalkan mencari harta karena
memang tidak mampu. Jika mampu, maka ia akan berupaya
sekuat mungkin sekalipun dengan kesuliat; sebab ia sangat

6
Ibid., 138.

6
menyukai harta, walaupun tidak memilikinya. Orang yang
bersikap begini disebut orang yan rakus (harist).
kelima,orangorang yang ketiadaan harta benda sangat
dibutuhkan seperti orang lapar yang yang tidak mempunyai
makanan dan orang

telanjang yang tidak mempunyai pakaian. Mereka adalah


orangorang yang terdesak atau terpaksa (mudhtoron).

4. Zuhud
Zuhud secara literal berarti penarikan diri dari
kesenangan duniawi dan menolak keinginan nafsu rendah.
Zuhud oleh para sufi diartikan sebagai “ketidakpeduliaan kepada
daya Tarik duniawi dan hidup dengan cermat dan dengan
memilih untuk menghindarkan diri dari semua dosa,
memandang dunia dalam aspek material dan nafsunya” 7.

5. Tawakal
secara etimologis, tawakal terambil dari kata wakal-
yakilu yang berarti “mewakilkan”, dan dari kata ini juga
terbentuk kata wakil. Kata wakil bisa diterjemahkan dengan
“pelindung”. Apabila sesorang mewakilkan kepada orang lain
untuk suatu persoalan, maka dia telah menjadikan wakilnya itu
sebagai dirinya sendiri dalam mengelola persoalan tersebut
sehingga yang diwakilkan (wakil) dapat, melaksanakan apa yang
dikehendaki oleh orang yang menyerahkan perwakilan
kepadanya9.

6. Cinta Ilahi

7 9
Ibid., 141.
Ibid., 143.

7
Istilah mahabbah atau lazimnya diartikan dengan “cinta”
merupaka sebuah kata yang sangat mudah dan sering di
ucapkan., namun begitu sulit memberikan batasan definisi yang
tepat mengenai makna yang terkandung dalam istilah tersebut.

Dalam literatur tasawuf Ketika kaum sufi berbicara


tentang mahabbah, maka yang dimaksud dengannya tidak lain
adalah cinta seorang hamba kepada Allah8.

7. Ridha/Kerelaan Ridha

Ridha atau kerelaan yang bersandar kepada Allah atas semua


titahNya yang telah berlaku dalam kehidupan manusia, menurut al-Ghazali
merupakan salah satu dari buah cinta kepada Allah.orang-orang yang telah
mencintai allah, mereka akan Ridha atau rela dengan semua keputusan yang
telah Dia tetapkan bagi kehidupan mereka9.

B. Pengertian Tasawuf Falsafi


Tasawuf filsafati dapat dipahami sebagai tasawuf yang
mensikretiskan konsep-konsep filsafat dengan sufisme. Adapun
konsepkonsep yang dikembangkan oleh kelompok filsafati adalah konsep
tentang tujuan penciptaan alam, tujuan penciptaan alam, konsep insan
kamil, alwahdah al-wujud, dan epistemilogi10.

Konsep epistemologi yang dikembangkan oleh kelompok tasawuf


filsafati, dikenalkan oleh Ibn Arabi. Epistemology dalam konteks ini
dipahami sebagai teori tentang bagaimana memperoleh pengetahuan di

8
Ibid., 145.
9
Ibid., 153.
10
Edy Yusuf Nur, Menggali Tasawuf Yang hakiki (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga press,
2014),
40.

8
dalam dan melalui mistik, bagaimana isi pengetahuan itu serta serta
bagaimana gambaran jiwa yang menghayati pengalaman (mistik) seperti itu.

Sedangkan konsep insan kamil (manusia sempurna) dipahami


sebagai suatu kelas tertentu dari manusia, yang didalam kondisi tertentu
menyadari kebersamaan esensialnya dengan tuhan. karena kesadaran itu
pula, pengetahuannya tentang kediriannya dan tentang tuhan semakin
sempurna.

Sesuai dengan namanya, jenis tasawuf ini merupakan kelompok


tasawuf yang mengembangkan asas-asas pikiran dan perilaku sufi. Tasawuf
sufi sekilas hampir sama dengan tasawuf filsafati. Perbedaannya, terletak
pada konsep filsafat yang dikembangkan dan titik tekannya. Konsep-konsep

yang dikembangkandalam tasawuf falsafi misalnya, al-fana’, al-ittihad,


alhulul, al-wahdah, as-syuhud, al-isyraqiyyah, dan sebagainya 11.

Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang didasarkan kepada keterpaduan


teori-teori tasawuf dan falsafah. Tasawuf falsafi ini tentu saja dikembangkan
oleh para sufi yang filosof.

Menurut at-taftazani, tasawuf falsafi tidak dapat dikategorikan


sebagai tasawuf dalam arti yang sesungguhnya, karena teori-teorinya selalu
ditemukan dalam term-term filsafat dan lebih berorientasi pada pantheisme.
juga tidak dapat dikatakan sebagai filsafat dalam arti yang sebenarnya
karena teori-teorinya juga didasarkan kepada rasa (zauq)12

11
Ibid., 41.
12
Cecep Alba, Tasawuf Dan Tarekat (Bandung: remaja Rosdakarya, 2014), 70.

9
Tasawuf jenis ini tidak dapat sepenuhnya dikatakan tasawuf dan juga
tidak dapat sepenuhnya dikatakan sebagai falsafah, demikian menurut Buya
Hamka13.

Tasawuf falsafi adalah sebuah konsep ajaran tasawuf yang mengenal


tuhan (makrifat) dengan pendekatan rasio (filsafat) hingga menuju ke
tempat yang lebih tinggi, bukan hanya mengenal tuhan (ma’rifatullah)
melainkan lebih tinggi dari itu yaitu wihdatul wujud (kesatuan wujud). Bisa
juga dikatakan tasawuf falsafi yakni tasawuf yang kaya dengan
pemikiranpemikiran filsafat.

Kolaborasi tasawuf dan filsafat dengan sendirinya telah membuat


ajaran-ajaran tasawuf falsafi bercampur dengan sejumlah ajaran filsafat di
luar islam, seperti Yunani, Persia, India, dan negeri Nasrani. Namun
demikan, orisinalitasnya sebagai tasawuf tidak hilang. Para tokoh berusaha
menjaga kemandirian ajarannya, meskipun ekspansi islam meluas pada
waktu itu sehingga membuat mereka memiliki latar belakang kebudayaan
dan pengetahuan yang beragam.

Dengan demikian, tasawuf falsafi mulai muncul dalam khazanah islam


sejak abad keenam hijriyah, meskipun tokohnya baru dikenal satu

abad kemudian. Sejak itu, tasawuf terus hidup dan berkembang terutama
dikalangan para sufi sekaligus filsuf. Adanya kolaborasi antara tasawuf dan
filsafat sebenarnya seiring dengan ekspansi islam yang telah meluas pada
waktu itu, namun para sufi tetap menjaga substansi tasawuf sebagai
intisarinya (core) 14

C. Pengertian Ahwal dan Maqamat


a. Ahwal

13
Ibid., 71.
14
Nawawi, Ilmu Akhlak Tasawuf (Malang: Madani, 2022), 88.

10
Hal merupakan kondisi Rohani sementara yang tiba-tiba turun
kepada seorang faqir dan meninggalkannya dengan tiba-tiba juga.
Seraya mengamalkan disiplin dijalan itu, orang bisa saja tiba-tiba
mengalami perluasan, yang menyebabkan kegembiraan atau suka
cita tak terlukiskan, atau mungkin orang yang mengalami
penyempitan, seolah-olah Allah telah meninggalkannya.

Hal adalah sesuatu yang turun dari tuhan kedalam hati


manusia, tanpa dia mampu menolaknya bila datang, atau meraihnya
bila pergi, dengan ikhtiarnya sendiri 15 . Ahwal memiliki ragam
kondisi secara spiritual yaitu:

1. Muraqabah
Makna dari muraqabah adalah meletakkan sesuatu
dibawah perhatian, penantian, pengawasan, dan hidup
dibawah perasaan sedang diawasi. Bagi para sufi, muraqabah
adalah ber-tawajuh kepada Allah dengan sepenuh hati,
melalui pemutusan hubungan dengan yang segala selain
Allah.; menjalani hidup dengan mengekang nafsu dari hal-hal
terlarang, dan mengatur kehidupan dibawah Cahaya perintah
Allah dengan penuh keimanan bahwa pengetahuan Allah
selalu meliputi segala sesuatu18

2. Qurbah (kedekatan)

Dalam pandangan kaum sufi, yang dimaksud dengan


“al-Qurb” (kedekatan) adalah pendekatan yang dilakukan
manusia kepada Allah SWT. Dengan melepaskan
ikatanikatan jasmani demi menggapai yang ada di akhirat.

15
Zaprulkhan, Ilmu Tasawuf (Jakarta: PT raja Grafindo Persada, 2017), 45.
18
Ibid., 59.

11
Mesti ada kalangan yang memahami “al-Qurb” sebagai
“kedekatan Allah dengan hamba-Nya”16.

3. Khauf (takut)
Secara terminologis, yang dimaksud dengan al-khauf
(takut) adalah menghindari perbuatan terlarang yang tidak
haram, dan menjauhi sama sekali perbuatan haram. Dalam
perspektif imam al-Qusyairi, khauf adalah perasaan di
kedalaman hati yang menghindarkan seorang salik dari segala
yang tidak disukai dan tidak diridhai Allah. 17

4. Raja’ (harapan)
Raja’ atau harap adalah memerhatikan kebaikan dan
berharap dapat mencapainya, melihat berbagai bentuk
kelembutan dan nikmat Allah SWT, dan memenuhi diri
dengan harapan demi masa depan serta hidup demi meraih
harapan tersebut.18

5. Thuma’ninah (ketenangan)
Thuma’ninah adalah tanda posisi manusia diatas
asbab dan wilayah diluar “perantara”. Ketika mencapai
tahapan ini, roh akan terbebas dari kegundahan dunia. Di
tahapan yang menakjubkan ini, perasaan akan menemukan
apa yang diinginkannya sehingga ia berubah menjadi
samudera setelah sebelumnya ia hanya berwujud setes air. 19

6. Musyahadah

16
Ibid., 61.
17
Ibid., 63.
18
Ibid., 64.
19
Ibid., 67.

12
Dalam perspektif al-Hujwuri, pada hakikatnya ada dua
macam musyahadah, yang pertama, adalah hasil dari
kepercayaan yang sempurna, yang kedua, adalah hasil dari
cinta yang membara, karena dalam keterbakaran cinta seorang
mencapai derajat sedemikian rupa sehingga seluruh wujudnya
terserap dalam pikiran tentang yang dicintainya dan ia tidak
melihat yang lain. 20

7. Yakin
Bagi para sufi yang dimaksud yakin adalah
pengetahuan mengenai dasar-dasar keimanan, khususnya
tauhid yang menjadi titik sentralnya,. Yakin juga berarti sikap
menerima, mengetahui dan menyadari iman sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari jati diri manusia sehingga ia
mencapai tingkat irfan.21

Adapun, ahwal adalah suatu keadaan jiwa yang diberikan


oleh Allah kepada seorang hamba tanpa harus dilakukan suatu
Latihan oleh orang tersebut, meskipun, jika ditelusuri terus,
pemberian tuhan tersebut ada hubungannya dengan Upaya-upaya
yang telah dilakukan oleh seorang hamba sebelumnya. 22.

b. Maqamat
Menurut Ath-Thusi, maqamat adalah kedudukan hamba di
hadapan Allah yang diperoleh melalui kerja keras dalam ibadah;
kesungguhan melawan hawa nafsu; Latihan-latihan kerohanian;
serta menyerahkan seluruh jiwa dan raga semata-mata untuk
berbakti kepada-Nya. Dalam pandangan al-Qushairi, maqam adalah
hasil usaha manusia dengan kerja keras dan keluhuran budi pekerti

20
Ibid., 68.
21
Ibid., 69.
22
Nawawi, Ilmu akhlak Tasawuf (Malang: Madani, 2022), 81.

13
yang dimiliki hamba Tuhan yang dapat membawanya kepada usaha
dan tuntunan dari segala kewajiban23.

Dalam perspektif Abu Nasr al-Sarraj, dalam karya


cemerlangnya al-luma’, maqam adalah kedudukan seorang hamba
dihadapan Allah, dari hasil ibadah, mujahadah, (perjuangan
spiritual), riyadhah (Latihan spiritual) dan konsentrasi diri untuk
mencurahkan segala-galanya hanya untuk Allah Swt. Yang
semuanya ia lakukan24.

23
Ibid., 80.
24
Zaprulkhan, Ilmu Tasawuf (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), 43.

14
BAB III
KESIMPULAN

Tasawuf akhlaqi adalah tasawuf yang beroientasi padaperbaikan akhlak,


mencari hakikat kebenaran dan mewujudkan manusia yang dapat makrifat kepada
Allah. Dalam diri manusia ada potensi untuk menjadi baik dan ada potensi menjadi
buruk. Tasawuf akhlaki tentu saja berusaha menggembangkan potensi baik supaya

15
manusia menjadi baik, sekaligus mengendalikan potensi yang buruk supaya tidak
berkembang menjadi perilaku (akhlak) yang buruk.

Tasawuf falsafi adalah sebuah konsep ajaran tasawuf yang mengenal tuhan
(makrifat) dengan pendekatan rasio (filsafat) hingga menuju ke tempat yang lebih
tinggi, bukan hanya mengenal tuhan (ma’rifatullah) melainkan lebih tinggi dari itu
yaitu wihdatul wujud (kesatuan wujud). Bisa juga dikatakan tasawuf falsafi yakni
tasawuf yang kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat.

Hal adalah sesuatu yang turun dari tuhan kedalam hati manusia, tanpa dia
mampu menolaknya bila datang, atau meraihnya bila pergi, dengan ikhtiarnya
sendiri. Maqam adalah kedudukan seorang hamba dihadapan Allah, dari hasil
ibadah, mujahadah, (perjuangan spiritual), riyadhah (Latihan spiritual) dan
konsentrasi diri untuk mencurahkan segala-galanya hanya untuk Allah Swt. Yang
semuanya ia lakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, Bayani, Pemikiran Sufistik, Yogyakarta: Pustaka Ulama, 2015.


Alba Cecep, Tasawuf dan Tarekat, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014.
Zaprulkhan, Ilmu Tasawuf, Jakarta: Rajawali Pers, 2017.
Nur Edy Yusuf, Menggali Tasawuf Yang hakiki, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga
press, 2014.

Nawawi, Ilmu Akhlak Tasawuf, Malang: Madani, 2022.

16

Anda mungkin juga menyukai