Anda di halaman 1dari 12

ALIRAN - ALIRAN TAREKAT YANG BEKEMBANG DI

INDONESIA

Makalah
Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah
Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu :
H. Abdul Jalal, M. Ag.

Oleh :

Moh. Yusuf Alhamdani (E93217076)

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
NOVEMBER 2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada mulanya seseorang berfilsafat untuk mengetahui makna segala
sesuatu secara mendalam terhadap sebuah eksistensi, baik alam, diri, maupun
Tuhan dengan cara bertanya baik pada dirinya ataupun orang lain. Namun seiring
perkembangan zaman, pemikiran melalui filsafat tentang eksistensi Tuhan, tidak
sepenuhnya dapat memberikan sebuah jawaban, bagaimana mengenai hakekat diri
dengan Tuhan, bagaimana mencapai derajat untuk mengetahui segala hal tentang
Tuhan, sehingga para ulama-ulama sufi mencari sebuah jalan lain untuk mencari
eksistensi itu, yaitu dengan tarekat.
Tarekat yang berarti jalan spritual (yang digunakan oleh para sufi) yang
berisikan amalan-amalan ibadah dan lainnya tentang nama-nama Allah beserta
sifatnya dengan pemahaman yang mendalam memberikan ruang baru bagi
masyarakat untuk semakin mengenal Allah. Dengan jalan ini, para ulama
mencoba untuk memandang dari sisi dalam diri manusia, yaitu jiwa, bagaimana
membersihkan jiwa dan bagaimana mengantarkan jiwa pada sebuah hakekat yang
sebenarnya.
Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana jalan yang ditempuh para
ulama mengenai sebuah hakekat mengenal Tuhan, makalah ini mencoba itu
membahas apa saja dan bagaimana jalan spiritual (tarekat) yang dilahirkan para
ulama.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yng telah disebutkan, maka rumusan masalah
yang dapt diambil adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana definisi dan sejarah tarekat?
2. Apa sajakah aliran tarekat yang telah lahir dari para ulama sufi?

2
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi dan sejarah dari aliran tarekat.
2. Untuk mengetahui aliran-aliran apa saja yang telah dilahirkan oleh para
ulama sufi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Sejarah Tarekat


Secara bahasa tarekat berasal dari bahasa arab thariqat yang berarti jalan.
keadaan, aliran, dan lainnya. Sedangkan menurut istilah tarekat berarti jalan spritual
(yang digunakan oleh para sufi) yang berisikan amalan-amalan ibadah dan lainnya
1
tentang nama-nama Allah beserta sifatnya dengan pemahaman yang mendalam.
Pada perkembangannya tarekat lebih banyak digunakan oleh para sufi.
Dalam hal ini, tarekat diartikan sebagai suatu sistem yang digunakan untuk
melatih jiwa, membersihkan diri dar hal-hal yang tercela dan mengisinya dengan
hal-hal yang terpuji, dengan cara senantiasa ingat kepada Allah dengan penuh
2
pengharapan.
Perkataan tarekat lebih dikenal dari pada tasawuf, khususnya bagi orang-
orang awam. Tarekat disini tidak membicarakan tentang filsafat tentang tasawuf,
akan tetapi berupa pengamalan (amalan-amalan) atau prakasar dari tasawuf itu
3
sendiri.
Tarekat mulai bermunculan (dalam masyarakat Islam) pada abad ke-11 M,
khususnya setelah kehancuran Baghdad oleh Mongol. Hal ini ditandai dengan
munculnya tarekat yang pertama kali yaitu Tarekat Qadariyah dengan Syaikh
4
Abdul Qadir Al-Jailani sebagai pendirinya.
Tidak semua negara Islam dapat menerima tarekat masuk kedalam negaranya,
walaupun mayoritas penduduknya adalam muslim, seperti contoh Turki dan Arab
Saudi. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa kedua negara ini merupakan
negara yang menjadi pusat peradaban islam di masanya, akan tetapi mereka melarang
tarekat kesufian dengan dengan alasan masing-masing. Hal ini malah bertolak
belakang dengan Indonesia, yang dapat dikatakan bahwa Indonesia

1
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1997), 270
2
Ibid.
3
Hartono Ahmad Jaiz, Mendudukkan Tasawuf Gusdur Wali?, (Jakarta: Darul Falah, 2000), 119
4
Moenir Nahrowi Tohir, Menjelajahi Eksistensi Tasawuf, Meneliti Jalan Menuju Tuhan, (Jakarta:
As-Salam Sejahtera, 2012), 105

4
merupakan negara yang baru memeluk Islam setelah runtuhnya kerajaan
majapahit pada awal abad ke-15 M, justru disinilah tarekat banyak mengalami
5
perkembangan.

B. Aliran-Aliran Tarekat
1. Tarekat Qadiriyah
Tarekat Qadiriyah merupakan tarekat tertua yang didirikan oleh
seorang Waliyullah yaitu Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani. Beliau
memerintahkan kepada muridnya agar senantiasa berdzikir setiap siang dan
6
malam hari, serta setiap setelah shalat lima waktu.
Pelajaran pada Tarekat Qadiriyah sama seperti pelajaran Agama Islam
pada umumya, hanya saja mereka lebih mementingkan kasih sayang terhadap
7
seluruh makhluk, rendah hati, dan menghindari fanatisme. Paham Qadiriyah
sebagian besar merupakan paham mu’tazilah, yang mana pada paham ini
manausia mempunyai kebebasan untuk berkehendak sesuai kenginan hati
mereka. Sehingga hal ini juga berdampak pada aliran tarekat qadiriyah itu
8
sendiri, yang mana mereka terlalu menyamakan manusia dengan tuhan.
Tarekat ini dianut oleh beberapa negara besar diantaranya adalah Irak,
Mesir, Sudan, Tunisia, Libya, Aljazair, Afrika, dan Indonesia. Tarekat ini
berpusat di Iraq kemudian banyak tersebar di dunia timur, Tiongkok dan
berkembang pesat di Indonesia pada abad ke-19, terutama ketika penjajahan
Belanda. Syeikh Abdul Karim bersama khalifahnya yaitu K.H. Marzuki di
Banten yang merupakan pengikut tarekat Qodariyah yang memberontak
penjajah Belanda, yang pada tahun 1903 pemberontakan terhadap belanda
juga terjadi di Sidoarjo Jatim yang dipimpin oleh K.H Hasan Mukmin serta
K.H Khasan Tafsir dari Krapyak Yogyakarta.

5
Ibid., 106
6
Ibid., 112
7
Jaiz, Mendudukkan Tasawuf, ..., 123
8
Rosihon Anwar dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 80

5
Pengaruh tarekat ini cukup banyak meresap di hati masyarakat
Indonesia, khususnya organisasi agama terbesar islam Nahdlatul Ulama’ yang
tak bisa dilepaskan dari tarekat Qadariyah, dan amalan-amalan salah satunya
yang dituturkan dalam bacaan Manaqib pada acara-acara tertentu.
2. Tarekat Rifa’iyah
Tarekat Rifa’iyah didirikan oleh Sayid Ahmad al-Rifa’i. Dengan
prinsip utamanya adalah mengajak untuk beriman dan mengikuti sunnah rasul,
menjaga rukun Islam, berpegang kepada yang hak dan meninggalkan yang
9
batil. Sayid Ahmad Al-Rifa’i diceritakan bahwasanya beliau merupakan
seorang yang selalu asyik berdzikir hingga membuat tubuhnya terangkat
10
keatas, namun Sayid Ahmad Al-Rifa’i tidak menyadarinya.
Tarekat Rifa’iah cenderung memiliki sifat yang fanatik serta para
pengikutnya dapat melakukan hal-hal yang berhubungan diluar nalar seperti
makan pecahan beling dan berjalan diatas bara api yang menyala. Selain itu
salah satu identitas dari keberadaan tarekat ini adalah ditandai dengan
penggunaan rebana dalam wiridnya yang diikuti dengan tarian dan diiringi
permainan debus, yaitu menikam diri dengan sepotong senjata tajam yang
11
diiringi dengan zikir-zikir tertentu dalam hal-ihwal tarekatnya.
Tarekat ini berkembang pesat di Indonesia dengan Syekh H. Ahmad
Ar-Rifa’I Al-Jaawi bin Muhammad bin Abi Sujak bin Sutjowijoyo (1200 H/
1786H) di Desa Tempuran, Kabupaten Kendal. Tarekat ini juga tersebar di
Aceh dan Sumatera (terutama di bagian barat dan utara), namun disana
tarekat ini lebih dikenal dengan sebutan Rafai.
3. Tarekat Tijaniyah
Tarekat ini didirikan oleh Sayid Al-Syaikh Abul ‘Abbas Ahmad bin
Muhammad Al-Tijani. Pada tahun 1196, syaikh al-tijani pergi ke suatu tempat di
paang Sahara, yang mana di tempat itu tinggal seorang waliyullah, Abu
Samghun. Di sana beliau mendapat suatu anugerah yang sangat besar yaitu

9
Tohir, Menjelajahi Eksistensi, ..., 111
10
Jaiz, Mendudukkan Tasawuf, ..., 124
11
Ibid.

6
biasa bersua dengan Rasulullah dalam keadaan jaga. Dalam keadaan tersebut,
Rasulullah mentalqin beliau untuk wirid Istighfar dan shalawat sebanyak
seratus kali, kemudian mentalqinkan wirid tersebut kepada umat manusia.
Yang kemudian setelah empat tahun berlalu, wirid tersebut disempurnakan
12
oleh Rasulullah dengan lafadz la ilaha illallah.
Tarekat ini berkembang dan tersebar di beberapa negara besar
diantaranya adalah Mesir, Kepulauan Arab, Sebagian Penjuru Asia, Afrika
Hitam, Afrika bagian barat.
4. Tarekat Haddadiyah
Tarekat ini didirikan oleh Sayyid Abdullah bin Alwi bin Muhammad
Al-Haddad. Beliau merupakan pencipta Rattibul Haddad, dzikir yang menjadi
ikon dari tarekat ini. Biasanya dzikir ini dibaca sehabis maghrib ataupun
13
sehabis ‘isyak. Beliau banyak mengarang kitab dalam bidang tasawuf, salah
satunya adalah nashaih al-diniyah, dan lainnya.
Peran al-haddad dalam mempopulerkan tarekat Alawiyah menjadi
cikal bakal lahirnya tarekat Haddadiyah. Dalam tarekat alawiyah, al-haddad
membagi suluk kedalam dua bagian. Pertama, kelompok khas, yaitu
diperuntukkan bagi mereka yang telah mencapai tingkat mujahadah, yaitu
mengosongkan piiran dari sesuatu selain Allah. Kedua, kelompok ‘Am, yaitu
mereka masih dalam tingkatan dasar dengan mengamalkan perintah-perintah
14
sunnah. Sehingga dapat didimpulkan bahwa tarekat alawiyah merupakan
tarekat ‘ammah, sebagai wasilah menuju tarekat khas, sedangkan tarekat al-
haddadiyah merupakan tarekat Khas.
5. Tarekat Naqsabandiyah
Tarekat ini didirikan oleh Muhammad bin Bhauddin Al-Uwaisi Al-
Bukhari di Turkistan. Kata naqsabandiyah diambil dari bahasa arab asal kata

12
Tohir, Menjelajahi Eksistensi, ..., 113
13
Misbahul Munir, dkk., Al-Tabarruk fi Al-Suluk ila Rabbi Al-Muluk, (Surabaya: UINSA Press,
2017), 51
14
A. Aziz Masyhuri, 22 aliran tarekat dalam tasawuf, (Surabaya: imtiyaz, 2014), 119
naqsaband yang berarti lukisan. Dinamakan demikian karena beliau ahli
15
dalam memberikan lukisan tentang kehidupan ghaib.
Tarekat Naqsabandiyah merupakan tarekat terbesar di Dunia dan
tarekat yang masih terawat dengan baik sampai sekarang ini. Tarekat ini
tersebar luas diseluruh dataran di Dunia, dan sebagian besar pengikutnya
berasal dari wilayah Turki, Hindia Belanda dan bekas jajahan Inggris di
16
Melayu. Ajaran yang paling sering digunakan ialah berdzikir, terutama saat
pengucapan lafadz Laa ilaaha illa Allaah dengan pengaturan nafas.
Tarekat ini berkembang di Indonesia dipelopori oleh Syaikh Yusuf
Makassari (1626-1699) Syaikh Yusuf berasal dari kerajaan Islam Gowa,
Sulawesi Selatan., beliau menerima ijazah dari Syaikh Muhammad ‘Abd al-
baqi di Yaman. Di Madura, tarekat ini sudah lahir sejak abad ke-19, terdapat
keunikan lain dari tarekat ini yang tidak dijumpai diantara penganut
Naqsabandiyah di Indonesia dan Negara lain, yaitu beberapa mursyidnya rata-
rata perempuan, seperti Nyai Thobibah, Syafifah Fathimah di Sumenep
17
adalah mursyid perempuan yang terkenal.
6. Tarekat Khalwatiyah
Tarekat ini didirikan oleh syaikh Muhammad bin Ahmad bin
Muhammad Karimuddin al-Khalwati. Tarekat khalwatiyah ini diambil dari
kata khalwat yang berarti menyendiri untuk merenung. Nama ini diambil
karena pendiri dari tarekat ini sering melakukan khalwat di tempat-tempat
18
yang sepi.
Nama tersebut diambil dari nama seorang sufi ulama dan pejuang
Makassar yaitu Muhammad Yusuf bin Abdullah Abu Mahasin al-Taj al-
19
Khalwaty al-Makassary. Sekarang terdapat dua cabang terpisah dari tarekat

15
Nata, Akhlak Tasawuf, ..., 274
16
Jaiz, Mendudukkan Tasawuf, ..., 122
17
Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta:
Fajar Interpratama Offset, 2005), 100
18
Masyhuri, 22 aliran, ..., 135
19 Azyumard Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII
dan XVIII: Melacak Akar-Akar Pembaruan Pemikiran Islam di Indonesia, (Bandung:Mizan,
1998), 212
ini yang hadir bersama kita. Keduanya dikenal dengan nama Tarekat
Khalwatiyah Yusuf dan Khalwatiyah Samman. Tarekat Khalwatiyah ini
hanya menyebar dikalangan orang Makassar dan sedikit orang bugis. Para
khalifah yang diangkat terdiri dari orang Makassar sehingga secara etnis
20
tarekat ini dikaitkan dengan suku tersebut.
Beliau yang pertama kali menyebarkan tarekat ini ke Indonesia. Guru
beliau Syaikh Abu al- Baraqah Ayyub al-Kahlwati al-Quraisy. bergelar ” Taj
al- Khalwaty” sehingga namanya menjadi Syaikh Yusuf Taj al-Khalwaty. Al-
Makassary dibaiat menjadi penganut Tarekat Khalwatiyah di Damaskus Ada
indikasi bahwa tarekat yang dijarkan merupakan penggabungan dari beberapa
tarekat yang pernah ia pelajari, walaupun Tarekat Khalwatiyah tetap yang
paling dominan.
Adapun dasar ajaran Tarekat khalwatiyah adalah : Pertama, Yaqza
maksudnya kesadaran akan dirinya sebagai makhluk yang hina di hadapan
Allah SWT. Yang maha Agung. Kedua, Taubah Mohon ampun atas segala
dosa. Ketiga, Muhasabah, menghitung-hitung atao introspeksi diri. Keempat,
Inabah, berhasrat kembali kepada Allah. Kelima, Tafakkur Merenung tentang
kebesaran Allah. Keenam, I’tisam selalu bertindak sebagai Khalifah Allah di
bumi. Ketujuh, Firar Lari dari kehidupan jahat dan keduniawian yang tidak
berguna. Kedelapan, Riyadah melatih diri dengan beramal sebanyak-
banyaknya. Kesembilan, Tasyakur, selalu bersyukur kepada Allah dengan
mengabdi dan memujinya. Kesepuluh, Sima’ mengkonsentrasikan seluruh
anggota tubuh dan mengikuti perintah-perintah Allah terutama pendengaran.
7. Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah
Tarekat ini adalah merupakan tarekat gabungan dari tarekat Qadiriyah
dan Tarekat Naqsyabandiyah (TQN). Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah yang
terdapat di Indonesia bukanlah hanya merupakan suatu penggabungan dari dua
tarekat yang berbeda yang diamalkan bersama-sama. Tarekat ini lebih
merupakan sebuah tarekat yang baru dan berdiri yang di dalamnya unsur-unsur

20
Mulyati, Mengenal dan Memahami, ..., 127
pilihan dari Qadiriyah dan juga Naqsyabandiyah telah dipadukan menjadi
sesuatu yang baru.
Tarekat ini didirikan oleh Orang Indonesia Asli yaitu Ahmad Khatib
Ibn al-Ghaffar Sambas, yang bermukim dan mengajar di Makkah pada
21
pertengahan abad kesembilan belas. Bila dilihat dari perkembangannya
Tarekat ini bisa juga disebut “Tarekat Sambasiyah” Tapi Nampaknya Syaikh
al-Khatib tidak menamakan tarekatnya dengan namanya sendiri. berbeda
dengan guru-gurunya yang lain yang memberikan nama tarekatnya sesuai
22
dengan nama pengembangnya.
Sebagaimana kebiasaan ulama-ulama sebelumnya untuk
memperdalam ilmu agama, kiranya mereka berangkat ke Makkah untuk
memperdalam ilmu yang mereka miliki. Demikian pula halnya dengan
Ahmad Khatib, ia berangkat ke Makkah untuk belajar Ilmu-ilmu Islam
termasuk tasawuf dan mencapai posisi yang sangat di hargai diantara teman-
temannya dan kemudian menjadi seorang tokoh yang berpengaruh di seluruh
Indonesia. Diantara gurunya adalah Syaikh Daud bin Abd Allah bin Idris al
Fatani, Syaikh Muhammad Shalih Rays, selain itu ia juga banyak mengikuti
dan menghadiri kuliah-kuliah yang diberikan oleh Syaikh Bishry al-Jabaty,
Sayyid ahmad al-Marzuki, Sayyid abd Allah ibn Muhammad al- Mirghany.

21
Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, (Bandung: Mizan,1996), 89
22
Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis Gerakan Politik
Antikolonialisme Tarekat Qadiriyah-Naqsyabandiyah di Pulau Jawa, (Bandung, Pustaka
Hidayah, 2002), 49
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah disebutkan, maka simpulan yang
dapat diambil adalah:
1. Tarekat merupakan sebuah jalan spritual (yang digunakan oleh para sufi)
yang berisikan amalan-amalan ibadah dan lainnya tentang nama-nama Allah
beserta sifatnya dengan pemahaman yang mendalam. Yang mana tarekat ini
muncul pertama kali dan dicetuskan oleh Syaikh Abdul Qadir Jailani dengan
tarekat naqsabandiyahnya. Akan tetapi, tidak semua negara muslim dapat
menerima aliran tarekat ini karena perbedaan latar belakang yang
melatarbelakangi setiap orang.
2. Aliran tarekat yang lahir dari kalangan para ulama’ sufi sangatlah banyak,
diantaranya adalah tarekat qadiriyah, tarekat haddadiyah, tarekat
naqsabandiyah, tarekat qadariyah naqsabandiiyah, tarekat tijaniyah, tarekat
khalwatiyah, tarekat rifaiyah, dan lainnya.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah disebutkan, maka yang dapat penulis
ambil adalah :
1. Bagi pembaca agar dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang
aliran tarekat. Agar lebih luasnya pengetahuan pembaca, maka diharapkan untuk
membaca lebih lanjut tentang hal-hal yang berkaitan dengan hal ini.
2. Saran buat pemakalah berikutnya mungkin agar lebih detail dan referensi
yang lebih banyak. Sehingga dapat menemukan suatu penjelasan yang lebih
memuaskan.
3. Penulis sebagai manusia biasa tidak terlepas dari salah dan dosa, sehingga
ketika ada kekurangan dalam penulisan makalah ini maka penulis meminta
masukan kepada pembaca makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon dan Abdul Rozak. Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2001.

Aziz Masyhuri, A. 22 aliran tarekat dalam tasawuf, Surabaya: imtiyaz, 2014.

Azra, Azyumard. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad
XVII dan XVIII: Melacak Akar-Akar Pembaruan Pemikiran Islam di
Indonesia, Bandung: Mizan, 1998.

Bruinessen, Martin Van. Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, Bandung: Mizan,


1996.

Jaiz, Hartono Ahmad. Mendudukkan Tasawuf Gusdur Wali?, Jakarta: Darul


Falah, 2000.

Mulyati, Sri. Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di


Indonesia, Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2005.
Munir, Misbahul, dkk.. Al-Tabarruk fi Al-Suluk ila Rabbi Al-Muluk, Surabaya:
UINSA Press, 2017.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1997.

Thohir, Ajid. Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis Gerakan Politik
Antikolonialisme Tarekat Qadiriyah-Naqsyabandiyah di Pulau Jawa,
Bandung: Pustaka Hidayah, 2002.

Tohir, Moenir Nahrowi. Menjelajahi Eksistensi Tasawuf, Meneliti Jalan Menuju


Tuhan, Jakarta: As-Salam Sejahtera, 2012.

Anda mungkin juga menyukai