Anda di halaman 1dari 4

RESUME/PAPER AKHLAK TASAWUF

MATERI IX
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TAREKAT

Nama : Machallafri Iskandar


NIM : E20151001

1. Pengertian Tarekat
Menurut Jaiz (2005 : 119) tarekat berasal dari bahasa arab yaitu thariqah yang artinya
jalan. Kemudian mereka maksudkan sebagai jalan menuju tuhan; ilmu batin, tasawuf. 
Sedangkan menurut Mustofa (2010: 280), istilah tarekat berasal dari kata At-Tariq (jalan)
menuju kepada hakikat, atau dengan kata lain pengalaman syariat. Menurut Huda (2008: 61)
secara istilah, tarekat mengandung arti jalan menuju Allah guna mendapatkan ridha-Nya
dengan cara manaati ajaran-Nya. Menurut L. massignon dalam buku Mustofa (2010: 281)
yang pernah mengadakan penelitian terhadap kehidupan tasawuf dibeberapa Negara islam,
menarik suatu kesimpulan bahwa istilah tarekat mempunyai dua macam pengertan, yaitu:
a. Tarekat yang diartikan sebagai pendidikan kerohanian yang sering dilakukan oleh
orang-orang yang menempuh kehidupan tasawuf, untuk mencapai suatu tingkatan
kerohanian yang disebut ”Al-Maqamat” dan “Al-Ahwal”. Pengertian yang seperti
ini, menonjol sekitar abad ke-IX dan ke-X Masehi.
b. Tarekat yang diartikan sebagai perkumpulan yang didirikan menurut aturan yang
telah dibuat oleh seorang Syekh yang menganut aliran tarekat tertentu. Maka
dalam perkumpulan itulah seorang Syekh yang menganut suatu aliran yang
mengajarkan Ilmu Tasawuf menurut aliran tarekat yang dianutnya, lalu diamalkan
bersama dengan murid-muridnya. Pengertian seperti ini, menonjol sesudah abad
ke-IX Masehi.
2. Sejarah timbulnya tarekat
Ditinjau dari segi historisnya, kapan dan tarekat mana yang mula-mula timbul sebagai
suatu lembaga, sulit diketahui dengan pasti. Namun menurut Asy-Syibi dalam buku Anwar
(2008: 207) mengungkapkan tokoh yang pertama kali memperkenalkan sistem thariqat
(tarekat) adalah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani di Baghdad, Sayyid Ahmad Ar-Rifa’I di Mesir
dengan tarekat Riffa’iyah, dan Jalal Ad-din Ar-Rumi di Parsi.  Tarekat pada awal
kemunculannya memang dibawa oleh ketiga tokoh diatas, menurut teori lain tentang sejarah
kemunculan tarekat yang dikemukakan oleh John O Voll dalam buku Anwar (2008: 208)
adalah: Ia menjelaskan bahwa penjelasan mistis terhadap Islam muncul sejak awal sejarah
islam, dan para sufi yang mengembangkan jalan-jalan spiritual personal mereka dengan
melibatkan praktik-prektik ibadah, pembacaan kitab suci, dan kepustakaan tentang kesalehan.
Para sufi ini terkadang terlibat konflik dengan otoritas-otoritas dalam komunitas islam dan
memberikan alternative terhadap orientasi yang lebih bersifat legalistik, yang disampaikan
kebanyakan ulama. Namun, para sufi secara bertahap menjadi figur-figur penting dalam
kehidupan keagamaan di kalangan penduduk awam dan mulai mengumpulkankelompok-
kelompok pengikut yang diidentifikasi dan diikat bersama oleh jalan tasawuf khusus (tarekat)
sang guru. Menjelang abad ke-12 M (ke-5 H), jalan-jalan ini mulai menyediakan basis bagi
kepengikutan yang lebih permanen, dan tarekat-tarekat sufi pun muncul sebagai organisasi
sosial utama dalam komunitas islam.   Pada awal kemunculannya, tarekat berkembang dari
dua daerah, yaitu khurasan (Iran) dan mesepotamia (Irak).
3. Perkembangan tarekat
Pertumbuhan tarekat telah dimulai sejak abad ke-3 dan ke-4 H, namun perkembangan
dan kemajuannya terjadi pada abad ke-6 dan ke-7 H. Menurut Fata (2011: 2) awal
perkembangan tarekat yang mulai dikenal oleh kalangan banyak adalah: Tarekat telah dikenal
di dunia Islam terutama di abad ke 12/13 M (6/7 H) dengan hadirnya tarekat Qadiriyah yang
didasarkan pada sang pendiri Abd Qadir al-Jailani (1077-1166 M), seorang ahli fiqih
Hanbalian yang memiliki pengalaman mistik mendalam. Setelah al-Jilani wafat, ajaran-
ajarannya dikembangkan oleh anak-anaknya dan menyebar luas ke Asia Barat dan Mesir.
Tarekat Qadiriyah ini mengikuti corak tasawufnya al-Gazali, yaitu tasawuf suni. Pada
perkembangannya, kata tarekat mengalami pergeseran makna. Jika pada awalnya tarekat
berarti jalan yang ditempuh oleh seorang sufi dalam memndekatkan diri kepada Allah maka
pada tahap selanjutnya istilah tarekat digunakan untuk menunjuk pada suatu metode psikologi
yang dilakukan oleh guru tasawuf (mursyid) kapada muridnya untuk mengenal tuhan secara
mendalam. Dari sinilah, terbentuklah suatu tarekat, dalam pengertian “jalan menuju tuhan di
bawah bimbingan seorang guru”. Setelah suatu tarekat memiliki anggota yang cukup banyak
maka tarekat tersebut kemudian dilembagakan dan menjadi sebuah organisasi tarekat. Pada
tahap ini, tarekat dimaknai sebagai “organisasi sejumlah orang yang berusaha mengikuti
kehidupan tasawuf”. Dengan demikian, menurut Huda (2008: 63) di dunia islam dikenal
beberapa tarekat besar, seperti Tarekat Qadiriyah, Naqsabandiyah, Syathariyah, Sammaniyah,
Khalwatiyah, Tijaniyah, Idrisiyah, dan Rifaiyah. Dilihat dari ajaran ortodoks Islam, menurut
Huda (2008: 63) ada tarekat yang dipandang sah (mu’tabarah) dan ada pula tarekat yang
dianggap tidak sah (ghair mu’tabarah). Penjelasan dari keduanya yaitu: Suatu tarekat
dianggap sah jika memiliki mata rantai (silsilah) yang mutawatir sehingga amalan dalam
tarekat tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara syari’at. Sebaliknya, jika suatu tarekat
tidak memiliki mata rantai (silsilah) yang mutawatir sehingga ajaran tarekat tersebut tidak
dapat dipertanggungjawabkan secara syari’at maka ia dianggap tidak memiliki dasar
keabsahan dan oleh karenanya disebut tarekat yang tidak sah (ghair al-mu’tabarah). Tarekat-
tarekat di seluruh dunia islam mengambil beragam bentuk. Rentangnya, mulai dari tarekat
sederhana berupa serangkaian kegiatan ibadah hingga organisasi antarwilayah yang amat
besar dengan struktur yang diartikan secara hati-hati.
4. Tarekat di Indonesia
Pertumbuhan dan perkembangan tarekat di Indonesia berjalan seiring dengan
perkembangannya di Negara-negara islam. Setiap putra Indonesia yang kembali dari
menuntut ilmu di Mekkah dapat dipastikan membawa ijazah dari syaiknya untuk mengajarkan
tarekat tertentu di Indonesia. Menurut Shihab (2009: 186) murid yang mengajarkan tarekat
setelah berguru di mekkah mereka adalah: Fansuri, adalah syaikh tarekat Qadiriyah; Al-Raniri
adalah syaikh tarekat Riffaiyah; ‘Abdul Al-Rouf Sinkel adalah syaikh tarekat Syattariyah; dan
Al-Palimbani adalah syaikh tarekat sammaniyah. Bahkan yang disebut terakhir mengarang
buku khusus yang menjelaskan kaidah dan syarat-syarat untuk menjadi pengikut
Sammaniyah. Mereka merupakan syaikh yang memperkenalkan tarekat-tarekat tersebut di
Indonesia. Di antara tarekat-tarekat yang umumnya memperoleh simpati dan banyak
pendukungnya di Indonesia adalah tarekat Khalwatiyah, Syatariyah, Qadiriyah, dan
‘Alawiyah. Khalwatiyah kebanyakan pengikutnya berasal dari Sulawesi Selatan, tarekat
Syatariyah kebanyakan muridnya dari Sumatera Selatan, kamudian tarekat Qadiriyah banyak
tersebar di berbagai wilayah Indonesia, sementara itu tarekat ‘Alawiyah tersebar di Indonesia
melalui keturunan ‘Alawiyyin dan murid-muridnya. Di samping itu, terdapat pula tarekat
Naqsabandiyah yang merupakan tarekat terbesar di Indonesia, Syadziliyah, Rifa’iyah,
Idrisiyah, Sanusiyah, Tijaniyah, dan Aidrusiyah. Petunjuk tentang penyebaran dan
diterimanya tarekat-tarekat ini oleh masyarakat  Indonesia adalah bahwa kebanyakan ulama
yang kembali dari Hijaz menganut tarekat tersebut dan berpegang teguh kepada Al-Qur’an
dan Sunnah. Oleh sebab itu, bentuk tarekat di Indonesia, seperti halnya di negeri muslim,
tidak lain merupakan kesinambungan dari tasawuf suni Al-Ghazali. Selanjutnya, ada pula
tarekat-tarekat yang bersifat lokal dalam arti tidak berafeliasi kepada salah satu tarekat
popular di negeri lain, seperti tarekat Wahiddiyah dan Shiddiqiyah di Jawa Timur, tarekat
Syahadatain di Jawa Tengah, dan sebagainya.
5. Analisa
Tarekat dalam sejarah dan perkembangannya mengalami berbagai perubahan yang
pada awalnya hanyalah sebuah jalan usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah menjadi
sesuatu organisasi yang melembaga. PENUTUP
6. Kesimpulan
Awal kemunculan tarekat adalah pada abad ke-3 dan ke-4 H, yang sejalan dengan
kemunculan tasawuf. Perkembangan tarekat serta kemajuannya adalah pada abad ke-6 dan
ke-7 H, namun tarekat mulai dikenal oleh banyak kalangan muslim adalah ketika awal
kemunculannya tarekat Qadiriyah yang dibawa oleh Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani pada abad
ke-12 dan ke-13 H. Kemunculan tarekat di Indonesia sejalan dengan perkembangan islam di
Negara-negara muslim lainnya. Perkembangan tarekat di Indonesia muncul karena dibawa
oleh para syaikh yang tadinya berguru di Mekkah setelah mendapat ijazah dari para gurunya,
mereka pun mulai mengajarkan system tarekat di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai