Anda di halaman 1dari 3

Nama : M Nuzulul Hidayat

Nim : 18671005

Prodi. : Hukum Tata Negara

Matkul. :Resume Tasawuf (kelompok 9)

Dosen. : Mabrur Syah, S.Pd.I.,S.Ipi.,M.H.I

RESUME KELOMPOK 9
TAREKAT
A. Pengertian tarekat

Tarekat berasal dari bahasa arab, tarekat artinya jalan.Kemudian mereka maksudkan
sebagai jalan menuju tuhan.Pengertian Tarekat menurut pandangan para Ulama
Mutashawwifin ialah jalan atau petunjuk dalam melaksanakan suatu ibadah sesuai
dengan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw dan yang dicontohkan oleh beliau dan
para sahabatnya serta Tabi’in, Tabi’it Tabi’in dan terus bersambung hingga kepada paara
guru-guru, ulama, Kyai-kyai secara bersambung hingga sekarang ini.

Dalam ilmu tasawuf, istilah tarekat itu tidak saja ditunjukkan kepada aturan dan cara-cara
tertentu yang digunakan oleh seorang Syekh tarekat dan bukan pula terhadap kelompok
yang menjadi pengikut salah seorang Syekh tarekat, tetapi meliputi segala aspek ajaran-
ajaran yang ada dalam agama Islam, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya
yang semuanya adalah merupakan jalan atau cara mendekatkan diri kepada Allah.

B. Sejarah timbul tarekat

Ajaran Islam dibawa oleh Nabi Muhammad yang pada masa awal dilaksanakan secara
murni. Keika Rasulullah wafat, cara beramal dan beribadah para sahabat dan tabi’in
masih tetap memelihara dan membina ajaran Rasul, disebut amalan salaf al-shalih.
Pada abad pertama Hijriyah mulai ada perbincangan tentang teologi dilanjutkan mulai
ada formalisasi syariah. Abad kedua Hijriyah mulai muncul tasawuf. Tasawuf terus
berkembang dan meluas dan mulai terkena pengaruh luar. Salah satu pengaruh luar
adalah filsafat, baik filsafat Yunani, India maupun Persia. Muncullah sesudah abad ke-2
Hijriyah golongan sufi yang mengamalkan amalan-amalan dengan tujuan kesucian jiwa
untuk taqarrub kepada Alla. Para sufi kemudian membedakan pengertian –pengertian
syariah,tarekat,hakikat dam makrifat. Menurut mereka syariah itu untuk memperbaiki
amalan-amalan lahir, tarekat untuk memperbaiki amalan-amalan batin [hati], haqiqat
untuk mengamalkan segala rahasia Alla baik zat, sifat maupun perbuatanNya.1 Orang
yang telah sampai ketingkat makrifat dinamakan wali. Kemampuan luar biasa yang
dimilikinya disebut karamat atau supranatural, sehingga dapat terjadi pada dirinya hal-hal
luar biasa yang tidak terjangkau oleh akal, baik dimasa hidupmaupun sesudah meninggal.
Syaikh Abdul Qadir Jaelani [ 471-561/1078-1168] menurut pandangan sufi adalah wali
tertinggi disebut quthub al auliya [ wali quthub].

Pada abad ke-5 Hijriyah atau 13 masehi barulah muncul tarekat sebagai kelanjutan
kegiatan kaum sufi sebelumny. Hal ini ditandai dengan setiap silsilah tarekat selalu
dihubungkan dengan nama pendiri atau tokoh-tokoh sufi yang lahir pada abad itu. Setiap
tarekat mempunyai syaikh, kaifiyah zikir dan upacara-upacara ritual masing-masing.
Biasanya syaikh atau mursyid mengajar murid-muridnya diasrama latihan rohani yang
dinamakan rumah suluk atau ribath.

Mula-mula muncul tarekat Qadariyah yang dikembangkan oleh Syaikh Abdul Qadir di
Asia Tengah Tibristan tempat kelahiran dan operasionalnya, kemudian berkembang ke
Baghdad, Irak, Turki, Arab Saudi sampai ke Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand,
India,Tiongkok. Muncul pula Tarekat Rifa’iyah di Maroko dan Aljazair. [1]Disusul
Tarekat Suhrawardiyah di Afrika Utara, Afrika Tengah, Sudan dan Nigeria. Tarekat-
tarekat itu kemudian berkembang dengan cepat melalui murid-murid yang diangkat
menjadi khalifah, mengajarkan dan menyebarkan ke negeri-negeri Islam, bercabang dan
beranting sehingga banyak sekali.

Organisasi tarekat pernah mempunyai pengaruh yang sangat besar di dunia islam.
Sesudah khalifah Abbasiyah runtuh oleh bangsa Mongol tahun 1258 M, tugas
memelihara kesatuan Islam dan menyiarkan Islam ke tempat-tempat yang jauh beralih ke
tangan kaum sufi, termasuk ke Indonesia. Ketika berdiri Daulah Usmaniyah, peranan
tarekat [Bahtesyi] sangat besar baik dalam bidang politik maupun militer. Demikian juga
di Afrika Utra, peranan Tarekat Sanusiyah sangat besar terutama di negeri Aljazair dan
Tuniia, sedangkan di Sudan berpengaruh Tarekat Syadzaliyah. Khusus di Indonesia,
pengembagan Islam pada abad ke-16 dan selanjutnya, sebagian besar adalah atas usaha
kaum sufi sehingga tidak heran apabila pada waktu itu pemimpin-pemimpin spiritual
Islam di Indonesia bukanlah ahli syariah melainkan syaikh tarekat.

Ada sebuah teori yang diyakini banyak sejarawan bahwa Islam mulai berakar di
Nusantara dibawah perjuangan para sufi pengembara yang sering disebut sebagai
“pedagang setengah hati”. Para sufi yang juga merangkap pedagang berhasil
membumikan Islam Nusantara setidaknya pada abad ke-13-14.Tepatnya setelah
kehancuran Baghdad pada tahun 1258 yang menyebabkan dunia intelektual terpuruk
kehilangan jati dirinya.
Secara teoritis, proses asimilasi antara nilai tasawuf dengan kebudayaan setempat tidak
mengalami kesulitan yang berarti karena keduanya mempunyai titik singgung yang sama
yaitu pada ajaran asketisme dan sinkretisme. Hal ini karena sebelum Islam dating, tradisi-
tradisi Hindu-Budha di Nusantara seudah kental dengan nilai-nilai tersebut, sehingga
prasyarat kultural bagi pertemuan slam yang bercorak tasawuf dengan tradisi lokal. Inilah
sebuah proses yang oleh Kunowijoyo disebut sebagai “Indonesianisasi”.
Momentum yang paling mungkin terjadinya tarekat dapat dilacak pada abad ke-18 ketika
barbagai tarekat telah memperoleh pengikut yang tersebar luas di Nusantara. Namun
demikian perlu dicatat bahwa abad-abad Islamisasi di Asia Tenggara berbarengan dengan
masa merebaknya tasawuf abad pertengahan dan pertumbuhan tarekat. Dengan demikian,
kalau Islam di Nusantaara berkembang secara massif pada abad ke-13 dan 14, kita bias
berasumsi bahwa corak Islam yang berkembang saat itu adalah corak Islam sufi.

Melalui penelusuran syair-syair Hamzah Fansuri, Martin Van Bruneissen juga


berkesimpulan bahwa Hamzah Fansuri adalah orang Melayu yang dapat diketahui secara
pasti menganut tarekat Qadiriyah.7 Dengan penemuan ini dapat dipastikan bahwa tarekat
Qadariyah adalah tarekat pertama yang sampai ke Nusantara. Ada indikasi kuat tarekat
ini bertahan di Aceh sepeninggal Hamzah. Ketika Yusuf Makasari singgah di Aceh
dalam perjalannyadari Sulawesi ke Mekkah, sekitar tahun 1645, dia masuk tarekat
Qadiriyah.8 Melalui karya Syekh Yusuf Makasar Safinat-al-Najat, data mengenai silsilah
tarekat al-Raniri dapat diketahui. Al-Raniri merupakan penganut tarekat Rifa’iyah yang
diinisiasi oleh gurunya Ba syaiban, ternyata dia juga mempunyai silsilah tarekat
Aydarusiyah dan Qadiriyah.

Mulai abad ke-18 murid-murid Jawi di Haramain sangat tertarik kepada pelajaran yang
dikembangkan oleh seorang Ulama sufi yang sangat kharismatik, Muhammad Abd al-
Karim al-Saman [1718-1775] di Madinah. Al-Saman dibaiat menjadi pengikut berbagai
tarekat disamping Khalwatiyah [terutama Qadiriyah, Naqsabandiyah, dan Syadziliyah].
Hingga sekarang terdapat pusat-pusat terekat di jawa seperti Jombang, Mreggen Dema,
Popongan Klaten, Pekalongan, Cirebon dan Tasikmalaya. Tarekat-tarekat di wilayah-
wilayah tersebut juga mengalami perubahan melalui penggabungan ajaran-ajaran terekat
yang berlainan. Maka muncullah diwilayah ini tarekat-tarekat gabungan seperti
Qadariyah Naqsabandiya, Khalidiyah dan lain-lain.

C. Aliran-Aliran tarekat

A.Tarekat Qadariyah
Qadariyah adalah nama tarekat yang diambil dari nama pendirinya, ysitu Abd ad Qadir
Jilani, yang terkenal dengan sebutan Syaikh Abd al Qadir Jilani al-ghawst atau quthb al-

Anda mungkin juga menyukai