DISUSUN OLEH :
200606110128
TEOSOFI D
Kemu’tabarahan beberapa organisasi thariqah tidak hanya diakui di kalangan NU. Di dunia
Islam pun mereka diakui sebagai salah satu khazanah yang memperkukuh tradisi Islam dan
diamalkan secara luas. Karena pengamal thariqah mu’tabarah di kalangan Nahdliyin begitu
banyak, maka dirasa penting untuk diwadahi dalam organisasi payung
1. Tarekat Naqsyabadiah
Tarekat ini telah menyebar ke seantero dunia, tak terkecuali di Indonesia. Pada abad
ke-19 M jamaah haji dan pelajar dari nusantara di Makkah mengenal tarekat ini dari seorang
sufi bernama Sulaiman Zuhdi. Dua dari mereka yang berjasa menyebarkan tarekat ini di
nusantara adalah Sulaiman Hutapungkut dari Kota Nopan, Tapanuli Selatan, dan Muhammad
Hadi Girikusumo dari Demak, Jawa Tengah.
Dalam menghadapi gerakan tarekat dan semangat Pan Islamisme, pemerintah Belanda
tidak mentolerir sedikitpun karena dianggap dapat menggoyahkan kewibawaan mereka.
Ketakutan ini timbul karena tarekat dianggap dapat membawa pengikutnya menjadi
pemberontak. Dalam peristiwa Cianjur tahun 1885, pemberontakan Cilegon tahun 1888, dan
di kemudian waktu persitiwa Garut 1919, kita dapat melihat betapa takutnya pemerintah
terhadap aktivitas gerakan tarekat. Di Banten sendiri, setelah kejadian 1888, para haji dan
anggota tarekat banyak yang ditangkap dan kemudian diasingkan.
Penisbahan nama al-Syattar yang berasal dari kata syatara, artinya membelah dua, dan
nampaknya yang dibelah dalam hal ini adalah kalimah tauhid yang dihayati didalam dzikir
nafi isbath, laa ilaaha (nafi‟) dan illa Allah (isbat). Nisbah al-Syattar juga merupakan
pengukuhan dari guru atas derajat spiritual yang dicapai, yang kemudian berhak mendapat
pelimpahan hak dan wewenang sebagai wasitah (mursyid). Ditambah juga menurut Najmudin
Kubro, adalah tingkat pencapaian spiritual tertinggi setelah akhyar dan abror. Ketiga istilah
ini, dalam hirarki yang sama, kemudian juga dipakai didalam tarekat Syattariyah ini. Syattar
dalam tarekat ini adalah para sufi yang telah mampu meniadakan zat, sifat, dan af‟al diri
(wujud jiwa raga).
4. Tarekat Chisytiyah
Tarekat chisytiyah adalah salah satu tarekat sufi utama di asia selatan. asal-usul
tarekat ini dapat di lacak hingga abat ke-3 H./9 M., di kota Chist-dari kata inilah tarekat itu
menamakan diri yang dalam wilayah afganistan modern terletak beberapa ratus kilometer di
timur harat. Tarekat ini menyebar ke seluruh kawasan india, Pakistan, dan Bangladesh.
Namun tarekat ini hanya terkenal di india saja. Cabang-cabang lainya yang sempat menyebar
ke transoxiana dan khurasan tidak dapat bertahan lama. Chisytiyah memiliki silsilah spiritual
yang jejaknya dapat ditelusuri sampai kepada hasan al-basri (21-110 H./642-728 M.). mereka
menyakini bahwa hasan merupakan murid ali ibn abi tholib, sebuah klaim yang validitasnya
mereka temukan secara spiritual. Kemudian, mereka memberikan tempat terhormat dalam
silsilah mereka terhadap abu said ibn abi al-khair (357-440 H./967-1049 M.), yang lahir dan
meninggal di maihan (sekarang menjadi mana, dekat sarakhs), tetapi hidup dalam jangkah
waktu yang lama di nishapur.latihan asketik yang keras di praktikkan sejumlah pengikut
Chisytiyah. Seperti mengantung diri di di sumur dengan kepala beradah di di bawah, ajaranya
memberikan inspirasi kepada pengikutnya agar setia terhadap mursyid (pembimbing
spiritual) tanpa banyak bertanya, mengeletak tak berdaya di hadapanya, melakukan
penyangkalan diri, serta melayani keperluan orang lain.
Kesimpulan
Kata thariqah mu’tabarah sendiri terdiri dari dua kata, yaitu thariqah dan mu’tabarah.
Kata thariqah artinya “jalan” atau “cara”. Kata mu’tabarah adalah isim maf’ul yang berarti
“sesuatu yang dianggap atau diperhitungkan”. Ada 45 Thariqah Mu’tabarah dan Berstandar
di Lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) diantaranya Tarekat Naqsyabadiah, Tarekat Qodiriyah
wan Naqsabandiyah, Tarekat Syattariyah dan tarekat chistiyah
Tarekat chisytiyah ini merupakan tarekat sufi yang berasal dari asia selatan yaitu kota chist
dan berkembang sangat cepat di Negara india. Pendiri tarekat ini di india adalah khawajah
mu’in al-din hasan. Dan Tarekat ini termasuk dalam aliran sunni.
Saran
Masih banyak tarekat yang berbeda faham dan keyakinan dalam mencari jalan
menuju Allah SWT. Maka dari itu tidak cukup kiranya kita mempelajari satu jenis tarekat
saja, akan jauh lebih baik jika kita mempelajari semua tarekat agar pandangan kita lebih luas
dalam mata kuliah tasawuf, lebih dari itu agar kita juga dapat mencari jalan menuju tuhan.