Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
Berbicara tentang perkembangan tarekat di Indonesia tentu tidak akan bisa
lepas dari agama Islam berasal. Islam berasal dari jazirah Arab dibawa oleh
Rasulullah, kemudian diteruskan masa Khulafa ar-Rasyidin ini mengalami
perkembangan yang pesat. Penyebarluasan Islam ini bergerak ke seluruh penjuru
dunia. Islam datang membawa rahmat bagi seluruh umat manusia.
Tarekat merupakan bagian integral dari ajaran Islam. Islam tanpa tarekat
bukanlah Islam kaffah sebagai yang diajarkan Rasulullah Saw. Islam kaffah
adalah Islam yang terpadu di dalamnya aspek akidah, syariah dan
haqiqah.tarekat qadiriyyah wa an-Naqsabandiyah adalah salah satu alian dalam
tasawuf yang substansi ajarnnya merupakan gabungan dari dua tarekat yaitu
Qadiriyyah dan naqsabandiyah. Secara keilmuan dari aqidah lahir ilmu aqaid,
ilmu tauhid, teologi Islam dan ilmu kalam, dari syariah lahir ilmu Fikih dengan
segala cabangnya dan dari aspek haqiqah lahir ilmu tasawuf dan tarekat.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tarekat
Kata tarekat berasal dari bahasa Arab thariqah, jamaknya tharaiq, yang
berarti: (1) jalan atau petunjuk jalan atau cara, (2) Metode, system (al-uslub),
(3) mazhab, aliran, haluan (al-mazhab), (4) keadaan (al-halah), (5) tiang
tempat berteduh, tongkat, payung (amud al-mizalah).
Dalam tasawwuf seringkali dikenal istilah Thariqah, yang berarti jalan,
yakni jalan untuk mencapai Ridla Allah. Dengan pengertian ini bisa
digambarkan, adanya kemungkinan banyak jalan, sehingga sebagian sufi
menyatakan, At thuruk bi adadi anfasil mahluk, yang artinya jalan menuju
Allah itu sebanyak nafasnya mahluk, aneka ragam dan macamnya. Orang
yang hendak menempuh jalan itu haruslah berhati hati, karena : Ada yang sah
dan ada yang tidak sah, ada yang diterima dan ada yang tidak diterima.
(Mutabarah. Wa ghairu Mutabarah)
Menurut Al-Jurjani Ali bin Muhammad bin Ali (740-816 M), tarekat
ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju
Allah Taala melalui tahapan-tahapan/maqamat.
Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian :
1. Ia berarti metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam
mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan.
2. Tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai
dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.

Bila ditinjau dari sisi lain tarekat itu mempunyai tiga sistem, yaitu:
sistem kerahasiaan, sistem kekerabatan (persaudaraan) dan sistem hirarki
seperti khalifah tawajjuh atau khalifah suluk, syekh atau mursyid, wali atau
qutub. Kedudukan guru tarekat diperkokoh dengan ajaran wasilah dan silsilah.
Keyakinan berwasilah dengan guru dipererat dengan kepercayaan karamah,
barakah atau syafaah atau limpahan pertolongan dari guru.
Pengertian diatas menunjukkan Tarekat sebagai cabang atau aliran
dalam paham tasawuf. Pengertian itu dapat ditemukan pada al-Thariqah alMu'tabarah al-Ahadiyyah, Tarekat Qadiriyah, Tarekat Naksibandiyah, Tarekat
Rifa'iah, Tarekat Samaniyah dll. Untuk di Indonesia ada juga yang
menggunakan kata tarekat sebagai sebutan atau nama paham mistik yang
dianutnya, dan tidak ada hubungannya secara langsung dengan paham tasawuf
yang semula atau dengan tarekat besar dan kenamaan. Misalnya Tarekat
Sulaiman Gayam (Bogor), Tarekat Khalawatiah Yusuf (Suawesi Selatan) boleh
dikatakan hanya meminjam sebutannya saja
B. Sejarah Tarekat
Sebenarnya membicarakan tarekat, tentu tidak bisa terlepas dengan
tasawuf karena pada dasarnya Tarekat itu sendiri bagian dari tasawuf. Di dunia
Islam tasawuf telah menjadi kegiatan kajian keislaman dan telah menjadi
sebuah disiplin ilmu tersendiri. Landasan tasawuf yang terdiri dari ajaran nilai,
moral dan etika, kebajikan, kearifan, keikhlasan serta olah jiwa dalam suatu
kehkusyuan telah terpancang kokoh. Sebelum ilmu tasawuf ini membuka
pengaruh mistis keyakinan dan kepercayaan sekaligus lepas dari saling

keterpengaruhan dengan berbagai kepercayaan atau mistis lainya. Sehingga


kajian tasawuf dan tarekat tidak bisa dipisahkan dengan kajian terhadap
pelaksananya di lapangan.
Dalam hal ini praktek ubudiyah dan muamalah dalam tarekat walaupun
sebenarnya kegiatan tarekat sebagai sebuah institusi lahir belasan abad
sesudah adanya contoh kongkrit pendekatan kepada Allah yang telah
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. kemudian diteruskan oleh Sahabatsahabatnya, tabiin, lalu tabiit taabiin dan seterusnya sampai kepada
Auliyaullah, dan sampai sekarang ini. Garis yang menyambung sejak nabi
hingga sampai Syaikh tarekat yang hidup saat ini yang lazimnya dikenal
dengan Silsilah tarekat.
Tumbuhnya tarekat dalam Islam sesungguhnya bersamaan dengan
kelahiran agama islam, yaitu ketika nabi Muhammad SAW diutus menjadi
Rasul. Fakta sejarah menunjukkan bahwa pribadi nabi Muhammad SAW
sebelum diangkat menjadi Rasul telah berulang kali bertakhannus atau
berkhalwat di gua Hira. Disamping itu untuk mengasingkan diri dari
masyarakat Mekkah yang sedang mabuk mengikuti hawa nafsu keduniaan. 1
Takhannus dan khlalwat Nabi adalah untuk mencari ketenangan jiwa dan
kebersihan hati dalam menempuh problematika dunia yang kompleks. Proses
khalwat yang dilakukan nabi tersebut dikenal dengan tarekat. Kemudian
diajarkan kepada sayyidina Ali RA. dan dari situlah kemudian Ali
mengajarkan kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya sampai akhirnya sampai

1 H.A Fuad Said, Hakekat Tarekat Naqsyabandiyah, (Jakarta : Al-Husna Zikra, 1996) hlm 23
4

kepada Syaikh Abd Qadir Djailani, yang dikelal sebagai pendiri Tarekat
Qadiriyah. 2
C. Ajaran-Ajaran Dalam Tarekat
1. Tawassul, Memohon berkah kepada pihak-pihak tertentu yang dijaadikan
wasilah(perantara) agar maksud bisa tercapai. Obyek tawasul tarekat ini
adalah Nabi Muhammad, keluarganya, para sahabatnya, asma-asma Allah,
para Auliya, para ulama Fiqih, para ahli Tarekat, para ahli Makrifat, kedua
orang tua.
2. Wahdat al-Wujud, merupakan tujuan akhir yang mau di capai oleh para
sufi dalam mujahadahnya.Wahdatul wujud merupakan tahapan dimana ia
menyatu dengan hakikat alam yaitu Hakikat Muhammad atau nur
Muhammad.
3. Nur Muhammad . Nur Muhammad merupakan salah satu rahasia Allah
yang kemudian diberinya maqam. Nur Muhammad adalah pangkal
terbentuknya alam semesta dan dari wujudnya terbentuk segala makhluk
4. Insan Kamil, dari segi syariat Wujud Insan kamil adalah Muhammad dan
sedang dari segi hakekat adalah Nur Muhammad atau hakekat
Muhammad, Orang Islam yang berminat menuju Tuhan sampai bertemu
sampai bertemu denganya harus melewati koridor ini yaitu mengikuti jejak
langkah Muhammad.3

2 Ibid, hal 27
3 Sri Mulyati, Mengenal & Memahami Trekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, Jakarta
Timur: Prenada Media, 2004. Hal. 207-210

D. Empat Tingkatan Spiritual


Bagan yang menggambarkan kedudukan tarekat dalam empat tingkatan
spiritual (syari'ah, tariqah, haqiqah, dan ma'rifah yang dianggap tidak
terlihat).
Kaum sufi berpendapat bahwa terdapat empat tingkatan spiritual umum
dalam Islam, yaitu syari'at, tariqah, haqiqah, dan tingkatan keempat ma'rifat
yang merupakan tingkatan yang 'tak terlihat'. Tingkatan keempat dianggap
merupakan inti dari wilayah hakikat, sebagai esensi dari seluruh tingkatan
kedalaman spiritual beragama tersebut.
Pengalaman tarikat merupakan suatu kepatuhan secara ketat kepada
peraturan-peraturan syariat Islam dan mengamalkannya dengan sebaikbaiknya, baik yang bersifat ritual maupun sosial, yaitu dengan menjalankan
praktek-praktek dan mengerjakan amalan yang bersifat sunat, baik sebelum
maupun sesudah sholat wajib, dan mempratekkan riyadah. Para kyai
menganggap dirinya sebagai ahli tarikat. (Leksikon Islam, Pustaka Azet
Perkasa Jakarta 1988, II, hal 707).Selanjutnya, tentang tarikat ini kami kutip
dari buku tersebut (leksikon Islam), karena sudah dirangkum dengan kondisi
Indonesia sehingga mudah dicerna. Setelah itu baru kami ambilkan komentar
tentang tarikat dari berbagai sumber lain. Sehingga pembeberan tarikat yang
kami kutip berikut ini merupakan bahan yang akan dikomentari sesudahnya.
Dalam tradisi pesantren terdapat dua bentuk tarikat:
1. yang dipratekkan menurut cara-cara yang dilakukan oleh organisasiorganisasi tarikat,

2. yang dipratekkan menurut cara di luar ketentuan organisasi-organisasi


tarikat.
Tidak semua organisasi tarikat menganut sistem kepercayaan dan
praktek keagamaan yang sama. Terdapat dua kelompok :
1. yang sepenuhnya sejalan dengan ajaran-ajaran Al-Qur`an dan hadis;
2. yang tidak memiliki kaitan yang cukup kuat dengan Al-Qur`an dan hadis
Ajaran-ajaran tarekat yang masuk ke nusantara hampir bersamaan
dengan penyebaran agama Islam di nusantara. Karena tokoh-tokoh sufi yang
menyebarkan agama islam saat itu juga merupakan penganut amalan tarekat
yang memang saat itu menjadi ikonnya umat Islam diseluruh dunia, terutama
setelah runtuhnya kekhalifahan Abbasiyah di Bagdad oleh serbuan tetaran
mongol, serta munculnya kekhalifahan Turki Usmani dengan tarekat Bektasinya. Dalam perkembangan selanjutnya ajaran-ajran sufi di Nusantara
umumnya bertahan di pesantren-pesantren yang menjadi pusat pendidikan
Islam kultural di nusantara dan sebagai pusat perkembangan amalan-amalan
tarekat.
Sementara NU merupakan sebuah wadah aspirasi bagi kelompok Islam
tradisionalis atau yang lebih dikenal dengan golongan nahdliyin. Gerakan NU
lebih banyak bergerak dalam bidang organisasi keislaman yang terjun dalam
lapangan sosial kemasyarakatan dan juga politik. NU merupakan satu-satunya
organisasi yang tetap mempertahankan keberadaan mazhab disamping juga
tidak menolak adanya modernisme Islam. Keberadaan NU juga untuk
mengimbangi gerakan modernis yang menolak mazhab Islam.

Antara tarekat dan NU memiliki jarak yang cukup panjang dalam


sejarahnya. Namun kebanyakan ulama-ulama NU merupakan orang-orang
tarekat dan bahkan berguru pada ulama-ulama tarekat. Bahkan pendiri NU,
KH. Hasyim Asyary merupakan penganut salah satu tarekat. Sehingga NU
dan tarekat bisa dipastikan sebagai sebuah satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, karena hanya NU lah satu-satunya organisasi yang sampai saat ini
setia melindungi keberadaan tarekat dari tuduhan-tuduhan miring kaum
modernis.
Salah satu yang menyebabkan berkolaborasinya antara tarekat dan NU
adalah adanya persamaan dalam model kepemimpinan mereka yang
menggunakan kepemimpinan yang paternalistik dan kharismatik sekaligus.
Jika dalam tarekat akan dikenal sebagai seorang mursyd maka dalam NU akan
dikenal dengan Kiyai yang banyak berdomisili di pesantren-pesantren. Dan
terkadang bahkan seorang kiyai dapat merangkap sebagai seorang Mursyid
(guru) tarekat sekaligus. Kepemimpinan dengan model paternalistik, sekaligus
kharismatis ini merupakan model kepemimpinan yang juga ada di kalagan
tradisionalis NU. Dalam struktur organisasi NU yang selama ini berjalan
bahwa siapa yang paling memiliki kharismatis diantara kiyai-kiyai lainnya,
maka dialah yang akan terpilih menjadi pimpinan tertinggi, seperti KH.
Hasyim Asyary yang saat itu merupakan satu-satunya seorang kiyai yang
paling kharismatis ditanah jawa.
Bukan tak mungkin karena hanya NU-lah satu-satunya organisasi yang
dapat melindungi kaum tarekat, maka kemudian selanjutnya kaum tarekat ini

merupakan salah satu pendukung setia NU. Sampai saat ini hanya NU lah
yang memiliki undang-undang organisasi yang mengakui keberadaan tarekat
yang ada di Indonesia sebagai bagian dari NU. Hal itu dimaksudkan untuk
menolak tuduhan-tuduhan miring bahkan sesat dari golongan modernis.
Minimal dengan masuknya tarekat kedalam tubuh NU akan dapat mengurangi
tuduhan-tuduhan itu dan sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab NU
sebagai sebuah orgasinsai untuk mengklarifikasi setiap tuduhan-tuduhan yang
dilontarkan kepada tarekat

BAB III
ANALISIS
Tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh
jalan) menuju Allah Taala melalui tahapan-tahapan/ maqamat. Dengan demikian
tarekat memiliki dua pengertian, Pertama ia berarti metode pemberian bimbingan
spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan
diri dengan Tuhan. Kedua, tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brother
hood) yang ditandai dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau
khanaqah. Bila ditinjau dari sisi lain tarekat itu mempunyai tiga sistem, yaitu:
system kerahasiaan, sistem kekerabatan (persaudaraan) dan sistem hirarki seperti
khalifah tawajjuh atau khalifah suluk, syekh atau mursyid, wali atau qutub.

10

BAB IV
KESIMPULAN
Bahwa

diantara

NU

dan

tarekat

memiliki

perbedaan-perbedaan,

diantaranya bahwa jika tarekat merupakan bagian dari NU, namun warga NU
tidak mesti menjadi kelompok tarekat, karena banyak sekali warga-warga NU
yang enggan masuk kedalam jamaah tarekat. Meskipun demikian warga nahdliyin
dalam setiap amalan ibadahnya kebanyakan menyerupai dengan amalan
ibadahnya jamaah tarekat. Yang jelas antara NU dan tarekat merupakan kaumkaum sufisme yang setia. Konsep ajaran yang ada di tarekat dan NU keduanya
tidak jauh berbeda. Ini merupakan salah satu pengaruh yang paling kentara dalam
sisa-sisa penyebaran islam di nusantara oleh ulama-ulama sufi.

11

DAFTAR PUSTAKA
H.A Fuad Said, Hakekat Tarekat Naqsyabandiyah, Al-Husna Zikra, Jakarta 1996
Sri Mulyati, Mengenal & Memahami Trekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia,
Jakarta Timur: Prenada Media, 2004

12

Anda mungkin juga menyukai