PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
َّاَّلطرَّيقةَّهيَّاَّلعملَّباَّالشرَّيعةَّوَّاَّلخذَّبعزاَّئهاَّوَّاَّلبعدَّعنَّاَّلتساَّهل فيماَّلَّينبغيَّاَّلتساَّهلَّفيه
Artinya:
“Tariqat adalah pengamalan syariat, melaksanakan beban ibadah(dengan tekun ) dan
menjauhkan (diri) dari (sikap) mempermudah (ibadah), yang sebenarnya memang tidak
boleh dipermudah”[3]
Sementara menurut Hasan Nasution, Tarekat adalah jalan yang harus ditempuh oleh seorang
calon sufi dalam tujuannya berada sedekat mungkin dengan Allah.[4]
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Tarekat adalah jalan atau petunjuk dalam
melakukan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW dan yang
2
diceritakan beliau dan para sahabatnva. serta para tabi'in, ulama, kyai-kyai secara
bersambung hingga pada masa sekarang ini.
Dari pengertian thariqat di atas dapat dipahami bila dengan berthariqat, maka sesungguhnya
syaria'at yang dikerjakan dapat berjalan di atas rel yang lurus, tidak terpeleset, tidak jatuh
jurang kesesatan, sehingga dapat sampai ke tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu Allah Swt.
3
Di dalam tarekat yang sudah melembaga, tarekat mencakup semua aspek
ajaran islam seperti shalat, zakat, puasa, juhad, haji dan lain-lain. Ditambah
pengamalan serta seorang syeikh. Akan tetapi, semua itu terikat dengan tuntunan dan
bimbingan seorang syeikh melalui bai’at.
Sebagaimana telah diketahui bahwa tasawuf itu secara umum adalah usaha
mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat mungkin, melalui penyesuaian rohani
dan memperbanyak ibadah. Usaha mendekatkan diri ini biasanya dilakukan dibawah
bimbingan seorang guru atau syeikh. Ajaran-ajaran tasawuf yang harus ditempuh
untuk mendekatkan diri kepada Allah merupakan hakikat tarekat yang sebenarnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tasawuf adalah usaha mendekatkan diri
kepada Allah, sedangkan tarekat adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang
dalam usahanya mendekatkan diri kepada Allah. Gambaran ini menunjukkan bahwa
tarekat adalah tasawuf yang telah berkembang dengan beberapa variasi tertentu,
sesuai dengan spesifikasi yang diberikan seorang guru kepada muridnya.
2.4 Aliran-aliran tarekat dalam Islam
Beberapa tarekat yang ada dalam islam adalah sebagai berikut
a) Tarekat Qadiriyah
Qadiriyah adalah nama tarekat yang diambil dari nama pendirinya, Abd. Al-Qadir
Jailani, yang terkenal dengan sebutan syeikh Abd Qadir Al-Jailani (470/1077-
561/1166) atau quthb al-awliya’. Tarekat ini menempati posisi yang amat penting
dalam sejarah spiritualitas Islam karena tidak saja sebagai pelopor lahirnya
organisasi tarekat, tetapi juga cikal bakal munculnya berbagai cabang tarekat di
dunia Islam. Meskipun struktur organisasinya baru muncul beberapa dekade
setelah kewafatannya, semasa hidupnya sang syeikh telah memberikan pengaruh
yang amat besar pada pemikiran dan sikap umat islam. Ia dipandang sebagai
sosok ideal dalam keunggulan dan kecerahan spiritual.
Di antara praktik tarekat Qadiriyah adalah dzikir (terutama melatunkan asma’
Allah berulang-ulang). Dalam pelaksanaanya terdapat berbagai tingkatan
penekanan dan intensitas. Ada dzikir yan gterdiri atas satu, dua, tiga dan empat.
Dzikir dengan satu gerakan dilaksanakan dengan mengulang-ulang asma’ Allah
melalui tarikan napas panjang yang kuat, seakan dihela dari tempat yang tinggi,
diikuti penekanan dari jantung dan tenggorokan, kemudian dihentikan sehingga
napas kembali normal. Hal ini harus diulang secara konsisten untuk waktu yang
lama
4
b) Tarekat Syadziliyah
Tarekat syadziliyah tak dapat dilepaskan hubungannya dengan pendirinya, yakni
Abu Al-Hasan Asy-Syadzili (593/1196-656/1258). Selanjutnya, nama tarekat ini
dinisbahkan kepada nama Sysdziliyah yang mempunyai ciri khusus yang berbeda
dengan tarekat-tarekat lainnya. Syadziliyah menyebar luas di sebagian besar
Dunia Muslim. Ia diwakili di Afrika Utara terutama oleh cabang-cabang Fasiyah
dan Darqawiyah serta berkembang pesat di Mesir, tempat 14 cabangnya dikenal
secara resmi pada tahun 1985.
c) Tarekat Naqsabandiyah
Tarekat Naqsabandiyah didirikan oleh Muhammad Bahaudin An-Naqsabandi Al-
Awisi Al-Bukhari (wafat 1389 M) di Turkistan. Tarekat Naqsabandiyah
mempunyai dampak dan pengaruh sangat besar kepada masyarakat muslim di
berbagai wilayah yang berbeda-beda. Tarekat ini pertama kali berdiri di Asia
Tengah, kemudian meluas ke Turki, Suriah, Afghanistan dan India.
Ciri menonjol tarekat naqsabandiya adalah: pertama, mengikuti syari’at secara
ketat, keseriusan dalam beribadah yang menyebabkan penolakan terhadap musik
dan tari, dan lebih menyukai berdzikir dalam hati. Kedua, upaya yang serius
dalam memengaruhi kehidupan dan pemikiran golongan penguasa serta mendekati
negara pada agama. Berbeda dengan tarekat lainnya, tarekat ini tidak menganut
kebijakan isolasi diri dalam menghadapi pemerintahan yang sedang berkuasa saat
int. sebaliknya, ia melancarkan konfrontasi dengan berbagai kekuatan politik agar
mengubah pandangan mereka.
d) Tarekat Yasafiyah dan khawajagawiyah
Tarekat yasafiyah didirikan oleh Ahmad Al-Yasafi (wafat 562 H/1169 M) dan
disusul oleh tarekat Khawajagawiyah yang disponsori oleh Abd Al-Khaliq Al-
Ghuzdawani (wafat 617 H/ 1220 M). kedua terekat ini menganut paham tasawuf
Abu Yazid Al-Bustami (wafat 425 H/1034 M) dan Yusuf bin Ayyub Al-
Hamadani (wafat 535 H/ 1140 M). tarekat yasafiyah berkembang ke berbagai
daerah, antara lain ke Turki. Di sana, terekat ini berganti nama dengan tarekat
Bektashiya yang diidentikkan kepada pendirinya Muhammad ‘Ata’ bin Ibrahim
Hajji Bektasy (wafat 1335 M). tarekat ini sangat populer dan pernah memegang
peranan penting di Turki yang dikenal dengan Korp Jenissari yang diorganisir
oleh Murad I pada masa Turki Utsmani.
5
e) Tarekat Khalwatiyah
Tarekat ini didirikan oleh Umar Al-Khalwati (wafat 1397 M) dan merupakan
salah satu tarekat yang berkembang di berbagai negeri, seperti Turki, Syiria,
Mesir, Hijaz, dan Yaman. Di Mesir, tarekat Khalwatiyah didirikan oleh Ibrahim
Gulsheini (wafat 940 H/1534 M)
f) Tarekat Syatariyah
Tarekat ini didirikan oleh Abdullah bin Syattar (wafat 1485 M) dari India. Tarekat
ini dikembangkan pertama kali di Indonesia oleh Abdurrauf Singkel di Aceh yang
kemudian menyebar ke Jawa Barat oleh Abdul Muhyi, salah seorang murid
Abdurrauf. Dari Jawa Barat, tarekat ini kemudian menyebar ke Jawa Tengah dan
Jawa Timur.
g) Tarekat Rifa’iyah
Tarekat ini didirikan oleh Ahmad bin Ali Ar-Rifa’I (1106-1182).[10] Tarekat sufi
Sunni ini memainkan peranan penting dalam pelembagaan sufisme. Kemungkinan
besar, hingga abad ke -15, Rifa’iyah merupakan tarekat sufi pertama yang paling
tersebar luas. Setelah itu, popularitas Rifa’iyah berlanjut di Dunia Arab. Di sana,
pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, tarekat ini mengalami jumlah tekke
terbesar. Dari segala praktik kaum Rifa’iyah, dzikir mereka yang khas patut
dicatat. Karena inilah, mereka disebut “darwis melolong”.
h) Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah
Tarekat ini merupakan gabungan dari dua ajaran tarekat, yaitu Qadiriyah dan
Naqsabandiyah. Hanya saja menurut Martin van Bruinessen, gabungan dari
duatarekat ini menjadi tarekat baru dan berdiri sendiri, bukan merupakan
penggabungan dari dua tarekat berbeda yang diamalkan bersama-sama. Tarekat
ini didirikan oleh Ahmad Khatib Sambas yang bermukim dan mengajar di
Mekkah pada pertengahan abad ke-19. Tarekat ini merupakan yang paling
berpengaruh dan tersebar secara meluas di Jawa saat ini.
Selain tarekat-tarekat di atas, ada pula tarekat lokal yang didirikan di Indonesia, di
antaranya:
1) Tarekat Akmaliyah (Haqmiyah).
Didirikan oleh kyai Nurhakim. Ia dikenal sebagai dukun dan tukang jimat. Ia
pernah belajar ke Kyai Hasan Maulani di Lengkong Cirebon. Ia pergi ke
Bogor dan Bantern serta masuk tarekat Rifa’iyah. Ia mempunyai banyak
6
pengikut di kawasan Cirebon dan Banyumas, tempat kebudayaan Sunda dan
Jawa bertemu. Tarekat ini menganut ajaran metafisika wahdah al-wujud dan
menganggap kitab Al-Insan Al-Kamil Al-Jili sebagai teks pokok ajaran
mereka. Di samping itu, tarekat ini memiliki teknik meditasi khas yang tidak
terdapat pada tatekat-tarekat lain.
2) Tarekat Shiddiqiyah.
Didirikan oleh Kyai Mukhtar Mukti di Losari Plodo (Jombang) pada tahun
1958. Ia dikenal sebagai dukun yang sakti sehingga banyak pengikutnya dari
kalangan penderita penyakit kronis, bekas pecandu minuman, dan mereka
yang dibebani perasaan bersalah atau frustasi akibat kegagalan di bidang
politik dan perdagangan. Di samping itu, banyak juga pengikutnya dari
kalangan abangan. Ajaran-ajaran tauhid disajikannya dala bentuk yang sudah
disesuaikan dengan budaya masyarakat Jawa dan amalan-amalan sufi yang
diajarkannya terdiri dari ratib-ratib panjang yang diikuti dengan latihan
pengaturan napas.
3) Tarekat Wahidiyah
Didirikan oleh Kyai Madjid Ma’ruf dari Kedunglo (Kediri) pada tahun 1963
M. tarekat ini bersifat terbuka dan mudah diikuti oleh siapa saja tanpa
prosedur yang sulit, yaitu cukup dengan mengamalkan dzikir shalawat
Wahidiyah, yang menurut pengakuan pendirinya disusun berdasarkan ilham
dari Allah. Shalawat ini dibaca bersama-sama yang menyebabkan para
pengamalnya menangis meraung-raung dan tak bisa menguasai diri. Tarekat
ini mempunyai banyak pengikut di kalangan masyarakat awam Kediri dan
menyebar ke seluruh Jawa Timur.
Ajaran-ajaran tarekat yang sesuai dengan doktrin Islam (Al-Qur’an dan
As-Sunnah) dikelompokkan ke dalam tarekat yang Muktabarah. Sebaliknya,
tarekat-tarekat yang ajaran-ajarannya bertentangan dengan doktrin Islam
dikelompokkan ke dalam tarekat Ghair Mu’tabarah. Menurut Syeikh H.
Jalaluddin sebagaimana dikutip oleh Aboe Bakar Atjeh, ada 41 jenis tarekat
yang masuk ke dalam kelompok tarekat Muktabarah, di antaranya Qadiriyah,
Naqsyabandiyah, Syaziliyah, Rifa’iyah, Syatariyah dan lain-lain. Tarekat-
tarekat yang tidak masuk dalam 41 jenis tarekat Muktabarah, dianggap
sebagai tarekat Ghair Mu’tabarah yang tidak diakui kebenarannya seperti
tarekat Akmaliyah, Siddiqiyah dan Wahidiyah.
7
Walaupun bermacam-macam, ternyata tarekat-tarekat yang beragam
itu memiliki kesamaan tertentu. Dalam kaitan ini, Nicholson mengungkapkan
hasil penelitiannya, bahwa sistem hidup bersih dan bersahaja (zuhd) adalah
dasar semua tarekat yang berbeda-beda itu. Semua pengikutnya dididik dalam
disiplin ilmu itu, dan pada umumnya tarekat-tarekat tersebut walaupun
beragam namanya dan metodenya, ada beberapa ciri yang menyamakan:
ada upacara khusus ketika seseorang diterima menjadi penganut
(murid). Adakalanya sebelum yan gbersangkutan diterima menjadi
penganut, dia harus terlebih dahulu menjalani masa persiapan yang
berat.
Memakai pakaian khusus (sedikitnya ada tanda pengenal).
Menjalani Riyadhah (latihan dasar) berkhalwat. Menyepi dan
berkonsentrasi dengan shalat dan puasa selama beberapa hari (kadang-
kadang sampai 40 hari)
Menekuni pembacaan dzikir tertentu (awrad) dalam waktu-waktu
tertentu setiap hari, ada kalanya dengan alat-alat bantu seperti musik
dan gerak badan yang dapat membina konsentrasi ingatan.
Memercayai adanya kekuatan gaib atau tenaga dalam pada mereka
yang sudah terlatih, sehingga dapat berbuat hal-hal di luar kebiasaan.
Penghormatan dan penyerahan total kepada syekh atau pembantunya
yang tidak bisa dibantah.
8
2.5 Pengaruh Tarekat di Dunia Islam
Dalam perkembangannya tarekat-tarekat itu bukan hanya memusatkan perhatian pada
tasawuf ajaran-ajaran gurunya, tetapi juga mengikuti kegiatan politik. Tarekat
memiliki pengaruh yang sangat kuat di dunia Islam, sehingga pengikut-pengikut
tarekat ini tersebar di mana-mana.
Tarekat memengaruhi dunia islam mula abad ke-13 kedudukan tarekat saat itu sama
dengan partai politik. Bahkan tentara itu juga menjadi anggota tarekat.
Tarekat keagamaan meluaskan pengaruh dan organisasinya keseluruh pelosok negeri
menguasai masyarakat melalui suatu jenjang yang terancang dengan baik, dan
memberikan otomomi kedaerahan seluas-luasnya. Setiap desa atau kelompok desa ada
wali lokalnya yang didukung dan dimuliakan sepanjang hidupnya, bahkan dipuja dan
diagung-agungkan setelah kematiannya. Akan tetapi pada saat-saat itu telah terjadi
penyelewengan dalam tarekat-tarekat.
Disamping itu tarekat pada umumnya hanya berorientasi akhirat, tidak mementingkan
dunia, tarekat mengandungkan banyak beribadah saja dan jangan mengikuti dunia ini
karena anggapan, “dunia ini adalah bangkai maka yang mengejar dunia ini adalah
anjing”. Ajaran ini tampaknya menyelewengkan umat islam dari jalan yang harus
ditempuhnya. Demikian juga sifat tawakal, menunggu apa saja yang akan datang,
qadha dan qadar yang sejalan denga faham Asy’ariyah. Para pembaharu dalam dunia
islam melihat bahwa tarekat bukan hanya mencemarkan paham tauhid, tetapi juga
membawa kemunduran bagi umat islam.
Oleh karena itu pada abad ke-19 timbul pemikiran yang sinis terhadap tarekat.
Banyak orang yang menentang dan meninggalkan tarekat ini
9
Ketika itu, corak pemikiran Islam diwarnai oleh tasawwuf. Pemikiran para sufi besar
Ibn Al ‘Araby dan Abu Hamid Al Ghazali sangat berpengaruh terhadap pengamalan-
pengamalan muslimin generasi pertama.
Bahkan, kehadiran tarekat di tengah-tengah masyarakat Indonesia pada masa
penjajahan itu telah memberikan angin segar bagi rakyat jajahan yang ingin
melepaskan diri dari penjajahan. Timbulnya beberapa pemberontakan di Banten pada
tahun 1888, Kediri pada tahun 1888, dan Sidoarjo pada tahun 1904. Dengan hal ini,
terlihat bahwa pada waktu itu tarekat berfungsi tidak hanya sebagai gerakan
keagamaan, tetapi juga gerakan politik dalam menghadapi penjajahan.
Saat ini, tarekat masih mendapat tempat tempat d hati kaum muslimin Indonesia.
Bahkan terus berkembang di kota-kota besar di Indonesia. Juga tidak hanya terbatas
kalangan ekonomi menengah ke bawah, tetapi telah merambah pada kalangan
ekonomi ke atas, bahkan para bangsawan. Hal ini dapat dilihat dari antusiasme warga
setiap acara rutinan jam’iyyah tarekat tertentu.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asal kata “tarekat” dalam bahsa Arab ialah “thariqah” yang berarti jalan,
keadaan, aliran, lantaran, atau garis pada sesuatu.[12] Tarekat adalah jalan yanng
ditempuh para sufi dan dapat digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syariat,
sebab jalan utama disebut syar’, sedangkan anak jalan disebut pendidikan mistik
merupakan cabang dari jalan utama yang terdiri dari hukum Ilahi, tempat thariq.
Ditinjau dari segi historisnya, kapan dan tariqat mana yang mula-mula timbul sebagai
suatu lembaga, sulit diketahui dengan pasti , namun De. Kamil Musthafa asy-Syibi
dalam thesisnya mengungkapkan tokoh pertama yang memperkenalkan sistem tariqat
syaih Abdul Qasiir al-Zailani ( 561 M-1166 H ) di Bagdag, Sayyid Ahmad Ar-Rifa’i
di mesir denagan tariqat Rifa’iyyaah, dan Jalal ad-din ar-rumi (672 H-1273 M) di
Parsi.
Tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tarekat
adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya mendekatkan diri
kepada Allah. Gambaran ini menunjukkan bahwa tarekat adalah tasawuf yang telah
berkembang dengan beberapa variasi tertentu, sesuai dengan spesifikasi yang
diberikan seorang guru kepada muridnya.
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami susun, kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pemakalah khususnya, dan kita semua pada umumnya. Amin
11
DAFTAR PUSTAKA
A. Zuhdi Mudhor, kamus Al-Ashri (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996)hlm. 1231
[2]Prof. DR. M.Sholihin dan DR. Rosihin Anwar, Ilmu Tasawuf (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008)
hlm. 203
[3]A. Mustofa, Akhlak Tasawuf ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2007 ),hal.280.
[4]Prof. DR. M.Sholihin dan DR. Rosihin Anwar, Ilmu Tasawuf (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2008) hlm. 204
[5]Prof. DR. M.Sholihin dan DR. Rosihin Anwar, Ilmu Tasawuf (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008)
hlm. 203
[6]Harun Nasution, Perkembangan Tasawuf di Dunia Islam ( Jakarta: Depag RI, 1986 ), hal.24.
[7]Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf ( Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000 ), hal.167.
[8]Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf ( Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000 ), hlm.168.
[9] Proyek pembinaan pergutan tinggi Agama Sumatera Utara, Pengantar Ilmu Tasawuf, 1981/1982,
hlm.273
[10] A.J. Arbery, Sufisme, George Allen & Unwin Ltd., London, 1963, hlm. 85
[11] M. Solihin, M.Ag., Rosihon Anwar, M.Ag. Ilmu Tasawuf (Bandung; CV Pustaka Setia. 2008),
hlm 221
[12]A. Zuhdi Mudhor, kamus Al-Ashri (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996)hlm. 1231
http://www.makalahkuliyah.tk/2016/01/macam-macam-tarekat.html
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/tasawuf/11/06/30/lnlvfi-
aliranaliran-tarekat-empat-tarekat-utama
12