Anda di halaman 1dari 128

Materi Akhlaq Kelas XII MA. Prog.

Keagamaan Semester 1
TARIKAT DAN TOKOH-TOKOH SERTA AJARANNYA

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR


1. Mengenal Tarikat dan 1.1.Menjelaskan tarikat Qadiriyah dan
tokoh-tokoh serta ajarannya1.2.Menjelaskan tarikat Rifaiyah dan
ajarannya ajarannya1.3.Menjelaskan tarikat Syaziliyah dan
ajarannya1.4.Menjelaskan tarikat Maulawiyah dan
ajarannya

1.5.Menjelaskan tarikat Syatiriyah dan ajarannya

1.6.Menjelaskan tarikat Naqsabandiyah dan ajarannya

1.7.Menjelaskan tarikat Suhrawardiyah dan ajarannya

1. A. PENGERTIAN TAREKAT
2. 1. Pengertian secara Bahasa
1. Tarekat (bahasa Arab: arqah ;jamak ;uruq) berarti jalan atau
metode, dan mengacu pada aliran kegamaan tasawuf atau sufisme dalam Islam.
Ia secara konseptual terkait dengan aqqah atau kebenaran sejati, yaitu cita-
cita ideal yang ingin dicapai oleh para pelaku aliran tersebut. Seorang penuntut
ilmu agama akan memulai pendekatannya dengan mempelajari hukum Islam,
yaitu praktek eksoteris atau duniawi Islam, dan kemudian berlanjut pada jalan
pendekatan mistis keagamaan yang berbentuk arqah. Melalui praktek spiritual
dan bimbingan seorang pemimpin tarekat, calon penghayat tarekat akan berupaya
untuk mencapai aqqah (hakikat, atau kebenaran hakiki).
2. Kata tarekat berasal dari bahasa Arab thariqah, jamaknya tharaiq, yang berarti:
(1) jalan atau petunjuk jalan atau cara, (2) Metode, system (al-uslub), (3) mazhab,
aliran, haluan (al-mazhab), (4) keadaan (al-halah), (5) tiang tempat berteduh,
tongkat, payung (amud al-mizalah).
3. Menurut Al-Jurjani Ali bin Muhammad bin Ali (740-816 M), tarekat ialah
metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah
Taala melalui tahapan-tahapan/maqamat.

Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian, pertama ia berarti metode pemberian
bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri
dengan Tuhan. Kedua, tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai
dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.

1. 2. Pengertian secara istilah

Bila ditinjau dari sisi lain tarekat itu mempunyai tiga sistem, yaitu: sistem kerahasiaan, sistem
kekerabatan (persaudaraan) dan sistem hirarki seperti khalifah tawajjuh atau khalifah suluk,
syekh atau mursyid, wali atau qutub. Kedudukan guru tarekat diperkokoh dengan ajaran wasilah
dan silsilah. Keyakinan berwasilah dengan guru dipererat dengan kepercayaan karamah, barakah
atau syafaah atau limpahan pertolongan dari guru.

Pengertian diatas menunjukkan Tarekat sebagai cabang atau aliran dalam paham tasawuf.
Pengertian itu dapat ditemukan pada al-Thariqah al-Mutabarah al-Ahadiyyah, Tarekat
Qadiriyah, Tarekat Naqsabandiyah, Tarekat Rifaiah, Tarekat Samaniyah dll. Untuk di Indonesia
ada juga yang menggunakan kata tarekat sebagai sebutan atau nama paham mistik yang
dianutnya, dan tidak ada hubungannya secara langsung dengan paham tasawuf yang semula atau
dengan tarekat besar dan kenamaan. Misalnya Tarekat Sulaiman Gayam (Bogor), Tarekat
Khalawatiah Yusuf (Sulawesi Selatan) boleh dikatakan hanya meminjam sebutannya saja.

Istilah Tarekat berasal dari kata Ath-Thariq (jalan) menuju kepada Hakikat atau dengan kata lain
pengalaman Syariat, yang disebut Al-Jaraa atau Al-Amal, sehingga Asy-Syekh Muhammad
Amin Al-Kurdiy mengemukakan tiga macam definisi, yang berturut-turut disebutkan:

1) Tarekat adalah pengamalan syariat, melaksanakan beban ibadah (dengan tekun) dan
menjauhkan (diri) dari (sikap) mempermudah (ibadah), yang sebenarnya memang tidak boleh
dipermudah.

2) Tarekat adalah menjauhi larangan dan melakukan perintah Tuhan sesuai dengan
kesanggupannya; baik larangan dan perintah yang nyata, maupun yang tidak (batin).

3) Tarekat adalah meninggalkan yang haram dan makruh, memperhatikan hal-hal mubah
(yang sifatnya mengandung) fadhilat, menunaikan hal-hal yang diwajibkan dan yang disunatkan,
sesuai dengan kesanggupan (pelaksanaan) di bawah bimbingan seorang Arif (Syekh) dari (Shufi)
yang mencita-citakan suatu tujuan.

Menurut L. Massignon, yang pernah mengadakan penelitian terhadap kehidupan Tasawuf di


beberapa negara Islam, menarik suatu kesimpulan bahwa istilah Tarekat mempunyai dua macam
pengertian.

1. Tarekat yang diartikan sebagai pendidikan kerohanian yang sering dilakukan oleh orang-
orang yang menempuh kehidupan Tasawuf, untuk mencapai suatu tingkatan kerohanian
yang disebut Al-Maqamaat dan Al-Ahwaal.
2. Tarekat yang diartikan sebagai perkumpulan yang didirikan menurut ajaran yang telah
dibuat seorang Syekh yang menganut suatu aliran Tarekat tertentu. Maka dalam
perkumpulan itulah seorang Syekh mengajarkan Ilmu Tasawuf menurut aliran Tarekat
yang dianutnya, lalu diamalkan bersama dengan murid-muridnya.

Secara terminologi, pemaknaan tarekat agak sulit dirumuskan dengan pas, karena pengertian
tarekat ikut berkembang mengikuti perjalanan kesejarahan dan perluasan kawasan
penyebarannya. Dari berbagai sumber klasik maupun kontemporer, nampaknya tarekat dapat
dimaknai sebagai suatu sistem hidup bersama dan kebersamaan dalam keberagamaan sebagai
upaya spiritualisasi pamahaman dan pengamalan ajaran Islam menuju tercapainya marifatuI-
lah. Dalam perspektif ini, secara operasional rumusan ini bisa diartikan sebagai usaha kolektif
dalam upaya tazkiyah an nafs dalam rangka interiorisasi keberagamaan.
Tarekat itu artinya jalan petunjuk dalam melakukan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang
ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan tabiin, turun temurun
sampai kepada guru-guru, sambung menyambung dan rantai berantai.

Menurut Mircea Aliade, kata thariqah digunakan dalam dunia tasawuf sebagai jalan yang harus
di tempuh seorang sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah. Atau metode psikologis-moral
dalam membimbing seseorang untuk mengenali Tuhannya.

Pengertian tarekat menurut Prof.Dr.H.Abubakar Aceh ialah : jalan ,petunjuk dalam melakukan
sesuatu ibadah sesuai dengan ajaran yang telah ditentukan dan dicontohkan oleh nabi
Muhammad SAW dan dikerjakan oleh Sahabat, tabiin , dan tabiit tabiin turun temurun sampai
kepada guru-guru, sambung menyambung dan rantai berantai.

Dari Abu Al-Wafa al-Ghanimi al-Taftazani mengatakan : kata Tariqat pada para sufi mutakhir
dinisbatkan bagi sejumlah probadi sufi yang bergabung dengan seorang guru( Syekh) dan tunduk
dibawah aturan-aturan terperinci dengan jalan rohaniyah ,yang hidup secara kolektif secara
zawiyah, ribath dan khanaqah, atau berkumpul secara periodic dalam acara-acara tertentu, serta
mengadakan berbagai pertemuan ilmiah maupun rohaniyah yang teratur.

Sedangkan J. S. Trimingham menyatakan bahwa tarekat adalah a practical method (other terms
were madhhab, riayah and suluk) to guide a seeker by tracing a way of thought, feeling and
action, leading a succession of stages (maqamat, an integral association with psycological
experiance called states ahwal) to experianceof Divine Reality (haqiqa) , metode praktis
(bentuk-bentuk lainnya, mazhab, riayah, dan suluk) untuk membimbing murid dengan
menggunakan pikiran, perasaan dan tindakan melalui tingkatan-tingkatan (maqamat, kesatuan
yang utuh dari pengalaman jiwa yang disebut states, ahwal) secara beruntun untuk merasakan
hakikat Tuhan.

Tarekat berakar dari pengalaman seorang sufi ahli tasawuf- dalam mengajarkan ilmunya kepada
orang lain, pengajaran mana kemudian dikembangkan pengikutnya. Oleh karena itu, dalam
perkembangannya kemudian, tarekat terkait erat dengan nama guru tasawuf itu. Dalam
pengertian ini, maka penamaan satu tarekat diambil dari nama pimpinan kelompok belajar itu.
Misalnya tarekat Naqsyabandiyah dinamai demikian adalah karena kelompok pembelajaran
tasawuf itu dirintis oleh Bahauddin al- Naqsyaband. Hal ini berarti, nampaknya tarekat mirip
dengan aliran tasawuf the sufi orders-, atau semacam pranata sosial keagamaan yang visi dan
misinya sufism. Dengan demikian tarekat yang pada awalnya dimaknai sebagai metode
mendekatkan diri kepada Allah, berubah menjadi sistem pembelajaran tasawuf yang melembaga.

Dalam tarekat sebagai lembaga, ditemui adanya seorang mursyid atau pembimbing dan biasanya
didampingi satu orang asisten atau lebih, yang disebut khalifah atau wakil, pengikutnya
dinamai murid atau yang berminat. Tempat untuk belajar dan pondokan semacam asrama-
disebut ribath atau zawiyah dan juga dinamai taqiyah yang dalam bahasa persia disebut
khanaqoh.

1. 3. Tujuan dan Dasar Utama Tarekat


Tujuan utama pendirian berbagai tarekat oleh para sufi, termasuk Tarekat Qadiriyah-
Naqsyabandiyah adalah untuk membina dan mengarahkan seseorang agar bias merasakan
hakikat Tuhannya dalam kehidupan sehari-hari melalui perjalanan ibadah yang terarah dan
sempurna. Dalam kegiatan semacam ini, biasanya seorang anggota atau salik (penempuh dan
pencari hakikat ketuhanan) akan diarahkan oleh tradisi-tradisi ritual khas yang terdapat dalam
tarekat bersangkutan sebagai upaya pengembangan untuk bisa menyampaikan mereka ke
wilayah hakikat atau makrifat kepada Allah Azza wa Jalla. Setiap tarekat memilki perbedaan
dalam menentukan metode dan prinsip-prinsip pembinaanya. Meski demikian, tujuan utama
setiap tarekat akan tetap sama, yakni mengharapkan Hakikat Yang Mutlak, Allah Azza wa Jalla.
Secara umum, tujuan utama setiap tarekat adalah penekanan pada kehidupan akhirat, yang
merupakan titik akhir tujuan kehidupan manusia beragama. Sehingga, setiap aktifitas atau amal
perbuatan selalu diperhitungkan, apakah dapat diterima atau tidak oleh Tuhan.

Karena itu, Muhammad Amin al-Kurdi, salah seorang tokoh Tarekat Naqsyabandi, menekankan
pentingnya seseorang masuk ke dalam tarekat, agar bisa memperoleh kesempurnaan dalam
beribadah kepada Tuhannya. Menurutnya, minimal ada tiga tujuan bagi seseorang yang
memasuki dunia tarekat untuk menyempurnakan ibadah. Pertama, supaya terbuka terhadap
sesuatu yang diimaninya, yakni Zat Allah AWT, baik mengenai sifat-sifat, keagungan maupun
kesempurnaan-Nya, sehingga ia dapat mendekatkan diri kepada-Nya secara dekat lagi, serta
untuk mencapai hakikat dan kesempurnaan kenabian dan para sahabatnya. Kedua, untuk
membersihkan jiwa dari sifat-sifat dan akhlak yang keji, kemudian menghiasinya dengan akhlak
yang terpuji dan sifat-sifat yang diridhai (Allah) dengan berpegangan pada para pendahulu
(shalihin) yang telah memiliki sifat-sifat itu. Ketiga, untuk menyempurnakan amal-amal syariat,
yakni memudahkan beramal salih dan berbuat kebajikan tanpa menemukan kesulitan dan
kesusahan dalam melaksanakannya.

Langkah utama dan pertama bagi seseorang yang akan memasuki dunia tarekat adalah kesiapan
untuk menaati aturan-aturan syariat Islam. Karena seluruh aktifitas kehidupan anggota tarekat
akan selalu bersandar pada hukum-hukum syariat, terutam yang terpilih dan memiliki
keunggulan, dan mereka lebih senang menghindari hukum-hukum Islam yang ringan dan mudah.
Karena itu, mencium ambang pintu syariat, kata Abu al- Majdud as-Sanai, merupakan
kewajiban pertama bagi seseorang yang akan menempuh perjalanan mistikini. Di samping itu,
dasar-dasar akidah yang benar juga merupakan pondasi utama bagi berlangsungnya perjalanan
seorang murid dalam tarekat, yakni akidah para salaf salih, para sahabat, tabiin, para wali serta
para shiddiqin yang selalu berpegang pada Al-quran dan Sunnah Nabi SAW. Kedua dasar itu
(akidah dan syariat) sangat diperlukan bagi seorang salik (pencari hakikat ketuhanan), mengingat
perjalanan yang akan mereka tempuh sangat sulit dan mendaki, terutama untuk sampai pada
maqam-maqam yang mereka tuju. Tanpa memilliki aqidah yang kuat, menguasai dan menjalani
kehidupan syariat, maka pencapaian kehidupan tarekat mereka mustahil bisa dilakukan dengan
benar, karena sesungguhnya dalam tarekat terjalin hal-hal yang diterangkan oleh syariat.
Sebaliknya, kehidupan syariat nampak tidak akan seimbang bila tidak diiringi dengan nilai-nilai
yang ada dalam tarekat atau dunia tasawuf secara umum. Peranan tarekat atau tasawuf sebagai
dimensi batin syariat telah diakui oleh para pendiri aliran hukum, yang menenkankan pentingnya
aspek ini dalam pendalaman etika Islam.
Di sinilah tarekat memberikan keseimbangan dalam mengiringi jalannya syariat Islam, sebagai
penghalus untuk meresapkan nilai-nilai hukum yang telah ditetapkan dalam Al-Quran dan
Sunah sehingga bisa mencapaiai hakikatnya. Sebagian besar ulama salaf dalam masyarakat isalm
telah mampu menjaga keseimbangan ini, yakni menjaga jangan sampai syariat terpisah dari
tarekat dan tarekat terasing dari syariat. Vitalitas keagamaan dan spiritual Islam tumbuh dari
kedua dimensi ini (syariat dan tarekat) selama berabadabad, yang secara bersama-sama telah
membentuk tradisi keagamaan yang integraldalam masyarakat religius. Menurut simbolisme sufi
yang cukup terkenal, Islam diumpamakan dengan buah kenari yang kulitnya diibaratkan
syariat, sedangkan isinya adalah tarekat, dan minyaknya yang ada dimana-mana adalah hakikat.
Kenari tanpa kulit tidak akan tumbuh di alam, begitu pula bila tanpa isi, ia tidak akan
mempunyai arti apa-apa. Syariat tanpa tarekat seperti tubuh tanpa jiwa, dan tarekat tanpa syariat
pasti tidak akan mempunyai bentuk lahiriah serta tidak akan mampu bertahan dan mewujudkan
dirinya di dunia ini. Bagi keseluruhan tradisi, keduanya mutlak diperlukan. Di sinilah secara
universal rekat telah menunjukkan tujuannya sebagai penyempuna dalam memberikan
keseimbangan bagi setiap hamba untuk menjalankan ajaran islam dan mengantarkan mereka
menuju pintu hakikatnya. Melalui latihan-latihan mental dan spiritual (riyadhah)- nya, tarekat
telah menunjuk kan metode praktisnya dalam memberikan nilai-nilai keseimbangan tadi.

1. 4. Perkembangan Tarekat dalam Dunia Islam

Dilihat dari sisi historisnya, kapan dan tarekat mana yang mula-mula timbul sebagai lembaga,
sulit diketahui karena tiadanya artifact sejarah yang jelas. Dari beberapa literatur yang dirujuk,
nampaknya Tarekat Taifuriyah adalah tarekat tertua. Tarekat ini berdiri pada abad ke-IX di
Persia yang mengembangkan tasawuf Abu Yazid al-Busthami al-Taifuriyah. Pendapat ini
dipandang cukup beralasan, karena tarekat ini menganut paham tasawuf Abu Yazid al-Busthami.
Pada umumnya tarekat yang berkembang di Persia, menganut paham tasawuf Abu Yazid yang
lahir di Taifur, satu desa yang terletak di Khurasan Persia atau Iran. Namun perkembangan nyata
keberadaan tarekat adalah sekitar abad ke XII di dua daerah basis, yaitu di Khurasan (Persia) dan
Mesopotamia (Irak). Tarekat yang bermunculan di daerah Khurasan beraliran tasawuf Abu
Yazid, sedangkan tarekat yang berkembang di Mesopotamia berakar pada tasawuf Junaid al-
Baghdadi. Pada era abad dua belas itu, di Khurasan berdiri tarekat Yasaviyah yang dipelopori
oleh Ahmad al-Yasavi (w. 1169) dan tarekat khawajaganiyah yang didirikan oleh Abdul Khaliq
al- Ghazdawani (1220).

Tarekat Yasaviyah melebarkan sayapnya ke kawasan Turki dengan nama baru tarekat
Bektashiyah diidentikkan dengan nama pendirinya Muhammad Atha bin Ibrahim Hajji
Bekhtash (w.1335). Tarekat ini cukup populer pada masa kekuasaan Sultan Murad I, karena
tarekat itu memiliki komando sebagai kekuatan inti kerajaan Turki Osmani, yang disebut
jenissari. Tarekat Naqsyabandiyah adalah salah satu tarekat yang merupakan pengembangan
dari tarekat Khawajaganiyah yang didirikan oleh Muhammad Bahauddin al-Naqsyaband al-
Awisi al-Bukhari (w.1335) . Dalam perkembangan selanjutnya, tarekat ini menyebar ke Turki,
India dan Indonesia dengan nama baru sesuai dengan pendirinya di kawasan setempat. Di
Indonesia tarekat yang merupakan cabang dari Naqsyabandiyah, antara lain tarekat Khalidiyah,
Muradiyah, Mujaddidah., Ahsaniyah dan lain-lain. Selain dari kedua tarekat induk tadi, tarekat
yang tergolong rumpun Khurasan masih banyak lagi yang berpengaruh dalam dunia tarekat,
seperti tarekat Khalwatiyah yang didirikan oleh Umar al-Khalwati (w.1397). Di kawasan Mesir
tarekat ini didirikan oleh Ibrahim Ghulseni (1534) yang kemudian berganti nama tarekat
Sammaniyah yang didirikan oleh Muhammad Ibn Abdul Karim as-Sammani (w.1775), tarekat
ini disebut juga dengan nama Tarekat Hafniyah.

Tarekat yang berasal dari rumpun Mesopotamia-Irak anutannya berakar pada tasawuf Abdul
Qasim al-Junaidi yang meninggal sekitar tahun 910 atau menganut paham tasawuf Abdul Qadir
al-Jailani (w.1078). Tarekat Suhrawardiyah yang dirintis oleh Abu Hafs as Suhrawardi (w.1234),
tarekat Kubrawiyah yang dipelopori Najamuddin al-Kubra (w.1221) dan tarekat Maulawiyah
yang didirikan oleh Jalaludin al-Rummi (w.1273), adalah tarekat-tarekat besar yang mengacu
pada tasawuf al-Junaidi. Tarekat Kubrawiyah cukup digemari di India dan Pakistan, sedangkan
Tarekat Maulawiyah berkembang subur diwilayah Turki, Tarekat Qadariyah yang dibangun oleh
Muhyidin Abdul Qadir al- Jaelani di Irak, melebarkan ajaran tasawufnya melalui tarekat
Shadziliyah yang didirikan oleh Nuruddin as-Shadzili (w.1258) dan tarekat Rifaiyah yang
dirintis oleh Ahmad Ibn Ali Ar-Rifai (w. 1182). Tarekat yang berasal dari rumpun Qadiriyah,
tersebar luas dihampir seluruh negeri islam. Tarekat Faridiyah yang mengilhami lahirnya tarekat
Sanusiyah dan Idrisiyah di kawasan Afrika Utara, adalah tarekat yang termasuk rumpun
Qadiriyah yang berakar pada tasawuf Dzuan Nun al-Mishri (w.860). Tarekat Qadariyah masuk
ke kawasan India atas jasa Muhammad al-Ghawth dengan mendirikan tarekat Ghawthiya sekitar
tahun 1617.
Oleh karena banyaknya penyebaran tarekat dari satu induk saja, maka terasa sulit menelusuri
perkembangan dan pertumbuhan tarekat secara sistematis. Tetapi yang jelas, cabang-cabang atau
tarekat baru yang berdiri itu adalah karena tersebarnya abituren satu tarekat ke berbagai kawasan.
Di antara abituren itu, pasti ada sekian orang yang mendapat wewenang untuk membuka tarekat
baru di daerah asalnya masing-masing. Dengan cara demikian maka dari satu Ribath induk dapat
melahirkan beberapa ribath cabang, dan dari satu ribath cabang dapat pula berkembang menjadi
banyak ribath ranting dan seterusnya berkembang secara diasporis. Namun demikian
perkembangan satu tarekat induk kekawasan manapun atau sebanyak apapun, nilai anutannya
tetap sama seperti tarekat induknya. Dengan kata lain, penyebaran itu hanyalah dalam segi
jumlah tetapi tidak menyentuh aspek anutannya. Kehidupan tarekat di Indonesia cukup subur dan
banyak pengikut, karena sesuai dengan kultur mayoritas bangsa ini. Hal ini terbukti dari
banyaknya ribath-ribath yang menyebar di hampir seluruh kawasan nusantara. Namun yang
cukup luas dikenal masyarakat dan banyak pengikutnya, antara lain : Qadiriyah,
Naqsyabandiyah, Sammaniyah, Khalidiyah, Rifaiyah dan Khalwatiyah. Menurut Jumhur Ulama
Pada abad ini terdapat 41 thariqah. Masing-masing mempunyai Syekh.

1. 5. Urgensi Mursyid dalam Tariqat

Secara luas, kata mursyid berasal dari irsyad yang artinya petunjuk. Sedangkan pelakunya
adalah mursyid yang artinya orang yang ahli dalam memberi petunjuk dalam bidang agama.

Menurut pengertian ini, yang disebut mursyid adalah orang-orang yang ditugasi oleh Allah Swt
untuk menuntun, membimbing dan menunjukkan manusia ke jalan yang lurus atau benar dan
menghindarkan manusia dari jalan yang sesat. Tentu saja mereka sebelum ditugasi oleh Allah
telah mendapat pengajaran terlebih dahulu dan mendapatkan bekal yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas pembimbingan.
Menurut Rasulullah Saw, bahwa jajaran petugas-petugas Allah Swt memimpin dan membimbing
umat adalah para Nabi, para Rasul, dan para Khalifah Allah (Khulafaur Rasyidin al Mahdiyyin)
yakni Khalifah Allah dan Khalifah Rasulullah yang memberi petunjuk dan mendapat petunjuk
dari Allah Swt, Nabi bersabda :

Dari Abu Hurairah ra. menyatakan: Rasulullah Saw bersabda: Dahulu kaum Bani Israil
dipimpin oleh para Nabi. Setiap seorang nabi meninggal dunia, maka diganti seorang nabi
lainnya. Maka sesungguhnya tidak ada nabi yang menggantikan setelah aku meninggal dunia,
Namun yang menggantikanku adalah khalifah-khalifah. Maka mereka banyak mempunyai
pengikut-pengikut , Sahabat bertanya, Wahai Rasul apa yang engkau perintahkan pada kami?
Rasul menjawab, Laksanakan baiat seperti baiat pertama kali di hadapan mereka dan tunaikan
hak-hak mereka, Kalian mintalah kepada Allah yang menjadi bagian kalian, karena Allah Taala
menanyakan tentang apa yang mereka pimpin. (HR. Bukhari Muslim).

Pengertian Mursyid secara terbatas pada kalangan sufi dan ahli thareqat adalah orang yang
pernah membaiat dan menalqin atau mengajari kepada murid tentang teknik-teknik bermunajat
kepada Allah berupa teknik dzikir atau beramalan-amalan saleh.

Mursyid adalah guru yang membimbing kepada murid untuk berjalan menuju Allah Swt dengan
menapaki jalannya. Dengan bimbingan guru itu, murid meningkat derajatnya di sisi Allah,
mencapai Rijalallah, dengan berbekal ilmu syariat dan ilmu hakikat yang diperkuat oleh al
Quran dan as sunah serta mengikuti jejak ulama pewaris nabi dan ulama yang telah terdidik oleh
mursyid sebelumnya dan mendapat izin dari guru di atasnya untuk mengajar umat. Guru yang
dimaksud adalah guru yang hidup sezaman dengan murid dan mempunyai tali keguruan sampai
nabi Muhammad Saw. Guru yang demikian itu adalah yang sudah Arif Billah, tali penyambung
murid kepada Allah, dan merupakan pintu bagi murid masuk kepada istana Allah. Dengan
demikian guru merupakan faktor yang penting bagi murid untuk mengantarkannya menuju
diterimanya taubat dan dibebaskannya dari kelalaian.

Dalam perjalanan menuju Allah Swt, murid wajib baginya menggunakan mursyid atau
pembimbing. Syekh Abu Yazid al Busthomi berkata :




Orang yang tidak mempunyai syeikh mursyid, maka syekh mursyidnya adalah syetan.

Muhammad Amin al Kurdi dalam kitanya yang bejudul Tanwirul Qulub fi muamalati alamil
ghulub menjelaskan bahwa pada saat murid ingin meniti jalan menuju Allah (thareqatullah), ia
harus bangkit dari kelalaian. Perjalanan itu harus didahului dengan taubat dan segala dosa
kemudian ia melakukan amal saleh. Setelah itu ia harus mencari seorang guru mursyid yang ahli
keruhanian yang mengetahui penyakit-penyakit kejiwaan dari murid-muridnya. Guru tersebut
hidup semasa dengannya. Yaitu seorang guru yang terus meningkatkan diri ke berbagai
kedudukan kesempurnaan, baik secara syariat maupun hakikat. Perilakunya juga sejalan dengan
al Quran dan al Sunnah serta mengikuti jejak langkah para ulama pendahulunya. Secara berantai
hingga kepada Nabi Saw. Gurunya itu juga telah mendapat lisensi atau izin dari kakek gurunya
untuk menjadi seorang mursyid dan pembimbing keruhanian kepada Allah Swt, sehingga murid
berhasil diantarkan kepada maqam-maqam dalam tasawuf dan thareqat. Penentuan guru ini juga
tidak boleh atas dasar kebodohan dan mengikuti nafsu. (Amin al Kurdi, Tanwirul Qulub,
hlm.524)
Sebelum ia menjadi mursyid yang arif billahi, seseorang harus mendapat tarbiah atau pendidikan
dari guru yang selalu mengawasi perkembangan ruhani murid, sehingga murid mencapai maqam
shiddiq. Kemudian diizinkan oleh guru untuk membaiat kepada calon murid dengan mengajari
mereka.

Tampilnya menjadi mursyid itu bukan kehendak dirinya tapi kehendak gurunya, dengan
demikian orang yang memunculkan dirinya sebagai mursyid tanpa seizin guru maka ia sangat
membahayakan kepada calon muridnya. Murid yang di bawah bimbingannya itu akan
mengalami keterputusan. Berarti mursyid yang palsu ini menjadi penghalang muridnya menuju
Allah dan dosa-dosa mereka akan ditanggung oleh mursyid jadi-jadian itu. (Amin al Kurdi: tt,
hlm. 525)
Seluruh pembelajaran dan pengajaran serta bimbingan mesti bersesuaian dengan isi, terutama
bagian dalam al Quran dan al Sunnah serta sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh nabi dan
ulama pewarisnya. Orang yang menyandang demikian itulah yang layak dicontoh / diteladani
oleh murid-muridnya, syaikh Imam Junaid al Baghdadi mengatakan :

Ilmu kami diperkuat dengan dalil-dalil al Quran dan al Hadits, maka siapa yang tidak membaca
al Quran dan tidak menulis hadits, serta tidak duduk sering-sering dengan ulama, maka ia tidak
layak menjadi panutan di dalam perkara-perkara (thareqat) ini.

Dengan keterangan di atas, mursyid semestinya adalah orang yang tergolong ulama, pemimpin
umat yang bersifat kamil lagi mukammil yakni pribadinya bersih dan suci serta berakhlak yang
terpuji, dan mampu menyempurnakan akhlak murid-muridnya. Mursyid adalah kuat
keyakinannya dan menjadi kekasih Tuhan, membawa berkah untuk umatnya serta rahmat bagi
kaumnya. Ia mengetahui berbagai penyakit ruhani dan jasmani muridnya, mampu
menyembuhkan penyakit-penyakit tersebut atau mampu mengajarkan teknik-teknik
penyembuhan dan pengobatan jasmani dan ruhani. Mampu menyelesaikan persoalan-persoalan
yang rumit yang membelenggu umat dengan kekeramatan dan maunah yang diberikan oleh Allah
kepadanya.

1. 6. Kemampuan dan syarat syarat Musyid

Idealnya seorang guru mursyid atau syaikh dalam thareqat memenuhi kemampuan-kemampuan
dan harapan di mata muridnya sebagai berikut :

1. Syaikh al Iradah, yaitu tingkat tertinggi dalam thareqat yang iradahnya (kehendaknya)
telah bercampur dan bergabung dengan hukum tuhan, sehingga dari syaikh itu atau atas
pengaruhnya orang yang meminta petunjuk menyerahkan jiwa dan raganya secara total.
2. Syaikh al Iqtida, yaitu guru yang tindak tanduknya sebaiknya ditiru oleh murid,
demikian pula perkataan dan perbuatannya seyogyanya diikuti.
3. Syaikh at Tabarruk, yaitu guru yang selalu dikunjungi oleh orang-orang yang meminta
petunjuk, sehingga berkahnya melimpah kepada mereka.
4. Syaikh al Intisab, ialah guru yang atas campur tangan dan sifat kebapakannya, maka
orang yang meminta petunjuknya akan beruntung, lantaran bergantung kepadanya.
Dalam hubungan ini orang itu akan menjadi khadamnya (pembantunya) yang setia, serta
rela menerima berbagai perintahnya yang berkaitan dengan tugas-tugas keduniaan.
5. Syaikh at Talqin, adalah guru keruhanian yang mengajar setiap individu anggota thareqat
dengan berbagai doa atau wirid yang selalu harus diulang-ulang.
6. Syaikh at Tarbiyah, adalah guru yang melaksanakan urusan-urusan para pemula dari
pengamal thareqat.

Dalam kitab Al-Mafaakhirul Aliyah, karya Ahmad bin Muhammad bin Ayyad, ditegaskan,
dengan mengutip ungkapan Sulthanul Auliya Syekh Abul Hasan asy-Syadzily ra, bahwa
syarat-syarat seorang Syekh atau Mursyid yang layak minimal ada lima:

1. Memiliki sentuhan rasa ruhani yang jelas dan tegas.


2. Memiliki pengetahuan yang benar.
3. Memiliki cita (himmah) yang luhur.
4. Memiliki perilaku ruhani yang diridhai.
5. Memiliki matahati yang tajam untuk menunjukkan jalan Ilahi.

Sebaliknya kemursyidan seseorang gugur manakala melakukan salah satu tindakan berikut:

1. Bodoh terhadap ajaran agama.


2. Mengabaikan kehormatan ummat Islam.
3. Melakukan hal-hal yang tidak berguna.
4. Mengikuti selera hawa nafsu dalam segala tindakan.
5. Berakhlaq buruk tanpa peduli dengan perilakunya.

Syekh Abu Madyan ra- menyatakan, siapa pun yang mengaku dirinya mencapai tahap ruhani
dalam perilakunya di hadapan Allah Swt. lalu muncul salah satu dari lima karakter di bawah ini
maka, orang ini adalah seorang pendusta ruhani:

1. Membiarkan dirinya dalam kemaksiatan.


2. Mempermainkan thaat kepada Allah.
3. Tamak terhadap sesama makhuk.
4. Kontra terhadap Ahlullah
5. Tidak menghormati sesama ummat Islam sebagaimana diperintahkan Allah Swt.

Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili mengatakan, Siapa yang menunjukkan dirimu kepada dunia,
maka ia akan menghancurkan dirimu. Siapa yang menunjukkan dirimu pada amal, ia akan
memayahkan dirimu. Dan barangsiapa menunjukkan dirimu kepada Allah Swt. maka, ia pasti
menjadi penasehatmu.

Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam mengatakan, Janganlah berguru pada
seseorang yang yang tidak membangkitkan dirimu untuk menuju kepada Allah dan tidak pula
menunjukkan wacananya kepadamu, jalan menuju Allah.
Seorang Mursyid yang hakiki, menurut Asy-Syadzili adalah seorang Mursyid yang tidak
memberikan beban berat kepada para muridnya. Dari kalimat ini menunjukkan bahwa banyak
para guru sufi yang tidak mengetahui kadar bathin para muridnya, tidak pula mengetahui masa
depan kalbu para muridnya, tidak pula mengetahui rahasia Ilahi di balik nurani para muridnya,
sehingga guru ini, dengan mudahnya dan gegabahnya memberikan amaliyah atau tugas-tugas
yang sangat membebani fisik dan jiwa muridnya. Jika seperti demikian, guru ini bukanlah guru
yang hakiki dalam dunia sufi.

Jika secara khusus, karakteristik para Mursyid sedemikian rupa itu, maka secara umum, mereka
pun berpijak pada lima (5) prinsip thariqat itu sendiri:

1. Taqwa kepada Allah swt. lahir dan batin.


2. Mengikuti Sunnah Nabi Saw. baik dalam ucapan maupun tindakan.
3. Berpaling dari makhluk (berkonsentrasi kepada Allah) ketika mereka datang dan pergi.
4. Ridha kepada Allah, atas anugerah-Nya, baik sedikit maupun banyak.
5. Dan kembali kepada Allah dalam suka maupun duka.

Manifestasi Taqwa, melalaui sikap wara dan istiqamah. Perwujudan atas Ittiba sunnah Nabi
melalui pemeliharaan dan budi pekerti yang baik. Sedangkan perwujudan berpaling dari makhluk
melalui kesabaran dan tawakal. Sementara perwujudan ridha kepada Allah, melalui sikap
qanaah dan pasrah total. Dan perwujudan terhadap sikap kembali kepada Allah adalah dengan
pujian dan rasa syukur dalam keadaan suka, dan mengembalikan kepada-Nya ketika
mendapatkan bencana.

Secara keseluruhan, prinsip yang mendasari di atas adalah:

1. Himmah yang tinggi,


2. Menjaga kehormatan,
3. Bakti yang baik,
4. Melaksanakan prinsip utama; dan
5. Mengagungkan nikmat Allah Swt.

Dari sejumlah ilusttrasi di atas, maka bagi para penempuh jalan sufi hendaknya memilih seorang
Mursyid yang benar-benar memenuhi standar di atas, sehingga mampu menghantar dirinya
dalam penempuhan menuju kepada Allah Swt.

Rasulullah saw. adalah teladan paling paripurna. Ketika hendak menuju kepada Allah dalam
Isra dan Miraj, Rasulullah Saw. senantiasa dibimbing oleh Malaikat Jibril as. Fungsi Jibril di
sini identik dengan Mursyid di mata kaum sufi. Hal yang sama, ketika Nabiyullah Musa as, yang
merasa telah sampai kepada-Nya, ternyata harus diuji melalui bimbingan ruhani seorang Nabi
Khidir as. Hubungan Musa dan Khidir adalah hubungan spiritual antara Murid dan Syekh. Maka
dalam soal-soal rasional Musa as sangat progresif, tetapi beliau tidak sehebat Khidir dalam soal
batiniyah.

Karena itu lebih penting lagi, tentu menyangkut soal etika hubungan antara Murid dengan
Mursyidnya, atau antara pelaku sufi dengan Syekhnya. Syekh Abdul Wahhab asy-Syarani, (W.
973 H) secara khusus menulis kitab yang berkaitan dengan etika hubungan antara Murid dengan
Mursyid tersebut, dalam Lawaqihul Anwaar al-Qudsiyah fi Marifati Qawaidus Shufiyah.

1. 7. Tahapan-tahapan Tarekat

Empat tingkatan spiritual


Bagan yang menggambarkan kedudukan tarekat dalam empat tingkatan spiritual (syariah,
tariqah, haqiqah, dan marifah yang dianggap tidak terlihat)

Kaum sufi berpendapat bahwa terdapat empat tingkatan spiritual umum dalam Islam, yaitu
syariat, tariqah, haqiqah, dan tingkatan keempat marifat yang merupakan tingkatan yang tak
terlihat. Tingkatan keempat dianggap merupakan inti dari wilayah hakikat, sebagai esensi dari
seluruh tingkatan kedalaman spiritual beragama tersebut.

Dari pengertian diatas, maka Tarekat itu dapat dilihat dari dua sisi; yaitu amaliyah dan
perkumpulan (organisasi). Sisi amaliyah merupakan latihan kejiwaan (kerohanian); baik yang
dilakukan oleh seorang, maupun secara bersama- sama, dengan melalui aturan-aturan tertentu
untuk mencapai suatu tingkatan kerohanian yang disebut Al-Maqaamaat dan Al-Akhwaal,
meskipun kedua istilah ini ada segi perbedaannya. Latihan kerohanian itu, sering juga disebut
Suluk, maka pengertian Tarekat dan Suluk adalah sama, bila dilihat dari sisi amalannya
(prakteknya). Tetapi kalau dilihat dari sisi organisasinya (perkumpulannya), tentu saja pengertian
Tarekat dan Suluk tidak sama

Kembali kepada masalah Al-Maqaamaat dan Al-Akhwaal, yang dapat dibedakan dari dua segi:

a) Tingkat kerohanian yang disebut maqam hanya dapat diperoleh dengan cara pengamalan
ajaran Tasawuf yang sungguh-sungguh. Sedangkan ahwaal, di samping dapat diperoleh manusia
yang mengamalkannya, dapat juga diperoleh manusia hanya karena anugrah semata-mata dari
Tuhan, meskipun ia tidak pernah mengamalkan ajaran Tasawuf secara sungguh-sungguh.

b) Tingkatan kerohanian yang disebut maqam sifatnya langgeng atau bertahan lama, sedangkan
ahwaal sifatnya sementara; sering ada pada diri manusia, dan sering pula hilang. Meskipun ada
pendapat Ulama Tasawuf yang mengatakan bahwa maqam dan ahwaal sama pengertiannya,
namun penulis mengikuti pendapat yang membedakannya beserta alasan-alasannya.

Tentang jumlah tingkatan maqam dan ahwaal, tidak disepakati oleh Ulama Tasawuf. Abu Nashr
As-Sarraaj mengatakan bahwa tingkatan maqam ada tujuh, sedangkan tingkatan ahwaal ada
sepuluh. Adapun tingkatan maqam menurut Abu Nashr As-Sarraj, dapat disebutkan sebagai
berikut:

1. Tingkatan Taubat (At-Taubah); T

a) Tingkatan pemeliharaan diri dari perbuatan yang haram dan yang makruh, serta yang syubhat
(Al-Wara);
b) Tingkatan meninggalkan kesenangan dunia (As-Zuhdu).

c) Tingkatan memfakirkan diri (Al-Faqru).

d) Tingkatan Sabar (Ash-Shabru).

e) Tingkatan Tawakkal (At-Tawakkul).

f) Tingkatan kerelaaan (Ar-Ridhaa).

1. Mengenai tingkatan hal (al-ahwaal) menurut Abu Nash As Sarraj, dapat dikemukakan
sebagai berikut;

a) Tingkatan Pengawasan diri (Al-Muraaqabah)

b) Tingkatan kedekatan/kehampiran diri (Al-Qurbu)

c) Tingkatan cinta (Al-Mahabbah)

d) Tingkatan takut (Al-Khauf)

e) Tingkatan harapan (Ar-Rajaa)

f) Tingkatan kerinduan (Asy-Syauuq)

g) Tingkatan kejinakan atau senang mendekat kepada perintah Allah (Al-Unsu).

h) Tingkatan ketengan jiwa (Al-Itminaan)

i) Tingkatan Perenungan (Al-Musyaahaah)

j) Tingkatan kepastian (Al-Yaqiin).

1. B. TAREKAT QODIRIYAH DAN AJARANNAYA


1. 1. Tokoh Pendiri Tarekat Qodiriyah Dan Perkembanganya

Tarekat Qodiriyah adalah nama sebuah tarekat yang didirikan oleh Syeikh Muhyidin Abu
Muhammad Abdul Qodir Jaelani Al Baghdadi QS. Tarekat Qodiriyah berkembang dan berpusat
di Iraq dan Syria kemudian diikuti oleh jutaan umat muslim yang tersebar di Yaman, Suriah,
Turki, Mesir, India, Kamerun,Kongo,Mauritania & Tanzania,& wilayah Asia tengah,serta di
tempat2 la,. Di indonesia,tradisi tarekat ini jg masih melekat di masyarakat kita.Syekh Abdul
Qadir al-jailani merupakan tokoh yg sgt masyhur.Namanya selalu disebut dlm tradisi Tawasul
acara2 keagamaan. Tarekat ini sudah berkembang sejak abad ke-13. Namun meski sudah
berkembang sejak abad ke-13, tarekat ini baru terkenal di dunia pada abad ke 15 M. Di Makkah,
tarekat Qodiriyah sudah berdiri sejak 1180 H/1669 M.

Tarekat Qodiryah didirikan oleh Syeikh Abdul Qodir Jaelani (wafat 561 H/1166M) yang
bernama lengkap Muhy al-Din Abu Muhammad Abdul Qodir ibn Abi Shalih Zango Dost al-
Jaelani. Lahir di Nif, distrik Gilan, sebelah selatan Laut Kaspia.tahun 470 H/1077 M dan wafat
di Baghdad pada 561 H/1166 M. Dalam usia 8 tahun ia sudah meninggalkan Jilan menuju
Baghdad pada tahun 488 H/1095 M. Karena tidak diterima belajar di Madrasah Nizhamiyah
Baghdad, yang waktu itu dipimpin Ahmad al-Ghazali, yang menggantikan saudaranya Abu
Hamid al-Ghazali. Tapi, dia tetap belajar sampai mendapat ijazah dari gurunya yang bernama
Abu Yusuf al-Hamadany (440-535 H/1048-1140 M) di kota yang sama itu sampai mendapatkan
ijazah.

Pada tahun 521 H/1127 M, dia mengajar dan berfatwa dalam semua madzhab pada masyarakat
sampai dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun Abdul Qadir Jaelani menghabiskan waktunya
sebagai pengembara sufi di Padang Pasir Iraq dan akhirnya dikenal oleh dunia sebagai tokoh sufi
besar dunia Islam. Selain itu dia memimpin madrasah dan ribath di Baggdad yang didirikan sejak
521 H sampai wafatnya di tahun 561 H. Madrasah itu tetap bertahan dengan dipimpin anaknya
Abdul Wahab (552-593 H/1151-1196 M), diteruskan anaknya Abdul Salam (611 H/1214 M).
Juga dipimpinan anak kedua Abdul Qadir Jaelani, Abdul Razaq (528-603 H/1134-1206 M),
sampai hancurnya Bagdad pada tahun 656 H/1258 M.

Sejak itu tarekat Qodiriyah terus berkembang dan berpusat di Iraq dan Syria yang diikuti oleh
jutaan umat yang tersebar di Yaman, Turki, Mesir, India, Afrika dan Asia. Namun meski sudah
berkembang sejak abad ke-13, tarekat ini baru terkenal di dunia pada abad ke 15 M. Di India
misalnya baru berkembang setelah Muhammad Ghawsh (w 1517 M) juga mengaku keturunan
Abdul Qodir Jaelani. Di Turki oleh Ismail Rumi (w 1041 H/1631 M) yang diberi gelar (mursyid
kedua). Sedangkan di Makkah, tarekat Qodiriyah sudah berdiri sejak 1180 H/1669 M.

Syaikh Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qodir Al-Jaelani Al-Baghdadi QS, ini adalah urutan
ke 17 dari rantai mata emas mursyid tarekat. Garis Salsilah tarekat Qodiriyah ini berasal dari
Sayidina Muhammad Rasulullah SAW, kemudian turun temurun berlanjut melalui Sayidina Ali
bin Abi Thalib ra, Sayidina Al-Imam Abu Abdullah Al-Husein ra, Sayidina Al-Imam Ali Zainal
Abidin ra, Sayidina Muhammad Baqir ra, Sayidina Al-Imam Jafar As Shodiq ra, Syaikh Al-
Imam Musa Al Kazhim, Syaikh Al-Imam Abul Hasan Ali bin Musa Al Rido, Syaikh Maruf Al-
Karkhi, Syaikh Abul Hasan Sarri As-Saqoti, Syaikh Al-Imam Abul Qosim Al Junaidi Al-
Baghdadi, Syaikh Abu Bakar As-Syibli, Syaikh Abul Fadli Abdul Wahid At-Tamimi, Syaikh
Abul Faraj Altartusi, Syaikh Abul Hasan Ali Al-Hakkari, Syaikh Abu Said Mubarok Al
Makhhzymi, Syaikh Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qodir Al-Jaelani Al-Baghdadi QS.

Tarekat Qodiriyah ini dikenal luwes. Yaitu bila murid sudah mencapai derajat syeikh, maka
murid tidak mempunyai suatu keharusan untuk terus mengikuti tarekat gurunya. Bahkan dia
berhak melakukan modifikasi tarekat yang lain ke dalam tarekatnya. Hal itu seperti tampak pada
ungkapan Abdul Qadir Jaelani sendiri, Bahwa murid yang sudah mencapai derajat gurunya,
maka dia jadi mandiri sebagai syeikh dan Allah-lah yang menjadi walinya untuk seterusnya.
Mungkin karena keluwesannya tersebut, sehingga terdapat puluhan tarekat yang masuk dalam
kategori Qodiriyah di dunia Islam. Seperti Banawa yang berkembang pada abad ke-19,
Ghawtsiyah (1517), Junaidiyah (1515 M), Kamaliyah (1584 M), dan lain-lain, semuanya berasal
dari India. Di Turki terdapat tarekat Hindiyah, Khulusiyah,dal lain-lain. Dan di Yaman ada
tarekat Ahdaliyah, Asadiyah, Mushariyyah. Sedangkan di Afrika diantaranya terdapat tarekat
Ammariyah, Tarekat Bakkaiyah, dan lain sebagainya.

Di Indonesia, pencabangan tarekat Qodiriyah ini secara khusus oleh Syaikh Achmad Khotib Al-
Syambasi digabungkan dengan tarekat Naqsyabandiyah menjadi tarekat Qodiriyah Wa
Naqsyabandiyah . Kemudian garis salsilahnya yang salah satunya melalui Syaikh Abdul Kaim
Tanara Al-Bantani berkembang pesat di seluruh Indonesia.

Syaikh Abdul Karim Tanara Al-Bantani ini berasal dari Banten dan merupakan ulama Indonesia
pertama yang menjadi Imam Masjidil Haram. Selanjutnya jalur salsilahnya berlanjut ke Syaikh
Abdullah Mubarok Cibuntu atau lazim dikenal sebagai Syaikh Abdul Khoir Cibuntu Banten.
Terus berlanjut ke Syaikh Nur Annaum Suryadipraja bin Haji Agus Tajudin yang berkedudukan
di Pabuaran Bogor. Selanjutnya garis salsilah ini saat ini berlanjut ke Syaikh Al Waasi Achmad
Syaechudin.

Syaikh Al Waasi Achmad Syaechudin selain mempunyai sanad dari tarekat Qodiriyah Wa
Naqsyabandiyah juga khirkoh dari tarekat Naqsyabandiyah dari garis salsilah Syaikh Jalaludin.
Ia sampai dengan hari ini meneruskan tradisi tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah dengan
kholaqoh dzikirnya yang bertempat di Bogor Baru kotamadya Bogor propinsi Jawa Barat.

Jalan ini diadakan oleh para pengikut Abdul Qadir dari Gilan dan menggunakan terminologi
sangat sederhana yang kemudian hari digunakan oleh orang-orang Rosicrucia di Eropa. Semua
kaum darwis menggunakan bunga mawar (ward) sebagai suatu lencana dan simbol dari
persamaan bunyi (rima) dari kata wird (latihan konsentrasi-mengingat Allah).

Abdul Qadir, pendiri tarekat Qadiriyah, termasuk dalam suatu peristiwa yang memberinya
julukan Mawar dari Baghdad. Hal itu dikaitkan bahwa Baghdad telah demikian penuh dengan
para guru kebatinan (mistik), ketika Abdul Qadir tiba di kota, maka diputuskan untuk
mengiriminya sebuah pesan. Kaum mistik oleh karena itu mengirimkan kepadanya, di pinggiran
kota, sebuah bejana yang diisi penuh dengan air. Maksudnya sudah jelas: Cawan Baghdad
sudah penuh. Meski musim kemarau dan di luar musim, Abdul Qadir telah menghasilkan bunga
mawar yang berkembang penuh, yang dia letakkan di atas air dalam bejana tersebut,
menunjukkan kekuatannya yang luar biasa dan juga bahwa masih ada tempat bagi dirinya.

Ketika tanda-tanda ini telah dibawa kepada mereka, kumpulan kaum kebatinan tersebut
berteriak, Abdul Qadir adalah mawar kami, dan mereka pun cepat-cepat mengantarkannya ke
kota.

1. 2. Ajaran Tarekat Qodiriyah

Adapun pengertian Tareqat Qodiriyah ialah : seperti yang telah dikatakan oleh
Prof.Dr.Hamka,tharekat-tharekat itu berdiri sendiri, dibawah pimpinan syekh dan memakai
nama dibangsakan kepada syekh-syekhnya itu. Yang sangat terkenal ialah tareqat Qodiriyah
yang didirikan dan dibangsakan kepada sayyid Abdul Qodir Jailani di negeri Baghdad..

Menurut Huston Smith dalam The Concise Encyclopedia of Islam, bahwa Syekh Abdul Qodir
Jailani adalah peletak dasar-dasar tareqat Qodiriyah.tariat ini adalah yang pertama lahir dengan
memiliki bentuk dan karakteristik tersendiri.Menurut keterangan lain bahwa tareqat ini lahir
setelah wafatnya Syekh Abdul Qodir Jailani dan dibangun oleh orang-orang yang menganut dan
meneruskan ajarannya. Dengan kata lain dia tidak mendirikan tareqat Qodiriyah.

Tareqat Qodiriyah bermula dari ribath dan madrasah Syekh Abdul Qodir Jailani, tempat dia
menyampaikan ajaran-ajaran tasawufnya. Dia memimpin tempat tersebut sejak tahun 521 H
hingga wafatnya tahun 561 H .setelah itu ribath diteruskan kepemimpinannya oleh anak-anaknya
kemudian dilanjutkan oleh murid-muridnya dengan zawiyah sebagai pusat kegiatannya, yaitu
suatu tempat dimana para sufi melatih diri dalam bertasawuf.Dari zawiyah inilah tareqat
Qodiriyah mengalami perkembangan pesat.

Ditempat tersebut para murid mendapatkan ajaran dan pembinaan ruhani yang sesuai dengan
ajarannya, bagi murid yang sudah tamat akan diberikan ijazah yang berupa Khirqah dengan
melakukan janji untuk meneruskan ajarannya yang telah didapat. Bagi Syekh Abdul Qodir
Jailani sendiri tentang perolehan khirqah tidak terlalu penting, pembentukan jiwa sufi lebih
utama dan dianggap cukup.

Murid-muridnya banyak memegan peran penting dalam penyebaran ajaran tasawufnya.ada


beberapa nama muridnya yang diketahui menyebarkan ajaranya yaitu : Muhammad ibn Abd al-
Samad di Mesir, Muhammad al-Bataihi dan Taqiy al-Dina al-Yunini di Suriah, dan Ali al-
Hadad di Yaman. Pada abad ke-15,tarekat ini masuk dan berkembang di anak benua India.

Perkembangan yang sama terjadi di Afrika Utara.Pada tahun 1550 M, tarekat ini tersebar di
Afrika Timur.Pada abad ke-17, tarekat ini mulai masuk ke Turki.Penyebar didaerah ini bernama
Ismail Rumi (wafat 1631 atau 1643 M), dia kira-kira mendirikan 40 pusat tarekat di Istambul dan
sekitarnya. Tareqat Qodiriyah tersebar di Asia Kecil dan Eropa Timur, setelah beberapa
desawarsa kemudian di Indonesia tareqat ini adalah yang pertamakali masuk menurut sumber-
sumber yang ada di Indonesia.Orang yang pertama menganut tarekat Qodiriyah dari Indosesia
ialah Hamzah Fansuri (wafat sekitar 1590 M) dia masuk tarekat Qodiriyah antara Baghdad dan
Syahr-I Naw (Ayuthia, ibukota Muangrtai). Hamzah memperoleh ilmu Syekh Abdul Qodir
Jailani melalui jalan ruhani.setelah Hamzah Fansuri tarekat ini berkembang di Aceh.Syekh
Yusuf Makasari adalah orang yang masuk tarekat didaerah tersebut. Tarekat Qodiriyah di Aceh
berhubungan dengan tarekat yang lahir di India (Gujarat)tarekat di Indonesia juga mendapat
pengaruh dari Yaman.

Di Indonesia tarekat Qodiriyah bergabung dengan tarekat Naksabandiyah. Pengabungan kedua


tarekat ini dilakukan oleh tokoh asal Indonesia, Ahmad Khatib ibn Abd Al-Ghaffar Sambas,
yang bermukim dan mengajar di Mekkah pada pertengahan abad ke-19 berasal dari Kalimantan
barat, akan tetapi meninggal di Mekkah tahun 1878 M.
Diantara murid-murid Ahmad Khatib ialah: Abd Al-Karim dari Banten, sebagai orang yang
menyebarkan dan mempopulerkan tarekat Qodiriyah-Naqsabandiyah didaerah ini dan Syekh
Tolhah dari Cirebon yang mempunyai murid bernama Abdullah Mubarak.mengenai murid syekh
Tholhah yang dikenal sebagai pendiri Pesantren Suryalaya ini, penulis buku tarekat
Naqsabandiyah di Indonesia.Martin Van Bruinessen mengatakan:

Khalifah dari Kiyai Tolhah Cirebon yang paling penting ialah Abdallah Mubarak, belakang
dikenal sebagai Abah sepuh.Abdallah melakukan baiat ulang dengan Abd Karim Banten di
Mekkah, dan pada tahun 1905M mendirikan pesantren Suryalaya di Pangerageung, dekat
Tasikmalaya ( Jawa Barat ).Dibawah pimpinan putranya dan penerusnya Abah Anom (atau lebih
gagah ,K.H.A. Shahibilwafa Tadjul Arifin) pesantren ini menjadi lebih terkenal secara nasional
karena pengobatan yang dilakukan terhadap para korban Narkotika, penderita gangguan
kejiwaan dan macam-macam penyakit lainya dengan mengamalkan dzikir tarekatnya. Abah
Anom banyak mendapatkan patronase dari para pejabat tinggi dari Golkar yang telah
dimasukinya hamper sejak permulaan berdirinya organisasi tersebut. Khalifahnya ada diseluruh
jawa di Singapura di Sumatra Timur, Kalimantan Barat dan Lombok.

Zikir kepada Allah dengan mengucap Laailaaha illallah , adalah amalan utama di Pondok
Pesantren Suryalaya sejak masa Abah Sepuh hingga Abah Anom.zikir tersebut diamalkan setelah
shalat wajib sebanyak 165 kali atau lebih.diluar shalat wajib ,zikir tersebut tidak dilarang untuk
diamalkan,bahkan dianjurkan.zikir ini dinamakan zikir Jahar, yakni zikir yang diucapkan dengan
suara keras.zikir yang lain yaitu Zikir Khafi, yaitu zikir yang dibaca dalam hati.ini juga menjadi
amalan pokok sebagai realisasi tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah.

Zikir pokok tarekat Qadiriyah yaitu membaca Istighfar paling sedikit dua kali atau duapuluh kali
dengan lafadz Astaghfir Allah al-ghafur al-Rahim. Kemudian membaca shalawat sebanyak itu
pula dengan lafadsz Allahuma shaliala sayyidina Muhammad waala alihi wa shahbihi wa
sallim. Setelah itu membaca La ilaha illallah seratus enampuluh kali setelah selesai shalat fardhu.
Pengucapan lafadz Lailaha illallah memiliki cara tersendiri, yaitu kata la dibaca sambil
dibayangkan dari pikiran ditarik dari pusat hingga otak, kemudian kata ilaha dibaca sambil
menggerakkan kepala kesebelah kanan, lalu kata illallah dibaca dengan keras sambil dipukulkan
kedalam sanubari, yaitu kebagian sebelah kiri. Setelah selesai melakukan zikir itu lalu membaca
Sayyidina Muhammad Rasul Allah Shalallah alaihi wa sallam.lalu membaca shalawat Allahuma
shalliala sayyidina Muhammad shalatan Tunjina biha min jami al-ahwal wa al-afat hingga
akhirnya.kemudian membaca surat Al-Fatihah ditujukan kepada Rasulullah SAW dan kepada
seluruh Syekh-syekh tarekat Qadiriyah serta para pengikutnya juga seluruh oragn islam baik
yang masih hidup maupun yang sudah mati.

Sebelum dan ketika melakukan zikir tersebut seorang murid membayangkan wajah
guru(mursyid) didepanya dan limpahan karunia Allah kepada Nabi dan Syekh.
Bagi setiap orang yang menganut tarekat Qadiriyah harus berpegang kepada akidah para sahabat,
tabiin dan tabi;it tabi;in yaitu yang disebut akidah al-salaf al-salih. Berpedoman kepada Al-
Quran dan sunnah Rasulullah SAW, agar dalam menjalani tarekat tidak tersesat. Bagi pemula
(mubtadi, agar memiliki sifat bersih hati, jernih muka, suka memberi kebajikan, menghapus
kejahatan, sabar dalam kekafiran, menjaga kehormatan syekh, bergaul baik sesame ikhwan,
memberi nasihat kepada orang kecil dan orang besar, menjauhi permusuhan dan berkorban
dalam masalah agama dan dunia.
Selain persyaratan tersebut diatas,setiap orang yang hendak mengikuti tarekat Qadiriyah harus
menjalani dua tahapan.
Pertama , yaitu tahap permulaan yang terdiri dari :
1.Mengikuti dan menerima bayat guru sebagai pertemuan pertama antara guru dan murid.
2.Penyampaian wasiat oleh guru kepada Murid.
3.Pernyataan guru membayat muridnya diterima menjadi murid dengan lafadz tertentu.
4.Pembacaan doa oleh guru yang terdiri dari doa umum dan doa khusus.
5.Pemberian minum oleh guru kepada murid sambil dibacakan beberapa ayat Al-Quran.
Setelah pemberian minum tersebut ,maka selesailah tahap permulaan.dan dengan demikian maka
resmilah seorang murid menjadi pengikut tarekat Qadiriyah.

Kedua, tahap perjalanan, maksudnya ialah tahap murid menuju Allah melaluyi bimbingan guru.
Murid harus melalui tahap dalam waktu yang bertahun-tahun sebelum ia memperoleh karunia
Allah yang dilimpahkan kepadanya.selama perjalanan itu,murid masih menerima ilmu hakikat
dari gurunya.selain itu dia dituntut untuk berbakti kepadanya, dan menjauhi larangannya.murid
harus terus berjuang untuk melawan nafsunya dan melatih diri (mujahadah dan Riyadhah ).

Apabila murid telah berhasil melalui tahapan tersebut, maka guru memberikan ijazah dan
memberikan talqin tauhid kepada muridnya, dengan telah diterima ijazahnya maka murid
menyandang gelar guru atau syekh dalam tarekat Qadiriyah. Seorang murid yang telah menjadi
syekh sudah tidak terikat lagi dengan gurunya, akan tetapi dia masih boleh untuk mengikutinya.
Dan berdasarkan petuah Syekh Abdul Qodir Jailani bahwa murid yang telah menjadi syekh
boleh mandiri dan yang menjadi walinya adalah Allah.

Mengenai corak tarekat Qodiriyah ,Syekh Ali ibn al-Haiti ra. Memberikan komentar,Tarekat
adalah tauhid semata dan pentauhidan diri serta menghadirkannya dalam segala sikap ubudiyah
dengan melepaskan dari segala sesuatu dan untuk sesuatu. Selain itu syekh Abdi ibn Musafir ra.
Juga memberikan komentar Tarekatnya adalah kepasrahan kepada alur-alur takdir dengan
keselarasan hati dan ruh, pernyataan lahir dan batin, dan pembersihan jiwa dari sifat-sifat
kedirian(nafs) serta mengasingkannya dari memandang manfaat, mudharat, kedekatan dan rasa
jauh.
Adapun pokok-pokok ajaran Tarekat Qadiriyah yaitu ada lima macam, pertama Tinggi cita-cita,
Kedua Memelihara kehormatan Ketiga Memelihara nikmat, Keempat Melaksanakan maksud dan
Kelima Mengagungkan nikmat.

Tumbuhnya tarekat dalam Islam sesungguhnya bersamaan dengan kelahiran agama Islam itu
sendiri, yaitu sejak Nabi Muhammad saw diutus menjadi Rasul. Fakta sejarah menunjukkan
bahwa pribadi Nabi Muhammad saw sebelum diangkat menjadi Rasul telah berulang kali
melakukan tahannust dan khalwat di Gua Hira di samping untuk mengasingkan diri dari
masyarakat Makkah yang sedang mabuk mengikuti hawa nafsu keduniaan. Tahhanust dan
Khalwat nabi adalah untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh
problematika dunia yang kompleks tersebut.

Proses khalwat nabi yang kemudian disebut tarekat tersebut sekaligus diajarkannya kepada
Sayyidina Ali ra. sebagai cucunya. Dan dari situlah kemudian Ali mengajarkan kepada keluarga
dan sahabat-sahabatnya sampai kepada Syeikh Abdul Qodir Jaelani, sehingga tarekatnya dinamai
Qodiriyah. Sebagaimana dalam silsilah tarekat Qadiriyah yang merujuk pada Ali dan Abdul
Qadir Jaelani dan seterusnya adalah dari Nabi Muhammad saw, dari Malaikat Jibril dan dari
Allah Swt.

Tarekat Qodiryah didirikan oleh Syeikh Abdul Qodir Jaelani (wafat 561 H/1166M) yang
bernama lengkap Muhy al-Din Abu Muhammad Abdul Qodir ibn Abi Shalih Zango Dost al-
Jaelani. Lahir di di Jilan tahun 470 H/1077 M dan wafat di Baghdad pada 561 H/1166 M. Dalam
usia 8 tahun ia sudah meninggalkan Jilan menuju Baghdad pada tahun 488 H/1095 M. Karena
tidak diterima belajar di Madrasah Nizhamiyah Baghdad, yang waktu itu dipimpin Ahmad al-
Ghazali, yang menggantikan saudaranya Abu Hamid al-Ghazali. Tapi, dia tetap belajar sampai
mendapat ijazah dari gurunya yang bernama Abu Yusuf al-Hamadany (440-535 H/1048-1140
M) di kota yang sama itu sampai mendapatkan ijazah.

Pada tahun 521 H/1127 M, dia mengajar dan berfatwa dalam semua madzhab pada masyarakat
sampai dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun Abdul Qadir Jaelani menghabiskan waktunya
sebagai pengembara sufi di Padang Pasir Iraq dan akhirnya dikenal oleh dunia sebagai tokoh sufi
besar dunia Islam. Selain itu dia memimpin madrasah dan ribath di Baggdad yang didirikan sejak
521 H sampai wafatnya di tahun 561 H. Madrasah itu tetap bertahan dengan dipimpin anaknya
Abdul Wahab (552-593 H/1151-1196 M), diteruskan anaknya Abdul Salam (611 H/1214 M).
Juga dipimpinan anak kedua Abdul Qadir Jaelani, Abdul Razaq (528-603 H/1134-1206 M),
sampai hancurnya Bagdad pada tahun 656 H/1258 M.

Sejak itu tarekat Qodiriyah terus berkembang dan berpusat di Iraq dan Syria yang diikuti oleh
jutaan umat yang tersebar di Yaman, Turki, Mesir, India, Afrika dan Asia. Namun meski sudah
berkembang sejak abad ke-13, tarekat ini baru terkenal di dunia pada abad ke 15 M. Di India
misalnya baru berkembang setelah Muhammad Ghawsh (w 1517 M) juga mengaku keturunan
Abdul Qodir Jaelani. Di Turki oleh Ismail Rumi (w 1041 H/1631 M) yang diberi gelar (mursyid
kedua). Sedangkan di Makkah, tarekat Qodiriyah sudah berdiri sejak 1180 H/1669 M.

Tarekat Qodiriyah ini dikenal luwes. Yaitu bila murid sudah mencapai derajat syeikh, maka
murid tidak mempunyai suatu keharusan untuk terus mengikuti tarekat gurunya. Bahkan dia
berhak melakukan modifikasi tarekat yang lain ke dalam tarekatnya. Hal itu seperti tampak pada
ungkapan Abdul Qadir Jaelani sendiri,Bahwa murid yang sudah mencapai derajat gurunya,
maka dia jadi mandiri sebagai syeikh dan Allah-lah yang menjadi walinya untuk seterusnya.

Mungkin karena keluwesannya tersebut, sehingga terdapat puluhan tarekat yang masuk dalam
kategori Qidiriyah di dunia Islam. Seperti Banawa yang berkembang pada abad ke-19,
Ghawtsiyah (1517), Junaidiyah (1515 M), Kamaliyah (1584 M), Miyan Khei (1550 M),
Qumaishiyah (1584), Hayat al-Mir, semuanya di India. Di Turki terdapat tarekat Hindiyah,
Khulusiyah, Nawshahi, Rumiyah (1631 M), Nabulsiyah, Waslatiyyah. Dan di Yaman ada tarekat
Ahdaliyah, Asadiyah, Mushariyyah, Urabiyyah, Yafiiyah (718-768 H/1316 M) dan Zaylaiyah.
Sedangkan di Afrika terdapat tarekat Ammariyah, Bakkaiyah, Bu Aliyya, Manzaliyah dan
tarekat Jilala, nama yang biasa diberikan masyarakat Maroko kepada Abdul Qodir Jilani. Jilala
dimasukkan dari Maroko ke Spanyol dan diduga setelah keturunannya pindah dari Granada,
sebelum kota itu jatuh ke tangan Kristen pada tahun 1492 M dan makam mereka disebut
Syurafa Jilala.
Dari ketauladanan nabi dan sabahat Ali ra dalam mendekatkan diri kepada Allah swt tersebut,
yang kemudian disebut tarekat, maka tarekat Qodiriyah menurut ulama sufi juga memiliki tujuan
yang sama. Yaitu untuk mendekat dan mendapat ridho dari Allah swt. Oleh sebab itu dengan
tarekat manusia harus mengetahui hal-ikhwal jiwa dan sifat-sifatnya yang baik dan terpuji untuk
kemudian diamalkan, maupun yang tercela yang harus ditinggalkannya.

Misalnya dengan mengucapkan kalimat tauhid, dzikir Laa ilaha Illa Allah dengan suara
nyaring, keras (dhahir) yang disebut (nafi istbat) adalah contoh ucapan dzikir dari Syiekh Abdul
Qadir Jaelani dari Sayidina Ali bin Abi Thalib ra, hingga disebut tarekat Qodiriyah. Selain itu
dalam setiap selesai melaksanakan shalat lima waktu (Dhuhur, Asar, Maghrib, Isya dan Subuh),
diwajibkan membaca istighfar tiga kali atau lebih , lalu membaca salawat tiga kali, Laailaha illa
Allah 165 (seratus enam puluh lima) kali. Sedangkan di luar shalat agar berdzikir semampunya.

Dalam mengucapkan lafadz Laa pada kalimat Laa Ilaha Illa Allah kita harus konsentrasi
dengan menarik nafas dari perut sampai ke otak. Kemudian disusul dengan bacaan Ilaha dari
arah kanan dan diteruskan dengan membaca Illa Allah ke arah kiri dengan penuh konsentrasi,
menghayati dan merenungi arti yang sedalam-dalamnya, dan hanya Allah swt-lah tempat
manusia kembali. Sehingga akan menjadikan diri dan jiwanya tentram dan terhindar dari sifat
dan perilaku yang tercela.

Menurut ulama sufi (al-Futuhat al-Rubbaniyah), melalui tarekat mutabarah tersebut, setiap
muslim dalam mengamalkannya akan memiliki keistimewaan, kelebihan dan karomah masing-
masing. Ada yang terkenal sebagai ahli ilmu agama seperti sahabat Umar bin Khattab, ahli
syiddatil haya sahabat Usman bin Affan, ahli jihad fisabilillah sahabat Hamzah dan Khalid bin
Walid, ahli falak Zaid al-Farisi, ahli syiir Hasan bin Tsabit, ahli lagu Alquran sahabat Abdillah
bin Masud dan Ubay bin Kaab, ahli hadis Abi Hurairah, ahli adzan sahabat Bilal dan Ibni
Ummi Maktum, ahli mencatat wahyu dari Nabi Muhammad saw adalah sahabat Zaid bin Tsabit,
ahli zuhud Abi Dzarr, ahli fiqh Muad bin Jabal, ahli politik peperangan sahabat Salman al-
Farisi, ahli berdagang adalah Abdurrahman bin Auf dan sebagainya.

Baiat

Untuk mengamalkan tarekat tersebut melalui tahapan-tahan seperti

Pertama, adanya pertemuan guru (syeikh) dan murid, murid mengerjakan salat dua rakaat
(sunnah muthalaq) lebih dahulu, diteruskan dengan membaca surat al-Fatihah yang dihadiahkan
kepada Nabi Muhammad saw. Kemudian murid duduk bersila di depan guru dan mengucapkan
istighfar, lalu guru mengajarkan lafadz Laailaha Illa Allah, dan guru mengucapkan infahna
binafhihi minka dan dilanjutkan dengan ayat mubayaah (QS Al-Fath 10). Kemudian guru
mendengarkan kalimat tauhid (Laa Ilaha Illallah) sebanyak tiga kali sampai ucapan sang murid
tersebut benar dan itu dianggap selesai. Kemudian guru berwasiat, membaiat sebagai murid,
berdoa dan minum.

Kedua, tahap perjalanan. Tahapan kedua ini memerlukan proses panjang dan bertahun-tahun.
Karena murid akan menerima hakikat pengajaran, ia harus selalu berbakti, menjunjung segala
perintahnya, menjauhi segala larangannya, berjuang keras melawan hawa nafsunya dan melatih
dirinya (mujahadah-riyadhah) hingga memperoleh dari Allah seperti yang diberikan pada para
nabi dan wali.

Tarekat (thariqah) secara harfiah berarti jalan sama seperti syariah, sabil, shirath dan manhaj.
Yaitu jalan menuju kepada Allah guna mendapatkan ridho-Nya dengan mentaati ajaran-ajaran-
Nya. Semua perkataan yang berarti jalan itu terdapat dalam Alquran, seperti QS Al-Jin:16,

q9r&ur (#qJs)tF$# n?t ps) 9$# NgoY s)V{ !$B $]%yx

Artinya : Kalau saja mereka berjalan dengan teguh di atas thariqah, maka Kami (Allah) pasti
akan melimpahkan kepada mereka air (kehidupan sejati) yang melimpah ruah. (QS. Al Jin : 16)

Istilah thariqah dalam perbendaharaan kesufian, merupakan hasil makna semantik perkataan itu,
semua yang terjadi pada syariah untuk ilmu hukum Islam. Setiap ajaran esoterik/bathini
mengandung segi-segi eksklusif. Jadi, tak bisa dibuat untuk orang umum (awam). Segi-segi
eksklusif tersebut misalnya menyangkut hal-hal yang bersifat rahasia yang bobot
kerohaniannya berat, sehingga membuatnya sukar dimengerti. Oleh sebab itu mengamalkan
tarekat itu harus melalui guru (mursyid) dengan baiat dan guru yang mengajarkannya harus
mendapat ijazah, talqin dan wewenang dari guru tarekat sebelumnya. Seperti terlihat pada
silsilah ulama sufi dari Rasulullah saw, sahabat, ulama sufi di dunia Islam sampai ke ulama sufi
di Indonesia.

Qodiriyah di Indonesia

Seperti halnya tarekat di Timur Tengah. Sejarah tarekat Qodiriyah di Indonesia juga berasal dari
Makkah al-Musyarrafah. Tarekat Qodiriyah menyebar ke Indonesia pada abad ke-16, khususnya
di seluruh Jawa, seperti di Pesantren Pegentongan Bogor Jawa Barat, Suryalaya Tasikmalaya
Jawa Barat, Mranggen Jawa Tengah, Rejoso Jombang Jawa Timur dan Pesantren Tebuireng
Jombang Jawa Timur. Syeikh Abdul Karim dari Banten adalah murid kesayangan Syeikh Khatib
Sambas yang bermukim di Makkah, merupakan ulama paling berjasa dalam penyebaran tarekat
Qodiriyah. Murid-murid Sambas yang berasal dari Jawa dan Madura setelah pulang ke Indonesia
menjadi penyebar Tarekat Qodiriyah tersebut.

Tarekat ini mengalami perkembangan pesat pada abad ke-19, terutama ketika menghadapi
penjajahan Belanda. Sebagaimana diakui oleh Annemerie Schimmel dalam bukunya Mystical
Dimensions of Islam hal.236 yang menyebutkan bahwa tarekat bisa digalang untuk menyusun
kekuatan untuk menandingi kekuatan lain. Juga di Indonesia, pada Juli 1888, wilayah Anyer di
Banten Jawa Barat dilanda pemberontakan. Pemberontakan petani yang seringkali disertai
harapan yang mesianistik, memang sudah biasa terjadi di Jawa, terutama dalam abad ke-19 dan
Banten merupakan salah satu daerah yang sering berontak.

Tapi, pemberontakan kali ini benar-benar mengguncang Belanda, karena pemberontakan itu
dipimpin oleh para ulama dan kiai. Dari hasil penyelidikan (Belanda, Martin van Bruneissen)
menunjukkan mereka itu pengikut tarekat Qodiriyah, Syeikh Abdul Karim bersama khalifahnya
yaitu KH Marzuki, adalah pemimpin pemberontakan tersebut hingga Belanda kewalahan. Pada
tahun 1891 pemberontakan yang sama terjadi di Praya, Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat
(NTB) dan pada tahun 1903 KH Khasan Mukmin dari Sidoarjo Jatim serta KH Khasan Tafsir
dari Krapyak Yogyakarta, juga melakukan pemberontakan yang sama.

Sementara itu organisasi agama yang tidak bisa dilepaskan dari tarekat Qodiriyah adalah
organisasi tebrbesar Islam Nahdlaltul Ulama (NU) yang berdiri di Surabaya pada tahun 1926.
Bahkan tarekat yang dikenal sebagai Qadariyah Naqsabandiyah sudah menjadi organisasi resmi
di Indonesia.

Juga pada organisasi Islam Al-Washliyah dan lain-lainnya. Dalam kitab Miftahus Shudur yang
ditulis KH Ahmad Shohibulwafa Tadjul Arifin (Mbah Anom) di Pimpinan Pesantren Suryalaya,
Tasikmalaya Jabar dalam silsilah tarekatnya menempati urutan ke-37, sampai merujuk pada Nabi
Muhammad saw, Sayyidina Ali ra, Abdul Qadir Jilani dan Syeikh Khatib Sambas ke-34.

Sama halnya dengan silsilah tarekat almrhum KH Mustain Romli, Pengasuh Pesantren Rejoso
Jombang Jatim, yang menduduki urutan ke-41 dan Khatib Sambas ke-35. Bahwa beliau
mendapat talqin dan baiat dari KH Moh Kholil Rejoso Jombang, KH Moh Kholil dari Syeikh
Khatib Sambas ibn Abdul Ghaffar yang alim dan arifillah (telah mempunyai marifat kepada
Allah) yang berdiam di Makkah di Kampung Suqul Lail.

Silsilahnya.

1. M Mustain Romli, 2, Usman Ishaq, 3. Moh Romli Tamim, 4. Moh Kholil, 5. Ahmad
Hasbullah ibn Muhammad Madura, 6. Abdul Karim, 7. Ahmad Khotib Sambas ibn Abdul
Gaffar, 8. Syamsuddin, 9. Moh. Murod, 10. Abdul Fattah, 11. Kamaluddin, 12. Usman, 13.
Abdurrahim, 14. Abu Bakar, 15. Yahya, 16. Hisyamuddin, 17. Waliyuddin, 18. Nuruddin, 19.
Zainuddin, 20. Syarafuddin, 21. Syamsuddin, 22. Moh Hattak, 23. Syeikh Abdul Qadir Jilani, 24.
Ibu Said Al-Mubarak Al-Mahzumi, 25. Abu Hasan Ali al-Hakkari, 26. Abul Faraj al-Thusi, 27.
Abdul Wahid al-Tamimi, 28. Abu Bakar Dulafi al-Syibli, 29. Abul Qasim al-Junaid al-Bagdadi,
30. Sari al-Saqathi, 31. Maruf al-Karkhi, 32. Abul Hasan Ali ibn Musa al-Ridho, 33. Musa al-
Kadzim, 34. Jafar Shodiq, 35. Muhammad al-Baqir, 36. Imam Zainul Abidin, 37. Sayyidina
Husein, 38. Sayyidina Ali ibn Abi Thalib, 39. Sayyidina Nabi Muhammad saw, 40. Sayyiduna
Jibril dan 41. Allah Swt. Masalah silsilah tersebut memang berbeda satu sama lain, karena ada
yang disebut seecara keseluruhan dan sebaliknya. Di samping berbeda pula guru di antara para
kiai itu sendiri.

Cara Mengamalkan Zikir Tarekat Qodiriyah

CONTOH :

Assalamualikum Warahmatullahi Wabaraakatuh Wamaghfirah Kepada Saudara ikhwan


Muslimin dunia dan Akhirat Jika ingin Membaca Amalan yang Saya tulis Nama, alamat,
dan usia dan konfirmasi ke 085885865599 dan Tata caranya seperti Dibawah ini :

Mandi Taubat dengan Niat Nawaitu Gushla Tobatan sunnatan Lillahitaala


Apabila ingin puasa sebaiknya 3 hari mulai hari Rabu, kamis dan jumat dengan niat Nawaitu
saum sunnah lillahitaala

Sebelum Berzikir Baca Hadiah kepada:

Bismillahir rahmanir rahiim

NAWAITU HADIAHTAN LILLAHI TAALA

1. Ila Hadrati Nabiyi Mustofa Sayyidina Muhammadin S.A.W Wa ala Alihi, Wa ashabihi,
wa Dzuriyati wa Ahli Baiti Kirom, Wa ala Jamiii Anbiyai wa Ulul Adziim Wal Mursaliin,
Wakhulafatur Rasidin ( Sayyidina Abu Bakar, sayyidina Umar, Sayyidina Ustman,
Sayyidina Ali R.a), Wa Arifin, Wa Shaddiqin, Wa Syuhadai , wal Muttaqiin, wa
Sholihin. (Alfatihah) 1 X

2. Wa Khususon Ila Hadrati Sayyidina Maulana Sultanu Auliayi Ghausi lahi


Mahbubillahi TajulArifin wa Qutbu wasilina Syyaidi Syeckh Muhyidin Abdul qodir
Jaelani Qoddasallahu Sirohul Aziz Mahabbatan Marhabatan Nafaana Bi ulumihim Wa
Asrorihim wabikaromahtihim Nas aluka salamatan wa Barokaahtan wa Ijazatan wa
Ijabatan wa Qobulan Bisafaatihi rasulullah SAW (Alfatihah) 1 X

3. Tsumma Ila Hadrati Jamiii auliyai lahi taala min masyariqil ardhi wa magharibiha
min Simaliha Wa Ila Junubihim fi Bahriha Aina Makana Fi Ilmillahi Taala Qoddasallahu
sirohul aziz Nafaana Biulumihim Wa Asrorihim Wabi Karomahtihim NasAluka
Salamatan Wa barokahtan wa Ijazatan Wa Ijabatan wa Qobulan Bisafaatihi Rasulullah
SAW (Alfatihah) 1X

4.Tsumma illa Hadraati Abaainna Syyaidina Syaikh Abii Muhammad Abdul Qodir Al-ina
Wa jamiiil Muminin Wal Muminat Wal Muslimin Wal Muslimat Tarekat Qodiriyah
AlFirqoh AnNajiyah Wa alihii Wa azwajihii Wa auladihii Wa dzurriyatihi.(Al-
Fatihah) 3 X

Baca Niat wirid (zikir) :

Bismillahir rahmanir rahiim Nawaitu Taqoruban ilallah taala kemudian baru baca zikir
contoh : Baca zikir asma jaljalut

Yang perlu diperhatikan Zikir di baca setiap selesai setelah sholat 5 waktu semampunya,
dan juga diwaktu malam dan waktu2 yang lain. InsyaAllah apa yang kita kerjakan
semata-mata mencari rahmat, ridho dan Cinta-Nya Allahul adzim.

Penutup Baca Shalawat, apa saja di sarankan shalawat fatih, Nurildzati atau shalawat
bani hasyim. Wabillahi Taufik Wal hidayah wal inayah wal maghfirah

Zikir asma jaljalut sbb :


Bismillahir Rahmanir Rahiim

1. Badatu bibismillaahi ruuchi bihihtadat,


Kuawali dengan menyebut Asma Alloh,dengan demikian arwah saya memperoleh petunjuk
Ilaa kasyfi asroori bibaathinihinthowat
Kepada tersingkapnya rahasia-rahasia yang terkandung didalamnya (Asma Alloh) yang terlempit
(tersembunyi/tersimpan)

2. Washollaitu fits tsaanii alaa khoiri kholqihi,


Yang kedua Sholawat atas sebaik-sebaik ciptaanNya
Muchammadin man zaachadh dholaalata walgholat
Muchammad seorang yang menghapus kesesatan dan kesalahan (kotoran hati)

3. Wa achyii ilaahil qolba mimbadi mautihi,


Yaa Tuhanku hidupkanlah hati dan setelah matinya
Bidzikrika yaa qoyyumu chaqqon taqowwamat
Dengan dzikirMu (mengingatMu) wahai Dzat yang Maha Tegak yang sebenar-sebenarnya
(nyata-nyata) tegak

4. Wazidnii yaqiinan tsaabitambika waatsiqoo,


Dan tambahkanlah keyaqinanku tetap dan teguh kepadaMu
Wathohhir bihi qolbii minarrijsi walgholat
Dan bersihkanlah dengannya (dengan dzikir kepadaMu) hatiku dari kotoran dan kesalahan
(kotoran hati)

5.Wa ashmim wa abkim tsumma ami aduwwanaa,


Dan jadikan tuli, bisu serta butakan musuh kami
Wa akhrushumu yaa dzal jalaali bichausamat
Dan sekali lagi bisukanlah mereka itu, wahai Tuhan Dzat yang Pencabut nyawa

6.Naruddu bikal adaaa minkulli wijhatin,


Dengan asma Mu tolaklah para musuh dari segala penjuru
Wa bil ismi tarmiihiim minal budi bisysyatat
Dengan Asma ini Engkau melempar mereka dari kejauhan dengan bercerai berai.

7. Sa altuka bil ismil muazdzdomi qodrohu,


Aku memohon dengan Asma yang dihormati (diagungkan) kebesarannya
Biaajin ahuujin jalla jalyuutu jaljalat
Dengan nama Alloh Yang Maha Esa,indah ciptaanNya, Yang Maha Kuasa

8. Fakun yaa ilaahi kaasyifadhdhurri walbalaa,


Maka adalah Alloh wahai Tuhanku Yang menghilangkan mudhorot (celaka) dan balak
Bihayyin jalaa hammii bihallin bihalhalat
Dengan Dzat Yang Mencukupi jelaslah cita-citaku dengan Dzat Yang Mengasihi dan Dzat Yang
Maha Memperlonggar
9. Wazidnii yaqiinan tsaabitambika waatsiqoo,
Dan tambahkanlah keyakinanku dengan tetap dan teguh besertaMu
Bichaqqika yaa chaqqol umuuri tayassarot
Dengan kebenaran Mu wahai Dzat Yang Maha Benar segala urusan menjadi mudah

10. Washobba alaa qolbii sya aabiiba rochmatin,


Dan semoga Alloh menuangkan (melimpahkan) pada hatiku curahan rochmat
Bichikmati maulaanal chakimi fa achkamat
Dengan hikmah Tuhan kami Yang Maha Bijaksana sehingga menjadi kukuh

11. Achaathot binal anwaaru minkulli jaanibin,


Cahaya-cahaya meliputi kami dari segala penjuru
Wahaibaatu maulaanal azdiimi binaa alat
Tetapi Kewibawaan Alloh Yang Maha Agung lebih tinggi bagi kami

12. Fasubchaanakallohumma yaa khoiro baariin,


Maka Maha Suci Alloh wahai Dzat Yang Bebas
Wayaa khoiro khollaaqin wayaa khoiro mambaats
Dan wahai Dzat Yang sebaik-baik Pencipta dan wahai Dzat Yang sebaik-sebaik yang
mengembalikan

13. Afuwwun ghofuurur roochimun mutafadhdhilun,


Pemaaf, Pengampun, Penyayang, Pemberi karunia
Kariimun chaliimun dzuu thooyaa takaatsarot
Mulia, Penyantun, empunya pemberian menjadi banyak

14. Rochiimun warochmaanun bichaqqika sayyidi,


Penyayang, Pengasih demi haqMu wahai Tuanku
Sa altuka ghufroonadz dzunuubi idzaa badat
Aku memohon pengampunan dosa-dosa jika mulai (nyata)

Alhamdulillahi Rabil Alamin

Syaikh Abii Muhammad Abdul Qodir Al-ina

Nasihat Sultan Auliya Syyaikh Abdul Qodir Al-Jilani Qsa

1. Antara Shalat Syariat & Shalat Thariqah

Nasihat Spiritual

Hazrat Maulana Syaikh Abdul Qadir al Jilani

Sholat Syariah, anda sudah tahu ayat:


(#qym n?t Nuqn=9$# o4qn=9$#ur 4 sq9$# (#qBq%ur !
tFYs%

Peliharalah sholat-sholat (Al-Baqoroh: 238)

yang disana tentu ada rukun-rukun sholat secara lahiriyah dengan gerakan-gerakan jasmani,
seperti berdiri, ruku, sujud, duduk, suara dan lafadz yang diucapkan. Semua itu masuk dalam
ayat, Peliharalah.

Sedangkan Sholat Thoriqoh, adalah sholatnya qalbu, yaitu sholat yang diabadikan. Dalam ayat
itu berlanjut : Dan sholat yang di tengah.. atau disebut sebagai Sholat Wustho, yaitu sholatnya
qalbu, karena qalbu itu diciptakan posisinya di tengah, antara kanan dan kiri, antara bawah dan
atas, antara bahagia dan sengsara, sebagaimana sabda Nabi Saw, : Qalbu berada diantara dua
Jemari dari Jemari-jemari Ar-Rahman, dimana Allah membolak-balikkannya semauNya (Hr.
Muslim, dan juga dikutip oleh Al-Ghazali dalam Al-Ihya).

Yang dimaksud dengan Dua Jemari adalah dua sifatNya, Al-Qahr (Yang Maha Memaksa) dan
Al-Luthf (Yang Maha Lembut), sebab Allah Maha Suci dari Jemari-jemari. Maka menjadi jelas
maksud ayat tersebut adalah Sholat Qalbu. Apabila Sholat Qalbu rusak, maka Sholatnya pun
rusak termasuk sholat jasmaninya, sebagaimana hadits Nabi Saw, Tidak ada sholat melainkan
dengan hati yang hadir di hadapan Allah.

Orang yang sholat bermunajat kepada Tuhannya, dan tempat munajat itu qalbu (hati). Jika
hatinya alpa, maka rusak pula sholatnya. Hati adalah pokoknya, yang lain hanyalah pengikutnya,
sebagaimana dalam hadits Nabi Saw. Ingatlah! Sesungguhnya dalam jasad itu ada segumpal
daging, apabila ia bagus maka bagus pula seluruh jasadnya, dan jika ia rusak, maka rusaklah
seluruh jasadnya. Ingatlah, daging itu adalah qalbu (Hr. Bukhori).

Sholat syariat itu ada waktunya, setiap hari dan malam, lima kali. Disunnahkan berjamaah di
masjid dan harus menghadap Kabah, mengikuti iman, tanpa ada sikap pamer dan popularitas.

Sedangkan Sholat Thoriqoh itu adalah Dzikrullah sepanjang hidup. Masjidnya adalah qalbunya.
Jamaahnya adalah perkumpulan kekuatan-kekuatan batin, untuk sibuk terus menerus mengingat
Nama-nama Allah dan mentauhidkan Allah dengan lisan batin. Imamnya adalah rasa rindu
dalam spirit qalbu (Fuad). Dan kibaltnya adalah Al-Hadrah al-Ahadiyah (Manunggal hamba-
Allah dalam KeesaanNya) dan Keindahan ShomadiyahNya, itulah kiblat Hakikat.

Qalbu dan Ruh sibuk dengan sholat Thariqat ini sepanjang zaman. Karena Qalbu tidak mati dan
tidak tidur. Ia sibuk dalam tidur dan jaga dengan kehidupan qalbu, tanpa suara, tanpa berdiri dan
tanpa duduk. Itulah yang disebut oleh Allah swt:Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya
kepadaMu kami memohon pertolongan (Al-Fatihah, 5)

x $ ) 7tR y $ )ur tGnS

Dalam Tafsir Al-Baidhowi, Anwarut Tanzil wa Asdrorut Tawil, beliau mengatakan, Dalam
ayat tersebut ada isyarat bagi orang yang marifat kepada Allah, dan transformasinya dari kondisi
dimana ia tidak hadir jiwanya menjadi hadir di hadapan Allah Taala. Maka ia berhak
mendapatkan tugas ini, sebagaimana sabda Rasululllah saw: Para Nabi dan para wali senantiasa
sholat dalam kuburnya sebagaimana mereka sholat di rumah-rumah mereka.Maksudnya mereka
terus sibuk bersama Allah dan munajat bagi kehidupan qalbunya. Bila Sholat Syariat dan Sholat
Thoriqoh telah berpadu, lahir dan batin, maka sempurnalah sholatnya, dan meraih pahala yang
agung dalam taqarrub dengan alam ruhaninya. Dan dia juga meraih derajat jasmaniyah, lalu si
hamba menjadi seorang abid secara dzohir, dan arif secara batin.Jika seseorang tidak berhasil
sholat Thoriqoh dengan hati yang hidup, maka ia tergolong tidak sempurna, dan pahalanya tidak
sampai pada derajat taqarrub kepada Allah Taala.

1. Jihad Terbesar -Nasihat Spiritual Asy-Syyaikh Maulana Syaikh Abdul Qadir al


Jilani

Allah Azza wa-Jalla Taala telah memberi penjelasan tentang dua Perjuangan : Perjuangan
Dzahir dan Perjuangan Batin.

Jihad Batin adalah perjuangan melawan hawa nafsu, watak nalurinya, setan serta taubat dari
kemaksiatan, dosa-dosa, dan meninggalkan hal-hal yang menyenangkan yang diharamkan.
Sedangkan Jihad Lahir adalah Jihad melawan orang-orang kafir yang kontra terhadap Allah dan
RasulNya, melalui senjata dan berperang.

Jihad Batin itu lebih sulit dibanding Jihad Lahir, karena Jihad Batin itu dilakukan terus menerus
dan menjadi keharusan. Bagaimana tidak lebih sulit? Sebab Jihad Batin berarti memutuskan
segala kecenderungan nafsu yang dilarang, menjauhinya, dan menjalankan seluruh perintah
Allah serta menjauhi laranganNya.

Siapa pun yang bisa meraih perjuangan lahir batin berarti ia mendapatkan kemenangan dunia dan
akhirat. Luka-luka yang menimpa jasad syuhada, seperti luka ditangan anda, tak berasa.
Sedangkan mati di tangan Mujahid yang melawan nafsunya, yang bertobat dari dosanya, seperti
minuman dingin di mata orang yang haus dahaga.

Wahai kaum Sufi, tak ada yang membebanimu, kecuali Allah akan memberikanmu sesuatu yang
lebih baik dibanding bebanmu. Setiap saat mestinya punya makna khusus di hatimu untuk Allah,
baik berkait dengan perintah maupun laranganNya. Berbeda dengan kebanyakan makhluk dan
orang-orang munafik yang menjadi musuh-musuh Allah Azza wa-Jalla, karena kebodohan
dirinya terhadap kebenaran dan sikap bermusuhannya terhadap Allah Taala, mereka masuk ke
neraka.

Bagaimana mereka tidak masuk neraka? Sedangkan mereka di dunia kontra terhadap Allah
Taala, mengikuti keselarasan nafsunya, egonya, tradisinya, setan-setannya, mendahulukan
kepentingan dunianya dibanding akhiratnya.

Bagaimana tidak masuk neraka? Mereka telah mendengarkan ayat-ayat Al-Quran, tidak
beriman, tidak mengamalkan perintahNya dan tidak menjauhi laranganNya.Wahai kaumku,
berimanlah dengan Quran ini, amalkan dan ikhlaslah dalam mengamalkannya, tidak untuk
diteriakkan, dan jangan sampai kalian munafik dalam amaliahmu, jangan sampai mencari pujian
dari makhluk dan mencari balas budi mereka.

Sedikit sekali orang yang beriman dan Quran diamalkan benar-benar demi Wajah Allah.
Karenanya betapa minoritasnya kaum muhklisin, dan betapa banyaknya kaum munafik. Bahkan
betapa kalian ini sangat malas dalam ketaatan kepada Allah Azza wa-Jalla, justru kalian lebih
semangat taat kepada musuhmu, yaitu setan yang dirajam.

Kaum Sufi senantiasa berharap, dalam detik-detiknya tidak lepas dari tugas-tugas Allah azza wa-
Jalla. Mereka benar-benar mengetahui bahwa kesabaran terhadap tugas dan ketentuanNya serta
takdirNya, itu merupakan limpahan kebajikan dunia akhirat, yang berarti berselaras dengan
kehendak dan tindakanNya, kadang ia bersabar, kadang pula ia bersyukur, kadang dalam nuansa
dekat dan kadang merasa jauh, kadang dalam kesibukan yang penat kadang pula dalam rasa
ringan, kadang dalam limpahan kekayaan dan kadang dalam kemiskinan, kadang sehat kadang
sakit. Seluruhnya tidak lepas dari kebersamaannya dengan Allah Azza wa-Jalla. Itulah yang
paling penting bagi mereka, harapan bagi kesalamatan mereka dan keselamatan makhluk lain
ketika bersama Sang Khaliq Azza wa-Jalla, dan mereka terus menerus memohon kepadaNya
bagi kemaslahatan manusia.Anak-anak sekalian.

Jadilah kalian ini selalu berpijak pada yang benar, maka kalian akan cemerlang. Jika kalian benar
dalam hukum, kalian fasih dalam pengetahuan. Jika kalian benar dalam batin, akan fasih dalam
lahir. Seluruh keselamatan ada dalam ketaatan, yaitu menjalankan perintah dan menjauhi
larangan, bersabar atas seluruh ketentuanNya. Siapa yang memohon ijabah dari Allah maka
Allah Taala akan mengijabahi, siapa yang taat padaNya maka seluruh makhluk pun taat
kepadanya.

Wahai jamaahku. Terimalah dariku, aku yang menasehatimu. Aku mendampingimu, dan
mendampingi apa yang yang diberlakukan oleh Allah kepadaku dan kepadamu. Jangan sampai
kalian mencurigaiku, karena aku hanya ingin kebahagiaanmu sebagaimana kebahagiaanku. Nabi
Saww bersabda:Orang beriman tidak akan sempurna keimanannya sampai ia berhasrat agar
saudaranya muslim mendapatkan apa yang didapatkannya. Inilah sabda junjungan dan panutan
kita, yang membimbing kita dan mensyafaati kita. Seorang pemuka para Nabi dan Rasul, para
shiddiqin, dari masa Adam as, sampai hari kiamat kelak. Betapa kesempurnaan iman telah
terhalang oleh kehendak orang yang tidak mencintai saudaranya yang muslim sebagaimana
mencintai dirinya sendiri.

Bila anda mencintai diri anda, anda akan memakai pakaian terbaik, makanan paling lezat, tempat
tinggal paling elok, harta yang banyak, kenapa anda tidak bersikap seperti itu untuk sahabat anda
yang muslim. Berarti anda sungguh pendusta, jika anda mengaku telah sempurna iman anda.

Wahai orang yang mau berfikir, lihatlah tetanggamu miskin, sedangkan anda punya harta.
Mereka wajib menerima zakat anda, bahkan setiap hari anda memetik laba anda, bahkan sangat
berlebih dari sekadar kecukupan sehari-hari, lalu anda menghalangi untuk memberikan harta
anda, sementara mereka pun si miskin itu tetap rela dengan kekuarangannya. Namun karena
hawa nafsumu, setanmu ada di belakangmu, yang membuat anda sulit berbuat baik, sedangkan
ambisi anda terus bergolak untuk harta dunia anda, iman dan ketaqwaan sangat minim, sungguh
anda telah melakukan kemusyrikan melalui harta dan sesama makhluk. Sementara tak ada
kebajikan pada dirimu.

Siapa saja yang banyak kesenangannya pada dunia, ambisinya liar sampai lupa maut, lupa kelak
bertemu Allah, tidak bisa membedakan yang halal dan yang haram, sesungguhnya orang itu telah
serupa dengan orang-orang kafir. Mereka katakan:Tidak ada kecuali kehidupan dunia, dimana
kami mati dan hidup. Tak ada yang menghancurkan kami kecuali sang waktu. (Al-Jatsiyah 24)
Seakan-akan anda ini seperti bagian dari mereka, hanya saja anda menggunakan baju Islam, dan
anda telah mengalirkan darah anda dengan dua syahadat, anda ikut sholat, puasa, hanya sebagai
tradisi kebiasaan, bukan sebagai ibadah. Tampaknya dimata khalayak anda orang yang bertaqwa,
sedangkan hatimu pengecut, dan itu sama sekali tidak berguna.

Wahai kaum Sufi, sungguh mana berguna bagimu, lapar dan dahaga di siang hari, sedang di
malam hari anda memakan barang haram. Puasa di siang hari, maksiat di malam hari. Anda
mencegah untuk minum di siang hari lalu anda berbuka dengan darah kaum muslimin. Diantara
kalian puasa di siang hari, fasik di malam harinya. Rasulullah saw, bersabda:Ummatku tidak
akan hina sepanjang memuliakan bulan Ramadlan.(Hr Muslim)

Mengagungkan bulan Ramadlan itu dengan ketaqwaan, dan berpuasa hanya untuk Allah Taala
disertai menjaga batas syariat.Anak-anak sekalian. Berpuasalah. Dan ketika berbuka, bagilah
bukamu dengan kaum miskin. Jangan anda makan sendiri, jika anda makan sendiri, dikawatirkan
anda tertimpa kesulitan dan kemiskinan.Wahai kaumku: Anda semua kenyang sementara
tetangga anda lapar, sedangkan anda mengaku sebagai orang beriman. Imanmu tidak sah, ketika
makanan berlimpah sedangkan ada sang miskin sedang di pintumu lalu anda menolaknya. Dalam
sekejap tersebar berita anda, dan sekejab pula anda bisa jatuh miskin, anda pun ditolak dimana-
mana ketika meminta.

Sungguh perhatikan! Semestinya anda himpun dua hal apa yang ada di tanganmu dan sekaligus
tangan lain memberikan. Tawadlu (rendah hati) ketika anda bangkit, dan memberikan harta di
satu sisi. Nabi kita Sayyidina Muhammad Saww, memberi orang yang meminta dengan
tangannya, dan beliau juga memerah sendiri air susu onta, memerah susu kambing, dan menjahit
bajunya.Bagaimana kalian mengaku mengikuti jejaknya, sedangkan anda anda justru kontra
dengan beliau baik dalam tindakan, ucapan dan perbuatan? Anda membuat pengakuan tanpa
bukti? Kalau anda Yahudi sejati mestinya sangat patuh pada Taurat yang benar, begitu juga
kalau anda muslim sejati mestinya memenuhi syarat-syarat ke-Islaman anda, jika tidak jangan
mengaku-aku sebagai muslim sejati. Mestinya anda memenuhi syarat ke-Islaman, hakikat ke-
Islaman, yaitu menyerahkan sepenuhnya dirimu di hadapan Allah Azza wa-Jalla. Pedulilah
kepada makhluk, sampai akhirnya Allah peduli padamu. Cintailah orang yang ada di muka
bumi, sampai mencintaimu yang di langit.Sepanjang dirimu tegak dengan dirimu, kamu tidak
akan sampai ke maqom ini.

Sepanjang kamu masih memelihara hasrat dan kesenangannya kamu pasti berada dalam tali
ikatannya, dan mencegahmu untuk sampai kepada Allah. Karena kamu hanya sampai pada
bagian ego nafsumu dengan kehancurannya. Hak nafsu itu adalah kesenangan berpesta,
berpakaian, minum dan tempat yang nyaman di dalamnya, bagiannya adalah kelezatan dan
syahwat. Maka ambillah dengan tangan syariat. Sepanjang anda mengambil itu menurut kadar
dan kepastian dari Allah Azza wa-Jalla, maka boleh anda makan. Duduklah di pintu syariat dan
berbaktilah, anda akan bahagia. Allah swt telah berfirman:Apa yang datang dari Rasul, maka
ambillah dan apa yang dilarang darinya, hindarilah. (Al-Hasyr : 7)

Terimalah dengan riang dan ringan, dan benamkan dirimu padanya. Jika banyak yang anda dapat
dari kepastianNya, sebagaimana ilmuNya, maka disanalah anda berada. Jika anda menerima
dengan gampang, anda tidak akan hancur, bahkan tak akan pernah luput dari anugerah
pemberianNya.

Hasan al Bashri berkata, Cukuplah bagi orang beriman, sekadar makanan ringan, cukuplah
kurma jelek dan seteguk air.Orang beriman itu makan untuk kekuatan tubuh, orang munafik
makan untuk menikmati makanan. Orang beriman mengkonsumi makanan karena ia butuh
kekuatan melintasi jalan menuju tempat, dimana tempat itu justru seluruh kebutuhannya
tercukupi, karenanya ia makan hanya sekadar kuat saja. Sedang orang munafik memang tidak
punya tempat, tidak punya tujuan hidup. Betapa banyak hari-hari dan bulanmu teledor. Usiamu
kalian potong tanpa manfaat. Aku melihat kalian tidak teledor dengan duniamu, sementara kalian
teledor dengan agamamu. Berbaliklah, kalian akan berpijak pada kebenaran. Dunia tidak akan
abadi bagi siapa pun, begitu pula bagimu. Apakah kalian masih punya harapan hidup bersama
Allah Azza wa-Jalla?

Oh betapa minimnya pikiranmu. Betapa banyak orang menumpuk dunianya, membangun


dunianya, sementara di satu sisi ia merobohkan bangunan akhiratnya, dengan mengumpulkan
dunia dan membuang agamanya. Benar-benar dramatik terjadi antara dirinya dan Allah Azza wa-
Jalla, ia malah mendendam kepada Tuhannya dan lebih ridlo kepada makhlukNya. Kalau dia
tahu bakal mati dalam waktu dekat, hadir di hadapanNya, ia pun juga dihisab atas seluruh
perbuatannya, maka tidak ada yang banyak dari jumlah amalnya.

Dari Luqmanul Hakim ra, berkata pada putranya, Wahai anakku, sebagaimana engkau sakit,
kalian tidak tahu bagaimana tiba-tibanya penyakit. Demikian pula kalian mati dan kalian tidak
tahu bagaimana anda nanti mati.Aku peringatkan pada kalian dan aku hindarkan kalian. Tapi
kalian tidak pernah perhatikan, tidak pernah menghindari. Kalian malah lenyap dari kebaikan
sibuk dengan dunia. Sebentar lagi anda tua, dan dunia tidak ada gunanya, bahkan semua yang
anda kumpulkan jadi bebanmu.Anak-anak sekalian, semestinya kalian menanggung tugas dan
memutuskan kejahatan. Kalimat kejahatan akan bercabang, jika kalian bicara, lalu saling
bersahut, datang pula kalimat sepadannya, lalu hadir keburukan diantara kalian. Hanya sedikit
makhluk yang mengajak ke pintu Allah Azza wa-Jalla, dan mereka ini sebagai bukti dan
argument kebenaran atas mereka. Jika khalayak tidak menerima, maka kaum mukmin akan
meraihnya sebagai nikmat, tapi derita bagi kaum munafik, mereka ini adalah musuh-musuh
Allah Azza wa-Jalla.

Ya Allah semoga Engkau berikan kebajikan bersama Tauhid, dan sirnakan kami dari makhluk
dan selain DiriMu secara total.

Wahai orang yang bertauhid, wahai orang yang masih musyrik, sesungguhnya di tangan para
makhluk itu tak berarti apa-apa. Sebuah kemuliaan di mata penguasa, para raja, orang-orang
kaya, semua itu hakikatnya di tangan Allah SWT. Hati mereka berada di TanganNya, terserah
Dia membolak balikkannya.

.4 } s9 m=WJx. x ( uqdur J9$# t79$#

Tak ada sesuatu pun yang menyamaiNya, dan Dia Maha Mendengar dan Melihat. (Asy-Syuuro
: 11)

Jangan manjakan dirimu, ia bisa memakan jiwamu, seperti orang yang mendidik anjing dan
memanjakannya, suatu ketika lengah anjing itu akan memangsanya pula. Jangan kau andalkan
senjata nafsumu dan jangan pula mengasah ketajamannya, karena akan mengenai dirimu di
wadah kehancuran ketika nafsu mengkhianatimu. Potonglah isi nafsu dan jangan melewati
syahwatnya.

Ya Allah tolonglah kami atas nafsu-nafsu kami. Ya Tuhan berikanlah kami kebajikan di dunia
dan kebajikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.

1. Membuka Pintu-pintu Kedekatan Dengan Allah Taala

Pertentanganmu dengan (aturan) Allah swt, akan mengusirmu dan menghilangkan dirimu dari
Allah. Kembalilah dirimu dari sikap penentanganmu sebelum engkau dihantam, dihinakan dan
dinistakan oleh ular-ular bencana dan kalajengking cobaan. Betapa pedihnya rasa cobaan,
apalagi jika engkau terpedaya. Karena itu anda jangan bergembira dengan yang engkau miliki,
karena apa yang ada di tangan anda pasti sirna.

Allah Taala berfirman:

Sehingga ketika mereka bergembira atas apa yang mereka dapatkan, tiba-tiba Kami mengambil
mereka seketika

Meraih anugerah keuntungan dari Allah Taala harus ditempuh dengan kesabaran. Karena itu
Allah menguatkan berkali-kali tentang sabar itu. Kefakiran (rasa butuh kepada Allah) dan
kesabaran tidak akan pernah bertemu kecuali bagi kewajiban orang beriman.Sedangkan para
pecinta yang senantiasa mendapat cobaan, lalu mereka menjadi sabar, terlimpahi ilham untuk
berbuat kebaikan beriringan dengan cobaan dan ujiannya, senantiasa bersabar atas sesuatu yang
yang baru terjadi dari Allah Taala.

Kalau bukan karena kesabaran, anda semua tidak akan pernah bertemu denganku. Aku telah
membuat jebakan untuk memburu burung, dari satu malam ke malam berikutnya, yang
membuatku terus terjaga dan membuatku sunyi dari orang ketika di siang hari dengan mata yang
terpejam. Seorang lelaki yang terikat oleh jaring-jaring jebakan, dan itu pun dilakukan demi
kemaslahatan anda semua, sementara anda semua tidak mengerti.Kalau bukan demi berselaras
dengan Allah taala, bagaimana mungkin orang berakal mau bergaul dengan penduduk negeri
yang telah dibutakan hatinya oleh riya, kemunafikan dan kezaliman, bercampurbaurnya syubhat
dan keharaman?
Betapa banyak nikmat-nikmat Allah telah dikufuri, sementara terjadi kolusi luarbiasa untuk
menciptakan kefasikan dan penyimpangan. Betapa banyak orang lumpuh di rumahnya sendiri,
orang zindiq dalam kedai minumnya, orang jujur di atas kursinya. Kalau bukan karena sebuah
aturan, niscaya aku bicara tentang hal-hal yang ada di rumah-rumah kalian. Namun bagiku ada
fondasi yang harus kubangun. Aku punya murid-murid yang butuh pendidikan. Seandainya
tersingkap sebagian apa yang ada dalam diriku, itu bisa menjadi penyebab berpisahnya diriku
dengan diri kalian semua, lalu terlempar dalam jejak-jejak yang menghancurkan.Karena itu
tutuplah pintu-pintu kemakhlukan (dari hatimu) dan bukalah pintu-pintu antara dirimu dengan
Allah. Akuilah dosa-dosamu, mohonlah maaf kepada-Nya atas keteledoranmu selama ini.
Yakinlah, bahwa sesungguhnya tidak ada yang bisa membahayakan, memberikan manfaat, yang
memberikan anugerah, tidak ada yang bisa mencegah, kecuali Allah Taala semata. Dengan
demikian, kebutaan mata hatimu akan sirna, lalu mata hati terbuka bergerak, hingga membuka
mata kepalamu.

Wahai anak-anakku. Persoalan sesungguhnya bukan memakai pakaian kumal atau pun
makanan kasar. Persoalan sesungguhnya adalah kezuhudan dalam hatimu. Awal mula yang
dipakai oleh shiddiqun adalah pakaian wol dalam hatinya, lalu terefleksi kesederhanaan itu
dalam lahiriyahnya. Ia memakai pakaian itu dalam rahasia batinnya, lalu dalam hatinya,
kemudian untuk menutup nafsunya, lalu fisiknya.

Ketika secara keseluruhan dirinya menggunakan pakaian sederhana, maka tibalah tangan-tangan
lembut dan kinasih serta tangan anugerah, sampai akhirnya berubah drastis dalam tragedi ini. Ia
copot baju hitamnya dan diganti dengan baju kegembiraan pesta, ia ganti penderitaan dengan
kenikmatan, ia ganti dendam dengan keceriaan, ia rubah ketakutan dengan rasa aman, ia rubah
rasa jauh menuju rasa dekat, rasa fakir menuju rasa cukup.

Wahai anak-anakku, raihlah bagian dengan tangan zuhud, bukan dengan tangan ambisi pribadi.
Orang yang makan dengan menangis, berbeda dengan orang yang makan dengan tertawa.
Makanlah bagian itu, dan hatimu bersama Allah Taala. Anda akan selamat dari keburukannya.
Jika engkau makan dari resep dokter atau ahli kesehatan tentu itu lebih baik daripada anda
makan sendiri, tanpa anda tahu asal usulnya makanan itu, sehingga, menyebabkan hatimu keras
jauh dari amanah, sementara anda benar-benar kehilangan rahmat. Hilang pula amanah syariah di
sisimu, karena kalian telah meninggalkan dan mengkhianatinya. Sungguh celaka, jika amanah
kalian sia-siakan.

Jagalah mahkotamu itu bersama Tuhanmu Azza wa Jalla. Waspadalah atas ancamanNya, karena
siksaNya begitu dahsyat. Siksa itu bisa merebut rasa amanmu, rasa sehat afiatmu, foya-foya dan
sukacitamu. Taatlah kepadaNya, karena Dia adalah Tuhan langit dan bumi. Jagalah nikmatNya
dengan syukur. Terimalah perintah dan laranganNya dengan patuh dan taat. Terimalah kesukaran
dariNya dengan kesabaranmu, dan terimalah dengan syukurmu atas kemudahanNya. Karena
demikian adalah perilaku pendahulumu, dari para Nabi, para Rasul dan orang-orang yang saleh,
yang senantiasa bersyukur atas nikmat dan bersabar atas cobaan.

Tegaslah terhadap kemaksiatan. Terimalah ketaaatan. Jagalah aturanNya, dan ketika datang
kemudahan bersyukurlah. Sebaliknya jika yang datang kesukaran bertobatlah dari dosa-dosamu,
lalu debatlah, lawanlah hawa nafsumu. Karena Allah tak pernah menzalimi Maka dari itu
ingatlah maut dan resiko sesudah maut. Ingatlah Tuhan Yang maha agung dan Luhur, hisab dan
pengawasanNya padamu.

Bangunlah, sampai kapan kamu semua tidur terlelap, sampai kapan kamu terlempar dalam
kebodohan dan keluar masuk dalam kebatilan? Bergelimang dengan nafsu, hawa, dan kebiasan-
kebiasaan. Kenapa? Kenapa tidak mendidiknya demi ibadah kepada Allah dan mengikuti aturan
hukumNya. Padahal ibadah itu meninggalkan kebiasan-kebiasaan nafsu, kenapa tidak mendidik
dirimu dengan adab Quran dan sunnah?

Anak-anak muridku..Jangan bergaul dengan banyak orang disertai kebutaan hati, ketololan
disertai kealpaan dan kelelapan. Bergaulah dengan mereka, dengan matahati, ilmu dan
keterjagaan jiwa. Jika anda temukan hal yang terpuji dari mereka, ikutilah, dan jika ada yang
menyeretmu pada keburukan, jauhilah dan tolak. Engkau berada dalam alpa total, alpa dari Allah
Azza wa Jalla. Makanya, anda harus bangkit, disiplin dengan masjid, memperbanyhak sholawat
kepada Nabi SAW.Nabi saw, bersabda: Seandainya neraka turun dari langit, tak ada yang
selamat kecuali ahli masjid.Jika kalian semua menunaikan sholat, totalkan sholatmu hanya
kepada Allah Taala, dan karena itu Rasulullah saw, bersabda, Yang paling dekat bagi hamba
pada Tuhannya, apabila hamba sedang bersujud.

Duh.. celaka kalian. Kenapa kalian sering membuat ulah dan mencari-cari keringanan? Orang
yang mencari-cari takwil demi seleranya sesungguhnya terpedaya. Padahal jika kita merengkuh
azimah (pr insip), dan kita bergantung pada Ijma, sementara amal kita ikhlas, maka kita pun
akan bersih bersama Allah Taala. Lalu bagaimana bisa terjadi jika anda malah merekayasa
azimah, mencari jalan kemudahan nafsu, lalu para pemegang teguh azimah sirna?Inilah zaman
rukhsoh, bukan zaman azimah. Inilah zaman riya dan kemunafikan, dimana harta didapat
dengan cara tidak benar. Betapa banyak orang yang sholat, puasa, zakat, haji, dan berbuat baik
untuk makhluk, bukan untuk Khaliq. Dan mayoritas yang memenuhi alam semesta ini adalah
demi kepentingan sesama makhluk, bukan demi Khaliq.

Kalian semua telah mati jiwa, menghidupkan nafsu dan hawa nafsu untuk dunia. Padahal
hidupnya hati ketika keluar dari kepentingan makhluk dan teguh bersama Allah Azza wa
Jalla.Hidupnya hati dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah azza wa Jalla.
Hidupnya hati dengan sabar atas Qodlo, Qodar dan ujianNya.

Wahai anak muridkuSerahkan dirimu kepadaNya dalam soal kepastianNya. Bangunlah


bersamaNya dalam soal itu. Perkara itu butuh fondasi, lalu butuh bangunan, dan dawamkan
setiap waktu, siang dan malammu. Karena itu, waspadalah. Tafakkurlah dalam masalah
hatimu.Jika engkau melihat kebajikan, bersyukurlah. Jika engkau melihat keburukan bertobatlah.
Dengan tafakkur ini agamamu akan hidup dan matilah syetanmu. Karena itu dikatakan, tafakkur
sejam lebih baik dibanding bangun sepanjang malam.

Wahai ummat Muhammad, bersyukurlah kepada Allah Taala yang telah menerima amalmu
yang sedikit dengan menyandarkan kepada amal pendahulumu. Sebab kalian semua adalah yang
terakhir di dunia, tetapi yang pertama di hari kiamat. Jika kalian benar, maka tak ada yang lebih
benar menandingi kalian. Kalian semua adalah para pemuka dan pemimpin, sedangkan umat lain
adalah rakyat. Tetapi jika sepanjang anda masih duduk di rumah nafsumu dan watakmu, sulit
untuk menjadi benar. Jika sepanjang anda bangkit bersama makhluk dan terpaku terhadap apa
yang ada di tangan mereka, dengan menarik mereka melalui riya dan kemunafikan anda,
sungguh tetap tidak benar bagi anda. Sepanjang anda masih ambisi dunia, sepanjang hati anda
masih bersiteguh pada selain Allah, tidak ada yang dibenarkan.

Ya Allah berilah kami rizki, untuk senantiasa di sisiMu.Tuhan, berikanlah kami kebajikan di
dunia, dan kebajikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa neraka.

(Diambil dari kitab Fath ar Rabbani Hazrat Maulana Syaikh Abdul Qadir al Jilani)

1. Menyatu Dengan Syaikh Spiritual Maulana Syaikh Abdul Qadir al Jilani

Anak-anak muridku sekalian.

Ingatlah, sebelum diingatkan, tanpa anda harus diperintah anda mendekat kepada Allah.
Bergaullah dengan kalangan ahli agama, karena mereka adalah manusia paling berakal dan
mengerti siapa yang paling taat kepada Allah dan siapa paling maksiat padaNya.Nabi saw,
bersabda, Beruntunglah anda Artinya anda sangat butuh kepadaNya dan anda cukup
bersamaNya.

Bila anda bersama Ahlud Din, dan anda mencintainya anda akan merasa cukup, dan hati anda
akan lari dari kemunafikan. Karena kaum munafik sesungguhnya hanya suka pamer, tidak ada
yang diterima amalnya. Allah tidak menerima bentuk amal anda, rupa amal anda, tetapi Allah
menerima apa yang ada dibalik amal anda, hati anda. Jika anda melawan hawa nafsu anda, setan
anda, duniawi anda dalam amaliyah anda, Allah akan menerima anda.

Berbuatlah kebaikan, Allah akan menerima dari sisi jiwanya. Dan jangan melihat amaliyah anda
sedikit pun, karena Allah tidak akan menerimanya kecuali amaliyah itu hanya untukNya, demi
WajahNya, bukan untuk wajah makhluk.Celaka anda ini! Anda berbuat baik demi makhluk,
tetapi ingin diterima oleh Allah Azza wajalla. Ini sebuah penipuan dari diri sendiri. Tinggalkan
kerakusan anda, kesombongan anda, kesenang-senangan anda. Anda harus prihatin, jangan
bersenang-senang, sebab anda berada di alam keprihatinan dalam penjara dunia.Nabi Saw
senanatiasa bertafakkur, tidak banyak gembiranya, banyak prihatinnya, tidak banyak tertawanya
kecuali hanya tersenyum, hanya untuk menyenangkan lainnya.

Hati Nabi penuh kerpihatinan dan kesibukan bersama Allah. Jika saja bukan karena para sahabat
dan perkara dunia ini, Nabi saw, tak akan pernah keluar dari rumahnya dan tak pernah duduk
dengan siapapun.Wahai anak muridku.

Jika Khalwat anda benar bersama Allah Azza wa-Jalla Sirrmu akan cemerlang dan hatimu akan
jernih. Pandangan anda akan penuh pelajaran. Hati anda akan penuh dengan tafakkur, ruh anda
akan membubung menuju Allah Azza wa-Jall, wushul kepadaNya.Memikirkan dunia justru
menyiksa dan menghijab. Sedangkan tafakkur tehadap akhirat membuahkan pengetahuan dan
menghidupkan hati. Allah tidak memberikan anugerah bagi orang yang tafakkur kecuali
pengetahuan mengenai dunia akhirat.
Wah! Anda telah menelantarkan hati anda di dunia, sedangkan Allah Azza wa-Jall, telah
memberikan segalanya untuk anda. Allah telah menentukan waktu setiap hari bagi anda, dan
Allah telah terus menerus melimpahkan rizki pada anda, baik anda mencarinya atau tidak.
Ambisi dan kerakusan anda telah membuat anda hina di depan Allah maupun di depan makhluk.
Dengan iman yang kurang anda lalu mencari rizki, padahal ketika iman anda bertambah anda
tidak perlu mencarinya. Bahkan dengan keparipurnaan dan kesempurnaan iman, anda cukup
istirahat dari dunia.

Anak muridku, anda jangan mencampur adukkan hal yang serius dengan guyonan. Jika hati anda
belum mampu teguh, bagaimana anda bersama khalayak untuk anda baurkan bersama Khaliq,
sedang anda berhati ganda dengan dunia? Bagaimana anda bersama Allah? Bagaimana anda bisa
mencampuradukkan yang lahir dan yang batin? Yang tak masuk akal dan yang masuk akal, hal-
hal yang ada di sisi makhluk dan Khaliq? Betapa bodohnya orang yang melalaikan Khaliq dan
sibuk dengan makhluk, berteguh dengan yang duniawi dan alpa pada Allah? Melupakan yang
abadi dan bergembira dengan yang fana?Anda bersahabat dengan orang-orang bodoh lalu
mereka menularkan kebodohannya pada anda. Sebab, bergaul dengan orang tolol berarti meraih
kesia-siaan.

Bergaullah dengan orang mukmin yang yakin, yang mengamalkan ilmunya. Karena orang
beriman seperti ini, betapa baiknya mereka, betapa kuatnya perjuangan mereka dalam melawan
hawa nafsunya. Dalam konteks inilah Rasulullah saw, bersabda: Kegembiraan orang berimaan
pada wajahnya, prihatinnya ada dalam qalbunya. Itulah kekuatan si mukmin ini, hingga
mampu mengekspresikan kegembiraan di hadapan para makhluk, sementara ia mampu
menyembunyikan keprihatinannya, antara dirinya dengan Allah Taala. Sepanjang hidupnya ada
keprihatinan, banyak merenungnya, banyak menangisnya pada Allah, sedikit tertawanya, dan
itulah Nabi saw, bersabda: Tak ada kegembiraan bagi orang mumin kecuali bertemu Allah
Azza wa-Jalla.

Orang beriman menutupi keprihatinannya dengan kegembiraannya. Fisiknya bekerja di dunia,


batinnya bersama Allah Taala. Fisiknya untuk keluarganya, batinnya untuk Tuhannya Azza wa-
Jalla. Ia tak pernah mengumbar keprihatinan jiwanya kepada keluarganya, isteri dan anaknya,
tetangga-tetangganya, bahkan kepada siapa saja dari khalayak makhlukNya, karena ia
mendengarkan ucapan Nabi SAW. : Raihlah pertolongan atas persoalan kalian semua melalui
cara merahasiakan (masalah). Ia senantiasa menyembunyikan apa yang ada di dalam batinnya.
Seandainya saja ada yang keceplosan, itu pun tetap ia ungkapkan dengan metafor, lalu ia tutupi,
dan ia mohon maaf atas apa yang terungkap.

Anak-anak muridku. Jadikan diriku sebagai cerminmu. Jadikan diriku sebagai cermin
hati dan rahasia batinmu, sebagai cermin amaliahmu!

Kemarilah mendekat kepadaku, anda akan melihat apa yang ada di dalam dirimu, sesuatu
yang tidak bisa anda lihat ketika kalian jauh dariku. Jika anda punya hajat seputar
agamamu, anda harus dekat denganku, karena aku tidak akan pernah menyembunyikan
agama Allah Azza wa-Jalla. Tak ada yang harus malu menyangkut agama Allah Azza wa
Jalla. Karena anda selama ini berada dalam pelukan kemunafikan. Tinggalkan duniamu
yang ada di rumahmu, mendekatlah kepadaku. Karena saya berdiri di pintu gerbang
akhirat. Bersamalah denganku dan dengarkan kata-kataku, dan amalkanlah sebelum
maut menjemputmu.

Masalahnya bagaimana membangun rasa takut kepada Allah. Bila kalian tidak punya rasa takut
padaNya, kalian tidak aman di dunia dan di akhirat. Sedangkan rasa Cinta dan Takut itu datang
dari Allah juga untuk anda yaitu mengenalNya dengan sesungguhnya. Karena itu Dia
berfirman:Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hambaNya adalah para
UlamaTak ada yang takut penuh cinta kecuali para Ulama yang mengamalkan ilmunya, yang
mengamalkannya dan memang mengetahuinya. Bahkan mereka tidak meminta balasan dari
Tuhannya, kecuali hanya ingin WajahNya dan mendekatiNya, hanya ingin CintaNya, bersih dari
hijab dan rentangan jarak. Mereka tidak ingin pintuNya tertutup bagi mereka, dunia hingga
akhirat, bahkan tidak ingin tertutup ketika ada pada selainNya.

Dunia bagi suatu kaum, dan akhirat juga bagi suatu kaum. Allah Taala juga bagi suatu kaum,
yaitu kaum yang keyakini imannya, yang marifat dan mencintaiNya, yang bertaqwa dan
khusyu kepadaNya, yang senantiasa prihatin hanya demi Dia. Suatu kaum yang yang takut
penuh cinta kepadaNya, walau mata fisiknya tak memandangNya, tetapi hatinya selalu
memandangNya. Bagaimana tidak takut setiap saat Allah mengurus semuanya, merubah dan
mengganti, menolong dan menghinakan ini dan itu, menghidupkan ini dan mematikan itu.Allah
tidak ditanya apa yang Dia lakukan, tetapi merekalah yang akan ditanya (apa yang mereka
lakukan).

Ya Tuhan, dekatkan diri kami padaMu, dan janganlah Engkau jauhkan diri kami dariMu. Dan
berikanlah kami kebajikan dunia dan kebajikan Akhirat, dan lindungi kami dari siksa neraka.

1. Hilangnya Agama Karena Empat Hal -Nasihate Spiritual Maulana Syyaikh Abdul
Qadir al Jilani

Hilangnya Agama Ini karena Empat Hal:

Pertama, karena anda tidak mengetahui apa yang anda amalkan.

Kedua, karena anda mengamalkan perkara-perkara yang anda tidak mengetahuinya.

Ketiga, karena anda tidak mau belajar hal-hal yang anda tidak mengerti, lalu anda terus menerus
bodoh.

Keempat, anda menghalangi orang-orang yang belajar pengetahuan, dimana mereka tidak tahu.

Wahai kaum Sufi.Jika anda menghadiri majlis dzikir, ternyata anda menghadirinya agar
masalah anda terpecahkan. Anda malah kontra dengan nasehat kebajikan, lalu anda pelihara
kesalahan dan ketergelinciran, bahkan anda tertawa dan main-main. Anda benar-benar
mengkawatirkan, padahal anda bersama Allah Azza wajalla.

Karena itu bertobatlah kalian dari situasi itu, jangan sampai anda ini seperti para musuh Allah
Azza waJalla. Raihlah manfaat dari apa yang anda simak disana.Anak-anak, anda sudah terikat
dengan ibadah, dan Allah mengikat dengan AnugerahNya. Hendaknya anda berpijak pada Sang
Penyebab, bukan pada akibat, dan bertawakallah padaNya. Hendaknya anda tidak mengabaikan
amaliah, hendaknya pula ikhlas dalam beramal.

Allah SWT berfirman: Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah.

Allah tidak menciptakan mereka untuk berdusta, tidak menciptakan mereka untuk bermain-main
hampa, mencipatakan mereka bukan untuk makan dan minum, tidur dan kawin. Ingatlah! Wahai
orang-orang yang alpa dari kealpaanmu. Ingatlah, anda melangkahkan hatimu satu langkah,
Allah menuju kepadamu beberapa langkah, dan Dia paling layak untuk anda rindukan semua
dibanding yang lainNya.

Allah memberi rizki pada yang dikehendaki tanpa terhingga.

Jika Allah menginginkan pada hambaNya, Allah menyediakan langsung padanya. Ini sesuatu
yang berhubungan dengan makna hakiki bukan rupa fisik. Bila si hamba benar dalam
ubudiyahnya ini, maka benarlah zuhudnya di dunia dan akhirat.Selain Allah Taala, ketika anda
datang padanya, anda bisa tetap benar, baik raja, sulthan, pemerintah, maka kedatangan anda,
atom anda adalah bukit, tetesannya adalah lautan, bintanya adalah rembulan, rembulannya adalah
matahari, sedikitnya adalah banyak, terhapusnya adalah tetapnya, fananya adalah baqonya,
geraknya adalah tetapnya. Pohonnya menjulang hingga menyentuh Arasy, dan akarnya
membubung sampai ke bintang Tsurayya, dan dahan-dahannya melindungi dunia dan akhirat.
Pohon apakah ini? Pohon Hikmah dan Pengetahuan.

Dunia seperti lingkaran cincin, bukan dunia yang anda miliki, bukan akhirat yang anda kait, yang
tidak dimiliki oleh raja maupun budak, tidak bisa dihalangi oleh apa pun atau diambil oleh siapa
pun, tidak bisa dikotori. Jika anda bisa memenuhi semua itu, anda akan bagus ketika berada di
tengah-tengah khalayak publik.

Manakala Allah menghendaki kebajikan pada hambaNya, maka Allah menjadikan hamba itu
sebagai dalil bagi mereka, menjadikan dokter bagi mereka, menjadikan pendidik dan pengatur
mereka. Sang hamba dijakdikan penerjemah untuk mereka, dijadikan riasan bagi mereka,
dijadikan lampu dan matahari bagi mereka. Bila Allah menghendaki, segala terwujud. Jika tidak
demikian, si hamba ditirai dari segala hal selain DiriNya.

Individu-individu jenis manusia seperti ini memang ditugaskan di tengah-tengah makhluk tetapi
dengan perlindungan dan kesalamatan menyeluruh pada dirinya. Allah menolong hamba ini
untuk sebuah kemashlahatan makhluk dan memberikan jalan menuju hidayah.

Orang yang zuhud dari dunia, diuji dengan akhirat. Orang yang zuhud dari dunia dan akhirat,
diuji oleh Pencipta dunia dan akhirat. Kalau semua telah alpa, seakan-akan kalian tidak pernah
bakal mati, seakan-akan kalian tidak akan dihamparkan di padang mahsyar, anda tidak di hisab
di sana, anda tidak melewati jembatan Shirothol Mustaqim?

Ini sifat-sifat anda, padahal anda mengajak Islam dan Iman. Ini Al-Quran dan Ilmu sebagai
argumentasi bagi kalian. Jika kalian hadir dalam majlis Ulama, dan anda menolak apa yang
dikatakan mereka, maka kehadiran anda sebagai hujjah yang membuat anda berdosa.
Sebagaimana anda semua bertemu Rasulullah Saww, di hari kiamat nanti, sementara anda tidak
menerima beliau, ketika seluruh makhluk dalam ketakutan atas kebesaran, keagungan dan
keadilan serta kesombonganNya, maka ketika itu seluruh kerajaan dunia musnah, dan hanya
kerajaan Ilahi yang abadi, semuanya di hari kiamat kembali kepadaNya.

Sementara itu para pemuka kaum Sufi juga tampak di sana dengan kemuliaan dan
kelengkapannya, dan bagaimana Allah memuliakan mereka di hari itu. Para paku bumi, adalah
penegak bumi, yaitu mereka sebagai penguasa makhluk dan pemukanya sekaligus sebagai wakil
Tuhan Azza wa-Jalla. Mereka hari ini tidak tampak dalam rupa, tapi dalam makna, tetapi esok
mereka tampak dalam rupa.Para pemberani dalam argumentasi dan perang adalah mereka yang
melawan orang kafir. Sedangkan sang pemberani dari kalangan orang-orang sholeh adalah yang
melawan hawa nafsunya, watak manusiawinya, syetan dan para kolaborator kejahatan. Mereka
ini adalah syetan-syetan manusia. Sedangkan sang pemberani dari kalangan Khowash adalah
keberaniannya dalam Zuhud dunia dan akhirat dan zuhud dari segala hal selain Allah secara
total.

1. Pengabdian Kepada Allah Nasihat Spiritual Maulana Syaikh Abdul Qadir al


Jilani

Anak-anak muridku semua, manakah sesungguhnya Ubudiyah yang benar kepada Allah Taala?
Betapa jauh anda meraih hakikatnya. Raihlah rasa cukup bersama Allah dalam seluruh perkara
kehidupan anda. Anda adalah hamba yang pergi dari tuan anda, dan kembalilah kepadaNya.
Merasalah sebagai hamba yang hina dan rendah hatilah di hadapanNya, mengikuti perintah dan
menjauhi laranganNya. Bersabar dan berselaras terhadap ketentuanNya.

Bila semua ini sudah anda lakukan dengan sempurna berarti pengabdian anda pada Tuan anda
sudah maksimal, dan anda bisa merasa cukup bersama Allah. Bukankan Allah telah mencukupi
hambaNya?Jika ubudiyah anda benar Allah pasti mencintai anda yang anda rasakan dalam hati
anda, yang membuat hati anda mesra bersamaNya. Taqarub anda pun tanpa disertai susah payah,
dan anda tidak merasa kesunyian karena Allah bersama Anda, sehingga anda terus menerus
Ridlo kepadaNya dalam segala hal. Bahkan jika saja dunia ini terasa sempit bagi anda dan
peluang-peluangnya tertutup, maka Allah Yang Maha luas tetap bersama Anda. Bahkan anda
tidak ingin makan makanan selain dariNya, anda pun akan berselaras dengan Nabi Musa as,
ketika Allah berfirman:Dan Kami haramkan pada Musa untuk disusui para wanita penyusu
sebelumnya. (Al-Qashsah, 12)

Tuhan kita Azza wa-Jalla, senantiasa Melihat dan Menyaksikan segalanya, dalam segala sesuatu
senantiasa Hadir, Dekat dengan segalaNya, tidak butuh pada segalaNya. Lalu kenapa mesti ada
keingkaran setelah mengenalNya?

Celaka anda ini. Anda sudah mengenalNya kenapa harus mengingkariNya berkali-kali? Kalau
anda tidak segera kembali kepadaNya, anda akan terhalang dari semua kebaikan. Karena itu
bersabarlah bersamaNya, dan jangan bersabar untuk jauh dariNya.Ketahuilah, siapa yang sabar
akan mendapatkan kemampuan. Mana akal dan kehidupan anda? Allah sampai berfirman:
Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah dan jadilah orang yang penyabar, berkaitlah
kepada Allah dan bertaqwalah pada Allah agar kalian semua meraih kemenangan.

Banyak ayat tentang kesabaran yang menunjukkan adanya kebaikan dan kenikmatan, balasan
dan pemberian yang yang besar, ringan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Karenanya
bersamalah dengan Allah, dunia akhirat anda akan bahagia dengan kebajikan.Anda semua harus
banyak berziarah kubur dan ziarah pada orang-orang yang saleh, berbuat kebaikan, maka perkara
kehidupan anda akan beres. Jangan seperti orang-orang yang yang mendapat nasehat tetapi tidak
dihayati, dan seperti orang yang mendengarkan pengetahuan tetapi tidak diamalkan.

1. Jangan Jual Agamamu Dengan Debu

Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilani

Hari Jumat Pertengahan Syawal Tahun 545 H.

Qalbu orang-orang beriman senantiasa bersih, suci dan melupakan makhluk, terus menerus
mengingat Allah Azza wa-Jalla, melupakan dunia, mengingat akhirat, melupakan apa yang ada
padamu, dan mengingat apa yang ada di sisi Allah Taala.

Kalian bisa terhijab oleh mereka dan seluruh apa yang ada pada para makhluk itu, disebabkan
kesibukanmu dengan dunia dan melalaikan akhirat. Kalian meninggalkan rasa malu di hadapan
Allah Azza wa-Jalla, sehingga kalian tersungkur di sana. Karena itu terimalah nasehat kawan
anda yang mukmin dan anda jangan kontra. Karena dia yang tahu apa yang ada pada dirimu, hal-
hal yang anda tidak tahu tentang dirimu.

Karena itu Rasulullah Saww bersabda: Orang mukmin adalah cermin bagi sesama mukmin.

Mukmin yang benar dalam nasehatnya bagi sesama mukmin, akan menampakkan kejelasan apa
yang tersembunyi pada saudaranya, yang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk. Ia mengenalkan mana yang menjadi kebaikan dan mana yang berdampak keburukan.
Maha Suci Allah yang telah memberikan anugerah di hatiku untuk menasehati makhluk dan hal
demikian telah dijadikan sebagai hasrat besarku.

Saya menasehati dan saya sama sekali tidak menginginkan imbalan. Sebab akhiratku telah
menjadi bagian sukses bagi diriku di sisi Tuhanku Azza wa-Jalla. Aku tidak mencari dunia,
karena aku bukan budak dunia, juga bukan hamba akhirat, bahkan bukan hamba selain Allah
azza wa-Jalla.

Aku tidak menyembah kecuali hanya kepada Sang Pencipta, Yang Esa, Yang Maha Esa nan
Qadim. Kepuasanku ada pada kebahagian kalian, dan kedukaanku jika kalian hancur celaka. Jika
aku melihat murid yang benar dan benar-benar telah meraih kemenangan melalui diriku, aku
merasakan kepuasan dan kelegaan, bahkan kegembiraan, karena bagaimana hal itu terjadi
melalui diriku?
Anak-anak muridku.Hasratku adalah anda, bukan diriku. Jika anda bisa berubah, itu demi
anda, bukan demi diriku. Aku hanya menggambarkan pelajaran, dan sesungguhnya yang
membuat aku senang, semata karena ini semua hanya untuk dirimu.

Wahai para kaum Sufi tinggalkan takabur di hadapan Allah Azza wa-Jalla dan takabur di
hadapan sesama makhluk. Lihatlah kadar diri-diri anda, dan rendah hatilah dirimu. Awalmu
hanya setets air hina, dan akhirmu hanyalah bangkai yang terbuang. Karena itu kamu semua
jangan tergolong orang yang tamak dan dikendalikan hawa nafsu. Hawa nafsu yang mendorong
anda untuk memasuki pintu-pintu penguasa untuk mencari sesuatu dari mereka, untuk
mendapatkan bagian atau pemberian mereka, padahal bagian yang diberikan itu begitu hinadina.

Kanjeng Nabi Saww, bersabda:Siksa paling dahsyat dari Allah Azza wajalla pada hambaNya,
adalah ambisinya si hamba untuk meraih apa yang tidak dibagikan padanya.

Betapa celakanya, wahai orang bodoh terhadap takdir dan bagian dari Allah. Apakah kalian
menyangka bahwa generasi dunia ini mampu memberikan bagian pada kalian, hal-hal yang
bukan bagianmu? Tetapi anda perlu ingat, bahwa waswas (godaan) syetan yang terus menggoda
kealam dan hati anda, sampai anda tidak lagi menjadi hamba Allah Azza wa-Jalla, dan menjadi
hamba diri anda sendiri, menjadi budak nafsu dan syetan anda. Menjadi budak naluri, harta dan
uang anda. Hati-hatilah mana tempat kemenangan dan kebahagiaan sampai anda mampu
menempuh jalan ubudiyah anda.

Diantara para Ulama sufi mengatakan, Siapa yang tidak mengenal tempat kebahagiaan hakiki,
pasti tidak pernah bahagia. Anda mengetahua tempatnya, tetapi anda hanya mengenal melalui
kedua mata kepala anda, bukan dengan matahati dan rahasia batin anda. Iman anda hanya
melintas belaka, sampai anda hanya melihat tidak dengan penglihatan hakiki. Allah Azza wa-
Jalla berfirman:Sesungguhnya bukan mata yang buta, tetapi yang buta adalah matahati yang ada
di dalam dada.

Si tamak yang memburu dunia dari tangan makhluk telah menjual agama dengan debu, menjual
apa yang abadi dengan yang fana, lalu dia tak mendapatkan kedua-duanya. Sepanjang iman anda
kurang, anda merasa kurang dengan dunia dan kehidupan anda hanya untuk merebut sesama,
sampai agama anda tergadaikan dan anda merasa bisa makan dari mereka. Namun sepanjang
iman anda sempurna, anda akan senantiasa mampu bertawakkal jiwa anda kepada Allah azza wa-
Jalla dan keluar dari sebab akibat duniawi, memutuskan hati pada budak dunia menuju kepada
Allah Taala, lalu hati anda pergi menjauh dari seluruh makhluk.

Disinilah hatimu bisa keluar dari negerimu, keluar dari keluargamu, keluar dari took dan
popularitasmu. Lalu anda menyerahkan semua itu pada mereka, seakan-akan Malakat Maut
hendak menjemput anda, anda seperti sedang disambar oleh kamatian, seakan-akan bumi hendak
menelan anda, dan gelombang takdir telah meraih anda memasukkan ke dalam lautan ilmu dan
menenggelamkan anda di sana. Siapa yang mampu di tahap ini, segala penderitaan dunia tidak
berpengaruh baginya, sebab dunia hanya pada lahirnya, bukan masuk dalam batinnya. Bahkan
dunia untuk yang lain bukan untuk hatinya.
Wahai para kaum sufi. Jika anda semua mampu melakukan apa yang saya sebutkan itu,
mampu mengeluarkan sebab akibat dunia dan ketergantungan padanya dari hatimu, anda akan
meraih kemenangan dari segala segi. Jika anda tidak mampu meraih semua itu, paling tidak
sebagian ajaran itu anda dapatkan. Nabi kita SAW bersabda:Kosongkan dirimu dari problema
duniawi semampu (semaksimalmu).

Anak-anak muridkuJika kamu sekalian mampu mengosongkan hatimu dari dunia, lakukanlah.
Jika tidak, maka cepatlah larikan hatimu menuju kepada Allah Azza-wa-Jalla. Gantungkan
hatimu pada Rahmat Allah Taala, sampai problema dunia keluar dari hatimu, karena Allah azza
wa-Jalla Maha Kuasa atas segalanya dan Maha mengetahui. Pada KuasaNyalah segalanya
tergenggam. Kokohlah di pintuNya, mohonlah agar hatimu disucikan dari selain DiriNya, lalu
dipenuhi iman dan marifat padaNya, mengenalNya dan cukup denganNya, jauh bergantung
pada makhlukNya. Mohonlah agar dianugerahi Yaqin, dan kemesraan qalbu bersamaNya,
kesibukan fisik untuk taat padaNya. Mohonlah semuanya dariNya bukan dari selain Dia.

Jangan sampai anda menyerahkan pada sesama makhluk, tetapi serahkan padaNya, bukan
lainNya. Engkau bermuamalah denganNya dan bagiNya, bukan bagi yang lain.Anak
muridku.Kefahaman teoritis dan ucapan, tetapi tidak disertai amal qalbu, membuat anda tidak
bisa melangkah kepada Allah Taala, walau pun selangkah. Perjalanan adalah perjalanan Qalbu.
Kedekatan adalah kedekatan rahasia qalbu. Amal sesungguhnya adalah amal hakiki disertai
disiplin pada aturan syariat dalam gerak fisik badan kita, dan Tawadlu (rendah hati) kepada
Allah azza wa-Jalla dan kepada para hambaNya.

Siapa yang mengukur dirinya dengan hasrat diri sendiri, maka tidak akan dapatkan ukuran benar.
Siapa yang memamerkan amalnya pada makhluk, bukanlah disebut amal. Amal sesungguhnya
justru tersembunyi, kecuali hal-hal yang fardlu, yang harus ditampakkan. Dan anda telah
sembrono dalam melangkahkan jejak asas jiwa anda. Tentu tidak ada manfaatnya manfaatnya
anda membangun sesuatu di atasnya, karena bangunan akan roboh. Fondasi amal adalah Tauhid
dan Ikhlas. Siapa yang tidak berpijak pada Tauhid dan Ikhlas, tidak akan meraih amal. Kokohkan
asas fondasi amal anda dengan Tauhid dan Ikhlas, lalu bangunlah amal itu dengan Daya Allah
Azza wa-Jalla, bukan dengan kekuatan dan dayamu. Tangan Tauhid adalah penegak, bukan
tangan syirik dan kemunafikan. Orang yang bertauhid adalah yang mampu meninggikan derajat
amalnya, bukan pada orang munafik.

Ya Allah jauhkan diri kami dari kemunafikan dalam seluruh tingkah kami. Dan berikan kami
kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat, dan lindungi kami dari azab neraka.

1. Pasrahkan Jiwamu Kepada Allah

Pengajian Syeikh Abdul Qadir al-JilanyHari Ahad, 9 Dzul Qadah tahun 545 H.

Orang beriman itu meraih bekal, sedangkan orang kafir itu menikmati. Orang beriman meraih
bekal, karena itu dia berada di perjalanan, lalu menerima sedikit saja dari hartanya, dengan lebih
mengedepankan pada akhirat yang lebih besar. Ia membiarkan dirinya dengan sekadar bekal
seorang penempuh perjalanan, karena semua hartanya untuk akhirat. Hati dan cintanya di akhirat
sana. Hatinya memutuskan untuk menetap di akhirat, bukan menetap di dunia dan penghuninya.
Kalau ia dapat makanan yang baik, ia prioritaskan makanan itu untuk orang faqir, karena ia tahu
bahwa di akhirat ada makanan lebih baik dari itu semua.

Tujuan utama orang beriman yang arif dan alim adalah mendekati Pintu Allah Azza wa-Jalla.
Dengan hatinya ia ingin mendekatiNya di dunia sebelum sampai ke akhirat. Mendekati dengan
hatinya adalah tujuan perjalanannya.Aku melihat anda ketika berdiri, ruku, sujud, bangun
malam, berpayah-payah, sementara hatimu terus menerus tidak pernah meninggalkan tempat,
tidak keluar dari rumah WujudNya, dan tidak bergerak dari tradisiNya.

Carilah Tuhanmu dengan cara yang benar, karena bukan bersusah payah itu yang disebut dengan
cara yang benar. Lubangi dirimu dengan alat pelubang kebenaranmu. Buanglah tali pengikatmu
dengan makhluk dengan tali keikhlasan dan tauhidmu. Patahkan cekatan tanganmu untuk meraih
segalanya dengan tangan zuhudmu di dalamnya. Lemparkan hatimu sampai ke pantai lautan
kedekatan dengan Tuhanmu Azza Wa-Jalla. Pada saat itu akan datang kepadamu kapal
pertolongan yang meraihmu menuju Allah Azza wa-Jalla.Dunia ini adalah lautan, dan imanmu
adalah kapal.

Di sinilah Luqman Al-Hakim ra, berkata, Wahai anakku, dunia adalah lautan, dan iman adalah
kapal, angin yang menjalankan perahunya adalah ketaatan, dan benua adalah akhirat.Wahai
orang-orang yang terus menerus bermaksiat, dalam waktu dekat kamu akan buta, tuli, lumpuh
dan miskin. Kerasnya hati para makhluk akan merampas hartamu penuh kerugian. Berfikirlah,
kembalilah pada Tuhanmu Azza wa-Jalla.

Jangan sampai kamu musyrik karena hartamu, dan kalian mengandalkan hartamu itu.
Renungkanlah datangnya maut. Minimalkan ambisi duniawimu, pendek dan potonglah angan-
khayalanmu. Sebagaimana Abu Yazid al-Bisthamy ra, berkata, Orang mukmin yang arif sama
sekali tidak menuntut Allah, bukan tuntutan dunia, bukan pula tuntutan akhirat. Ia hanya
meminta dari Tuhannya.

Anak-anak, kembalilah pada Tuhanmu dengan hatimu. Orang yang bertobat adalah yang kembali
kepada Allah Azza wa-Jalla, sebagaimana firmanNya:Kembalilah kepada
Tuhanmu..Kembalilah, maka kalian serahkan semua kepadaNya, serahkan jiwamu, lemparkan
dirimu di hadapanNya, pada Rencana, Takdir dan PerintahNya, larangan dan kehendakNya.
Lemparkan hatimu tanpa kata-katamu, tanpa tangan dan kakimu, tanpa mata, tanpa bagaimana,
tanpa kenapa, tanpa kontra dan tanpa berbeda. Tetapi dengan keselarasan dan kejujuran, dengan
ucapan yang benar, dengan perintah yang benar, dengan takdir yang benar, dan engkau dapatkan
kehendak yang benar. Kalau kamu seperti itu, pasti hatimu akan kembali dengan musyahadah
kepadaNya.

Jangan bersenang dengan sesuatu, tetapi hati-hati dengan sesuatu itu, sesuatu mulai di bawah
Arasy sampai bintang tsuraya. Cepatlah lari dari semua makhluk itu, sampai tak tersisa di
hatimu. Beradab dengan para syeikh tidak baik kecuali pada orang yang telah berkhidmah demi
keselamatan makhluk. Lihatlah perilaku mereka bersama Allah Azza wa-Jalla.Banyak orang
yang membikin pujian dan cacian seperti hujan dan kemarau, malam dan siang, keduanya silih
berganti, dipandang semuanya dari Allah Azza wa-Jalla, karena semua itu takdir Allah Azza wa-
Jalla. Ketika sudah benar-benar nyata di mata mereka, mereka pun tidak menghiraukan pujian
orang memuji dan tidak lari dari cacian para pencaci. Karena hati mereka telah keluar dari
kecintaan terhadap makhluk maupun kebencian mereka. Justru mereka merasa kasihan sekali
dengan para makhluk itu.

Jangan sampai kalian disesatkan oleh ilmu, yang membuat anda tersesat. Anda sholat dan puasa
demi makhluk, sampai para makhluk itu merasa tunduk padamu, menyerahkan hartanya padamu,
memuji anda di rumah-rumah mereka dan di majlis-majlis mereka, dan anda merasa berhasil
karena makhluk-makhluk itu. Jika maut menjemputmu, siksa mendatangimu, kesusahan dan
penderitaan yang menghalangi dirimu dengan mereka, padahal tak satu pun yang bisa menolong
dirimu, dan harta yang kalian raih dari mereka itu dirampas orang lain, sementara siksa dan hisab
menantimu, sungguh wahai mahrum, anda dapatkan semua di dunia, tapi anda dapatkan semua
siksa di akhirat esok.

Ahli ibadah adalah para wali, dan para abdal yang mukhlis sangat dekat dengan Allah Azza wa-
Jalla. Para Ulama yang mengamalkan ilmunya adalah pengganti Allah di bumiNya, menjadi
utusanNya, mewarisi para NabiNya dan RasulNya. Bukan kalian wahai orang yang di sibukkan
oleh retorika, bukan kalian yang religius-formalis sementara batin anda bodoh.Apa yang anda
dapatkan? Islam? Islam anda tidak benar! Padahal dasar Islam itu Syahadat. Sementara hatimu
tidak bersyahadat. Kalian berucap Tiada Tuhan selain Allah, tetapi anda dusta. Di hatimu
terkumpul berhala-berhala ketakutanmu pada penguasamu, lalu menjadi sesembahan hatimu
yang menjubali jiwamu. Prinsip mengandalkan karyamu, labamu, upayamu, kekuatanmu,
pendengaranmu, penglihatanmu, pukulanmu, adalah berhala-berhala.

Pandanganmu bahwa manfaat, bencana, anugerah, hambatan, kamu anggap dari makhluk, adalah
berhala-berhala. Betapa banyak orang menyebutkan semua ini dengan ucapannya, lalu mereka
memamerkan, menampakkan seakan-akan mereka ini ahli tawakkal pada Allah Azza wa-Jalla,
justru dzikir mereka hanya di lisan, bukan sampai di hatinya. Mereka begitu bangga dengan
stylenya, dan mereka katakan, Nah, begini iniinilah.bukankah kami ini muslim? Besok di
akhirat akan tampak jelas cacat mental mereka, dan jelas keburukannya.Hai celaka! Anda
mengokohkan dalam ucapan Tiada Tuhan. Dengan menafikan semuanya, dan Kecuali
Allah sebagai penetapan total padaNya, bukan selainNya. Lalu kenapa masih ada sisa waktu
bagi hatimu untuk mengandalkan yang lain selain Allah Azza wa-Jalla? Anda bohong besar!
Ternyata anda punya berhala yang anda andalkan? Padahal hati adalah yang beriman, yang
menyatu, yang mukhlish, yang taqwa, yang wara, yang zahid, yang meyakini, yang mengenal,
yang mengamalkan. Hatimulah pemimpin, yang lain hanya pasukan. Kalau kamu mengucapkan
Laailaaha Illallah, haruslah hatimu dulu baru lisanmu. Pasrahkan padaNya, gantungkan padaNya,
bukan pada lainNya.Biarkan lahiriyahmu sibuk dengan aturan hukum, tetapi hatimu harus
bersama Allah Azza wa-Jalla.

Biarkan dzohirmu menghadapi kebajikan dan kejahatan, tetapi hatimu harus sibuk bersama
pencipta kebajikan dan kejahatan. Yang mengenalNya, akan sampai kepadaNya. Semua ucapan
ada di hadiratNya. Tawadlulah padaNya dan hamba-hambaNya yang sholeh. Lipatkanlah hasrat,
kesedihan, tangisan, ketakutan dan rasa hinamu, rasa malumu, penyesalanmu atas keteledoranmu
karena hilangnya marifat dan pengetahuan serta kedekatan denganNya.Allah yang bertindak
apa yang dikehendakiNya, tidak akan ditanya apa yang dilakukanNya, dan mereka justru yang
ditanya (apa yang mereka lakukan)Renungkan apa yang kurang, yang teledor, yang bodoh,
yang terlempar, yang bakal menimpanya, dan lihatlah ke masa depan yang dihadapinya, apakah
ia diterima atau ditolak oleh Allah SWT, apakah ia diberangus, apakah kelak di hari kiamat
bersama orang yang beriman atau bersama orang-orang kafir. Nabi SAW saja bersabda:Akulah
yang paling marifat kepada Allah, dan paling takut kepadaNya.

Diantara jumlah kecil para arifin, ada yang membaca apa yang ada di Lauhul Mahfudz, lalu ia
merenungkan di hatinya, dan Allah memerintahkan untuk menyembunyikannya, tidak
menampakkan melalui nafsunya, dengan tetap ber-islam, menjalankan perintah dan menjauhi
laranganNya, sabar atas bencana, dan Zuhud dari segala hal selain Allah Azza wa-Jalla. Sama
bagi merka antara debu dan emas, antara pujian dan cacian, antara pemberian dan halangan,
antara nikmat dan derita, antara kaya dan miskin, antara ada dan tidaknya sesama makhluk.
Kalau sesudah sempurna semua itu Allah di belakang mereka secara total, baru kemudian Allah
memberikan stempel dengan kepemimpinan ruhani dan kewalian atas makhluk. Setiap orang
yang memandangnya senantiasa meraih manfaat karena Kharisma Ilahi dan cahayaNya yang
membias padanya.Ya Tuhan Kami berikanlah kami di dunia kebajikan, dan di akhirat kebajikan,
dan lindungilah kami dari siksa neraka.

1. Orang Yang Bodoh Merasa Gembira Dengan Hal Duniawi

Pengajian Syeikh Abdul Qadir al-JilanyHari Selasa 11 Dzul Qadah, 545 H.

Al-Hasan Bashri mengatakan, Pandanglah dunia ini dengan mata yang hina, maka demi Allah
sesungguhnya anda tidak akan meraih kebaikan sebelum anda melihatnya dengan pandangan
kehinaan.

Anak-anak sekalian. Mengamalkan Al-Quran berarti memposisikan dirimu pada sisiNya, dan
mengamalkan Sunnah berarti memposisikan dirimu di sisi RasulNya, Nabi Muhammad SAW.
Hatinya dan citanya tidak pernah bergeser dari jiwa sesama manusia. Orang inilah yang yang
diberi anugerah kebajikan dan kedalaman, kejernihan dan riasan atas rahasia-rahasia jiwanya.
Orang inilah yang dibukakan pintu taqarrub, yang bangkit, yang pergi meninggalkan diri antara
hati dan rahasia hati dan antara Tuhannya Azza wa-Jalla. Setiap langkah jejaknya senantiasa
menambah kegembiraan jiwanya.

Maka siapa pun yang dianugerahi rizki seperti itu, ia harus bersyukur dan bertambah taatnya.
Kalau seseorang bergembira di luar anugerah seperti itu, berarti seseorang telah meraih
ketololan, karena orang bodoh adalah orang yang bergembira dengan dunia. Sedangkan orang
yang pandai adalah yang memanfaat peluang semampang di dunia. Orang yang bodoh selalu
membantah takdir dan kontra pada ketentuanNya. Orang alim senantiasa selaras dan ridlo
kepada takdirNya.

Hei kalian, sungguh kasihan sekali. Jangan sampai dirimu menentang takdir dan
memberontakNya, hingga dirimu masuk dalam jurang kehancuran. Rotasi hakikat adalah rela
kepada Perilaku Allah Azza wa-Jalla, mengeluarkan makhluk dari dalam hatimu, sampai kalian
bertemu Sang Pemelihara makhluk. Engkau menemuiNya dengan hatimu, sirrmu dan maknamu.
Dengan begitu kalian bisa mengikuti Langkah Ilahi Azza wa-Jalla, jejak RasulNya dan hamba-
hambaNya yang saleh.Bila kalian punya kemampuan untuk berkhidmah kepada orang-orang
saleh, lakukan, karena itu lebih baik bagimu di dunia dan di akhirat.

Kalau kalian memiliki seluruh dunia, sementara hatimu tidak seperti hati mereka, maka kalian
tidak memiliki sedikit pun, seperti hati mereka yang dilimpahi kebajikan Allah Azza wa-Jalla.
Mereka yang memiliki dunia dan akhirat, dalam aturan antara kalangan publik dan kalangan elit
Ilahi dengan aturan Allah Azza wa-Jalla.Aduh, kalian jangan menyandarkan hasratmu kepada
sesama makhluk. Sementara dalam benakmu hanya makan dan minum, bergaya pakaian,
memuaskan kawin, menumpuk dunia dan ambisius. Orang-orang yang memburu dunia akan
terjerumuskan ketika di akhirat. Dagingmu hanya akan jadi santapan ulat dan belatung serta
binatang ganas bumi.

Sabda Nabi saw:Allah Azza wa-Jalla punya malaikat yang terus mengumandangkan pagi dan
petang: Wahai manusia, siapkan dirimu untuk maut.sadarlah kalian datangnya
kehancuran.dan bersatulah menghadapi musuhOrang mukmin yang benar selalu punya niat
yang baik dalam seluruh urusan kerjanya di dunia, bukan demi dunia, tetapi demi akhirat. Ia
bangun masjid, gedung, madrasah, pesantren dan membangun jalan bagi ummat. Kalau tidak
membangun itu semua, maka ia hanya membangun keperluan keluarga, orang miskin dan orang
yang tak berdaya dan hal-hal yang harus dilakukannya. Yang ia inginkan sesungguhnya dari
membangun itu adalah membangun di akhirat, bukan membangun menuruti hawa nafsunya.Bila
manusia berpijak benar seperti itu, ia bersama Allah Azza wa-Jalla dalam semua perilakunya,
lalu kekurangannya tetap bersama Allah, kelebihan materinya tetap bersama Allah, hatinya
bertemu dengan para Nabi dan Rasul SAW. Ia menerima apa yang datang dari para Nabi dan
rasul itu, baik dalam ucapan maupun tindakan, penuh keimanan dan keyakinan, apalagi jika bisa
bertemu mereka di dunia dan di akhirat.

Orang yang berdzikir kepada Allah Azza wa-Jalla adalah orang yang hidup, yang mengalami
transformasi dari kehidupan ke kehidupan, maka ia tak pernah mati kecuali sejenak. Manakala
dzikir terus langgeng berlangsung dalam hati, langgeng pula dzikir hamba kepada Allah Azza
wa-Jalla, walau lisannya tidak berdzikir. Sepanjang hamba langgeng berdzikir, langgeng pula
keselarasannya dengan Allah, ridlo dengan perilaku Ilahi. Bila anda tidak berselaras dengan
Allah atas datangnya musim dingin, berarti anda mendustai musim dingin, begitu pula jika anda
tidak berselaras dengan Allah datangnya musim panas, anda mendustai musim panas. Berselaras
atas dua musim itulah yang menghilangkan penderitaan anda dan kerasnya dua musim itu.
Begitu pula berselaras dengan cobaan dan penderitaan menghilangkan keruwetan, kesempitan
dan luka, serta depressi, disaat dua musim itu tiba.Betapa mengagumkan perilaku kaum Sufi,
betapa indahnya kondisi jiwa mereka. Semua yang datang dari Allah Azza wa-Jalla dirasa baik
di hati mereka. Karena mereka telah dilimpahi air marifat dan berapa dalampangkuanNya,
senantiasa mesra bersamaNya di sisiNya dan menghapuskan diri dari selain DiriNya, senantiasa
mati di hadapanNya. Ia telah diliputi oleh sifat Kharisma Ilahi, dan jika Allah berkehendak Dia
membangkitkan mereka, menghidupkan mereka. Mereka di Tangan Allah seperti Ashhabul
Kahfi dalam guanya. Yaitu mereka dikatakan dalam Al-Quran:Dan mereka Kami belokkan ke
arah kanan dan ke arah kiriMereka adalah manusia paling cerdas, karena menyerahkan
harapannya kepada Tuhannya, harapan maghfirah dan keselamatan dalam seluruh perilaku
kehidupannya. Sementara kalian, beramal dengan amalnya ahli neraka sembari mengharap
syurga. Anda mengangan-angan sesuatu yang bukan tempatnya. Anda jangan terpedaya oleh
tipudaya orang yang meminjami, dan dalam waktu singkat mengambil harta anda. Allah telah
meminjami kehidupan kepada anda, sampai dirimu taat kepadaNya dalam kehidupan itu. Allah
menahanmu di dunia agar kamu bisa melakukan peluang yang diberikan. Begitu juga kesehatan,
kekayaan, keamanan, derajat, semuanya adalah pinjaman dari Allah. Semua kenikmatan adalah
pinjaman pula. Jangan anda berbuat sembrono, atas pinjaman tersebut. Maka semua pinjaman
Allah itu harus anda jadikan sebagai peluang ketaatan. Semuanya harus dijadikan tempat
aktivitas untuk kesalamatan bersama Allah Azza wa-Jalla, dunia hingga akhirat.

Sebagian Sufi mengatakan, Berselaraslah dengan Allah dalam mengurusi soal sesama makhluk.
Jangan berselaras dengan kepentingan makhluk untuk urusan Allah. Bangkrutlah orang yang
bangkrut. Tuntaslah orang yang menunaikan. Karena anda tahu, bahwa orang yang berselaras
dengan Allah Azza wa-Jalla itu adalah orang-orang yang saleh dari hamba-hambaNya yang
berselaras.

10. Jangan Ikuti Ulama Yang Tidak Shaleh

Pengajian Syeikh Abdul Qadir al-Jilany Hari Jumat Pagi Tanggal 7 Dzul Qadah, 545 H.

Hai Munafiq! Allah memberangus dirimu dari muka bumi. Apa yang masih tersisa dari
kemunafikanmu? Sampai dirimu terus menerus mengumpat Ulama Sholeh, para Auliya yang
Soleh? Kalian memakan daging mereka dalam pesta bersama dengan kelompok-kelompok
munafikmu? Padahal dalam waktu dekat dagingmu akan disantap oleh ulat-ulat, mulutmu, dan
ulat-ulat itu akan mencabik-cabik dan merobek-robekmu. Bumi akan menelanmu, menjepitmu
dan menggilasmu.

Tak ada kemenangan dan kebahagiaan bagi orang yang tidak memiliki baik sangka (husnudzon)
kepada Allah Azza wa-Jalla dan kepada hamba-hambaNya yang saleh, tak ada kebahagiaan bagi
mereka yang tidak tawadlu pada hamba-hambaNya itu. Kenapa anda tidak rendah hati kepada
mereka? Padahal mereka adalah para pemuka ruhani dan pemimpin ummat. Apa pangkatmu
wahai munafik, dibanding mereka?Padahal Allah Azza wa-Jalla telah mengikat jiwa para Auliya
dan Ulama saleh; dimana hujan turun dan tumbuhan ranum karena mereka. Setiap makhluk
seperti dibawah perlindungan mereka. Setiap orang dari mereka ini seperti gunung yang tak
tergoyahkan oleh bencana dan guncangan musibah. Tauhid mereka dan ridlo mereka begitu
kokoh terhadap Allah, Tuhan mereka. Mereka senantiasa berjuang untuk ummat dan jiwanya.

Bertaubatlah kepada Allah hai munafik! Mengaku salahlah kepadaNya, akuilah dosa-dosamu,
antara dirimu dengan Allah, dan hinakan dirimu di hadapanNya. Sungguh! Kalau anda tahu apa
yang ada padamu saat ini, anda semua pasti tidak seperti ini. Beradablah kamu di hadapanNya,
sebagaimana para pendahulumu beradab kepada Allah Azza wa-Jalla. Kenapa anda seperti
banci? Watak, perilaku dan keberanianmu? Keberanian dalam agama adalah berani menegakkan
kewajiban Allah Taala.

Janganlah kalian menghina ucapan para Ulama dan para sufi. Karena ucapan mereka adalah obat
dan buah. Sekarang tak ada Nabi diantara kalian, kecuali kalian semua mengikuti para Ulama
saleh, karena dengan begitu kalian mengikuti jejak Nabi SAW, karena merekalah yang
mengukuti jejak nabi dengan sebenar-benarnya. Jika kalian mengikuti seperti mengikuti Nabi,
jika kalian melihat seakan-akan melihat para Nabi.

Bergurulah kepada Ulama-ulama yang taqwa. Karena berguru kepada mereka membawa
barokah. Jangan berguru kepada Ulama-ulama yang tidak mengamalkan ilmunya, karena berguru
kepada mereka malah runyam. Jika kamu berguru kepada orang yang lebih taqwa dan lebih
berilmu, maka belajarmu meraih barokah yang banyak. Tapi kalau kamu berguru kepada orang
yang lebih tua dari kamu usianya, tetapi tidak ada ketaqwaan dan ilmu, maka belajarmu akan
membawa bencana.

Beribadahlah untuk Allah, bukan untuk selain Allah. Tinggalkan hatimu hanya untuk Allah,
jangan biarkan hatimu untuk selain Allah. Sebab beramal selain Allah bisa kufur. Membiarkan
hati untuk selain Allah Riya. Siapa pun yang tidak mengenal ini dan beramal untuk selain ini dia
berada dalam kesesatan, tanpa disadari maut telah menjemputnya.Hati-hati kalian. Kalian harus
sampai kepada Tuhan kalian.

Putuskan hatimu dari selainNya. Sebagaimana sabda Nabi SAW:Berwushullah pada orang yang
berada diantara dirimu dan Tuhanmu, kalian semua akan bahagiaBeradalah bersama shaf
orang yang diantara dirimu dan Tuhanmu, melalui perlindungan hati orang-orang saleh.Anak-
anak sekalian. Jika anda temui dirimu, di hatimu, masih suka membedakan antara orang miskin
dan orang kaya, maka kalian tidak akan bahagia. Muliakan orang fakir dengan kesabaran
mereka, dan ambillah berkah dari mereka, bertemu mereka dan bermajlis dengan mereka. Nabi
saw, bersabda: Kaum fakir adalah para penyabar, merekalah kaum majlis Ar-Rahman di hari
kiamat.Saat ini mereka bermajelis dengan Allah melalui hatinya, besok mereka dengan
jasadnya. Para fakir adalah mereka yang hatinya zuhud dengan dunia, berpaling dari pesona
dunia, dan mereka memilih kefakiran dibanding kemewahan, mereka bersabar dengan kenyataan
itu. Ketika telah sempurna mereka dilamar oleh akhirat. Ketika bertemu akhirat mereka melihat
bahwa akhirat ternyata bukan Tuhan mereka, lalu mereka berpindah dari akhirat, lalu mereka lari
karena malu kepada Tuhannnya Yang Maha Agung dan Mulia. Bagaimana tidak? Kenapa harus
bermukim pada selain Allah? Akhirnya mereka bertemu dengan Sang Pencipta dan bermesraan
denganNya, lalu menyerahkan semua perbuatannya padaNya, dan seluruh kebajikan dan
kepatuhan, lalu mereka terbang degan sayap-sayap kebenaran jiwanya menuju Allah Azza wa-
Jalla. Mereka terbang menuju yang mewujudkan mereka, mencari Ar-Rafiiqul Ala (Allah Yang
Maha Asih lagi Luhur). Meraih Yang Maha Awal dan Maha Akhir, Maha Dzohir dan Maha
Bathin, sampai pada cakrawala Kedekatan, sehingga mereka menjadi golongan yang disebut
Allah Azza wa-Jalla:Dan mereka sesungguhnya, di sisi Kami,. Termasuk orang-orang yang
sangat terpilih.Hati mereka, hasrat mereka dan makna mereka hanya pada Kami. Lubuk jiwa
paling dalam, hanya bagi Kami.

Jika para Sufi sudah sempurna, mereka tidak sama sekali tergoda oleh dunia dan akhirat. Langit
dan bumi dan diantara langit dan bumi telah terlipat oleh hati, rahasia hati yang telah
menfanakan mereka dari selain Allah dan mempertemukan Allah SAWT. Kalau saja mereka ada
di dunia, tetap dikembalikan pada sikap manusiawinya, demi memenuhi bagian takdir mereka,
agar Ilmu dan Qodlo-QodarNya tidak diganti, sehingga mereka memperbaiki adab bersama
Ilmunya Allah, Qodlo dan QodarNya. Dan mereka meraih apa yang diberikan Allah melalui
jejak Zuhud, bukan dengan Nafsu dan Hawa, atau pun hasrat. Karena itu pula aturan hukum
dzohir tetap terjaga bagi mereka dalam segala perilakunya. Mereka tidak pernah bakhil kepada
sesama. Kalau diberi kemurahan di dunia, semuanya untuk mendekatkan diri mereka kepada
Allah Taala, tak sebesar atom pun di hatinya ada sisa dunia.Kalau kalian masih bersama dunia,
kalian tak dapatkan akhirat. Dan selama masih dengan akhirat kalian tak dapatkan Allah Talaa.

Jadilah kalian sebagai pelaksana tugas Ilahi. Jangan bodoh lagi! Jangan sampai kalian tergolong
orang yang disesatkan dari pengetahuan kebenaran. Diantara caramu bertemu Allah, temuilah
orang-orang miskin melalui hartamu. Karena sedekah itu bekerjasama dengan Allah Taala Yang
Maha Kaya dan Murah. Apakah ada yang rugi kalai bekerjasama dengan Yang Maha Kaya dan
Maha Murah? Nafkahkanlah demi Wajah Allah Sebiji atom yang kau nafkahkan demi Allah,
akan kau dapatkan segunung balasan dariNya. Setetes yang kau nafkahkan, selautan yang
diberikanNya, di dunia dan di akhirat akan kau raih semuanya, pahala dan balasanNya.Anak-
anakkalau kau beramal untuk Allah, bersihlah tanamanmu, mengalirlah sungai-sungaimu,
rimbun, ranum dan subur tanamanmu. Perintahkan kebaikan, cegahlah kemungkaran dan
tolonglah agama Allah azza wa-Jalla. Hadiahkan semua di dalamnya dengan benar. Siapa
bersedekah dalam kebaikan akan abadi sedekahnya, baik dalam sunyi, sendiri, terang-terangan,
suka maupun duka, musim semi maupun kemarau.

Carilah kebutuhanmu dari Allah bukan dari makhluk. Kalau kalian memang bersama sesama
makhluk, sunyikan hatimu bersama Allah Taala, Allah akan melimpahkan ilhamNya untuk
dirimu keman arah yang harus kau raih hajatmu. Kalau kalian mendapatkan rizki itu bukan dari
mereka tetapi dari Allah swt.

Orang-orang Sufi mengeluarkan kepentingan hasrat rizkinya dari hati mereka, karena mereka
tahu kadar dan bagian dariNya, lalu mereka tidak berambisi dan bernafsu mencarinya, lalu
hatinya bersemayam pada Sang Pemilik semuanya. Mereka merasa cukup dengan anugerah
Allah Taala, atas Maha DekatNya dan PengetahuanNya. Jikia sudah sempurna perilaku
perjalanannya mereka menghadap arah makhl;uk lain, dan memberikan pencerahan pada mereka
agar menuju kepada Sang Maha Diraja, dimana mereka menata hati ummat untuk dekat
kepadaNya, demi diterimanya mereka dan Ridlo dariNya.

Diantara para Sufi semoga Allah merahmati berkata, Hamba Allah yang sesungguhnya
adalah mereka yang ibadahnya benar-benar hanya bagi Allah, sama sekali tidak pernah mencari
ganti dunia dan akhirat. Dia hanya mencariNya, bukan lainNya.Ya Allah, tunjukkan semua
makhluk menuju PintuMu. Inilah permohonanku selamanya dan sepenuhnya terserah Engkau.Ini
doa umum yang kupanjatkan padaNya. Adapun Allah azza wa-Jalla berbuat sekehendakNya bagi
makhlukNya. Jika hati telah benar, maka rahmat dan rasa asih akan melimpah ke sesama.

Seorang Sufi berkata, Tak ada orang yang berbuat kebajikan begitu banyak dan tidak
meninggalkan dosa, kecuali para Shiddiqun. Kaum Shiddiqun meninggalkan dosa besar dan
kecil, kemudian menjaga waranya dari kesenangan syahwat, meninggalkan hal-hal yang
dibolehkan tetapi masih kabur, dan hanya mencari halal yang mutlak (benar-benar halal). Kaum
Shiddiqun siang dan malamnya full ibadah, mereka robohkan kebiasaan watak manusiawi, dan
meraih rizki melimpah tak terhingga. Jiwanya jernih dan bersih. Ia tetap bersabar ketika
terhalang keinginannya, ketika tujuannya gagal. Coba bayangkan, dia berdoa tapi tidak diijabah,
dia memohon tapi tidak diberi, dia mengadu, tapi bertambah aduannya, dia mencari jalan keluar
tapi tidak menemukan, dia mendekat tetapi tidak tahu apakah Dia dekat dengannya, seakan-akan
dia tak beriman dan tak bertauhid. Dan semua itu dilakukan dengan penuh kesabaran, karena dia
hanya tahu bahwa kesabarannya itulah jadi obat bagi kejernihan jiwanya, bagi pendekatan
kepadaNya. Semua kebaikan akan tiba setelah perjuangannya itu. Maka disinilah bedanya orang
beriman dan orang munafik, orang bertauhid dan orang musyrik, orang yang ikhlas dan orang
yang pamer, orang yang berani dan orang penakut, orang yang kokoh dan skeptik, orang yang
sabar dan orang emosional., orang yang benar dan orang bathil, orang yang jujur dan pendusta,
orang pencinta dan pemberang, pengikut sunnah dan pengikut bidah.

Dengarkan ucapan kaum sufi. Jadilah di dunia ini seperti orang yang terluka dan sabar atas obat
yang dituangkan demi menghilangkan rasa sakitnya. Semua yang ada di dunia adalah cobaan dan
bencana ketika anda bersama makhluk. Mereka memandang dalam bencana, manfaat, anugerah
dan kegagalan. Semua obat, dan hilangnya bala, justru ketika hatimu keluar dari makhluk, dan
tekadmu hanya pada ketentuan takdir. Janganlah anda berambisi menjadi pemuka diantara
mereka, dan hendaknya hatimu hanya bersama Tuhanmu Azza wa-Jalla, sirrmu jernih
bersamaNya, hasratmu hanya menuju kepadaNya. Jika nyata bagimu seperti itu maka hatimu
membubung di barisan para Nabi dan rasul , Syuhada dan Sholihin, serta Malaikat Muqarrabin.
Jika langgeng konsistensimu, engkau akan besar, agung, tinggi, membubung, dan semua kembali
kepadamu. Allah melimpahkan apa yang dilimpahkanNya, memberikan apa yang diberikanNya.
Sungguh rugi orang yang tuli dari ucapan ini.Wahai orang yang sibuk dengan kehidupannya,
jauh dari meraca cukup bersamaku, sedangkan laba ada padaku, riasan akhirat pada diriku. Aku
mengundang sekali lagi, mengumumkan sekali lagi, kenapa kalian masih menengok selain
Diriku? Aku telah memberikan segalanya. Jika berhasil meraih akhirat padaku, aku tidak makan
sendiri, karena orang dermawan tidak pernah makan sendiri. jadilah kalian orang yang melihat
kemurahan Ilahi, dan anda tidak pernah melihat diriku bakhil bukan? Siapa yang mengenal Allah
Azza wa-Jalla, selainNya terasa hina. Kebakhilan itu dari ego nafsu, sedangkan nafsu si Arif
telah mati jika disandarkan pada nafsu makhluk. Nafsu arif muthmainnah pada janji Allah Azza
wa-Jalla, takut dengan ancamanNya.

Ya Tuhan, limpahilah rizki pada kami sebagaimana Engkau limpahi rizki pada kaum Sufi. Dan
berikanlah kepada kami kebajikan dunia dan kebajikan akhirat, dan lindungi kami dari azab
neraka.

11. Keluarkan Ego dan Nafsu Dari Dirimu

Pengajian Syeikh Abdul Qadir al-Jilany Hari Jumat pagi tanggal 14 Dzul Qadah 545 H.

Anda jangan ragu dengan rizki anda, sebab rizki yang mencarimu itu lebih penting daripada
kamu mencarinya. Jika anda meraih rizki hari ini, tinggalkan berambisi untuk rizki besok pagi.
Seperti ketika engkau melewati sore, anda juga tidak tahu apakah rizki itu akan datang atau tidak
dengan kesibukanmu.

Kalau anda mengenal Allah, pasti anda lebih sibuk dengan Allah Azza wa-Jalla dibanding
memburu rizki, sebab KharismaNya akan menghalangi perburuan anda. Karena orang yang
mengenal Allah, lisannya akan terbungkam. Orang arif akan terus membisu di hadapan Allah,
sampai datang perintah Ilahi untuk terjun ke wilayah mashlahat publik. Jika Allah
memerintahkan si arif ke publik, akan hilang kebisuan lisannya, dan hilang pula keterasingannya
dengan ragam masyarakat.

Nabiyullah Musa AS, ketika menggembala kambing, lisannya terasa cadel, dan asing dengan
massa. Namun ketika Allah memerintahkannya, maka Nabi Musa AS, berdoa, Dan lepaskanlah
kecadelan di lisanku hingga mereka faham ucapankuSeakan-akan Nabi Musa as, berkata,
Ketika aku terjun di padang untuk menggembala domba, aku tidak membutuhkan pada
kekeluan lisanku, sekarang aku berada di tengah khalayak dan harus memberikan pengetahuan
kepada mereka. Maka dengan hilangnya kecadelan atau kekeluan di lisannya, dia bicara
sembilan puluh kalimat yang sangat fasih dan sangat mudah difahami. Kecadelan Musa as, gara-
gara ia menelan bara api di hadapan Firaun dan Asiah di saat masih balita dulu.

Anak-anak sekalian, aku melihatmu, sangat sedikit pengetahuanmu kepada Allah Azza wa-Jalla,
dan pada RasulNya serta AuliyaNya, para pengganti Nabi, dan KhalifahNya. Kalian sunyi dari
hakikat makna. Anda adalah burung dalam sangkar. Rumah yang kosong dan telah roboh. Pohon
yang kering dan telah gugur daun-daunnya.Kibaran bendera hati seorang hamba, pertama-tama
dengan Islam, kemudian meneguhkan ke-Islam dengan Istislam (pasrah total pada Allah),
pasrahkanlah dirimu pada Allah Azza wa-Jalla, maka selamat pula jiwamu dan yang
lainnya.Anda harus keluar dari dirimu dengan hatimu, keluarkan hatimu dari makhluk, dan hadir
ke hadapanNya telanjang dari dirimu dan dari mereka.

Bila Allah menghendaki, Dia akan memberikan pakaian dan menghias pakaianmu lalu
mengembalikan dirimu pada khalayak, kemudian dirimu melaksanakan tugas perintahNya,
dengan RidloNya dan Ridlo RasulNya SAW, sembari kamu menunggu perintah berikutnya,
dirimu tetap simpuh di hadapanNya. Jika bisa menepiskan segala hal selain Allah Azza wa-Jalla,
si hamba ini teguh di hadapanNya di atas telapak jiwanya dan rahasia jiwanya.

Musa as, berkata dengan ucapan kondisi ruhaninya:Aku bergegas kepadaMu, oh Tuhanku,
semoga Engkau meridhoiSeakan beliau bermunajat, aku menyingkirkan duniaku dan
akhiratku serta seluruh makhluk. Aku telah putus dari sebab akibat dunia, dan aku melepaskan
apa yang kumiliki. Aku datang kepadaMu dengan bergegas, agar Engkau ridho kepadaKu dan
mengampuni dosaku, ketika sebelumnya aku bergabung dengan mereka.Jika dibandingkan
dengan munajat itu, wahai orang bodoh, dimana dan apa yang ada padamu? Kalian ini ternyata
hamba nafsumu, duniamu dan hawamu. Kalian hamba khalayak, dan bermusyrik dengan mereka,
karena kalian mengandalkan pandangan mereka dalam soal manfaat dan bahaya, sementara
kalian mengharapkan syurga, kalian merasa takut masuk neraka. Dimana posisi kalian di
hadapan Allah yang membolak-balik hatimu yang berfirman, Jadilah, maka terjadilah

Anak-anak sekalian, janganlah anda ini diperdaya oleh taatmu yang membuatmu kagum pada
prestasi ibadahmu. Mohonlah kepada Allah Azza wa-Jalla, agar taatmu diterima, jangan sampai
amalmu itu tertolak. Jangan sampai anda disebut: Jadilah taatmu sebagai maksiat dan
kejernihanmu jadi kotoran. Siapa pun yang mengenal Allah Azza wa-Jalla, tidak pernah
mengandalkan sesuatu dan tidak pula diperdaya oleh sesuatu. Dia tidak merasa aman sampai ia
keluar dari dunia dengan keselamatan agamanya, dan menjaga antara dirinya dan Allah Azza wa-
Jalla.Anak-anak sekalian. Seharusnya anda melakukan amaliyah qalbu dan keikhlasannya. Ikhlas
yang sempurna adalah bersih dari segala hal selain Allah, sedangkan keikhlasan itu didasari
marifatullah Azza wajalla. Sementara aku tidak melihat anda sekalian kecuali anda ini adalah
para pendusta, baik dalam wacana maupun tindakan, baik dalam sunyi atau ramai. Apa yang
kalian jadikan pijakan, jika kalian berkata tanpa tindakan? Kalian bertindak tanpa keikhlasan dan
tauhid? Bila kalian penuh kotoran di dirimu, dan berharap Allah meridhoimu, berharap
penerimaan amalmu dan ridloNya, bagaimana mungkin? Padahal dalam sesaat anda telah
menyalakan api neraka, sedangkan amalmu kelak di hari kiamat sudah dipilah, mana yang putih,
mana yang hitam, mana yang kelabu.

Setiap amal yang tidak bertujuan demi Allah akan batil. Karena itu beramallah, cintailah,
bersahabatlah dan carilah dari orang yang masuk dalam penghayatan:Tiada yang menyamai
Nya sesuatu pun, dan Dia Maha Mendengar lagi Melihat.Bersihkanlah semua, lalu teguhkan
dirimu. Bersihkan semua dari kotoran hal-hal yang tak layak dan teguhkan yang selaras
denganNya. Yaitu hal-hal yang diridhoiNya dan diridhoi RasulNya Saww. Bila kalian berbuat
demikian, sirnalah semua keraguan, kelabuan dan kehampaan dari hatimu. Bersahabatlah dengan
Allah, dengan Rasul-Nya dan dengan orang-orang yang saleh dengan penuh pengagungan,
pemuliaan dan penghormatan.

Bila kalian ingin bahagia, jangan kalian hadir di hadapanku tanpa adab dan sopan santun. Jika
masih tidak ada adab, kalian akan terus berlebih-lebihan, maka mulai saat ini tinggalkan segala
yang berlebihan. Bisa secara diantara semua ini ada yang memiliki rasa hormat dan adab yang
baik dari balik akal sehatnya. Sang koki akan tahu bumbu masakannya. Tukang roti mengerti
adonannya. Perancang tahu akan rancangannya. Orang yang mengajak tahu yang akan diajak.
Duniamu sesungguhnya telah membutakan hatimu sampai kalian tak melihat apa pun. Hati-
hatilah kalian dari peristiwa yang menimpamu itu, sedikit demi sedikit bisa menghancurkanmu
hingga kalian jadi korbannya di akhirnya. Kalian mabuk terbius oleh minumannya, sampai
terputus tangan dan kakimu, sedang matamu melihat. Dan ketika sadar, anda bakal tahu apa yang
telah anda lakukan. Inilah dampak dari cinta dunia, sedang musuh ada di belakangnya, ambisi
terus menumpuknya. Itulah yang terjadi, hati-hati.

Anak-anak sekalian, tak ada kebahagiaan bagimu sementara kamu mencintai dunia. Kalian
merasa sebagai pengajak Jalan Ilahi, anda merasa mencintai akhirat atau sedangkan anda masih
terus mencintai dunia.Orang arif pecinta tak akan pernah mencintai semua itu bahkan semua hal
selain Allah Azza wa-Jalla. Bila cinta kepadaNya paripurna, maka bagian dunia terasa hina.
Begitu pula ketika sampai di akhirat, semua apa yang ditinggalkan di belakangnya, akan tampak
ketika ada di depan Pintu Tuhannya. Semua ditinggalkan hanya demi meraih Wajah Ilahi. Allah
memberikan semua bagian bagi para waliNya, sementara para wali itu merasa tidak memerlukan
lagi dari bagian dunia itu. Sebab bagian jiwa adalah tersembunyi. Bagian nafsulah yang tampak
kasat mata. Bagian hati tidak akan pernah tiba kecuali ketika bagian nafsu dibersihkan. Lalu
terbukalah bagian konsumsi hati. Bila bagian hati telah terpuaskan di sisiNya, datanglah rahmat
bagi nafsunya.Dikatakan pada hamba tersebut, Jangan bunuh nafsumu Lalu saat itu ia
meraih bagian nafsunya, dan itulah nafsunya yang muthmainnah.

Karena itu tinggalkan majlis yang penuh dengan kecintaan dunia, dan datangilah majlis yang
zuhud dari dunia. Jenis tertentu akan bersenyawa dengan jenis yang sama, saling melingkari dan
mengitari. Pecinta akan saling mencintai yang lain, saling menolong untuk dakwah menuju
keimanan, tauhid, keikhlasan di dalam amal. Mereka meraih dengan kemampuannya di jalan
Allah Azza wa-jalla. Siapa yang melayani akan dilayani, siapa yang berbuat baik akan diberi
kebaikan. Siapa yang memberi akan diberi. Bila kalian berbuat untuk neraka, maka neraka esok
bagimu.Amalmu adalah apa yang engkau raih. Kalian beramal dengan amaliah ahli neraka tetapi
kalian berharap syurga. Bagaimana berharap syurga sementara kalian bukan orang yang
melakukan amaliah ahli syurga? Orang yang memiliki hati adalah orang yang tidak saja taat
secara fisik belaka, tetapi patuh jiwanya. Untuk apa beramal tanpa hati yang ikhlas? Orang yang
riya hanya menampakkan visualnya, sedangkan orang ikhlas dengan hati dan lahiriyahnya.

Orang beriman itu hidup, sedang orang munafik itu mati. Orang beriman itu beramal untuk
Allah, sedang orang munafik untuk dilihat sesama, dipuji dan mendapat balas budi. Tindakan
orang beriman maujud dalam sunyi dan ramai, dan suka dan duka. Tindakan orang munafik
hanya dalam tontonannya belaka. Ia berbuat baik ketika suka, tetapi ketika sedih ia menolak. Ia
tidak bergabung dengan Allah Azza wa-Jalla, tak ada iman kepada Allah, kepada Rasul dan
KitabNya. Tidak mengingat padang mahsyar maupun hisab. Islamnya hanya untuk cari perhatian
dan selamat di dunia, bukan selamat di akhirat dari neraka dan siksanya. Dia sholat dan puasa
untuk dilihat manusia, jika kembali sendiri, kembali pula pada kesibukan nafsunya dan
kekufurannya.

Ya Allah, kami berlindung kepadaMu dari kondisi seperti ini. Kami mohon keikhlasan di dunia
dan keikhlasan hari esok. Amin.Anak-anak sekalian, sudah seharusnya kalian ikhlas ketika
berbuat baik. Buanglah matamu untuk melihat amalmu dan ganti rugi, baik dari makhluk
maupun Khaliq. Berbuatlah hanya untuk Wajah Allah, bukan dalam rangka meraih nikmatNya.
Jadilah kalian termasuk yang berkehendak hanya menuju WajahNya. Carilah WajahNya, hingga
Dia memberikan kepadamu. Bila Dia memberikan anugerah, pasti kalian dapatkan syurga di
dunia dan di akhirat. Syurga dunia berupa taqarrub kepadaNya, dan syurga akhirat adalah
memandangNya, serta segala janji dan jaminan yang diberikan kepadamu.Selamatkan dirimu dan
hartamu, pada Tangan Kekuasaan, Aturan dan RencanaNya. Engkau telah dibeli olehNya, dan
kelak harganya akan diberikan kepadamu.Wahai hamba-hamba Allah. Selamatkan dirimu
kepadaNya. Katakan, Jiwa, harta dan syurga hanya bagiMu, dan selainMu hanya untukMu.
Kami tidak berhasrat sedikitpun selain DiriMu.

Dahulukan Allah sebelum syurga. Allah Yang Maha Asih sebelum jalan menuju kepadaNya.
Wahai orang yang berhasrat syurga, engkau membelinya dan meramaikannya hari ini. Bukan
besok. Alirkan sungaimu, airmu hari ini, bukan besok di akhirat.Wahai kaumku. Hari kiamat hati
dan mata bergolak, dimana hari itu pijakan-pijakan bisa terpeleset. Padahal setiap orang beriman
berpijak dengan kakinya iman dan ketakwaannya sendiri-sendiri. Kokohnya pijakan tergantung
kokohnya iman di hari itu. Orang zalim akan menerima kebusukan di tangannya. Orang yang
suka merusak akan mendapatkan kehancurannya. Bagaimana ia bisa zalim dan bagaimana ia
menjadi perusak, bagaimana ia pergi dari Tuhannya.Anak-anakku. Kalian jangan terpedaya oleh
amal, sebab nilai amal itu ternilai di akhirnya. Semestinya kalian terus memohon kepada Allah
azza wa-Jalla atas akhir hayat anda, dan diberikan rasa cinta untuk berbakti kepadaNya. Hati-
hatilah kalian semua, ketika anda taubat, lalu kembali maksiat. Maksiat kepada Tuhanmu hari ini
atau esok, akan membuat dirimu terhinakan dan terlempar dari pertolongan.Ya Allah tolonglah
kami untuk taat kepadaMu dan janganlah kami Engkau hina dengan maksiat kepadaMu. Tuhan,
berikanlah kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab
neraka.
12. Sang Pecinta

Syeikh Abdul Qadir al JilaniHari Ahad pagi, 13 Jumadil Akhir 545 H di zawiyahnya.

Siapa yang melihat orang yang mencintai Allah Azza wa-Jalla maka orang itu telah melihat
orang yang melihat Allah Azza wa-Jalla dengan hatinya dan masuk dengan rahasia hakikat
jiwanya. Tuhan kita Azza wa-Jalla adalah yang Maujud dan Terlilihat. Nabi SAW
bersabda:Kalian akan melihat Tuhan kalian sebagaimana kalian melihat matahari dan bulan,
sama sekali tidak bisa disembunyikan penglihatan dalam pandangannya.Sekarang (di dunia)
Allah dilihat melalui matahati, sedangkan besok (di akhirat) dengan mata kepala. Tidak ada
seuatu apa pun yang menyerupainNya, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.Para pecinta senantiasa ridlo hanya kepadaNya, bukan lainNya. Mereka memohon
pertolongan hanya kepadaNya dan membatasi yang lainNya. Kepedihan faqir adalah kemanisan
bagi mereka, lebih pada meraih RidloNya, mendapatkan nikmat dariNya. Kecukupan mereka
pada kefaqiran mereka, kenikmatan mereka pada duka mereka, kemesraan mereka pada
gentarnya mereka. Rasa dekat mereka pada jauh mereka, istirahat mereka pada beban mereka.
Sungguh baik dan indah bagi mereka wahai yang bersabar, wahai yang ridlo, wahai mereka yang
fana dari nafsunya dan hawa nafsunya.

Wahai orang-orang sufi, berselaraslah kalian dengan Allah swt dan ridlolah kepadaNya atas
AfalNya yang diberikan padamu dan sesamamu. Janganlah kalian semua mengajariNya dan
merekayasa dengan akalmu kepadaNya, karena Dia lebih mengerti dari dirimu. Allah Maha
Tahu sedangkan kalian tidak mengetahuinya. (Al-Baqarah: 216)Berhentilah di hadapanNya
dengan jejak-jejak kekosongan dari akal dan pengetahuanmu serta ilmumu, agar kalian meraih
ilmuNya. Biarkanlah dirimu dan jangan memilih, biarkan dirimu agar Dia memilihkan
pengetahuanNya padamu. Membiarkan diri, lalu meraih pengetahuan, kemudian sampai pada
yang diketahui, lalu sampai pada tujuan.Awalnya adalah kehendak, kemudian meraih maksud
kehendak. Beramallah, sesungguhnya aku hanyalah pemintal tali, dimana aku memintal tali
kalian yang putus. Aku tidak punya sedikit pun kepentingan kecuali semua ini adalah
kepentinganmu. Aku tak pernah susah kecuali susahmu. Aku terbang kemana pun kalian jatuh
aku temukan.Yang terpenting bagi kalian adalah batu-batu yang terlontarkan, wahai orang yang
hanya duduk-duduk, penuh dengan benan berat yang ditimbun oleh nafsu dan terikat oleh
kesenangan nafsumu. Ya Allah rahmati aku dan rahmati mereka.

13. Manifestasi Afal Allah Taala

Wejangan Spiritual Hazrat Maulana Syaikh Abdul Qadir al Jilani

Diambil Dari Kitab Fath al Ghaib (Pembuka Rahasia Kegaiban)

Perbuatan Allah itu ditampakkan kepada Aulia dan Abdal di dalam pandangan dan pengalaman
kerohanian. Ini berada di luar jangkauan akal manusia dan keluar dari adat kebiasaan.
Penampakkan atau pemanifestasian ini ada dua jenis : yang pertama dinamakan Jalal
(kebesaran dan keagungan) dan yang kedua dinamakan Jamal (keindahan). Jalal ini
menimbulkan kehebatan dan mempengaruhi hati sedemikian rupa, sehingga tanda-tandanya
tampak pada badan kasar.
Diceritakan bahwa ketika Nabi Muhammad SAW tengah melakukan shalat, terdengarlah oleh
orang bunyi seperti air mendidih dari hati beliau, karena hebatnya dan gentarnya hati beliau
ketika menghadap Allah SWT, ini adalah suatu pengalaman yang beliau rasakan apabila Allah
menunjukkan keagungan dan kebesaran-Nya. Peristiwa seperti ini juga terjadi pada Nabi Ibrahim
a.s. dan Khalifah Umar r.a.

Pengalaman yang akan dirasakan oleh seorang hamba apabila Allah memanifestasikan sifat
Jamal-Nya adalah hati si hamba itu akan merasa gembira, tenang, sentosa dan selamat, ia akan
mengucapkan kata-kata yang penuh kasih mesra, dan akan tampak tanda-tanda yang
menggembirakan tentang karunia-karunia yang besar, kedudukan yang tinggi dan kedekatan
kepada-Nya yang kepada-Nya-lah segala perkara mereka itu akan kembali. Inilah karunia-
karunia dan rahmat Allah yang diberikan kepada mereka di dunia ini. Hati mereka yang cinta
kepada-Nya akan dipuaskan oleh-Nya, sehingga mereka akan merasa senang. Allah mengasihi
dan menyayangi mereka.

Nabi pernah bersabda kepada Bilal, Hai Bilal, hiburlah hati kami. Apa yang Nabi maksudkan
adalah agar Bilal mengumandangkan adzan, supaya nabi memasuki shalat dengan merasakan
manifestasi sifat Jamal Allah itu. Karena itu, Nabi bersabda, Dan kesejukan mataku, telah
kurasakan di dalam shalatku.

14. Keluarlah Dari Syirik Dengan Taubat

Wejangan Spiritual Hazrat Maulana Syaikh Abdul Qadir al Jilani

Diambil dari kitab Fath al Ghaib (Pembuka Rahasia Kegaiban)

Keluarlah dari dirimu sendiri dan serahkanlah segalanya kepada Allah. Penuhi hatimu dengan
Allah. Patuhlah kepada perintah-Nya dan larikanlah dirimu dari larangan-Nya, agar nafsu
badaniahmu tidak memasuki hatimu setelah ia keluar. Untuk membuang nafsu-nafsu badaniah
dari hatimu, kamu harus berjuang melawannya dan jangan menyerah kepadanya dalam keadaan
bagaimanapun juga dan dalam tempo kapanpun juga. Oleh karena itu, janganlah menghendaki
sesuatu yang tidak dikehendaki oleh Allah. Kehendakmu yang tidak sesuai dengan kehendak
Allah adalah kehendak nafsu badaniah. Jika kehendak ini kamu turuti, maka ia akan merusak
dirimu dan menjauhkanmu dari Allah.

Patuhilah perintah Allah, jauhilah larangan-Nya, bertawakallah kepada-Nya dan jangan sekali-
kali kamu menyekutukan-Nya. Dia-lah yang telah menjadikan nafsu dan kehendakmu. Oleh
karena itu, janganlah kamu berkehendak, berkebutuhan atau bercita-cita untuk mendapatkan
sesuatu, agar kamu tidak tercebur ke lembah syirik. Allah berfirman :
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal
saleh, dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya. (QS
18:110) .

Syirik itu bukan melulu menyembah berhala, tetapi termasuk juga di dalamnya adalah menuruti
hawa nafsu dan menyekutukan apa saja yang ada di dunia dan di akhirat dengan Allah, karena
apa saja selain Allah bukanlah Tuhan. Oleh karena itu, jika kamu tumpukan hatimu kepada
sesuatu selain Allah, berarti kamu telah berbuat syirik. Maka, janganlah kamu menyekutukan
Allah dengan jalan apapun juga, baik dengan jalan kasar maupun dengan jalan halus. Berjaga-
jagalah selalu dan jangan berdiam diri, berhati-hatilah selalu dan waspadalah, semoga kamu
beroleh keselamatan.

Segala kedudukan dan kebaikan yang kamu peroleh, jangan kamu katakan bahwa ia datang dari
kamu sendiri atau kepunyaan kamu yang sebenarnya. Jika kamu diberi sesuatu atau kenaikan
pangkat kedudukan, janganlah kamu hebohkan kepada siapapun. Sebab, ia dalam pertukaran
suasana dari hari ke hari itu, Allah selalu menampakkan keagungan-Nya dalam aspek-aspek
yang senantiasa baru, dan Allah berada di antara hamba-hamba-Nya dengan hati-hati mereka.

Boleh jadi apa yang dikatakan sebagai milik kamu itu akan dilepaskan-Nya dari kamu, dan boleh
jadi apa yang kamu anggap kekal itu akan berubah keadaannya. Sehingga, jika hal itu terjadi
kamu akan merasa malu kepada mereka yang kamu hebohkan itu. Maka, lebih baik kamu
berdiam diri, simpan pemberian itu di dalam pengetahuan kamu saja dan tidak usah kamu
sampaikan kepada siapapun. Jika kamu miliki sesuatu, ketahuilah bahwa itu adalah karunia
Allah, bersyukurlah kepada-Nya dan mohonlah kepada-Nya supaya Dia menambahkan nikmat-
nikmat-Nya kepadamu. Jika sesuatu itu lepas darimu, maka Dia akan menambah ilmumu,
kesadaranmu dan kewaspadaanmu.

Allah berfirman : Apa saja ayat yang Kami nashkhkan atau Kami jadikan (manusia) lupa
kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik dari padanya atau yang sebanding dengannya.
Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu
? (QS 2:106)

Oleh karena itu, janganlah kamu mengira bahwa Allah tidak berkuasa atas segala sesuatu,
janganlah kamu menduga bahwa ketentuan dan peraturan-Nya mempunyai kekurangan dan
janganlah kamu merasa ragu akan janji-Nya. Contohlah Nabi besar Muhammad SAW, ayat-ayat
yang diwahyukan kepadanya dipraktekkan, dibaca di dalam masjid, ditulis di dalam buku,
diambil dan ditukar dengan yang lainnya, dan perhatian Nabi diarahkan kepada wahyu-wahyu
yang baru diterimanya yang menggantikan ayat-ayat yang telah lama. Ini terjadi dalam masalah-
masalah hukum yang zhahir. Berkenaan dengan masalah-masalah kebathinan, ilmu dan kondisi
kerohanian yang didapatinya dari Tuhan, beliau senantiasa berkata bahwa hatinya selalu diliputi,
dan beliau memohon perlindungan kepada Allah sebanyak tujuhpuluh kali di dalam satu hari.
Juga diceritakan bahwa sebanyak seratus kali dalam sehari Nabi dibawa dari satu keadaan
kepada satu keadaan yang lainnya yang dengan itu beliau dibawa menuju peringkat yang paling
dekat kepada Allah. Beliau mengembara ke alam yang maha tinggi sambil diselubungi oleh
nur, dari satu peringkat kepada peringkat lainnya yang lebih tinggi. Tiap-tiap beliau menaiki
satu peringkat, maka peringkat yang di bawahnya itu tampak gelap jika dibandingkan dengan
peringkat atas itu. Semakin tinggi beliau naik, semakin bersinarlah nur Allah meliputi hati
sanubarinya. Beliau senantiasa menerima pengarahan supaya memohon ampunan dan
perlindungan Tuhan, karena sebaik-baiknya hamba Allah itu adalah mereka yang senantiasa
memohon ampunan dan perlindungan Allah dan senantiasa pula kembali kepada-Nya. Ini
dimaksudkan untuk menyadarkan kita bahwa kita ini mempunyai dosa dan kesalahan yang
keduanya terdapat pada hamba-hamba Allah di dalam seluruh aspek kehidupannya, sebagai ahli
waris Adam as, bapak seluruh manusia dan hamba pilihan Allah. Manakala kelalaian terhadap
perintah Allah telah mengaburkan cahaya kerohanian Adam dan beliaupun menampakkan
keinginannya untuk kekal hidup di surga berada di samping Tuhan, dan Tuhanpun berkehendak
mengantarkan malaikat Jibril kepada beliau, maka ketika itulah kehendak diri (ego) beliau
nampak, kehendak Adam bercampur dengan kehendak Allah.

Oleh karena itu, kehendak beliau dihancurkan, keadaan pertama itu dihilangkan, kedekatan
kepada Tuhan di masa itu dihilangkan, cahaya keimanan yang bersinar terang itu berubah
menjadi pudar dan kesucian rohani beliau telah menjadi sedikit kotor. Kemudian Allah hendak
memberikan peringatan kepada beliau, menyadarkan beliau akan dosa dan kesalahannya,
memerintahkannya untuk mengakui kesalahan dan dosanya serta meminta ampun kepada Allah.
Adam as berkata, Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah berbuat aniaya terhadap diri
kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan mengasihani kami, sudah barang tentu
kami termasuk dalam golongan orang-orang yang merugi. Kemudian datanglah petunjuk
kepada Beliau, kesadaran untuk bertobat, pengetahuan tentang hakikat akibatnya dan ilmu
hikmah yang tersembunyi di dalam peristiwa inipun tersingkaplah. Dengan kasih sayang-Nya,
Allah menyuruh mereka supaya tobat. Setelah itu, kehendak yang timbul dari Adam diganti dan
keadaannya yang semulapun dirubah, maka diberikanlah kepadanya jabatan Wilayah yang
lebih tinggi serta diberi kedudukan di dalam dunia ini dan di akhirat kelak. Maka jadilah dunia
ini sebagai tempat tinggalnya dan tempat keturunannya, dan akhirat kelak adalah tempat
kembalinya yang kekal abadi.

Jadikanlah Nabi besar Muhammad SAW ; seorang Rasul dan kekasih Allah, hamba-Nya yang
pilihan itu; dan Adam, yaitu bapak seluruh manusia dan hamba pilihan Allah, sebagai contoh dan
tauladan. Contohlah mereka berdua di dalam hal mengakui kesalahan dan dosanya sendiri, di
dalam meminta ampun kepada-Nya dan di dalam memohon pertolongan-Nya dari segala noda
dan dosa. Dan contohlah mereka di dalam hal merendahkan diri kepada Allah, karena manusia
adalah mahluk yang lemah dalam segala halnya.

15. Hakikat Pasrah Dalam Perjalanan Spiritual

Wejangan Spiritual Maulana Syaikh Abdul Qadir al Jilani

Janganlah kamu bersusah payah untuk mendapatkan keuntungan dan jangan pula kamu mencoba
menghindarkan diri dari malapetaka. Keuntungan itu akan datang kepadamu jika memang sudah
ditentukan oleh Allah untuk kamu, baik kamu sengaja untuk mencarinya maupun tidak.
Malapetaka itupun akan datang menimpamu, baik kamu menghindarkannya dengan doa dan
shalat atau kamu menghadapinya dengan penuh kesabaran, karena hendak mencari keridhoan
Allah.

Hendaklah kamu berserah diri dan bertawakal sepenuhnya kepada Allah di dalam segala hal,
agar Dia memanifestasikan kerja-Nya melalui kamu. Jika kebaikan yang kamu dapati, maka
bersyukurlah. Dan jika bencana yang menimpa kamu, maka bersabarlah dan kembalilah kepada
Dia. Kemudian, rasakanlah keuntungan yang kamu dapati dari apa yang kamu anggap sebagai
bencana itu, lalu tenggelamlah di dalam Dia melalui perkara itu sejauh kemampuan yang kamu
miliki dengan cara keadaan rohani yang telah diberikan kepadamu. Dengan cara inilah kamu
dinaikkan dari satu peringkat ke peringkat lainnya yang lebih tinggi dalam perjalanan menuju
Allah, supaya kamu dapat mencapai Dia. Kemudian kamu akan disampaikan kepada satu
kedudukan yang telah dicapai oleh orang-orang shiddiq, para syuhada dan orang-orang saleh
sebelum kamu. Dengan demikian kamu akan dekat dengan Allah, agar kamu dapat melihat
kedudukan orang-orang sebelum kamu dengan menuju Raja Yang Maha Agung itu. Di sisi
Tuhan Allah-lah kamu mendapatkan kesentosaan, keselamatan dan keuntungan. Biarlah bencana
itu menimpa kamu dan jangan sekali-kali kamu mencoba menghindarkannya dengan doa dan
shalatmu, dan jangan pula kamu merasa tidak senang dengan kedatangan bencana itu, karena
panas api bencana itu tidak sehebat dan sepanas api neraka.

Telah diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, Sesungguhnya api neraka
akan berkata kepada orang-orang yang beriman; Lekaslah kamu pergi wahai orang-orang
mumin, karena cahayamu akan memadamkan apiku Bukankah cahaya si Mumin yang
memadamkan api neraka itu serupa dengan cahaya yang terdapat padanya di dunia ini dan yang
membedakan orang-orang yang taat kepada Allah dengan orang-orang yang durhaka kepada-
Nya ? Biarkanlah cahaya itu memadamkan api bencana, dan biarkanlah kesabaranmu terhadap
Tuhan itu memadamkan hawa panas yang hendak menguasai kamu.

Sebenarnya, bencana yang datang kepada kamu itu bukannya akan menghancurkan kamu,
melainkan sebenarnya adalah akan menguji kamu, mengesahkan kesempurnaan iman kamu,
menguatkan dasar kepercayaanmu dan memberikan kabar baik ke dalam batinmu. Allah
berfirman, Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui
orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik
buruknya) hal ihwalmu. (QS 47:31)

Oleh karena itu, manakala kebenaran keimanan kamu telah terbukti dan kamu dapat
menyesuaikan diri dengan kehendak dan perbuatan Allah, dan dengan idzin Allah juga, maka
hendaklah kamu tetap bersabar dan ridho serta patuh kepada-Nya. Janganlah kamu melakukan
apa saja yang dilarang oleh Allah. Apabila perintah-Nya telah datang, maka dengarkanlah,
perhatikanlah, bersegeralah melakukannya, senantiasalah kamu bergerak dan jangan bersikap
pasif terhadap takdir dan perbuatan-Nya, tetapi pergunakanlah seluruh daya dan upayamu untuk
melaksanakan perintah-Nya itu.

Sekiranya kamu tidak sanggup melaksanakan perintah itu, maka janganlah lalai untuk kembali
menghadap Tuhan. Mohonlah ampunan-Nya dan memintalah dengan penuh merendahkan diri
kepada-Nya. Carilah sebab musabab mengapa kamu tidak sanggup melaksanakan perintah itu.
Mungkin saja kamu tidak sanggup melaksanakan perintah itu lantaran kejahatan syak wasangka
yang tedapat di dalam pikiranmu, atau kamu kurang bersopan santun di dalam mematuhi-Nya,
atau kamu terlalu sombong dan bangga, atau kamu terlalu menggantungkan diri kepada daya dan
upayamu sendiri, dan atau kamu menyekutukan Allah dengan dirimu atau mahluk. Akibat semua
itu, kamu berada terlalu jauh dari Dia, membuatmu lupa untuk mematuhi Dia, kamu dijauhkan
dari pertolongan-Nya, Dia murka kepadamu dan membiarkanmu asyik terlena dengan hal-hal
keduniaan dan menuruti nafsu angkara murkamu. Tahukah kamu, bahwa semua itu
menyebabkan kamu lupa kepada Allah dan menjauhkan kamu dari Dia yang menjadikan dan
mengasuhmu serta memberimu rizki yang tiada terkira.
Oleh karena itu waspadalah terhadap apa saja yang dapat menjauhkan kau dari Allah. Berhati-
hatilah terhadap apa saja selain Allah yang hendak memalingkan kamu dari Allah. Apa saja
selain Allah bukanlah Allah. Karenanya, kamu jangan mengambil apa saja selain Allah lalu
kamu membuang Allah, karena Allahmembencinya, maupun kamu mencoba menciptakan kamu
itu hanya untuk mengabdi kepada-Nya saja. Maka janganlah kamu menganiaya dirimu sendiri
dengan melupakan Allah dan perintah-Nya, karena hal ini akan menyeretmu masuk neraka yang
bahan bakarnya terdiri atas manusia dan batu. Ketika itu kamu akan menyesal, sesal yang tiada
berguna lagi. Tobat pada waktu itu sudah tidak berguna lagi. Merataplah dan menangislah, tetapi
siapakah yang berdaya untuk menolongmu ? Kamu memohon ampun kepada Allah, tetapi Allah
tidak menerima permohonanmu lagi ketika itu. Kemudian kamu berangan-angan hendak kembali
lagi ke dunia untuk membetulkan ibadahmu kepada Allah, tetapi apa daya dunia sudah tidak ada
lagi bagi kamu.

Kasihanilah diri kamu itu. Gunakanlah segala daya dan upayamu untuk mengabdikan diri kepada
Allah SWT. Gunakanlah apa saja yang telah diberikan Allah kepadamu, berupa ilmu, akal,
kepercayaan dan cahaya kerohanian kamu untuk mengabdikan diri kepada Allah, agar kamu
diliputi cahaya yang terang benderang dan tidak lagi berada di dalam kegelapan. Berpegang
teguhlah kepada Allah dan hukum-hukum-Nya, dan mengembaralah kamu menuju Allah
menurut aturan-aturan yang telah ditentukan oleh Allah. Dia-lah yang telah menciptakan dan
memelihara kamu seta menjadikan kamu seorang manusia yang sempurna. Janganlah kamu
mencari apa-apa yang tidak diperintahkan-Nya dan janganlah kamu mengatakan bahwa sesuatu
itu buruk sebelum Dia mengharamkannya. Apabila telah terdapat keserasian antara kamu dengan
Allah dan perintah-Nya, maka seluruh alam ini akan menghambakan diri kepada kamu. Dan
apabila kamu menghindarkan apa-apa yang diharamkan oleh Allah, maka semua perkara yang
tidak diinginkan itu akan lari dari kamu di manapun juga kamu berada.

Allah berfirman, Wahai manusia, Aku-lah Tuhan. Tidak ada Tuhan selain Aku. Jika Aku
mengatakan kepada sesuatu, Jadilah ! maka jadilah ia. Patuhlah kepada-Ku sehingga jika kamu
mengatakan kepada sesuatu, Jadilah ! maka jadilah ia. Allah juga berfirman, Wahai bumi,
barangsiapa menghambakan dirinya kepada-Ku, maka berkhidmadlah engkau kepadanya. Dan
barangsiapa menghambakan dirinya kepadamu, maka buatlah ia susah. Demikianlah firman-
firman Tuhan di dalam kitab-Nya.

Oleh karena itulah, jika datang larangan dari Allah, maka jadikanlah dirimu seolah-olah orang
yang letih, lesu dan tiada berdaya; atau seperti tubuh yang tiada bersemangat, tiada berkehendak
dan bernafsu, bebas dari dunia kebendaan, lepas dari nafsu-nafsu kebinatangan; atau bagaikan
halaman rumah yang gelap gulita; dan atau seperti bangunan yang hendak roboh yang tidak
berpenghuni. Hendaknya kamu menjadi seperti orang yang telah tuli, buta, bisu, sakit gigi,
lumpuh, tidak bernafsu, tidak berakal dan badan kamu seolah-olah mati dan dibawa kabur.
Hendaklah kamu memperhatikan dan segera melaksanakan perintah-perintah Allah. Bencilah
dan malaslah untuk melakukan apa-apa yang dilarang oleh Allah, beraksilah terhadapnya seperti
orang mati dan serahkanlah bulat-bulat dirimu kepada Allah. Minumlah minuman ini, ambillah
obat ini dan makanlah makanan ini, supaya kamu bebas dari nafsu-nafsu kebinatangan dan
kesetanan, agar kamu sembuh dari penyakit dosa dan maksiat serta terlepas dari ikatan hawa
nafsu. Semoga kamu mencapai kesehatan jiwa yang sempurna.
16. Khalwat & Uzlah

Hindarkanlah dirimu dari orang ramai dengan perintah Allah, dari nafsumu dengan perintah-Nya
dan dari kehendakmu dengan perbuatan-Nya agar kamu pantas untuk menerima ilmu Allah.
Tanda bahwa kamu telah menghindarkan diri dari orang ramai adalah secara keseluruhannya
kamu telah memutuskan segala hubungan kamu dengan orang ramai dan telah membebaskan
seluruh pikiranmu dengan segala hal yang bersangkutan dengan mereka.

Tanda bahwa kamu telah putus dari nafsumu adalah apabila kamu telah membuang segala usaha
dan upaya untuk mencapai kepentingan keduniaan dan segala hubungan dengan cara-cara
duniawi untuk mendapatkan suatu keuntungan dan menghindarkan bahaya. Janganlah kamu
bergerak untuk kepentinganmu sendiri. Janganlah kamu bergantung kepada dirimu sendiri di
dalam hal-hal yang bersangkutan dengan dirimu. Janganlah kamu melindungi dan menolong
dirimu dengan dirimu sendiri. Serahkanlah segalanya kepada Allah, karena Dia-lah yang
memelihara dan menjaga segalanya, sejak dari awalnya hingga kekal selamanya. Dia-lah yang
menjaga dirimu di dalam rahim ibumu sebelum kamu dilahirkan dan Dia pulalah yang
memelihara kamu semasa kamu masih bayi.

Tanda bahwa kamu telah menghindarkan dirimu dari kehendakmu dengan perbuatan Allah
adalah apabila kamu tidak lagi melayani kebutuhan-kebutuhanmu, tidak lagi mempunyai tujuan
apa-apa dan tidak lagi mempunyai kebutuhan atau maksud lain, karena kamu tidak mempunyai
tujuan atau kebutuhan selain kepada Allah semata-mata. Perbuatan Allah tampak pada kamu dan
pada masa kehendak dan perbuatan Allah itu bergerak. Badanmu pasif, hatimu tenang,
pikiranmu luas, mukamu berseri dan jiwamu bertambah subur. Dengan demikian kamu akan
terlepas dari kebutuhan terhadap kebendaan, karena kamu telah berhubungan dengan Al-Khaliq.
Tangan Yang Maha Kuasa akan menggerakkanmu. Lidah Yang Maha Abadi akan
memanggilmu. Tuhan semesta alam akan mengajar kamu dan memberimu pakaian cahaya-Nya
dan pakaian kerohanian serta akan mendudukkan kamu pada peringkat orang-orang alim
terdahulu.

Setelah mengalami semua ini, hati kamu akan bertambah lebur, sehingga nafsu dan kehendakmu
akan hancur bagaikan sebuah tempayan yang pecah yang tidak lagi berisikan air walau
setetespun. Kosonglah dirimu dari seluruh perilaku kemanusiaan dan dari keadaan tidak
menerima suatu kehendak selain kehendak Allah. Pada peringkat ini, kamu akan dikaruniai
keramat-keramat dan perkara-perkara yang luar biasa. Pada zhahirnya, perkara-perkara itu
datang darimu, tapi yang sebenarnya adalah perbuatan dan kehendak Allah semata.

Oleh karena itu, masuklah kamu ke dalam golongan orang-orang yang telah luluh hatinya dan
telah hilang nafsu-nafsu kebinatangannya. Setelah itu kamu akan menerima sifat-sifat ke-Tuhan-
an yang maha tinggi. Berkenaan dengan hal inilah maka Nabi besar Muhammad Saww bersabda,
Aku menyukai tiga perkara dari dunia ini: bau-bauan yang harum, wanita dan shalat yang
apabila aku melakukannya, maka mataku akan merasa sejuk di dalamnya. Semua ini diberikan
kepadanya setelah seluruh kehendak dan nafsu sebagaimana disebutkan di atas terlepas dari
dirinya. Allah berfirman, Sesungguhnya Aku bersama mereka yang telah luluh hatinya karena
Aku.
Allah Taala tidak akan menyertai kamu, sekiranya semua nafsu dan kehendakmu itu tidak
diluluhkan. Apabila semua itu telah hancur dan luluh, dan tidak ada lagi yang tersisa pada
dirimu, maka telah pantaslah kamu untuk diisi oleh Allah dan Allah akan menjadikan kamu
sebagai orang baru yang dilengkapi dengan tenaga dan kehendak yang baru pula. Jika egomu
tampil kembali, walaupun hanya sedikit, maka Allah akan menghancurkannya lagi, sehingga
kamu akan kosong kembali seperti semula, dan untuk selamanya kamu akan tetap luluh hati.
Allah akan menjadikan kehendak-kehendak baru di dalam diri kamu dan jika dalam pada itu
masih juga terdapat diri (ego) kamu, maka Allah-pun akan terus menghancurkannya.
Demikianlah terus terjadi hingga kamu menemui Tuhanmu di akhir hayatmu nanti.

Inilah maksud firman Tuhan, Sesungguhnya Aku bersama mereka yang telah luluh hatinya
karena Aku. Kamu akan mendapatkan dirimu kosong, yang sebenarnya ada hanyalah Allah.
Di dalam hadits Qudsi, Allah berfirman, Hamba-Ku yang taat senantiasa memohon untuk
dekat dengan-Ku melalui shalat-shalat sunatnya. Sehingga aku menjadikannya sebagai rekan-Ku,
dan apabila Aku menjadikan dia sebagai rekan-Ku, maka aku menjadi telinganya yang dengan
itu ia mendengar, menjadi matanya yang dengannya dia melihat, menjadi tangannya yang
dengannya ia memegang dan menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan, yakni ia mendengar
melalui Aku, memegang melalui Aku, dan mengetahui melalui Aku.

Sebenarnya, ini adalah keadaan fana (hapusnya diri). Apabila kamu sudah melepaskan dirimu
dan mahluk, karena mahluk itu bisa baik dan bisa juga jahat dan karena diri kamu itu bisa baik
dan juga bisa jahat, maka menurut pandanganmu tidak ada suatu kebaikan yang datang dari diri
kamu atau dari mahluk itu dan kamu tidak akan merasa takut kepada datangnya kejahatan dari
mahluk. Semua itu terletak di tangan Allah semata. Karenanya, datangnya buruk dan baik itu,
Dia-lah yang menentukannya semenjak awalnya.

Dengan demikian, Dia akan menyelamatkan kamu dari segala kejahatan mahluk-Nya dan
menenggelamkanmu di dalam lautan kebaikan-Nya. Sehingga kamu menjadi titik tumpuan
segala kebaikan, sumber keberkatan, kebahagiaan, kesentosaan, nur (cahaya) keselamatan dan
keamanan. Oleh karena itu, Fana adalah tujuan, sasaran, ujung dan dasar perjalanan wali Allah.
Semua wali Allah, dengan tingkat kemajuan mereka, telah memohon dengan sungguh-sungguh
kepada Allah untuk menggantikan kehendak atau kemauan mereka dengan kehendak atau
kemauan Allah. Mereka semuanya menggantikan kemauan atau kehendak mereka dengan
kemauan atau kehendak Allah. Pendek kata, mereka itu mem-fana-kan diri mereka dan me-
wujud-kan Allah. Karena itu mereka dijuluki Abdal (perkataan yang diambil dari kata Badal
yang berarti pertukaran).

Menurut mereka, menyekutukan kehendak mereka dengan kehendak Allah adalah suatu
perbuatan dosa. Sekiranya mereka lupa, sehingga mereka dikuasai oleh emosi dan rasa takut,
maka Allah Yang Maha Kuasa akan menolong dan menyadarkan mereka. Dengan demikian
mereka akan kembali sadar dan memohon perlindungan kepada Allah. Tidak ada manusia yang
benar-benar bebas dari pengaruh kehendak egonya (dirinya) sendiri, kecuali malaikat. Para
malaikat dipelihara oleh Allah dalam kesucian kehendak mereka dan para Nabi dipelihara dari
nafsu badaniah mereka. Sedangkan jin dan manusia telah diberi tanggung jawab untuk berakhlak
baik, tetapi mereka tidak terpelihara dari dipengaruhi oleh dosa dan maksiat. Para wali dipelihara
dari nafsu-nafsu badaniah dan abdal dipelihara dari kekotoran kehendak dan niat. Walaupun
demikian, mereka tidak bebas mu tlak, karena merekapun mungkin mempunyai kelemahan untuk
melakukan dosa. Tapi, dengan kasih sayang-Nya, Allah akan menolong dan menyadarkan
mereka.

(Fathul Ghaib Maulana Syaikh Abdul Qadir al Jilani)

17. Maqam Syarif Syaikh Abdul Qadir al Jilani

18. Mati Sebelum Mati

Apabila kamu mati dari mahluk, maka akan dikatakan kepada kamu, Semoga Allah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kamu. Kemudian Allah akan mematikan kamu dari nafsu-
nafsu badanniyah. Apabila kamu telah mati dari nafsu badanniyah, maka akan dikatakan
kepada kamu, Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kamu. Kemudian Allah akan
mematikan kamu dari kehendak-kehendak dan nafsu. Dan apabila kamu telah mati dari
kehendak dan nafsu, maka akan dikatakan kepada kamu, Semoga Allah melimpahkan rahmat-
Nya kepada kamu. Kemudian Allah akan menghidupkan kamu di dalam suatu kehidupan yang
baru.

Setelah itu, kamu akan diberi hidup yang tidak ada mati lagi. Kamu akan dikayakan dan tidak
akan pernah papa lagi. Kamu akan diberkati dan tidak akan dimurkai. Kamu akan diberi ilmu,
sehingga kamu tidak akan pernah bodoh lagi. Kamu akan diberi kesentosaan dan kamu tidak
akan merasa ketakutan lagi. Kamu akan maju dan tidak akan pernah mundur lagi. Nasib kamu
akan baik, tidak akan pernah buruk. Kamu akan dimuliakan dan tidak akan dihinakan. Kamu
akan didekati oleh Allah dan tidak akan dijauhi oleh-Nya. Martabat kamu akan menjadi tinggi
dan tidak akan pernah rendah lagi. Kamu akan dibersihkan, sehingga kamu tidak lagi merasa
kotor. Ringkasnya, jadilah kamu seorang yang tinggi dan memiliki kepribadian yang mandiri.
Dengan demikian, kamu boleh dikatakan sebagai manusia super atau orang yang luar biasa.

Jadilah kamu ahli waris para Rasul, para Nabi dan orang-orang yang shiddiq. Dengan demikian,
kamu akan menjadi manikam bagi segala kewalian, dan wali-wali yang masih hidup akan
datang menemui kamu. Melalui kamu, segala kesulitan dapat diselesaikan, dan melalui
shalatmu, tanamantanaman dapat ditumbuhkan, hujan dapat diturunkan, dan malapetaka yang
akan menimpa umat manusia dari seluruh tingkatan dan lapisan dapat dihindarkan. Boleh
dikatakan kamu adalah polisi yang menjaga kota dan rakyat.

Orang-orang akan berdatangan menemui kamu dari tempat-tempat yang dekat dan jauh dengan
membawa hadiah dan oleh-oleh dan memberikan khidmat (penghormatan) mereka kepadamu.
Semua ini hanyalah karena idzin Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Kuasa jua. Lisan manusia
tak henti-hentinya menghormati dan memuji kamu. Tidak ada dua orang yang beriman yang
bertingkah kepadamu. Wahai mereka yang baik-baik, yang tinggal di tempat-tempat ramai dan
mereka yang mengembara, inilah karunia Allah. Dan Allah mempunyai kekuasaan yang tiada
batas.

(Fathul Ghaib Maulana Syaikh Abdul Qadir al Jilani)


1. C. TARIKAT RIFAIYAH DAN AJARANNYA

Ajaran tarekat ini dibangun oleh Syekh Ahmad ar-Rifai (1182) di Bashra. Tarekat ini menyebar
ke Mesir,Suriah Anatolia di Turki Eropa Timur dan akhir-akhir ini di Amerika Utara. Ciri khas
tarekat adalah pelaksanaan zikirnya yg dilakukan ber-sama2 & di iringi dgn suara gendang yg
bertalu-talu.Zikir tsb dilakukan sampai mencapai suatu keadaan dimana mereka dpt melakukan
perbuatan2 yg menakjubkan,antara lain berguling-guling dlm cara & tdk mempan oleh senjata
tajam.

Rifaiyah adalah sebuah Organisasi para santri K.H. Ahmad Rifai Desa Kalisalak Kecamatan
Limpung Batang Jawa Tengah Indonesia. Untuk lebih mengenal tentang Rifaiyah disini saya
paparkan mengenai tokoh utama Rifaiyah yaitu Kyai Haji Ahmad Rifai. Saya mengutip tulisan
ini dari buku karangan H. Ahmad Syadirin Amin yang berjudul Pemikiran Kiai Haji Ahmad
Rifai Tentang Rukun Islam Satuterbitan Jamaah Masjid Baiturrahman Jakarta Pusat Tahun
1994/1415 H dengan harapan akan membantu anda mengenal siapa Kiai Haji Ahmad Rifai
sehingga diketahui asal muasal Rifaiyah. Sebelumnya Sebagai Tradisi K.H.Ahmad Rifai yang
harus saya lestarikan adalah beliau selalu mengawali setiap tulisan beliau dengan bacaan
Bismillah dan Hamdallah dan Solawat , setelah membaca Bismillah dan Hamdallah serta solawat
maka mari Kita mulai membaca uraian dibawah ini.

Biografi
Kiai Haji Ahmad Rifai dilahirkan pada 9 Muharam 1200 H atau 1786 di desa Tempuran
Kabupaten Semarang (saat itu) dari pasangan suami isteri K.H. Muhammad Marhum Bin Abi
Sujak Seorang Penghulu Landerad di Kendal dan Siti Rahmah, pada waktu usia Beliau sekitar 6
tahun ayah Beliau wafat (Semoga Allah Mengasihinya), sehingga Beliau mendapat sentuhan
kasih sayang dari seorang ayah dalam waktu yang singkat, yaitu selama 6 tahun. pada usianya
yang begitu muda itu (6 tahun) itu beliau (Ki Ahmad) sudah diasuh oleh kakaknya yang bernama
Nyai Rajiyah istri Kiai Asari seoarang ulama pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren
Kaliwungu.

Di sinilah Syekhina belajar ilmu agama kepada kiai Asari dan diamalkan melalui dakwah lisan
dan tulisan kepada rakyat sekitarnya, sebelum sampai kesuksesannya menelurkan banyak karya
ilmiah yang sarat ilmu dan patriotisme serta cita-cita kemerdekaan yang justru menghadirkannya
pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan baginya dan bagi kita (dampaknya sampai
sekarang) yaitu: berpisah dengan keluarga dan menikmati masa masa terakhir hidup dalam
pengasingan meski sempat ada komunikasi lewat surat-menyurat dengan Maufuro tetapi setelah
ketahuan Belanda hubungan benar-benar putus dan para murid semakin terpojok oleh isolasi
Belanda, kitab-kitab banyak disita Belanda dan sekarang cerita ini hanya diketahui oleh beberapa
orang saja bahkan keturunan syeikhina dijawa tidak diketahui, tanah wakaf dijarah penduduk
meski sebagian telah dibeli / dimerdekakan oleh para Saudara Rifaiyah yang semoga dimuliakan
Allah ( Aneh!!!!!!?!!) serta isu klasik yang menyerang para muridnya ditambah tidak adanya
regenarasi menjadikan kita minoritas kalah kuantitas bahkan mungkin kualitas.
Beliau hidup dipengasingan sampai ajalnya menjemputnya di Ambon pada Kamis 25 Robiul
Akhir 1286 H (usia 86 tahun), ada riwayat lain yang mengatakan beliau wafat pada 1292 H (92
tahun, semoga yang ini benar, karena itu berarti beliau panjang umur) di kampung Jawa Tondono
Kabupaten Minahasa, Manado Sulawesi Utara dan dimakamkan di komplek makam pahlawan
Kiai Modjo di sebuah bukit yang terletak kurang lebih 1 km dari kampung Jawa Tondano (Jaton)
mencari ilmu ke Mekkah dan Mesir.

Setelah beberapa kali keluar masuk penjara Kendal dan Semarang karena dakwahnya tegas,
dalam usia 30 tahun, Ahmad Rifai berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, ke
Madinah ziarah Makam Rosululloh SAW dan memperdalam ilmu di sana selama 8 tahun. Dan
kemudian di Mesir selama 12 tahun. Di Haramain (Mekkah dan Madinah) ia berguru kepada
Syaikh Abdul Aziz Al Habisyi, Syaikh Ahmad Ustman dan Syaikh Is Al -Barawi. Sedang di
Mesir ia berguru pada Syaikh Ibrahim Al Bajuri dan kawan-kawan.

Pulang ke Kendal menjelang kembali ke kampung halaman di Kendal, Kiai Haji Ahmad Rifai
bertemu dengan ulama-ulama Indonesia di Mekkah , Nawawi dari Banten, Muhammmad Khallil
dari Madura dan teman yang lain. Dalam pertemuan itu, mereka mengadakan musyawarah untuk
memikirkan nasib umat di Indonesia yang sedang terbelenggu oleh takhayul, kufarat dan mistis.
Bahkan bangsa Indonesia sedang dalam cengkeraman Belanda hasil musyawarah yang mereka
sepakati bersama, mengadakan pembaharuan dan pemurnian islam lewat pengajian, diskusi,
dialog dan penerjemahan kitab-kitab bahasa Arab ke bahasa Jawa ( Jarwaake!).

Isi dalam karya diutamakan membahas ilmu pokok yaitu Aqidah Islamiah Ibadah Muammalah
dan Akhlak. Kiai Nawawi mengemban tugas menyusun kitab Aqidah, Ahmad Rifai Fiqih dan
Muhammad Khallil menyusun Tasawuf. Pada tahun 1254 H Haji Ahmad Rifai telah selesai
menyusun kitab Nasihatul Awam di Kalisalak Batang Pekalongan. Nawawi menetap di Banten
dan Khllil di Madura. Bagi Syekh Nawawi , karena keadaan pada waktu itu masih di bawah
jajahan Belanda, dan setiap gerak-gerik ulama selalu diawasi, termasuk kegiatan Nawawi, ia
terpaksa kembali ke Mekkah untuk mengajarkan ilmu yang dimiliki kepada mahasiswa yang
berdatangan ke sana dari berbagai negara.

Di Mekkah, ia tinggal disebuah perkampungan Syiib Ali sampai wafatnya. Muhammad Khallil
memimpin pesantren dan sebagai guru tarekat muktabarah di Bangkalan Madura sampai akhir
hayatnya. Sedang Ahmad Rifai sebelum hijrah ke Kalisalak, Haji Ahmad Rifai pulang ke desa
Tempuran Kendal ingin melepas rindu dengan keluarga. Namun Tuhan menghendaki lain, istri
yang diharapkan bisa memberi semangat dalam perjuangan, telah tiada.

Meskipun demikian, semangat Syeikhina dalam menegakkan kebenaran mengalahkan kebatilan


tidak menjadi surut. Tidak lama setelah pulang dari Mekkah, Syeikhina beliau tidak
diperkenankan tinggal di Kendal karena Haji Ahmad Rifai selalu mengkritik elit e agama
,birokrasi Belanda dan Masyarakat yang berkolaborasi dengan kolonial Belanda. Karena
Menurut Syaikhina Belanda adalah kafir. Strategi Dakwah Pesantren Kaliwungu Kendal adalah
sebuah pemondokan para santri dari berbagai daerah belajar mengaji kitab salaf kepada seorang
kiai asli keturunan Keraton Yogyakarta Kiai Asyari namanya kakak ipar Syeikhina, suami Nyai
Rajiyah (kakak perempuan Syeikhina).
Di pesantren inilah Syeikhina dibesarkan dan memperoleh pendidikan dan pembinaan dari Kiai
Asyari, setelah tumbuh menjadi pemuda dan dianggap cukup pengetahuan ilmu agamanya, Kiai
Ahmad Rifai terjun ke dunia dakwah di Kendal, Wonosobo bahkan Pekalongan, di Kendal ia
mendirikan pengajian dan menghimpun parasantri yang datang dari berbagai daerah, sehingga
menjadi kelompok pengajian yang besar.

Keberhasilan Kiai Ahmad Rifai ini karena dakwah dan pengajiannya sangat menarik sebelum
kegiatannya diketahui oleh pemerintah kafir kolonial setempat, Ahmad Rifai Kiai keturunan
Kraton Yogyakarta ini telah berhasil menggalang kekuatan barangkali belum pernah dimiliki
kiai-kiai lain. Sehingga pada saat ia diasingkan dari Kendal kemudian atas inisiatif sendiri
menetap di Kalisalak , Kiai Ahmad Rifai sudah punya jaringan luas untuk mengembangkan
ajarannya. Strategi dakwah yang dikembangkan kiai Ahmad Rifai saat itu antara lain:
menghimpun anak-anak muda untuk dipersiapkan kelak menjadi kader-kader dakwah, karena
pemuda adalah harapan keluarga dan masyarakat. Di tangan pemudalah urusan umat dan dalam
derap langkah pemudalah hidupnya umat. Sekarang pemuda, esok pemimpin. Pemuda Qahar dan
Maufuro adalah bukti hasil pengaderannya.

Menghimpun kaum dewasa lelaki dan perempuan dari kaum petani, pedagang dan pegawai
pemerintah, dimaksudkan untuk memperkokoh strategi dakwah, penyokong utama dalam segi
finansial dan dewan harian pelaksanaan dakwah pengajiannya itu. Mengunjungi sanak famili
terdekat diajak bicara tentang kondisi agama, politik dan sosial yang dimainkan oleh pemerintah
kolonialisme Belanda dengan membuktikan fakta-fakta yang ada dan langkah yang akan
ditempuh dengan dakwah dan pengajian, supaya memperoleh simpati keluarga. Para santri dan
murid dianjurkan kawin antar sesama murid atau murid dengan anak guru, antar desa dan antar
daerah dimaksudkan agar terjalin hubungan yang mesra dan saling menumbuhkan kasih sayang
dan dapat mengembangkan ilmunya didaerah masing masing. Kiai Maufuro menikah dengan
anaknya bernama Nyai Fatimah alias Umroh.

Pada hari-hari tertentu mengadakan kegiatan khuruj berkunjung ke tempat lain yang miskin
materi dan agama . Dengan kunjungan itu diharafkan akan memperoleh respon dari masyarakat
atau mungkin paling tidak dapat membentengi pengaruh budaya barat yang merusak.
Menghimpun kader-kader muslim terdiri dari santri dan murid dari berbagai daerah kemudian
dijadikan mubalig untuk diterjunkan ke berbagai pelosok guna memberi dan menyampaikan
dakwah ketengah masyarakat.

Mendatangi masjid-masjid untuk memperbaruhi arah sholat ke arah menghadap kiblat.


Masyarakatnya, disarankan agar tidak menaati pemerintah kolonial, Belanda di Indonesia telah
merusak kepribadian dan kebudayaan bangsa.

Menerjemahkan kitab-kitab berbahasa Arab dengan kitab berbahasa Jawa yang mudah dipahami
dan diamalkan dengan model karangan sendiri. Untuk menyesuaikan kondisi masyarakat pada
waktu itu, dibuatkan kitab -kitab berbentuk syair atau nadzam yang indah dan dilagukan
sedemikian rupa sehingga menarik minat pembaca dan pendengar, kertas putih, tulisan merah,
untuk setiap Al Quran, Al Hadits, Qoulul Ulama (perkataan ulama) serta tiap kata awal dari
syair (yang Mengilhami ditulisnya tulisan ini dengan huruf merah pada awal paragraf) serta
hitam untuk tulisan makna dan komentar, penulisan ini sesuai dengan budaya bangsa sejak
Sultan Agung Mataram XVI dalam penulisan kitab-kitab Arab.

Menciptakan kesenian terbang (rebana) disertai dengan lagu-lagu, syair-syair, nadzam-nadzam


yang diambil dari kitab karangannya, sehingga terbangan itu di sebut Jawan. Terbangan itu
dimanfaatkan untuk mengingat pelajaran, hiburan pada saat ada hajatan dan sekaligus
mengantisipasi budaya asing yang merusak. Budaya itu sengaja dibawa Belanda ke Indonesia
untuk melawan budaya tanah air yang diwariskan oleh nenek moyang kita yang muslim dan
mukmin.

Pindah Ke Kalisalak rupanya pemerintah kolonial merasa khawatir terhadap gerakan keagamaan
Haji Ahmad Rifai itu berkembang di daerah kendal dan sekitarnya, karena gerakan yang semula
dirintangi itu ternyata makin banyak pengikutnya dari daerah lain. Diduga kekhawatiran
pemerintah Belanda terhadap gerakan Ahmad Rifai ini, diilhami oleh kekhawatiran pemerintah
kolonial akan munculnya kembali pemberontakan, seperti terjadinya Perang Diponegoro di Jawa
Tengah pada 1825 1830.

Pemerintah tidak mau lagi jatuh kedua kalinya dalam satu lubang. Sebelum Mubalig Ulung lebih
jauh melangkah, pemerintah kolonial mengambil langkah mengasingkan ulama kharismatik ini
ke luar Kendal, tidak lain agar gerakan beliau terhambat dan tidak berkembang. Atas
kenyataannya ini kemudian ia memilih tempat tinggal di Kalisalak sebagai basis perjuangannya.
Langkah ini ditempuh karena Kalisalak merupakan daerah strategis untuk medan dakwah dan
memudahkan kontak hubungan dengan semua pihak dari berbagai wilayah di Jawa Tengah dan
Jawa Barat.

Pada umumnya masyarakat disana kaum petani yang pengetahuan agamanya perlu
disempurnakan. Selain itu para murid yang pernah mendapat latihan mental waktu di Kendal
adalah dari Krisidenan Pekalongan, di samping Karisidenan lain, seperti Maufuro Batang, Abu
Ilham Batang, Abdul Azis Wonosobo, Abdul Hamid Wonosobo, Abdul Qohar Kendal,
Muhammad Thuba Kendal, Imamtani Kutowinangun, Muh Idris Indramayu, Muharrar
Purworejo, Mukhsin Kendal, Mas Suemodiwiryo Salatiga, Abdullah ( Dolak ) Magelang, Abu
Hasan Wonosobo, Abu Salim Pekalongan, Abdul Hadie Wonosobo, Tawwan Tegal, Asnawi
Pekalongan, Abdul Saman Kendal, Abu Mansyur Wonosobo, Abdul Ghani Wonosobo,
Muhammad Hasan Wonosobo, Muhammad Tayyib Wonosobo, Ahmad Hasan Pekalongan,
Nawawi Batang , Abu Nawawi Purwodadi.

Mereka itulah kader-kader Mubaligh tangguh yang berjasa mengembangkan pemikiran Haji
Ahmad Rifai ke daerah daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Ketika Haji Ahmad Rifai berada
di Kendal sempat menuklahkan putranya, Fatimah Alias Umroh dengan lurah Pondok, Maufuro
bin Nawawi, Keranggonan ( sekarang Karanganyar ) Kecamatan Limpung. Setelah
meninggalkan kota Kendal, Haji Ahmad Rifai sementara tinggal di rumah Kiai Maufuro
menantunya.

Tidak lama kemudian Ahmad Rifai menikahi janda Demang Kalisalak Alm Martowidjojo
namanya Sujainah lalu ia hidup bersama istrinya di Kalisalak. Di Kalisalak pada mulanya Kiai
Haji Ahmad Rifai menyelenggarakan pengajian untuk anak-anak. Namun lembaga itu kemudian
berkembang menjadi majelis pendidikan yang mencakup pula orang-orang dewasa, baik laki-laki
maupun perempuan. Satu hal yang menyebabkan pengajian haji Ahmad Rifai cepat terkenal
adalah metode terjemahannya, baik Al-Quran, Al-Hadits maupun kitab-kitab karangan ulama
Arab dan Aceh lebih dahulu diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa sebelum diajarkan kepada para
murid, bahkan kelihatan sebagai kewajiban yang ditempuh secara sadar,seperti yang tersirat di
dalam satu bait kitab Riayatal Himmah karya Haji Ahmad Rifai, sebagai berikut:

Wajib saben alim adil nuliyan narajumah kitab Arab rinetenan supoyo wong jawi akeh ngerti
pitutur saking Quran lan kitab kitab Arab jujur kaduwe wong awam enggal ngerti milahur
ningali kitab Tarjamah jawi pitutur

Artinya: Diwajibkan bagi setiap alim adil ( ulama akhirat ) untuk menejemahkan kitab Arab,
agar orang jawa lebih mengerti ajaran dari Al Quran dan kitab-kitab Arab ( Hadits dan Ulama )
dengan benar sehingga orang awam mengerti dan segera melaksanakannya.

melihat ( membaca dan mempelajari ) kitab Tarjumah jawa sebagai ajaran. karena metodenya
yang tepat manfaat maka tak mustahil pengajian Ahmad Rifai cepat berkembang. Para muridnya
datang dari daerah yang dekat saja seperti Kendal, Batang dan Pekalongan tetapi juga berasal
dari Kedu , Wonosobo, Magelang , Banyumas, Kerawang, Indramayu dan lainnya . Dan
intensitas pengajaran tauhid , fiqh dan tasawuf rasional yang dijalankan oleh Haji Ahmad Rifai
yang menyebabkan perbedaan antara tradisi keliru yang telah mapan dengan pemikiran barunya .
Mendirikan Pesantren Kiai Haji Ahamd Rifai mendirikan lembaga pendidikan pondok pesantren
di Kalisalak Batang . Sistem pengajaran yang menggunakan terjemahan bahasa jawa untuk
memahami ajaran ajaran islam , mendorong bertambahnya murid pesantren yang berdatangan
dari berbagai daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sementara waktu itu kebiasaan di pondok
pesantren masih berlaku pengajian kitab kiatb berbahasa Arab saja , dan masih asing terhadap
kitab kitab terjemahan. Menurut DR. [Karel A. Steenbrink]] ( Sarjana Belanda ) bahwa didalam
sejarah dakwah , Ahmad Rifai bisa dianggap hampir satu satunya tokoh yang bisa memberikan
uraian tentang agama Islam tanpa memakai idiom idiom Arab dan mampu mengarang buku
dalam bahasa yang menarik karena memakai bentuk syair. Metodologi yang digunakan dalam
pengajarannnya menggaunakan empat tahapan . Keempat tahapan itu adalah:

Tahapan Pertama ; Seorang santri harus belajar membaca kitab Tarojumah terbatas pada tulisan
Jawa. Sistem pengajaran ini dinamakan ngaji irengan , mengejakan satu persatu huruf kemudian
merangkum menjadi bacaan atau kalimat, tingkatan ini merupakan awal didalam cara membaca
kitab Tarojumah . Disamping itu para Santri harus menghafal syarat rukun iman, dan islam,
ibadah sholat dan wiridan Angawaruhi Ati Ningsun.! atau Sahadat Loro. Setelah
Sholat fardlu, diwajibkan mengikuti praktek Sholat yang dipimpin oleh lurah -pondok yang
bersangkutan .

Tahapan Kedua ; Mengaji dalil dalil Al Quran , Hadist dan Qoulul Ulama, yang terdapat
Kitab Tarojumah. Dalam Tahapan ini Seorang Lurah pondok harus menguasai ilmu tajwid Al
Quran dan mampu mengaplikasikannya dalam bacaan Al-Quran dengan benar. Pengajian tahap
ini disebut ngaji abangan karena memang tulisan Arab untuk dalil adalah berwarna merah atau
ABANG atau disebut juga ngaji dalil karena hanya dalil saja yang dibaca. Di samping itu santri
harus hafal dan bisa serta paham tentang Syarat Rukun Puasa dan Sholat.
Tahapan Ketiga ; Mengaji dalil dan makna jadi satu dari kitab kitab Tarojumah , tahapan ini
dinamakan ngaji lafal makno ( belajar menerjemahkan tiap kata dalil / kalimat dalil dengan
bahasa jawa yang ada dibawah dalil itui ) , disini para santri membutuhkan kejelian dalam
mencari arti.

Tahapan Keempat ; Seorang santri diajak memahami maksud yang terkandung dalam kitab
kitab Tarojumah , karena hampir setiap kalimat mempunyai makna harfiah dan tafsiriah yang
tentunya membutuhkan keterangan dan pemahaman yang dalam . Kitab kitab Tarojumah
disusun dengan formula lengkap : Kamaknanan , Kamurodan , Kasarahan , Kamaksudan Dan
Kapertelanan , atau dengan kata lain ngaji maksud , ngaji sorah , ngaji bandungan , atau ngaji
sorogan . Pengajian ini berupa pembacaan dan penerangan isi kandungannya dan dilakukan oleh
Syaikhina Haji Ahmad Rifai sendiri dihadapan para santri dan murid pilihan kemudian mereka
satu persatu memcoba menirukan seperti apa kata beliau . Dalam pengajian ini diajarkan pula
oleh ulama itu tentang ilmu dan amalan kesunahan yang tidak tertulis didalam kitab kitab
Tarojumahnya.

Kitab Kitab Tarojumah Karangannya Kitab -kitab karya Kiai Haji Ahmad Rifai di Jawa yang
dapat diketahui pasti ada 62 buah judul kitab rangkuman berbagai soal keagamaan yang diambil
dari Al Quran dan Al Hadits dan kitab kitab bahas Arab karangan ulama ulama
terdahulu yang diterjemahkan secara bebas kedalam bahasa Jawa , karenanya disebut Tarajumah
, berisi ilmu Tauhid , Fiqih dan Tasawuf , memakai huruf Arab Jawa Pegon, sebagian besar
berbentuk nadzam ( puisi tembang ), setiap empat baris dengan akhiran sama dan sebagian lagi
natsar ( prosa ) atau natsrah ( nadzam dan natsar sekaligus ) , selain itu ada juga yang berbentuk
miring yang disebut Tanbih Rejeng.

karya Tulis
Kitab kitab yang disusun di pulau Jawa ada 62:

Risalah berisi fatwa fatwa agama ( 1254 H ) ;

Nasihatul Awam , berisi Nasihat kepada masyarakat / awam ( 1254 H ) ;

Syarihul Iman, berisi Bab Iman , Islam , Ihsan dan barang taalu ( 1255 H ) ;

Taisir , berisi Ilmu Sholat Jumat ( 1255 H ) ;

Inayah , berisi Bab Khalifah Rosullulloh ( 1256 H ) ;

Bayan , berisi Ilmu meteodologi mendidik dan mengajar ( 1256 H ) ;

Jamul Masail , berisi Bab 3 Ilmu Agama ( 1256 H ) ;

Qowaid , berisi Bab Ilmu Agama ( 1257 H ) ;

Targhib , berisi Bab Makrifatulloh ( 1257 H ) ;


Thoriqot Besar , berisi Bab Hidayatulloh ( 1257 H ) ;

Thoriqot Kecil , berisi Bab Thariqotulloh ( 1257 H ) ;

Athlab , berisi Bab mencari Ilmu Pengetahuan ( 1259 H ) ;

Husnul Mitholab , berisi 3 Ilmu Agama ( 1259 H );

Thulaab , berisi Bab Kiblat Sholat ( 1259 H ) ;

Absyar , berisi Bab Kiblat Sholat ( 1259 H ) ;

Tafriqoh , berisi Bab Kewajiban Mukalaf ( 1260 H ) ;

Asnal Miqosod , Bab 3 Ilmu Agama ( 1261 H ) ;

Tafsilah , berisi Bab Kemntapan Iman ( 1261 H ) ;

Imdaad , berisi Masalah Dosa Takabur ( 1261 H ) ;

Irsyaad , berisi Bab Ilmu Manfaat ( 1261 H ) ;

Irfaq , berisi Bab Iman , Islam , dan Ihsan ( 1261 H ) ;

Nadzam Arja Safaat , berisi Hikayat Isro Miroj Nabi SolAm ( 1261 H ) ;

Jam ul Masail , berisi Bab Fiqih dan Tasawuf ( 1261 H );

Jamul Masail , berisi Bab Tasawuf ( 1261 H ) ;

Tahsin , berisi Bab Fidyah Sholat Dan Puasa ( 1261 H ) ;

Showalih , berisi Kerukunan Umat Beragama ( 1262 H ) ;

Miqshadi , berisi Bab bacaan Al Fatihah ( 1262 H );

Asad , berisi Bab Iman dan Marifatulloh ( 1262 H ) ;

Fauziah , berisi Bab Jumalah Maksiat ( 1262 H ) ;

Hasaniah , berisi Bab Fardlu Mubadarah ( 1262 H ) ;

Fadliyah , berisi Bab Dzikrulloh ( 1263 H ) ;

Tabyanal Islah , berisi Bab Nikah Tholaq Rujuk ( 1264 H );


Abyanal Hawaij , berisi Bab 3 Ilmu Agama ( Ushul-Fiqih-Tasawuf ) ( 1265 H ) ;

Takhirah Mukhtasar , berisi Bab Iman Islam ( 1266 H ) ;

Riayatal Himmah , berisi Bab 3 Ilmu Agama ( 1266 H ) ;

Tasyrihatal Muhtaj , berisi Masalah Muamalah ( EKSOS ) ( 1266 H ) ;

Kaifiyah , berisi Bab Tata Cara Sholat ( 1266 H ) ;

Misbahah , berisi Bab Dosa Meninggalkan Sholat ( 1266 H ) ;

Mauniyah , berisi Sebab Jadi kafir ( 1266 H ) ;

Uluwiyah , berisi Bab Takabur karena Harta ( 1266 H ) ;

Rujumiyah , berisi Bab Sholat Jumah ( 1266 H ) ;

Mufhamah , berisi Bab Mukmin dan Kafir ( 1266 H ;

Basthiyah , berisi Bab Ilmu Syariat ( 1267 H ) ;

Tahsinah , berisi Bab Ilmu Tajwid ( 1268 H ) ;

Tadzkiyah , berisi Bab Menyembelih Binatang ( 1269 H );

Fatawiyah , berisi Bab Cara Berfatwa Agama ( 1269 H ) ;

Samhiyah , berisi Bab Sholat Jumah ( 1269 H ) ;

Rukhsiyah , berisi Bab Sholat Jama Qosor dan Sholat Musafir ( 1269 H ) ;

Maslahah , berisi Bab Pembagian Warisan Islami ( 1270 H ) ;

Wadlihah , berisi Bab Manasikh Haji ( 1272 H ) ;

Munawirul Himmah , berisi Bab Wasiat Kepada Manusia ( 1272 H ) ;

Surat kepada R. Penghulu Pekalongan ( 1273 H );

Tansyirah , 10 Wasiyat Agama ( 1273 H );

Mahabbatulloh , berisi Bab Nikmatulloh ( 1273 H ) ;

Mirghabut Thaah* , berisi Iman dan Syahadah ( 1273 H ) ;


Hujahiyyah , berisi Bab Tata Cara Berdialog ( 1273 H ) ;

Tashfiyah , Bab Makna Fatihah ( 1273 H ) ;

500 Tanbih Bahasa Jawa , ( 1273 H ) ;

700 Nadzam Doa dan Jawabannya ( 1270 1273 H ) ;

Puluhan Tanbih Rejeng , Masalah Agama ( 1273 H ) ;

Shihatun Nikah , Mukhtashar Tabyanal Islah ( 1270-an H );

Nadzam Wiqoyah ( 1270 -an H )

Kitab Kitab , Surat Wasiat dan Tanbih yang disusun di Ambon

Targhibul Mathlabah , Berisi Bab Ushuliddin ( 1274 H ) ;

Kaifiyatul Miqshadi , Berisi Bab Fiqih ( 1275 H ) ;

Nasihatul Haq , Bab Tasawuf ( 1275 H ) ;

Hidayatul Himmah , Bab Tasawuf ( 1275 H ) ;

60 Buah kitab Tanbih bahasa Melayu ( 1275 H );

Surat wasiat kepada Maufuro dan Murid Murid lainnya ! ( 1275 H ) ;

Perlu diketahui bahwa kitab Tanbih terdiri dari tiga halaman folio sebanyak 114 baris nadzam
dan di dalam setiap tanbih membahas satu masalah agama yang berbeda dengan nyang lain ,
berati dalam 500 tanbih terdapat 500 judul. Kalau tiap satu tanbih dapat dihitung sebuah kitab ,
maka kitab kitab karangan syeikhina Kiai Haji Ahmad Rifai ada 562 Kitab yang dikarang di
Pulau Jawa saja, kitab kitab yang dikarang di Ambon yang terdiri dari 60 Tanbih dan 4 kitab
bahasa melayu serta dua surat wasiat kepada Maufuro, jadi kalau ditotal semua karangan Guru
Besar Tarjumah ada 627 buah kitab.

Adapun data mengenai nama kitab, tahun selesai dikarang, dan kandungan bersumber pada :

1. Jadwal Kitab yang disusun oleh Kiai Ahmad Nasihun bin Abu Hasan Paesan tengah
Kedungwuni Pekalongan ( 1966 M ) ;
2. Kitab kitab karangan Kiai Haji Ahmad Rifai dipulau Jawa
3. Buku Sejarah Nasional karangan Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo , Nugroho Notosusanto
dkk. Masa Akhir Perjuangan Beliau Di Pulau Jawa

Tahun 1272 H ( 1856 ) adalah merupakan tahun permulaan krisis bagi gerakan Syeikhina Kiai
Haji Ahmad Rifai . Hal ini disebabkan hampir seluruh kitab karangan ( dan Hasil tulisan tangan
beliau ) disita oleh pemerintah Belanda , disamping itu para murid dan Ahmad Rifai sendiri terus
menerus mendapat tekanan Ratu Kafir Tanah Jawa ( RKTJ Bukan GITJ ) yaitu Belanda .
Sebelum Haji Ahmad Rifai diasingkan dari kaliwungu Kendal Semarang , tuduhan yang
dikenakan hanyalah persoalan menghasut pemerintah Belanda dan membawa Haji Ahmad Rifai
dipenjara beberapa hari di Kendal , Semarang dan terakhir di Wonosobo .

Maka selama di Kalisalak persidangan panjang dialaminya , menghasut , mendoktrin jamaah


membuat Syair Syair protes dan beberapa Kitab yang isinya menyinggung Anti kolonial
Belanda dan Kroni kroninya serta mengkader pejuang pejuang militan di Pesantrennya adalah
selalu menjadi tuduhannya. Tuduhan itu dari wedono Kalisalak yang meminta agar Haji Ahmad
Rifai diasingkan dari Kalisalak ternyata tidak bisa dibuktikan sebagaimana dalam surat
keputusan kelima dari Gubernur Jenderal Duymaer Van Twist yang dibuat pada tanggal 2 Juli
1855 menyatakan bahwa seluruh tuduhan terhadap Haji Ahmad Rifai belum bisa dibuktikan ,
dan perlu diperiksa dalam persidangan biasa . Untuk sementara waktu waktu perkara tersebut
ditutup.

Pada tahun 1856 Jendral Albertus Jacub Duymaer Van Twist oleh Jendral Charles Ferdinand
Pahud, Wedono Kalisalak memandang perlu untuk mengangkat kembali permasalahan
pengasingan Kiai Haji Ahmad Rifai , namun ternyata jendral Pahud pun menyatakan menolak
sebagaimana yang ditulis dalam suratnya tertanggal 23 November 1858. Akan tetapi tekad dan
dendam Iblis Wedono Kalisalak tidak berhenti sampai disini , Dia menulis surat kepada Bupati
Batang tertanggal 19 April 1859 No.1 A yang isinya diteruskan ke Karisidenan Pekalongan oleh
bupati Batang pada tanggal 24 April 1859 No.29 . Inti surat tersebut isinya adalah sebagaimana
bunyi surat yang pernah dikirim sebelumnya tertanggal 9 November 1858 No.578 dan 5
November 1858 No.700, mengigat belum juga mendapat perhatian dari Residen Pekalongan,
maka diperjelas lagi dengan suratnya tertanggal 29 April 1859. Selain itu pada tanggal 30 April
1859 Residen Pekalongan menulis surat kepada Buiten Zorg di Bogor yang isinya agar Kyai Haji
Ahmad Rifai disidangkan ke pengadilan dan diasingkan dari Kalisalak. Pada tanggal 6 Mei 1859
secara resmi Haji Ahmad Rifai dipanggil Residen Pekalongan Franciscus Netscher untuk
pemeriksaan terakhir dan syarat untuk memenuhi pengasingan ke Ambon. Sejak tanggal 6 Mei
1859 Haji Ahmad Rifai sudah tidak diperkenankan kembali ke rumah lagi untuk menunggu
keberangkatan pengasingan hingga tanggal 9 Mei 1859, berdasarkan surat keputusan No.35
tertanggal 19 Mei 1859 K.H. Ahmad Rifai meninggalkan jamaah beserta para keluarganya
karena mulai hari itu beliau diasingkan di Ambon,Maluku.

Setelah dua tahun Haji Ahmad Rifai di Ambon beliau telah mengirim kitab sebanyak empat buah
dalam bahasa Melayu dan 60 buah judul Tanbih berbahasa Melayu juga surat wasiat tertanggal
21 Dzulhijjah 1277 H kepada menantunya Kyai Maufura bin Nawawi di Keranggongan, Batang
yang isinya agar para muridnya beserta keluarganya jangan sekali-kali taat pada pemerintah
Belanda dan orang-orang yang berkolaborasi dengannya. Setelah di Ambon Haji Ahmad Rifai
bersama Kyai Modjo dan 46 ulama lainnya dipindahkan ke kampung Jawa Tondano, Manado,
Sulawesi Utara karena ia bersama ulama-ulama Tarojumah menganggap perlu lahirnya
organisasi Rifaiyah secara nasional , dan dia tinggal disana untuk menanti panggilan dari sang
Robb, Beliau wafat dengan tenang sebagai Pahlawan Islam dan bukan Pahlawan Nasional
pada Kamis 25 Robiul Akhir 1286 H (usia 86 tahun) , ada riwayat lain yang mengatakan beliau
wafat pada 1292 H (92 tahun, semoga yang ini benar, karena itu berarti beliau panjang umur) di
kampung Jawa Tondono Kabupaten Minahasa, Manado Sulawesi Utara dan dimakamkan
dikomplek makam pahlawan kiai Modjo disebuah bukit yang terletak kurang lebih 1 km dari
kampung Jawa Tondano (Jaton).

1. D. TARIKAT SYAZILIYAH DAN AJARANNYA

Tarekat ini lahir di Maroko,yg direalisasikan oleh Syekh Abdul Hasan as-Syadzili(1258).
Tarekat ini merupakan salah satu komunitas ajaran sufistik yg memiliki pengikut yg luar biasa
banyaknya. Sekarang ,tarekat ini sudah menyebar di berbagai negara.Diantaranya,di Afrika
utara,Mesir, Kenya, Tanzania, Timur-tengah,& Sri langka.Bahkan ,aliran tarekat ini telah
merambah ke Amerika barat/utara.Tarekat ini umumnya diikuti oleh kalangan kelas menengah,
pengusaha, pejabat, dan pegawai negeri. Sebagian ajaran tarekat ini dipengaruhi oleh iman al-
Ghazali & al-Makki.

1. 1. Pendiri Tarekat Syadziliyah

Tarekat Syadziliyah adalah tarekat yang dipelopori oleh Syeh Abul Hasan Asy Syadzili. Nama
Lengkapnya adalah Abul Hasan Asy Syadzili al-Hasani bin Abdullah Abdul Jabbar bin Tamim
bin Hurmuz bin Hatim bin Qushay bin Yusuf bin Yusya bin Ward bin Baththal bin Ahmad bin
Muhammad bin Isa bin Muhammad anak pemimpin pemuda ahli surga dan cucu sebaik-baik
manusia: Abu Muhammad Hasan bin Ali bin Abi Thalib r.a dan Fatimah al-Zahra binti
Rasulullah SAW.[1].

Nama kecil Syeh Abul Hasan Asy Syadzili adalah Ali, gelarnya adalah Taqiyuddin, Julukanya
adalah Abu Hasan dan nama populernya adalah Asy Syadzili. al-Syadzili lahir di sebuah desa
yang bernama Ghumarah, dekat kota Sabtah pada tahun 593 H(1197 M). menghapal al-Quran
dan pergi ke Tunis ketika usianya masih sangat muda. Ia tinggal di desa Syadzilah. Oleh karena
itu, namanya dinisbatkan kepada desa tersebut meskipun ia tidak berasal dari desa tersebut.[1]

1. Intisari tarekat

Secara pribadi Abul Hasan asy-Syadzili tidak meninggalkan karya tasawuf, begitu juga
muridnya, Abul Abbas al-Mursi, kecuali hanya sebagai ajaran lisan tasawuf, doa, dan hizib. Ibn
Athaillah as- Sukandari adalah orang yang prtama menghimpun ajaran-ajaran, pesan-pesan, doa
dan biografi keduanya, sehingga kasanah tareqat Syadziliyah tetap terpelihara. Ibn Athaillah
juga orang yang pertama kali menyusun karya paripurna tentang aturan-aturan tareqat tersebut,
pokok-pokoknya, prinsip-prinsipnya, bagi angkatan-angkatan setelahnya.

Melalui sirkulasi karya-karya Ibn Athaillah, tareqat Syadziliyah mulai tersebar sampai ke
Maghrib, sebuah negara yang pernah menolak sang guru. Tetapi ia tetap merupakan tradisi
individualistik, hampir-hampir mati, meskipun tema ini tidak dipakai, yang menitik beratkan
pengembangan sisi dalam. Syadzili sendiri tidak mengenal atau menganjurkan murid-muridnya
untuk melakukan aturan atau ritual yang khas dan tidak satupun yang berbentuk kesalehan
populer yang digalakkan. Namun, bagi murid-muridnya tetap mempertahankan ajarannya. Para
murid melaksanakan Tareqat Syadziliyah di zawiyah-zawiyah yang tersebar tanpa mempunyai
hubungan satu dengan yang lain.

Sebagai ajaran Tareqat ini dipengaruhi oleh al-Ghazali dan al-Makki. Salah satu perkataan as-
Syadzili kepada murid-muridnya: Seandainya kalian mengajukan suatu permohonanan kepada
Allah, maka sampaikanlah lewat Abu Hamid al-Ghazali. Perkataan yang lainnya: Kitab Ihya
Ulum ad-Din, karya al-Ghozali, mewarisi anda ilmu. Sementara Qut al-Qulub, karya al-Makki,
mewarisi anda cahaya. Selain kedua kitab tersebut, as-Muhasibi, Khatam al-Auliya, karya
Hakim at-Tarmidzi, Al-Mawaqif wa al-Mukhatabah karya An-Niffari, Asy-Syifa karya Qadhi
Iyad, Ar-Risalah karya al-Qusyairi, Al-Muharrar al-Wajiz karya Ibn Atahillah.

1. 3. Silsilah

Sanad dan Silsilah Tariqah

As-Syaikh As-Sayyid Abil Hasan Asy-Syadzili ra drp


As-Syaikh Abdus Salam b Mashish ra drp
As-Syaikh Muhammad bin Harazim ra drp
As-Syaikh Muhammad Salih ra drp
As-Syaikh Shuaib Abu Madyan ra drp
As-Syaikh As-Sayyid Abdul Qadir Al-Jailani ra drp
As-Syaikh Abu Said Al-Mubarak ra drp
As-Syaikh Abul Hasan Al-Hukkari ra drp
As-Syaikh At-Tartusi ra drp
As-Syaikh Asy-Shibli ra drp
As-Syaikh Sari As-Saqati ra drp
As-Syaikh Maruf Al-Kharkhi ra drp
As-Syaikh Daud At-Tai ra drp
As-Syaikh Habib Al-Ajami ra drp
Imam Hasan Al-Basri ra drp
Sayyidina Ali bin Abu Talib ra drp
Sayyidina Muhammad saw

Sanad Nasab Abil Hasan Asy-Syadzili

As-Sayyid Asy-Syaikh Abil Hasan Asy-Syadzili bin


Ali bin
Abdullah bin
Tamim bin
Hurmuz bin
Hatim bin
Qusay bin
Yusuf bin
Yusya bin
Ward bin
Bathaal bin
Ali bin
Ahmad bin
Muhammad bin
Isa bin
Muhammad bin
Abi Muhammad bin
Imam Hasan bin
Sayyidna Ali ra dan Sayyidatina Fathimah binti
Rasulullah Sayyidina Muhammad saw.

1. 4. Wejangan Dasar

Tauhid dengan sebenar-benarnya tauhid yang tidak musrik kepada Alloh taala

1. Ketaqwaan terhadap Allah swt lahir dan batin, yang diwujudkan dengan jalan bersikap
wara dan Istiqamah dalam menjalankan perintah Allah swt.
2. Konsisten mengikuti Sunnah Rasul, baik dalam ucapan maupun perbuatan, yang
direalisasikan dengan selalau bersikap waspada dan bertingkah laku yang luhur.
1. Berpaling (hatinya) dari makhluk, baik dalam penerimaan maupun penolakan,
dengan berlaku sadar dan berserah diri kepada Allah swt (Tawakkal).
2. Ridho kepada Allah, baik dalam kecukupan maupun kekurangan, yang
diwujudkan dengan menerima apa adanya (qanaah/ tidak rakus) dan menyerah.
3. Kembali kepada Allah, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah,
yang diwujudkan dengan jalan bersyukur dalam keadaan senang dan berlindung
kepada-Nya dalam keadaan susah.

Kelima sendi tersebut juga tegak diatas lima sendi berikut:

1. Semangat yang tinggi, yang mengangkat seorang hamba kepada derajat yang tinggi.
2. Berhati-hati dengan yang haram, yang membuatnya dapat meraih penjagaan Allah atas
kehormatannya.
3. Berlaku benar/baik dalam berkhidmat sebagai hamba, yang memastikannya kepada
pencapaian tujuan kebesaran-Nya/kemuliaan-Nya.
4. Melaksanakan tugas dan kewajiban, yang menyampaikannya kepada kebahagiaan
hidupnya.
5. Menghargai (menjunjung tinggi) nikmat, yang membuatnya selalu meraih tambahan
nikmat yang lebih besar.

Selain itu tidak peduli sesuatu yang bakal terjadi (merenungkan segala kemungkinan dan akibat
yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang) merupakan salah satu pandangan tareqat ini,
yang kemudian diperdalam dan diperkokoh oleh Ibn Athaillah menjadi doktrin utamanya.
Karena menurutnya, jelas hal ini merupakan hak prerogratif Allah. Apa yang harus dilakukan
manusia adalah hendaknya ia menunaikan tugas dan kewajibannya yang bisa dilakukan pada
masa sekarang dan hendaknya manusia tidak tersibukkan oleh masa depan yang akan
menghalanginya untuk berbuat positif.

Perkembangan Tarekat

Sementara itu tokohnya yang terkenal pada abad ke delapan Hijriyah, Ibn Abbad ar-Rundi (w.
790 H), salah seorang pensyarah kitab al-Hikam memberikan kesimpulan dari ajaran
Syadziliyah: Seluruh kegiatan dan tindakan kita haruslah berupa pikiran tentang kemurahan hati
Allah kepada kita dan berpendirian bahwa kekuasaan dan kekuatan kita adalah nihil, dan
mengikatkan diri kita kepada Allah dengan suatu kebutuhan yang mendalam akan-Nya, dan
memohon kepada-Nya agar memberi syukur kepada kita.

Mengenai dzikir yang merupakan suatu hal yang mutlak dalam tareqat, secara umum pada pola
dzikir tareqat ini biasanya bermula dengan Fatihat adz-dzikir. Para peserta duduk dalam
lingkaran, atau kalau bukan, dalam dua baris yang saling berhadapan, dan syekh di pusat
lingkaran atau diujung barisan. Khusus mengenai dzikir dengan al-asma al-husna dalam tareqat
ini, kebijakjsanaan dari seorang pembimbing khusus mutlak diperlukan untuk mengajari dan
menuntun murid. Sebab penerapan asma Allah yang keliru dianggap akan memberi akibat yang
berbahaya, secara rohani dan mental, baik bagi sipemakai maupun terhadap orang-orang
disekelilingnya. Beberapa contoh penggunaan Asma Allah diberikan oleh Ibn Athailah berikut:
Asma al-Latif, Yang Halus harus digunakan oleh seorang sufi dalam penyendirian bila
seseorang berusaha mempertahankan keadaan spiritualnya; Al-Wadud, Kekasih yang Dicintai
membuat sang sufi dicintai oleh semua makhluk, dan bila dilafalkan terus menerus dalam
kesendirian, maka keakraban dan cinta Ilahi akan semakin berkobar; dan Asma al-Faiq, Yang
Mengalahkan sebaiknya jangan dipakai oleh para pemula, tetapi hanya oleh orang yang arif
yang telah mencapai tingkatan yang tinggi.

Demografik Para Pengikut

Tareqat Syadziliyah terutama menarik dikalangan kelas menengah, pengusaha, pejabat, dan
pengawai negeri. Mungkin karena kekhasan yang tidak begitu membebani pengikutnya dengan
ritual-ritual yang memberatkan seperti yang terdapat dalam tareqat-tareqat yang lainnya. Setiap
anggota tareqat ini wajib mewujudkan semangat tareqat didalam kehidupan dan lingkungannya
sendiri, dan mereka tidak diperbolehkan mengemis atau mendukung kemiskinan. Oleh
karenanya, ciri khas yang kemudian menonjol dari anggota tareqat ini adalah kerapian mereka
dalam berpakaian. Kekhasan lainnya yang menonjol dari tareqat ini adalah ketenagan yang
terpancar dari tulisan-tulisan para tokohnya, misalnya: asy-Syadzili, Ibn Athaillah, Abbad. A
Schimmel menyebutkan bahwa hal ini dapat dimengerti bila dilihat dari sumber yang diacu oleh
para anggota tareqat ini. Kitab ar-Riayah karya al-Muhasibi. Kitab ini berisi tentang telaah
psikologis mendalam mengenai Islam di masa awal. Acuan lainnya adalah Qut al-Qulub karya
al-Makki dan Ihya Ulumuddin karya al-Ghozali. Ciri ketenangan ini tentu sja tidak menarik
bagi kalangan muda dan kaum penyair yang membutuhkan cara-cara yang lebih menggugah
untuk berjalan di atas Jalan Yang Benar.

Disamping Ar-Risalahnya Abul Qasim Al-Qusyairy serta Khatamul Auliyanya, Hakim at-
Tirmidzi. Ciri khas lain yang dimiliki oleh para pengikut tareqat ini adalah keyakinan mereka
bahwa seorang Syadzilliyah pasti ditakdirkan menjadi anggota tareqat ini sudah sejak di alam
Azali dan mereka percaya bahwa Wali Qutb akan senantiasa muncul menjadi pengikut tareqat
ini.

Tidak berbeda dengan tradisi di Timur Tengah, Martin menyebutkan bahwa pengamalan tareqat
ini di Indonesia dalam banyak kasus lebih bersifat individual, dan pengikutnya relatif jarang,
kalau memang pernah, bertemu dengan yang lain. Dalam praktiknya, kebanyakan para
anggotanya hanya membaca secara individual rangaian-rangkaian doa yang panjang (hizb), dan
diyakini mempunyai kegunaan-kegunaan megis. Para pengamal tareqat ini mempelajari berbagai
hizib, paling tidak idealnya, melalui pengajaran (talkin) yang diberikan oleh seorang guru yang
berwewenang dan dapat memelihara hubungan tertentu dengan guru tersebut, walaupun sama
sekali hampir tidak merasakan dirinya sebagai seorang anggota dari sebuah tareqat.

Amalan-Amalan

Hizb al-Bahr, Hizb Nashor, Hizb Barr disamping Hizib al-Hafidzah, merupakan Hizib-Hizib
yang terkenal dari as-Syadzilli. Menurut laporan, hizib ini dikomunikasikan kepadanya oleh
Nabi SAW. Sendiri. Hizib ini dinilai mempunyai kekuatan adikodrati, yang terutama dugunakan
untuk melindungi selama dalam perjalanan dan bermanfaat dalam meningkatkan kadar ibadah
kepada Alloh taala.

Sebagai contoh, Ibnu Batutah menggunakan doa-doa tersebut selama perjalanan-perjalanan


panjangnya, dan berhasil. Di Indonesia, dimana doa ini diamalkan secara luas, secara umum
dipercaya doa ini baik dan tidak bertentangan dengan Sunatulloh dan Sunnatur Rosul. Untuk
pengamalan hizb ini sebaiknya dalam bimbingan guru yang mengamalkannya.

Hizib-hizib dalam Tareqat Syadzilliyah, di Indonesia, juga dipergunakan oleh anggota tareqat
lain untuk memohon perlindungan tambahan (Istighotsah), dan berbagai kekuatan hikmah,
seperti debus di Pandegelang, yang dikaitkan dengan tareqat Rifaiyah, dan di Banten utara yang
dihubungkan dengan tareqat Qadiriyah. Akan tetapi yang utama adalah Hizb tersebut
dipergunakan untuk meningkatkan kadar ibadah yang sebenarnya kepada Alloh taala.

Para ahli mengatakan bahwa hizib, bukanlah doa yang sederhana, ia bukan hanya merupakan
mantera megis yang Nama-nama Allah Yang Agung (Ism Allah Azhim) dan, apabila
dilantunkan secara benar, akan mengalirkan berkah dan menjamin respon supra natural dan yang
terpenting adalah mendapatkan Ridho Alloh taala semata. Menyangkut pemakaian hizib,
wirid, dana doa, para syekh tareqat biasanya tidak keberatan bila doa-doa, hizib-hizib (Azhab),
dan wirid-wirid dalam tareqat dipelajari oleh setiap muslim untuk tujuan personalnya. Akan
tetapi mereka tidak menyetujui murid-murid mereka mengamalkannya tanpa berlandaskan Al
Quran dan tuntunan Rosululloh SAW, sebab murid tersebut sedang mengikuti suatu pelatihan
dari sang guru untuk dapat beribadah kepada Alloh taala dengan benar.

Yang menarik dari filosufi Tasawuf Asy-Syadzily, justru kandungan makna hakiki dari Hizib-
hizib itu, memberikan tekanan simbolik akan ajaran utama dari Tasawuf atau Tharekat
Syadziliyah. Jadi tidak sekadar doa belaka, melainkan juga mengandung doktrin tingkah laku
islami, pemahaman, adab hati, penyaksian, pembuktian yang sangat dahsyat.
Pengaruh dan Cabang-Cabang Tarekat Syadziliyyah

Tareqat ini mempunyai pengaruh yang besar di dunia Islam. Sekarang tareqat ini terdapat di
Afrika Utara, Mesir, Kenya, dan Tanzania Tengah, Sri langka, Indonesia dan beberapa tempat
yang lainnya termasuk di Amerika Barat dan Amerika Utara. Di Mesir yang merupakan awal
mula penyebaran tareqat ini, tareqat ini mempunyai beberapa cabang, yakitu: al-Qasimiyyah, al-
madaniyyah, al-Idrisiyyah, as-Salamiyyah, al-handusiyyah, al-Qauqajiyyah, al-Faidiyyah, al-
Jauhariyyah, al-Wafaiyyah, al-Azmiyyah, al-Hamidiyyah, al-Faisiyyah dan al- Hasyimiyyah.

Kata-Kata Hikmah

Di antara Ucapan Abul Hasan asy-Syadzili:

Pengelihatan akan yang Haqq telah mewujud atasku, dan takkan meninggalkan aku, dan lebih
kuat dari apa yang dapat dipikul, sehingga aku memohon kepada Tuhan agar memasang sebuah
tirai antara aku dan Dia. Kemudian sebuah suara memanggilku, katanya Jika kau memohon
kepada-Nya yang tahu bagaimana memohon kepada-Nya, maka Dia tidak akan memasang tirai
antara kau dan Dia. Namun memohonlah kepada-Nya untuk membuatmu kuat memiliki-
Nya.Maka akupun memohon kekuatan dari Dia pun membuatku kuat, segala puji itu milik
Alloh taala!

Aku pesan oleh guruku (Abdus Salam ibn Masyisy ra): Jangan anda melangkahkan kaki kecuali
untuk sesuatu yang dapat mendatangkan keridhoan Allah taala, dan jangan duduk dimajelis
kecuali majelis yang aman dari murka Allah. Jangan bersahabat kecuali dengan orang yang
membantu berbuat taat kepada Allah. Jangan memilih sahabat karib kecuali orang yang
menambah keyakinanmu terhadap Allah.

Seorang wali tidak akan sampai kepada Allah selama ia masih ada syahwat atau usaha ikhtiar
sendiri.

Janganlah yang menjadi tujuan doamu itu adalah keinginan tercapainya hajat kebutuhanmu.
Dengan demikian engkau hanya terhijab dari Allah. Yang harus menjadi tujuan dari doamu
adalah untuk dapat selalu taat kepada Allah yang memiliki pemelihara dirimu.

Seorang arif adalah orang yang megetahui rahasia-rahasia karunia Allah di dalam berbagai
macam bala dan nimat yang menimpanya sehari-hari, dan mengakui kesalahan-kesalahannya
didalam lingkungan belas kasih Allah kepadanya dan bersyukur atas syukur yang mendalam.

Sedikit amal dengan mengakui dan mensyukuri karunia Allah, lebih baik dari banyak amal
dengan terus merasa kurang beramal.

Andaikan Allah membuka nur (cahaya) seorang mumin yang berbuat dosa, niscaya ini akan
memenuhi antara langit dan bumi, maka bagaimanakah kiranya menjelaskan : Andaikan Allah
membuka hakikat kewalian seorang wali, niscaya ia akan disembah, sebab ia telah
mengenangkan sifat-sifat Allah SWT.
1. Ibn Abi-Qasim al-Humairi: Jejak-jejak Wali Allah, halaman 2-4. Penerbit
ERLANGGA, 2009 -033-319-2

1. E. TARIKAT MAULAWIYAH DAN AJARANNYA

Bagi kalangan pencinta musik sufi,nama tarekat ini cukup dikenal. Maulawiyah merupakan
tarekat yg berasal dari ajaran sufi besar bernama Jalaluddin Rumi (1273) di Turki. Tarekat ini
menyebar luas ke beberapa wilayah,diantaranya di Turki dan Amerika Utara.Salah satu keunikan
pd praktik ajaran sufi tarekat ini adalah tata cara meditasinya,yaitu berputar-putar spt menari-
mari cukup lama. Upaya ini merupakan bagian dari cara untuk mengingatkan seseorang bahwa
segala sesuatu berawal dari sebuah putaran. Hidup merupakan putaran dari tiada menjadi
ada,kemudian tidak ada, ada, dan tiada lagi.

Biografi Maulana Jalaluddin Ar Rummy

Mauln Jalluddn Muhammad Rm[2] (Parsi: , Bahasa Turki:


Mevln Celleddin Mehmed Rumi) , juga dikenali Mauln Jalluddn Muhammad Balkh
(Parsi: ) , atau Rumi sahaja di negara-negara bertutur Inggeris, (30 September, 120717
Disember, 1273), merupakan penyair, Qadi dan ahli teologi Parsi Muslim abad ke 13 Farsi
(Tjk)[3][4]. Namanya bermaksud Keagungan Agama, Jalal berarti agung dan Din berarti
agama.[5]

Rumi lahir di Balkh (ketika itu sebahagian dari Khorasan Besar di Negeri Parsi, kini dalam
Afghanistan) dan meninggal dunia di Konya ( di Turki sekarang )

Tempat lahir dan bahasa ibunda/tempatannya menggambarkan latar belakang Farsi. Beliau juga
menulis puisi Farsi dan karya-karyanya tersebar di Iran, Afghanistan, Tajikistan, dan dialih
bahasa di Turki, Azerbaijan, A.S., dan Asia Tenggara. Sebahagian besar hayat dan era penulisan
ketika Empayar Seljuk.[6] Disamping puisi Farsi beliau juga menulis beberapa rangkap dalam
bahasa Arab, Greek, dan Turki Oghuz.

Kepentingan Rumi melangkaui batas bangsa, budaya dan negara. Sepanjang abad dia
mempunyai pengaruh dalam Kesusasteraan Parsi disamping dalam Kesusasteraan Urdu dan
Kesusasteraan Turki. Sajak-sajak karangannya dibaca dengan meluas di negara-negara seperti
Iran, Afghanistan dan Tajikistan dan telah banyak diterjemah dalam pelbagai bahasa di dunia
dalam pelbagai bentuk.

Mawlana Jalaludin Rumi yaitu Mawlana Syaikh Nazim Adil al-Haqqani (Grandson of Mawlana
Rumi )

Dia adalah, orang yang tidak mempunyai ketiadaan, Saya mencintainya dan Saya
mengaguminya, Saya memilih jalannya dan Saya memalingkan muka ke jalannya. Setiap orang
mempunyai kekasih, dialah kekasih saya, kekasih yang abadi. Dia adalah orang yang Saya cintai,
dia begitu indah, oh dia adalah yang paling sempurna.

Orang-orang yang mencintainya adalah para pecinta yang tidak pernah sekarat. Dia adalah dia
dan dia dan mereka adalah dia. Ini adalah sebuah rahasia, jika kalian mempunyai cinta, kalian
akan memahaminya.

( Sulthanul Awliya Mawlana Syaikh Nazhim Adil al-Haqqani Cucu dari Mawlana Rumi,
Lefke, Cyprus Turki, September 1998)

Rumi memang bukan sekadar penyair, tetapi juga seorang tokoh sufi yang berpengaruh di
zamannya. Rumi adalah guru nomor satu Thariqat Maulawiah, sebuah thariqat yang berpusat di
Turki dan berkembang di daerah sekitarnya. Thariqat Maulawiah pernah berpengaruh besar
dalam lingkungan Istana Turki Utsmani dan kalangan seniman sekitar tahun l648.

Sebagai tokoh sufi, Rumi sangat menentang pendewaan akal dan indera dalam menentukan
kebenaran.Di zamannya, ummat Islam memang sedang dilanda penyakit itu. Bagi mereka
kebenaran baru dianggap benar bila mampu digapai oleh indera dan akal. Segala sesuatu yang
tidak dapat diraba oleh indera dan akal, dengancepat mereka ingkari dan tidak diakui.

Padahal menurut Rumi, justru pemikiran semacam itulah yang dapat melemahkan Iman kepada
sesuatu yang ghaib. Dan karena pengaruh pemikiran seperti itu pula, kepercayaan kepada segala
hakekat yang tidak kasat mata, yang diajarkan berbagai syariat dan beragam agama samawi, bisa
menjadi goyah.

Rumi mengatakan, Orientasi kepada indera dalam menetapkan segala hakekat keagamaan
adalah gagasan yang dipelopori kelompok Mutazilah. Mereka merupakan para budak yang
tunduk patuh kepada panca indera. Mereka menyangka dirinya termasuk Ahlussunnah. Padahal,
sesungguhnya Ahlussunnah sama sekali tidak terikat kepada indera-indera, dan tidak mau pula
memanjakannya.

Bagi Rumi, tidak layak meniadakan sesuatu hanya karena tidak pernah melihatnya dengan mata
kepala atau belum pernah meraba dengan indera. Sesungguhnya, batin akan selalu tersembunyi
di balik yang lahir, seperti faedah penyembuhan yang terkandung dalam obat. Padahal, yang
lahir itu senantiasa menunjukkan adanya sesuatu yang tersimpan, yang tersembunyi di balik
dirinya. Bukankah
Anda mengenal obat yang bermanfaat? Bukankah kegunaannya tersembunyi di dalamnya?
tegas Rumi.

PENGARUH TABRIZ

Fariduddin Attar, salah seorang ulama dan tokoh sufi, ketika berjumpa dengan Rumi yang baru
berusia 5 tahun pernah meramalkan bahwa si kecil itu kelak akan menjadi tokoh spiritual besar.
Sejarah kemudian mencatat, ramalan Fariduddin Attar itu tidak meleset.
Rumi, Lahir di Balkh, Afghanistan pada 604 H atau 30 September 1207. Mawlana Rumi
menyandang nama lengkap Jalaluddin Muhammad bin Muhammad al-Balkhi al-Qunuwi.Adapun
panggilan Rumi karena sebagian besar hidupnyadihabiskan di Konya (kini Turki), yang dahulu
dikenalsebagai daerah Rum (Roma).

Ayahnya, Bahauddin Walad Muhammad bin Husein, adalah seorang ulama besar bermadzhab
Hanafi. Dan karena kharisma dan tingginya penguasaan ilmu agamanya, ia digelari Sulthanul
Ulama. Namun rupanya gelar itu menimbulkan rasa iri pada sebagian ulama lain. Dan mereka
pun melancarkan fitnah dan mengadukan Bahauddin ke penguasa. Celakanya sang penguasa
terpengaruh hingga Bahauddin harus meninggalkan Balkh, termasuk keluarganya. Ketika itu
Rumi baru berusia lima tahun. Sejak itu Bahauddin bersama keluarganya hidup berpindah-
pindah dari suatu negara ke negara lain.
Mereka pernah tinggal di Sinabur (Iran timur laut). Dari Sinabur pindah ke Baghdad, Makkah,
Malattya (Turki), Laranda (Iran tenggara) dan terakhir menetap di Konya, Turki. Raja Konya
Alauddin Kaiqubad, mengangkat ayah Rumi sebagai penasihatnya, dan juga mengangkatnya
sebagai pimpinan sebuah perguruan agama yang didirikan di ibukota tersebut. Di kota ini pula
ayah Rumi wafat ketika Rumi berusia 24 tahun.

Di samping kepada ayahnya, Rumi juga berguru kepada Burhanuddin Muhaqqiq at-Turmudzi,
sahabat dan pengganti ayahnya memimpin perguruan. Rumi juga menimba ilmu di Syam
(Suriah) atas saran gurunya itu. Beliau baru kembali ke Konya pada 634 H, dan ikut mengajar di
perguruan tersebut.

Setelah Burhanuddin wafat, Rumi menggantikannya sebagai guru di Konya. Dengan


pengetahuan agamanya yang luas, di samping sebagai guru, beliau juga menjadi dai dan ahli
hukum Islam. Ketika itu banyak tokoh ulama yang berkumpul di Konya. Tak heran jika Konya
kemudian menjadi pusat ilmu dan tempat berkumpul para ulama dari berbagai penjuru dunia.

Kesufian dan kepenyairan Rumi dimulai ketika beliau sudah berumur cukup tua, 48 tahun.
Sebelumnya, Rumi adalah seorang ulama yang memimpin sebuah madrasah yang punya murid
banyak, 4.000 orang. Sebagaimana seorang ulama, beliau juga memberi fatwa dan tumpuan
ummatnya untuk bertanya dan mengadu. Kehidupannya itu berubah seratus delapan puluh
derajat ketika beliau berjumpa dengan seorang sufi pengelana, Syamsuddin alias Syamsi dari
kota Tabriz.

Suatu saat, seperti biasanya Rumi mengajar di hadapan khalayak dan banyak yang menanyakan
sesuatu kepadanya. Tiba-tiba seorang lelaki asingyakni Syamsi Tabrizikut bertanya, Apa
yang dimaksud dengan riyadhah dan ilmu? Mendengar pertanyaan seperti itu Rumi terkesima.
Kiranya pertanyaan itu jitu dan tepat pada sasarannya. Beliau tidak mampu menjawab. Akhirnya
Rumi berkenalan dengan Tabriz. Setelah bergaul beberapa saat, beliau mulai kagum kepada
Tabriz yang ternyata seorang sufi.

Sultan Salad, putera Rumi, mengomentari perilaku ayahnya itu, Sesungguhnya, seorang guru
besar tiba-tiba menjadi seorang murid kecil. Setiap hari sang guru besar harus menimba ilmu
darinya, meski sebenarnya beliau cukup alim dan zuhud. Tetapi itulah kenyataannya. Dalam diri
Tabriz, guru besar itumelihat kandungan ilmu yang tiada taranya.
Rumi telah menjadi sufi, berkat pergaulannya dengan Tabriz. Kesedihannya berpisah dan
kerinduannya untuk berjumpa lagi dengan gurunya itu telah ikut berperan mengembangkan
emosinya, sehingga beliau menjadi penyair yang sulit ditandingi. Guna mengenang dan
menyanjung gurunya itu, beliau tulis syair-syair, yang himpunannya kemudian dikenal dengan
nama Divan Syams Tabriz. Beliau bukukan pula wejangan-wejangan gurunya, dan buku itu
dikenal dengan nama Maqalat Syams Tabriz.

Rumi kemudian mendapat sahabat dan sumber inspirasi baru, Syaikh Hisamuddin Hasan bin
Muhammad. Atas dorongan sahabatnya itu, selama 15 tahun terakhir masahidupnya beliau
berhasil menghasilkan himpunan syair yang besar dan mengagumkan yang diberi nama Masnavi.
Buku ini terdiri dari enam jilid dan berisi 20.700 bait syair. Dalam karyanya ini, terlihat ajaran-
ajaran
tasawuf yang mendalam, yang disampaikan dalam bentuk apologi, fabel, legenda, anekdot, dan
lain-lain.

Bahkan Masnavi sering disebut Quran Persia. Karyatulisnya yang lain adalah Rubaiyyat (sajak
empat baris dengan jumlah 1600 bait), Fiihi Maa fiihi (dalam bentuk prosa; merupakan
himpunan ceramahnya tentang metafisika), dan Maktubat (himpunan surat-suratnya kepada
sahabat atau pengikutnya).

Bersama Syaikh Hisamuddin pula, Rumi mengembangkan Thariqat Maulawiyah atau Jalaliyah.
Thariqat ini di Barat dikenal dengan nama The Whirling Dervishes (para Darwisy yang berputar-
putar). Nama itu muncul karena para penganut thariqat ini melakukan tarian berputar-putar, yang
diiringi oleh gendang dan suling, dalam dzikir mereka untuk mencapai ekstase.

WAFATNYA MAWLANA RUMI

Semua manusia tentu akan kembali kepada-Nya. Demikianlah yang terjadi pada Rumi.
Penduduk Konya tiba-tiba dilanda kecemasan, karena mendengar kabar bahwa tokoh panutan
mereka, Rumi, tengah menderita sakit keras. Meskipun demikian, pikiran Rumi masih
menampakkan kejernihannya.

Seorang sahabatnya datang menjenguk dan mendoakan,Semoga Allah berkenan memberi


ketenangan kepadamu dengan kesembuhan. Rumi sempat menyahut, Jika engkau beriman dan
bersikap manis, kematian itu akan bermakna baik. Tapi kematian ada juga yang kafir dan pahit.

Pada tanggal 5 Jumadil Akhir 672 H atau 17 Desember 1273 dalam usia 68 tahun Rumi
dipanggil ke Rahmatullah. Tatkala jenazahnya hendak diberangkatkan,penduduk setempat
berdesak-desakan ingin mengantarkan kepulangannya. Malam wafatnya beliau dikenal sebagai
Sebul Arus (Malam Penyatuan). Sampai sekarang para pengikut Thariqat Maulawiyah masih
memperingati tanggal itu sebagai hari wafatnya beliau.

SAMA, Tarian Darwis yang Berputar

Suatu saat Rumi tengah tenggelam dalam kemabukannya dalam tarian Sama ketika itu seorang
sahabatnya memainkan biola dan ney (seruling), beliau mengatakan, Seperti juga ketika salat
kita berbicara dengan Tuhan, maka dalam keadaan extase para darwis juga berdialog dengan
Tuhannya melalui cinta. Musik Sama yang merupakan bagian salawat atas baginda Nabi
Sallallahu alaihi wasalam adalah merupakan wujud musik cinta demi cinta Nabi saw dan
pengetahuanNya.

Rumi mengatakan bahwa ada sebuah rahasia tersembunyi dalam Musik dan Sama, dimana musik
merupakan gerbang menuju keabadian dan Sama adalah seperti electron yangmengelilingi
intinya bertawaf menuju sang Maha Pencipta. Semasa Rumi hidup tarian Sama sering
dilakukan secara spontan disertai jamuan makanan dan minuman. Rumi bersama teman
darwisnya selepas solat
Isa sering melakukan tarian sama dijalan-jalan kota Konya.

Terdapat beberapa puisi dalam Matsnawi yang memuji Sama dan perasaan harmonis alami yang
muncul dari tarian suci ini. Dalam bab ketiga Matsnawi, Rumi menuliskan puisi tentang
kefanaan dalam Sama, ketika gendang ditabuh seketika itu perasaan extase merasukbagai buih-
buih yang meleleh dari debur ombak laut.

Tarian Sakral Sama dari tariqah Mevlevi Haqqani atau Tariqah Mawlawiyah ini masih dilakukan
saat ini di Lefke, Cyprus Turki dibawah bimbingan Mawlana Syaikh Nazim Adil al-Haqqani.
Ajaran Sufi Mawlana Syaikh Nazim dan mawlana Syaikh Hisyam juga merambah keberbagai
kota di Amerika maupun Eropa, sehingga tarian Whirling Dervishes ini juga dilakukan di banyak
kota-kota di Amerika, Eropa dan Asia di bawah bimbingan Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani ar-
Rabbani.

Tarian Sama ini sebagai tiruan dari keteraturan alam raya yang diungkap melalui perputaran
planet-planet. Perayaan Sama dari tariqah Mevlevi dilakukan dalam situasi yang sangat sakral
dan ditata dalam penataan khusus pada abad ke tujuh belas. Perayaan ini untuk menghormati
wafatnya Rumi, suatu peristiwa yang Rumi dambakan dan ia lukiskan dalam istilah-istilah yang
menyenangkan.

Para Anggota Tariqah Mevlevi sekarang belajar menarikan tarian ini dengan bimbingan
Mursyidnya. Tarian ini dalam bentuknya sekarang dimulai dengan seorang peniup suling yang
memainkan Ney, seruling kayu. Para penari masuk mengenakan pakaian putih yang sebagai
simbol kain kafan, dan jubah hitam besar sebagai symbol alam kubur dan topi panjang merah
atau abu-abu yang menandakan batu nisan.

Akhirnya seorang Syaikh masuk paling akhir dan menghormat para Darwish lainnya. Mereka
kemudian balas menghormati. Ketika Syaikh duduk dialas karpet merahmenyala yang
menyimbolkan matahari senja merah tua yang mengacu pada keindahan langit senja sewaktu
Rumiwafat. Syaikh mulai bersalawat untuk Rasulullah saw yang ditulis oleh Rumi disertai
iringan musik,
gendang, marawis dan seruling ney. Peniup seruling dan penabuh gendang memulai
musiknya,maka para darwis memulai dengan tiga putaran secara perlahan yang merupakaan
simbolisasi bagi tiga tahapan yang membawa manusia menemui Tuhannya. Pada puatran ketiga
Syaikh kembali duduk dan para penari melepas jubah hitamnya dengan gerakan yang
menyimbulkan kuburan untuk mengalami mati sebelum mati,
kelahiran kedua. Ketika Syaikh mengijinkan para penari menari, mereka mulai dengan gerakan
perlahan memutar seperti putaran tawaf dan putaran planet-planet mengelilingi matahari. Ketika
tarian hamper usai maka syaikh berdiri dan alunan musik dipercepat. Proses ini diakhiri dengan
musik penutup danpembacaan ayat suci Al-Quran.

Rombongan Penari Darwis, secara teratur menampilkan Sama di auditorium umum di Eropa dan
Amerika Serikat. Sekalipun beberapa gerakan tarian ini pelan dan terasa lambat tetapi para
pemirsa mengatakan penampilan ini sangat magis dan menawan. Kedalaman konsentrasi,
atauperasaan dzawq dan ketulusan para darwis menjadikan gerakan mereka begitu menghipnotis.
Pada akhir penampilan para hadirin diminta untuk tidak bertepuktangan karena Sama adalah
sebuah ritual spiritual
bukan sebuah pertunjukan seni.

Pada abad ke 17, Tariqah Mevlevi atau Mawlawiyahdikendalikan oleh kerajaan Utsmaniyah.
Meskipun Tariqah Mawlawiyah kehilangan sebagian besarkebebasannya ketika berada dibawah
dominasi Ustmaniyah, tetapi perlindungan Sang Raja menungkinkan.Tariqah Mawlawi
menyebar luas keberbagai daerah danmemperkenalkan kepada banyak orang tentang tatanan
musik dan tradisi puisi yang unik dan indah. Pada Abad ke 18, Salim III seorang Sultan
Utsmaniyah menjadi anggota Tariqah Mawlawiyah dan kemudian diamenciptakan musik untuk
upacara-upacara Mawlawi.

Selama abad ke 19 , Mawlawiyah merupakan salah satu dari sekitar Sembilan belas aliran sufi di
Turtki dan sekitar tigapuluh lima kelompok semacam itu dikerajaanUtsmaniyah. Karena
perlindungan dari raja mereka, Mawlawi menjadi kelompok yang paling berpengarhdiseluruh
kerajaan dan prestasi cultural mereka dianggap sangat murni. Kelompok itu menjadi terkenal di
barat., Di Eropa dan Amerika pertunjukkan keliling mereka menyita perhatian public. Selama
abad 19, sebuah panggung pertunjukkan yang didirikan di Turki menarik perhatian banyak
kelompok wisatawan Eropa yang datang ke Turki.

Pada tahun 1925, Tariqah Mawlawi dipaksa membubarkan diri ditanah kelahiran mereka Turki,
setelah Kemal Ataturk pendiri modernisasi Turki melarang semua kelompok darwis lengkap
dengan upacara serta pertunjukkan mereka. Pada saat itu makam Rumi di Konya diambil alih
pemerintah dan diubah menjadi museumNegara.

Motivasi utama Atatutrk adalah memutuskan hubungan Turki dengan masa pertengahan guna
mengintegrasikan Turki dengan dunia modern seperti demokrasi ala barat. Bagi Ataturk tariqah
sufi menjadi ancaman bagi modernisasi Turki. Pada saat itulah Syaikh Nazim mulai
menyebarkan bimbingan spiritual dan mengajar agama Islam di Siprus, Turki.

Mawlana Syaikh Nazim Adil al-Haqqani

Banyak murid yang mendatangi Mawlana Syaikh Nazim danmenerima Thariqat Naqsybandi
Haqqani. Selain itu beliau adalah pemegang otoritas Mursyid tujuh Tariqah Sufi besar lainnya,
termasuk Mevlevi Haqqani atau Mawlawiyah, Qodiriah, Syadziliyah, Chisty. Namun sayang,
waktu itu semua agama dilarang di Turki dan karena beliau berada di dalam komunitas orang-
orang Turki di Siprus, agama pun dilarang di sana. Bahkanmengumandangkan azan pun tak
diperbolehkan.

Langkah Syaikh Nazim yang pertama ketika itu adalah menuju masjid di tempat kelahirannya
dan mengumandangkan azan di sana, segera beliau dimasukkanpenjara selama seminggu. Begitu
dibebaskan, Syaikh Nazim pergi menuju masjid besar di Nikosia dan melakukan azan di
menaranya. Hal itu membuat parapejabat marah dan beliau dituntut atas pelanggaran hukum.

Sambil menunggu sidang, Syaikh Nazim terus mengumandangkan azan di menara-menara


masjid di seluruh Nikosia. Sehingga tuntutannya pun terus bertambah, ada 114 kasus yang
menunggu beliau. Pengacara menasihati beliau agar berhenti melakukan azan, namun Syaikh
Nazim mengatakan, Tidak, aku tidak bisa mengehntikannya. Orang-orang harusmendengar
panggilan azan untuk shalat.

Ketika hari persidangan tiba, Mawlana Syaikh Nazim didakwa atas 114 kasus mngumandangkan
azan diseluruh Cyprus. Jika tuntutan 114 kasus itu terbukti, maka beliau bisa dihukum 100 tahun
penjara. Tetapi pada hari yang sama hasil pemilu diumumkan di Turki. Seorang laki-laki
bernama Adnan Menderes dicalonkan untuk berkuasa. Langkah pertamanya ketika terpilih
menjadi Presiden adalah membuka seluruh masjid-masjid dan mengizinkan azan
dikumandangkan dalam bahasa Arab. Inilah keajaiban yang diberikan Allah swt kepada
Mawlana Syaikh Nazim.

Hingga saat ini makam Rumi di Konya tetap terpeliharadan dikelola oleh pemerintah Turki
sebagai tempat wisata. Meskipun demikian pengunjung yang datang kesana yang terbanyak
adalah para peziarah dan bukan wisatawan. Melalui sebuah kesepakatan pemerintah Turki, pada
tahun 1953 akhirnya menyetujui tarian Sama Tariqah Mawlawi dipeertontonkan lagi di Konya
dengan syarat pertunjukan tersebut bersifat culturaluntuk para wisatawan.

Rombongan Darwis juga diijinkan untuk berkelana secara Internasional. Meskipun demikian
secara keseluruhan berbagai aspek sufisme tetap menjadi praktek yang illegal di Turki dan para
sufi banyak diburu sejakAtaturk melarang agama mereka.

Maulana Jalaluddin Rumi, Menari di Depan Tuhan

AKAN tiba saatnya, ketika Konya menjadi semarak, dan makam kita tegak di jantung kota.
Gelombang demi gelombang khalayak menjenguk mousoleum kita, menggemakan ucapan-
ucapan kita.

Itulah ucapan Jalaluddin Rumi pada putranya, Sultan Walad, di suatu pagi. Dan waktu kemudian
berlayar, melintasi tahun dan abad. Konya seakan terlelap dalam debu sejarah. Tetapi, kota
Anatolia Tengah ini tetap berdiri sebagai saksi kebenaran ucapan Rumi, tulis Talat Said
Halman, peneliti karya-karya mistik Rumi.
Kenyataannya memang demikian. Lebih dari 7 abad, Rumi bak bayangan yang abadi mengawal
Konya, terutama untuk pada pengikutnya, the whirling dervishes, para darwis yang menari.
Setiap tahun, dari tanggal 2-17 Desember, jutaan peziarah menyemut menuju Konya. Dari
delapan penjuru angin mereka berarak untuk memperingatikematian Rumi, 727 tahun silam.

Siapakah sesungguhnya makhluk ini, yang telahmenegakkan sebuah pilar di tengah khazanah
keagamaan Islam dan silang sengketa paham? Dialah penyairmistik terbesar sepanjang zaman,
kata orientalis Inggris Reynold A Nicholson. Ia bukan nabi, tetapi iamampu menulis kitab suci,
seru Jami, penyair Persia Klasik, tentang karya Rumi,Matsnawi.

Gandhi pernah mengutip kata-katanya. Rembrandt mengabadikannya dikanvas, Muhammad


Iqbal, filsuf dan penyair Pakistan, sekali waktu pernah berdendang,Maulana mengubah tanah
menjadi madu. Aku mabuk oleh anggurnya; aku hidup dari napasnya. Bahkan, Paus Yohanes
XXIII, pada 1958 menuliskan pesan khusus: Atas nama dunia Katolik, saya menundukkan
kepala penuh hormat mengenang Rumi.

Besar dalam kembara

Jalaluddin dilahirkan 30 September 1207 di Balkh, kini wilayah Afganistan. Ia Putra Bahauddin
Walad, ulama dan mistikus termasyhur, yang diusir dari kota Balkh tatkala ia berumur 12 tahun.
Pengusiran itu buntutperbedaan pendapat antara Sultan dan Walad.

Keluarga ini kemudian tinggal di Aleppo (Damaskus), dan di situ kebeliaan Jalaluddin diisi oleh
guru-guru bahasa Arab yang tersohor. Tak lama di Damakus, keluarga ini pindah ke Laranda,
kota di Anatolia Tengah, atas permintaan Sultan Seljuk Alauddin Kaykobad.

Konon, Kaykobad membujuk dalam sebuah surat kepada Walad, Kendati saya tak pernah
menundukkan kepala kepada seorang pun, saya siap menjadi pelayan dan pengikut setia Anda.
Di kota ini ibu Jalaluddin, Mumin Khatum, meninggal dunia. Tak lama kemudian, dalam usia
18 tahun, Jalaluddin menikah. 1226, putra pertama Jalaluddin, Sultan Walad, lahir. Setahun
kemudian, keluarga ini pindah ke Konya, 100 Km dariLaranda. Di sini, Bahauddin Walad
mengajar di madrasah. 1229, anak kedua Jalaluddin, Alauddin, lahir. Dua tahun kemudian,
dalam usia 82 tahun, Bahaudin Walad meninggal dunia.

Era baru pun dialami Jalaluddin. Dia menggantikan Walad, dan mengajarkan ilmu-ilmu
ketuhanan tradisional, tanpa menyentuh mistik. Setahun setelahkematian ayahnya, suatu pagi,
madrasahnya kedatangan tamu, Burhannuddin Muhaqiq, yang ternyata murid terkasih Walad.
Dan ketika menyadari sang guru telahtiada, Muhaqiq mewariskan ilmunya pada Jalaluddin.
Burhanuddin pun menggembleng muridnya dengan latihan tasawuf yang telah dimatangkan
selama 4 abad terakhir oleh para sufi, dan beberapa kali meminta dia ke Damakus untuk
menambah lmu. 8 tahun menggembleng, 1240, Burhanuddin kembali ke Kayseri. Jalaluddin
Rumipun menggembleng diri sendiri.

Cinta adalah menari


Tahun 1244, saat berusia 37 tahun, Jalaluddin sudah berada di atas semua ulama di Konya. Ilmu
yang dia timba dari kitab-kitab Persia, Arab, Turki, Yunani dan Ibrani, membuat dia nyaris
ensiklopedis. Gelar Maulana Rumi (Guru bangsa Rum) pun dia raih. Tapi, di sebuah senja
Oktober, sehabis pulang dari madrasah, seseorang yang tak dia kenal, menjegat langkahnya, dan
menanyakan satu hal. Mendengar pertanyaan itu, Rumilangsung pingsan!

Sebuah riwayat mengatakan, orang tak dikenal itu bertanya, Siapa yang lebih agung,
Muhammad Rasulullah yang berdoa, Kami tak mengenal-Mu seperti seharusnya atau seorang
sufi Persia, Bayazid Bisthami yang berkata, Subhani, mahasuci diriku, betapa agungnya
kekuasaanku. Pertanyaan mistikus Syamsuddin Tabriz itu mengubah hidup Rumi. Dia kemudian
tak lagi terpisahkan dari Syams. Dan di bawah pengaruh Syams,ia menjalani periode mistik yang
nyala, penuh gairah, tanpa batas, dan kini, mulai menyukai musik. Mereka menghabiskan hari
bersama-sama, dan menurut riwayat, selama berbulan-bulan mereka dapat bertahan hidup tanpa
kebutuhan-kebutuhan dasar manusia, khusuk menuju Cinta Ilahiah.

Tapi hal ini tak lama. Kecemburuan warga Konya, membuat Syams pergi. Dan saat Syams
kembali, warga membunuhnya. Rumi kehilangan, kehilangan terbesar yangdia gambarkan
seperti kehidupan kehilangan mentari.

Tapi, suatu pagi, seorang pandai besi membuat Jalaluddin menari. Pukulan penempa besi itu,
Shalahuddin, membuat dia ekstase, dan tanpa sadar mengucapkan puisi-puisi mistis, yang berisi
ketakjuban pada pengalaman syatahat. Rumi pun kemudian bersabahat dengan Shalahuddin,
yang kemudian menggantikan posisi Syams. Dan era menari pun dimulai Rumi, menari sambil
memadahkan syair-syair cinta Ilahi. Tarian para darwis itulah yang kemudian menjadi semacam
bentukratapan Rumi atas kehilangan Syams, jelas Talat.

Sampai meninggalnya, 17 Desember 1273, Rumi tak pernah berhenti menari, kerana dia tak
pernah berhenti mencintai Allah. Tarian itu juga yang membuat peringkatnya dalam inisiasi sufi
berubah dari yang mencintai jadi yang dicintai. (Aulia A Muhammad)

Singkir

Wikipedia akan berubah kepada muka baru.


Bantulah kami mengesan kesilapan dan menlengkapkan penterjemahan.

Jalaluddin Muhammad Rumi

Ahli falsafah Parsi


Zaman Pertengahan
Nama: Jalluddn Muhammad Rm
Kelahiran: 1207 M
Kematian: 1273 M
Sufi; Hanafi Sunni, mungkin berpengaruh
Mazhab:
Syiah[1]
Minat utama: sajak, syair, muzik
Muzik Timur Tengah, Puisi Sufi, Falsafah
Idea terkenal:
Sufi, dan Sufi dance
Dipengaruhi: Attar, Shams-e Tabrizi
Mempengaruhi: Muhammad Iqbal

Ajaran Tarekat maulawiyah.

Tarekat maulawiyah adalah sebuah tarekat pengikut jalaluddin rumi. Tarekat ini mengajarkan
ajaran sufistik beraliran jalldn rumi. Jalaludn sendri mrupkan seorang sufi yg memprknalkn
tarian the whirling dervishes (tarian sufistik). Ajaran tasawuf yg ditekankn lbh trknal pd sisi
musik sufistik. Bentuk cinta nya di metmorphosiskn pada syair2 nya.

Jalaluddin Rumi
Penyair dan tokoh sufi terbesar dari Persia

Ia berkata, Siapa itu berada di pintu?


Aku berkata, Hamba sahaya Paduka.
Ia berkata, Kenapa kau ke mari?
Aku berkata, Untuk menyampaikan hormat padamu, Gusti.
Ia berkata, Berapa lama kau bisa bertahan?
Aku berkata, Sampai ada panggilan.
Aku pun menyatakan cinta, aku mengambil sumpah
Bahwa demi cinta aku telah kehilangan kekuasaan.
Ia berkata, Hakim menuntut saksi kalau ada pernyataan.
Aku berkata, Air mata adalah saksiku, pucatnya wajahku adalah buktiku.
Ia berkata, Saksi tidak sah, matamu juling.
Aku berkata, Karena wibawa keadilanmu mataku terbebas dari dosa.

Syair religius di atas adalah cuplikan dari salah satu puisi karya penyair sufi terbesar dari Persia,
Jalaluddin Rumi. Kebesaran Rumi terletak pada kedalaman ilmu dan kemampuan
mengungkapkan perasaannya ke dalam bahasa yang indah. Karena kedalaman ilmunya itu, puisi-
puisi Rumi juga dikenal mempunyai kedalaman makna. Dua hal itulah kedalaman makna dan
keindahan bahasa yang menyebabkan puisi-puisi Rumi sulit tertandingi oleh penyair sufi
sebelum maupun sesudahnya.

Rumi memang bukan sekadar penyair, tetapi ia juga tokoh sufi yang berpengaruh pada
zamannya. Rumi adalah guru nomor satu tarekat Maulawiah sebuah tarekat yang berpusat di
Turki dan berkembang di daerah sekitarnya. Tarekat Maulawiah pernah berpengaruh besar dalam
lingkungan Istana Turki Utsmani dan kalangan seniman pada sekitar tahun l648.

Sebagai tokoh sufi, Rumi sangat menentang pendewa-dewaan akal dan indera dalam menentukan
kebenaran. Pada zamannya, ummat Islam memang sedang dilanda penyakit itu.
Bagi kelompok yang mengagul-agulkan akal, kebenaran baru dianggap benar bila mampu
digapai oleh indera dan akal. Segala sesuatu yang tidak dapat diraba oleh indera dan akal, cepat-
cepat mereka ingkari dan tidak diakui.

Padahal, menurut Rumi, justru pemikiran semacam itulah yang dapat melemahkan iman kepada
sesuatu yang ghaib. Dan karena pengaruh pemikiran seperti itu pula, kepercayaan kepada segala
hakekat yang tidak kasat mata, yang diajarkan berbagai syariat dan beragam agama samawi, bisa
menjadi goyah.

Rumi mengatakan, Orientasi kepada indera dalam menetapkan segala hakekat keagamaan
adalah gagasan yang dipelopori kelompok Mutazilah. Mereka merupakan para budak yang
tunduk patuh kepada panca indera. Mereka menyangka dirinya termasuk Ahlussunnah. Padahal,
sesungguhnya Ahlussunnah sama sekali tidak terikat kepada indera-indera, dan tidak mau pula
memanjakannya.

Bagi Rumi, tidak layak meniadakan sesuatu hanya karena tidak pernah melihatnya dengan mata
kepala atau belum pernah meraba dengan indera. Sesungguhnya, batin akan selalu tersembunyi
di balik yang lahir, seperti faedah penyembuhan yang terkandung dalam obat. Padahal, yang
lahir itu senantiasa menunjukkan adanya sesuatu yang tersimpan, yang tersembunyi di balik
dirinya. Bukankah Anda mengenal obat yang bermanfaat? Bukankah kegunaannya tersembunyi
di dalamnya? tegas Rumi.

PENGARUH TABRIZ. Fariduddin Attar, seorang tokoh sufi juga, ketika berjumpa dengan Rumi
yang baru berusia 5 tahun pernah meramalkan bahwa si kecil itu kelak bakal menjadi tokoh
spiritual besar. Sejarah kemudian mencatat, ramalan Fariduddin itu tidak meleset.

Lahir di Balkh, Afghanistan pada 604 H atau 30 September 1207 Rumi menyandang nama
lengkap Jalaluddin Muhammad bin Muhammad al-Balkhi al-Qunuwi. Adapun panggilan Rumi
karena sebagian besar hidupnya dihabiskan di Konya (kini Turki), yang dahulu dikenal sebagai
daerah Rum (Roma).

Ayahnya, Bahauddin Walad Muhammad bin Husein, adalah seorang ulama besar bermadzhab
Hanafi. Dan karena kharisma dan tingginya penguasaan ilmu agamanya, ia digelari Sulthanul
Ulama (raja ulama). Namun rupanya gelar itu menimbulkan rasa iri pada sebagian ulama lain.
Dan merekapun melancarkan fitnah dan mengadukan Bahauddin ke penguasa. Celakanya sang
penguasa terpengaruh hingga Bahauddin harus meninggalkan Balkh, termasuk keluarganya.
Ketika itu Rumi baru beruisa lima tahun.

Sejak itu Bahauddin bersama keluarganya hidup berpindah- pindah dari suatu negara ke negara
lain. Mereka pernah tinggal di Sinabur (Iran timur laut). Dari Sinabur pindah ke Baghdad,
Makkah, Malattya (Turki), Laranda (Iran tenggara) dan terakhir menetap di Konya, Turki. Raja
Konya Alauddin Kaiqubad, mengangkat ayah Rumi sebagai penasihatnya, dan juga
mengangkatnya sebagai pimpinan sebuah perguruan agama yang didirikan di ibukota tersebut.
Di kota ini pula ayah Rumi wafat ketika Rumi berusia 24 tahun.
Di samping kepada ayahnya, Rumi juga berguru kepada Burhanuddin Muhaqqiq at-Turmudzi,
sahabat dan pengganti ayahnya memimpin perguruan. Rumi juga menimba ilmu di Syam
(Suriah) atas saran gurunya itu. Ia baru kembali ke Konya pada 634 H, dan ikut mengajar pada
perguruan tersebut.

Setelah Burhanuddin wafat, Rumi menggantikannya sebagai guru di Konya. Dengan


pengetahuan agamanya yang luas, di samping sebagai guru, ia juga menjadi dai dan ahli hukum
Islam. Ketika itu di Konya banyak tokoh ulama berkumpul. Tak heran jika Konya kemudian
menjadi pusat ilmu dan tempat berkumpul para ulama dari berbagai penjuru dunia.

Kesufian dan kepenyairan Rumi dimulai ketika ia sudah berumur cukup tua, 48 tahun.
Sebelumnya, Rumi adalah seorang ulama yang memimpin sebuah madrasah yang punya murid
banyak, 4.000 orang. Sebagaimana seorang ulama, ia juga memberi fatwa dan tumpuan
ummatnya untuk bertanya dan mengadu. Kehidupannya itu berubah seratus delapan puluh
derajat ketika ia berjumpa dengan seorang sufi pengelana, Syamsuddin alias Syamsi Tabriz.

Suatu saat, seperti biasanya Rumi mengajar di hadapan khalayak dan banyak yang menanyakan
sesuatu kepadanya. Tiba- tiba seorang lelaki asing yakni Syamsi Tabriz ikut bertanya, Apa
yang dimaksud dengan riyadhah dan ilmu? Mendengar pertanyaan seperti itu Rumi terkesima.
Kiranya pertanyaan itu jitu dan tepat pada sasarannya. Ia tidak mampu menjawab. Berikutnya,
Rumi berkenalan dengan Tabriz. Setelah bergaul beberapa saat, ia mulai kagum kepada Tabriz
yang ternyata seorang sufi. Ia berbincang-bincang dan berdebat tentang berbagai hal dengan
Tabriz. Mereka betah tinggal di dalam kamar hingga berhari-hari.

Sultan Salad, putera Rumi, mengomentari perilaku ayahnya itu, Sesungguhnya, seorang guru
besar tiba-tiba menjadi seorang murid kecil. Setiap hari sang guru besar harus menimba ilmu
darinya, meski sebenarnya beliau cukup alim dan zuhud. Tetapi itulah kenyataannya. Dalam diri
Tabriz, guru besar itu melihat kandungan ilmu yang tiada taranya.

Rumi benar-benar tunduk kepada guru barunya itu. Di matanya, Tabriz benar-benar sempurna.
Cuma celakanya, Rumi kemudian lalai dengan tugas mengajarnya. Akibatnya banyak muridnya
yang protes. Mereka menuduh orang asing itulah biang keladinya. Karena takut terjadi fitnah dan
takut atas keselamatan dirinya, Tabriz lantas secara diam-diam meninggalkan Konya.

Bak remaja ditinggalkan kekasihnya, saking cintanya kepada gurunya itu, kepergian Tabriz itu
menjadikan Rumi dirundung duka. Rumi benar-benar berduka. Ia hanya mengurung diri di dalam
rumah dan juga tidak bersedia mengajar. Tabriz yang mendengar kabar ini, lantas berkirim surat
dan menegur Rumi. Karena merasakan menemukan gurunya kembali, gairah Rumi bangkit
kembali. Dan ia mulai mengajar lagi.

Beberapa saat kemudian ia mengutus putranya, Sultan Salad, untuk mencari Tabriz di Damaskus.
Lewat putranya tadi, Rumi ingin menyampaikan penyesalan dan permintaan maaf atas tindakan
murid-muridnya itu dan menjamin keselamatan gurunya bila berkenan kembali ke Konya.

Demi mengabulkan permintaan Rumi itu, Tabriz kembali ke Konya. Dan mulailah Rumi
berasyik-asyik kembali dengan Tabriz. Lambat-laun rupanya para muridnya merasakan
diabaikan kembali, dan mereka mulai menampakkan perasaan tidak senang kepada Tabriz. Lagi-
lagi sufi pengelana itu, secara diam-diam meninggalkan Rumi, lantaran takut terjadi fitnah.
Kendati Rumi ikut mencari hingga ke Damaskus, Tabriz tidak kembali lagi.

Rumi telah menjadi sufi, berkat pergaulannya dengan Tabriz. Kesedihannya berpisah dan
kerinduannya untuk berjumpa lagi dengan gurunya itu telah ikut berperan mengembangkan
emosinya, sehingga ia menjadi penyair yang sulit ditandingi. Guna mengenang dan menyanjung
gurunya itu, ia tulis syair- syair, yang himpunannya kemudian dikenal dengan nama Divan-i
Syams-i Tabriz. Ia bukukan pula wejangan-wejangan gurunya, dan buku itu dikenal dengan
nama Maqalat-i Syams Tabriz.

Rumi kemudian mendapat sahabat dan sumber inspirasi baru, Syekh Hisamuddin Hasan bin
Muhammad. Atas dorongan sahabatnya itu, ia berhasil selama 15 tahun terakhir masa hidupnya
menghasilkan himpunan syair yang besar dan mengagumkan yang diberi nama Masnavi-i. Buku
ini terdiri dari enam jilid dan berisi 20.700 bait syair. Dalam karyanya ini, terlihat ajaran-ajaran
tasawuf yang mendalam, yang disampaikan dalam bentuk apologi, fabel, legenda, anekdot, dan
lain-lain. Karya tulisnya yang lain adalah Rubaiyyat (sajak empat baris dalam jumlah 1600
bait), Fiihi Maa fiihi (dalam bentuk prosa; merupakan himpunan ceramahnya tentang tasawuf),
dan Maktubat (himpunan surat-suratnya kepada sahabat atau pengikutnya).

Bersama Syekh Hisamuddin pula, Rumi mengembangkan tarekat Maulawiyah atau Jalaliyah.
Tarekat ini di Barat dikenal dengan nama The Whirling Dervishes (Para Darwisy yang Berputar-
putar). Nama itu muncul karena para penganut tarekat ini melakukan tarian berputar-putar, yang
diiringi oleh gendang dan suling, dalam dzikir mereka untuk mencapai ekstase.

WAFAT. Semua manusia tentu akan kembali kepada-Nya. Demikianlah yang terjadi pada Rumi.
Penduduk Konya tiba-tiba dilanda kecemasan, gara-gara mendengar kabar bahwa tokoh panutan
mereka, Rumi, sakit keras. Meski menderita sakit keras, pikiran Rumi masih menampakkan
kejernihannya.

Seorang sahabatnya datang menjenguk dan mendoakan, Semoga Allah berkenan memberi
ketenangan kepadamu dengan kesembuhan. Rumi sempat menyahut, Jika engkau beriman dan
bersikap manis, kematian itu akan bermakna baik. Tapi kematian ada juga kafir dan pahit.

Pada 5 Jumadil Akhir 672 H dalam usia 68 tahun Rumi dipanggil ke rahmatullah. Tatkala
jenazahnya hendak diberangkatkan, penduduk setempat berdesak-desak ingin menyaksikan.
Begitulah kepergian seseorang yang dihormati ummatnya.

Aku mati sebagai mineral


dan menjelma sebagai tumbuhan,
aku mati sebagai tumbuhan
dan lahir kembali sebagai binatang.
Aku mati sebagai binatang dan kini manusia.
Kenapa aku harus takut?
Maut tidak pernah mengurangi sesuatu dari diriku.

Sekali lagi,
aku masih harus mati sebagai manusia,
dan lahir di alam para malaikat.
Bahkan setelah menjelma sebagai malaikat,
aku masih harus mati lagi;
Karena, kecuali Tuhan,
tidak ada sesuatu yang kekal abadi.

Setelah kelahiranku sebagai malaikat,


aku masih akan menjelma lagi
dalam bentuk yang tak kupahami.
Ah, biarkan diriku lenyap,
memasuki kekosongan, kasunyataan
Karena hanya dalam kasunyataan itu
terdengar nyanyian mulia;

Kepada Nya, kita semua akan kembali

Apa Yang mesti Ku lakukan

Apa yang mesti kulakukan, O Muslim? Aku tak mengenal didiku sendiri
Aku bukan Kristen, bukan Yahudi, bukan Gabar, bukan Muslim
Aku bukan dari Timur, bukan dari Barat, bukan dari darat, bukan dari laut,
Aku bukan dari alam, bukan dari langit berputar,
Aku bukan dari tanah, bukan dari air, bukan dari udara, bukan dari api,
Aku bukan dari cahaya, bukan dari debu, bukan dari wujud dan bukan dari hal
Aku bukan dari India, bukan dari Cina, bukan dari Bulgaria, bukan dari Saqsin,
Aku bukan dari Kerajaan Iraq, bukan dari negeri Korazan.
Aku bukan dari dunia in ataupun dari akhirat, bukan dari Sorga ataupun Neraka
Aku bukan dari Adam, bukan dari Hawa, bukan dari Firdaus bukan dari Rizwan
Tempatku adalah Tanpa tempat, jejakku adalah tak berjejak
Ini bukan raga dan jiwa, sebab aku milik jiwa Kekasih
Telah ku buang anggapan ganda, kulihat dua dunia ini esa
Esa yang kucari, Esa yang kutahu, Esa yang kulihat, Esa yang ku panggil
Ia yang pertama, Ia yang terakhir, Ia yang lahir, Ia yang bathin
Tidak ada yang kuketahui kecuali :Ya Hu dan Ya man Hu
Aku mabok oleh piala Cinta, dua dunia lewat tanpa kutahu
Aku tak berbuat apa pun kecuali mabok gila-gilaan
Kalau sekali saja aku semenit tanpa kau,
Saat itu aku pasti menyesali hidupku
Jika sekali di dunia ini aku pernah sejenak senyum,
Aku akan merambah dua dunia, aku akan menari jaya sepanjang masa.
O Syamsi Tabrizi, aku begitu mabok di dunia ini,
Tak ada yang bisa kukisahkan lagi, kecuali tentang mabok dan gila-gilaan.

Pembacaan Pujian untuk Kanjeng Nabi SAW dengan nama Nat- erif Nat- erif:

Y Hazret-i Mevlana Hak dost,


Ya Habiballah rasul-i Halk- yekta tyi,
Ber gzin-i Zlcelli pak- bihemta tyi
Dost Sultanm,
Nazenin-i Hazret-i Hak sadr- bedr-i kainat,
Nur-i em-i Enbiya em-i era-i ma tuyi
Ya Mevlana hak dost
emsi Tebrizi ki dared nati Peygamber ziber,
Mustafa v Mcteba an seyyid-i ala tyi
Ya tabibel kulb ya Veliyallah Allah dost

1. F. TARIKAT SYATHARIYAH DAN AJARANNYA

Syattariyah adalah aliran tarekat pertama di india pd abad ke-15. Tarekat ini dinisbahkan kpd
Abdullah as -Syattar. Tarekat ini awalnya dikenal di Iran & Transoksania dgn nama Isyqiyah.
Sedangkan di wilayah Turki Usmani,tarekat ini disebut Bistamiyah.Martin Van Bruinessen.ahli
antropologi,menyebutkan bahwa tarekat ini banyak ditemukan di jawa & sumatra.Tapi,antara
satu dgn lainya tdk berhubungan. Tarekat ini relatif gampang berpadu dgn berbagai tradisi
setempat sehingga menjadi tarekat paling mempribumi diantara tarekat yg ada.

Tarekat Syattariyah adalah aliran tarekat yang pertama kali muncul di India pada abad ke-15.
Tarekat ini dinisbahkan kepada tokoh yang mempopulerkan dan berjasa mengembangkannya,
Abdullah asy-Syattar.

Awalnya tarekat ini lebih dikenal di Iran dan Transoksania (Asia Tengah) dengan nama
Isyqiyah. Sedangkan di wilayah Turki Usmani, tarekat ini disebut Bistamiyah.

Tarekat Syathariyah

Tarekat Syathariyah pertama kali digagas oleh Abdullah Syathar (w.1429 M). Tarekat
Syaththariyah berkembang luas ke Tanah Suci (Mekah dan Medinah) dibawa oleh Syekh Ahmad
Al-Qusyasi (w.1661/1082) dan Syekh Ibrahim al-Kurani (w.1689/1101). Dan dua ulama ini
diteruskan oleh Syekh Abd al-Rauf al-Sinkili ke nusantara, kemudian dikembangkan oleh
muridnya Syekh Burhan al-Din ke Minangkabau.

Tarekat Syathariyah sesudah Syekh Burhan al-Din berkembang pada 4 (empat) kelompok, yaitu;
Pertama. Silsilah yang diterima dari Imam Maulana. Kedua, Silsilah yang dibuat oleh Tuan
Kuning Syahril Lutan Tanjung Medan Ulakan. Ketiga, Silsilah yang diterima oleh Tuanku Ali
Bakri di Sikabu Ulakan. Keempat; Silsilah oleh Tuanku Kuning Zubir yang ditulis dalam
Kitabnya yang berjudul Syifa aI-Qulub.

Berdasarkan silsilah seperti tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tarekat
Syaththariyah di Minangkabau masih terpelihara kokoh. Untuk mendukung ke1embagaan
tarekat, kaum Syathariyah membuat lembaga formal berupa organisasi sosial keagamaan Jamaah
Syathariyah Sumatera Barat, dengan cabang dan ranting-ranting di seluruh alam Minangkabau,
bahkan di propinsi tetangga Riau dan jambi. Bukti kuat dan kokohnya kelembagaan tarekat
Syaththariyah dapat ditemukan wujudnya pada kegiatan bersafar ke makam Syekh Burhan al-
Din Ulakan.
Adapun ajaran tarekat Syaththariyah yang berkembang di Minangkabau sama seperti yang
dikembangkan oleh Abd al-Rauf al-Sinkili. Masalah pokoknya dapat dikelompokkan pada tiga;

Bahagian Pertama, Ketuhanan dan hubungannya dengan alam. Paham ketuhanan dalam
hubungannya dengan alam ini seolah-olah hampir sama dengan paham Wahdat a1- Wujud,
dengan pengertian bahwa Tuhan dan alam adalah satu kesatuan atau Tuhan itu immanen dengan
alam, bedanya oleh al-Sinkili ini dijelaskannya dengan menekankan pada trancendennya Tuhan
dengan alam. la mengungkapkan wujud yang hakiki hanya Allah, sedangkan alam ciptaan-Nya
bukan wujud yang hakiki. Bagaimana hubungan Tuhan dengan alam dalam transendennya, al-
Sinkili menjelaskan bahwa sebelum Tuhan menciptakan alam raya (al- a/am), Dia selalu
memikirkan (bertaakul) tentang diri-Nya, yang kemudian mengakibatkan terciptanya Nur
Muhammad (cahaya Muhammad). Dari Nur Muhammad itu Tuhan menciptakan pola-pola dasar
(a/ ayan tsabitah), yaitu potensi dari semua alam raya, yang menjadi sumber dari pola dasar luar
(a/-ayan alkharijiyah) yaitu ciptaan dalam bentuk konkritnya.

Ajaran tentang ketuhanan al-Sinkili di atas, disadur dan dikembangkan oleh Syekh Burhan al-
Din Ulakan seperti yang terdapat dalam kitab Tahqiq. Kajian mengenai ketuhanan yang dimuat
dalam kitab Tahqiq dapat disimpulkan pada Iman dan Tauhid. Tauhid dalam pengertian Tauhid
syariat, Tauhid tarekat, dan Tauhid hakekat, yaitu tingkatan penghayatan tauhid yang tinggi.

Bahagian kedua, Insan Kamil atau manusia ideal. Insan kamil lebih mengacu kepada hakikat
manusia dan hubungannya dengan penciptanya (Tuhannya). Manusia adalah penampakan cinta
Tuhan yang azali kepada esensi-Nya, yang sebenarnya manusia adalah esensi dari esensi-Nya
yang tak mungkin disifatkan itu. Oleh karenanya, Adam diciptakan Tuhan dalam bentuk rupa-
Nya, mencerminkan segala sifat dan nama-nama-Nya, sehingga Ia adalah Dia. Manusia adalah
kutub yang diedari oleh seluruh alam wujud ini sampat akhirnya. Pada setiap zaman ini ia
mempunyai nama yang sesuai dengan pakaiannya. Manusia yang merupakan perwujudannya
pada zaman itu, itulah yang lahir dalam rupa-rupa para Nabidari Nabi Adam as sampat Nabi
Muhammad SAW dan para qutub (wali tertinggi pada satu zaman) yang datang sesudah
mereka.

Hubungan wujud Tuhan dengan insan kamil bagaikan cermin dengan bayangannya. Pembahasan
tentang Insan KamiI ini meliputi tiga masalah pokok: Pertama; Masalah Hati. Kedua Kejadian
manusia yang dikenal dengan ayan kharijiyyah dan ayan tsabitah. Ketiga; Akhlak, Takhalli,
tahalli dan Tajalli.
Bahagian ketiga, jalan kepada Tuhan (Tarekat). Dalam hal ini Tarekat Syaththariyah
menekankan pada rekonsiliasi syariat dan tasawuf, yaitu memadukan tauhid dan zikir. Tauhid
itu memiliki empat martabat, yaitu tauhid uluhiyah, tauhid sifat, tauhid zat dan tauhid afal.
Segala martabat itu terhimpun dalam kalimah 1a ilaha ilIa Allah. Oleh karena itu kita hendaklah
memesrakan diri dengan La ilaha illa Allah. Begitu juga halnya dengan zikir yang tentunya
diperlukan sebagai jalan untuk menemukan pencerahan intuitif (kasyf) guna bertemu dengan
Tuhan. Zikir itu dimaksudkan untuk mendapatkan al-mawat al-ikhtiyari (kematian sukarela) atau
disebut juga al-mawat al-manawi (kematian ideasional) yang merupakan lawan dari al mawat
al-tabii (kematian alamiah). Namun tentunya perlu diberikan catatan bahwa marifat yang
diperoleh seseorang tidaklah boleh menafikan jalan syariat.

1. G. TARIKAT NAQSABANDIYAH DAN AJARANNYA


1. 1. Sekilas Tarekat Naqsabandiyah

Tarekat yg diambil dari mana sendirinya,Syekh Bahaudin Naqsaband dr Bukhara(1390)Tarekat


ini tersebar luas di wilayah Asia Tengah,Volga,& Kaukasus,China,Indonesia,India,Turki,Eropa
& Amerika Utara. Ini adalah satu2nya tarekat yg silsilah penyampaian ilmunya berakar dari Abu
Bakar as-Shidiq. Syeikh Yusup Makassari (1623-1699)adalah orang pertama yg
memperkenalkan tarekat ini di indonesia. Penyebarannya meluas,dari
Makasar,Kalimatan,Sumatra,Jawa Tengah/timur

Tarekat merupakan sebuah organisasi tasawuf dibawah pimpinan seorang Syeikh yang
menerapkan ajarannya kepada para murid-muridnya. Tareqat juga dimaksudkan sebagai suatu
jalan yang dilalui oleh calon sufi dalam mencapai marifat. Tidak mudah bagi seorang sufi untuk
mencapai titik puncak yang harus dicapai olehnya dalam menjalani kehidupan bertasawuf.
Sehingga pilihan lain dari hal ini adalah menjalaninya dengan kehidupan bertareqat.

Dalam perkembangannya, Tareqat sebagai suatu organisasi keagamaan kaum sufi sudah banyak
lahir dengan corak yang berbeda. Ini sudah berkembang pesat dan tersebar ke Asia Tenggara,
Asia Tengah, Afrika Timur, Afrika Utara, India, Iran dan Turki. Perbedaan-perbedaan tersebut
dalam realitasnya mengarah kepada tujuan yang sama, yaitu berada sedekat mungkin dengan
Tuhan. Karena Tareqat merupakan sebuah Organisasi yang lahir dari seorang Syeikh yang
berniat ingin melestarikan ajaran-ajaran kaum sufi maka masing-masing dari syikeh tersebut
tentu punya cara tersendiri dalam pengembangannya tersebut. Terbukti dengan lahirnya tarekat
tersebut semakin berbeda pulalah metode-metode yang digunakan.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi mudahnya Tarekat berkembang yaitu : a) Sufi
mempunyai kegemaran mengembara dari sustu tempat ke tempat yang lain. Dalam setiap
persinggahannya para sufi ini sennatiasa menyampaikan ajaran tareqat yang dianutnya. b) Ajaran
Tarekat yang mudah dipahami oleh siapa pun dan tidak mensyaratkan bagi calon murid
mempunyai tingkat inteaktual yang tinggi.[1]

Di Indonesia, Tarekat juga sudah mulai berkembang pada abad ke-13 hijriah. Terbukti pada
periode yang sama lahir 3 organisasi tarekat besar yang berkembang yaitu Qadiriyah,
Naqsabandiyah dan Sattariyah. Kemudian disusul oleh tarekat Rifaiiah yang mengabadikan
beberapa jenis kesenian rakyat aceh.

Sebagai salah satu Tareqat yang juga sudah berkembang di Indonesia ialah Tareqat
Naqsabandiyah juga sebagai salah satu Tareqat yang paling luas penyebarannya. Maka, dalam
pembahasan makalah ini akan di jelaskan hal ihwal tentang Tareqat Naqsabandiyah baik seputar
latar belakang, perkembangan dan penyebarannya di dunia dan khususnya di Indonesia serta
ajaran-ajarannya.

1. 2. Pendiri Tarekat Naqsabandiyah.

Istilah Naqsabandiyah pertama kali diperkenalkan oleh Muhammad bin Muhammad Baha al-
Din al-Uwaisi al-Bukhari Naqsyabandi, yang juga sekaligus sebagai pendiri Tarekat
Naqsabandiyah. Beliau dilahirkan pada tahun 1318 di desa Qasr-i-Hinduvan (yang kemudian
bernama Qasr-i Arifan) di dekat Bukhara, yang juga merupakan tempat di mana ia wafat pada
tahun 1389. Sebagian besar masa hidupnya dihabiskan di Bukhara, Uzbekistan serta daerah di
dekatnya, Transoxiana. Ini dilakukan untuk menjaga prinsip melakukan perjalanan di dalam
negeri, yang merupakan salah satu bentuk laku seperti yang ditulis oleh Omar Ali-Shah dalam
bukunya Ajaran atau Rahasia dari Tariqat Naqsyabandi. Perjalanan jauh yang dilakukannya
hanya pada waktu ia menjalankan ibadah haji dua kali.

Dari awal, ia memiliki kaitan erat dengan Khwajagan, yaitu para guru dalam mata rantai Tariqat
Naqsyabandi. Sejak masih bayi, ia diadopsi sebagai anak spiritual oleh salah seorang dari
mereka, yaitu Baba Muhammad Sammasi. Sammasi merupakan pemandu pertamanya dalam
mempelajari ilmu tasawuf. tepatnya ketika ia menginjak usia 18 tahun, dan yang lebih penting
lagi adalah hubungannya dengan penerus (khalifah) Sammasi, yaitu Amir Sayyid Kulal al-
Bukhari (w. 772/1371). Dari Kulal inilah ia pertama kali belajar terekat yang didirikannya.

Terakat Naqsabandiyah adalah satu-satunya tarekat terkenal yang silsilah penyampaian ilmu
spritualnya kepada Nabi Muhammad saw. melalui penguasa Muslim pertama yakni Abu Bakar
Shidiq , tidak seperti tarekat-tarekat sufi terkenal lainnya yang asalnya kembali kepada salah satu
imam Syiah, dan dengan demikian melalui Imam Ali, sampai Nabi Muhammad SAW. Tariqat
Naqshbandiyah terbina asas dan rukunnya oleh 5 bintang yang bersinar diatas jalan Rasulullah
(s.a.w) ini dan inilah yang merupakan ciri yang unik bagi tariqat ini yang membezakannya
daripada tariqat lain. Lima bintang yang bersinar itu ialah Abu Bakr as-Siddiq,Salman Al-
Farisi,Bayazid al-Bistami,Abdul Khaliq al-Ghujdawani dan Muhammad Bahauddin Uwaysi a-
Bukhari yang lebih dikenali sebagai Shah Naqshband Imam yang utama didalam tariqat ini.
3. Perkembangan Tarekat Naqsabandiyah

a. Gambaran Umum Perkembangan Tarekat Naqsabandiyah

Dalam perkembangannya Tarekat Naqsabandiyah sudah menyentuh lapisan masyarakat muslim


di berbagai wilayah, dengan dampak dan pengaruhnya Tarekat ini pertama kali berdiri di Asia
Tengah kemudian meluas ke Turki, Suriah, Afganistan, dan India. Di Asia Tengah bukan hanya
di kota-kota penting, melainkan di kampung-kampung kecil pun tarekat ini mempunyai Zawiyah
(padepokan sufi) dan rumah peristirahatan Naqsabandi sebagai tempat berlangsungnya aktivitas
keagamaan yang semarak[5] Disamping itu tarekat ini juga berkembang Bosnia-Herzegovina,
dan wilayah Volga Ural.

Pengaruh mereka mungkin paling kuat di Turki dan wilayah Kurdistan, dan yang paling lemah
adalah di Pakistan. Pada masa pemerintahan Soviet, pengaruh Naqsyabandiyah sangat terasa
pada gerakan Islam bawah tahan di Kaukasus Asia Tengah. Namun, pada akhirnya
pemerintahan Soviet tidak diikuti perkembangan Naqsyabandiyah di permukaan.

Dra. Wiwi Siti Sajaroh, M.Ag dalam Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia


memberikan ciri-ciri yang menonjol dalam tarekat ini[6] yaitu :

1. Mengikuti syariat secara ketat, keseriusan dalam beribadah dan menolak musik dan tari
dalam ibadah dan lebih menyukai berzikir dalam hati.
2. Upaya yang serius dalam memengaruhi kehidupan dan pemikiran golongan penguasa
serta mendekatkan negara pada agama. Berbeda dengan tarekat lainnuya, tarekat
naqsabandiyah tidak menganut kebijaksanan isolasi diri dalam menghadapi pemerintahan
yang sedang berkuasa saat itu. Sebaliknya berusaha untuk mengubah pandangan mereka
melalui gerakan politiknya.
3. membebankan tanggung jawab yang sama kepada para penguasa sebagai usaha untuk
memperbaik masyarakat.

b. Penyebaran Tarekat Naqsabandiyah dan Tokohnya

Baha al-Din Naqsabandi sebagai pendiri tarekat ini, dalam menjalankan aktivitas dan
penyebaran tarekatnya mempunyai khalifah utama, yaitu Yaqub Carkhi, Ala al-Din Aththar
dan Muhammad Parsa. Yang paling menonjol dalam perkembangan selanjutnya adalah
Ubaidillah Ahrar. Ubaidillah terkenal dengan Syeikh yang memilki banyak lahan, kekayaan,
dan harta. Ia mempunyai watak yang sederhana dan ramah, tidak suka kesombongan dan
keangkuhan. Ia menganggap kesombongan dan keangkuhan merendahkan tingkat moral
seseorang dan melemahkan tali pengikat spritual.[7] Ia juga berjasa dalam meletakkan ciri khas
tarekat ini yang terkenal dalam menjalin hubungan akrab dengan para penguasa saat itu sehingga
ia mendapat dukungan yang luas jangkauannya. Pada tatanan selanjutnya tarekat ini mulai
menyebarkan gerakannya diluar Islam.

Tokoh lain yang berperan besar dalam penyebaran tarekat ini secara geografis adalah Said al-Din
Kashghari. Ia juag telah membaiat penyair dan ulama besar Abd al-Rahman Jami ia yang
kemudian mempopulerkan tarekat ini dikalangan istana. Kontribusi utama Jami adalah
paparannya tentang pemikiran Ibnu Arabi dan mengomentari karya-karya Ibnu Arabi, Rumi,
Parsa dan sebagainya, sehingga tersusun dalam gubahan syair yang mudah dipahami dari
gagasan mereka tersebut.

Di India, Tarekat ini mulai tersebar pada tahun 1526. Baqi Billah, dilahirkan di Kabul
merupakan syeikh yang menyebarkan ajaran Tarekat ini di India. Ia mengembangkan ajaran
Tarekat ini kepada orang awam dan kaum bangsawan Mughal. Dakwahnya di India berlangsung
selama 5 tahun. Hampir semua garis silsilah pengikut Naqsabandiyah di India mengambil garis
spritual mereka melalui Baqi Biillah dan Khalifahnya Ahmad Sirhindi.[8]

Perluasannya mendapat dorongan baru dengan munculnya cabang Mujaddidiyah, dinamai


menurut nama Syekh Ahmad Sirhindi Mujaddidi Alf-i Tsani (Pembaru Milenium kedua). Pada
akhir abad ke-18, nama ini hampir sinonim dengan tarekat tersebut di seluruh Asia Selatan,
wilayah Utsmaniyah, dan sebagian besar Asia Tengah.[9] Orientasi Baru yang di bawa Sirhindi
ini terlihat pada pemahamannya yang menolak paham Wahdatul Wujud yang dibawa Ibnu
Arabi. Sirhindi sangat menuntut murid-muridnya agar berpegang secara cermat pada Al-Quran
dan Tradisi-tradisi Nabi.

1. c. Pelopor dan Penyebaran Tarekat Naqsabandiyah Di Nusantara

AjaranTarekat Naqsabandiyah di Indonesia pertama kali di perkenalkan oleh Syeikh Yusuf Al-
Makassari(1626-1699). Seperti disebutkan dalam bukunya safinah al-Najah ia telah mendapat
ijazah dari Syeikh Naqsabandiyah yaitu Muhammad Abd al Baqi di Yaman dan mempelajari
tarekat ini ketika berada di Madinah dibawah bimbingan Syaikh Ibrahim al-Kurani. Syeikh
Yusuf berasal dari Kerajaan Gowa Sulawesi. Pada tahun 1644 ia pergi ke Yaman kemudian
diteruskan lagi ke makkah, madinah untuk menuntut ilmu dan naik haji. Karena kondisi politik
saat itu, ia mengrungkan niatnya untuk pulang ke tanah kelahirannya di Makassar sehingga
membawanya menetap di Jawa Barat Banten hingga ia menikah dengan putri Sultan Banten.
Kehadirannya di Banten membawa sumbangan besar dalam mengangkat nama Banten sebagai
pusat pendidikan Islam. mIa terkenal sebagai ulama Indonesia pertama yang menulis tentang
tarekat ini.

Syeikh Yusuf telah menulis berbagai risalah mengenai Tasawuf dan menulis surah-surah tentang
nasihat kerohanian untuk orang-orang penting. Kebanyakan risalah dan surah-surahnya ditulis
dalam bahasa Arab dan Bugis[10]. Didalam tulisan-tulisannya, Syeikh Yusuf tetap konsisten
pada paham Wahdatul Wujud dan menekankan akan pentingnya meditasi melalui seorang Syeikh
(Tawassul) dan kewajiban sang murid untuk patuh tanpa banyak tanya kepada gurunya. Ia
mengemukakan bahwa kepatuhan paripurna kepada syeikh merupakan hal yang tidak dapat
ditawar-tawar lagi demi pencapaian spiritual.[11]

Tarekat Naqsabandiyah menyebar di nusantara berasal dari pusatnya di Makkah, yang dibawa
oleh para pelajar Indonesia yang beajar disana dan oleh para jemaah haji Indonesia. Mereka ini
kemudian memperluas dan menyebarkan tarekat ini keseluruh pelosok nusantara.
Penyebaran Tarekat Naqsabandiyah di Nusantara dapat dilihat dari para tokoh-tokoh tarekat ini
yang mengambangkan ajaran Tareqat Naqsabandiyah di bebarapa pelosok nusantara diantaranya
adalah :

1. Muhammad Yusuf adalah yang dipertuan muda di kepulauan Riau, beliau menjadi sultan
di pulau tempat dia tinggal. Dan mempunyai istana di penyengat dan di Lingga.
2. Di Pontianak, sebelum perkembangannya telah ada Tarekat Naqsabandiyah Mazhariyah.
Tarekat Naqsabandiyah mulai dikembangkan oleh Ismail Jabal yang merupakan teman
dari Usman al-Puntani (ulama yang terkenal di Pontianak sebagai penganut Tasawuf dan
penerjemah tak sufi)
3. Di Madura, Tarekat Naqsabandiyah sudah hadir pada abad ke 11 hijriyah. Tarekat
Naqsabandiyah Mazhariyah merupakan Tarekat yang paling berpengaruh di Madura dan
juga di beberapa tempat lain yang banyak penduduknya bersal dari madura, seperti
surabaya, Jakarta, dan Kalimantan Barat.
4. Di Dataran Tinggi Minangkabau tarekat Naqsabandiyah adlah yang paling padat.
Tokohnya adalah jalaludin dari Cangking, Abd al Wahab, Tuanku Syaikh Labuan di
Padang. Perkembangannya di Minangkabau sangat pesat hingga sampai ke silungkang,
cangking, Singkarak dan Bonjol.
5. Di Jawa Tengah berasal dari Muhammad Ilyas dari Sukaraja dan Muhammad Hadi dari
Giri Kusumo. Popongan menjadi salah satu pusat utama Naqsabandiyah di Jawa Tengah.\

Perkembangan selanjutnya di Jawa antara lain di Rembang, Blora, Banyumas-Purwokerto,


Cirebon, Jawa Timur bagian Utara, Kediri, dan Blitar.

Tarekat ini merupakan satu-satunya tarekat yang terwakili di semua provinsi yang berpenduduk
mayoritas muslim. Tarekat ini sudah tersebar hampir keseluruh provinsi yang ada di tanah air
yakni sampai ke Jawa, Sulawesi Selatan, Lombok, Madura, Kalimantan Selatan, Sumatra,
Semenanjung Malaya, Kalimantan Barat, dan daerah-daerah lainnya. Pengikutnya terdiri dari
berbagai lapisan masyarakat dari yang berstatus sosial rendah sampai lapisan menengah dan
lapisan yang lebih tinggi.

d. Ajaran Tarekat Naqsabandiyah

1). Azas-Azas

Penganut Naqsyabandiyah mengenal sebelas asas Thariqah. Delapan dari asas itu dirumuskan
oleh Abd al-Khaliq Ghuzdawani, sedangkan sisanya adalah penambahan oleh Baha al-Din
Naqsyaband. Asas-asas ini disebutkan satu per satu dalam banyak risalah, termasuk dalam dua
kitab pegangan utama para penganut Khalidiyah, Jami al-Ushul Fi al-Auliya. Kitab karya
Ahmad Dhiya al-Din Gumusykhanawi itu dibawa pulang dari Makkah oleh tidak sedikit jamaah
haji Indonesia pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Kitab yang satu lagi, yaitu Tanwir al-
Qulub oleh Muhammad Amin al-Kurdi dicetak ulang di Singapura dan di Surabaya, dan masih
dipakai secara luas. Uraian dalam karya-karya ini sebagian besar mirip dengan uraian Taj al-Din
Zakarya (Kakek spiritual dari Yusuf Makassar) sebagaimana dikutip Trimingham. Masing-
masing asas dikenal dengan namanya dalam bahasa Parsi (bahasa para Khwajagan dan
kebanyakan penganut Naqsyabandiyah India).[12]
Asas-asasnya Abd al-Khaliq[13] adalah:

1. Hush dar dam: sadar sewaktu bernafas. Suatu latihan konsentrasi: sufi yang
bersangkutan haruslah sadar setiap menarik nafas, menghembuskan nafas, dan ketika
berhenti sebentar di antara keduanya. Perhatian pada nafas dalam keadaan sadar akan
Allah, memberikan kekuatan spiritual dan membawa orang lebih hampir kepada Allah;
lupa atau kurang perhatian berarti kematian spiritual dan membawa orang jauh dari Allah
(al-Kurdi).
2. Nazar bar qadam: menjaga langkah. Sewaktu berjalan, sang murid haruslah menjaga
langkah-langkahnya, sewaktu duduk memandang lurus ke depan, demikianlah agar
supaya tujuan-tujuan (ruhani)-nya tidak dikacaukan oleh segala hal di sekelilingnya yang
tidak relevan.
3. Safar dar watan: melakukan perjalanan di tanah kelahirannya. Melakukan perjalanan
batin, yakni meninggalkan segala bentuk ketidaksempurnaannya sebagai manusia menuju
kesadaran akan hakikatnya sebagai makhluk yang mulia. [Atau, dengan penafsiran lain:
suatu perjalanan fisik, melintasi sekian negeri, untuk mencari mursyid yang sejati, kepada
siapa seseorang sepenuhnya pasrah dan dialah yang akan menjadi perantaranya dengan
Allah (Gumusykhanawi)].\
4. Khalwat dar anjuman: sepi di tengah keramaian. Berbagai pengarang memberikan
bermacam tafsiran, beberapa dekat pada konsep innerweltliche Askese dalam sosiologi
agama Max Weber. Khalwat bermakna menyepinya seorang pertapa, anjuman dapat
berarti perkumpulan tertentu. Beberapa orang mengartikan asas ini sebagai
menyibukkan diri dengan terus menerus membaca dzikir tanpa memperhatikan hal-hal
lainnya bahkan sewaktu berada di tengah keramaian orang; yang lain mengartikan
sebagai perintah untuk turut serta secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat sementara
pada waktu yang sama hatinya tetap terpaut kepada Allah saja dan selalu wara.
Keterlibatan banyak kaum Naqsyabandiyah secara aktif dalam politik dilegitimasikan
(dan mungkin dirangsang) dengan mengacu kepada asas ini.
5. Yad kard: ingat, menyebut. Terus-menerus mengulangi nama Allah, dzikir tauhid
(berisi formula la ilaha illallah), atau formula dzikir lainnya yang diberikan oleh guru
seseorang, dalam hati atau dengan lisan. Oleh sebab itu, bagi penganut Naqsyabandiyah,
dzikir itu tidak dilakukan sebatas berjamaah ataupun sendirian sehabis shalat, tetapi harus
terus-menerus, agar di dalam hati bersemayam kesadaran akan Allah yang permanen.
6. Baz gasyt: kembali, memperbarui. Demi mengendalikan hati supaya tidak condong
kepada hal-hal yang menyimpang (melantur), sang murid harus membaca setelah dzikir
tauhid atau ketika berhenti sebentar di antara dua nafas, formula ilahi anta maqsudi wa
ridlaka mathlubi (Ya Tuhanku, Engkaulah tempatku memohon dan keridlaan-Mulah yang
kuharapkan). Sewaktu mengucapkan dzikir, arti dari kalimat ini haruslah senantiasa
berada di hati seseorang, untuk mengarahkan perasaannya yang halus kepada Tuhan
semata.
7. Nigah dasyt: waspada. Yaitu menjaga pikiran dan perasaan terus-menerus sewaktu
melakukan dzikir tauhid, untuk mencegah agar pikiran dan perasaan tidak menyimpang
dari kesadaran yang tetap akan Tuhan, dan untuk memlihara pikiran dan perilaku
seseorang agar sesuai dengan makna kalimat tersebut. Al-Kurdi mengutip seorang guru
(anonim): Kujaga hatiku selama sepuluh hari; kemudian hatiku menjagaku selama dua
puluh tahun.
8. Yad dasyt: mengingat kembali. Penglihatan yang diberkahi: secara langsung
menangkap Zat Allah, yang berbeda dari sifat-sifat dan nama-namanya; mengalami
bahwa segalanya berasal dari Allah Yang Esa dan beraneka ragam ciptaan terus berlanjut
ke tak berhingga. Penglihatan ini ternyata hanya mungkin dalam keadaan jadzbah: itulah
derajat ruhani tertinggi yang bisa dicapai.

Asas-asas Tambahan dari Baha al-Din Naqsyabandi[14]:

1. Wuquf-i zamani: memeriksa penggunaan waktu seseorang. Mengamati secara teratur


bagaimana seseorang menghabiskan waktunya. (Al-Kurdi menyarankan agar ini
dikerjakan setiap dua atau tiga jam). Jika seseorang secara terus-menerus sadar dan
tenggelam dalam dzikir, dan melakukan perbuatan terpuji, hendaklah berterimakasih
kepada Allah, jika seseorang tidak ada perhatian atau lupa atau melakukan perbuatan
berdosa, hendaklah ia meminta ampun kepada-Nya.
2. Wuquf-i adadi: memeriksa hitungan dzikir seseorang. Dengan hati-hati beberapa kali
seseorang mengulangi kalimat dzikir (tanpa pikirannya mengembara ke mana-mana).
Dzikir itu diucapkan dalam jumlah hitungan ganjil yang telah ditetapkan sebelumnya.
3. Wuquf-I qalbi: menjaga hati tetap terkontrol. Dengan membayangkan hati seseorang
(yang di dalamnya secara batin dzikir ditempatkan) berada di hadirat Allah, maka hati itu
tidak sadar akan yang lain kecuali Allah, dan dengan demikian perhatian seseorang
secara sempurna selaras dengan dzikir dan maknanya. Taj al-Din menganjurkan untuk
membayangkan gambar hati dengan nama Allah terukir di atasnya.

2). Zikir dan Wirid

Teknik dasar Naqsyabandiyah, seperti kebanyakan tarekat lainnya, adalah dzikir yaitu berulang-
ulang menyebut nama Tuhan ataupun menyatakan kalimat la ilaha illallah. Tujuan latihan itu
ialah untuk mencapai kesadaran akan Tuhan yang lebih langsung dan permanen. Pertama sekali,
Tarekat Naqsyabandiyah membedakan dirinya dengan aliran lain dalam hal dzikir yang lazimnya
adalah dzikir diam (khafi, tersembunyi, atau qalbi, dalam hati), sebagai lawan dari dzikir
keras (dhahri) yang lebih disukai tarekat-tarekat lain. Kedua, jumlah hitungan dzikir yang mesti
diamalkan lebih banyak pada Tarekat Naqsyabandiyah daripada kebanyakan tarekat lain.

Dzikir dapat dilakukan baik secara berjamaah maupun sendiri-sendiri. Banyak penganut
Naqsyabandiyah lebih sering melakukan dzikir secara sendiri-sendiri, tetapi mereka yang tinggal
dekat seseorang syekh cenderung ikut serta secara teratur dalam pertemuan-pertemuan di mana
dilakukan dzikir berjamaah. Di banyak tempat pertemuan semacam itu dilakukan dua kali
seminggu, pada malam Jumat dan malam Selasa; di tempat lain dilaksanakan tengah hari sekali
seminggu atau dalam selang waktu yang lebih lama lagi.

Tarekat Naqsabandiyah mempunyai dua macam zikir yaitu[15]:

1. Dzikir ism al-dzat, mengingat yang Haqiqi dan dzikir tauhid, mengingat keesaan.
Yang duluan terdiri dari pengucapan asma Allah berulang-ulang dalam hati, ribuan kali
(dihitung dengan tasbih), sambil memusatkan perhatian kepada Tuhan semata.
2. Dzikir Tauhid (juga dzikir tahlil atau dzikir nafty wa itsbat) terdiri atas bacaan perlahan
disertai dengan pengaturan nafas, kalimat la ilaha illa llah, yang dibayangkan seperti
menggambar jalan (garis) melalui tubuh. Bunyi la permulaan digambar dari daerah pusar
terus ke hati sampai ke ubun-ubun. Bunyi Ilaha turun ke kanan dan berhenti pada ujung
bahu kanan. Di situ, kata berikutnya, illa dimulai dengan turun melewati bidang dada,
sampai ke jantung, dan ke arah jantung inilah kata Allah di hujamkan dengan sekuat
tenaga. Orang membayangkan jantung itu mendenyutkan nama Allah dan membara,
memusnahkan segala kotoran.

Variasi lain yang diamalkan oleh para pengikut Naqsyabandiyah yang lebih tinggi tingkatannya
adalah dzikir lathaif. Dengan dzikir ini, orang memusatkan kesadarannya (dan membayangkan
nama Allah itu bergetar dan memancarkan panas) berturut-turut pada tujuh titik halus pada
tubuh.

7 Tingkatan zikir ini adalah[16] :

1. Mukasyah. Mula-mula zikir dengan nama Allah dalam hati sebanyak 5000 kali sehari
semalam. Kemudian melaporkan kepada syeikh untuk di naikkan zikirnya menjadi 6000
kali sehari-semalam. Zikir 5000 dan 6000 itu dinamakan maqam pertama.
2. lathifah (jamak lathaif), zikir ini antara 7000 hingga 11.000 kali sehari-semalam.
Terbagi kepada tujuh macam yaitu qalb (hati), ruh (jiwa), sirr (nurani terdalam), khafi
(kedalaman tersembunyi), akhfa (kedalaman paling tersembunyi), dan nafs nathiqah (akal
budi),. Lathifah ketujuh, kull jasad sebetulnya tidak merupakan titik tetapi luasnya
meliputi seluruh tubuh. Bila seseorang telah mencapai tingkat dzikir yang sesuai dengan
lathifah terakhir ini, seluruh tubuh akan bergetar dalam nama Tuhan. Ternyata lathaif
pun persis serupa dengan cakra dalam teori yoga. Memang, titik-titik itu letaknya berbeda
pada tubuh, tetapi peranan dalam psikologi dan teknik meditasi seluruhnya sama saja.
3. Nafi Itsbat, pada tahap ini, atas pertimbangan syeikh, diteruskan zikirnya dengan kalimat
la ilaha illa Allah. Merupakan maqam ke-tiga
4. Waqaf Qalbi
5. Ahadiah
6. Maiah
7. Tahlil, Setelah samapat pada maqam terakhir ini maka sang murid tersebut akan
memperolah gelar Khalifah, dengan ijazah dan berkewajiabn menyebarluaskan ajaran
tarekat ini dan boleh. Mendirikan suluk yang dipimpin oleh mursyid.

Ajaran tarekat naqsabandiyah

Ajaran dasar Tarekat Naqsyabandiyah pada umumnya mengacu kepada empat aspek pokok
yaitu: syariat, thariqat, hakikat dan marifat. Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah ini pada
prinsipnya adalah cara-cara atau jalan yang harus dilakukan oleh seseorang yang ingin
merasakan nikmatnya dekat dengan Allah. Ajaran yang nampak kepermukaan dan memiliki tata
aturan adalah suluk atau khalwat. Suluk ialah mengasingkan diri dari keramaian atau ke tempat
yang terpencil, guna melakukan zikir di bawah bimbingan seorang syekh atau khalifahnya
selama waktu 10 hari atau 20 hari dan sempurnanya adalah 40 hari. Tata cara bersuluk
ditentukan oleh syekh antara lain; tidak boleh makan daging, ini berlaku setelah melewati masa
suluk 20 hari. Begitu juga dilarang bergaul dengan suami atau istri; makan dan minumnya diatur
sedemikian rupa, kalau mungkin sesedikit mungkin. Waktu dan semua pikirannya sepenuhnya
diarahkan untuk berpikir yang telah ditentukan oleh syekh atau khalifah.

Sebelum suluk ada beberapa tahapan yaitu; Talqin dzikir atau baiat dzikir, tawajjuh, rabithah,
tawassul dan dzikir. Talqin dzikir atau baiat dzikir dimulai dengan mandi taubat, bertawajjuh
dan melakukan rabithah dan tawassul yaitu melakukan kontak (hubungan) dengan guru dengan
cara membayangkan wajah guru yang mentalqin (mengajari dzikir) ketika akan memulai dzikir.

Dzikir ada 5 tingkatan, murid belum boleh pindah tingkat tanpa ada izin dari guru. Kelima
tingkat itu adalah (a) dzikir ism al-dzat, (b) dzikr al-lataif, (c) dzikir naf wa isbat, (d) dzikir
wuquf dan ( e) dzikir muraqabah.

Ajaran Asasnya:

1. Ismu Zat (Allah), Nafi Isbat (La ilaha Illa Allah)


2. 2. Baz Ghast kembali kpd Allah
3. 3. Nigah Dasyat

menjaga, mengawasi, memelihara , bersungguh-sungguh.

1. 4. Yad Dasyat

mengingati Allah secara bersungguh

Zikir memelihara hati dalam setiap nafas

1. 5. Hosh Dar Dam

sadar dalam nafas/berzikir secara sedar dalam nafas/empat ruang nafas,

-2 ruang nafas keluar masuk, dua ruangan antara nafas keluar masuk/zikirnya adalah ALLAH

1. 6. Nazar Bam Qadar

Bila berjalan sentiasa memandang ke arah kakinya, jangan melebihkan pandang , duduk
pandang ke hadapan, merendahkan pandangan, jangan toleh kiri dan kanan

1. 7. Safar dar watan Bersiar-siar dalam kampong dirinya/ meningkatkan dirinya kpd sifat
malaikat:
Taubat
Inabat
Sabar
Syukur
Qanaah
Wara
Taqwa
Taslim
Tawakkal
Redha
Perjalanan ada dua jenis:
a) Perjalanan luar: dari satu tempat ke satu tempat mencari pembimbing Rohani
b) Perjalanan dalam- tinggalkan segala tabiat buruk kepada adab tertib yang baik dan
mengeluarkan segala isi hainya dari keduniaan (Dalam hatinya akan muncul segala apa
yang diperlukan olehnya dalam kehidupan ini dan kehidupan mereka yang berada di
sampaingnya)
2. 8. Khalwat dar Anjuman
Bersendirian dalam keramaian/Khalawt kabir dan jalwat (Apabila sudah mencapai
fana menerusi zikir fikir dan semua dari luaran difanakan, pada waktu itu deria dalam
bebas meneroka ke alam kebesaran dan keagungan kerajaan Allah SWT.)
3. 9. Wukuf Qalbi

Tumpuan hati dan hati pula tumpu pada Allah

10. Wuquf Abadi

memerhatikan bilangan ganjil dalam zikir naf isbat

11. Wuquf zamani

Selepas solat lakukan beberapa minit sentiasa memerhatikan hati bertawajjuh kepada Allah swt

Selang beberapa jam/setiap jam semak semula kedaan hati , mempastikan hati sentiasa ingat
kepada Allah

Cabang:
Yasawi Kwajagan
Sidiqiyah Saidina Abu Bakar as Siddiq
Taifuriyah Abu Yazid Bustami
Khawajahganiyah Abdul Khaliq Ghudjuwani
Naqsyabandiyah Muhammad Bahauddin
Ahrariyah Ubaidullah Ahrar Ragamatullah
Mujaddidiyah Syekh Ahmad Faruqi Sirhindi
Mazhariyah Mirza Mashar Jan janan Syahid
Aliyah Shah Abdullah Ghulam Ali Dehlawi
Khalidiyah Syekh Ziauuddin Muahammad Khalid Uthmani Kurdi

1. H. TARIKAT SUHRAWARDIYAH DAN AJARANNYA


Syeikh Ziauddin Jahib Suhrawardi, mengikuti disiplin Sufi kuno, Junaid al-Baghdadi, dianggap
sebagai pendiri tarekat ini pada abad kesebelas Masehi. Seperti halnya tarekat-tarekat lain, guru-
guru Suhrawardi diterima oleh pengikut Naqsyabandi dan lainnya. India, Persia dan Afrika
semuanya dipengaruhi aktikitas mistik mereka melalui metode dan tokoh-tokoh tarekat, kendati
pengikut Suhrawardi ada diantara pecahan terbesar kelompok-kelompok Sufi.Praktek-praktek
mereka diubah dari kegembiraan mistik kepada latihan diam secara lengkap untuk Persepsi
terhadap Realitas.

Bahan-bahan instruksi (pelajaran) tarekat seringkali, untuk seluruh bentuk, hanya merupakan
legenda atau fiksi. Bagaimanapun bagi penganut, mereka mengetahui materi-materi esensial
untuk mempersiapkan dasar bagi pengalaman-pengalaman yang harus dijalani murid. Tanpa itu,
diyakini, ada kemungkinan bahwa murid dengan sederhana mengembangkan keadaan pemikiran
yang sudah berubah, yang membuatnya tidak cakap dalam kehidupan sehari-hari.
Syihabuddin Yahya ibn Habasyi ibn Amirak dari Suhrawardi (dekat Zanjan di Iran barat-
laut), dalam tradisi filosofis dan mistik (tasawuf) di dunia Islam timur, dikenal sebagai
Syaikh Al-Isyraq (Guru Pencerah) menyusul aliran Isyraqiyyah dalam teosofi dan filsafat
dimana dia dianggap sebagai pendirinya. Dipenjara di Aleppo atas perintah putra Shaladin, Al-
Malik Azh-Zhahir, dan dihukum mati pada tahun 1191 dalam usia 38 tahun, dan karena
inilah dia dikenal sebagai Suhrawardi Maqtul (yang dihukum mati), untuk membedakannya
dari beberapa Suhrawardi terkenal lainnya.

Syeikh Ziauddin Jahib Suhrawardi, mengikuti disiplin Sufi kuno, Junaid al-Baghdadi, dianggap
sebagai pendiri tarekat ini pada abad kesebelas Masehi. Seperti halnya tarekat-tarekat lain, guru-
guru Suhrawardi diterima oleh pengikut Naqsyabandi dan lainnya.

India, Persia dan Afrika semuanya dipengaruhi aktikitas mistik mereka melalui metode dan
tokoh-tokoh tarekat, kendati pengikut Suhrawardi ada diantara pecahan terbesar kelompok-
kelompok Sufi.

Praktek-praktek mereka diubah dari kegembiraan mistik kepada latihan diam secara lengkap
untuk Persepsi terhadap Realitas.

Bahan-bahan instruksi (pelajaran) tarekat seringkali, untuk seluruh bentuk, hanya merupakan
legenda atau fiksi. Bagaimanapun bagi penganut, mereka mengetahui materi-materi esensial
untuk mempersiapkan dasar bagi pengalaman-pengalaman yang harus dijalani murid. Tanpa itu,
diyakini, ada kemungkinan bahwa murid dengan sederhana mengembangkan keadaan
pemikiranang sudah berubah, yang membuatnya tidak cakap dalam kehidupan sehari-hari.

IBNU YUSUF SI TUKANG KAYU

Pada suatu waktu, terdapat seorang tukang kayu bernama Nazhar bin Yusuf. Ia menghabiskan
sebagian hidupnya selama bertahun-tahun untuk mempelajari kitab-kitab kuno yang berisi
banyak pengetahuan yang sudah agak terlupakan.

Ia mempunyai pelayan setia, dan suatu hari ia berkata padanya: Aku sekarang berhasil
memperoleh pengetahuan kuno yang harus digunakan untuk menjamin keberadaanku
selanjutnya. Oleh karena itu aku ingin engkau membantuku menyelesaikan proses yang akan
membuatku muda lagi dan abadi.

Ketika ia menjelaskan prosesnya, si pelayan pertama kali merasa segan untuk menyelesaikannya.
Si pelayan memotong-motong Nazar dan memasukkannya di dalam sebuah tong besar, diisi
dengan cairan tertentu.

Aku tidak dapat membunuhmu, ujar pelayan.

Ya, engkau harus, karena toh aku akan mati, dan engkau akan kehilangan. Ambillah pedang ini.
Jaga terus tong ini, jangan katakan siapa pun apa yang sesungguhnya engkau lakukan. Setelah
duapuluh delapan hari, bukalah tongnya dan keluarkan aku. Aku akan memperoleh kembali
kemudaanku.

Setelah beberapa hari, dalam kesepiannya, pelayan mulai merasa sangat tidak nyaman, dan
semua jenis keraguan pun menjangkitinya. Maka ia mulai membiasakan diri dengan peran
anehnya. Secara teratur orang datang ke rumah dan menanyakan majikannya, tetapi ia cuma
dapat menjawab, Sementara ini ia tidak di sini.

Akhirnya pihak berwenang datang, curiga bahwa si pelayan berbuat sesuatu pada majikannya
sehubungan dengan lenyapnya dia. Biarkan memeriksa rumah, kata mereka, Jika kami tidak
menemukan apa pun, kami akan menahanmu sampai majikanmu muncul.

Si pelayan tidak tahu apa yang harus dilakukan, pada saat itu sudah berlangsung selama
duapuluh satu hari. Tetapi ia mengambil keputusan, dan berkata;

Tinggalkan aku di sini bersama tong ini sebentar, dan kemudian aku siap ikut denganmu.

Ia pun pergi ke kamar dan membuka tutup tong.

Tiba-tiba manusia kecil, tampak lebih muda tetapi persis seperti majikannya, kendati cuma
setinggi tangan, melompat keluar tong, dan berlari berputar-putar, sambil terus berucap.

Terlalu cepat, terlalu cepat

Kemudian, saat pelayan masih memandang dengan terkejut, benda kecil itu lenyap di udara.

Pelayan keluar dari kamar, petugas menangkapnya. Majikannya tidak pernah terlihat lagi,
kendati banyak sekali legenda tentang Nazar bin Yusuf si tukang kayu; tetapi harus kita
tinggalkan untuk kesempatan lain.

GADIS YANG KEMBALI DARI KEMATIAN

Pada zaman dulu terdapat seorang gadis cantik; putri seorang pria yang baik, seorang perempuan
yang kecantikan dan kehalusan gerak-geriknya tiada banding.
Ketika usianya dewasa, tiga pemuda, masing-masing menunjukkan kapasitas yang tinggi dan
menjanjikan, melamarnya.

Setelah memutuskan bahwa ketiganya sebanding, sang ayah menyerahkan keputusan akhir pada
putrinya.

Berbulan-bulan sudah, dan si gadis tampaknya belum juga mengambil keputusan.

Suatu hari ia tiba-tiba jatuh sakit. Dalam beberapa saat ia meninggal. Ketiga pemuda tersebut,
bersama-sama ikut ke makam, membawa jasadnya ke pemakaman dan dikebumikan dengan
kesedihan yang sangat dalam.

Pemuda pertama, menjadikan pusara sebagai rumahnya, menghabiskan malam-malamnya di


sana dalam penderitaan dan perenungan, tidak dapat memahami berjalannya takdir yang
membawanya pergi.

Pemuda kedua, memilih jalanan dan berkelana ke seluruh dunia mencari pengetahuan, menjadi
seorang fakir.

Pemuda ketiga, menghabiskan waktunya untuk menghibur sang ayah yang kehilangan.

Sekarang, pemuda yang menjadi fakir dalam perjalanan menuju ke sebuah tempat di mana
terdapat seorang yang terkenal karena karya seninya yang luar biasa. Melanjutkan pencarian
pengetahuan, ia kemudian berdiri di sebuah pintu, dan diterima di meja tuan rumah.

Ketika tuan rumah mengundangnya makan, ia sudah mulai menyantap hidangan ketika seorang
anak kecil menangis, cucu orang bijak tersebut.

Si guru menggendong bocah dan melemparnya ke api.

Seketika si fakir melompat dan meninggalkan rumah, menangis:

Iblis keji! Aku sudah membagi penderitaanku ke seluruh dunia, tetapi kejahatan ini melebihi
semua yang pernah dicatat sejarah!

Jangan berpikir apa pun, ujar tuan rumah, Untuk hal-hal sederhana akan tampak muncul
secara terbalik, kalau engkau tidak memiliki pengetahuan.

Sambil berkata, ia membaca suatu mahtera dan mengacungkan sebuah emblem berbentuk aneh,
bocah tersebut keluar dari api tanpa luka.

Si fakir mengingat-ingat kata-kata dan emblem tersebut, pagi berikutnya ia kembali ke


pemakaman di mana kekasihnya dimakamkan.

Singkat kata, si gadis berdiri di depannya, kembali hidup sepenuhnya.


Gadis itu kembali ke ayahnya, sementara para pemuda berselisih siapa diantara mereka yang
bakal dipilih.

Yang pertama berkata, Aku tinggal di pusara, memeliharanya dengan kesiap-siagaanku,


berhubungan dengannya, menjaga kebutuhan ruhnya akan dukungan duniawi.

Yang kedua mengatakan, Kalian berdua mengabaikan kenyataan, bahwa akulah yang
sesungguhnya berkeliling dunia mencari pengetahuan, dan akhirnya menghidupkannya kembali.

Yang ketiga mengatakan, Aku telah berduka untuknya, dan seperti seorang suami serta menantu
aku tinggal di sini, menghibur ayah, membantu merawatnya.

Mereka meminta si gadis menjawab, yang kemudian dijawabnya:

Ia yang menemukan mantera untuk mengembalikan aku, adalah seorang pengasih sesama
manusia; ia yang merawat ayahku seolah anak baginya; ia yang berbaring di sisi pusaraku ia
bertindak seperti seorang kekasih. Aku akan menikahinya.

PERUMPAMAAN TUAN RUMAH DAN TAMU

Para guru seperti tuan di rumahnya sendiri. Tamu-tamunya adalah mereka yang mencoba
mempelajari Jalan. Mereka ini adalah orang-orang yang tidak pernah di rumah tersebut
sebelumnya, dan mereka hanya mempunyai pemikiran yang samar, seperti apa sebenarnya
rumah tersebut. Meskipun demikian, rumah itu ada.

Ketika tamu memasuki rumah dan melihat tempat khusus untuk duduk, mereka bertanya,
Apakah ini? Dijawab, Ini tempat di mana kami duduk. Maka mereka duduk di kursi, dengan
sedikit kesadaran tentang fungsi kursi.

Tuan rumah menjamu mereka, tetapi mereka terus bertanya, kadang-kadang tidak berhubungan.
Sebagai tuan rumah yang baik, ia tidak menyalahkan mereka. Mereka ingin tahu, misalnya, di
mana dan kapan mereka akan makan. Mereka tidak tahu kalau tidak seorang pun sendirian, dan
pada saat itu juga ada orang lain yang memasak makanan, serta terdapat ruang lain di mana
mereka akan duduk dan menikmati makanan. Karena mereka tidak dapat melihat makanan atau
persiapannya, maka mereka bingung, barangkali penuh keraguan, kadang-kadang perasaannya
kurang tentram.

Tuan rumah yang baik, mengetahui masalah tamunya, harus menentramkan mereka, sehingga
mereka dapat menikmati makanan saat disajikan. Pada mulanya mereka segan mendekati
makanan. Sebagian tamu cepat mengerti dan menghubungkan satu hal tentang rumah tersebut
kepada yang lain. Mereka ini adalah orang-orang yang dapat mengkomunikasikan kepada teman
mereka yang lambat. Tuan rumah, sementara itu, memberi jawaban kepada masing-masing tamu
sesuai kapasitasnya memahami kesatuan dan fungsi sebuah rumah.

Namun hal itu tidaklah cukup untuk keberadaan sebuah rumah karena harus siap menerima
tamu maka harus ada tuan rumahnya. Seseorang harus latihan secara aktif tentang fungsi
rumah, supaya orang asing yang menjadi tamu serta mereka yang menjadi tanggung jawab tuan
rumah, memungkinkannya terbiasa dengan rumah tersebut. Pada awalnya, sebagian besar dari
mereka tidak menyadari bahwa mereka adalah tamu, dan apa makna tamu sesungguhnya; apa
yang dapat mereka bawa, dan apa yang diberikan kepada mereka.

Tamu yang berpengalaman, yang telah belajar tentang rumah dan keramahan, pada akhirnya
berkurang kikuknya, dan ia kemudian berada pada kedudukan untuk lebih memahami rumah dan
beberapa bentuk kehidupan di dalamnya. Sementara ia tetap mencoba memahami apa rumah itu,
atau mencoba mengingat aturan-aturan etika, perhatiannya terlalu banyak disita oleh faktor-
faktor ini sehingga dapat meneliti, katakanlah, keindahan, nilai atau fungsi perabotan.

ILMU PERBINTANGAN

Suatu ketika, melalui ilmunya, seorang Sufi mengetahui bahwa sebuah kota akan diserang
musuh. Ia mengatakannya kepada tetangga, yang menyadari bahwa ia orang yang jujur tetapi
sederhana, kemudian menganjurkan:

Aku yakin kalau engkau benar, dan engkau harus pergi memberitahu raja. Tetapi jika engkau
ingin dipercaya, tolong katakan bahwa engkau diilhami, bukan dari kearifan, tetapi dari ilmu
perbintangan. Maka ia akan bertindak, dan kota mungkin selamat.

Sufi tersebut melakukannya, dan penduduk kota diselamatkan dengan tindakan pencegahan yang
tepat.

PERKATAAN SYEIKH ZIAUDDIN

Pembenaran diri lebih buruk daripada perasaan murni.

TIGA CALON SUFI

Tiga orang berhasil memasuki lingkaran Sufi, meminta izin untuk pengajarannya. Salah seorang
diantara mereka hampir saja melepaskan diri, marah karena perilaku aneh sang guru.

Yang kedua, diberitahu oleh murid-murid lainnya (atas petunjuk guru) bahwa guru tersebut
seorang penipu. Ia segera mengundurkan diri.

Yang ketiga dibiarkan bicara, tetapi ia sama sekali tidak ditawari pelajaran dalam waktu yang
lama, hingga ketertarikannya hilang dan meninggalkan lingkaran tersebut.

Ketika semuanya pergi, sang guru berkata demikian:

Orang pertama adalah gambaran tentang prinsip: Jangan menilai hal-hal fundamental melalui
penglihatan.

Orang kedua adalah gambaran tentang keputusan, Jangan menilai hal-hal yang amat penting
hanya dengan mendengarkan.
Orang ketiga adalah contoh tentang ucapan: Jangan menilai melalui pidato (ceramah), atau
kekurangan akan hal itu.

Ditanya oleh murid, mengapa para pelamar tidak diberi petunjuk dalam persoalan tersebut, sang
guru menjawab:

Aku di sini untuk memberi pengetahuan yang lebih tinggi; bukan mengajar orang-orang yang
menganggap bahwa mereka sudah tahu di lutut ibunya.

MEMBUATKU BERPIKIR TENTANG

Suhrawardi mengatakan:

Aku pergi menemui teman, dan kami duduk mengobrol.

Terdapatlah seekor unta melintas dengan lambat, dan aku berkata padanya:

Apa yang membuatmu berpikir?

Katanya, Makanan.

Tetapi engkau bukan orang Arab; sejak kapan daging unta untuk makanan?

Tidak, tidak seperti itu, katanya. Kau lihat, semuanya membuatku berpikir tentang makanan.

TAREKAT KHALWATIYAH
28 Mar 2010

Ragam
Republika

Berjuang Melawan Penjajah hingga Rezim Otoriter

Umumnya, nama sebuah tarekat sufi diambil dari nama sang pendiri. Seperti Tarekat Qadiriyah
dari Syekh AbdulQadir al-Jailani atau Tarekat Naqsyabandiyah dari Muhammad Bahauddin
Naqsyabandi. Tapi, Tarekat Khalwatiyah justru diambil dari kata khalwat yang artinya
menyendiri untuk merenung.

Secara naab, Tarekat Khalwatiyah merupakan cabang dari Tarekat Az-Zahidiyah, cabang dari
Al-Abhariyah, dan cabang dari As-Suhrawardiyah yang didirikan oleh Syekh Syihabuddin Abi
Hafs Umar as-Suhrawardi al-Baghdadi (539-632 H).

Menurut John L Esposito dalam Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, ajaran Tarekat
Khalwatiyah pertama kali muncul di wilayah Asia Tengah pada abad ke-15 M, yakni saat Dinasti
Usmaniyah berkuasa. Dalam waktu satu abad, tarekat ini telah menjelma menjadi tarekat sufi
yang paling luas dan menyebar di wilayah kesultanan Islam tersebut. Meskipun, dalam
perkembangannya, mengalami saat-saat kemandekan, kemunduran, dan kebangkitan kembali.

Kebangkitan kembali Khalwatiyah diprakarsai oleh Musthafa ibn Kamal al-Din al-Bakri (1688-
1748 M). Al-Bakri merupakan seorang penyair sufi asal Damaskus, Syria, yang menjalani
hampir seluruh kehidupannya di Yerusalem. Ia mengambil tarekat tersebut dari gurunya yang
bernama Syekh Abdul Latif bin Syekh Husamuddin al-Halabi.

Musthafa al-Bakri sejak kecil dikenal sebagai seorang zahid yang cerdas. Dalam salah satu
bukunya, ia menceritakan bahwa dirinya pernah mengalami kehidupan sebatang kara. Kedua
orang tuanya bercerai saat ia berusia dua tahun. Ia kemudian tinggal bersama ayahnya setelah
ibunya menikah lagi.

Semasa hidupnya, al-Bakri senang bepergian, terutama ke negeri-negeri di kawasan Timur


Tengah. Hal itu ia lakukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Ia pun belajar pada
guru-guru yang berilmu tinggi. Beberapa tempat yang pernah ia kunjungi adalah Palestina,
Tripoli, Makkah, Baghdad, Basrah, dan Mesir.

Khalwatiyah mengalami perkembagan pesat di Mesir ketika dipimpin oleh murid al-Bakri,
Muhammad ibn Salim al-Hifni (1689-1768). Pada pertengahan abad ke-18 M, Khalwatiyah
menjadi tarekat sufi yang dominan di negeri berjuluk 1.000 menara itu. Selama lebih dari
delapan puluh tahun (1757-1838), kedudukan Syekh al-Azhar dipangku oleh penganut
Khalwatiyah.

Dengan diilhami oleh al-Bakri, al-Hifni menjadikan Khalwatiyah di Mesir sebagai tarekat yang
berorientasi syariat. Ia juga berusaha merangkul semua kalangan, tidak hanya para ulama
terkemuka, tetapi juga orang kebanyakan.

Cabang Khalwatiyah Pengikut Khalwatiyah dari kalangan ulama tidak hanya berasal dari kota-
kota di penjuru Mesir. Para ulama Maghribi yang tengah menunaikan haji ke Makkah pada abad
ke-18 M dan singgah di Kairo jumlahnya terus meningkat. Sebagian dari mereka sangat
terpengaruh oleh al-Hifni dan para syekh Khalwatiyah pengganti al-Hifni, seperti Mahmud al-
Kurdi (1715-1780) dan Ahmad al-Dardiri (1715-1786).

Berkat peran dari para ulama Maghribi ini, dua tarekat sufi baru berkembang di Maghribi
sebagai turunan Khalwatiyah. Muhammad ibn Abd al-Rahman al-Azhari (1713-1793)
menyebarkan Khalwatiyah di Aljazair. Lahirlah cabang baru Khalwatiyah yang bernama
Rahmaniyah.

Al-Azhari pula yang mengantarkan Sidi Ahmad al-Tijani, pendiri Tarekat Tijaniyah, bergabung
dengan Khalwatiyah. Al-Tijani mempelajari rahasia-rahasia dari Mahmud al-Kurdi di Kairo dan
dari Muhammad ibn Abd Al-Karim al-Samman di Madinah.

Al-Samman mempunyai murid dari Indonesia bernama Abdul al-Shamad al-Palimbani (1703-
1788), yang kemudian mengajarkan Tarekat Sammaniyah di Tanah Air (Sumatra). Seorang
muridnya lagi berasal dari Sudan yang bernama Ahmad al-Tayyib ibn al-Basyir (wafat 1823 M),
lalu ia menyebarkan tarekat ini di sana.

Pada abad ke-19 M, tiga cabang Khalwatiyah tersebut membangkitkan gerakan melawan
penjajah di pelbagai wilayah di Afrika. Rahmaniyah memimpin pemberontakan melawan Prancis
di Aljazair pada 1871. Sementara itu, al-Hajj Umar al-Futi memprakarsai jihad Tijaniyah di
Afrika Barat.

Di Mesir, kegiatan-kegiatan Khalwatiyah bersama dengan perhimpunan sufi lainnya diatur dan
diawasi secara ketat oleh pemerintah berdasarkan dekrit Muhammad Ali pada 1812. Hampir satu
setengah abad kemudian, pemerintah otoriter lainnya, yaitu pemerintah Gamal Abdul Nasser,
berupaya membatasi gerakan dan sumber daya ekonomi tarekat-tarekat sufi. Dalam daftar
tentang tarekat-tarekat sufi yang berkembang di Mesir, yang disusun pada tahun 1964, tercatat
ada 10 cabang Khalwatiyah meskipun sebagian besar tidak aktif.

Sementara itu, di Turki tarekat-tarekat sufi dinyatakan terlarang pada 1925 sebagai bagian dari
program pembaruan penguasa Turki saat itu, Mustafa Kemal Attaturk. Akan tetapi, tarekat-
tarekat sufi tetap bergerak di bawah tanah dan-mulai muncul kembali dalam kehidupan publik
pada akhir 1950-an. Khalwatiyah merupakan bagian dari proses kebangkitan Islam abad ke-20
itu.

Di wilayah Balkan, sejumlah pusat tarekat Khalwatiyah terus berkembang, khususnya di


Albania. Di sini, Khalwatiyah mampu bertahan hidup di bawah rezim komunis.

berbagai sumber, ed rido

Secara naab, Tarekat Khalwatiyah merupakan cabang dari Tarekat Az-Zahidiyah, cabang
dari Al-Abhariyah, dan cabang dari As-Suhrawardiyah yang didirikan oleh Syekh
Syihabuddin Abi Hafs Umar as-Suhrawardi al-Baghdadi (539-632 H). Dalam waktu satu
abad, tarekat ini telah menjelma menjadi tarekat sufi yang paling luas dan menyebar di
wilayah kesultanan Islam tersebut. Pada pertengahan abad ke-18 M, Khalwatiyah menjadi
tarekat sufi yang dominan di negeri berjuluk 1.000 menara itu. Cabang Khalwatiyah
Pengikut Khalwatiyah dari kalangan ulama tidak hanya berasal dari kota-kota di penjuru
Mesir. Berkat peran dari para ulama Maghribi ini, dua tarekat sufi baru berkembang di
Maghribi sebagai turunan Khalwatiyah. Al-Tijani mempelajari rahasia-rahasia dari
Mahmud al-Kurdi di Kairo dan dari Muhammad ibn Abd Al-Karim al-Samman di
Madinah. Pada abad ke-19 M, tiga cabang Khalwatiyah tersebut membangkitkan gerakan
melawan penjajah di pelbagai wilayah di Afrika. Di wilayah Balkan, sejumlah pusat
tarekat Khalwatiyah terus berkembang, khususnya di Albania.

1. I. N
STANDAR KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI
2. Mengenal tarikat 2.1. Menjelaskan tarikat-tarikat mutabaroh di
mutabaroh di Indonesia Indonesia dan tokoh-tokohnya2.2. Membandingkan
dan ajarannya antara tarikat-tarikat mutabaroh di
Indonesia2.3. Mengaitkan ajaran-ajaran tarikat
mutabaroh di Indonesia dengan fenomena kehidupan
sekarang

Perkembangan tarekat di Indonesia

1. Sejarah Perkembangan Tasawwuf dan Tarekat di Indonesia

Dalam hal kelahiran tasawwuf dalam islam, ada beberapa pendapat yang berbeda. Menurut
kayakinan sebagian besar orang Islam, lahirnya tasawwuf bersamaan dengan lahirnya islam itu
sendiri.Artinya, tasawwuf murni bersumber dari sumber pokok ajaran islam itu sendiri, yaitu al
Quran dan al Hadits. Hal ini mengingat banyaknya isyarat yang tersirat bahkan tersurat dalam al
Quran dan al Hadits. Salah satunya adalah:

Artinya : Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. ( QS. Al
Baqarah: 186) (Ibid hal. 11)

Ayat diatas menunjukkan bahwa sejak awal Islam telah menyinggung masalah umatnya dengan
Tuhannya, yang merupakan spesialisasi ajaran tasawwuf.

Setelah tasawwuf itu lahir, ajaran ini terus mengalami perkembangan. Namun para ulama
berpendapat bahwa pada abad ke-5 Hijriyyah atau 13 Masehi, baru muncul tarekat sebagai
kelanjutan kegiatan sufi sebelumnya. Hal ini ditandai dengan adanya silsilah tarekat yang selalu
dihubungkan nama pendiri atau tokoh sufi yang yang lahir pada abad itu.(Sri Mulyati, Mengenal
dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006) hal. 6.)
Di Indonesia sendiri, kelahiran ajaran tasawwuf serta lembaga-lembaga tarekatnya bersamaan
dengan kehadiran Islam di kawasan ini. Sebagian muballigh, yang menyebarkan Islam di
Nusantara, telah mengenalkan ajaran Islam dalam kapasitas mereka sebagai guru sufi.

Pendapat lain mengatakan bahwa, tasawwuf merupakan akulturasi ajaran Islam dengan ajaran
Kristen atau Hindu dan Budha. Noer Iskandar Al Barsyany, Tasawwuf, Tarekat dan Para
Sufi,(Jakarta: Grafindo, 2001) hal. 8-9

9Tentang kapan pribum nusantara memeluk Islam, para ahli berbeda pendapat. Hal ini terjadi
karena

Islamisasi di Indonesiatidak terdokumentasi dengan baik sehingga banyak spekulasi dikalangan


ilmuwan yang menimbulkan polemic yang hingga saat ini belum selesai. Mungkin orang muslim
asing memang sudah ada yang menetap di pelabuhan dagang di Sumatra dan Jawa beberapa abad
sebelum abad ke-16, namun baru menjelang abad ke-10 ada bukti-bukti orang-orang pribumi
memeluk Islam di suatu kerajaan kecil Perlak, dilanjutkan pada abad ke-13 oleh kerajaan
smudera Pasai. Selama abad ke 14 dan 15 Islam secara berangsur-angsur menyebar ke pantai
utara Jawa dan Maluku. Terlepas dari semua itu,

Sejarawan mencatat bahwa karena factor tasawwuf dan tarekatlah Islamisasi Asia Tenggara,
termasuk Indonesia, berlangsung damai. Ajaran tasawwuf dapat dengan mudah dipadukan
dengan ide-ide sufistik India dan pribumi yang dianut masyarakat setempat.10

Dari perpaduan itulah, menyebabkan banyaknya tarekat dan organisasi mirip tarekat yang

berkembang di Indonesia. Beberapa di antaranya hanya merupakan tarekat local, misalnya

Wahidiyahdan Shiddiqiyah di Jawa Timur dan Syahadatain di Jawa Tengah. Bahkan ada yang

merupakan cabangdari gerakan sufi Internasional, misalnya tarekat Syattariyah, Khalwatiyah,

Naqsabandiyah, Syadziliyah dan lain sebagainya.11 Namun tampaknya, dari sekian banyak

tarekat yang ada di seluruh dunia, hanya ada beberapa tarekat yang bisa masuk dan berkembang
di Indonesia. Faktor kemudahan system komunikasi dalam kegiatan transmisinya serta tarekat
tarekat itu dibawa langsung oleh tokoh-tokoh pengembangnya, yang kebanyakan berasal dari
Persia dan India, sangat mempengaruhi.12 Bahkan saat ini Indonesia telah mampu memilah dan
memilih antara tarekat yang mutabarah dan ghoiru mutabarah. KH. Dzikron Abdullah memberi
batasan-batasan suatu tarekat bisa dikategorikan sebagai tarekat mutabarah apabila memenuhi
kriteria dibawah ini:

a. sanad(silsilah)-nya muttashil (bersambung) sampai kepada Nabi.

b.Pelaksanaan syariat dalam suatu tarekat harus benar dan ketat.13

9 Ajid thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002) Hal 27.
10 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta:
Kencana, 2006 hal.7-

12

11 Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia,(Bandung: Mizan, 1996), hal.


16
12 Ajid thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002)Hal 27-28
13ht t p:/ / orgawam .wordp ress.com / 2008/ 05/ 01/ t areqah m ut abarah- di indonesi a/

Bahkan lebih dari itu, ada beberapa tarekat yang lahir dan berkembang di Indonesia. Ada yang
merupakan hasil ulama lokal yang mengkolaborasikan beberapa tarekat, dan ada juga yang
memang hasil ijtihadnya. Diantaranya adalah tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah didirikan
oleh Syaikh Ahmad Katib Sambas,( Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat
Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006) hal. 253). tarekat Shiddiqiyah yang didirikan
oleh Kyai Muchtar Mukti.( ht t p:/ / http://www.republ i ka.co.i d/ be ri t a/ 61218/ P erkem
bangan_T ar ekat _di _Duni a_Isl am)

1. Pengaruh Tasawwuf dan Tarekat Terhadap Pemikiran Islam di Indonesia

Seperti telah di sebutkan di atas, bahwa ajaran tasawwuf berkembang pesat karena orang- orang
pribumi sangat antusias terhadap ajaran ini. Hal ini dipengaruhi oleh kekentalan kehidupan
pribumi terhadap mistik sebelum Islam datang. Sehingga tidak lama setelah Islam bersama
ajaran Tasawwufnya masuk ke Nusantara, banyak ulama nusantara yang menggeluti ajaran ini,
diantaranya adalah Syaikh Yusuf Makassar, Hamzah Fansuri, Syamsuddin Al Sumatrani,
Nuruddin Al Raniri, Abdul Rauf Singkel dan lain-lain. (ht t p:/ / bai t ul am i n.org/ ri sal ah/
perkem bangan tarekat nusantara.ht m l). Ketika itu, corak pemikiran Islam diwarnai oleh
tasawwuf. Pemikiran para sufi besar Ibn Al Araby dan Abu Hamid Al Ghazali sangat
berpengaruh terhadap pengamalan-pengamalan muslimin generasi pertama.( Sri Mulyati,
Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006)
hal.8)

Bahkan, kehadiran tarekat di tengah-tengah masyarakat Indonesia pada masa penjajahan itu telah
memberikan angin segar bagi rakyat jajahan yang ingin melepaskan diri dari penjajahan.
Timbulnya beberapa pemberontakan di Banten pada tahun 1888, Kediri pada tahun 1888, dan
Sidoarjo pada tahun 1904. Dengan hal ini, terlihat bahwa pada waktu itu tarekat berfungsi tidak
hanya sebagai gerakan keagamaan, tetapi juga gerakan politik dalam menghadapi
penjajahan.(Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002)hal
32-34 )

Saat ini, tarekat masih mendapat tempat tempat d hati kaum muslimin Indonesia. Bahkan terus
berkembang di kota-kota besar di Indonesia. Juga tidak hanya terbatas kalangan ekonomi
menengah ke bawah, tetapi telah merambah pada kalangan ekonomi ke atas, bahkan para
bangsawan. Hal ini dapat dilihat dari antusiasme warga setiap acara rutinan jamiyyah tarekat
tertentu

1.1. TARIKAT-TARIKAT MUTABAROH DI INDONESIA DAN TOKOH-TOKOHNYA

Beberapa sumber menyebutkan bahwa ajaran tarekat baru muncul pada abad ke-11, yakni sejak
Abdul Qadir Jilani memperkenalkan Tarekat Qadiriyah di Baghdad. Namun praktik kesufian
atau tasawuf diduga sudah ada sejak awal agama Islam muncul. Sri Mulyati dkk dalam buku
berjudul Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia menyebutkan
bahwa praktek tasawuf muncul setidaknya sejak abad ke-2 hijriyah, atau sekitar abad ke-10
masehi.

Pembahasan tentang tarekat kadang dibingungkan dengan istilah tasawuf dan sufi. Dalam
tradisi pesantren Jawa, istilah tasawuf dipakai semata-mata dalam kaitan aspek intelektual dari
suatu tarekat. Sedangkan tarekat itu sendiri lebih mengarah pada pengertian yang bersifat etis
dan praktis. Sedangkan sufi, biasanya dialamatkan kepada orang yang menjalani kegiatan tarekat
tersebut.

APA DAN MENGAPA TAREKAT

Bagi kaum muslimin, syariah Islam diyakini mampu membantu setiap manusia dalam upayanya
mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan memperoleh kebahagiaan sejati di dunia dan
akherat. Dari syariah Islam yang kaya makna itulah kemudian lahir terobosan-terobosan
spiritual baik berupa pemahaman yang lebih mendalam maupun metodelogi yang mendukung
syariah dalam membantu mencapai tujuan manusia secara lebih efektif dan efisien (tarekat).
Maka dengan tarekat, setiap kaum Muslimin dapat menghayati syariah Islam yang dijalaninya
secara lebih bermakna.

TOKOH-TOKOH PERINTIS TAREKAT DI INDONESIA

Beberapa tokoh yang dianggap sebagai perintis ajaran tarekat di Indonesia diantaranya : Hamzah
Fansuri (w.1590), Syamsuddin al Sumatrani (w.1630), Nuruddin al Raniri (1637-1644), Syekh
Yusuf al Makasari (1626-1699), Abdul Basir al Dharir al Khalwati alias Tuang Rappang I Wodi,
Abdul Shamad al Palimbani, Nafis al Banjari, Syekh Ahmad Khatib Sambas (w.1873), Syekh
Abdul Karim al Bantani, Kyai Thalhah dari Cirebon, dan Kyai Ahmad Hasbullah dari Madura.

Tiga nama terakhir, yakni Syekh Abdul Karim al Bantani, Kyai Thalhah, dan Kyai Ahmad
Hasbullah adalah murid-murid dari Syekh Ahmad Khatib Sambas, ketiganya bertemu dan belajar
dari Khatib Sambas di Makkah. Syekh Abdul Karim al Bantani beberapa tahun pulang ke Banten
kemudian kembali lagi ke Makkah menjadi Syaikh menggantikan Khatib Sambas. Kyai Thalhah
mengajarkan tarekat di Cirebon, dari garis beliau lahir beberapa tokoh tarekat diantaranya Syekh
Abdul Muin yang mendirikan pesantren di Ciasem-Subang, Pangeran Sulendraningrat di
Cirebon, dan Abah Sepuh pendiri pesantren Suryalaya, Tasikmalaya. Sedangkan dari garis Kyai
Ahmad Hasbullah, muncul banyak nama dari klan Hasyim Asari pendiri pesantren Tebu Ireng-
Jombang.

MACAM-MACAM TAREKAT DI INDONESIA

Banyak macam tarekat yang tumbuh subur di Indonesia, beberapa diantaranya : Tarekat
Qadiriyah, Tarekat Naqsyabandiyah, Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, Tarekat Syadziliyah,
Tarekat Khalwatiyah, Tarekat Syattariyah, Tarekat Sammaniyah, dan Tarekat Tijaniyah.
Beberapa tarekat lain yang pengikutnya agak sedikit di Indonesia adalah Tarekat Chisytiyah,
Tarekat Mawlayiyah, Tarekat Nimatullah, dan Tarekat Sanusiyah.

1.2. Membandingkan antara tarikat-tarikat mutabaroh di Indonesia

1.3. Mengaitkan ajaran-ajaran tarikat mutabaroh di Indonesia dengan fenomena kehidupan


sekarang

Tarekah Mutabarah di Indonesia

Dalam tasawwuf seringkali dikenal istilah Thoriqoh, yang berarti jalan, yakni jalan untuk
mencapai Ridlo Allah. Dengan pengertian ini bisa digambarkan, adanya kemungkinan banyak
jalan, sehingga sebagian sufi menyatakan, Aturuk biadadi anfasil mahluk, yang artinya jalan
menuju Allah itu sebanyak nafasnya mahluk, aneka ragam dan bermacam macam. Kendati
demikian orang yang hendak menempuh jalan itu haruslah berhati hati, karena dinyatakan pula,
Faminha Mardudah waminha maqbulah, yang artinya dari sekian banyak jalan itu, ada yang sah
dan ada yang tidak sah, ada yang diterima dan ada yang tidak diterima. Yang dalam istilah ahli
Thoriqoh lazim dikenal dengan ungkapan, Mutabaroh. Wa ghoiru Mutabaroh.

KH. Dzikron Abdullah menjelaskan, awalnya Thoriqoh itu dari Nabi yang menerima wahyu dari
Allah, melalui malaikat Jibril. Jadi, semua Thoriqoh yang Mutabaroh itu, sanad(silsilah)-nya
muttashil (bersambung) sampai kepada Nabi. Kalau suatu Thoriqoh sanadnya tidak muttashil
sampai kepada Nabi bisa disebut Thoriqoh tidak (ghoiru) Mutabaroh. Barometer lain untuk
menentukan ke-mutabaroh-an suatu Thoriqoh adalah pelaksanaan syariat. Dalam semua
Thoriqoh Mutabaroh syariat dilaksanakan secara benar dan ketat.
Diantara Thoriqoh Muktabaroh itu adalah :

Thoriqoh Syathariyah pertama kali digagas oleh Abdullah Syathar (w.1429 M). Thoriqoh
Syathariyah berkembang luas ke Tanah Suci (Mekah dan Medinah) dibawa oleh Syekh Ahmad
Al-Qusyasi (w.1661/1082) dan Syekh Ibrahim al-Kurani (w.1689/1101). Dan dua ulama ini
diteruskan oleh Syekh Abd al-Rauf al-Sinkili ke Nusantara, kemudian dikembangkan oleh
muridnya Syekh Burhan al-Din ke Minangkabau. Thoriqoh Syathariyah sesudah Syekh Burhan
al-Din, berkembang pada 4 (empat) kelompok, yaitu; Pertama silsilah yang diterima dari Imam
Maulana. Kedua, silsilah yang dibuat oleh Tuan Kuning Syahril Lutan Tanjung Medan Ulakan.
Ketiga, silsilah yang diterima oleh Tuanku Ali Bakri di Sikabu Ulakan. Keempat; silsilah oleh
Tuanku Kuning Zubir yang ditulis dalam Kitabnya yang berjudul Syifa al-Qulub. Thoriqoh ini
berkembang di Minangkabau dan sekitarnya. Untuk mendukung ke1embagaan Thoriqoh, kaum
Syathariyah membuat lembaga formal berupa organisasi sosial keagamaan Jamaah Syathariyah
Sumatera Barat, dengan cabang dan ranting-ranting di seluruh alam Minangkabau, bahkan di
propinsi-tetangga Riau dan jambi. Bukti kuat dan kokohnya kelembagaan Thoriqoh Syathariyah
dapat ditemukan wujudnya pada kegiatan ziarah bersama ke makam Syekh Burhan al-Din
Ulakan.

Sementara Thoriqoh Naqsyabandiyah masuk ke Nusantara dan Minangkabau pada tahun 1850.
Thoriqoh Naqsyabandiyah sudah masuk ke Minangkabau sejak abad ke 17, pintu masuknya
me1alui daerah Pesisir Pariaman, kemudian terus ke Agam dan Limapuluh kota. Thoriqoh
Naqsyabandiyah diperkenalkan ke wilayah ini pada paruh pertama abad ketujuh belas oleh Jamal
al-Din, seorang Minangkabau yang mula-mula belajar di Pasai sebelum dia melanjukan ke Bayt
al-Faqih, Aden, Haramain, Mesir dan India. Naqsyabandiyah merupakan salah satu Thoriqoh
sufi yang paling luas penyebarannya, dan terdapat banyak di wilayah Asia Muslim serta Turki,
Bosnia-Herzegovina, dan wilayah Volga Ural. Bermula di Bukhara pada akhir abad ke-14,
Naqsyabandiyah mulai menyebar ke daerah-daerah tetangga dunia Muslim dalam waktu seratus
tahun. Perluasannya mendapat dorongan baru dengan munculnya cabang Mujaddidiyah, dinamai
menurut nama Syekh Ahmad Sirhindi Mujaddidi Alfi Tsani (Pembaru Milenium kedua, w.
1624). Pada akhir abad ke-18, nama ini hampir sinonim dengan Thoriqoh tersebut di seluruh
Asia Selatan, wilayah Utsmaniyah, dan sebagian besar Asia Tengah. Ciri yang menonjol dari
Thoriqoh Naqsyabandiyah adalah diikutinya syariat secara ketat, keseriusan dalam beribadah
menyebabkan penolakan terhadap musik dan tari, serta lebih mengutamakan berdzikir dalam hati
(Sirri). Penyebaran Thoriqoh Naqsyabandiyah Khalidiyah ditunjang oleh ulama ulama
Minangkabau yang menuntut ilmu di Mekah dan Medinah, mereka mendapat baiah dari Syekh
Jabal Qubays di Mekah dan Syekh Muhammad Ridwan di Medinah. Misalnya, Syekh
Abdurrahman di Batu Hampar Payakumbuh (w. 1899 M), Syekh Ibrahim Kumpulan Lubuk
Sikaping, Syekh Khatib Ali Padang (w. 1936), dan Syekh Muhammad Said Bonjol. Mereka
adalah ulama besar dan berpengaruh pada zamannya serta mempunyai anak murid mencapai
ratusan ribu, yang kemudian turut menyebarkan Thoriqoh ini ke daerah asal masing masing Di
Jawa Tengah Thoriqoh Naqsabandiyah Kholidiyyah disebarkan oleh KH. Abdul Hadi
Girikusumo Mranggen yang kemudian menyebar ke Popongan Klaten, KH. Arwani Amin
Kudus, KH. Abdullah Salam Kajen Margoyoso Pati, KH. Hafidh Rembang. Dari dari tangan
mereka yang penuh berkah, pengikut Thoriqoh ini berkembang menjadi ratusan ribu. Ajaran
dasar Thoriqoh Naqsyabandiyah pada umumnya mengacu kepada empat aspek pokok yaitu:
syariat, thariqat, hakikat dan marifat. Ajaran Thoriqoh Naqsyabandiyah ini pada prinsipnya
adalah cara-cara atau jalan yang harus dilakukan oleh seseorang yang ingin merasakan
nikmatnya dekat dengan Allah. Ajaran yang nampak ke permukaan dan memiliki tata aturan
adalah khalwat atau suluk. Khalwat ialah mengasingkan diri dari keramaian atau ke tempat yang
terpencil, guna melakukan zikir dibawah bimbingan seorang Syekh atau khalifahnya, selama
waktu 10 hari atau 20 hari dan sempurnanya adalah 40 hari. Tata cara khalwat ditentukan oleh
syekh antara lain; tidak boleh makan daging, ini berlaku setelah melewati masa suluk 20 hari.
Begitu juga dilarang bergaul dengan suami atau istri; makan dan minumnya diatur sedemikian
rupa, kalau mungkin sesedikit mungkin. Waktu dan semua pikirannya sepenuhnya diarahkan
untuk berpikir yang telah ditentukan oleh syekh atau khalifah..

Thariqat Ahmadiyah didirikan oleh Ahmad ibn Aly (al-Husainy al-Badawy). Diantara nama-
nama gelaran yang telah diberikan kepada beliau ialah Syihabuddin, al-Aqthab, Abu al-Fityah,
Syaikh al-Arab dan al-Quthab an-Nabawy. Malah, asy-Syaikh Ahmad al-Badawy telah
diberikan nama gelar (laqab) yang banyak, sampai dua puluh sembilan nama. Al-Ghautha al-
Kabir, al-Quthab al-Syahir, Shahibul-Barakat wal-Karamat, asy-Syaikh Ahmad al-Badawy
adalah seorang lelaki keturunan Rasulullah SallAllahu alaihi wa sallam, melalui Sayidina al-
Husain. Sholawat Badawiyah sughro dan Kubro, adalah sholawat yang amat dikenal masarakat
Indonesia, dinisbatkan kepada waliyullah Sayid Ahmad Badawi ini, akan tetapi Tarekat
badawiyah sendiri tidak berkembang secara luas di indonesia khususnya di Jawa.

Abul Hasan Ali asy-Sadzili, merupakan tokoh Thoriqoh Sadziliyah yang tidak meninggalkan
karya tulis di bidang tasawuf, begitu juga muridnya, Abul Abbas al-Mursi, kecuali hanya ajaran
lisan tasawuf, Doa, dan hizib. Ketika ditanya akan hal itu, ia menegaskan :karyaku adalah murid
muridku, Asadzili mempunyai murid yang amat banyak dan kebanyakan mereka adalah ulama
ulama masyhur pada zamannya, dan bahkan dikenal dan dibaca karya tulisnya hingga hari ini.
Ibn Athaillah as-Sukandari adalah orang yang pertama menghimpun ajaran-ajaran, pesan-pesan,
doa dan biografi keduanya, sehingga kasanah Thoriqoh Sadziliyah tetap terpelihara. Ibn
Athaillah juga orang yang pertama kali menyusun karya paripurna tentang aturan-aturan
Thoriqoh Sadziliah, pokok-pokoknya, prinsip-prinsipnya, yang menjadi rujukan bagi angkatan-
angkatan setelahnya. Sebagai ajaran, Thoriqoh ini dipengaruhi oleh al-Ghazali dan al-Makki.
Salah satu perkataan as-Sadzili kepada murid-muridnya: Jika kalian mengajukan suatu
permohonanan kepada Allah, maka sampaikanlah lewat Abu Hamid al-Ghazali. Perkataan yang
lainnya: Kitab Ihya Ulum ad-Din, karya al-Ghozali, mewarisi anda ilmu. Sementara Qut al-
Qulub, karya al-Makki, mewarisi anda cahaya. Selain kedua kitab tersebut, al-Muhasibi,
Khatam al-Auliya, karya Hakim at-Tarmidzi, Al-Mawaqif wa al-Mukhatabah karya An-Niffari,
Asy-Syifa karya Qadhi Iyad, Ar-Risalah karya al-Qusyairi, Al-Muharrar al-Wajiz karya Ibn
Atahillah. Thoriqoh Sadzaliah berkembang pesat di Jawa, tercatat Ponpes Mangkuyudan Solo,
Kyai Umar , Simbah Kyai Dalhar Watucongol, Simbah Kyai Abdul malik Kedongparo
Purwokerto, KH Muhaiminan Parakan, KH. Abdul Jalil Tulung Agung. KH . Habib Lutfi Bin
Yahya, Pekalongan .Simbah KH.M.Idris, kacangan Boyolali, adalah pemuka pemuka Sadzaliah
yang telah membaiat dan membina ratusan ribu bahkan jutaan murid Sadziliah.

Thoriqoh Qodiriyah dinisbahkan kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani (wafat 561 H/1166M)
yang bernama lengkap Muhy al-Din Abu Muhammad Abdul Qodir ibn Abi Shalih Zango Dost
al-Jaelani. Lahir di Jilan tahun 470 H/1077 M dan wafat di Baghdad pada 561 H/1166 M. Dalam
usia 8 tahun ia sudah meninggalkan Jilan menuju Baghdad pada tahun 488 H/1095 M. Riwayat
hidup dan keutamaan akhlak (Manaqib) Syech Abdul Qodir Jaelani ini, dikenal luas oleh
masarakat Indonesia khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dan dibaca dalam acara-acara
tertentu guna tabarruk dan tawassul kepada Syekh Abdul Qodir. Thoriqoh Qodiriyah terus
berkembang dan berpusat di Iraq dan Syria yang diikuti oleh jutaan umat yang tersebar di
Yaman, Turki, Mesir, India, Afrika dan Asia. Namun meski sudah berkembang sejak abad ke-13,
Thoriqoh ini baru terkenal di dunia pada abad ke 15 M. Di India misalnya baru berkembang
setelah Muhammad Ghawsh (w 1517 M) juga mengaku keturunan Syekh Abdul Qodir Jaelani.
Di Turki oleh Ismail Rumi (w 1041 H/1631 M) yang diberi gelar (mursyid kedua). Sedangkan di
Makkah, Thoriqoh Qodiriyah sudah berdiri sejak 1180 H/1669 M. Thoriqoh Qodiriyah ini
dikenal luwes. Yaitu bila murid sudah mencapai derajat syekh, maka murid tidak mempunyai
suatu keharusan untuk terus mengikuti Thoriqoh gurunya. Bahkan dia berhak melakukan
modifikasi Thoriqoh yang lain ke dalam Thoriqohnya. Hal itu seperti tampak pada ungkapan
Syekh Abdul Qadir Jaelani sendiri,Bahwa murid yang sudah mencapai derajat gurunya, maka
dia jadi mandiri sebagai syekh dan Allah-lah yang menjadi walinya untuk seterusnya. Seperti
halnya Thoriqoh di Timur Tengah. Sejarah Thoriqoh Qodiriyah di Indonesia juga berasal dari
Makkah al-Mukarromah. Thoriqoh Qodiriyah menyebar ke Indonesia pada abad ke-16,
khususnya di seluruh Jawa, seperti di Pesantren Pegentongan Bogor Jawa Barat, Suryalaya
Tasikmalaya Jawa Barat, Mranggen Jawa Tengah, Rejoso Jombang Jawa Timur dan Pesantren
Tebuireng Jombang Jawa Timur. Syekh Abdul Karim dari Banten adalah murid kesayangan
Syekh Khatib Sambas yang bermukim di Makkah, merupakan ulama paling berjasa dalam
penyebaran Thoriqoh Qodiriyah. Murid-murid Syekh Sambas yang berasal dari Jawa dan
Madura, setelah pulang ke Indonesia menjadi penyebar Thoriqoh Qodiriyah tersebut.

Di Jawa Tengah Thoriqoh Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah muncul dan berkembang antara


lain dari Mbah Ibrahim Brumbung Mranggen diturunkan kepada antara lain KH. Muslih pendiri
Ponpes Futuhiyyah ,Mranggen. Dari Kyai Muslih ini lahir murid-murid Thoriqoh yang banyak.
Dan dari tangan mereka berkembang menjadi ratusan ribu pengikut. Demikian pula halnya
Simbah Kyai Siradj Solo yang mengembangkan Thoriqoh ini ke berbagai tempat melalui anak
muridnya yang tersebar ke pelosok Jawa Tengah hingga mencapai puluhan ribu pengikut.
Sementara di Jawa Timur, Thoriqoh ini dikembangkan oleh KH. Mustain Romli Rejoso
Jombang dan Simbah Kyai Utsman yang kemudian dilanjutnya putra-putranya diantaranya KH.
Asrori yang juga mempunyai murid ratusan ribu. Di Jawa Barat tepatnya di Ponpes Suryalaya
Tasikmalaya juga turut andil membesarkan Thoriqoh ini sejak mulai zaman Abah Sepuh hingga
Abah Anom dan murid-muridnya yang tersebar di berbagai penjuru Jawa Barat.

Thoriqoh Alawiyyah berbeda dengan Thoriqoh sufi lain pada umumnya. Perbedaan itu,
misalnya, terletak dari praktiknya yang tidak menekankan segi-segi riyadlah (olah ruhani) yang
berat, melainkan lebih menekankan pada amal, akhlak, dan beberapa wirid serta dzikir ringan.
Sehingga wirid dan dzikir ini dapat dengan mudah dipraktikkan oleh siapa saja meski tanpa
dibimbing oleh seorang mursyid. Ada dua wirid yang diajarkannya, yakni Wirid Al-Lathif dan
Ratib Al-Haddad.serta beberapa ratib lainnya seperti Ratib Al Attas dan Alaydrus juga dapat
dikatakan, bahwa Thoriqoh ini merupakan jalan tengah antara Thoriqoh Syadziliyah (yang
menekankan olah hati) dan batiniah) dan Thoriqoh Al-Ghazaliyah (yang menekankan olah fisik).
Thoriqoh ini berasal dari Hadhramaut, Yaman Selatan dan tersebar hingga ke berbagai negara,
seperti Afrika, India, dan Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Thoriqoh ini didirikan oleh Imam
Ahmad bin Isa al-Muhajirlengkapnya Imam Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir
seorang tokoh sufi terkemuka asal Hadhramat. Al Imam Faqihil Muqaddam Muhammad bin Ali
Baalwi, juga merupakan tokoh kunci Thoriqoh ini. Dalam perkembangannya kemudian,
Thoriqoh Alawiyyah dikenal juga dengan Thoriqoh Haddadiyah, yang dinisbatkan kepada
Habib Abdullah al-Haddad, Attasiyah yang dinisbatkan kepada Habib Umar bin Abdulrahman
Al Attas, serta Idrusiyah yang dinisbatkan kepada Habib Abdullah bin Abi Bakar Alaydrus,
selaku generasi penerusnya. Sementara nama Alawiyyah berasal dari Imam Alawi bin
Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir. Thoriqoh Alawiyyah, secara umum, adalah Thoriqoh yang
dikaitkan dengan kaum Alawiyyin atau lebih dikenal sebagai saadah atau kaum sayyid
keturunan Nabi Muhammad SAWyang merupakan lapisan paling atas dalam strata masyarakat
Hadhrami. Karena itu, pada masa-masa awal Thoriqoh ini didirikan, pengikut Thoriqoh
Alawiyyah kebanyakan dari kaum sayyid di Hadhramaut, atau Ba Alawi.Thoriqoh ini dikenal
pula sebagai Toriqotul abak wal ajdad, karena mata rantai silisilahnya turun temurun dari
kakek,ayah, ke anak anak mereka, dan setelah itu diikuti oleh berbagai lapisan masyarakat
muslim lain dari non-Hadhrami. Di Purworejo dan sekitarnya Thoriqoh ini berkembang pesat,
diikuti bukan hanya oleh para saadah melainkan juga masarakat non saadah , Sayid Dahlan
Baabud, tercatat sebagai pengembang Thoriqoh ini, yang sekarang dilanjutkan oleh anak
cucunya.

Umumnya, nama sebuah Thoriqoh diambil dari nama sang pendiri Thoriqoh bersangkutan,
seperti Qadiriyah dari Syekh Abdul Qadir Al-Jailani atau Naqsyabandiyah dari Baha Uddin
Naqsyaband. Tapi Thoriqoh Khalwatiyah justru diambil dari kata khalwat, yang artinya
menyendiri untuk merenung. Diambilnya nama ini dikarenakan seringnya Syekh Muhammad Al-
Khalwati (w. 717 H), pendiri Thoriqoh Khalwatiyah, melakukan khalwat di tempat-tempat sepi.
Secara nasabiyah, Thoriqoh Khalwatiyah merupakan cabang dari Thoriqoh Az-Zahidiyah,
cabang dari Al-Abhariyah, dan cabang dari As-Suhrawardiyah, yang didirikan oleh Syekh
Syihabuddin Abi Hafs Umar as-Suhrawardi al-Baghdadi (539-632 H). Thoriqoh Khalwatiyah
berkembang secara luas di Mesir. Ia dibawa oleh Musthafa al-Bakri (lengkapnya Musthafa bin
Kamaluddin bin Ali al-Bakri as-Shiddiqi), seorang penyair sufi asal Damaskus, Syiria. Ia
mengambil Thoriqoh tersebut dari gurunya yang bernama Syekh Abdul Latif bin Syekh
Husamuddin al-Halabi. Karena pesatnya perkembangan Thoriqoh ini di Mesir, tak heran jika
Musthafa al-Bakri dianggap sebagai pemikir Khalwatiyah oleh para pengikutnya. Karena selain
aktif menyebarkan ajaran Khalwatiyah ia juga banyak melahirkan karya sastra sufistik. Diantara
karyanya yang paling terkenal adalah Tasliyat Al-Ahzan (Pelipur Duka).

Thoriqoh Syattariyah adalah aliran Thoriqoh yang pertama kali muncul di India pada abad ke
15. Thoriqoh ini dinisbahkan kepada tokoh yang mempopulerkan dan berjasa
mengembangkannya, Abdullah asy-Syattar. Awalnya Thoriqoh ini lebih dikenal di Iran dan
Transoksania (Asia Tengah) dengan nama Isyqiyah. Sedangkan di wilayah Turki Usmani,
Thoriqoh ini disebut Bistamiyah. Kedua nama ini diturunkan dari nama Abu Yazid al-Isyqi, yang
dianggap sebagai tokoh utamanya. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya Thoriqoh
Syattariyah tidak menganggap dirinya sebagai cabang dari persatuan sufi mana pun. Thoriqoh ini
dianggap sebagai suatu Thoriqoh tersendiri yang memiliki karakteristik-karakteristik tersendiri
dalam keyakinan dan praktik. Perkembangan mistik Thoriqoh ini ditujukan untuk
mengembangkan suatu pandangan yang membangkitkan kesadaran akan Allah SWT di dalam
hati, tetapi tidak harus melalui tahap fana. Penganut Thoriqoh Syattariyah percaya bahwa jalan
menuju Allah itu sebanyak gerak napas makhluk. Akan tetapi, jalan yang paling utama menurut
Thoriqoh ini adalah jalan yang ditempuh oleh kaum Akhyar, Abrar, dan Syattar. Seorang salik
sebelum sampai pada tingkatan Syattar, terlebih dahulu harus mencapai kesempurnaan pada
tingkat Akhyar (orang-orang terpilih) dan Abrar (orang-orang terbaik) serta menguasai rahasia-
rahasia dzikir. Untuk itu ada sepuluh aturan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan Thoriqoh
ini, yaitu taubat, zuhud, tawakkal, qanaah, uzlah, muraqabah, sabar, ridla, dzikir, dan
musyahadah.

Thoriqoh Tijaniyah didirikan oleh Abul Abbas Ahmad bin Muhammad bin al-Mukhtar at-
Tijani (1737-1815), salah seorang tokoh dari gerakan Neosufisme. Ciri dari gerakan ini ialah
karena penolakannya terhadap sisi eksatik dan metafisis sufisme dan lebih menyukai pengalaman
secara ketat ketentuan-ketentuan syariat dan berupaya sekuat tenaga untuk menyatu dengan ruh
Nabi Muhammad SAW sebagai ganti untuk menyatu dengan Tuhan. At-Tijani dilahirkan pada
tahun 1150/1737 di Ain Madi, bagian selatan Aljazair. Sejak umur tujuh tahun dia sudah dapat
menghafal al-Quran dan giat mempelajari ilmu-ilmu keislaman lain, sehingga pada usianya yang
masih muda dia sudah menjadi guru. Dia mulai bergaul dengan para sufi pada usia 21 tahun.
Pada tahun 1176, dia melanjutkan belajar ke Abyad untuk beberapa tahun. Setelah itu, dia
kembali ke tanah kelahirannya. Pada tahun 1181, dia meneruskan pengembaraan intelektualnya
ke Tilimsan selama lima tahun. Di Indonesia, Tijaniyah ditentang keras oleh Thoriqoh-Thoriqoh
lain. Gugatan keras dari kalangan ulama Thoriqoh itu dipicu oleh pernyataan bahwa para
pengikut Thoriqoh Tijaniyah beserta keturunannya sampai tujuh generasi akan diperlakukan
secara khusus pada hari kiamat, dan bahwa pahala yang diperoleh dari pembacaan Shalawat
Fatih, sama dengan membaca seluruh al-Quran sebanyak 1000 kali. Lebih dari itu, para pengikut
Thoriqoh Tijaniyah diminta untuk melepaskan afiliasinya dengan para guru Thoriqoh lain, Meski
demikian, Thoriqoh ini terus berkembang, utamanya di Buntet- Cirebon dan seputar Garut (Jawa
Barat), dan Jati barang brebes, Sjekh Ali Basalamah, dan kemudian dilanjutkan putranya, Sjekh
Muhammad Basalamah, adalah muqaddam Tijaniah di Jatibarang yang pengajian rutinnya,
dihadiri oleh puluhan ribu ummat Islam pengikut Tijaniah. Demikian pula Madura dan ujung
Timur pulau Jawa, tercatat juga, sebagai pusat peredarannya.

Penentangan terhadap Thoriqoh ini, mereda setelah, Jamiyyah Ahlith-Thariqah An-Nahdliyyah


menetapkan keputusan, Thoriqoh ini bukanlah Thoriqoh sesat, karena amalan-amalannya sesuai
dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Keputusan itu diambil setelah para ulama ahli
Thoriqoh memeriksa wirid dan wadzifah Thoriqoh ini.

Thoriqah Sammaniyah didirikan oleh Syekh Muhammad Samman yang bernama asli
Muhammad bin Abd al-Karim al-Samman al-Madani al-Qadiri al-Quraisyi dan lebih dikenal
dengan panggilan Samman. Beliau lahir di Madinah 1132 H/1718 M dan berasal dari keluarga
suku Quraisy. Semula ia belajar Thoriqoh Khalwatiyyah di Damaskus, lama kelamaan ia mulai
membuka pengajian yang berisi teknik dzikir, wirid dan ajaran teosofi lainnya. Ia menyusun cara
pendekatan diri dengan Allah yang akhirnya disebut sebagai Thoriqoh Sammaniyah. Sehingga
ada yang mengatakan bahwa Thoriqoh Sammaniyah adalah cabang dari Khalwatiyyah. Di
Indonesia, Thoriqoh ini berkembang di Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Sammaniyah masuk ke
Indonesia pada penghujung abad 18 yang banyak mendapatkan pengikut karena popularitas
Imam Samman. Sehingga manaqib Syekh Samman juga sering dibaca berikut dzikir Ratib
Samman yang dibaca dengan gerakan tertentu. Di Palembang misalnya ada tiga ulama Thoriqoh
yang pernah berguru langsung pada Syekh Samman, ia adalah Syekh Abd Shamad, Syekh
Muhammad Muhyiddin bin Syekh Syihabuddin dan Syekh Kemas Muhammad bin Ahmad. Di
Aceh juga terkenal apa yang disebut Ratib Samman yang selalu dibaca sebagai dzikir (team Al
Mihrab )

Kyai Siradj Solo yang mengembangkan Thoriqoh Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah

2.2. PERBANDINGAN ANTARA TARIKAT-TARIKAT MUTABAROH DI INDONESIA

2.3. AJARAN-AJARAN TARIKAT MUTABAROH DI INDONESIA DENGAN


FENOMENA KEHIDUPAN SEKARANG
STANDAR KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI
1. 2. Memehami 2.1. Menjelaskan problematika masyarakat
peran modern2.2. Menjelaskan relevansi tasawuf dalam kehidupan
tasawuf dalam modern2.3. Menjelaskan peranan tasawuf dalam kehidupan
kehidupan modern
modern

PROBLEMATIKA MASYARAKAT MODEREN

A. Masyarakat Modern

Masyarakat modern terdiri dari dua kata, yaitu masyarakat dan modern. Masyarakat adalah
pergaulan hidup manusia (himpunan orang yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-
ikatan aturan tertentu). Sedangkan modern diartikan yang terbaru, secara baru, mutakhir. Jadi
masyarakat modern berarti suatu himpunan yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-
ikatan aturan tertentu yang bersifat mutakhir.

Menurut Deliar Noer ada 5 ciri-ciri masyarakat modern sebagai berikut :

1. Bersifat rasional,
2. Berpikir untuk masa depan yang lebih jauh,
3. Menghargai waktu,
4. Bersikap terbuka,
5. Berpikir objektf.

Dalam pada itu, Alfin Toffler, sebagai dikemukakan oleh Jalaludin Rahmat, membagi
masyarakat ke dalam tiga bagian. Yaitu masyarakat pertanian (Agricultural Society), masyarakat
industri (Industrial Society), dan masyarakat infomasi (Informatical Society).

Masyarakat pertanian, ekonominya bertumpu pada tanah / sumber alam. Teknologi yang
digunakan adalah teknologi kecil seperti pompa penyemprot hama, racun tikus, dan sebagainya.
Informasi yang mereka gunakan adalah media tradisional, dari mulut ke mulut, bersifat lokal,
dan informasi terpusat pada salah seorang yang dianggap tokoh. Dari segi kejiwaan, mereka
banyak menggunakan kekuatan yang bersifat irrasional, seperti penanganan masalah dengan cara
pergi ke dukun.

Selanjutnya masyarakat industri berbeda dengan masyarakat pertanian. Modal dasar berupa
peralatan produksi dan mesin-mesin produksi. Teknologi yang digunakan adalah teknologi
tinggi. Informasi yang mereka gunakan sudah menggunakan media cetak atau tulisan yang dapat
disimpan oleh siapa saja. Secara kejiwaan, mereka adalah manusia yang cerdas, berilmu
pengetahuan, menguasai teknologi, dan berpikir untuk hidup secara makmur dalam bidang
materi.
Yang ketiga adalah masyarakat informasi, yang paling menentukan dalam masyarakat informasi
adalah orang-orang yang paling banyak memiliki informasi. Dari segi teknologi, masarakat
informasi menggunakan teknologi elektronika. Penggunaan teknologi elektronika telah
mengubah lingkungan informasi dari yang bersifat lokal dan nasional kepada lingkungan yang
bersifat internasional, mendunia, dan global. Secara kejiwaan, mereka adalah manusia yang
serba ingin tahu, mampu menjelaskan, dan imajinatif.

B. Problematika Masyarakat Modern.

Kemajuan di bidang teknologi pada zaman modern ini telah membawa manusia ke dalam dua
sisi, yaitu bisa memberi nilai tambah (positif), tapi pada sisi laian dapat mengurangi (negatif).

Efek positifnya tentu saja akan menigkatkan keragaman budaya melalui penyediaan informasi
yang menyeluruh sehingga memberikan orang kesempatan untuk mengembangkan kecakapan-
kecakapan baru dan meningkatkan produksi. Sedangkan efek negatifnya kemajuan teknologi
akan berbahaya jika berada di tangan orang yang secara mental dan keyakinan agama belum
siap. Mereka dapat menyalahgunakan teknologi untuk tujuan-tujuan yang destruktif dan
mengkhawatirkan. Misalnya penggunaan teknologi kontrasepsi dapat menyebabkan orang
dengan mudah dapat melakukan hubungan seksual tanpa harus takut hamil atau berdosa.
Jaringan-jaringan peredaran obat-obat terlarang, tukar menukar informasi, penyaluran data-data
film yang berbau pornografi di bidang teknologi komunikasi seperti komputer, faximile,
internete, dan sebagainya akan semakin intensif pelaksanaannya.

Hal tersebut di atas adalah gambaran-gambaran masyarakat modern yang obsesi keduniaannya
tampak lebih dominan ketimbang spritual. Kemajuan teknologi sains dan segala hal yang bersifat
duniawi jarang disertai dengan nilai spiritual.

Menurut Sayyed Hossein Nasr, seorang ilmuwan kenamaan dari Iran, berpandangan bahwa
manusia modern dengan kemajuan teknologi dan pengetahuaannya telah tercebur ke dalam
lembah pemujaan terhadap pemenuhan materi semata namun tidak mampu menjawab problem
kehidupan yang sedang dihadapinya. Kehidupan yang dilandasi kebaikan tidaklah bisa hanya
bertumpu pada materi melainkan pada dimensi spiritual. Jika hal tersebut tidak diimbangi
akibatnya jiwa pun menjadi kering, dan hampa. Semua itu adalah pengaruh dari sekularisme
barat, yang manusia-manusianya mencoba hidup dengan alam yang kasat mata.

Menurut Nashr, manusia barat modern memperlakukan alam seperti pelacur. Mereka menikmati
dan mengeksploitasi alam demi kepuasan dirinya tanpa rasa kewajiban dan tanggung jawab apa
pun. Nashr melihat, kondisi manusia modern sekarang mengabaikan kebutuhannya yang paling
mendasar dan bersifat spiritual, mereka gagal menemukan ketentraman batin, yang berarti tidak
ada keseimbangan dalam diri. Hal ini akan semakin parah apabila tekanannya pada kebutuhan
materi semakin meningkat sehingga keseimbangan semakin rusak. Oleh karena itu, manusia
memerlukan agama untuk mengobati krisis yang dideritanya.

Dari sikap mental yang demikian itu kehadiran iptek telah melahirkan sejumlah problematika
masyarakat modern, sebagai berikut :
Desintegrasi ilmu pengetahuan

Banyak ilmu yang berjalan sendiri-sendiri tanpa ada tali pengikat dan penunjuk jalan yang
menguasai semuanya, sehingga kian jauhnya manusia dari pengetahuan akan kesatuan alam.

Kepribadian yang Terpecah

Karena kehidupan manusia modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan yang coraknya kering
nilai-nilai spiritual dan terkotak-kotak, maka manusianya menjadi pribadi yang terpecah,
hilangnya kekayaan rohaniah karena jauhnya dari ajaran agama.

Penyalahgunaan Iptek

Berbagai iptek disalahgunakan dengan segala efek negatifnya sebagaimana disebutkan di atas.

Pendangkalan Iman

Manusia tidak tersentuh oleh informasi yang diberikan oleh wahyu, bahkan hal itu menjadi
bahan tertawaan dan dianggap tidak ilmiah dan kampungan.

Pola Hubungan Materialistik

Pola hubungan satu dan lainnya ditentukan oleh seberapa jauh antara satu dan lainnya dapat
memberikan keuntungan yang bersifat material.

Menghalalkan Segala Cara

Karena dangkalnya iman dan pola hidup materialistik manusia dengan mudah menghalalkan
segala cara dalam mencapai tujuan.

Stres dan Frustasi

Manusia mengerahkan seluruh pikiran, tenaga dan kemampuannya untuk terus bekerja tanpa
mengenal batas dan kepuasan. Sehingga apabila ada hal yang tidak bisa dipecahkan mereka stres
dan frustasi.

Kehilangan Harga Diri dan Masa Depannya

Mereka menghabiskan masa mudanya dengan memperturutkan hawa nafsu dan menghalalkan
segala cara. Namun ada suatu saat tiba waktunya mereka tua segala tenaga, fisik, fasilitas dan
kemewahan hidup sudah tidak dapat mereka lakukan, mereka merasa kehilangan harga diri dan
masa depannya.

C. Perlunya Pengembangan Akhlak Tasawuf


Akhlak tasawuf merupakan solusi tepat dalam mengatasi krisis-krisis akibat modernisasi untuk
melepaskan dahaga dan memperoleh kesegaran dalam mencari Tuhan. Intisari ajaran tasawuf
adalah bertujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga
seseorang merasa dengan kesadarannya iu brrada di hadirat-Nya. Tasawuf perlu dikembangkan
dan disosialisasikan kepada masyarakat dengan beberapa tujuan, antara lain: Pertama, untuk
menyelamatkan kemanusiaan dari kebingungan dan kegelisahan yang mereka rasakan sebagai
akibat kurangnya nilai-nilai spiritual. Kedua, memahami tentang aspek asoteris islam, baik
terhadap masyarakat Muslim maupun non Muslim. Ketiga, menegaskan kembali bahwa aspek
asoteris islam (tasawuf) adalah jantung ajaran islam. Tarikat atau jalan rohani (path of soul)
merupakan dimensi kedalaman dan kerahasiaan dalam islam sebagaimana syariat bersumber dari
Al-Quran dan Al- Sunnah. Betapapun ia tetap menjadi sumber kehidupan yang paling dalam,
yang mengatur seluruh organisme keagamaan dalam

islam. Ajaran dalam tasawuf memberikan solusi bagi kita untuk menghadapi krisis-krisis dunia.
Seperti ajaran tawakkal pada Tuhan, menyebabkan manusia memiliki pegangan yang kokoh,
karena ia telah mewakilkan atau menggadaikan dirinya sepenuhnya pada Tuhan. Selanjutnya
sikap frustasi dapat diatasi dengan sikap ridla. Yaitu selalu pasrah dan menerima terhadap segala
keputusan Tuhan. Sikap materialistik dan hedonistik dapat diatasi dengan menerapkan konsep
zuhud. Demikan pula ajaran uzlah yang terdapat dalam tasawuf. Yaitu mengasingkan diri dari
terperangkap oleh tipu daya keduniaan. Ajaran-ajaran yang ada dalam tasawuf perlu disuntikkan
ke dalam seluruh konsep kehidupan. Ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, sosial, politik,
kebudayaan dan lain sebagainya perlu dilandasi ajaran akhlak tasawuf.

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm
636.

Deliar Noer, Pembangunan di Indonesia, (Jakarta: Mutiara, 1987), hlm 24.

Abudin Nata, Akhlaq Tasawuf, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997), hlm 286.

Agussyafii.blogspot.com/2007/12/problem-dan-solusi-masyarakat-modern.html

Sayyed Hossein Nashr, Man and Nature.. 57.

Sayyed Hossein Nashr, ideals and realities of islam .. hlm 121.

PROBLEMATIKA MASYARAKAT MODERN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Islam didenfisikan sebagai agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada junjungan Nabi kita
Rasulullah SAW, untuk mengatur segenap urusan manusia, baik berkaitan hubungan dengan
Allah (ibadah dan aqidah), hubungan dengan sesama manusia (muamalah, uqabat atau sanksi),
dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri, untuk itu kami sebagai penulis mengangkat
sebuah permasalahan yang terjadi dalam masyarakat modern khususnya.
Orang-orang dalam menjalani hidupnya haruslah dinilai sebagai orang yang melaksanakan
perintah Allah, bukan hanya melihat dari segi status sosial ataupun material saja. Ukuran dalam
menjalani hidup sama saja dihadapan Allah SWT yang membedakan hanya kadar ketakwaan
kita, bukan berdasarkan dari status sosial atau materil dalam pandangan manusia saja.
Disamping itu, kalau seorang muslim dalam menjalani kehidupannya bisa dan tidak mudah
terpengaruh akan segala ritangan yang selalu menghadang dalam setiap langkah hidupnya dan
mempunyai filter dalam menyaring segala problematika yang kian hari kian banyak membuat
orang bingung.
Problematika masyarakat modern adalah Sebuah permasalahan yang muncul dan hangat
diperbincangkan oleh khalayak orang, sehingga menjadi sebuah hal yang sifatnya penting sekali
dalam kehidupan ini. Maka semua permasalahan yang dilakukan mesti penuh pemikiran dan
pertimbangan dalam segala aspek kehidupan. Dengan demikian baik buruknya seorang manusia
tergantung bagaimana orang tersebut menyikapi segala problematika yang terjadi saat ini..
Manusia dizaman modern ini diharapkan pada masalah problematika masyarakat cukup serius.
Kemudian khazanah fikiran dan pandangan dalam menyikapi mesti adanya suatu pengembangan
pola fikir yang lebih baik.
Dengan demikian, menjadi sangatlah penting kita mempelajari hal-hal yang berkenaan suatu
permasalahan yang banyak dialami masyarakat modern. Namun penjabaran dalam menjalani
hidup ini seseorang dituntut untuk tidak berjalan begitu saja dan tidak akan sempurna dalam
proses perubahannya tanpa mengetaui pengembangan pembentukan masyarakat modern yang
lebih maju.

B.Tujuan
Didalam penulisan makalah ini adalah bertujuan untuk menambah wawasan dalam pengertahuan
mengenai ilmu akhlak dan memenuhi tugas kelompok.

C. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas maka penulis mengajukan beberapa masalah
berupa :
1. Apa-apa saja yang menyebabkan timbulnya problematika masyarakat modern?
2. Kepada siapakah perubahan problematika masyarakat modern?

PEMBAHASAN

.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN AKHLAK


Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya dan pendidikan pada
umumnya,ada tiga aliran yang sudah amat popular.Pertama aliran Nativisme,Kedua aliran
Emperisme, dan ketiga aliran konvergensi.
Menurut aliran Nativisme bahwa factor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri
seseorang adalah factor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan,
bakat, akal, dan lain-lain.Aliran ini tamaknya begitu yakin terhadap potensi batin yang ada dalam
pada diri manusia, dan hal ini kelihatan erat kaitannya dengan pendapat aliran intuisme dalam
hal penentuan baik dan buruk sebagaimana telah diuraikan diatas.
Menurut aliran Empirisme bahwa factor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri
seseorang adalah factor dari luar, yaitu lingkungan luar, termasuk pembinaan dan pendidikan
yang diberikan. Jika pembinaan dan prnddikan yang diberikan kepada anak itu,maka baiklah
anak itu.Dengan demikian jika sebaliknya.
Dalam pada itu aliran konvergensi berpendapat pembebntukan akhlak dipengaruhi oleh factor
internal,yaitu pembawaan si anak,dan factor dari luar, yaitu pendidikan yang dibuat secara
khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan social.
Aliran yang ketiga, yakni aliran konvergensi itu tampak sesuai dengan ajaran islam. Hal ini dapat
dipahami dari ayat dan hadis di bawah ini:

Dan allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadan yang tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dan dia memberikamu pendengaran dan penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur. (QS. Al-Nahl)

Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk didik, yaitu penglihatan,
pendengaran, dan hati sanubari.Potensi tersebut harus dusyukuri dengan cara mengisinya dengan
ajaran dan pendidikan.Hal ini sesuai pula dengan yang dilakukan Lukmanul Hakim kepada
anaknya sebagai terlihat pada ayat yang berbunyi:

Dan (ingatlah) ketika luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberikan pelajaran
kepadanya.Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan allah, sesungguhnya
mempersekutukan (allah) adlah benar-benarkezalima yang besar.Dan kami perintahkan kepada
manusia berbuat baik kepada duaorang ibu bapaknya; ibunya telah mengadungnya dalam
keadaanlemah yang bertambah-tambah,dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-
Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanyakepada kulah kembalimu.QS. Luqman 31:13-14.

Ayat tersebut selain menggambarkan tentang pelaksanaan pendidukan jugaberisi materi


pelajaran dan yang utamanya, yaitu pendidikan tauhid dan keimanan, karena keimananlah yang
menjadi salah satu dasar yang kokoh bagi pembentuka akhlak.
Kesesuaian teori Konvergensi tersebut diatas juga sejalan dengan hadist Nabi yang berbunyai:

Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan memvbawa fitrah (rasa ketuhanan dan
kecenderungan kepada kebenaran),maka kudua orang tuanyaalah yang membentuk anakn itu
menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.(HR. Bukhari)

Ayat dan hadist tersebut di atas selain menggambarkan adanya teori konvergensi juga
menunjukan dengan jelas bahwa pelaksana utama dalam pendidikan adalah kedua orang tua.

Dengan demikian factor yang mempengaruhi pembinan ahklak di anak ada dua, yaitu factor
daridalam yaiti, potensi fisik, intelektual dan hati(rohaniah) yang dibawa si anak dari sejak lahir
,dan dari factor luar, yaitu kedua orang tua di rumah,guru di sekolah dan tokoh-tokoh serta
pemimpin di masyarakat.Melalui kerjasama yang baik antara tiga lembaga pendidikan
tersebut,maka aspek konditif(pengentahuan),efektif(penghayatan),dan
psikomotorik(pengamalan) ajaran yang diajarka akan terbentuk pada diri anak .
Faktor yang lain dalam pembentukan akhlak adalah keluarga,dalam pembentulan kepribadian
anak.Melalui fungsi ini keluarga berusaha mempersiapkan anak-anak bekal selengkap-
lengkapnya dengan memperkenalkan pola tingkahlaku,sikap,keyakinan,cita-cita dan nilai-nilai
yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan yang diharapkan akan dijalankan mereka
kelak.
Proses sosialisasi tidak sewajarnya diberikan kepada orang lain.Peran orang tua sangat besar
dalam proses sosialisasi ini,sebab disitu anak akan meniru segala yang dilihat dan dipelajari dari
orangtuanya.Apabila orang tua tidak menjalankan fungsi sosialisasi secara baik,maka problem
lain yang muncul adalah anak kehilangan perhatian,setelah itu ia akan mencari tokoh lain diluar
orang tuanya itu untuk ditiru.
Semua masyarakat sangat menggantungkan diri kepada keluarga dalam hal sosialisasi anak-
anak.Peranan orang tua dalam sosialisasi ini sebagai persiapan untuk memasuki usia dewasa agar
anak dapat berperan secara positif ditengah-tengah masyarakat.Salahsatu caranya adalah
pemberian model bagi anak.Anak belajar menjadi laki-laki.Sosialisasi akan menemukan
kesulitan apabila model semacam itu tidak ada dan bila anak harus mengandalkan diri pada
model yang disaksikan dalam keluarga lain.Studi semacam ini semakin menegaskan bahwa
keluarga adalah factor penentu utama bagi sosialisasi anak.
Tetapi sebaliknya,dalam keluarga yang serba susah yangmenghadapi berbagai masalah
kemiskinan yang mencekik,problem sosialisasi dalam keluarga akan berjalan tidak
normal.Keluarga seperti ini akan mensosialisasikan anak-anak mereka untuk meneruskan pola
ketidakmampuan dan ketergantungan orang tua.
Didalam sebuah hadits Qudsi mengatakan yang artinya,Sesuatu yang diriwayatkan dari Allah
yang Maha Suci dan Maha Tinggi,Dia berfirmanWahai hambaku sesungguhnya Aku
mengharamkan kedzaliman atas diri-Ku dan kedzaliman itu Aku haramkan diantara kalian maka
janganlan kalian saling mendzalimi.Wahai hamba-Ku masing-masing dari kau akan sesat kecuali
orang yang Aku beri petunjuk mintalah petunjuk kepada-Ku maka Aku akan memberi petunjuk
kepadamu.Wahai hamba-Ku masing-masing dari kamu akan lapar kecuali orang yang Aku beri
makan mintalah kepada-Ku maka akan Aku akan memberi kepadamu.Wahai hamba-Ku masing-
masing kamu itu telanjang kecuali orang yang Aku beri pakaian mintalah pakaian kepada-Ku
maka Aku akan memberikan kepadamu.Wahai hamba-Ku sesungguhnya kamu melakukan
kesalahan siang dan malam sedang Aku mengampuni semua dosa mintalah ampun kepada-Ku
maka Aku akan memberi ampunan kepadamu.Wahai hamba-Ku sesungguhnya kamu tidak akan
bias menghindar dari kemudharatan-Ku maka kamu tidak akan mendapatkan kemanfatan-Ku
maka mohonlah kemanfaatan kepada-Ku.Wahai hamba-Ku seandainya orang yang pertama dan
terakhir dari kamu manusia dan jin dikalangan itu berada pada hati seseorang laki-laki yang
paling taqwa diantaramu maka yang demikian itu tidak akan menambahsedikitpun dari kerajaan-
Ku .Wahai hamba-Ku seandainya orang pertam dan terakhir dari kamu jin dan manusia berada
pada hati seseorang hati seorang laki-laki yang jahat maka yang demikian itu tidak akan
mengurangi sedikitpun kerajaan-Ku.Wahai hamba-Ku seandainya orang yang pertama dan
terakhir diantara kamu manusia dan jin berdiri pada suatu bukit lalu mereka minta kepada-Ku
maka Aku akan memberinya dari setiap orang yang permintaanya.maka yang demikian itu tidak
akan mengurangi apa yang ada di sisi-Ku melainkan seperti air laut apabila dimasukan
kedalamnya.Wahai hamba-Ku itu adalah amal-amal kalian yang Aku hitung semua untuk kalian
dan kemudian Aku sempurnakan bagi kalian.Maka barang siapa yang mendapatkan kebaikan
hendaklah memuji Allah dan barang siapa yang mendapatkan selain itu maka janganlah mencela
selain dari pada dirinya sendiri(Hadits dikeluarkan Muslim).

KESIMPULAN

Aklakh adalah sesuatu hal yang menentukan bagaimana seseorang bias disegani dan dijauhi itu
semua tergantung kepada akhlaknya.
Akhlak yang baik ataupun yang buruk tentunya semua itu ada hal yang menyebabkan itu
semua,seseorang yang berakhlak baik tentunya mempunyai factor yang membuat ia mempunyai
akhlak yang baik baik itu karena factor internal ataupun eksternal,maka dari itu semua kita harus
mengetahui agar pada saatnya kita bias membedakan factor yang akan membawa kebaikan dan
keburukan dan tentunya kita akan berusaha untuk mempunyai akhlak yang baik yang sesuai
dengan ajaran Al-Quran dan As-Sunnah.
Akhlak yang buruk yang terdapat pada diri seseorang yang tentunya semua itu juga memiliki
faktor yang menyebabkan itu semua terjadi pada diri orang itu,maka dengan setelah kita
mengetahui tentang akhlak buruk ataupun factor-faktor penyebabnya kita akan berusaha untuk
berusaha menjauhi factor-faktor tersebut ataupun mencari bagaimana pencegahannya ataupun
yang menjadi sosialisasinya.
Rasullah memiliki akhlak yang begitu mulyanya yang tentunya harus kita ikuti dan amalakan
dalam kehidupan sehari-hari kita begitupun akhlak kita yang menawan akan kelihatan sungguh
indah apabila dibandingkan dengan akhlak yang buruk yang tentunya kita harus menjauhinya.
Allah mencintai bahkan memuliakan orang-orang yang memiliki akhlak yang baik yang sesuai
dengan yang diperintahkan-Nya,maka diutuslah Rasullah untuk menyempurnakan akhlak kita
agar akhlak kita baik.

Anda mungkin juga menyukai