Anda di halaman 1dari 8

Tarekat Mu’Tabarah

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Akhlak Tasawuf

Disusun Oleh:

Muhammad Zulfajrin (12340064)

Abd. Malik Akdom (12340128)

Gayuh Mulyono (12340097)

PRODI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2016-2017
A. Pendahuluan

Tarekat berasal dari bahasa Arab adalah “ ‫ طريقـة‬/thariqah ”, jamaknya‫ ئيق طرا‬/tharaiq,

yang berarti: Jalan. Sedangkan menurut istilah Secara Terminologi (istilah)Tarikat adalah

Jalan yang mengacu kepada suatu sistem latihan meditasi maupun amalan-amalan

(mu’tabarah, zikir, wirid, dan sebagainya).

Menurut Ensiklopedi Islam tarekat berarti ; “perjalanan seorang saleh (pengikut tarekat)

menuju Tuhan dengan cara menyucikan diri atau perjalanan yang harus ditempuh oleh

seseorang untuk dapat mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Tuhan”.

Kajian tasawuf tidak dapat dipisahkan dengan kajian terhadapa pelaksanaannya di

lapangan, dalam hal ini praktek ’ubudiyah dan muamalah dalam tarekat. Walaupun kegiatan

tarekat sebagai sebuah institusi lahir belasan abad sesudah contoh konkrit pendekatan

terhadap Allah SWT yang telah diberikan oleh Nabi Muhammad SAW, dan kemudian

dilanjutkan oleh sebagian sahabat terdekat beliau, tabi’in, lalu tabi’in al tabi’in kemudian

lahir para auliya’ Allah. Nama tarekat yang berbeda tidak menjadi halangan, begitu juga

dengan penyebarannya yang meluas ke seluruh dunia Islam, jaringan sufi dan gerakannya

baik melalui perdagangan maupun variasi aspirasi politik mereka tidak menjadikan mereka

lupa terhadap misi utama tasawuf dan tarekat pada khususnya, yakni mendekatkan diri

kepada Yang Maha Kuasa.

B. Pembahasan

a. Tarekat Mu’tabarah dan Gairu Mu’tabarah

Telah dijelaskan di atas bahwa tarekat berarti jalan yang mengacu kepada sebuah

metode, latihan, atau amalan guna mencapai ridho Allah S.W.T. Dengan demikian

berarti bahwa ada kemungkinan banyak jalan untuk bisa sampai kepada tujuan utama
tersebut. Bahkan para filsuf mengakui akan banyaknya jalan tersebut melalui ungkapan

“jalan menuju Allah itu sebanyak nafasnya makhluk”.

Dengan banyaknya jalan yang tersedia, kita sebagai manusia harus berhati-hati dalam

memilih jalan mana yang akan ditempuh. Jangan sampai menjadi seseorang yang

ambisius yang menghalalkan segala cara agar maksudnya tercapai. Penekanannya adalah

dalam tasawuf ada tarekat atau jalan yang sah dan ada yang tidak sah. Istilah tarekatnya

adalah Mu’tabarah dan Gairu Mu’tabarah.

Menurut KH. Dzikro Abdullah dalam penjelasannya mengenai sejarah tarekat, tarekat

itu awalnya dari Nabi yang menerima wahyu dari Allah, melalui malaikat Jibril. Jadi

semua Tarekat Mu’tabarah itu, sanad (silsilah)nya, muttasil (bersambung) sampai kepada

Nabi. Jadi apabila suatu tarekat silsilahnya tidak sampai kepada Nabi maka tarekat

tersebut adalah Gairu Mu’tabarah. Ukuran lain yang dapat digunakan untuk

mengidentifikasi suatu tarekat adalah pelaksanaan syari’at. Dalam semua Tarekat

Mu’tabarah syari’at dilaksanakan dengan benar.

b. Ajaran Tarekat Mu’tabarah dan Gairu Mu’tabarah

Pada prinsipnya tarekat itu banyak dikarenakan intuisi manusia yang berbeda dalam

menginterpretasikan jalannya menuju Allah S.W.T. Akan tetapi tidaklah berarti setiap

orang bebas dalam mengartikulasikan pendekatannya dengan Tuhan. Ada batasan

tertentu dan kriteria standar yang harus ada dalam tiap-tiap tarekat yang Mu’tabarah.

Seorang ahli tarekat terbesar menerangkan bahwa sebenarnya terekat itu tidak terbatas

banyaknya, karena tarekat atau jalan kepada Allah itu sebanyak jiwa manusia. Maka dari

itu, tiap tarekat diakui sah ulama harus mempunyai lima dasar, yaitu:

a. Menuntut ilmu untuk dilaksanakan sebagai perintah Tuhan

b. Mendampingi guru dan teman setarekat untuk meneladani

c. Meninggalkan rukhsan dan ta’wil untuk kesungguhan


d. Mengisi semua waktu dengan doa dan wirid

e. Mengekangi hawa nafsu daripada berniat salah dan untuk keselamatan.

Jadi pada dasarnya, kekeluargaan tarekat terdiri dari syaikh, syaikh mursyid, mursyid,

murid, ribath (tempat latihan), kitab-kitab, baiat, metode/ajaran, dan silsilah. Dari unsur-

unsur di atas, salah satu yang menjadi kartu nama dan legitimasi sebuah tarekat adalah

silsilah. Silsilah ini menjadi tolok ukur sebuah tarekat itu mu’tabarah.[6] Silsilah tarekat

adalah nisbah hubungan guru terdahulu sambung menyambung antara satu sama lain

sampai kepada Nabi. Hal ini harus ada, sebab bimbingan keruhanian yang diambil dari

guru-guru itu harus benar-benar berasal dari Nabi. Kalau tidak demikian, berarti tarekat

itu terputus atau palsu, bukan warisan dari Nabi.

Demikianlah inti ajaran dari Tarekat Mu’tabarah yang walaupun mempunyai

perbedaan antar masing-masing tarekat, tapi ada medium yang menjadi inti ajaran

Tarekat Mu’tabarah. Lantas bagaimana dengan Tarekat Gairu Mu’tabarah, di manakah

letak perbedaan ajarannya dengan Tarekat Mu’tabarah?

Perbedaan antara Tarekat Mu’tabarah dan Gairu Mu’tabarah adalah silsilah (sanad)

syekh dan mursidnya. Pada awalnya tarekat itu adalah ajaran yang diturunkan oleh Allah

S.W.T. melalui malaikat-Nya kepada Nabi Muhammad S.A.W. yang kemudian diajarkan

lagi kepada sahabat hingga para syekh. Jika silsilah dari seorang syekh kepada

Rasulullah S.A.W. terputus, maka tarekat itu adalah gairu mu’tabarah.

Keterputusan silsilah ini ada dua makna yaitu;

 Silsilah syekh mursyid tarekat tidak bersambung kepada Rasulullah S.A.W.

 Silsilah syekh mursyid tarekat terdapat syekh yang tidak menerima ijazah

yalqin dari syekh sebelumnya atau syekh mursyid yang mengajarkan tarekat

tidak medapatkan izin talqin dari syekh sebelumnya.


Selain keterputusan hubungan syekh dengan Rasulullah S.A.W. kecenderungan lain

dari tarekat Gairu Mu’tabarah adalah sering tidak mengindahkan syariat dan mengedepankan

kebatinan seperti melihat alam gaib, ilmu kekebalan, dsb, yang tidak sering dengan makna

tarekat seperti yang ditegaskan oleh Syekh Muhammad Amin Al-Kurdi di dalam kitab

Tanwirul Qulub bahwa terekat itu menjalankan syariat (tauhid, fikih, dan tasawuf) dibawah

seorang Syekh Mursyid hingga mendapat derajat kehambaan.

c. Tarekat Mu’tabarah di Indonesia

Tarekat masuk di Indonesia awalnya pada abad ke-16 yang dibawa oleh Syekh Abd.

Karim dari Banten yang mengajarkan tarekat Qadiriyah. Meskipun demikian tarekat itu

banyak sekali, ada tarekat-tarekat yang merupakan induk, diciptakan oleh tokoh-tokoh

tasawuf aqidah, dan ada tarekat-tarekat yang merupakan perpecahan daripada tarekat

induk tersebut, yang sudah dipengaruhi oleh syeikh-syeikh tarekat yang

mengamalkannya. Dan diantara perpecahan tarekat-tarekat itu disusun dalam atau diberi

istilah-istilah yang sesuai dengan tempat perkembangannya. Dan dalam

perkembangannya di Indonesia sekarang, sudah tercatat ada 45 tarekat mu’tabarah, yaitu:

Rumiyah, Rifa’iyah, Sa’diyah, Bakriyah, Justiyah, Umariyah, Alawiyah, Abasiyah,

Zainiyah, Dasuqiyah, Akbariyah, Bayumiyah, Malamiyah, Ghoibiyah, Tijaniyah,

Uwaisiyah, Idrisiyah, Samaniyah, Buhuriyah, Usyaqiyah, Kubrowiyah, Maulawiyah,

Jalwatiyah, Baerumiyah, Ghozaliyah, Hamzawiyah, Hadadiyah, Mabuliyah, Sumbuliyah,

Idrusiyah, Usmaniyah, Syadziliyah, Sya’baniyah, Khalsyaniyah, Qodiriyah, Syatoriyah,

Khalwatiyah, Bakdasiyah, Syuhriyah, Ahmadiyah, ‘Isawiyah, Thuruqil Akabiril Auliya,

Qadariyah wa Naqsabandiyah, Khalidiyah wa Naqsabandiyah, Ahli Mulazamatil Qur’an

wa Sunnah wa Dalailil Khoiroti Wata’limi Fathil Qoribi, au Kifayatil Awam.

1. Tarekat Qadiriyah.
Tarikat Qadirish ini diambil dari nama pendirinya yaitu ‘Abd al- Qadir al Jilani.

Tarekat ini merupakan pelopor aliran-aliran di Dunia islam. Tarekat ini mulai tersebar

di Iraq dan Syuriah pada Abad ke-13 pada abad ke 15 berkembang di benu india dan

abad selanjutnya berkembang di Afrika utara, Turki, Asia Kecil seperti

Indonesia,dan Eropa Timur .

2. Tarekat SyÂdziliyah

Nama Tarekat ini juga tidak lepas dari nama pendirinya yaitu Abû al- Hasan

al-Syâdzilî, Tarekat ini mulai berkembang di Negara Tunisia, Mesir, Aljazair, Sudan,

Suriah, Semenanjung Arabia, dan Sampai di Indonesia Khususnya diwilayah Jawa

tengah dan Jawa timur.

3. Tarekat Naqsyabandiyah

Pendiri Tarekat ini adalah Muhammad bin Muhammad Baha’ al-Din al-

Uwaisi al Bukhari Naqsyabandi. Tarekat ini pertama kali berdiri di Asia Tengah

kemudian meluas ke-Turki, Syuriah,Afganistan, India dan kemudian berpengaruh ke

Indonesia Sekitar Abad 10-16 M.

4. Tarekat Khalwatiyah

Nama Khalwatiyah diambil dari nama seorang sufi ulama dan pejuang di

Makassar abad ke 17, yaitu syaikh Yusuf al- Makassari al-Khalwati,(tabarruk

terhadap Muhammad (nur) Al- Khalwati al- Khawa Rizmi (w. 751/1350)). Dan

perkambanganya di Indonesia.

5. Tarekat Syattâriyah

Tarekat ini la dinisbatbatkan kepada Syaikh’Abd Allah al-Syaththari, dan

penyebaran pertama kali yaitu di India sekitar abad ke-12-16an, kemudian di Melayu-

Indonesia dipopulerkan oleh Abdurrauf al-Sinkili (Aceh).

6. Tarekat Sammâniyah
Tarekat ini didirikan oleh Muhammad bin ‘Abd al-Kârim al-Madani al-Syâfî’î

al- Sammân. Menurut sejarahnya Tarekat ini memiliki pengikut massal di Nusantara

pada akhir abad ke-16 di Aceh, namun untuk sekarang tarekat ini sudah mulai

menghilang dinusantara.

7. Tarekat Tijâniyah

Tarekat ini didirikan oleh Syaikh Ahmad bin Muhammad al-Tijani, Tarekat ini

pertama berkembang di Negara Aljazair sekitar Abad ke 17an, kemudian berkembang

di Tunis, Mesir, Makkah, Madinah, Maroko, Fez, dan Abi Samgum.sedangkan di

Indonesia sendiri tarekat ini berkembang sejak kehadiran Syaikh ‘Ali bin ‘Abd Allah

al- Tayyib.

8. Tarekat Qadiriyyah dan Naqsyabandiyyah

Tarkat ini adalah sebuah gabungan dari terekat Qadiriyyah yang didirikan oleh

Syekh Abd Qadir Al jilani dan tarekat Naqsabandiyah yang didirikan oleh Syaikh

Ahmad Khatib Sambas. Sambas ini diambil dari nama sebuah kota di Pontianak.

Sedangkan penyebaranya di Indonesia dan diperkembangkan lagi sampai Asia

tenggara.

C. Kesimpulan

Tarekat itu awalnya dari Nabi yang menerima wahyu dari Allah, melalui malaikat Jibril.

Jadi semua Tarekat Mu’tabarah itu, sanad (silsilah)nya, muttasil (bersambung) sampai kepada

Nabi. Jadi apabila suatu tarekat silsilahnya tidak sampai kepada Nabi maka tarekat tersebut

adalah Gairu Mu’tabarah. Ukuran lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu

tarekat adalah pelaksanaan syari’at. Dalam semua Tarekat Mu’tabarah syari’at dilaksanakan

dengan benar.
Tarekat masuk di Indonesia awalnya pada abad ke-16 yang dibawa oleh Syekh Abd.

Karim dari Banten yang mengajarkan tarekat Qadiriyah. Di Indonesia sekarang, sudah

tercatat ada 45 tarekat mu’tabarah, yaitu: Rumiyah, Rifa’iyah, Sa’diyah, Bakriyah, Justiyah,

Umariyah, Alawiyah, Abasiyah, Zainiyah, Dasuqiyah, Akbariyah, Bayumiyah, Malamiyah,

Ghoibiyah, Tijaniyah, Uwaisiyah, Idrisiyah, Samaniyah, Buhuriyah, Usyaqiyah, Kubrowiyah,

Maulawiyah, Jalwatiyah, Baerumiyah, Ghozaliyah, Hamzawiyah, Hadadiyah, Mabuliyah,

Sumbuliyah, Idrusiyah, Usmaniyah, Syadziliyah, Sya’baniyah, Khalsyaniyah, Qodiriyah,

Syatoriyah, Khalwatiyah, Bakdasiyah, Syuhriyah, Ahmadiyah, ‘Isawiyah, Thuruqil Akabiril

Auliya, Qadariyah wa Naqsabandiyah, Khalidiyah wa Naqsabandiyah, Ahli Mulazamatil

Qur’an wa Sunnah wa Dalailil Khoiroti Wata’limi Fathil Qoribi, au Kifayatil Awam.

D. Daftar Pustaka

1] Taufik Abdullah et.al, “Tarekat”, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, vol. 3, 2002, hlm.

317.

[2] H.M. Amin Syukur, Tasawuf Kontekstual “Solusi Problem Manusia Modern”, Pustaka,

Yogyakarta, cet. I, 2003, hlm. 45-46.

[3] Taufik Abdullah et.al, Op.Cit, hlm. 318.

[4] Jam'iyyah Ahli Thariqah Mu’tabarah, Konggres ke V, Madiun, 2-5 Agustus, 1975, hlm.

[5] Taufik Abdullah et.al, op. cit.

[6] Moh. Saifulloh al-Aziz Senali, Risalah Memahami Ilmu Tashawwuf, Terbit Terang,

Surabaya, 1998, hlm. 59.

Anda mungkin juga menyukai