Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam mempelajari Akhlak Tassawuf kita harus mengetahui apa itu
“Toriqoh”. Toriqoh berarti “jalan” atau “metode”, dan mengacu pada aliran keagaman
tasawuf atau sufisme dalam islam.
       Toriqoh secara konseptual terkait dengan haqiqah atau “kebenaran sejati”, yaitu
cita-cita ideal yang ingin dicapai oleh para pelaku aliran tersebut. Seorang penuntut
ilmu agama akan memulai pendekatannya dengan mempelajari hukum islam, yaitu
praktik eksoteris atau duniawi islam, dan kemudian berlanjut pada jalan pendekatan
mistis keagamaan yang berbentuk tariqah. Melalui praktik spiritual dan bimbingan
seorang pemimpin tariqah, calon penghayat tarekat akan berupayah untung mencapai
haqiqah (hakikat, atau kebenaran haqiqi).
       Pada era sekarang akhlak tassawuf pada saat ini semakin di rasakan oleh
masyarakat. Secara historis dan teologis Akhlak Tassawuf mengawal dan memandu
perjalanan hidup umat manusia agar selamat dunia dan akhirat.
       Kepada umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah diminta agar
akhlak dan keluhuran budi Nabi Muhammad SAW di jadikan contoh dalam
kehidupan di berbagai bidang. Mereka yang mematuhi permintaan ini dijamin
keselamatan hidupnya di dunia dan akhirat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari toriqoh?
2. Apa saja macam-macam toriqoh?
3. Apa saja toriqoh yang ada di Indonesia?
4. Siapa saja toko-toko toriqoh?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian toriqoh.
2. Untuk mengetahui macam-macam toriqoh.
3. Untuk mengetahui toriqoh yang ada di Indonesia.
4. Untuk mengetahui tokoh-tokoh toriqoh.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TORIQOH
                Kata Toriqoh di ambil dari bahasa arab, yaitu yang secara etimologis berarti
jalan, metode atau tata cara. Adapun toriqoh dalam terminologis (pengertian) ulama
sufi ; yang dalam hal ini akan saya ambil definisi tarekat menurut Syekh Muhammad
Amin al-Kurdi al-Irbili al-Syafi al-Naqsyabandi, dalam kitab Tanwir al- Qulub-nya:
Toriqoh adalah beramal dengan syariat dengan mengambil/memilih yang azimah
(berat) daripada yang rukhshoh (ringan), menjauhkan diri dari mengambil pendapat
yang mudah pada amal ibadah yang tidak sebaiknya dipermudah, menjauhkan diri
dari semua larangan syariat lahir dan batin, melaksanakan semua perintah Allah SWT
semampunya, meninggalkan semua larangan-Nya baik yang haram, makruh atau
mubah yang sia-sia, melaksanakan semua ibadah fardlu dan sunah, yang semuamnya
ini di bawah arahan, naungan dan bimbingan seorang guru/syekh/mursyid yang arif
yang telah mencapai maqamnya (layak menjadi seorang Syekh/Mursyid).
Dari definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa toriqoh adalah beramal
dengan syariat Islam secara azimah (memilih yang berat walau ada yang ringan,
seperti rokok ada yang berpendapat haram dan makruh, maka lebih memilih yang
haram) dengan mengerjakan semua perintah baik yang wajib atau sunah,
meninggalkan larangan baik yang haram atau makruh bahkan menjauhi hal-hal yang
mubah (boleh secara syariat) yang sia-sia (tidak bernilai manfaat, minimal manfaat
duniawiah).
Dengan bimbingan dari seorang mursyid/guru guna menunjukan jalan yang
aman dan selamat untuk menuju Allah (ma’rifatullah). Posisi guru di sini adalah
seperti seorang guide yang hafal jalan dan pernah melalui jalan itu sehingga jika kita
dibimbingnya akan dipastikan kita tidak akan tersesat jalan dan sebaliknya jika kita
berjalan sendiri dalam sebuah tujuan yang belum diketahui maka kemungkinan besar
kita akan tersesat. Namun mursyid dalam tarekat tidak hanya membimbing secara
lahiriah saja, tapi juga secara batiniah bahkan juga berfungsi sebagai mediasi antara
seorang murid/salik dengan Rasulullah SAW dan Allah SWT.
Tasawuf dapat dipraktekkan dalam setiap keadaaan di mana manusia
menemukan dirinya, dalam kehidupan tradisional maupun modern. Toriqoh adalah
salah satu wujud nyata dari tasawuf. Ia lebih bercorak tuntunan hidup praktis sehari-

2
hari daripada corak konseptual yang filosofis. Jika salah satu tujuan tasawuf adalah al-
Wushul ila Allah SWT (sampai kepada Allah) dalam arti ma’rifat, maka toriqoh
adalah metode, cara atau jalan yang perlu ditempuh untuk mencapai tujuan tasawuf
tersebut.
Toriqoh berarti jalan seorang salik (pengikut tarekat) menuju Tuhan dengan
cara menyucikan diri, atau perjalanan yang ditempuh oleh seseorang untuk
mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Tuhan. Orang yang bertarekat harus
dibimbing oleh guru yang disebut mursyid (pembimbing) atau Syaikh. Syaikh atau
mursyid inilah yang bertanggung jawab terhadap murid-muridnya dalam kehidupan
lahiriah serta rohaniah dan pergaulan sehari-hari. Bahkan ia menjadi perantara
(washilah) antara murid dan Tuhan dalam beribada.
Karena itu, seorang Syaikh haruslah sempurna dalam ilmu syariat dan hakekat.
Di samping itu, untuk (dapat) wenjadi guru, ustadz atau Syaikh diperlukan syarat-
syarat tertentu yang mencerminkan sikap orang tua yang berpribadi akhlak karimah
dan budi pekerti yang luhur.

3
B. MACAM-MACAM TORIQOH
Ada 2 macam tarekat yaitu Toriqoh wajib dan Toriqoh sunah :
1. Toriqoh Wajib
Toriqoh wajib yaitu amalan-amalan wajib, baik fardhu ain dan fardhu
kifayah yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. Toriqoh wajib yang utama
adalah mengamalkan rukun Islam. Amalan-amalan wajib ini insya Allah akan
membuat pengamalnya menjadi orang bertaqwa yang dipelihara oleh Allah.
Toriqoh wajib ini sudah ditentukan oleh Allah s.w.t melalui Al-Quran dan Al-
Hadis.
Contoh amalan wajib yang utama adalah shalat, puasa, zakat, haji. Amalan
wajib lain antara lain adalah menutup aurat , makan makanan halal, bersedekah
dan lain sebagainya.

2. Toriqoh Sunah
Toriqoh sunnah yaitu kumpulan amalan-amalan sunah yang diarahkan
sesuai dengan syarat ibadah untuk membuat pengamalnya menjadi orang
bertaqwa. Tentu saja orang yang hendak mengamalkan toriqoh sunnah hendaklah
sudah mengamalkan toriqoh wajib. Jadi toriqoh sunnah ini adalah tambahan
amalan-amalan di atas toriqoh wajib. Toriqoh sunah ini disusun oleh seorang guru
mursyid untuk diamalkan oleh murid-murid dan pengikutnya. Hal-hal yang dapat
menjadi isi tarekat sunat ada ribuan jumlahnya, seperti shalat sunat, membaca Al
Qur’an, puasa sunat, wirid, zikir dan lain sebagainya.

4
C. TORIQOH YANG ADA DI INDONESIA
Masuknya toriqoh ke Indonesia bersama dengan masuknya Islam ketika
wilayah Nusantara masih terdiri dari kerajaan-kerajaan melalui perdagangan dan
kegiatan dakwah. Sumber-sumber Cina menyebutkan ada pembangunan pemukiman
Arab dan boleh jadi pemukiman Muslim di pesisir barat Sumatera pada tahun 54
H/674 M. Wilayah ini merupakan rute perdagangan penting Arab dan Cina, serta
pelabuhan strategis bagi pedagang Arab, India dan Persia. Meskipun  begitu, kegiatan
dakwah baru terjadi peningkatan pada awal abad 8 H/14 M yang dilakukan oleh kaum
sufi dan terus menguasai seluruh kepulauan dalam abad berikutnya. Contohnya
kegiatan dakwah di Aceh yang melahirkan tokoh-tokoh seperti: Hamzah Al Fanshuri,
Syams Al-Din Al-Sumatrani, Nur Al-Din Al-Raniri dll.
Adapun toriqoh yang berkembang di Indonesia cukup banyak diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Toriqoh Qadiriyah
Toriqoh ini didirikan oleh Syekh Abdul Qadir Al- jailani (470 - 561H/
1077 – 1166 M) yang berasal dari daerah Jilandi Persi dan hidup di Baghdad.
Toriqoh Qadiriyah berpengaruh di dunia timur seperti aceh, sumatera barat
bahkan sampai ke tiongkok. Kehadiran toriqoh ini di Indonesia karena di bawa
oleh Hamzah Fansuri dan Syamsuddin as-Sumatrani.
Pengaruh pendiri toriqoh Qadiriyah ini sangat banyak meresap dihati
masyarakat yang dituturkan lewat bacaan manaqib. Tujuan dari bacaan
manaqib itu ialah mengingat kebesarannama Syekh Abdul Qadir Al-jailani yang
terkenal seorang Waliyullah. Selain dari bacaan manaqib toriqoh Qadiriyah
mempunyai zikir dan wirid serta ajaran-ajaran lain yaitu: taubat, zuhud, tawakal,
syukur,  ridha, jujur.
Pada dasarnya ajaran Tarekat Qadiriyah ini tidak ada perbedaan yang
mendasar dengan ajaran pokok Islam, terutama golongan Ahlusunnah wal
jama’ah. Sebab, Syaikh ‘Abdul Qadir adalah orang yang sangat mengahargai para
pendiri mazhab fikih yang empat dan teologi Asy’ariyah. Dia sangat menekankan
pada tauhid dan akhlak yang terpuji. Akidah tarekat ini-pun adalah ittiba’
(mengikuti tuntunan Rasulullah), bukan ibtida’(berbuat bid’ah), serta
berkomitmen dengan al-Quran dan Sunnah dlam segala hal. Selain itu juga Syaikh
Abdul Qadir telah meletakkan tujuh dasar bagi tarekatnya: mujāhadah, tawakal,

5
akhlak yang baik, syukur, ridha, dan benar (jujur). Beliau meminta para murīd-nya
untuk menjaga dan berkjalan di atas dasar-dasar tersebut.
a. Mujāhadah – Mujāhadah ini berdasarkan firman Allah Swt QS.
Al-‘Ankabut:69
Pokok pada mujahadah adalah melawan hawa nafsu dan
mengendalikannya dengan takwa dan takut kepada Allah. Mujahadah tidak
akan sempurna tanpa murāqabah, yakni beribadah kepada Allah seolah-olah
melihat-Nya, meski kita tidak dapat melihat-Nya, tapi Dia melihat semua
gerak-gerik kita. Murāqabah tidak akan sempurna tanpa empat makrifat:
1) Makrifat kepada Allah;
2) Makrifat kepada Musuh Allah, yaitu Iblis;
3) Makrifat kepada nafsu yang menyruh kepada kejahatan;
4) Makrifat terhadap amal karena Allh Swt., yakni melakukan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya.
b. Tawakal
Tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah dan
membersihkan diri dari gelapnya pilihan , tunduk dan patuh kepada hukum
dan takdir. Sehingga dia yakin bahwa tidak ada perubahan dalam bagian, apa
yang merupakan bagiannya tidak akan hilang dan apa yang tidak ditakdirkan
untuknya tidak akan diterima. Maka hatinya merasa tenang karenannya dan
merasa nyaman dengan janji Tuhannya.
c. Akhlak yang baik
Akhlak yang baik adalah perilaku uatama seorang hamaba. Akhlak yang
baik kepada Allah adalah melaksankan segala peintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya, selalu mentaati-Nya dalam segala hal, menerima segla
takdir yang diberikan oleh-Nya, selalu mengesakan-Nya, dan memercayai
segala janji-Nya.
d. Syukur
Hakikat sykur menurut Syiakh Abdul Qadir Jaliani adalah mengakui
nikmat Allah karena Dia-lah pemilik karunia dan pemberian sehingga hati
mengakui bahwa segala nikmat berasal dari Allah dan patuh kepada syari’at-
Nya. Dengan demikian, syukur adalah pekerjaan hati dan anggota badan.
e. Ridha

6
Ridaha adalah kebahagiaan hati dalam menerima ketetapan (takdir).
Secara umum para Sālik berpendapat bahwa orang yang ridha adalah orang
yangg menerima ketetapan Allah dengan berserah diri, pasrah tanpa
menunjukkan penentangan terhadap apa yang dilakukan oleh Allah.
Kemudian Rasulullah bersabda .”yang akan merasakan manisnya iman
adalah orang yang Ridha Allah menjadi Tuhannya, Islam menajdi agamanya,
dan Muhammad menjadi Rasulnya” . tidak diragukan lagi bahwa ridha dapat
menentrakan jiwa manusia dan memasukkan faktor kebahgiaan dan
kelembutan di dalamnya.
f. Jujur
Kejujuran merupakan derajat kesempurnaan manusia yang tertinggi dan
seseorang tidak akan berlaku jujur, kecuali jika dia memilki jiwa yang baik,
hati yang bersih, pandangan yang lurus, sifat yang mulia, lidah yang bersuh,
dan hati yang dihiasi dengan keimanan, keberanian dan kekuatan. Syaikh
Abdul Qadir Jailani mengutip ayat Al-Quran untuk menjelaskan pentingnya
sikap jujur ini dilaksanakan, “hai orang-ornag yang beriman bertakwalah
kamu kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-ornag yang benar. (at-
Taubah:119)
g. Taubat
Taubat adalah kembali kepada Allah dengan mengurai ikatan dosa yang
terus menerus dari hai kemudian melaksankan setiap hak Tuhan. Syaikh
Abdul Qadir menganggap taubat bagaikan air yang menghilangkan dosa dan
kotoran maksiat. Taubat ini sangat dianjurkan kepada setiap orang mukmin
sebagimana firman Allh “dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah hai
orang-orang yang beriman supoaya kamu beruntung”. Menurut beliau, taubat
itu ada dua macam, yaitu:
1. Taubat yang berkaitan dengan hak sesama manusia. Taubat ini tidak
terealisasi, kecuali dengan menghindari kezaliman, memberikan hak kepada
yang berhak, dan mengembalikan kepada pemiliknya.
2. Taubat yang berkaitan dengan Allah. Taubat ini dilakukan dengan cara
selalu mengucapkan istighfar dengan l;isan, menyesal dalam hati, dan bertekad
untuk tidak mengulanginya lagi di masa mendatang.

7
2. Toriqoh Khalwatiyah
Toriqoh Khalwatiyah dinisbatkan dengan nama pendirinya oleh Syekh
Yusuf Al-Khalwati yang dibawakan dan disebarkan pada tahun 1670. Nama
khalwatiyah diambil dari nama seorang sufi, ulama dan pejuang Makassar abad
ke-17, Sekarang terdapat dua cabang terpisah dari toriqoh ini yang hadir bersama
yaitu: Toriqoh khalwatiyah yusuf dan Toriqoh khalwatiyah samman.
Toriqoh khalwatiyah yusuf berdzikir dalam hati sedangkan Toriqoh
khalwatiyah samman berdzikir dengan suara keras. Toriqoh khalwatiyah samman
sangat terpusat, semua gurunya tunduk kepada pimpinan pusat di maros (Sulsel),
sedangkan Toriqoh khalwatiayh yusuf tidak mempunyai pimpinan pusat. Cabang-
cabang lokal Toriqoh khalwatiyah samman sering kali memiliki tempat ibadah
sendiri (mushalla, langgar) dan cenderung mengisolasi diri dari pengikut Toriqoh
lain, sementara pengikut khalwatiyah yusuf tidak mempuyai tempat ibadah khusus
dan  bebas bercampur dengan masyarakat yang tidak menjadi anggota Toriqoh.
Anggota Toriqoh khalwatiyah yusuf banyak berasal dari kalangan
bangsawan makassar termasuk penguasa kerajaan gowa terakhir andi ijo sultan
Muhamad abdul kadir aidid (berkuasa 1940-1960). Toriqoh khalwatiyah samman
lebih merakyat baik dalam hal gaya maupun komposisi sosial, sebagian  besar
pengikutnya orang desa.
Adapun ajaran dasar Toriqoh ini adalah sebagai berikut :
a. Yaqza, kesadaran akan dirinya sebagai makhluk yang hina di hadapan Allah
SWT.
b. Taubah, memohon ampunan atas segala dosa.  Muhasabah, introspeksi diri.
c. Inabah, berhasarat kembali kepada allah.
d. Tafakkur, merenung tentang kebesaran allah.
e. I’tisam, selalu bertindak sebagai khalifah allah di bumi.
f. Firar, lari dari kehidupan jahat dan keduniawian yang tidak berguna
g. Riyadah, melatih diri dengan beramal sebanyak-banyaknya.
h. Tasyakur, selalu bersyukur kepada Allah dengan mengabdi dan memuji-Nya.
i. Sima’, mengonsentrasikan seluruh anggota tubuh dalam mengikuti perintah-
perintah             Allah,  terutama pendengaran. Murid harus tawajjuh, yaitu

8
murid bertemu dan          menerima pelajaran-pelajaran dasar khusus dari guru
secara berhadap-hadapan.

3. Toriqoh Naqsabandiyah
Pendiri Toriqoh ini adalah Syekh Baha’uddin Muhammad bin Muhammad
al-Uwaisy al Bukhari al-Naqsyabandy. Menurut para ahli, Toriqoh naqsabandi
berasal dari kata naqsabandi yang berarti “Lukisan”, karena Syekh Baha’uddin
ahli dalam lukisan terutama tentang kehidupan alam ghaib. Penyebaran Toriqoh
Naqsyabandiyyah di Indonesia dapat dilihat dalam ungkapan Bruinessen berikut:
“Toriqoh Naqsyabandiyyah mula-mula muncul di Indonesia dalam paruh
kedua abad ke-17 dan orang pertama yang diketahui mengamalkan Toriqoh ini
ialah Syekh Yusuf Makassar. Sejak Syekh Yusuf di Sulawesi Selatan tampaknya
Toriqoh ini telah diamalkan orang walaupun mungkin hanya oleh sebahagian kecil
penduduk di banten, Toriqoh ini diperkenalkan kurang lebih  bersamaan waktunya
dan tampaknya mendapat tempat terhormat dikalangan terpelajar. Seorang guru
dari Banten menyebarkan Toriqoh ini ke daerah Bogor dan Cianjur, kedua tempat
ini mengangkat khalifah. Belakangan Toriqoh ini di temukan di Jawa Tengah
dalam semua kasus ini tampaknya Toriqoh Naqsyabandiyyah telah berpadu
dengan satu atau lebih. Toriqoh  Naqsyabandiyyah juga mempunyai pengikut di
Aceh, mungkin dalam hubungannya dengan Toriqoh Syattariyah”.
Adapun ajaran dasar Toriqoh ini yaitu: berpegang teguh dengan akidah
ahli sunnah, meninggalkan rukhshah, Tetap berhadapan dengan Tuhan, Senantiasa
berpaling dari kemegahan dunia, menghasilkan malakah hudur (kemampuan
menghadirkan Tuhan dalam hati), menyendiri di tengah-tengah ramai serta
menghiasi diri dengan hal-hal yang memberi faedah, mengambil faedah dari
semua ilmu-ilmu agama, berpakaian dengan pakaian orang-orang mukmin biasa,
zikir tanpa suara, Berakhlak dengan akhlak Nabi Muhammad SAW dll.
4. Toriqoh Al-Idrisiyyah
Toriqoh Al-Idrisiyyah yang dikenal di Indonesia adalah Toriqoh yang
dibawa oleh Syekh al-Akbar Abdul Fattah pada tahun 1930, yang sebelumnya
bernama Toriqoh Sanusiyyah. Syekh al-Akbar Abdul Fattah menerimanya dari
Syekh Ahmad Syarif as-Sanusi al-Khathabi al-Hasani di Jabal Abu Qubais,
Mekah. Saat ini kepemimpinan Toriqoh Al-Idrisiyyah diteruskan oleh Syekh

9
Muhammad Fathurahman, MAg. Toriqoh ini menekankan aspek lahir dan batin
dalam ajarannya.
Penampilan lahiriyyah ditunjukkan oleh penggunaan atribut dalam
berpakaian. Kaum laki-laki berjenggot, berghamis putih, bersurban, dan
berselendang hijau. Sedangkan kaum wanitanya mengenakan cadar hitam.
Jama'ahnya menjauhi perkara haram dan makruh seperti merokok. Adapun dalam
aspek peribadatannya senantiasa mendawamkan salat berjama'ah termasuk salat
sunnahnya. Sujud syukur setelah salat fardhu dikerjakan secara istiqamah.
Toriqoh Al-Idrisiyyah lebih dikenal di Malaysia daripada di Indonesia, karena
banyak berafiliasi dengan Toriqoh lain (seperti TQN).
Ada Toriqoh Qadiriyyah Idrisiyyah atau Ahmadiyyah al-Idrisiyyah. Nama
Ahmadiyyah diambil dari nama depan Syekh Ahmad bin Idris. Ketika masuk ke
Indonesia, karena alasan politis nama Toriqoh Sanusiyyah berganti dengan nama
Idrisiyyah. Mengingat pergerakan Sanusiyyah saat itu telah dikenal oleh para
penjajah Barat.
Kebiasaan dzikir yang biasa dilakukan oleh jama'ah Al-Idrisiyyah adalah
di setiap waktu ba'da Maghrib hingga Isya dan ba'da Shubuh hingga Isyraq.
Pelaksanaan dzikir di Tarekat ini dilakukan dengan jahar (suara nyaring), diiringi
lantunan shalawat (kadang-kadang dalam moment tertentu dengan musik). Kitab
panduan Awrad dzikirnya bernama 'Hadiqatur Riyahin' yang merupakan
khulashah (ringkasan) awrad pilihan (utama) dari berbagai amalan (awrad) Syekh
Ahmad bin Idris dan Sadatut Thariqah lainnya. Awrad wajib harian seorang murid
Idrisiyyah adalah:

1. Membaca Al-Quran satu Juz.


2. Membaca Itighfar Shagir 100 kali.
3. Membaca Dzikir Makhshush 300 kali: Laa Ilaaha Illallaah Muhammadur
Rosulullah fii kulli lamhatiw wanafasin 'adada maa wasi'ahuu 'ilmullah.
4. Membaca Sholawat Ummiyyah 100 kali
5. Membaca Yaa Hayyu Yaa Qoyyuum 1000 kali.
6. Membaca Dzikir Mulkiyyah 100 kali: Laa Ilaaha illallaahu wahdahuu laa
syariikalah, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiitu wahuwa 'alaa kulli
syay-in qodiir.
7. Memelihara Ketaqwaan.

10
Awrad tambahan untuk bertaqaarub kepada Allah adalah menunaikan
salat tahajjud dan membaca Sholawat 'Azhimiiyyah sebanyak 70 kali sesudah
ba'da Shubuh hingga terbit Fajar.

5. Toriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah


Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah atau Thoriqoh Qoodiriyah
Naqsyabandiyah adalah perpaduan dari dua buah Toriqoh besar, yaitu Thariqah
Qadiriyah dan Thariqah Naqsabandiyah yang didirikan oleh Syaikh Achmad
Khotib Al-Syambasi di Makkah pada awal abad ke-13 hijrah/ abad ke-19 M dan
termasuk Toriqoh yang mu'tabarah (diakui keabsahannya).
Pendiri Toriqoh baru ini adalah seorang Syekh Sufi besar yang saat itu
menjadi Imam Masjid Al-Haram di Makkah al-Mukarramah, Syaikh Achmad
Khotib Al-Syambasi al-Jawi (w.1878 M). Dia adalah ulama besar nusantara yang
tinggal sampai akhir hayatnya di Makkah. Syaikh Achmad Khotib Al-Syambasi
adalah mursyid Thariqah Qadiriyah. Sebagai seorang mursyid yang kamil
mukammil Syaikh Achmad Khotib Al-Syambasi sebenarnya memiliki otoritas
untuk membuat modifikasi tersendiri bagi Toriqoh yang dipimpinnya.
Karena dalam tradisi thariqoh Qadiriyah memang ada kebebasan untuk itu
bagi yang telah mempunyai derajat mursyid. Karena pada masanya telah jelas ada
pusat penyebaran Thariqah Naqsabandiyah di kota suci Makkah maupun di
Madinah, maka sangat dimungkinkan dia mendapat bai'at dari tarekat tersebut.
Kemudian dia menggabungkan inti ajaran kedua tarekat tersebut, yaitu Thariqoh
Qadiriyah dan Thariqah Naqsabandiyah dan mengajarkannya kepada murid-
muridnya, khususnya yang berasal dari Indonesia.

Ajarah Ahmad Khatib Sambas hingga saat ini dapat dikenali dari karya
Fathul Arifin yang merupakah notulensi dari ceramah-ceramahnya yang ditulis
oleh salah seorang muridnya, Muhammad Ismail bin Abdurrahim. Notulensi ini
dibukukan di Makkah pada tahun 1295 H. Kitab ini memuat tentang tata cara,
baiat, talqin,zikir, muqarobah dan silsilah Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah.

Penggabungan inti ajaran kedua tarekat tersebut adalah karena


pertimbangan logis dan strategis. Kedua tarekat tersebut memiliki inti ajaran yang
saling melengkapi, terutama jenis dan metode dzikirnya. Di samping keduanya
memiliki kecenderungan yang sama, yaitu sama-sama menekankan

11
pentingnya syari'at dan menentang paham Wihdatul Wujud, Thariqah Qadiriyah
mengajarkan Dzikir Jahar Nafi Itsbat, sedangkan Thariqah Naqsabandiyah
mengajarkan Dzikir Sirri Ism Dzat. Dengan penggabungan kedua jenis tersebut
diharapkan para muridnya akan mencapai derajat kesufian yang lebih tinggi,
dengan cara yang lebih mudah atau lebih efektif dan efisien. Dalam kitab Fath
al-'Arifin, dinyatakan tarekat ini tidak hanya merupakan penggabungan dari dua
thorekat tersebut.

Karena yang diutamakan adalah ajaran Tarekat Qadiriyah dan Tarekat


Naqsyabandiyah, maka tarekat tersebut diberi nama Thariqah Qadiriyah
Naqsabandiyah. Disinyalir tarekat ini belum berkembang di kawasan lain (selain
kawasan Asia Tenggara), meskipun secara personal para penganutnya sudah
tersebar di hampir seluruh penjuru dunia.

Penamaan tarekat ini tidak terlepas dari sikap tawadlu dan ta'dhim Syaikh


Achmad Khotib Al-Syambasi terhadap pendiri kedua tarekat tersebut. Dia tidak
menisbatkan nama tarekat itu kepada namanya. Padahal kalau melihat modifikasi
ajaran yang ada dan tata cara ritual tarekat itu, sebenarnya layak kalau ia disebut
dengan nama Tarekat Khathibiyah atau Sambasiyah, karena memang tarekat ini
adalah hasil ijtihadnya.

Sebagai suatu mazhab dalam tasawuf, Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah


memiliki ajaran yang diyakini kebenarannya, terutama dalam hal-hal kesufian.
Beberapa ajaran inti dalam tarekat ini diyakini paling efektif dan efisien untuk
menghantarkan pengamalnya kepada tujuan tertinggi yakni Allah swt. Ajaran
sufistik dalam tarekat ini selalu berdasarkan pada Al-Qur'an, Al-Hadits, dan
perkataan para 'ulama arifin dari kalangan Salafus shalihin. Setidaknya ada empat
ajaran pokok dalam tarekat ini, yaitu tentang kesempurnaan suluk, adab(etika),
dzikir, dan muraqabah.

6. Toriqoh Samaniyah
Toriqoh Sammaniyah merupakan salah satu cabang dari Toriqoh
Syadziliyah yang didirikan oleh Syeh Abul Hasan Asy Syadzili (w. 1258). Pendiri
Toriqoh Sammaniyah adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Karim As-Samani Al-
Hasani Al-Madani (1718-1775 M).

12
Toriqoh ini berhasil membentuk jaringan yang sangat luas dan mempunyai
pengaruh besar di kawasan utara Afrika, yaitu dari Maroko sampai ke Mesir.
Bahkan, memperoleh pengikut di Suriah dan Arabia. Aliran tarekat ini lebih
banyak menjauhkan diri dari pemerintahan dan penguasa serta lebih banyak
memihak kepada penduduk setempat, di mana tarekat ini berkembang luas. Salah
satu negara Afrika yang banyak memiliki pengikut Tarekat Sammaniyah adalah
Sudan. Tarekat ini masuk ke Sudan atas jasa Syaikh Ahmad At-Tayyib bin Basir
yang sebelumnya belajar di Makkah sekitar tahun 1800-an.
Ciri-ciri Tarekat Sammaniyah adalah berzikir La llaha Illa Allah dengan
suara yang keras oleh para pengikutnya. Dalam mewiridkan bacaan zikir, para
murid Tarekat Sammaniyah biasa melakukannya secara bersama-sama pada
malam Jumat di masjid-masjid atau mushala sampai tengah malam.

Selain itu, ibadah yang diamalkan oleh Syekh Muhammad bin Abdul Karim
as-Samani adalah shalat sunah Asyraq (setelah Subuh) dua rakaat, shalat sunah
Dhuha sebanyak 12 rakaat, memperbanyak riyadhah (melatih diri lahir batin untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT), dan menjauhkan diri dari kesenangan
duniawi.

Berikut adalah beberapa ajarannya yang terkenal. Pertama, memperbanyak


shalat dan zikir. Kedua, bersikap lemah lembut kepada fakir miskin. Ketiga, tidak
mencintai dunia. Keempat, menukarkan akal basyariyah (kemanusiaan) dengan
akal rabbaniyah (ketuhanan). Kelima, menauhidkan Allah SWT, dalam zat dan
sifat.

7. Toriqoh Shiddiqiyyah
Toriqoh Shiddiqiyyah adalah salah satu dari 44 Toriqoh dalam agama
Islam yang saat ini ada dan berkembang di dunia. Toriqoh Shiddiqiyyah sekarang
ini di luar Indonesia sudah punah, dan satu-satunya di dunia hanya terdapat di
Indonesia yang berpusat di Ploso-Jombang, Jawa Timur.
Thoriqoh Shiddiqiyyah berfaham Tasawuf. Yang dimaksud faham tasawuf
adalah faham kebersihan jiwa. Orang-orang Shiddiqiyyah adalah orang-orang
Tasawuf, orang-orang yang selalu menjaga kebersihan jiwanya. Jiwa harus dijaga
dan dibersihkan dari sifat-sifat yang kotor, tercela, tak terpuji, dan diisi dengan
sifat-sifat suci, bersih, terpuji.

13
Dan jiwa yang suci, bersih, terpuji itu harus dihayati, diresapi sampai
menjadi kenyataan di dalam pergaulan sehari-hari, di masyarakat. Tanpa
memiliki jiwa yang suci, bersih dan terpuji, tak mungkin kita bisa dekat, kenal
dan taqwa kepada Alloh, meskipun Dzikrulloh kita kerjakan sebanyak-
banyaknya, tersebut di dalam al Qur’an Maka diilhamkan kepadanya sifat Fujur
dan sifat Taqwa, sungguh beruntung orang yang membersihkan jiwanya.
Pelajaran-pelajaran di dalam Thoriqoh Shiddiqiyyah, secara garis besar dibagi
dua :
a. Pelajaran Habluminalloh, yaitu pelajaran pokok yang cara mengajarkannya
disebut Baiat. Yaitu: Baiat Dzikir Jahar-Nafi Isbat, Baiat Dzikir Sirri-Ismu
Dzat, Baiat Thobib dan Baiat Fatihah.
b. Pelajaran Habluminannas, yaitu pelajaran tambahan yang cara
mengajarkannya disebut ijazah atau bimbingan. Contohnya amalan Salamun,
amalan Surat Iqro 1-5, amalan wa alafa dan lain-lainya.
Cara Menuntut Ilmu dalam Thoriqoh Shiddiqiyyah
Untuk mendapatkan Ilmu di dalam Thoriqoh Shiddiqiyyah ditempuh Melalui Dua
Jalur, yaitu:
a. Jalur Mujahadah sendiri, yaitu dengan cara mengerjakan baiat-an atau
pelajaran yang sudah kita dapatkan dari Shiddiqiyyah secara Istiqomah.
b. Jalur Shillaturrohmi ke sesama warga, ke para kader dan terutama adalah ke
para Kholifah, dan kalau memungkinkan langsung pada beliau Mursyid
Shiddiqiyyah untuk menempuh kelanjutan ilmu-ilmu yang sudah kita miliki.
Didalam thoriqoh shiddiqiyyah para murid-murid dengan segenap hati
melaksanakan kesanggupan yang dikenal dengan delapan kesanggupan.
a. Sanggup Taat Kepada Alloh Ta'ala, Bakti Kepada Allah Ta'ala.
b. Sanggup Taat Kepada Rosululloh, Bakti Kepada Rosululloh.
c. Sanggup Taat Bakti Kepada Orang Tua ( Ibu – Bapak ).
d. Sanggup Bakti Kepada Sesama Manusia.
e. Sanggup Bakti Kepada Negara Republik Indonesia (Untuk warga negara
Indonesia).
f. Sanggup Cinta Tanah Air Indonesia (Untuk warga negara Indonesia).
g. Sanggup Mengamalkan Thoriqoh Shiddqiyyah.
h. Sanggup Menghargai Waktu.

14
8. Toriqoh Syadziliyah
Toriqoh Syadziliyah adalah Toriqoh Islam yang dipelopori oleh Syekh
Abul Hasan Asy-Syadzili (571-656) H/ (1197 - 1258) M yang berkembang di
Indonesia. Toriqoh Syadziliyah adalah Toriqoh yang dipelopori oleh Syekh Abul
Hasan Asy-Syadzili. Nama Lengkapnya adalah Abul Hasan Asy Syadzili al-
Hasani bin Abdullah Abdul Jabbar bin Tamim bin Hurmuz bin Hatim bin Qushay
bin Yusuf bin Yusya' bin Ward bin Baththal bin Ahmad bin Muhammad bin Isa
bin Muhammad anak pemimpin pemuda ahli surga dan cucu sebaik-baik manusia:
Abu Muhammad Hasan bin Ali bin Abi Thalib r.a dan Fatimah al-Zahra binti
Rasulullah SAW.
Menurut K. H. Aziz Masyhuri  ajaran-ajaran dan amalan dalam tarekat
Syadziliyah adalah sebagai berikut:

a. Istighfar. Maksud dari istighfar adalah memohon ampun kepada Allah dari
segala dosa yang telah dilakukan seseorang. Esensi istighfar adalah tobat dan
kembali kepada Allah, kembali dari hal-hal yang tercela menuju hal-hal yang
terpuji.
b. Shalawat. Nabi Membaca shalawat Nabi Muhammad SAW dimaksudkan
untuk memohon rahmat dan karunia bagi Nabi SAW agar pembacanya juga
mendapatkan balasan limpahan rahmat dari Allah SWT.
c. Dzikir. Dzikir adalah perintah Allah pertama kali yang diwahyukan melalui
malaikat Jibril kepada Muhammad, ketika ia menyepi (khalwat) di gua Hira’.
Dzikir yang diamalakan ahli tarekat Syadziliyah adalah dzikir nafi itsbat yang
berbunyi “la ilaha illa Allah”, dan diakhiri dengan mengucapkan “Sayyiduna
Muhammad Rasulullah SAW”, dan diamalkan pula dzikir ism dzat yang
dengan mengucap dzikir nafi itsbat yang dibunyikan secara perlahan dan
dibaca panjang, dengan mengingat maknanya yaitu tiada dzat yang dituju
kecuali hanyalah Allah, dibaca sebanyak tiga kali, dan diakhiri dengan
mengucapkan “Sayyidina Muhammad rasulullah SAW”. Kemudian diteruskan
dzikir nafi itsbat tersebut sebanyak seratus kali.
d. Wasilah dan Rabithah. Dalam tradisi tarekat Syadziliyah, orang-orang yang
dipandang paling dekat dengan Allah adalah Nabi Muhammad SAW,
kemudian disusul para nabi lain, al-khulafa’ al-rasyidun, tabi’in, tabi’ al-
tabi’in, dan masyayikh atau para mursyid. Diantara bentuk-bentuk tawassul

15
yang diajarkan dan biasa dilakukan pada tarekat Syadziliyah adalah membaca
surat al-fatihah yang ditujukan kepada arwah suci (arwah al-muqaddasah) dari
Nabi Muhammad saw sampai mursyid yang mengajar atau menalqin dzikir.
Adapun rabithah yang dipraktekkan dalam tarekat Syadziliyah adalah dengan
menyebut ism dzat, yaitu lafadz “Allah, Allah” dalam hati.
e. Wirid. Adapun wirid yang dianjurkan adalah penggalan ayat al-Qur’a surat
atTaubah/9: 128-129 dan wirid ayat Kursi yang dibaca minimal 11 kali setelah
shalat fardlu. Dan wirid-wirid lain, yang antara murid yang satu dengan yang
lainnya berbeda-beda sesuai dengan kebijaksanaan mursyid.
f. Adab. (etika murid) Adab murid dapat dikategorikan ke dalam empat hal,
yaitu adab murid kepada Allah, adab murid kepada mursyidnya, adab murid
kepada dirinya sendiri dan adab murid kepada ikhwan dan sesam muslim.
g. Hizib. Hizib yang diajarkan tarekat Syadziliyah jumlahnya cukup banyak, dan
setiap murid tidak menerima hizib yang sama, karena disesuaikan dengan
situasi dan kondisi ruhaniyah murid sendiri dan kebijaksanaan mursyid.

Adapun hizib-hizib tersebut antara lain hizib al-Asyfa’, hizib al-Aafi atau al-


Autad, hizib al-Bahr, hizib al-Baladiyah, atau al-Birhatiyah, hizib al-Barr,
hizib an-Nasr, hizib al-Mubarak, hizib as-Salamah, hizib an-Nur, dan hizib al-
Kahfi. Hizib-hizib tersebut tidak boleh diamalkan oleh semua orang, kecuali
telah mendapat izin atau ijazah dari mursyid atau seorang murid yang ditunjuk
mursyid untuk mengijazahkannya.

h. Zuhud, Pada hakikatnya, zuhud adalah mengosongkan hati dari selain Tuhan.
Mengamalkan tarekat tidak harus meninggalkan kepentingan duniawi secara
lahiriah.
i. Uzlah dan Suluk Uzlah adalah mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat
atau khalayak ramai, untuk menghindarkan diri dari godaan-godaan yang
dapat mengotori jiwa, seperti menggunjing, mengadu domba, bertengkar, dan
memikirkan keduniaan. Dalam pandangan Syadziliyah, untuk mengamalkan
thoriqot seorang murid tidak harus mengasingkan diri (uzlah) dan
meninggalkan kehidupan duniawi (al-zuhud) secara membabi buta.

Suluk adalah suatu perjalanan menuju Tuhan yang dilakukan dengan berdiam
diri di pondok atau zawiyah. Suluk di pondok pesulukan dalam tradisi tarekat

16
Syadziliyah dipahami sebagai pelatihan diri (training centre) untuk
membiasakan diri dan menguasai kata hatinya agar senantiasa mampu
mengingat dan berdzikir kepada Allah, dalam keadaan bagaimana, kapan, dan
dimanapun.

9. Toriqoh Syattariyah
Toriqoh Syattariyah adalah aliran Toriqoh yang pertama kali muncul di
India pada abad ke 15. Toriqoh ini dinisbahkan kepada tokoh yang memopulerkan
dan berjasa mengembangkannya, Abdullah asy-Syattar. Awalnya Toriqoh ini
lebih dikenal di Iran dan Transoksania (Asia Tengah) dengan nama Isyqiyah.
Sedangkan di wilayah Turki Usmani, tarekat ini disebut Bistamiyah.
Toriqoh Syatariyah di Cirebon berkembang pesat melalui Para Bangsawan
Keraton dilingkungan keraton. Para bangsawan ini kemudian meninggalkan
keraton dan mendirikan pesantren-pesantren di sekitar wilayah Cirebon, hal ini
mereka lakukan karena kebencian mereka terhadap penjajah yang pada saat itu
telah menguasai seluruh kerton Cirebon (Keraton Kasepuhan dan Keraton
Kanoman).
Pusat-pusat Toriqoh Syatariyah di Cirebon pada saat itu (masa Kolonial
abad ke 17-19) yang bermula di Keraton Cirebon kemudian beralih ke pesantren-
pesantren yang berada di wilayah Cirebon  seperti Pesantren Al-Jauhriyah,
Pesantren Kempek, Pesantren Buntet, Pesantren Darul Hikam, dan lain-lain.
Jejak-jejak peninggalan Toriqoh Syatariyah yang berkembang di Keraton Cirebon
masih bisa kita lihat dari Naskah Cirebon yang hingga kini masih terawat. Di
antara Naskah Cirebon yang memuat ajaran Toriqoh Syatariyah ini adalah Naskah
Cirebon yang berjudul Toriqoh Syatariyah Ratu Raja Fatimah Sami, Toriqoh
Syatariyah Pangeran Raja Abdullah Ernawa, Toriqoh Syatariyah Pangeran Raja
Wikantadirja, dan lain-lain.
Perkembangan mistik tarekat ini ditujukan untuk mengembangkan suatu
pandangan yang membangkitkan kesadaran akan Allah SWT di dalam hati, tetapi
tidak harus melalui tahap fana'. Penganut Tarekat Syattariyah percaya bahwa jalan
menuju Allah itu sebanyak gerak napas makhluk. Akan tetapi, jalan yang paling
utama menurut tarekat ini adalah jalan yang ditempuh oleh kaum Akhyar, Abrar,
dan Syattar. Seorang salik sebelum sampai pada tingkatan Syattar, terlebih dahulu
harus mencapai kesempurnaan pada tingkat Akhyar (orang-orang terpilih) dan

17
Abrar (orang-orang terbaik) serta menguasai rahasia-rahasia dzikir. Untuk itu ada
sepuluh aturan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tarekat ini, yaitu taubat,
zuhud, tawakkal, qana'ah, uzlah, muraqabah, sabar, ridla, dzikir, dan musyahadah.

Sebagaimana halnya tarekat-tarekat lain, Tarekat Syattariyah menonjolkan


aspek dzikir di dalam ajarannya. Tiga kelompok yang disebut di atas, masing-
masing memiliki metode berdzikir dan bermeditasi untuk mencapai intuisi
ketuhanan, penghayatan, dan kedekatan kepada Allah SWT. Kaum Akhyar
melakukannya dengan menjalani shalat dan puasa, membaca al-Qur'an,
melaksanakan haji, dan berjihad. Kaum Abrar menyibukkan diri dengan latihan-
latihan kehidupan asketisme atau zuhud yang keras, latihan ketahanan menderita,
menghindari kejahatan, dan berusaha selalu mensucikan hati. Sedang kaum
Syattar memperolehnya dengan bimbingan langsung dari arwah para wali.
Menurut para tokohnya, dzikir kaum Syattar inilah jalan yang tercepat untuk
sampai kepada Allah SWT.

18
D. TOKOH-TOKOH TORIQOH
Tokoh-tokoh Tarikat di Dunia adalah sebagai berikut :
1. Adhamiah. Syekh Ibrahim bin Adham (Suriah)
2. Alawiyah. Syekh Abul Abbas Ahmad (Alzajair)
3.  Alwaniah. Syekh Alwani (Jeddah, Arab Saudi)
4. Ammariah. Syekh Ammar Bu Senna. (Alzajair)
5. Asyaqiah. Syekh Hasanuddin (Turki)
6. Asyrofiah. Syekh Asyrof Rumi (Turki)
7. Babaiah. Syekh Abdul Gani (Turki)
8. Bahromiah. Syekh Hajjih Bahromi (Turki)
9. Bakriah. Syekh Abu Bakar Wafai (Suriah)
10. Bektasyiah. Syekh Bektasy Veli (Turki)
11. BustamiyH. Syekh Abu Yazid al-Bustami (Iran)
12. Gozaliyah. Imam al-Ghozali (Naisabur, Irak)
13. Gulsyaniah. Syekh Ibrahim Gulsyaniah (Mesir)
14. Haddadiah. Sayyid Abdullah al-Haddad (Arab Saudi)
15. Idrisiah. Sayyid Ahmad (Arab Saudi)
16. Ighitbasiyah. Syekh Syamsudin (Yunani)
17. Jalwatiyah. Syekh pir Urtadi (Turki)
18. Jamaliah. Syekh Jamaludin (Turki)
19. Qadriah. Syekh Abdul Qadir Jilani (Irak)
20. Kabrowiah. Syekh Najmuddin (Iran)
21. Kholwatiah. Syekh Umar al-Khalwati (Turki)
22. Maulawiah. Syekh Jallaludin ar-Rumi (Anantolia)
23. Murodiah. Syekh Murod Syami (Turki)
24. Naksyabandiah. Syekh Muhammad al-Bukhori (Turki)
25. Niyaziah. Syekh Muhammad Niyaz (Yunani)
26. Ni’matallohiah. Syah Wali Ni’matilah  (Iran)
27. Nurbakhsyiah. Syekh Muhammad Nurbakh (Iran)
28. Nuruddiniah. Syekh Nuruddin (Turki)
29. Rifa’iah. Sayyid Ahmad ar-Rifa’i (Irak)
30. Sa’diyah. Syekh Sa’dudin al-Jibawi ( Irak)
31. Safawiyah. Syekh Safiuddin (Iran)
32. Sanusiah. Syekh Muhammad as-sanusi (Lebanon)

19
33. Saqotiah. Sirry as-saqoti (Irak)
34. Uwaisiyah. Syekh  Uwaisy al-Quroni (Yaman)
35. Umm Sunaniah. Syekh Umm Sunan (Turki)
36. Suhrowardiah. Syekh Abdullah as-Suhrowardi (Irak)
37. Sunbulliah, Syekh Sunbul Yusuf Bulawi (Turki)
38. Syamsiah. Syekh Syamsuddin (Madinah)
39. Syattariah. Syekh Abdullah asy-Syattar (India)
40. Syazilah. Syekh abul hasan Ali asy-Syazli (Makkah)
41. Tijaniah. Syekh Ahmad at-Tijani (Maroko)
42. Zainiah. Syekh Zainudin (Irak)

Tokoh-tokoh Toriqoh yang ada di Indonesia:


Beberapa Tokoh yang dianggap sebagai perintis ajaran tarikat di Indonesia
diantaranya :
1. Hamzah Fansuri (1590)
2. Syamsuddin al- Sumatrani (1630)
3. Naruddin al-Raniri (1637-1644)
4. Syekh Yusuf al-Makasari (1626-1699)
5. Abdul Basir al-Dharir al-Khalwati alias Tuang Rappang i Wodi
6. Abdul shamad al-phalimbani
7. Nafis al-Banjari
8. Syekh hmad khatib Sambas (1873)
9. Syekh Abdul Karim al-Bantani
10. Kyai Thalhah (Cirebon)
11. Kyai Ahmad Hasbullah (Madura)

20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Toriqoh adalah sebagai hasil pengalaman dari seorang sufi yang diikuti oleh
para murid, yang dilakukan dengan aturan atau cara tertentu dan bertujuan untuk lebih
mendekatkan diri pada Allah. Dalam perkembangannya Toriqoh itu kemudian
digunakan sebagai nama sekelompok mereka yang menjadi pengikut bagi seorang
syekh yang mempunyai pengalaman tertentu dalam cara mendekatkan diri kepada
Allah dan cara memberikan tuntutan dan bimbingan pada muridnya. Dalam memberi
nama suatu kelompok Toriqoh dengan suatu ajaran tertentu dalam mendekatkan diri
pada Tuhan itu dan dalam caramemberikan latihan-latihan selalu dinisbahkan kepada
nama seorang syekh yang dianggap mempunyai metodhe dan pengalaman yang
khusus.
Dengan memperhatikan berbagai pendapat tersebut diatas, kiranya dapat
diketahui bahwa yang dimaksud dengan Toriqoh adalah jalan yang bersifat spiritual
bagi seorang sufi yang didalamnya berisi amalan ibadah dan lainnya bertemakan
menyebut nama Allah dan sifat-sifatnya disertai penghayatan yang mendalam.
Amalan dalam tarikat ini ditujukan untuk memperoleh hubungan sedekat mungkin
(secara rohaniah) dengan Tuhan.
Di Indonesia terdapat beberapa Toriqoh yang telah tersebar ke beberapa
daerah seperti: Naqsabandiyah, Qadiriyah, Samaniyah, Khalawatiyah, Khalidiyah, Al-
Hadad, Rifaiyah, dan Aidrusiyah.

21
DAFTAR PUSTAKA
Mizwar dkk. 2013. Akhlak Tasawuf. (Medan:Cita Pustaka Media Perintis).
Siregar, Hidayat. 2013. Akhlak Tasawuf: tarekat doktrin dan  sejarah (Medan: Cita Pustaka
Media perintis).
Kartanegara, Mulyadi. 2006. Menyelami Lubuk Tasawuf. (Jakarta: Erlangga).

22

Anda mungkin juga menyukai