Tauhid
Dosen Pengampu:
Idris, M.TH.I
Disusun oleh:
SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Alla>h SWT yang maha Pengasih lagi
maha Penyayang, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kita, shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi
Muhammad SAW.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................3
A. TAWASSUL..........................................................................................3
B. ISTIGHASAH........................................................................................5
C. TABARRUK..........................................................................................7
D. SIKSA KUBUR.....................................................................................8
E. SYAFA’AT..........................................................................................10
BAB III...........................................................................................................13
PENUTUP.......................................................................................................13
A. Kesimpulan..........................................................................................13
B. Saran....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam merupakan agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW, yang bertujuan untuk menyempurnakan agama-agama
yang sebelumnya. Alquran adalah kitabnya yang memuat berbagai
macam hukum-hukum dan aturan yang mengatur kehidupan manusia
dalam bidang sosial, politik, ibadah, dll. Demikian juga urusan manusia
dengan Tuhannya. Namun, sifat hukum Alquran yang sangat umum,
maka dalam penjelasannya, Nabi Muhammad SAW sendiri yang
mempraktekannya atau adanya suatu permasalahan dari suatu kaum yang
ada yang memunculkan suatu penjelasan dimana umat Islam wajib untuk
mematuhinya setelah Alquran, yaitu sunnah.
Namun, dengan adanya kemajuan teknologi dan informasi
menjadikan banyaknya masalah baru yang tidak ada di dalam Alquran
dan juga sunnah. Sebagian orang berijtihad untuk menentukan aturan
baru, namun ada juga yang langsung mengatakan bahwa itu adalah
bid’ah. Adanya hal tersebut yang mengakibatkan sebuah perdebatan,
pertentangan, dan juga penolakan terhadap sesuatu yang baru. Bahkan
beberapa kebudayaan yang merupakan tradisi Indonesia asli pun juga
dinyatakan sebagai bid’ah dan keberadaannya hampir dilarang oleh
sebagian kelompok.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Tawassul?
2. Apa yang dimaksud dengan Istighasah?
3. Apa yang dimaksud dengan Tabarruk?
4. Apa yang dimaksud dengan Siksa Kubur?
5. Apa yang dimaksud dengan Syafa’at?
1
2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami seputar Tawassul.
2. Untuk mengetahui dan memahami yang dimaksud dengan
istighasah.
3. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan
tabarruk.
4. Untuk memahami dan mengetahui apa yang dimaksud siksa
kubur.
5. Untuk memahami dan mengetahui apa yang dimaksud dengan
syafa’at.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TAWASSUL
Tawassul adalah kata yang berasal dari bahasa arab terdahulu,
disebutkan didalam Al-Qur’an, Hadis, tutur kata bangsa Arab, puisi, prosa,
yang artinya menginginkan sesuatu dengan penuh kemauan.
ِ ِ ِ َّ ِأُوٰلَئ
ك َ ب َو َي ْر ُج و َن َرمْح َتَهُۥ َوخَيَافُو َن َع َذابَهُٓۥ إِن ََّع َذ
َ ِّاب َرب ُ ين يَ ْدعُو َن َيْبَتغُو َن إِىَل ٰ َرهِّب ُم ٱلْ َوس يلَةَ أَيُّ ُه ْم أَق َْر
َ ك ٱلذ َ
ورا
ً َكا َن حَمْ ُذ
Artinya : Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan
kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat
(kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan
1
Abu Anas Ali bin Husain Abu Lauz, Kupas Tuntas Tentang Tawassul (Jakarta:
Darus Sunnah, n.d.).
2
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani & Syaikh Muhammad bin Shalih Al-
Utsmani, Shahih Tawassul (Akbar Media, n.d.).
3
4
Intinya Tawasul adalah salah satu jalan dari berbagai jalan tadzorru’
kepada Allah. Sedangkan Wasilah adalah setiap sesuatu yang dijadikan oleh
Allah SWT sebaga sabab untuk mendekatkan diri kepadanya.
D. ISTIGHASAH
Kata “istighotsah” berasal dari “al-ghouts” yang berarti
pertolongan. Dalam tata bahasa Arab kalimat yang mengikuti pola
(wazan) “istaf’ala” atau “istif’al” menunjukkan arti pemintaan atau
pemohonan. Maka istighotsah berarti meminta pertolongan. Seperti kata
ghufron yang berarti ampunan ketika diikutkan pola istif’al menjadi
istighfar yang berarti memohon ampunan. Jadi istighotsah berarti
“thalabul ghouts” atau meminta pertolongan.4
Istighosah merupakan kumpulan doa-doa, Istighosah dibaca
dengan menghubungkan diri pribadi kepada Tuhan yang berisikan
kehendak dan permohonan kepada-Nya serta di dalamnya diminta
bantuan tokoh-tokoh populer dalam amal sholeh.5 Istighotsah adalah
meminta pertolongan ketika keadaan sukar dan sulit.
Istighosah adalah meminta pertolongan ketika keadaan sukar
dan sulit. Yang dimaksud dengan Istighosah dalam munjid fil lughoh
wa a’alam adalah mengharapkan pertolongan dan kemenangan.
Sedangkan menurut Barmawie Umari bahwa Istighosah adalah do’a-
do’a sufi yang dibaca dengan menghubungkan diri pribadi kepada
Tuhan yang berisikan kehendak dan permohonan yang didalamnya
diminta bantuan tokoh-tokoh yang populer dalam amal salehnya.6
Dalam surat Al-Anfal ayat 9 disebutkan:
ِ ِ ِ ِ ْف ِم ن ال ٍ اس تَ ج اب لَ ُك مْ أَ يِّن مُمِ ُّد ُك مْ بِ أَل َ ُإِ ذْ تَ ْس تَ غِ يث
َْم اَل ئ َك ة ُم ْر د ف ني
َ َ َ َ ْ َون َر بَّ ُك مْ ف
4
Muhammad Asrori, Pengertian dan Bancaan Dalam Istighosah, Jurnal Tausyah,
Volume III, 2012. 1
5
Siti Rahma, Pengaruh Kegiatan Istighosah Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa
Di SMP Darussalam Tambak Madu Surabaya, Surabaya: 2011. 15
6
Barmawie Umari, Sistematika Tasawwuf. Solo: Romadloni, 1993. 174
6
sekedar berdoa, karena yang dimohon dalam istighotsah adalah bukan hal
yang biasa biasa saja. Oleh karena itu, istighotsah sering dilakukan secara
kolektif dan biasanya dimulai dengan wirid-wirid tertentu, terutama
istighfar, sehingga Allah SWT berkenan mengabulkan permohonan itu.
E. TABARRUK
Adalah mengambil berkah dari tempat-tempat tertentu, barang-
barang peninggalan, dan dari orang-orang baik yang masih hidup
ataupun yang sudah meninggal. Dan ini merupakan salah satu bentuk
dari watsaniyah (pengabdian terhadap mahluk) dan juga dijadikan
jaringan bisnis untuk mendapatkan uang dari orang-orang awam.
Tabarruk artinya memohon berkah dan berkah artinya tetapnya
dan bertambahnya kebaikan yang ada pada sesuatu. Dan memohon
tetap dan bertambahnya kebaikan tidaklah mungkin bisa diharapkan
kecuali dari yang memiliki dan mampu untuk itu dan dia adalah Allah
SWT. Allah-lah yang menurunkan berkah dan mengekalkannya.
Adapun mahluk, dia tidak mampu menetapkan dan mengekalkannya.
Maka, praktek tabarruk dari tempat-tempat tertentu, barang-barang
peninggalan dan orang-orang baik, baik yang hidup ataupun yang sudah
meninggal tidak boleh dilakukan karena praktek ini bisa termasuk syirik
bila ada keyakinan bahwa barang-barang tersebut dapat memberikan
berkah, atau termasuk media menuju syirik, bila ada keyakinan bahwa
menziarahi barang-barang tersebut, memegangnya dan mengusapnya
merupakan penyebab untuk mendapatkan berkah dari AllahSWT.
Adapun tabarruk yang dilakukan para sahabat dengan rambut,
ludah dan sesuatu yang terpisah/terlepas dari tubuh Rasulullah SAW,
sebagaimana disinggung terdahulu, hal tersebut hanya khusus
Rasulullah di masa hidup beliau dan saat beliau berada di antara mereka
dengan dalil bahwa para sahabat tidak bertabarruk dengan bekas kamar
dan kuburan beliau setelah wafat. Mereka juga tidak pergi ke tempat-
tempat shalat atau tempat-tempat duduk untuk bertabarruk, apalagi
kuburan-kuburan para wali. Mereka juga tidak ber-tabarruk dari orang-
8
orang shalih seperti Abu Bakar ra., Umar ra. dan yang lainnya dari para
sahabat yang mulia. Baik semasa hidup ataupun setelah meninggal.
Mereka tidak pergi ke Gua Hira untuk shalat dan berdo’a di situ, dan
tidak pula ke tempat-tempat lainnya, seperti gunung-gunung yang
katanya disana terdapat kuburan nabi-nabi dan lain sebagainya, tidak
pula ke tempat yang dibangun di atas peninggalan Nabi SAW.
Selain itu, tidak ada seorang pun dari ulama salaf yang
mengusap-ngusap dan mencium tempat-tempat shalat Nabi Muhammad
SAW, di Madinah ataupun di Makkah. Apabila tempat yang pernah di
injak kaki Rasulullah SAW yang mulia dan juga dipakai untuk shalat,
tidak ada syari’at yang mengajarkan umat beliau untuk mengusap-
ngusap atau menciuminya, maka bagaimana bisa dijadikan hujjah untuk
tabarruk, dengan mengatakan bahwa (si fulan yang wali) bukan lagi
Rasulullah SAW yang pernah shalat atau tidur disana ? Para ulama
telah mengetahui secara pasti berdasarkan dalil-dalil dari syariat Islam,
bahwa menciumi dan mengusap-ngusap sesuatu untuk ber-tabarruk
tidaklah termasuk syariat Rasulullah SAW”.7
F. SIKSA KUBUR
Ada tiga pemahaman umat Islam tentang siksa kubur:
1) Tidak mempercayainya, seperti dipahami golongan Mu’tazilah,
Khawarij, Hizbut Tahrir dan sebagian Ikhwan al-Muslimun
2) Mempercayainya sebagai bagian hari akhir dengan catatan menafikan
pertolongan orang lain termasuk syafaat Nabi, seperti dianut
kelompok Salafi.
3) mempercayainya sebagai pintu/fase sebelum kiamat, dengan catatan
meyakini adanya pertolongan orang lain seperti doa dan sedekah dari
anak dan keluarga, sanak famili serta syafaat Nabi. Pandangan ini
dipegang kelompok Sunni pada umumnya.
7
Nashir bin ’Abdurrahman bin Muhammad Al-Juda’i, Tabarruk Memburu Berkah
(Yogyakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, n.d.).
9
8
Ibnu Rajab Al-Hambali, Dahsyatnya Siksa Kubur (Yogyakarta: Pustaka at-Tazkia,
n.d.).
10
atas dua pusara itu. Menurut al-Qasthalani dalam kitab Irsyad al-Sari jilid
dua halaman 462 hadis serupa banyak dan mutawatir.
G. SYAFA’AT
Secara harfiah, syafaat berarti pertolongan yang diberikan oleh
seseorang kepada orang lain yang mengharapkan pertolongannya usaha
dalam memberikan suatu manfaat dan mudharat bagi orang lain.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang
artinya,"Barangsiapa yang memberikan syafaat yang baik, niscaya ia
akan memperoleh bagian (pahala) daripadanya. Dan barangsiapa yang
memberi syafaat yang buruk, niscaya ia akan memikul bagian (dosa)
daripadanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS An Nisaa
[4]:85).
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Musa al-
Asy'aru dikatakan jika Nabi Muhammad SAW kedatangan seseorang
yang berhajat (berkepentingan), beliau berkata kepada para
sahabat,"Berilah syafaat (pertolongan) supaya kamu mendapat pahala
dan Allah akan memutuskan melalui lidah nabi-Nya apa yang Dia
kehendaki."
Istilah syafaat terkenal di kalangan ahli kalam. Dalam kalam,
syafaat berarti pertolongan yang diberikan Nabi SAW kepada umatnya
11
9
Syaikh Ja’lar Subhani, Adakah Syafa’at Dalam Islam? Antara Pro Dan Kontra
(Pustaka Hidayah, 2012).
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tawassul adalah kata yang berasal dari bahasa arab terdahulu,
disebutkan didalam Al-Qur’an, Hadis, tutur kata bangsa Arab, puisi,
prosa, yang artinya menginginkan sesuatu dengan penuh kemauan.
Istighosah merupakan kumpulan doa-doa, Istighosah dibaca
dengan menghubungkan diri pribadi kepada Tuhan yang berisikan
kehendak dan permohonan kepada-Nya serta di dalamnya diminta
bantuan tokoh-tokoh populer dalam amal sholeh.
Tabarruk adalah mengambil berkah dari tempat-tempat tertentu,
barang-barang peninggalan, dan dari orang-orang baik yang masih
hidup ataupun yang sudah meninggal. Dan ini merupakan salah satu
bentuk dari watsaniyah (pengabdian terhadap mahluk) dan juga
dijadikan jaringan bisnis untuk mendapatkan uang dari orang-orang
awam.
13
14
H. Saran
Dalam penyusunan makalah ini penulis berharap kepada pembaca
untuk memberi motivasi kepada penulis dalam bentuk apapun, agar
dilain waktu penulis dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan pada
makalah ini. Untuk makalah selanjutnya penulis dapat membuat dan
merikan makalah yang lebih baik lagi agar pembaca mendapat inspirasi
dan pengetahuan dari makalah yang disusun penulis sebagaimana
semestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hambali, Ibnu Rajab. Dahsyatnya Siksa Kubur. Yogyakarta: Pustaka at-
Tazkia, n.d.
Lauz, Abu Anas Ali bin Husain Abu. Kupas Tuntas Tentang Tawassul.
Jakarta: Darus Sunnah, n.d.
Subhani, Syaikh Ja’lar. Adakah Syafa’at Dalam Islam? Antara Pro Dan
Kontra. Pustaka Hidayah, 2012.
15