Anda di halaman 1dari 8

PENGERTIAN TARIKAT

MAKALAH
Di Ajukan Untuk Memenuhi tugas Mata Kuliah
Tasawuf
Dosen Pengampu :
Dr. HM. Ridlwan Hambali, Lc., MA

Disusun oleh:
Daffa Dzaky R (2022010182495)
M Irgi Firdaus (2022010182396)

PRODI IQT
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-ANWAR
SARANG - REMBANG
2022 – 2023
PENGERTIAN TARIKAT
Oleh: Dhafa Zaky Ramadan dan Muhammad Irgi Firdaus

I. PENDAHULUAN
Tasawuf ialah cabang ilmu islam yang menekankan dimensi atau aspek spiritual dari
islam. Selanjutnya spiritualitas dapat mengambil bentuk yang bermacam – macam di
dalamnya. Tasawuf dalam kaitannya terhadap manusia lebih menekankan aspek rohaninya
dari pada aspek jasmaninya.

Tarikat ialah hasil dari pengamalan syari’at, melaksanakan ibadah dengan tekun dan
menjauhkan diri dari yang sifatnya mempermudah ibadah, yang memang semestinya ibadah
tidak boleh di permudah. Sedangkan tarekat adalah suatu jalan atau cara yang di tempuh
menuju keridhoannya Allah SWT.

Tasawuf merupaka suatu bidang ilmu keIslaman yang di dalamnya terdapat berbagai
pembagian, yaitu tasawuf akhlaki dan tasawuf falsafi. Sedangkan tahapan tasawuf ialah
Syari’at, Tarikat, Hakikat, dan Ma’rifat. Berdasarkan dengan itu kami di sini akan membahas
mengenai pengertian syari’at, tarikat. Hakikat dan ma’rifat.

II. PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TARIKAT

Tarikat berasal dari bahasa Arab ‫ طريقة‬yang mempunyai bentuk zama’ ‫طُرُق‬yang
Mengandung arti jalan, metode, sistem, mazhab, aliran, haluan, keadaan.1 pengertian ini
membentuk dua makna istilah yaitu “ Metode bagi ilmu jiwa akhlak yang mengatur praktek
suluk individu” dan kumpulan sistem pelatihan ruh yang berjalan sebagai persahabatan pada
Pada kelompok-kelompok persaudaraan islam.2

Aboebakar Atjeh menerangkan bahwa tarikat artinya jalan, petunjuk dalam melakukan
suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang diturunkan dan dicontohkan oleh nabi dan dikerjakan
oleh sahabat dan tabi’in, turun temurun sampai kepada guru-guru, sambung-menyambung
dan rantai-merantai. Atau suatu cara mengajar atau mendidik, lama kelamaan meluas menjadi

1
Louis Ma’luf, al-Munjid fi al-lughah wa al-A’lam (Beirut: Dar al-Masyriq, 1975), 465
2
M.Alfatih Suryadilaga, dkk Ilmu Tasawuf ( Yogyakarta: Kalimedia 2016), 229

1.
kekeluargaan, kumpulan yang mengikatnpenganut-penganut sufi yang sepaham dan sealiran
guna memudahkan menerima ajaran-ajaran dan latiha-latihan dari pemimpinnya suatu
ikatan.3

Dari pendapat yang telah dikutip diatas, maka bisa disimpulkan bahwa tarekat adalah
Suatu hasil pengalaman dari seorang sufi yang diikuti oleh para murid, menurut aturan atau
dengan cara tertentu yang bertujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah swt.
Pengalaman sufi berupa tata cara dzikir, riyadah, doa-doa yang telah diamalkan dan
menurutnya telah berhasil mendekatkan diri sang sufi kepada kepada tuhan, disusun
sedemikian rupa menjadi aturan atau tata cara yang baku, yang juga harus diikuti oleh murid-
murid tarikat.

Karena pengalaman sufi sifatnya individual dalam artian tidak mungkin sama
Pengalaman antara satu sufi dengan sufi yang lainnya, maka dalam aplikasinya muncul tata
cara atau aturan yang berlainan pula. Lebih jauh muncullah tarikat-tarikat dengan nama dan
kaifiyat yang bermacam-macam.

B. PERKEMBANGAN TARIKAT
Tarikat pada mulanya bersifat individual kemudian berkembang menjadi semacam
Organisasi. Perkembangan ini mulai tampak pada abad ke 12 M dengan muculnya cikal bakal
tarekat. Tarekat yang pertama muncul adalah tarikat yang di ajarkan oleh Muhyiddin Abdul
qadir al-Jailani (w.561 H/1166 M).

Sejak saat itu berbagai macam tarikat mulai bermuculan, baik yang merupakan
Cabang dari tarikat Qadiriyah atau tarikat yang berdiri sendiri. Tarikat-tarikat itu antara lain,

Tarikat al-Kubrawiyah yang diajarkan oleh Najm al-Din al-Kubra (w.1221 M), tarikat
Syaziliyah dari Abu Hasan al-Syazili (w.1258 M), tarikat Naqsyabandiah dari Baha’ al-Din
al-Naqsyabandi (w.1389 M), tarikat Syattariah dari Abdullah al-Syattar (w.1428 M) dan
tarikat al-khalwatiah dari zahir al-Din al-khalwati (w.1397) M.4

Pada umumnya tarikat-tarikat yang berkembang itu dapat dinisbatkan kepada empat
Orang wali besar yaitu: Abdul Qadir al-Jailani, Ahmad Rifai’ (w.1182), Ahmad Badawi

3
Aboebakar Atjeh, pengantar ilmu tarekat: Uraian-uraian tentang mistik (Solo: Ramadhani, 1990), 67
4
M.Alfatih Suryadilaga, dkk Ilmu Tasawuf (Yogyakarta: Kalimedia 2016), 231

2.
(w.1276 M), dan Ibrahim al-Dasuki (w.1296 M). Masing masing mempunyai sebuah tarikat
yaitu: Qadiriyah, Rifai’yah, Badawiyah, dan al-Barhamiyah. Namun kemudian berkembang
karena banyaknya murid yang belajar kepada mereka yang kemudian mendirikan tarikat
tersendiri yang merupakan cabang dari tarikat induk. Meskipun begitu, ada beberapa tarikat
yang bukan merupakan cabang dari empat dari tarikat diatas, salah satunya adalah tarikat al-
Khalwatiah yang merupakan cabang dari tarikat al-Suhwardiah dari Abu Najib al-suhrawardi
(w.1168 M).5

Pada mulanya tempat tinggal syaikh yang bersangkutanlah yang menjadi pusat
Kegiatan tarikat, kemudian didirikan perumah tersendiri yang disebut ribat. Anggota dari
tarikat tersusun atas dua kelompok, murid dan pengikut yang tinggal dalam ribat dan
memusatkan perhatian pada ibadah, dan pengikut awam yang tinggal di luar serta tetap
bekerja dalam pekerjaan mereka sehari-hari, tetapi pada waktu-waktu tertentu berkumpul di
ribat untuk megadakan latihan spiritual.

Murid yang telah sampai ke tingkat tertinggi diberi ijazah keluar dari ribat dan
Kemudian mengadakan ribat yang serupa di tempat lain. Dengan demikian, meluaslah
pengikut tarikat tersebut, mulanya pada satu kota atau daerah kemudian dalam satu Negara
dan akhirnya meluas ke berbagai penjuru dunia islam lainnya. Jadi semakin banyak murid
menerima ijazah berarti semakin banyak pula kemungkinan berdirinya ribat-ribat baru. Ribat-
ribat baru ini pada gilirannya tentu menghasilkan guru-guru tarikat.6

C. PERBEDAAN-PERBEDAAN ANTAR TARIKAT

Ada beberapa hal yang membedakan antara satu tarikat dengan tarikat yang lain.
Pertama al-khirqah atau al-zay yaitu semacam jubbah berwarna yang dipakai oleh seorang
Syaikh tarikat dan menjadi ciri khas dari tarikat tertentu yang berbeda warnanya dengan yang
dipakai oleh tarikat lain. Misalnya tarikat Ahmadiyah menggunakan warna merah,
Barhamiyah warba hijau, dan Rifai’yah warna kehitam-hitaman.7 Biasanya khirqah ini
dianggap suci oleh murid-murid dan anggota tarikat tersebut.

5
Taufik al-Tawil, al-Tasawuf fi misr (Mesir al-Hai’ah al-Misriyah, 1998), 188
6
IAIN Syarif Hidayatullah, ensiklopedia islam Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992), 927

7
M.Alfatih Suryadilaga, dkk Ilmu Tasawuf (Yogyakarta: Kalimedia 2016), 233

3.
Hanya saja khirqah ini saja belum cukup untuk membedakan semua tarikat yang ada,
Sebab ternyata juga ada beberapa tarikat yang menggunakan khirqah dengan warna yang
sama, seperti tarikat Qadiriyah, Sadiyah dan Barhamiyah sama-sama memakai khirqah

berwarna hijau.8 Perbedaan kedua adalah bahwa setiap tarikat memiliki wirid dan hizb
tertentu yang diciptakan syekh masing-masing tarikat yang dibaca oleh para pengikut baik
semasa hidupnya maupun setelah ia wafat.

Sejarah Islam telah mencatat bahwa tarikat mengalami perkembangan pesat sehingga
Memasuki semua Negara islam. Tarikat-tarikat tampak memegang peranan yang cukup besar
dalam menjaga eksistensi dan ketahanan aqidah umat, setelah mereka dilabrak secara
mengerikan oleh gelombang serangan tentara mongol yang pada puncaknya Baghdad yang
waktu itu merupakan pusat kebudayaan Islam dihancurkan oleh tentara Mongol. 9 Sejak saat
itu umat Islam yang bercerai berai membentuk kelompok-kelompok tarikat (organisasi
tarikat) agar ruh dan jiwa islam tidak padam di dalam diri orang-orang Islam. Organisasi-
organisasi tarikat ini ternyata berhasil melanjutkan tradisi dakwah Islam hingga ke pelosok
dunia belahan barat Maroko dan belahan timur Indonesia.

D. Tujuan Mempelajari dan Mengikuti tarikat

Semua amalan pasti memiliki tujuan, termasuk tarikat. Secara umum tujuan tarikat
adalah mempertebal rasa dihati pengikut-pengikutnya, sehingga tidak ada yang dirasa indah
kecuali keindahan dan kecintaan kepada Allah, dan kecintaan tersebut dapat melupakan
dirinya dan dunia ini seluruhnya.10

Beberapa pakar teologi merinci tujuan tarikat antara lain: Dengan melihat sisi
Pengamalan, tujuan tarikat berarti mengadakan riyadhoh (latihan) dan berjuang melawan
nafsu atau disebut mujahadah, , membersihkan diri dari sifat-sifat tercela dan diisi dengan
sifat-sifat terpuji. Dari sisi tadzakur tujuan tarikat mewujudkan rasa ingat kepada Allah swt
dengan melalui jalan mengamalkan wirid dan dzikir yang dibarengi dengan tafakur secara

8
M.Alfatih Suryadilaga, dkk Ilmu Tasawuf (Yogyakarta: Kalimedia 2016), 233
9
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), 111
10
Barmawie Umarie, sistematik tasawuf , alih bahasa Siti Syamsiah, (Solo, 1996),80

4.
terus-menerus. Sehingga timbul rasa dalam diri seseorang usaha untuk menghindarkan diri
dari dari segala macam pengaruh duniawi sehingga menyebabkan lupa kepada Allah swt.

Dan tujuan dari tarikat yang terakhir adalah mecapai tingkat ma’rifat, hal ini apabila semua
amalnya didasari akan keikhlasan dan ketaatan kepada Allah, sehingga akan diketahui segala
rahasia dibalik tabir cahaya Allah dan Rasul-nya.11

Sedangkan untuk fungsi tarikat sendiri adalah sebagai semacam keluarga besar, dan
semua anggotanya menganggap diri mereka bersaudara satu sama lain. Tarikat dapat juga
bermuatan politik dikarenakan banyaknya pengikut atau anggotanya, sehingga sang guru atau
syekhnya memiliki pengaruh kuat bagi anggotanya

a) PENGERTIAN SYARI’AT

Syari’at menurut Bahasa adalah jalan, undang-undang atau peraturan tentang sesuatu
perbuatan. Kata syari’at berasal dari bahsa arab yang “syara’atun wa syariiatun syara’a” yang
berarti “menggariskan suatu pedoman atau aturan.

Sedangkan menurut istilah syariaat adalah aturan yang di buat oleh Allah swt. Yang
berdiri tegak di atas pangkuan iman serta islam, berupa seperangkat hukum tentang perbuatan
zhahir manusia yang di atur berdasarkan firman Allah swt. Dan hadits rasulawllah saw.

Syari’at juga dapat di artikan sebagai aturan atau garis yang telah di tetapkan,
termasuk yang terdapat di dalamnya adalah hukum-hukum halal. haram, yang di perintah dan
yang di larang, sunnah, mubah, makruh, haram dan sebagainya. Syari’at tersebut di tunjukan
sebagai landasan terhadap seorang shufi untuk menjalankan ibadah, baik secara lahiriyah dari
segala hukum seperti halnya ibadah shalat, puasa, zakat, haji, menuntut ilmu dan sebagainya.
Simpelnya syari’at itu adalah peraturan yang bersumber dari Al- Qur’an dam Hadits.

Apapun perbuatan yang di lakukan oleh uamat islam tidak akan terlepas dari ikatan
hukum. Menurut para ahli tasawuf bahwasanya syari’at itu adalah baru tingkat pertama dalam
menuju jalan mengenal Tuhan.

11
Labib MZ dan Moh Al-aziz, tasawuf dan jalan hidup para wali (Bintang Usaha, Surabaya 2000),55

5.
Dalam kitab Kifayatul Atqiya’ oleh Syaikh Zinuddin Bin Ali Al Malibary sebagai
Berikut : “syari’at adalah berpegang terhadap agama Allah swt. Kloliqul alam dan
melaksanakan perintahnya serta menjauhkan apa yang telah di larangnya”.

Oleh karna itu perlu di tegaskan bahwa tasawuf tidak akan bisa di lepaskan dari
pondasi Islam, yakni syari’at. Barangsiapa yang meninggalkan syari’at dalam bertasawuf
dengan beralasan apapun, maka amal tersebut menjadi batal dan bahkan akan terjerumus ke
dalam kekufuran yang zhohir.12

b) PENGERTIAN HAKIKAT

Hakikat yang berarti kebenaran atau yang benar-benar ada. Kata tersebut berasal dari
kata pokok Hak,yang berarti milik (kepunyaan) atau benar (kebenaran).Dalam segi Bahasa
hakikat itu adalah arti yang sebenarnya atau intisari. Sedangkan hakikat dalam islam adalah
bersih dari penyakit lahir dan bhatin yang membuahkan perasaan nyaman, damai, tentram
serta menjadikan kita patuh dan ta’at terhadap segala apa-apa yang di perintahkannya dan
menjauhi apa-apa yang di larangnya. Hakikat itu merupakan benih syari’at yang
pengalamannya melalui tarekat.

Sampai di sini jelaslah bahwasanya syari’at, thariqat itu sesuatu 3 kekuatan yang
menjadi satu, seperti halnya tali yang berpilin 3, yang tidak dapat di pisah pisahkan. Dengan
demikian sesuai dengan Rasulullah saw. yang artinya: “syari’at merupakan perkataanku,
thariqat merupakan perbuatanku sedangkan hakikat merupakan kelakuanku.13

c) PENGERTIAN MA’RIFAT

Ma’rifat ialah mengenal Allah swt. Baik melalui sifat-sifat-Nya, asma-asma-Nya


maupun perbuatan-perbuatan-Nya. Ma’rifat adalah puncak dari tujuan tasawuf dan dari
semua ilmu yang di tuntut dan satu-satunya perbuatan yang sangat mulia.

Ma’rifat selain merupakan anugrah dari Allah, dapat pula di capai dengan melalui
jalan syari’at, menempuh thariqat, dan memperoleh hakikat. Apabila stari’at dan thariqat
sudah di dapatkan, maka akan munculah tujuan akhir dalam bertasawuf yakni ma’rifat yaitu
mengenal Allah swt. Dengan sebaik-baiknya dan sebener-benarnya. Seseorang yang telah

12
Drs.Moh. Saifulloh Al-Aziz senali, Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, (Hlm.69-76)
13
Ibid, 81-83

6.
mencapai maqom ma’rifat ia akan di sebut ‘Arifbillah. Pada tingkatan inilah ia akan
mengenal dan merasakan adanya Tuhan, bukan sekedar mengetahui Tuhan itu ada.

Oleh karna itu, jelaslah jika allah telah membukakan pintu ma’rifat kepada seseorang
atau kepada kita, jangan lah kita memperdulikan terhadap amal kita yang sedikit, sejatinya
ma’rifat adalah merupakan rahmat dan anugrah yang sangat luar biasa. Barangsiapa yang di
bukakan pintu ma’rifatullah, berarti orang tersebut akan di kenal baik oleh Allah dan
penduduk langit. Sejatinya yang mencari itu sesungguhnya yang di cari. Yang mengenal itu
sesungguhnya yang di kenal. Meskipun amal yang kita miliki sedikit di hadapan Allah jika
kita sertai dengan ma’rifat itu jauh lebih lebih cukup daripada mempunyai banyak amal tetapi
tidak di sertakan dengan ma’rifat kepada Allah swt. 14

III. PENUTUP

KESIMPULAN

 Syari’at adalah aturan yang di buat oleh Allah swt. Yang berdiri tegak dalam
pangkuan iman dan islam, yang berupa perangkat hukum tentang kelakuan dhohir
manusia yang di atur berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits.
 Thariqat adalah jalan atau petunjuk melakukan ibadah tertentu sesuai yang di ajarkan
Rasulullah saw. Thariqat pada awalnya bersifat individual yang kemudian
berkembang menjadi semacam organisasi yang mulai tampak pada abad ke 12.
tarekat yang pertama kali muncul adalah yang diajarkan syekh Abdul Qadir al-Jaelani
 Hakikat yang berarti kebeneran atau yang benar-benar ada. Kata tersebut berasal dari
kata pokok Hak,yang berarti milik (kepunyaan) atau bener (kebenaran).
 Ma’rifat ialah mengenal Allah swt. Baik melalui sifat-sifat-Nya, asma-asma-Nya
maupun perbuatan-perbuatan-Nya. Ma’rifat adalah puncak dari tujuan tasawuf dan
dari semua ilmu yang di tuntut dan satu-satunya perbuatan yang sangat mulia.
 Dapat kita pahami bahwa keempat tema tersebut merupakan konseptualisasi terhadap
islam oleh para shufi dalam rangka menjelaskan prosedur pengamalan islam dengan
baik dan benar.

14
Drs.Moh. Saifulloh Al-Aziz senali, Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, (Hlm.83-86)

7.

Anda mungkin juga menyukai