Anda di halaman 1dari 46

A.

Hasil Penelitian
1. Gambaran Objek Penelitian
a. Tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren
Suryalaya

1. Pengertian Tarekat Qodiriah Wa Naqsyabandiyah


Ada beberapa tinjauan terkait pengertian tarekat, yang pertama
dalam tinjauan etimologi bahwa tarekat adalah jalan atau metode, yang
berasal dari kalimat bahasa Arab yaitu al-Tharq, jamaknya al-Thuruq yang
merupakan isim musytaraq.1 Selanjutnya dalam tinjauan terminologi
sufistik, tarekat diartikan sebagai jalan atau metode khusus untuk
mencapai tujuan spiritual.2
Sedangkan secara terminologi terdapat beberapa ahli yang
membahas terkait pengertian tarekat, diantaranya :
- Abu Bakar Aceh berpendapat bahwa tarekat diartikan sebagai petunjuk
dalam melaksanakan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang
ditentukan dan dicontohkan oleh rasul, dikerjakan oleh sahabat dan
tabiin, turun temurun sampai guru-guru, sambung menyambung dan
rantai berantai atau suatu cara mengajar dan mendidik, dan akhirnya
meluas menjadi kumpulan keluargayang mengikat penganut-penganut
sufi untuk memudahkan menerima ajaran dan latihan-latihan dari para
pemimpin dalam suatu ikatan3
- Harun Nasution mengartikan tarekat sebagai jalan yang harus
ditempuh oleh seorang sufi, dengan tujuan untuk berada seekat
mungkin dengan Allah.4
- Syekh Muhammad Amin Kurdy memberikan pengertian bahwa tarekat
menjadi pengamalan syariat dan (dengan tekun) melaksanakan ibadah

1
Ris’an Rusli, Tasawuf dan Tarekat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013) Hal. 184
2
Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis Gerakan Politik Antikolonialisme
Tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah di Pulau Jawa (Banudung: Pustaka Hidayah, 2002) hal. 47
3
Abu Bakar Aceh, Penghantar Ilmu Tarekat, (Solo: Ramadhani,1996) hal. 67
4
Ris’an Rusli, op. cit hal.185
dan menjauhkan diri dari sikap yang mempermudah pada apa yang
memang tidak boleh dipermudah.5
- Zamakhsyari dhofier berpendapat bahwa tarekat diartiakan sebagai
suatu istilah generic, perkataan tarekat berarti “jalan” atau lebih
lengkap lagi “jalan menuju surga” dimana waktu melakukan amalan-
amalan tarekat tersebut si pelaku berusaha mengangkat dirinya
melampaui batas batas kediriannya sebagai manusia dan mendekatkan
dirinya ke sisi Allah.6
Adapun dalam tinjauan terminology tasawuf, bahwa tarekat berarti
perjalanan seorang salik (pengikut tarekat) menuju Allah dengan cara
menyucikan diri atau perjalanan khusus bagi para bagi para seseorang
yang menempuh jalan menuju kepada Allah Swt. Perjalanan yang
ditempuh mengikuti jalur yang ada dengan melalui tahap dan seluk
beluknya. Dengan tujuan ingin bertemu sang Khaliq. Secara turun temurun
sampai kepada guru-guru, sambung menyambung dan rantai berantai. 7
Pandangan lain tentang pengertian tarekat dapat dikatakan sebagai suatu
jalan atau system yang di rancang oleh seorang syeikh untuk muridnya,
berupa syarat-syarat dan kewajiban-kewajiban dan metode yang harus
dipegang oleh para pengikutnya secara ketat dan konsisten. 8Sebab tarekat
adalah cara yang tepat dalam melaksanakan syariat, untuk mencapai jalan
menuju terminal haqiqah.
Secara singkat dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa tarekat adalah metode yang dilalui untuk membersihkan jiwa dan
diupayakan oleh seseorang atau kelompok orang dengan bimbingan
seorang mursyid atau pimpinan thariqoh, melalui pelaksanaan amaliyah
dan ajaran tertentu dan khas yang mempunyai mata rantai, turun temurun
sambung menyambung sampai Nabi Saw, dengan tujuan untuk mencapai
ma’rifat kepada Allah, yakni kenal atau dekat dengan Allah Swt, yang di
5
A. Bachrun Rifa’I dan Hasan Mud’is, Filsafat Tasawuf, (Bandung:CV Pustaka Setia, 2010) hal.
233
6
Zamakhsyari Dhofier, Tradsis Pesantren, (Jakarta:Amzah,2015, cet.ke-03) Hal. 290
7
Abu Bakar Aceh, op. cit hal. 67
8
Laila Binti Abdillah, Mewaspadai Tasawuf, (Jakarta: PT. Wacana Lazuardi Amanah,1995) hal. 37
lakukan sendiri atau berjamaah. Setelah disimpulkan pengertian tarekat
secara singkat, selanjutnya perlu dipahami terkait pengertian tarekat
Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah secara khusus dan mendalam. Berikut
mengenai uraian singkat tentang Tarekat Qodiriyah dan Tarekat
Naqsabandiyah yang memiliki pengikut terbanyak di Indonesia
a. Tarekat Qodiriyah
Tarekat qodiriyah yaitu suatu tarekat yang dinisbatkan kepada
pendirinya Syekh Abdul Jaelani yang hidup pada tahun 1077-1166 (470-
561). Tarekat ini didirikan oleh Syeikh Abdul Qadir Jaelani yang nama
panjangnya yaitu Muhy At Din Abu Muhammad Abdul al-Qadir Ibn Ibi
Sahib Zangi Dos al-Jaelani.9 Tarekat Qodiriyah berkembang dan berpusat
di Iraq dan Syria kemudian diikuti oleh jutaan umat muslim yang tersebar
di Yaman, Turki, Mesir, India, Afrika dan Asia. Syekh Muhyiddin Abu
Muhammad Abdul Qodir Al-Jaelani Al-Baghdadi, adalah urutan ke-17
dari masa emas mursyid tarekat. Tarekat Qodiriyah dikenal luwes, yakni
apabila murid sudah mencapai derajat Syekh, maka murid tidak
mempunyai suatu keharusan untuk terus mengikuti tarekat gurunya.
Bahkan dia berhak melakukan modifikasi tarekat yang lain ke dalam
tarekatnya. Hal demikian seperti tampak pada ungkapan Abdul Qodir
Jelani Sendiri, “Bahwa murid yang sudah mencapai derajat gurunya, maka
dia jadi mandiri sebagai syekh dan Allah-lah yang menjadi walinya untuk
seterusnya.10
Keistimewaan tarekat Qodiriyah dzikir dengan menyebut nama-
nama Tuhan.Tarekat Qodiriyah mementingkan kasih sayang terhadap
semua makhluk, rendah hati dan menjauhi fanatisme dalam keagamaan
maupun politik.11
b. Tarekat Naqsyabandiyah

9
Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta,
Kencana,2004.0071)hal. 256
10
Ibid. hal 34
11
Ibid. hal 39
Tarekat naqsabandiyah merupakan suatu tarekat yang diambil dari
nama pendirinya yaitu Syaikh Muhammad Bahauddin Naqsyabandi, yang
hidup pada tahun (717-791 H).12 Teknik dasar Naqsyabandiyah, seperti
kebanyakan tarekat lainnya adalah dzikir dengan berulang-ulang menyebut
nama Tuhan ataupun menyatakan kalimat la ilaha illallah. Tujuan latihan
itu ialah untuk mecapai kesadaran akan Tuhan yang lebih langsung dan
permanen.13
Antara Tarekat Qodiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah memiliki
keistimewaan masing-masing, dan memungkinkan keduanya dapat terjadi
penggabungan. Hal ini dikarenakan keluesan ajaran Tarekat Qodiriyah
yang memungkinkan syeikhnya bersifat mandiri tanpa terikat oleh tarekat
gurunya yang terdahu, atau memodifikasi keduanya yang kemudian
disatukan, inilah yang digunakan oleh Syekh Ahmad KhatibSambas
seorang tokoh dari kedua Tarekat Qodiriyah dan Tarekat Naqsabandiyah,
untuk mengembangkan tarekat yang baru yaitu, menjadi Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah.
c. Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah
Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah adalah perpaduan dari dua
buah tarekat besar, yaitu Tarekat Qodiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah.
Penggabungan tarekat dilakukan di Mekkah pada tahun 1857 M. Tarekat
Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah didirikanoleh seorang Sufi Syaikh besar
Ahmad Khatib Ibn Abd Ghaffar al-Sambasi al-Jawi (w.1878 M). Beliau
adalah seorang ulama besar dari Indonesia yang tinggal sampai akhir
hayatnya di Makkah.Syaikh Ahmad Khatib adalah mursyid
TarekatQadiriyah, di samping itu juga mursyid dalam Tarekat
Naqsyabandiyah. Tarekat baru ini disempurnakan oleh Syaikh Ahmad al-
khatib dengan pokok ajaran : kesempurnaan suluk, adab, ajaran tentang
zikir, dan muraqabah.14

12
Ibid. hal 257
13
Ibid. hal 28
14
Sokhi Huda, Tasawuf Kultural Fenomena Wahidatul Wujuh. (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta,
2008) hal.6
Pada dasarnya inti dari ajaran penggabungan kedua tarekat tersebut
karena pertimbangan logis dan strategis, bahwa kedua tarekat tersebut
memiliki inti ajaran yang saling melengkapi, terutama jenis dzikir dan
metodenya.Kedua tarekat tersebut memiliki kecenderungan yang sama,
yakni dalam menekankan pentingnya syariat dan menentang faham
wahdatul wujud. Tarekat Qadiriyah mengajarkan Dzikir Jahr Nafi Itsbat,
sedangkan tarekat Naqsyabandiyah mengajarkan Dzikir Sirri Ism Dzat.
Dengan demikian penggabungan kedua jenis tarekat tersebut diharapkan
para muridnya akan mencapai derajat kesufian yang lebih tinggi dengan
cara yang lebih mudah dan efektif dan efisien. 15 Akan tetapi pada dasarnya
penggabungan tarekat tersebut terdiri dari lima tarekat, yaitu Tarekat
Qodiriyah, Tarekat Naqsyabandiyah, Junaidiyah Tarekat Anfasiyah dan
Tarekat Muwafaqah (Samaniyah). Karena yang di utamalan adalah ajaran
Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah, maka Tarekat tersebut
dinamai dengan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.
2. Sejarah dan Perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsabandiyah
Pada mulanya tarekat dilalui oleh seorang sufi secara individual,
namun seiring dengan perjalanannya, tarekat diajarkan baik secara
individual maupun secara kolektif. Pengajaran tarekat kepada orang lain
ini sudah dimulai sejak al-Hallaj (858-922 M0 dan dilakukan pula oleh
sufi-sufi besar lainya. Dengan demikian, timbullah dalam sejarah islam
kumpulan sufi ynag mempunyai syaikh yang menganut tarekat tertentu
sebagai amalannya dan mempunyai pengikut.16
Di Indonesia banyak terdapat tarekat-tarekat yang terkenal, dan
diantaranya yang paling dikenal dan terbesar adalah Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah (TQN).Tarekat ini merupakan tarekat gabungan dari Tarekat
Qadiriyah dan Tarekat Naqsabandiyah.Tarekat ini dianggap sebagai sebagai
tarekat terbesar di pulau Jawa. 17Tarekat ini didirikan oleh Syekh Ahmad Khatib
Sambas (1802-1872) yang dikenal sebagai penulis Kitab Fath al-‘Arifin.Beliau
15
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, (Bandung: Mizan,1995) hal. 217
16
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf. (Jakarta: Amzah, 2015, cet ke-03) hal. 290
17
Prof Dr Harun Nasution, Thoriqot Qodiriyah Naqsabandiyah, (Bandung:IAILM
Tasikmalaya,1990) hal.57
dilahirkan di Sambas sebelah utara Pontianak, Kalimantan Barat pada tahun
1217/1802.Setelah menyelesaikan pendidikan agama tingkat dasar di kota
asalnya, beliau pergi ke Makkah pada usia sembilan belas tahun untuk
melanjutkan studi dan menetap hingga beliau wafat pada tahun 1872 M. 18 Di kota
suci inilah beliau belajar berbagai ilmu agama Islam hingga dia menjadi seorang
ulama’ besar yang mengajar di Masjidil Haram Makkah.
Menurut Dhofier, Syekh Ahmad Khatib Sambas merupakan
seorang syekh dari dua Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah namun tidak
mengajarkan kedua tarekat tersebut secara terpisah tetapi
mengkombinaksikan keduanya, sehingga tarekat kombinasinya dapat
dilihat sebagai sebuah tarekat baru, berbeda dari kedua tarekat
asalnya.19Kedua tarekat ini memiliki keunikan masing-
masing.Penggabungan keduanya kemungkinan didasari oleh berbagai
ajaran dan pengalaman dalam sejarah perkembangannya. Keluwesan
ajaran Qadiriyah, yang memungkinkan seorang murid ketika sudah
mencapai maqamat tertinggi seperti gurunya diperbolehkan menentukan
tarekat selanjutnya untuk dikembangkan tanpa terikat dengan tarekat
syekhnya terdahulu, atau dengan kata lain mengizinkan seorang syekh
Qadiriyah untuk memodifikasi ajaran tarekat lainnya kedalam tarekat baru
yang mau dikembangkannya. Dengan izin demikian inilah yang barangkali
digunakan oleh Ahmad Khatib Sambas mengembangkan tarekat baru
bernama Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah.
Perkembangan Tarekat Qadiriyah di Indonesia, diperkirakan sejak
paruh kedua abad-19 yaitu sejak tibanya kembali murid syekh Ahmad
Khatib Al Sambasi di tanah air. Di kalimantan barat, daerah asal syekh
Khatib Sambas Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah disebarkan oleh dua
muridnya, yaitu syekh Nuruddin (Filipina) dan syekh Muhammad Saad
putra asli Sambas. Karena penyebaran tarekat ini tidak melalui semacam
lembaga pendidikan formal seperti pesantren, maka Tarekat Qadiriyah

18
Dr. Hj. Sri Mulyani MA, Peran Edukasi Tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah dengan Referensi
Utama Suralaya, (Jakarta:Kencana Perdana Grup, 2010) hal 36
19
Ibid , hal 39
Naqsabandiyah hanya tersebar dikalangan orang awam sehingga tidak
memperoleh kemajuan berarti. Sedangkan di pulau Jawa, Tarekat
Qadiriyah Naqsabandiyah di sebarkan melalui pondok pesantren yang
didirikan dan dipimpin Syekh Ahmad Khatib Sambas memiliki banyak
murid dari nusantara karenanya.
Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah tersebar di berbagai daerah
seperti Bogor, Tangerang, Solok, Sambas,Bali, Madura dan Banten 20
Kecuali Madura semua pengikut Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah di
daerah tersebut mendapat bimbingan dari syekh Abdul Karim dan
pemimpin Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah di Madura adalah syekh
‘Abdadmuki putra asli Madura. oleh para pengikutnya, maka
perkembangannya pesat sekali, sehingga kini merupakan tarekat yang
paling besar dan berpengaruh.
Tarekat ini berkembang dengan cukup pesat setelah Syaikh Ahmad
Khatib Sambas digantikan oleh Syaikh Abd al-Karim Banten sebagai
syaikh tertinggi tarekat tersebut.Syaikh Abd al-Karim adalah pemimpin
pusat terakhir yang diakui dalam tarekat ini.Sejak wafatnya, tarekat ini
terpecah menjadi sejumlah cabang yang masing-masing berdiri sendiri dan
berasal dari ketiga khalifah pendirinya tersebut diatas.Syekh Ahmad
Khatib Sambas memiliki banyak murid dari nusantara karenanya Tarekat
Qadiriyah Naqsabandiyah tersebar di berbagai daerah seperti Bogor,
Tangerang, Solok, Sambas,Bali, Madura dan Banten.21
Penyebaran Tarekat Qadiriah wa Naqsyabandiyah (TQN) didaerah
Sambas (asal daerah Syaikh Ahmad Khatib), dilakukan oleh Syaikh Yasin
dan „Abd Latif bin Abd al-Qadir al-Sarawaki yakni salah seorang khalifah
Syaikh Sambas dari Pontianak. Sebagaimana pesantren di pulau jawa
kurang berhasil, sehingga sampai sekarang ini keberadaanya tidak begitu
dominan. Setelah wafatnya Syaikh Ahmad Khatib, maka kepemipinan
Tarekat Qadiriah wa Naqsyabandiyah di Mekkah dipegang oleh Syaikh
20
Hawash Abdullah, Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-tokohnyadi Nusantara,(Surabaya:
Al-Ikhlas,1980) hal. 180
21
Ibid 180
Abd. Karim al-Bantani dan semua khalifah Syaikh Ahmad Khatib
menerima kepemimpinan inu, tetapi setelah Syaikh Abd Karim al-Bantani
meniggal, maka khalifah tersebut kemudian melepaskan diri dan masing-
masing bertindak sebagai mursyid yang tidak terikat kepada mursyid yang
lain. Dengan demikian berdirilah kemursyidan-kemursyidan baru yang
berdiri sendiri.
Menurut Dhoifer, lima pondok pesantren di Jawa yang sekarang
menjadi pusat penyebaran TQN di Indonesia yaitu22:
1. Pesantren Pegentongan di Bogor (Jawa Barat)
K.H. Thahir Falaq mendirikan pusat penyebaran tarekat Qodiriyah wa
Naqsabandiyah di Pagentongan Bogor, dengan melanjutkan
kemursyidan yang dirintis oleh Syaikh Talhah.
2. Pesantren Suryalaya di Tasikmalaya (Jawa Barat)
K.H. Abdullah Mubarak mendirikan pusat penyebaran tarekat ini
diwilayah Tasikmalaya (Suryalaya).
3. Pesantren Mranggen di Semarang (Jawa Tengah)
TQN di Mranggen dibawa oleh K.H. Ibrahim al-Brumbungi,
khalifah Syaikh Abd al-Karim al-Bantani.Beliau bertindak
sebagaimursyid yang mandiri.TQN berkembang di Mrangen dibawah
kemursyidan K.H. Muslih ibn Abd al-Rahman, seorangmursyid dan
guru utama yang mengajar di Pesantren al-Futuhiyah, Mranggen.K.H.
Muslih mempunyai garis keguruan ganda dalam TQN. Ia lebih
mengutamakan gurunya yang di Banten, dari Abd al-Karim melalui
kiyai Asnawi Banten dan Kiyai Abd al-Latif Banten, tetapi ia juga
menyebutkan seorang guru dari daerahya sendiri, Mbah Abd al-Rahan
dari Menur (sebelah Timur Mranggen), yangmemperoleh ijazah dari
Ibrahim A-Brumbungi (dari Brombong, daerah yang sama), yang juga
merupakan sorang khalifah Abd al-Karim. Setelah K.H. Muslih
wafatpada tahun 1981, kepemimpinan tarekat ini dipegang oleh

22
Prof Dr Harun Nasution. Op. cit 85-88
putranya yang bernama M. Luthfi Hakim sampai saat ini.Sepulang dari
Makkah, Syaikh Zarkasyi bermukim di Desa Balendo Kedungo,
Purworejo dan berguru kepada K.H. Shaleh Darat di Semarang untuk
memperdalam ilmu syari‟at.
4. Pesantren Rejoso di Jombang (Jawa Timur)
Pusat penyebaran Tarekat Qadiriah Wa Naqsyabandiyah (TQN)
yang sangat besar adalah Pondok PesantrenRojoso, Jombang. Dari sini
Tarekat Qadiriah Wa Naqsyabandiyah menyebar keberbagai penjuru
ditanah air. Tarekat ini berkembang melalui Syaikh ahmad Hasbullah,
berasal dari Madura dan salah satu Khalifah Syaikh Ahmad Khatib,
tetapi belau juga tinggal di Mekkah sampai wafatnya. Tarekat ini
kemudian dibawa ke Jombang oleh K.H. Khalil dari Madura (menantu
K.H. Tamin, pendiri Pondok Pesantren Darul„Ulum Jombang), yang
telah memperoleh ijazah dari K.H. Ahmad Hasbullah di
Makkah.Selanjutnya, K.H. Khalil menyerahkan kepemimpinan ini
kepada iparnya yaitu K.H. Ramli Tamin.Setelah K.H. Ramli wafat,
panji kemursyidan diganti oleh K.H. Musta‟in Ramli (anak K.H.
Ramli sendiri).Kemudian dilanjutkan oleh adiknya yaitu K.H. Rifai‟i
Ramli. Sepeninggal K.H. Rifa‟i, jabatan Mursyid selanjutnya dipegang
oleh adik K.H. Mustain yang lain, yaitu K.H. Dimyati.
5. Pesantren Tebuireng di Jombang (Jawa Timur)
Sejak Syaikh Zarkasyi menjadi mursyid (1860-1914), ia memiliki
sejumlah murid dari berbagai daerah seperti, Magelang, Tamanggung,
Purworejo dan daerah sekitanya, bahkan dari Johor, Malaysia. Pada masa
Sultan Abu Bakar (Tumenggung Abu Bakar) berkuasa di kesultanan
Johor, beliau pernah berkirim surat kepada Syaikh Zarkasyi Berjan, yang
pada intinya memohon kepada syaikh itu untuk berkenan mengirimkan
seorang guru TQN. Meyikapi permohnan tersebut, maka Syaik Zarkasyi
mengirimkan seorang muridnya yang bernama Syaikh Sirat untuk
mengajarkan Tarekat Qadiriah wa Naqsyabandiyah di Johor, Malaysia.
Syaikh Siratberasal dari Dusun Buntil sebuah dusun disebelah Utara
Dusun Berjan dan masih dalam wilayah Desa Gintungan, Kecamatan
Gebang, Purworejo, Jawa Tengah.23

Pondok Surya Laya


Syariat Islam dalam arti luas memiliki tiga dimensi yang berimbang dan
sama pentingnya, yaitu (1) Iman (2) Islam (3) Ihsan. Dimensi keimanan banyak
dikaji dalam disiplin ilmu tauhid dan ilmu kalam, dimensi Islambanyak dibahas
dan dikupas dalam buku-buku tentang ilmu fiqh. Sedangkan dimensi ihsan
banyak diurai tuntaskan secara mendalam dalam ilmu akhlak dan tasawuf. Syaikh
Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad yang mempunyai semangat thalabul
„ilmi dan riyadoh amaliyyah yang kuat, mempelajari syariat Islam dalam ketiga
dimensinya itu, namun dalam perjalanan hidupnya yang semakin dewasa, beliau
semakin tertarik untuk mempelajari ilmu tasawuf dan tarekat. Dan bidang
tarekatlah yang akhirnya menjadi spesialisasinya. Tarekat yang ditekuni beliau
adalah TQN. Beliau berguru kepada Syaikh Talhah bin Thalabuddin di desa
Kalisapu dan kampong Trusmi Cirebon, dan bertabaruk kepada Syaikh Khalil
Bangkalan Madura. Kedua gurunya itu dikenal sebagai guru besar TQN pada
zamannnya. Beliau meyakini bahwa ilmunya harus diamalkan karena ilmu tanpa
amal bagaikan pohon tanpa buah. Ilmu juga menuntut pemiliknya untuk
disebarkan, baik dengan cara ditanya oleh orang lain, murid, peminat atau jamaah,
maupun dengan cara berdakwah, tabligh, pengajian-pengajian, atau melalui
pendidikan.24
Untuk itulah, Syaikh Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad yang akrab
dipanggil Abah Sepuh, memprakarsai untuk pertama kalinya penyelenggaraan
pengajian sekitar tahun 1890. Prakarsa ini dapat dikatakan sebagai peletakan
pondasi bagi pendidikan dan dakwah Islam yang bernuansa ihsan (TQN) di
Priangan Timur. Saat itu beliau berusia 54 tahun, dengan penguasaan ilmu agama
Islam yang cukup matang dan terpadu. Pertama-tama pengajian disampaikannya
di kampong Tundangan oleh Abah Sepuh secara informal dan diikuti oleh
23
Sri Mulyati, op.cit halaman 259-288
24
Muhammad Fadhil al-Jailany al-Hasanal-Husaini, dkk, TQN Suryalaya Membangun
Peradaban Dunia, (Tasikmalaya : Mudawwamah warohmah press, 2011), h. 5
jamaah/pengikut yang belum banyak sehingga partisipasi masyarakat dalam
pengajian pun belum ramai dan kurang berkembang. Mungkin karena Tundagan
kurang strategis (terpencil) dan sarana transportasi sulit, atau karena adanya
kecurigaan masyarakat dan aparat setempat terhadap ilmu dan ajaran yang
disampaikan Syaikh Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad, maka untuk
sementara waktu beliau beserta keluarganya pindah ke Rancameong Bandung.
Beliau tinggal di rumah salah seorang ikhwan TQN bernama H. Tirta.
Selanjutnya, untuk meneruskan perjuangannya, Abah sepuh pindah ke kampung
Cisero. Namun karena kondisinya hamper sama, kemudian pengajian itu pindah
lagi sekitar tahun 1901, pada waktu beliau berusia sekitar 65 dan 66 tahun, ke
kampong Godebag yang terletak di tepi sungai Citanduy bagian hulu. Kampung
ini termasuk desa Tanjungkerta Kecamatan Tarikolot yang waktu itu merupakan
wilayah administratif Kabupaten Sumedang. Meskipunsepi di pegunungan yang
bersemak belukar dan di hulu sungai, kampung Godebag
dekat dengan jalan hidup yaitu jalur tembus Ciawi-Panumbangan-Panjalu,
Kawali-Kuningan-Cirebon. Pada tahun 1905, atau tatkala Abah Sepuh berusia 69
tahun, di kampung Godebag inilah, baru didirikan sebuah pondok pesantren
dengan nama Pondok Suryalaya. Pondok Pesantren ini merupakan lembaga
pendidikan Islam sebagai sarana dan tempat mengaji, mengkaji, dan
menyebarkan ajaran Islam dengan berbagai dimensinya, khususnya TQN.25
Pada Tahun 1904 dari Cisero (sekarang Ciserna), Abah Sepuh beserta
keluarganya pindah ke Dusun Godebag, maka tepat pada Tanggal 7 Rajab 1323
H/5 September 1905 Pondok Pesantren Suryalaya didirikan oleh KH. Abdullah
Mubarak bin Nur Muhammad (dikenal dengan panggilan Abah Sepuh) atas izin
dan restu Guru Agung beliau Syaikh Tolhah Thalabuddin dari Trusmi Cirebon.
Pesantren ini terletak di desa Godebag yang sekarang terkenal dengan nama
Suryalaya. Surya Artinya matahari, laya artinya terbit. Jadi seakan pesantren ini
berada di tempat matahari terbit. Makna yang terkandung di dalamnya adalah
pesantren ini harus menjadi pusat cahaya spiritual yang mampu menjadi penerang
bagi umat manusia. Pesantren Suryalaya diharapkan dapat memberikan cahaya

25
Ibid, h. 6
Islam bagi manusia seperti halnya matahari menyinari jagat raya ini. Atau dengan
harapan, mudah-mudahan pesantren ini maju terus dan tidak ada yang mampu
menghalanginya seperti halnya matahari tidak aka nada satu makhluk pun yang
mampu menghentikannya.26
Kompleks Pondok Pesantren Suryalaya terletak di sebuah lembah yang
sangat indah, diapit oleg dua pegunungan, Gunung Cakrabuana dan Gunung
Sawal. Dibelakangnya mengalir sungai Citanduy, batas teritorial yang alami
antara kabupaten Ciamis Tasikmalaya. Letak Pesantren merupakan wilayah yang
subur dan sangat sejuk udaranya. Selama bertahun-tahun menjadi pusat wilayah
yang dikuasai oleh pergerakan Darul Islam, yang dipimpin oleh
Kartosuwiryo, yang menjadi tempat berlindung pada tahun 1950-an. Pesantren
Suryalaya terletak 9,5 kilometer dari jalan utama Bandung-Tasikmalaya, sekitar
30 kilometer sebelah utara sebelum Tasikmalaya. Jalan kecil ini mengarah ke
Pesantren dan kota Suryalaya dan juga melewati desa/kampung yang ramai,
berpenghuni padat. Rute ini tidaklah terpencil karena masih bisa dilewati dengan
kendaraan.27
Pada saat memasuki kompleks Pesantren Suryalaya, kita akan temukan
deretan bangunan yang mengelilingi masjid besar 2 lantai, yang diberi nama
Nurul Asrar. Pada sisi kiri, depan masjid, ada sebuah rumah di mana Abah Anom
dan sekeluarga bertempat tinggal. Puncak menara masjid dihiasi dengan lafadz
“Allah”. Sebuah tulisan Arab yang bersinar diterangi oleh lampu di malam hari,
menyala di tengah-tengah lembah yang gelap. Lafadz “Allah” dilihat sebagai
lambang cahaya kesucian di hati manusia yang merupakan inti
sari pengajaran di pesantren tersebut.28
Modal pertama Pondok Pesantren Suryalaya berupa sebuah Masjid yang
dijadikan tempat mengaji dan mengajarkan TQN. Masjid itu dibangun atas restu
Syaikh Thalhah. Cikal bakal pesantren itu diberi nama “Patapan Suryalaya
Kejembaran Rahmaniyah”, disingkat “Suryalaya”. Masjid itu diresmikan pada

26
Ibid, h.1
27
Sri Mulyati, Peran Edukasi TQN dengan referensi utama Suryalaya, (Jakarta :
Kencana Prenada Group, 2010), h. 208
28
Ibid, h. 209
tanggal 7 Rajab 1323 H/5 September 1905 M. Tanggal tersebut kemudian
dijadikan titimangsa kelahiran (milad) Pondok Pesantren Suryalaya. Meskipun
nama godebag terkait dengan banyak peristiwa penting sehingga bagi sementara
orang member kesan yang cukup mendalam, namun Suryalaya itu selanjutnya
lebih dikenal umum dan lebih popular.
Masa awal perjalanan Pondok Pesantren Suryalaya sebagai lembaga
pendidikan Islam dengan cirri khusus dan spesialisasi pengajian, pengamalan,
dan pengembangan TQN tidak berjalan mulus begitu saja, karena ada
kesalahpahaman sebagian masyarakat, ditambah kebijakan pemerintah kolonial
Belanda yang kurang mendukung berkembangnya tarekat pada umumnya.
Pemerintah Belanda melihat dan mencatat bahwa Kyai Tarekat termasuk santri
dan pesantrennya sebagai provokator, penyulut tumbuhnya kekacauan seperti
Perang Banten (1658-1682), Perang Padri (1821-1838), Perang Aceh (1873-
1903), Perang Diponegoro (1825-1830), dan pemberontakan Cilegon-Banten
(1888) serta pemberontakan di Kedongdong Cirebon (1893).29Setelah Abah Sepuh
wafat pada tahun 1956, Pimpinan Pondok Pesantren Suryalaya di wariskan
kepada Abah Anom (Putra Abah Sepuh). Abah Anom harus mandiri sepenuhnya
dalam memimpin Pesantren. Dengan rasa ikhlas dan penuh ketauladanan, Abah
Anom gigih menyebarluaskan ajaran Islam melalui metode TQN ke berbagai
pelosok tanah air walaupun ketika itu masih terus mendapat ancaman keamanan
terutama dari Darul Islam yang masih merajalela. Pondok Pesantren Suryalaya,
dengan kepemimpinan Abah Anom, tampil sebagai pelopor pembangunan
perekonomian rakyat, melalui pembangunan irigasi untuk meningkatkan
pertanian, membuat kincir air untuk pembangkit tenaga listrik.30
Dalam perjalanannya, Pondok Pesantren Suryalaya tetap konsisten kepada
Tanbih, wasiat Abah Sepuh yang diantara isinya adalah taat kepada perintah
agama dan Negara. Maka Pondok Pesantren Suryalaya tetap mendukung
pemerintahan yang sah dan selalu berada di belakangnya. Disamping
melestarikan dan menyebarluaskan ajaran Islam melalui mertode TQN, Abah

29
Ibid, h 6-7
30
Ibid, h.14
Anom juga sangat konsisten terhadap perkembangan dan kebutuhan masyarakat.
Maka sejak tahun 1961 didirikan Yayasan Serba Bakti dengan berbagai lembaga
di dalamnya termasuk pendidikan formal mulai dari TK, SMP Islam, Madrasah
Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), SMU, dan
Perguruan Tinggi (IALM dan STIE), dan Pondok Remaja Inabah. Didirikannya
Pondok Remaja Inabah sebagai wujud perhatian Abah Anom terhadap kebutuhan
umat dan merasa berkewajiban untuk menolong umat yang sedang tertimpa
musibah. Berdirinya Pondok Remaja

Peziarah/Penganut Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah


Pengertian Ziarah
Kalimat ziarah kubur sangat dikenal oleh masyarakat. Kata “Ziarah
Kubur” terdiri dari 2 kata, yaitu ziarah dan kubur. Ziarah berasal dari
bahasa Indonesia yang berarti kunjungan ke tempat yang dianggap
keramat (atau mulia, makam, dsb). Sedangkan berziarah adalah
berkunjung ke tempat yang dianggap keramat atau mulia (makam dsb)
untuk berkirim doa.31 Kata ziarah juga diserap dari bahasa Arab berarti
mengunjungi.32 Secara harfiah, kata ini berarti kunjungan, baik kepada
orang yang masih hidup atau yang sudah meninggal. Sedangkan secara
teknis, kata ini menunjuk pada serangkaian aktivitas mengunjungi makam
tertentu, seperti makam Nabi, sahabat, wali, pahlawan, orang tua, kerabat,
dan lain-lain.33
Demikian juga kata kubur diserap dari bahasa Arab emikian juga
kata kubur diserap dari bahasa Arab yang artinya makam, kuburan. 34
Sedangkan dalam bahasa Indonesia kubur artinya lubang di tanah untuk
menanamkan mayat; (tanah) tempat menanamkan mayat; makam.

31
Tim penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Basaha, 2008),
h. 1287
32
A.W. Munawir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya : Pustaka.
Progressif, 1997), h. 592
33
Purwadi dkk, Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual, (Jakarta :Penerbit Buku Kompas, 2006), h.
3
34
A.W. Munawir, op. cit, h. 1085
Sedangkan kuburan adalah tanah tempat menguburkan mayat; makam. 35
Ada juga yang berpendapat bahwa ziarah artinya datang untuk bertemu
dan kubur artinya tempat untuk menguburkan manusia. Dengan demikian
ziarah kubur adalah mendatangi / menziarahi seseorang yang telah
dikuburkan, dikebumikan atau disemayamkan dalam kubur.36
Dalam syari‟at Islam, ziarah kubur itu bukan sekedar menengok
kubur bukan pula sekedar tahu dan mengerti dimana ia di kubur, atau
untuk mengetahui keadaan kubur atau makam, akan tetapi kedatangan
seorang ke kubur adalah dengan maksud untuk mendoakan kepada yang di
kubur muslim dan mengirim pahala untuknya atas bacaan ayat-ayat al-
Quran dan kalimat-kalimat Tayyibah seperti tahlil, tahmid, tasbih,
shalawat dan lainya.37 Banyak masyarakat Indonesia yang melakukan
ziarah ke tempat-tempat orang-orang sholeh atau seorang wali. Dalam
pengertiaannya wali adalah (jamaknya awliya) yaitu orang yang dianggap
dekat dan bersahabat dengan Allah (akar kata Arab WLY, dekat).
Dalam buku Kasyf al-Mahjub yang ditulis pada abad ke-11, al-
Hujwiri menyebutkan ayat-ayat al-Qur‟an yang dijadikan acuan oleh
tradisi mistis Islam untuk mengembangkan konsep kesucian khas Islam itu
“Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (10:63); “Allah pelindung
(wali) orang-orang yang beriman” (2:258).38 Data historis menunjukkan,
praktik ziarah ke makam sudah ada sejak sebelum Islam datang, namun
bobotnya dilebih-lebihkan, sehingga di masa awal Islam (610-622), Nabi
Muhammad melarangnya. Seiring dengan perkembangan Islam yang
dibarengi dengan pemahaman yang cukup, maka tradisi ziarah dihidupkan
kembali, bahkan dianjurkan oleh Nabi, karena hal tersebut dapat

35
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op. cit., h. 766
36
M. Hanif Muslih, Kesahihan Dalil Ziarah Kubur, ( Semarang : Ar-Ridha, 1998), h. 7
37
M. Afnan Chafidh dan A. Ma‟ruf Asrori, Tradisi Islam : Panduan Prosesi Kelahiran –
Perkawinan - Kematian, (Surabaya: khalista, 2009), Cet. 4, h. 230.
38
Henri Chambert-Loir dan Claude Guillot, Ziarah dan Wali di Dunia Islam, (Jakarta : PT
Serambi Ilmu Semesta, 2007), h. 394
mengingatkan kepada hari akhir, sehingga diharapkan pelakunya dapat
melakukan kontrol diri.
b. Dasar-Dasar Ziarah Lubur
Menurut banyak hadist yang disampaikan, ziaroh kubur menjadi
anjuran yang dilakukan, diantaranya hadist Nabi Muhammad yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a.,

‫ َق ْب َر ُِّأم ِه َفبَ َكى َوَأبْ َكى َم ْن‬-‫ص لى اهلل علي ه وس لم‬- ‫ال َز َار النَّبِ ُّى‬
َ َ‫َع ْن َأبِى ُه َر ْي َرةَ ق‬

ِ ِ ِ ِ
َ ‫اس تَْأ َذ ْنتُهُ فى َأ ْن َُأز‬
‫ور‬ ْ ‫َأسَت ْغف َر ل ََه ا َفلَ ْم يُْؤ َذ ْن لى َو‬ ُ ْ‫استَْأ َذن‬
ْ ‫ت َربِّى فى َأ ْن‬ ْ « ‫ال‬
َ ‫َح ْولَهُ َف َق‬

َ ‫ور فَِإ َّن َها تُ َذ ِّك ُر ال َْم ْو‬


‫ت‬ ِ ِ
َ ُ‫وروا الْ ُقب‬
ُ ‫َق ْب َر َها فَُأذ َن لى َف ُز‬
Artinya : “ Nabi Saw, pernah menziarahi kuburan ibunya, lalu beliau Saw
menangis sehingga membuat orang orang di sekitarnya (ikut) menangis.
Beliau bersabda, Aku meminta izin kepada Rabbku untuk memohonkan
ampun untuknya (ibu beliau), namun Dia tidak memberikan izin. Dan aku
meminta izin untuk menziarahi kuburnya, maka Allah memberikan izin
kepadaku. Maka hendaklah kalian menziarahi kubur, karena ziarah kubur
itu akan mengingatkan kematian”. Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya.
Kedudukan Hadist shahih. 39
Hadist ziaroh kubur selanjutnya Dari Ibnu Buraidah, dari
bapaknya, dia mengatakan, Rasulullah Saw bersabda,

ِ ‫ار ِة قَب ِْر اُ ِّم ِه فَ ُزوْ رُوْ هَا فَاِنَّهَا تُ َذ ِّكر ُْا‬
‫آلخ َرة‬ َ َ‫ت نَهَ ْيتُ ُك ْم ع َْن ِزيَا َر ِة ْالقُبُوْ ِر فَقَ ْد اُ ِذنَ لِ ُم َح َّم ٍد فِى ِزي‬
ُ ‫قَ ْد ُك ْن‬

Artinya :“Sungguh aku dulu melarang kalian dari ziarah kubur, maka
sungguh Muhammad telah diizinkan menziarahi kubur ibunya, maka
ziarahilah kubur, karena sesungguhnya ziarah kubur itu mengingatkan

39
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib (6)
Hadits-hadits Shahih tentang Anjuran dan Janji Pahala, Ancaman dan Dosa, diterjemahkan dari
“Shahih at-Targhib wa at-Tarbib” oleh Izzudin Karimi, dkk, (Jakarta: Darul Haq, 2012), cet. 2, h.
278
akhirat.” Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, beliau mengatakan, “Hadist
hasan Shohih”.40

Hadist selanjutnya yang menerangkan bahwa ziaroh kubur bisa


sebagai pengingat pada kematian.

‫ب قَاالَ َح َّد َثنَا ُم َح َّم ُد بْ ُن عَُب ْي ٍد َع ْن يَ ِزي َد بْ ِن‬


ٍ ‫َح َّد َثنَا َأبُو بَ ْك ِر بْ ُن َأبِى َش ْيبَةَ َو ُز َه ْير بْ ُن َح ْر‬
ُ
َ َ‫َك ْي َسا َن َع ْن َأبِى َحا ِزٍم َع ْن َأبِى ُه َر ْي َرةَ ق‬
‫ َق ْب َر ُِّأم ِه‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫ال َز َار النَّبِ ُّى‬

‫َأس َت ْغ ِف َر ل ََه ا َفلَ ْم يُْؤ ذَ ْن لِى‬ ِ ُ ْ‫اس تَْأذَن‬


ْ ‫ت َربِّى فى َأ ْن‬ ْ ‫ال‬
َ ‫َفبَ َكى َوَأبْ َكى َم ْن َح ْولَ هُ َف َق‬

َ ‫ور فَِإ َّن َها تُ َذ ِّك ُر ال َْم ْو‬ ِ ِ ِ


‫ت‬ َ ُ‫وروا الْ ُقب‬ َ ‫استَْأ َذ ْنتُهُ فى َأ ْن َُأز‬
ُ ‫ور َق ْب َر َها فَُأذ َن لى َف ُز‬ ْ ‫َو‬
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah
dan Zuhair bin Harb menyampaikan kepada kami dari Muhammad bin
Ubaid, dari Yazid bin Kaisan dari Abu Hazim bahwa Abu Hurairah
berkata “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menziarahi kubur
ibunya. Lalu beliau menangis sehingga dan orang-orang sekeliling beliau
pun ikut menangis. Beliau berkata, “Aku pernah meminta izin kepada
Rabbku agar aku di perkenankan memintakan ampunan untuk ibuku,
namun tidak diizinkan. Kemudian aku meminta izin untuk menziarahi
kuburnya. Dia pun mengizinkanku, Berziarah kuburlah! Karena ia bisa
mengingatkan pada kematian”.41
Hadits selanjutnya tentang ziaroh kubur dari Abdullah bin
Buraidah dari ayahnya yang diriwayatkan oleh Ibnu Numair.

40
Ibid, h. 279
41
Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Ensiklopedia Hadits 3 ; Shahih Muslim
1, diterjemahkan oleh Ferdinand Hasmand dkk, (Jakarta : Almahira, 2012), h. 442
Artinya : Abu Bakar bin Abu Syaibah, Muhammad bin Abdullah bin
Numair dan Muhammad bin al-Mutsanna menyampaikan kepada kami –
lafaz milik Abu Bakar dan Ibnu Numair – dari Muhammad bin Fudhail,
dari Abu Sinan, Dhinar bin Murrah, dari Muharib bin Distar, dari Ibnu
Buraidah, dari ayahnya bahwa Rasulullah Saw, bersabda, “Aku pernah
melarang kalian menziarahi kuburan. Namun sekarang, berziarahlah, aku
juga pernah melarang kalian menyimpan daging kurban di atas tiga hari.
Namun sekarang, simpanlah sesuai kebutuhan kalian. Aku pun pernah
melarang kalian membuat nabidz kecuali di bejana air dari kulit. Namun
sekarang, nabidz, minumlah nabidz dari segala macam tempat
penyimpanan air, Dan janganlah minum yang memabukkan!.” (lihat hadits
no.5207). Ibnu Numair menyebutkan dalam riwayatnya. “Dari Abdullah
bin Buraidah dari ayahnya.42
Selanjutnya hadist ziaroh kubur yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim

42
Ibid, h. 442-443
Artinya : Dari Buraidah ra., berkata : Rasulullah saw. bersabda :
“Tadinya aku melarang kalian untuk berziarah kubur, tetapi sekarang
berziarahlah kalian!” (HR. Muslim)43
3. Tata Cara dalam Ziaroh Kubur
Pada waktu ziarah kubur kita harus mematuhi ketentuan ketentuan
(sunnah) Rasulullah supaya tidak terseret kepada tradisi bid’ah.
Sebagaimana diperingatkan bahwa, “Jangan sekali kali berziaroh kubur,
siapapun dengan tujuan meminta syafaat, sebab tidak ada kubur yang
dapat memberikan syafaat. Dengan demikian berziaroh kubur harus
dilakukan sebagaimana mestinya sehingga bernilai pelaksanaan sunnah
Rasulullah Saw dan niscaya mendapat pahala.44
Adapun tata cara dalam berziarah kubur adalah sebagai berikut:45
a. Hendaklah berwudlu dahulu sebelum menuju ke makam untuk
berziarah
b. Setelah seorang peziarah sampai ke kubur, hendaklah memberi salam
serta mendoakannya.
c. Ketika sampai pada makam yang dituju, kemudian menghadap ke arah
muka mayit (menghadap ke arah timur), seraya mengucapkan salam
khusus (kepada si mayit : kepada ayah atau ibu atau seseorang)
d. Sesudah mengucapkan salam tersebut, dilanjutkan dengan berdoa,
dengan membaca doa ketika masuk areal pemakaman maka ia
dimintakan ampunan (maghfirah) oleh semua orang mukmin yang
telah meninggal sejak Nabi Adam.
e. Bacalah ayat-ayat (surat-surat) dari al-Qur‟an, seperti membaca surat
Yasin, Ayat kursi atau membaca Tahlil dan lain-lain.

43
Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin : Perjalanan Menuju Taman Surga,
diterjemahkan dari Riyadhus Shalihin oleh Zenal Mutaqin dkk, (Surabaya : Jabal, 2013), Cet.
6, h. 227
44
Abbas Hasan, Pedoman Penyelenggaraan Jenazah,, (Jakarta: Harmonis, 1982), cet III,
hal.93
45
Imam Nawawi, op.cit. hal. 231-235
f. Setelah itu, berdo‟a yang dimaksud, bukanlah minta kepada kuburan,
tetapi memohon kepada Allah untuk mendo‟akan dirinya sendiri dan
yang diziarahi. Atau bila ziarah ke makam wali dan ulama, berdoa
untuk dirinya dengan wasilah (perantaraan) para wali dan ulama,
dengan harapan doanya mudah terkabul berkat wasilah kepada para
kekasih Allah tersebut.
g. Dalam berziarah, hendaknya dilakukan dengan penuh hormat dan
khidmat serta khusyu‟ (tenang).
h. Hendaklah dalam hati ada ingatan bahwa aku pasti akan mengalami
seperti dia (mati).
i. Hendaklah tidak duduk di nisan kubur dan melintasi di atasnya,
karena hal itu merupakan perbuatan idza‟ (menyakitkan) terhadap
mayit.
4. Hal- hal Yang Bersinggungan dengan Ziaroh Kubur
a. Membaca al-quran, dzikir dan tahlil
Istilah tahlil berasal dari Arab “Tahlil” yang berarti membaca
La illaha illallah. Tahlil pada umumnya membaca serangkaian
kalimat yang terdiri dari 46:
1) Ayat-ayat al-Qur‟an (biasanya terdiri dari : Surat Al- Fatihah,
surat Al-Ikhlas, Surat Al-Falaq, Surat An- Nass, kemudian
awal surat Al-Baqarah, ayat Kursi dan dua atau tiga ayat-ayat
surat Al-Baqarah)
2) Shalawat kepada Nabi Muhammad s.a.w. dengan sighah /
bentuknya yang tidak dibakukan.
3) Dzikir / tahlil (bacaan La Ilaha Illallah, dan sering kali
ditambah dengan bacaan Ya Allah Ya Rahim, atau Ya
Rahmanu Ya Rahim).
4) Tasbih dan tahmid (membaca Subhanallah wa Bihamdihi
Subhanallahi al-„Adhim, atau kalimat lain yang searti)

46
Muhammad Tholhah Hasan, Ahlussunnah Wal-Jama’ah : Dalam Persepsi dan Tradisi
NU, (Jakarta : Lantabora Press – Jakarta Indonesia, 2005) cet. 3. Hal 237-238
5) Istighfar (memohon ampun kepada Allah, untuk dirinya
sendiri maupun untuk orang lain, baik yang masih hidup
maupun yang sudah meninggal).
6) Do‟a, sesuai dengan tujuan masing-masing individu
b. Tawassul
Kata tawassul berasal dari bahasa Arab yaitu tawassala-
yatawassalu-tawassulan yang memiliki arti mengambil wasilah
atau perantara. Sedangkan wasilah adalah jalan atau sebab yang
mendekatkan diri kepada yang lain, tentunya dalam hal ini yang
dimaksud adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Seperti
Firman Allah SWT. di dalam Al-Qur‘an surat Al-Maidah ayat 35,
yaitu:

‫وبتغوا إليە الوسيلة‬


Artinya: Dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya.47
Arti lain dari kata tawasul yaitu yaitu berdoa untuk
terkabulnya suatu hajat atau keinginan kepada Allah dengan
pangkat  Nabi SAW, para nabi, para wali, dan orang-orang saleh.
Salah satu contohnya, yaitu jika ada orang yang menginginkan
masuk surga, orang tersebut tidak cukup hanya memohon kepada
Allah SWT. saja, melainkan harus melakukan amal-amal shalih,
tetapi yang membuat orang tersebut masuk surga bukanlah amal-
amal shalih tersebut, melainkan Allah SWT. yang memasukkannya
ke dalam surga dengan rahmat-Nya48
Salah satu pilar keyakinan yang dimiliki umat islam adalah
tawassul, yang merupakan cara meringankan beban perasaan dalam
hati. Keyakinan terhadap tawassul bahwa para hamba-hamba
terdekat dengan Tuhan atau kekasih-Nya, dapat membantu
seseorang menghasilkan kesadaran bahwa segala sesuatu yang
terjadi di alam semesta ini hanyalah kehendak Allah Swt (tauhid
47
Mahfudh, KH. MA. Sahal. 2003. Dialog dengan KIAI SAHAL MAHFUDH Solusi
Problematika Umat. Surabaya : Ampel suci. Hal. 381
48
Ma’shum, KH. Ali. HUJJAH ASWAJA (Kitab). Pekalongan. Hal. 178-182
af‟ali) dan para wali-Nya merupakan perantara-Nya dalam
mencurahkan rahmat dan karunia. 49
Bertawasul dapat menguatkan ketawakalan (penyerahan
diri kepada Allah Swt) inidvidu. Selain itu, permohonan mereka
juga niscaya didengar Tuhan, dan dapat memberikan syafaat
dengan seizin-Nya. Oleh karena itu, saat sedang berada dalam
kesusahan, disarankan untuk bertawasul kepada mereka (para
kekasih Allah Swt). Dalam pada itu, mereka adalah agensi bagi
tercurahnya rahmat dari sisi Allah Swt. Fakta didukung banyak
bukti yang tak terbantahkan. Sudah banyak hama- hamba Allah
Swt yang bersimpuh lalu mengadu kepada mereka mendapatkan
pertolongan dan hajat-hajatnya terpenuhi. Bertawasul dapat
menguatkan ketawakalan (penyerahan diri kepada Allah Swt)
inidvidu.50
Dengan menjalin hubungan dengan wali-wali Allah Swt
yang punya kedudukan tinggi di sisi-Nya, serta memiliki pengaruh
dalam mekanisme alam semesta, jiwa individu akan merasa
tentram dan tidak kesepian.51
Rasulullah Saw sering berdoa, sebagaimana disebutkan
dalam hadis yang mutawatir, “Allahuma inni as‟aluka bihaqqis-
sa‟ilin” atau artinya, Ya Allah, aku mohon kepadamu dengan
haknya orang-orang yang ahli meminta kepadamu. Ini termasuk
kalimat tawassul.52
Tawassul itu menunjukkan kerendahan hati seseorang. Ini
dilakukan orang yang banyak amalnya tapi menganggap amalnya
di sisi Allah masih kurang dan masih banyak dosanya. Tawassul
itu mendidik seseorang menghilangkan sifat egois. Meski
49
Ishaq Husaini Kuhsari, Al-qur‟an dan Tekanan Jiwa, : Diagnosis Problem Kejiwaan
Manusia Modern dan Solusi Qur‟ani dalam Mengatasi dan Menyembuhkan. (Jakarta : Sadra Pres,
2012), h. 192
50
Ibid
51
Ibid
52
Mehdy Zidane (ed), Nasehat Spritual Mengenal Tarekat ala Habib Luthfi bin Yahya,
(Bekasi: Hayat Publishing, 2009) cet. 4, h.188.
seseorang itu banyak amalnya, tetap menggandeng orang yang
saleh di sisi Allah. Bukan meminta kepada orang-orang tersebut,
tetapi hakikatnya tetap minta kepada Allah dengan ditemani orang
saleh itu.53
Posisi tawasul adalah memberi pengaruh terhadap pribadi si
peminta. Kalau seseorang kebetulan sedang sakit, hanya bisa
berjalan bertatih-tatih, tawasul tersebut membantunya dalam
berjalan, sehingga ia bisa berjalan lebih cepat dibandingkan kalau
jalan sendiri.
Masalah kemusyrikan dalam bertawasul ini, bagi orang
yang mengerti dan memiliki tauhid yang kuat ia tidak akan
mengalami kesulitan, sebab ada koridornya. Orang awam atau anak
kecil pun tahu, yang didatangi itu orang mati. Bukan Tuhan. Ini
menunjukkan tidak syirik. Yang perlu dijaga, jangan sampai
ta‟aluq (tergantung) kepada orang yang diziarahi, seolah-olah
kubur tersebut memberi atsar (manfaat) kepada seseorang, itu yang
tidak dibenarkan.
Jadi, melakukan ziarah kepada Wali Allah swt semata-mata
minta dibimbing dan dituntun oleh orang- orang yang dekat kepada
Allah swt. baik itu yang masih hidup, maupun yang sudah
meninggal.54
c. Tabarruk / Ngalap Berkah
Masalah tabarruk sudah berlangsung sejak zaman
Rasulullah saw. banyak diantara para sahabat yang ngalap barokah
dari berbagai macam hal yang berasal dari Nabi saw. seperti bekas
air wudlu Nabi saw., pakaian yang pernah dipakai beliau, tempat
yang pernah beliau disinggahi, juga rambut beliau yang terlepas
atau dipotong (waktu tahallul umpamanya). Hadits-hadits yang
menceritakannya banyak sekali, seperti yang diriwayatkan oleh
53
Ibid, h.188-189
54
Tim Majlis Khoir, Habib Luthfi bin Yahya Menjawab Keluh Kesah Umat, (Malang:
Majlis Khoir Publishing, 2012), h. 128
Imam Imam Muslim, bahwa Asma‟ binti Abi Bakar (dalam kitab
Al-Libas waz-Zinah) bercerita bahwa ia pernah mencuci jubah
yang pernah dipakai Rasulullah saw. Jubah tersebut berada di
tempat „Aisyah r.a. dan air bekas cucian jubah tersebut digunakan
untuk pengobatan/penyembuhan orang-orang yang sakit, dan
ternyata orang-orang yang sakit tersebut sembuh.55
Kecintaan dan penghormatan kepada Wali (auliya‟)
tersebut lebih didasarkan pada alasan yang berdimensi spiritual,
seperti sikap dan prilakunya yang tampil sederhana, ibadahnya
yang sangat tekun di atas rata-rata masyarakat umum,
penampilannya yang santun, zuhud dan wara‟ (menjauhi perilaku
tercela), tidak mempunyai pamrih kepada siapapun dalam hal
materi, suka membimbing masyarakat dalam kehidupan rohani dan
keagamaan, mempunyai kelebihan – kelebihan seperti karomahnya
dan kemampuan melihat sesuatu yang tidak bisa diketahui orang
lain.56
Kalau berziarah kepada aulia, para wali, jangan lupa, yang
utama adalah belajar mengoreksi diri atau instropeksi diri sendiri.
Pertama, seseorang patut merenung tentang pemilik makam yang
ia ziarahi. Meski sudah dikubur, beliau tetap mendapat kehormatan
dari keluarga, para murid, serta umat Islam, dikunjungi dan
didoakan. Kedua, seseoran harus ingat, ketika melihat makam
tersebut, ia juga sadar bahwa nantinya ia pun akan menemui ajal,
sebagaimana pemilik makam tersebut. Jadi, yang terpenting adalah,
apakah sudah menyiapkan bekal untuk menuju alam akhirat. Dan,
apakah bekalnya sudah cukup untuk menghadapi pertanyaan
malaikat serta timbangan amal di akhirat nanti.57
Ketika di makam, bacalah al-Qur‟an, dzikrullah, dan
shalawat. Pahala-pahala bacaan itu semoga menjadi penyebab
55
Muhammad Tholhah Hasan, op. cit., h. 285-286
56
Ibid. 288
57
Mehdy Zidane (ed.), op. cit, h. 173
turunnya rahmat dari Allah swt. Diharapkan, pahala bacaan itu
akan menambah pahala kepada orang yang diziarahi, dan nantinya
akan mengalirkan pahala kepada yang menziarahinya. Itulah di
antaranya hikmah yang dapat dipetik dari ngalap berkah di makam
para wali.58
Adapun individu mulia dapat dijadikan alat bertabaruk
karena diyakini mempunyai keutamaan dan kedekatan dengan
Allah Swt. Meskipun demikian, tetap diyakini bahwa mereka tidak
dapat menarik manfaat atau menolak madarat kecuali dengan izin
Allah Swt.59
d. Mengingat Mati
Yang dimaksud ingat mati adalah berpikirnya hati dan
menghadirkan hati ketika ingat mati dengan lisan, bagaimana
keadaannya nanti ketika menghadapi kematian dan sekaratnya,
serta menghadapi kenyataan-kenyataan perkara-perkara akhirat.
Dan berfikir bagaimana akhir hidupnya (apakah husnul khotimah
atau suul khotimah). Dan bagaimana keadaan teman-teman dan
sahabat- sahabatnya ketika mati, dan kemana di kembalikan (ke
surga atau neraka). Dan yang sejenis itu dari pikiran- pikiran dan
ingatan-ingatan yang bermanfaat bagi hatinya.60
Di dalam memperbanyak ingat mati, merasa dekat
datangnya kematian terdapat faidah yang agung, manfaat yang
banyak. Diantaranya adalah zuhud di dunia (hatinya tidak tergiur
dunia), qona‟ah (menerima) sesuatu yang sedikit dari dunia, selalu
beristiqomah melakukan amal kebaikan yang merupakan bekal

58
Ibid
59
Muhammad Al-Maliki Al-Hasani, Meluruskan Kesalahpahaman Keistimewaan
Rasulullah: Hakikat Nubuwwah, Hakikat Basyariyyah dan Tabaruk, di terjemahkan oleh Tarmana
Abdul Qosim dari “Mafahim Yajib An Tushahhah”, ( Bandung: PT Remaja Rosdaka, 2002) cet.2
h.51
60
Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al Hasan, Fiqh Kubur: Kupas Tuntas Amalan-Amalan
Yang Berkaitan Dengan Kubur ditinjau dari perspektif Al-Quran dan Hadits diterjemahkan oleh
M. Sholehuddin dan Shofwan dari “Tahqiqul Amal Yanfau” Lil mayit Minal A’mal”, (Jombang;
Darul Hikmah, 2008), h.124
akhirat, menjauhi kejelekan, dan bersegera melakukan taubat
kepada Allah dari segala amal kejelekan bila ia melakukannya.61
Justru orang yang benar-benar takut kepada kematian, akan
memperbaiki dirinya sendiri, memfokuskan diri untuk betaubat,
beribadah, bermunajat kepada Allah swt. Agar disaat dipanggil
keharibaan Allah swt, ia meninggalkan dunia fana ini dengan
khusnul khotimah.
Jadi, orang yang takut mati itu seharusnya bisa mengubah
dirinya dalam segala hal agar menjadi lebih baik dan justru
menjauhkan dari sifat putus asa. Yang tadinya malas bekerja, jadi
semangat bekerja, karena hasil kerjanya nanti diniatkan untuk
beribadah, menambah amal sholeh, seperti menyantuni anak yatim
dan fakir miskin, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah swt.
Lalu yang tadinya senang terhadap perbuatan maksiat,
menarik diri, agar dosa yang membebaninya tidak bertambah.
Kemudian ia berupaya untuk bertaubat kepada Allah swt. Agar
pada saat kematian tiba, ia mengakhiri hidup dengan khusnul
khotimah dan ruhnya membawa iman, Islam dan amal shaleh.62
5. Hikmah Ziaroh Kubur
Di samping maksud utama ziarah kubur untuk mendo‟akan
terhadap mayit yang diziarahi agar mendapatkan maghfiroh (ampunan)
dari Allah Swt., mendapatkan rahmat dan pahala, juga mengandung
hikmat yang sangat bermanfaat bagi yang berziarah sendiri, di
antaranya ialah63:
1) Mengingat Alam Akhirat
Bahwa kelak di alam akhirat, manusia dibangunkan
(dihidupkan) kembali oleh Allah Swt. untuk menerima keadilan
dan balasan atas segala amal perbuatan manusia semasa hidup
di dunia,baik itu amal yang baik (saleh) yang dibalas dengan
61
Ibid . 130
62
Tim Majlis Khoir, op.cit h.187-188
63
Muhammad Tholhah Hasan, op.cit, h.237-238
pahala, maupun amal yang buruk (jelek) yang akan dibalas
dengan siksa (neraka), semuanya akan mendapat pembalasan
yang seadil- adilnya.
2) Untuk dapat berzuhud terhadap dunia
Zuhud terhadap dunia yaitu meninggalkan dunia untuk
berbakti kepada Allah swt., artinya orang jangan sampai
terpikat hati dan pikirannya dengan tipu muslihat dunia, tetapi
ia dapat menyalurkan harta benda yang diperolehnya dengan
jalan yang halal untuk beramal saleh yang diridhai oleh Allah
swt.seperti sedekah, infaq dan zakatkan tersebut itulah harta
yang hakiki dan abadi, yang akan dapat diambil manfaatnya
kelak di akhirat, sedang harta selai itu hanya titipan dan tidak
akan dibawa saat ajal menjemput.
Berlaku zuhud dalam dunia dan qonaah (berkecukupan dan
merasa puas dengan apa yang ada) sehingga ia berlaku
sederhana dalam segala hal, tidak sombong atau keras kepala
dan lain lain. Hadits Nabi, “Perbanyaklah mengingat mati yang
memutuskan segala macam kelezatan, karena ia membersihkan
hati dan menjadikan seorang berlaku zuhud didalam dunia,
cukuplah maut itu sebagai juru nasihat”.64
3) Untuk diambil suri tauladan
Setiap manusia pasti akan mengalami kematian, yang
waktunya tidak seorangpun yang mengetahui kecuali Allah
Swt. Oleh karena datangnya ajal yang tidak terduga tersebut,
maka seharusnya seseorang menyiapkan sejak dini bekal yang
akan dibawa bila ajal menjemput, bukan harta yang akan
dibawa, tetapi amal-amal saleh yang akan dapat menolong.
K.H. Ahmad Shohibul Wafa (Abah Anom) sebagai Mursyid Tarekat
Qadiriyah Naqsyabandiyah
a. Riwayat Hidup Abah Anom

64
M. Ali Usman, Mut dan Segala Persoalannya, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975) cet I. h.87
Dalam mengupas sejarah dan pemikiran tasawuf di Indonesia, kita tidak
bisa menafikan tokoh penting seperti K.H.A. Shohibulwafa Tajul Arifin, yang
biasa dikenal dengan sebutan Abah Anom (Kyai Muda) dan ayahnya yang
bernama Syaikh Haji Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad, yang terkenal
sebagai Abah Sepuh (Kyai Tua), beliau meninggal pada 25 Januari 1956.
Syaikh Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad, yang biasa dipanggil Abah
Sepuh dilahirkan pada tahun 1836 di kampong Cicalung, Desa Tanjungkerta,
Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Kampung
kelahiran beliau itu letaknya sekitar 3 kilometer dari Pondok Pesantren
Suryalaya yang ada sekarang ini.
Nur Muhammad, ayahanda Abah Sepuh, adalah dikenal dengan
panggilan Eyang Upas, karena pada tahun 1836 beliau menjadi Upas, yang
zaman itu umumnya menjadi kebanggaan dan idaman setiap pemuda. Abah
Sepuh mempelajari ilmu syariah dan ilmu-ilmu penunjang lainnya di tanah air
dan juga di Makkah, sampai mendirikan Pondok Pesantren di Kampung
Godebag dengan menamakan Pondok Pesantren Suryalaya sekarang ini, yang
menyebabkan hampir nama Godebag tidak kedengaran lagi, karena nama
Suryalaya lebih masyhur dalam ingatan umum.65
Abah Anom nama aslinya H.A. Shohibulwafa Tajul Arifin, dilahirkan
pada tanggal 1 Januari 1915, sepuluh tahun setelah pendirian Pesantren
Suryalaya. Pria yang tidak makan daging, dan selalu minum air putih ini,
adalah anak kelima dari delapan bersaudara. Beliau memang disiapkan
ayahnya untuk meneruskan kepemimpinan di Suryalaya.66 Sebutan Abah Anom
merupakan sebutan orang Sunda yang artinya “Ayah Muda/Kiyai Muda”, nama
yang diberikan ketika beliau masih muda dan sudah menjadi kiyai. Abah Anom
lahir adalah putra kelima dari Abah Sepuh, Pendiri Pesantren Suryalaya.
Ibunya Adalah Hj. Juhriyah. Nama lain Abah Anom menurut saudarinya Didah
Rasidah Mubarok, adalah Mumun Zakarmudji (H. Shohib).67
65
M. Solihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005),
h. 213-214
66
Ibid, h. 218
67
Sri Mulyati, Peran Edukasi Tarekat Qadiriyyah Naqsabandiyyah dengan Refrensi Utama
Suryalaya, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet ke-1, h 212
Abah Anom, dengan tinggi badan 169 cm, menikah dua kali. Pertama
dengan H. Euis Siti Ru‟yanah (sudah wafat), kemudian dengan Masri Sofiah.
Kini, tokoh yang murah senyum ini menjadi ayah dari 14 anak-anaknya. Dari
perkawinannya dengan Ibu Euis Ru‟yanah (yang meninggal tahun 1978) beliau
mempunyai 13 anak-anak: Dudun Nursaidudin, Aos Huni Falah, Nonong,
Didin Hidir Arifin, Noneng Hesyati, Endang Ja‟far Sidiq, Otin Khadijah,
Kankan Zulkarnaen, Memet Ruhimat, Ati Unsuryati, Ane Utia Rohane, Baban
Ahmad Jihad, dan Nia Nur Iryanti. Dari Istri keduanya, Yoyoh Sofiah yang
beliau nikahi tahun 1978, beliau mempunyai satu orang putra, Ujang
Muhammad Mubarok Qodiri, yang dilahirkan tahun 1986.68
Ketika berusia 35 tahun, Abah Anom membantu ayahnya untuk
membimbing pesantren. Usia ini adalah relative anom (muda) untuk memimpin
sebuah pesantren dan sebuah tarekat sufi. Pada masa itu Abah Sepuh, Ayahnya,
telah berumur lebih dari seratus tahun, sebuah usia yang dilihat dari sudut
pandang mana pun dipandang sebagai sepuh (tua). Jadi istilah Anom dan
Sepuh biasa digunakan untuk membedakan kedua pemimpin ini. Di bawah
kepemimpinan Abah Anom, Pesantren Suryalaya mengalami perkembangan
yang signifikan, dengan perbaikan kapasitas pendidikan formal, yang sekarang
ini terdiri dari pelbagai jenjang pendidikan, dari taman kanak-kanak sampai
pada Pendidikan Tinggi Islam. Sebagai seorang anak Syaikh karismatik, Abah
Anom telah mewarisi karisma ayahnya, Abah Sepuh. Di samping memelihara
dan mengembangkan warisan itu, Abah Anom adalah pakar dalam tiga cabang
keilmuan Islam yang penting: tauhid (teologi Islam), fiqih (hukum Islam), dan
tasawuf (sufisme). Keunggulannya dalam bahasa Arab, sebuah syarat penting
bagi seorang kyai dalam tradisi pesantren, serta dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda juga mendukung keberhasilannya dalam memimpin pesantren
dan tarekat sufi.
Abah Anom dan Pesantren Suryalaya dewasa ini menjadi pesantren
yang banyak diteliti dan dikaji oleh banyak orang, baik yang mengatasnamakan
pribadi maupun lembaga. Bahkan banyak peneliti Barat yang tertarik

68
Ibid, h. 214
melakukan penelitian di Pesantren Suryalaya ini. Para pengkaji tasawuf begitu
akrab mengenal Pesantren Suryalaya ini sebagai penyebar Tarekat Qadiriyyah
wa Naqsyabandiyah. Pesantren Suryalaya mengajarkan ilmu TQN, yang
intinya berupa ajaran agama Islam agar manusia hidup dan mati tetap dalam
keridhaan Allah SWT., Dengan bersumber kepada Al-Qur‟an, hadis, ijma‟
dan qiyas. TQN merupakan teori agar kita lebih cepat dan tepat dalam
menggali api Islam, iman, dan ikhsan dengan tidak meninggalkan hukum-
hukum syariat.69
Abah Anom seorang pemimpin yang mempunyai wawasan intelektual
yang luas, pengetahuan yang banyak dan ketakwaan yang mendalam. Beliau
juga telah mengalami banyak kesulitan dalam kehidupannya, tetapi beliau
sangat sabar, berani dan rendah hati. Beliau dikenal konsisten dan setia
terhadap ajaran Abah Sepuh dan juga sebagai seorang pemimpin yang suka
bekerja keras.70
b. Latar belakang pendidikan
Di Suryalaya, pengajaran Tarekat Qodiriyah Naqsabandiyyah
dikembangkan oleh dua figur, Abah Sepuh dan pengganti yang notabene
adalah putranya, K.H. A. Shohibulwafa Tajul Arifin, yang akrab dan lebih
dikenal dengan nama Abah Anom. Abah Sepuh mengajar murid-muridnya
melalui pidato-pidatonya dalam masjid dan kumpulan informal di rumah-
rumah masyarakat. Oleh karena itu, tidaklah mengejutkan bahwa pengajaran
tarekat ini tidak terdata dengan rapi selama beberapa periode. Hal ini berbeda
dengan putranya, karena Abah Anom telah menuliskan dan mengembangkan
pengajaran secara berangsur-angsur dan dari waktu ke waktu mengumpulkan
ke dalam sebuah kitab. Beliau mengikuti pendidikan umum di Sekolah Dasar
Zaman Belanda (Vevorleg School) di Ciamis (1923-1929), masuk Madrasah
Tsanawiyah di Ciawi Kabupaten Tasikmalaya (1929-1931).71

69
M. Solihin, op. Cit , h. 219-221
70
Zainal Abidin Anwar, IAILM Pondok Pesantre Suryalaya Tasikmalaya, (Tasikmalaya : PT
Mawadah Warahmah), h. 12
71
Unang Sunardjo, Sejarah pondok Pesantren Suryalaya, (Tasikmalaya : Yayasan Serba Bakti
Pondok Pesantren Suryalaya), h. 47
Pada umur 18 tahun, beliau telah diberi wewenang Abah Sepuh untuk
memberikan talqin.72 Ia kemudian belajar Agama Islam di Pesantren yang
berbeda-beda di Jawa Barat seperti di Cicariang (daerah Cianjur), kemudian di
Pesantren Gentur dan Jambudipa, kemudian di Pesantren Cireungas Cimalati
(daerah Sukabumi) di mana beliau memperoleh ilmu hikmah dan tarekat.
Beliau juga belajar seni bela diri yang dikenal dengan pencak silat. Abah
Anom juga belatih ritual rohaniah (riyadhah) di bawah bimbingan ayahnya.
Beliau juga sering mengunjungi (ziarah) makam prang-orang suci (awliya’)
ketika belajar di pesantren Kaliwungu, Kendal (Jawa Tengah). Kemudian
beliau pergi ke Bangkalan ditemani oleh kakanya, H.A Dahlan dan wakil talqin
Abah Sepuh, K.H. Faqih untuk daerah Talaga Majalengka.73
Abah Anom nama aslinya H.A. Shohibulwafa Tajul Arifin adalah anak
kelima dari delapan bersaudara. Beliau memang disiapkan ayahnya untuk
meneruskan kepemimpinan di Suryalaya. Setelah dua tahun bersekolah di SD,
beliau meneruskan pendidikan di pesantren orangtuanya. Abah Anom
melanjutkan ke Tsanawiyah (SLTP) di Ciamis selama dua tahun. Dari tahun
1930 sampai 1931 beliau melanjutkan pendidikannya di Pesantren Cicariang,
tempat beliau belajar Fiqih, Al-Qur‟an dan Hadis Nabi. Setelah itu, Abah
Anom mempelajari Nahwu, Sharaf, dan Balaghah (sastra Arab) di Pesantren
Jambudipa selama satu setengah tahun. Kemudian Abah Anom belajar pada
beberapa guru tarekat, antara lain Kyai Gentur di Cianjur, Kyai Djunaidi di
Pesantren Citengah Panjalu (Ciamis), Ajengan Aceng Mumu yang terkenal
karena ilmu hikmah di pesantren Cireunghas di Sukabumi, dan Syaikh Ramli
di Makkah. Antara tahun 1938 dan 1939, Abah Anom pergi ke Makkah untuk
menunaikan ibadah haji dan tinggal di sana selama tujuh tahun. Selama periode
ini Abah Anom berpartisipasi dalam halaqah (bandongan) di Mesjid al-Haram,
tempat beliau mempelajari tafsir dan hadis. Menurut gambaran Juhaya S. Praja
di Jabal Qubaisy seorang khalifah Abah Sepuh dari Garut, yang bernama
Syaikh Ramli, sering mengadakan diskusi tentang sufisme, terutama buku Sirr
72
Talqin secara harfiah berarti intruksi. Di sini berarti bahwa Abah Anom mewakilkan ayahnya
dalam membai‟at murid-murid baru.
73
Sri Mulyati, op. Cit , h. 212-213
al-Asrar dan Ghaniyyah al-Thalibin karya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani
(pendiri Tarekat Qadiriyyah), dan Abah Anom juga ikut serta dalam diskusi-
diskusi ini.74 Di Mekkah selama 7 bulan memperdalam ilmu Tasawuf dan
Tarekat kepada Syekh H. Romli asal Garut, wakil abah sepuh yang bermukim
di Jabal Gubeys, Mekkah.75 Di bawah kepemimpinan Abah Anom, Pesantren
Suryalaya mengalami perkembangan yang signifikan, dengan perbaikan
kapasitas pendidikan formal, yang sekarang ini terdiri dari pelbagai jenjang
pendidikan, dari taman kanak-kanak sampai pada Pendidikan Tinggi Islam.
Sebagai seorang anak Syaikh karismatik, Abah Anom telah mewarisi karisma
ayahnya, Abah Sepuh. Di samping memelihara dan mengembangkan warisan
itu, Abah Anom adalah pakar dalam tiga cabang keilmuan Islam yang
penting: tauhid (teologi Islam), fiqih (hukum Islam), dan tasawuf (sufisme).
Keunggulannya dalam bahasa Arab, sebuah syarat penting bagi seorang kyai
dalam tradisi pesantren, serta dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda juga
mendukung keberhasilannya dalam memimpin pesantren dan tarekat sufi.76
Abah Anom dipercaya oleh pengikutnya karena memiliki kharisma dan
kesaktian, seperti banyak cerita para pengikutnya yang aneh dan mistikal,
sebagaimana kelaziman adanya tentang kekuatan aneh yang dimiliki oleh para
guru tarekat yang lain. Pada hari tertentu terdapat antrian orang berjajar
memanjang sampai puluhan meter ba‟da shalat fardu, sambil membawa air
mineral dalam botol yang terbuka tutupnya. Antrian ini semakin memanjang
setelah shalat subuh pada acara sawelasan, yaitu acara manaqiban yang
diselenggarakan Pesantren Suryalaya satu bulan sekali setiap tanggal sebelas
bulan HIjriyah. Mereka menunggu dengan sabar untuk bisa bertemu dengan
Abah Anom walaupun sekedar bertemu atau mengharapkan sentuhan anggota
badan Abah Anom, terutama tangan yang dipercayai mengandung barakah dan
membawa keberhasilan sesuai dengan maksud dan keinginan mereka masing-
masing.

74
M. Solihin, op. Cit , h. 219
75
Unang Sunardjo, Loc. Cit, h. 47
76
M. Solihin, op. Cit , h. 220-221
Secara psikososiologi, kekuatan kharismatik ini memang dapat
mempengaruhi orang, baik secara individual maupun massal, tanpa melibatkan
dimensi-dimensi rasio. Ia lebih didasarkan pada semangat emosi keagamaan
yang tumbuh secara perlahan-lahan akibat terjadinya proses internalisasi nilai-
nilai ke dalam perilaku yang diperankannya, sehingga banyak orang yang
datang tanpa mengenal waktu hanya untuk bertemu dan memperoleh kepuasan
psikologis tersendiri. Akhirnya, karena kondisi dan kesehatan Abah Anom
sendiri yang semakin uzur, beberapa waktu terakhir ini perjumpaan dengan
beliau mulai dibatasi.
Biasanya para pengunjung diterima di ruang tamu. Mereka duduk
bersila di atas lantai berkarpet hijau polos. Begitu duduk, dihidangkan air
minum teh panas dan makanan kecil khas Priangan. Abah Anom duduk besila
di atas alas setebal 2 cm; lalu setiap orang maju untuk mendekat dan
mengemukakan maksudnya dengan sangat singkat, rata-rata hanya sekitar 15
detik, baik dalam bahasa Sunda ataupun bahasa Indonesia. Setiap orang tidak
merasa segan memohon doa dengan menyebut maksudnya dengan secara
terbuka, tidak khawatir terdengar orang lain. Tamu demi tamu mendekat
kepada Abah Anom secara terus-menerus. Jika telah merasakan kelelahan,
Abah Anom mengisyaratkan asisten pribadinya agar menghentikan dulu
kedatangan para tamunya kemudian dilanjutkan setelah istirahat beberapa saat.
Perjumpaan dengan Abah Anom, menurut keyakinan para pengikut TQN
Pondok Pesantren Suryalaya mempunyai keuntungan tiga hal.
Pertama,pertemuan dengan guru dan bertatap muka merupakan
kesempatan langka. Walaupun telah menunggu berjam-jam atau bahkan
berhari-hari, kalau tidak dikehendaki Tuhan, pertemuan itu pun tidak akan
pernah terjadi. Pertemuan ini dipandang sangat penting, mengingat dalam
kehidupan para pengikut tarekat, sosok guru harus selalu hadir dalam dirinya.
Setiap kali berzikir, para pengikut TQN dianjurkan terlebih dahulu melakukan
rabithah mursyid, yaitu membayangkan wajah guru, seraya berusaha
menghadirkan roh guru ditempatnya.
Kedua, bertemu sekaligus dekat dengan guru walaupun sesaat, diyakini
akan menghilangkan dosa dan kesalahan yang telah ia perbuat. Melalui
kekuatan charisma yang dimiliki sang guru, ada semacam kesadaran bertobat
ketika bertemu dan memperoleh nasihat darinya. Sebab, seperti pada umumnya
kesadaran agama, kesadaran para pengikut tarekat ini, terutama ketika
berjumpa dengan seorang figure yang dihormatinya mampu menembus dan
tenggelam dalam suasana damai sesuai dengan harapan-harapannya.
Ketiga, dengan bertemu guru, seorang pengikut dapat mengharapkan
barakah77 dan karamah78 dari guru. Barakah dan karamah selaku dicari karena
dipandang sangat membantu dalam usaha mencapai keberhasilan serta dalam
menyelesaikan masalah yang ia hadapi. Menurut pengkuan hamper semua
pengunjung, barakah dan karamah ini telah dirasakan berkali-kali oleh mereka.
Oleh karena itu, setiap ada persoalan yang menyangkut hajat hidup
sehari-hari, mereka selalu datang dan memohon doa dari Abah. Setelah
bertemu dengan Abah dan minta barakah melalui sebotol air yang disentuhkan
ke tubuhnya, secara sugestif mereka yakin akan mendapat barakah. 79
Gerakan tarekat pimpinan Abah Anom meliputi daerah yang sangat
luas maka diangkatlah wakil-wakil setempat yang disebut “badal” (pengganti)
atau “khalifah”. Abah Anom dari Pesantren Suryalaya ini mempunyai lebih
dari enam ratus khalifah atau badal yang tersebar di berbagai wilayah untuk
melayani para muridnya dari kota solo di timur sampai Singapura di barat.
Silsilah tarekat yang dikembangkan di Pesantren Suryalaya ini, guru-murid-
guru-murid dan seterusnya dari TQN, yang dikutip Imam Suhadi dari buku
Sinar Keemasan 2 karangan Prof Dr.Syaikh Jallaluddin (Mursyid ke-35,
Thariqah Naqsyabandiyah- Khalidiyah) adalah sebagai berikut:
77
Barakah ialah kekuatan mistik Syaikh atau guru yang menyebabkan segala sesuatu yang dimiliki
murid terus bertambah berlipat ganda. Melalui barakah dari guru, harta benda akan bermanfaat dan
bertambah setiap waktu. Pangkat dan kedudukan akan naik dan bertahan. Kesehatan akan semakin
prima dan keluarga bertambah tentram dan saling mencintai.
78
Karamah ialah pengetahuan dan amalan luar biasa dari guru yang biasa melintasi dimensi ruang
dan waktu. Oleh karena itu, perkataan guru mempunyai makna yang amat dalam serta dapat
dirasakan pada waktu singkat atau pada waktu yang akan datang. Dengan kata lain, karamah ialah
kekuatan guru yang penuh rahasia dan multidimensi
79
Dadang Kahmad, Tarekat dalam Islam, Spiritualitas Masyarakat Modern, (Bandung: Pustaka
Setia, 2002), h. 106-108
1) Nabi Muhammad Saw;
2) Ali Karamallahu Wajhahu r.a.;
3) Husein bin Ali r.a.;
4) Zainal Abidin r.a.;
5) Muhammad Baqir r.a.;
6) Imam Ja‟far Ash Siddieq r.a.;
7) Imam Musa Al Kazim r.a.;
8) Abu Hasan bin Musa r.a.;
9) Ma‟rufal Kurkhi r.a.;
10) Sirri al-Siqti r.a.;
11) Abil Qasim Al-Junaid Al Baghdadi r.a.;
12) Abu Bakar Al-Syibli r.a.;
13) Abdul Wahab Al-Tamimi r.a.;
14) Abul Faradi Al Tususi r.a.;
15) Abul Hasan Ali bin Yusuf r.a.;
16) Abil Said Al-Mubarak r.a.;
17) Abdul Qadir Al Jailani r.a.;
18) Abdul Aziz r.a.;
19) Muhammad Al-Hartak r.a.;
20) Syamsuddin r.a.;
21) Syarafoeddin r.a.;
22) Nurdin r.a.;
23) Waliyuddin r.a.;
24) Hasanuddin r.a.;
25) Yahya r.a.;
26) Abu Bakar r.a.;
27) Abdul Rahim r.a.;
28) Usman r.a.;
29) Abdul Fattah r.a.;
30) Muhammad Murad r.a.;
31) Syamsuddin r.a.;
32) Achmad chatib Sambas bin Abdul Ghafar r.a.;
33) Thalhah bin H. Tolabuddin r.a. (Kalisapu, Terusmi, Cirebon);
34) Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad;
35) H. Shohibulwafa Tajul ‘Arifin.
Doktrin TQN yang diajarkan oleh Pesantren Suryalaya pada dasarnya
merupakan ajaran pendirinya, Syaikh Ahmad Khatib Sambas. Pemimpin-
pemimpin Pesantren Suryalaya ini menegaskan bahwa tarekat sufinya
didasarkan atas Al-Quran dan Hadis. Dalam buku Miftah al-Shudur (Kunci
Pembuka Dada), Abah Anom mengutip banyak ayat Al-Qur‟an dan hadis
sebagai dasar tarekat sufi. Mereka mengacu pada materi-materi seperti zikir,
talqin (instruksi), bai‟ah (sumpah setia), dan silsilah. Untuk mendukung
ajarannya, beliau juga mengacu kepada pemikiran beberapa sufi kenamaan
seperti Syaikh Abdul Qadir Jailani, Syaikh Baha al-Din al-Naqsyabandi, dan
al-Ghazali. Di mata para pengikut tarekat sufi Indonesia, TQN yang berpusat
di Pesantren Suryalaya, mengklaim tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran
dasar Islam, tidak juga merupakan unsur tambahan padanya. Tarekat ini
mempunyai akar-akar yang sangat mendalam pada doktrin Islam.

B. Deskripsi Profil Informan

Pada bab ini peneliti akan megurakan data dan hasil penelitian tentang
permasalahan yang telah dibahas pada rumusan BAB sebelumnya, Hasil
penelitian ini didapatkan dengan teknik wawancara secara mendalam dengan
beberapa informan sebagai salah satu bentuk pencarian data dan dokumentasi
langsung di lapangan yang kemudian akan peneliti analisis. analaisis ini
terfokuskan pada Tarekat Qodirian wa Naqsabandiah, yang kemudian
dikaitkan dengan beberapa unsur ataupun identifikasi masalah. agar penelitan
ini lebih objektif serta akurat, maka peneliti mencari informasi-informasi
tambahan dengan melakukan wawancara secara mendalam dengan beberapa
informan untuk melihat lansung bagaimana Konsep Diri Peziarah Tarekat
Qadiriyah Naqsyabandiyah. selain hal demikian, peneliti juga melakukan
wawancara dengan sigificant other dan referece group. wawancara yang
dilakukan oleh penelii agar mampu memperoleh data informasi yang
dibutuhkan, memerlukan waktu kurang lebih 3 minggu. wawancara
denganpara informan dimulai dari tanggal ........
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data berupa
kata-kata yang tertulis dan lisan didasari oleh orang atau perilaku yang
diamati. dalam penelitian jenis ini menggunakan pendekatan yang mampu
diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh). untuk tahapan
analisis, yang harus dilakukan oleh peneliti adalah membuat daftar pertanyaan
untuk wawancara, pengumpulan data, dan analisis data yang dilakukan sendiri
oleh peneliti. sehingga mampu dilihat sejauh mana data yang diberikan oleh
informan penelitian, dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa tahap :
1. membuat draf pertanyaan wawancara dari beberapa unsur yang
kredibilitasnya akan ditanyakan pada narasumber atau informan yang
bersangkutan.
2. melakukan wawancara dengan jam’iyah Tarekat Qadiriyah
Naqsyabandiyah, significant other dan reference group.
3. melakukan dokumentasi secara langsung dilapangan guna melengkapi
data-data yang bersangkutan dengan penelitian.
4. memindahkan data penelitian yang berbentuk daftar dari semua pertanyaan
yang diajukan terhadap narasumber atau informan.
5. menganalisis data hasil dari wawancara yang sudah dilakukan.
agar pembahasan dalam penelitian ini lebih sistematis dan terarah, maka peneliti
membagi dalam 3 pembahasan, yaitu :
1. profil informan
2. analisis deskriptif hasil penelitian
3. pembahasan

Profil Informan Kunci


1. Wawancara dengan Pak Arif (pemegang kunci makam Abah Anom
sekaligus orang yang diberi tugas memimpin tawasul ketika ada yang
berziarah)
Sebagai pemimpin ziarah melanjutkan ayahnya yang sering
menjadi muadzin dan peahmimpin ziarah sejak Abah belum wafat. Awal
mulanya bekerja sebagai tukang kredit barang, yang akhirnya
meninggalkan pekerjaan kesehariannya demi menjadi muadzin dan
pemimpin ziarah.
Lima bersaudara, sebagian besar keluarganya bekerja di pondok
pesantren suryalaya. Setiap hari ada peziarah. Waktu manaqib dari
tanggal 10 berlangsung ashar – maghrib –isya –tarhim. Ziarah versi
umum dan TQN, TQN tata cara ziarahnya sampai tawaju berbeda dengan
versi umum hanya sampai doa. Tidak ada yang mengarahkan peziarah
untuk ke suryalaya dari pihak/petugas melainkan kebanyakan terketuk
pintu hatinya.
Pandangan sosok Abah ada perbedaan zaman Abah Anom masih
ada dan setelah meninggal dunia, semakin banyak pengunjung yang
terketuk hatinya untuk melakukan ziarah. Beliau merupakan bapak batin
bagi kita salah satu contoh memberikan ketenangan saat kita ingin
bepergian dan meminta izin terhadap beliau dengan tujuan meminta
doanya dari beliau untuk keselamatan dan keberkahan urusan kita.
Ketika ada yang sudah menyimpang niat (niat khofi) segera
diluruskan kembali dengan cara menghimbau agar tetap pada tujuan
mendapat Ridho Allah. Ketika ada yang ingin usahanya lancar kembali
lagi ke diri kita bahwa disitu ada karomahnya yang menyebabkan usaha
maju, lancar dll, dari niat ikhlas mencari ridho allah. Ziarah sangat penting
konsep ziarah sebagai bentuk sowan ke para wali.
Berdasarkan pengalaman yang terjadi ada orang yang bermimpi
berziarah ke maqom pangersa dan terketuk hatinya untuk istiqomah dan
akhirnya sampai menjadi ikhwan TQN. Prinsip istiqomah hanya satu
mengamalkan secara rutin walaupun sedikit yang dikerjakan, yang
terpenting ada pergerakan setiap harinya.
Ada jemaah diluar ikhwan yang melaksanakan selama 40 jumat
berturut-turut. Pesan untuk para peziarah saat ini, jangan lupa mentaati
protocol kesehatan, berziarah dengan sopan santun terhadap pangersa abah
anom walaupun secara jasad tidak ada namun adab tetap diutamakan,
jangan disamakan ditempat lain agar menambah keberkahan dan
karomahnya.
2. Deni (Mantan Pemabuk):
Usia 40 tahun, tinggal di Ciparay Majalaya Bandung. Pertama kali
berziarah ke makam Abah Anom tahun 2018. Biasanya hampir setiap
bulan beliau sering berziarah ke makam Abah Anom, akan tetapi karena
situasi pandemi sekarang dan beberapa kesibukan beliau jadi baru
berziarah ke makam Abah Anom lagi.
Alasan deni berziarah ke makam Abah Anom yaitu karena
mengharap ridho Allah, yang tadi nya tidak baik menjadi baik insya allah
kalau sudah berziarah berdzikir ada rasa ketakutan, tuturnya. Saya tidak
bisa apa-apa, masih awam perihal ziarah, dzikir dll, ada panggilan
(hidayah) dari Allah berupa ajakan dari tetangga baru saya yaitu ustadz
heri, demikian kata deni. Ya mudah-mudahan ini sedang belajar,
tambahnya.
Selain alasan tadi, tujuan deni berziarah ke makam Abah Anom
yaitu untuk meminta barokah dan do’a (lalandong) karena salah satu
anaknya yang agak bandel. Dibuktikan dengan hasil observasi langsung
yang dilakukan peneliti juga dia berziarah sambil membawa satu botol air
minum.
Ketika ditanya tentang sebelum berziarah, kemudian setelah
berziarah apakah ada perubahan terhadap dirinya, deni menjawab “jelas
ada, dulu kan saya nakal orang yang suka mabuk setelahnya diajak ke
pondok pesantren suryalaya kemudian berziarah ke makam Abah Anom,
saya bisa mengerem perbuatan yang tidak baik itu, menjadi ingat kepada
Allah kalau mau melakukannya lagi”. Karena sebelum mengenal ustadz
heri (sebelum pindah rumah), deni biasa atau pernah mengalami masa
yang kelam dimana apa yang dilarang oleh agama dia pernah
melakukannya seperti meminum-minuman keras dll.
Kepada istri dan keluarga nya juga lumayan ada perubahan,
tergantung niatnya/diri sendiri juga sih kalau niat nya kesini mau ngapain,
ada yang ingin apa gitu yaa kalau saya karena Allah saja sudah.
3. Ipan (mantan pemabuk)
Merupakan Ikhwan TQN sejakk Agustus 2017, Awal 2018 aktif
kembali rutin secara berturut-turut setiap bulan s/d sekarang. Dia
melakukan kegiatan sebagai ikhwan TQN/berziarah ke makam abah anom
pada awal nya ada yang menunjukkan dari temannya (reference group)
yaitu bernama kang asep. Yang mana kang asep ini merupakan orang yang
sudah lama sejak 2004 menjadi ikhwan TQN/peziarah makam abah anom.
Kini kang asep tersebut sudah mempunyai majlis dan jamaah yang diajak
beliau untuk berziarah ke makam abah anom. Semakin kesini berziarah ke
makam abah anom saya (deni) dilakukan secara mandiri tidak ada
ajakan/paksaan dari pihak lain. Memiliki masa lalu yang kelam, sehingga
mendorong dia uuntuk mengikuti kegiatan rutin ini, awal mula bertekad
menjadi seorang ikhwan atas informasi yang diberikan oleh temannya, dan
meminta saran terbaik kepada Kiyai didaerahnya, dan memutuskan
memilih ke Ajengan Gaos yang berada di Panjalu. Berdasarkan
pengalamannnya dia mengikuti TQN ini dengan bekal seadanya dengan
berjalan kaki dari kediaman asalnya yaitu Desa Sukamukti-Cikijing-
Majalengka. Dia banyak mempelajari buku-buku yang tersedia di
pesantren Suryalaya. Setelah lama kelamaan dia melanjutkan perjalanan
kaki nya karena merasa tidak punyatujuan dan memutuskan pergi ke
Bandung, dengan bekal yang semakin menipis sehingga merela kan Hp
nya unutk dijual sebagai ongkos melanjutkan perjalan. Berlangsungnya
perjalanan disana dia pergi ke Purwakarta bertemu temannya dan menetap
2 bulan di rPurwakarta tepatnya di Bendungan Jatiluhur sembari bekerja
dan sharing dengan temannya. Dan tidak lama kemudian kembali ke
Suryala berlangsung 3 bulan di Suryalaya, dengan hati merasa kurang
yakin sehingga dia kembali ke rumah kediaman dia berasal karena
mengingat keluarganya khususnya terhadap anaknya, ndan sesampainya
berlangsung di rumah dihadapkan problematika rumah tangga yang
menyebabkan harus bercerai. Pada akhirnya harus kehilangan keluarganya,
dan akhirnya menjalani kehidupan dengan teman sepermainannya yang
menyebabkan dia salah arah seperti masa lalunya dulu selama kurang lebih
4 bulan.
Akhirnya ia merasa sadar dan terpanggil kembali untuk melakukan
kegiatan manaqiban dengan orang yang sejak dulu ia kenal di daerah
kediamannya. Seiring berjalannya waktu merasa lelah dan cape karena
mind set nya ingin mengembalikan apa yang dimilikinya sejak dulu,
namun itu tidak mungkin karena hanya hawa nafsu sesaat, ketika terus
menerus mengejar apa yang diinginkan dengan melawan takdir akan terasa
menambah beban pikiran saja, karena pada dasarnya hidup tidak lepas dari
melawan hawa nafsu dan bagaimana cara kita istiqomah melawan hawa
nafsu tersebut. Semakin jauh dari Allah akan semakin terasa sengsara.
Menurut pandangan pak Ipan ketika pergi ke Suryalaya dengan
berbagai kegiatannya disana secara tidak sadar selalu merasa dibimbing
secara rohani, ikut mencari berkah hidup dengan orang-orang sholeh
disana. Secara sadarnya merasakan manfaat rezeki yaig mengikuti kepada
kita.
Pandangan berziarah diibaratkan sebatas mendoakan orang sholeh
dan bentuk bakti kepada para wali, mengambil suri tauladan orang sholeh
semasa hidupnya, dan mengingatkan bahwa kita akan meninggal, mencari
hikmah dan berharap selama hidup sampai meninggalpun harus tetap di
jalan yang benar dan menjadi manfaat . Hakikatnya menimbulkan tingkat
kesadaran dan keimanan terhadap ibadah bertambah, atau istilahnya
mencari cahaya diatas cahaya. Tidak bertujuan meminta hal-hal yang
bertujuan untuk duniawi. Pernah mengalami hal aneh saat berziarah
dengan Kang Asep bertiga menggunakan mobil sampai jam 10 malam
hingga menangis yang dirasakan berbeda dengan saat berziarah
sebelumnya tidak bisa diungkapkan dengan sebuah kata, karena saat itu
berdzikir tidak ada tujuan untuk hal-hal yang diinginkan namun
berlangsung begitu saja dengan penuh kenikmatan berdzikir kepada Allah
tanpa dibarengi pikiran apapun. Pandangan hidup hanya sebatas ujian, apa
yang dimiliki hanya titipan.
4. Dudung abdu syakur (orang yang pernah bertemu dengan abah anom
sebelum wafat)
Tasik, agustus 1982. Seorang petani dan pengepul di pasar, Pend.
Terakhir smu sederajat, Isteri bu enung Tb : 1,70 bb :64 Anak : 3 Ikhwan
TQN atau mengenal abah anom suryalaya ketika dengan istrinya dan sejak
masih ada (hidup) abah Anom sekitar tahun 2004 dan pernah sezaman
dengan abah anom Mendapat dukungan dari Bapak kandungnya, dan
mertuanya yang sma sering melakukan kegitan TQN. Diajak/mengenal
suryalaya oleh isterinya dan mertuanya yang sering ziarah ke makam abah
anom suryalaya. Awalnya berziarah ke makam abah anom diajak oleh istri
(significant other).
Sering berkunjung di waktu tanggal 11 an bulan hijriyah dan
malam jumatan. Latar belakang atau motif berziarah karena niat beribadah.
Tujuannya mencari pencerahan, dan ketenangan secara batin. Beliau juga
mengatakan ada juga orang/peziarah yang bertujuan untuk keberkahan
usaha, berdasarkan pengalaman yg terjadi ada seseorang yang asal mula
membawa uang untuk ongkos pergi ke suryalaya satu kali pergi tapi
ternyata pulang-pulang masih ada uang tsb.
Pengalaman berziarah merasa tenang. Hanya keihklasan diri tidak
ada tujuan untuk hal apapun. Pernah suatu ketika berziarah pada malam
hari kira-kira malam jumat yang mana pada malam hari tersebut cuacanya
kebetulan sangat dingin, tapi anehnya masih berani untuk pergi ke wc,
mengambil air untuk berwudhu tidak terasa dingin padahal cuaca pada
malam tsb sangat dingin. Yang datang kesini itu ada yang ingin mengobati
dirinya sendiri dan mencari ketenangan, sudah merasa bosan dengan hiruk
pikuk dunia bergelimang harta namun dirasa percuma kalau hati tidak
merasa tenang.
Menurutnya berdasarkan yang didengar dari orang lain dan
membaca buku tentang abah anom ada cerita seseorang dari
cianjur/sukabumi yang akan melakukan ziarah ke suryalaya dengan hanya
berbekal satu kali ongkos, tanpa orang tersebut bercerita pun abah anom
sudah tahu duluan karakter tiap orang yang berkunjung ke suryalaya, tidak
dikasih apapun anehnya uang tersebut yang hanya bisa untuk bekal sekali
ongkos tiba-tiba masih ada.
Tidak ada tujuan apapun saya datang kesini (ziarah ke makam abah
anom) melainkan hanya berniat untuk beribadah, dimanapun dalam tarekat
termasuk berziarah pun harus berlandaskan karena keikhlasan diri. Jangan
ada embel-embel ingin apa atau karena apa, itu yang saya pegang.

Profil Informan Pendukung

1. Ibu Aska (istri dari deni)


Menurut saya, suami saya melakukan ziarah ke makam abah anom
itu merupakan kegiatan yang sangat positif karena banyak sekali manfaat
yang didapatkan khususnya kepada keluarga, yaitu suami saya semakin
berkelakuan baik, berprilaku sopan santun, lebih tahu dan bisa
membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk.
Ada perbedaan ketika sebelum dan sesudah menjadi peziarah TQN, dari
segi beribadah saja misalnya tidak menunda-nunda waktu solat ketika
sudah masuk waktu solat langsung segera melaksanakan solat berbeda
dengan sbelum menjadi peziarah. Sebelum menjadi peziarah, sudah
disebutkan juga oleh suami saya tadi bahwa dia mempunyai masa kelam
(pernah menjadi seorang pemabuk), tapi sekarang bisa mengerem hal-hal
yang tidak baik tersebut.
Kepada keluarga pun yang saya rasakan semakin peduli dan
semakin bertanggung jawab. Pesan bagi peziarah yang dalam hal ini suami
saya, semoga bisa istiqomah dijalan yang baik dan benar kemudian ketika
melakukan berziarah supaya melakukan ziarah dengan prosedur yang baik
dan niatkan ziarah dengan rasa ikhlas jangan sekalipun ada niatan
mengharapkan sesuatu apapun kecuali hanya berharap kepada Allah. Jelas
saya mendukung kegiatan tersebut karena banyak sekali manfaat yang di
dapatkan alhamdulillah setelahnya menjadi peziarah TQN ke makam Abah
Anom.
2. kang Asep (orang yang memberi tahu suryalaya/mengajak pak ipan
ziarah ke makam abah anom)
Pandangan saya terhadap ipan, jauh sebelum menjadi peziarah
TQN ipan merupakan orang yang beruntung karena dulunya pernah
mengalami masa-masa sulit oleh Allah diberikan ujian berupa kehilangan
semua hartanya, 2 perempuan anak nya kemudian ditinggal cerai oleh
istrinya akan tetapi dia bisa melalui ujian tersebut dengan lulus. Kenapa
disebutkan lulus karena dia sekarang sudah berubah sangat signifikan bisa
dilihat dari penampilannya yang selalu memakai peci dan sarung, selalu
mengikuti kegiatan dzikir di majlis serta pola pikirnya yang selalu berfikir
tentang keikhlasan dalam menjalani kehidupan dan hanya semata hidup di
dunia ini hanya beribadah dan terus beribadah kepada allah.
Dibuktikan juga oleh pewawancara langsung ketika diwawancarai
menilai seorang ipan dianggap sudah sangat lama mendalami tarekat dan
sering berziarah ke makam abah anom. Dari jawabannya pun tidak jarang
mengutip dari kitab hikam yang menurut saya pun sangat kagum kepada
dia yang dulu nya seorang pemabuk dan lama mengenal dunia jalanan tapi
sekrang bisa memahami kitab hikam. Belum tentu kita seberuntung dia
bisa melalui dan mampu menjalani ujian dari allah. Perubahan nya
sebelum dan sesudah menjadi peziarah TQN, ipan menjadi seorang
muslim yang taat dan lebih ikhlas dalam mejalankan hidup di dunia ini.
yang dia butuhkan hanyalah ketenangan hati dan keistiqomahan dalam
beribadah. Cara berpakaian nya pun sangat jauh berbeda kalau sekarang
cenderung selalu memakai peci dan ketika berbicara pun jarang sekalu
memakai bahasa yang kasar.
Karena sekarang dia tinggal di majlis (majlis perkumpulan para
Ikhwan (pengamal) TQN), dalam aspek beribadah ada perbedaan ketika
sebelum dan sesudah menjadi peziarah TQN, misalnya dia selalu disiplin
kalau tidak ada pekerjaan, ketika sudah masuk waktu solat langsung segera
melaksanakan solat. berbeda dengan sbelum menjadi peziarah, dia
merupakan seorang pemabuk dan biasa hidup di jalanan (terminal).
Kesehariannya ketika di majlis yaa dia suka membantu pekerjaan ada
ruangan yang harus di cat lah, atau membersihkan majlis menyapu atau
mengepel.
Pesan dari saya (kata kang asep) untuk ipan, semoga selalu
istiqomah dalam menjalankan ibadah dan agar selalu mengingat kepada
allah melalui memperbanyak zikir dan selalu menghadirkan (rabitah)
kepada guru mursyid Abah Anom baik secara dhohir yaitu berziarah ke
makam nya atau pun secara batin yaitu bertawasul (memanjatkan
doa/mengirim alfatihah) untuk nya. Dan juga saya berpesan agar jangan
mengingat masalalu, yang sudah terjadi sudahlah terjadi tinggal bagaimana
kita menjalani sisa hidup dengan beribadah dan berdzikir kepada Allah.
Analisa Hasil Penelitian

Analisis Deskriptif Hasil Penelitian

Analisis deskriptif da penelitian adalah analisis pada data yang diperoleh


dari hasil wawancara dengan 6 orang yang terdiri dari 1 orang pemgang kunci, 3
orang penziarah TQN, 1 orang significant other dan 1 orang reference group.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informa, maka peneliti dapat menganalisis
tentang Konsep Diri Peziarah Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah, yang meliputi :
4.2.1 Penziarah Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah memaknai dirinya sendiri
(self)
selain sebagai sebuah ideologi, tarekat merupakan salah satu kegiatan yang
memiliki arti tersendiri bagi setiap orang dalam kehidupannya dan gaya hidup
mereka. berdasarkan sejarahnya Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah pemaknaan
ini sebagai sebuah gambaran identitas diri yang sesuai untuk menggambarkan jati
diri mereka. anggapan ini muncul ketika pelaksana Tarekat dirasakan mampu
mempresentasikan diri mereka dengan baik, sesuai dengan apa yang individu
tersebut rasakan terhadap diri mereka sendiri dan dapat menimbulkan pengertian
yang sesuai dengan pemikiran orang lain yang mendengar ataupun melihat sesuai
dengan jati diri yang ada pada benak pikiran mereka. dari hasil penelitian yang
sudah dilakukan terdapat beberapa alasan seseorang melakukan penziarah Tarekat
Qadiriyah Naqsyabandiyah, dalam hal ini peneliti telah melakukan wawancara
dengan tiga informan penziarah Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah yaitu Kang
Deni, Kang Ipan dan Kang Dudung Abdu Syakur. adapum alasan mereka
melakukan ziarah dan memutuskan untuk melakukan ziarah dinataranya adalah
untuk mengharapkan ridho Allah Swt dan ingin menjadi insan yang lebih baik,
selain itu mereka menganggap bahwa melakukan ziarah sebagai salah satu
keberanian dalam melakukan perubahan. hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Kang Deni, yang menyatakan :

Anda mungkin juga menyukai