Anda di halaman 1dari 9

RESUME

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING


Oleh : Esa Agung Gumelar / PAI. 2. A
Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon

A. Pengertian Cooperative Learning


Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan
pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam
struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Dimana pada tiap kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa berbagai tingkat
kemampuan, melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman
mereka tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari. Setiap anggota kelompok
bertanggung jawab untuk tidak hanya belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk
membantu rekan belajar, sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan. Semua Siswa
berusaha sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan melengkapinya.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga
tujuan pembelajaran yaitu Hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan
individu, dan pengembangan keterampilan sosial.
Prinsip model pembelajaran kooperatif yaitu 1) saling ketergantungan positif; 2)
tanggung jawab perseorangan; 3) tatap muka; 4) komunikasi antar anggota; dan 5)
evaluasi proses kelompok.
Manfaat dari Cooperative Learning antara lain: meningkatkan aktivitas belajar siswa
dan prestasi akademiknya, membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan
berkomunikasi secara lisan, mengembangkan keterampilan sosial siswa, meningkatkan
rasa percaya diri siswa, membantu meningkatkan hubungan positif antar siswa. Model
pembelajaran kooperatif memiliki basis pada teori psikologi kognitif dan teori
pembelajaran sosial. Fokus pembelajaran kooperatif tidak saja tertumpu pada apa yang
dilakukan peserta didik tetapi juga pada apa yang dipikirkan peserta didik selama
aktivitas belajar berlangsung. Informasi yang ada pada kurikulum tidak ditransfer begitu
saja oleh guru kepada peserta didik, tetapi peserta didik difasilitasi dan dimotivasi untuk
berinteraksi dengan peserta didik lain dalam kelompok, dengan guru dan dengan bahan
ajar secara optimal agar ia mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dalam model
pembelajaran kooperatif, guru berperan sebagai fasilitator, penyedia sumber belajar bagi
peserta didik, pembimbing peserta didik dalam belajar kelompok, pemberi motivasi
peserta didik dalam memecahkan masalah, dan sebagai pelatih peserta didik agar
memiliki ketrampilan kooperatif.
B. Langkah-langkah dalam Cooperative Learning
Langkah-langkah pembelajaran cooperative learning dapat dituliskan dalam table sebagai
berikut:

Langkah Indikator Tingkah Laku Guru


Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Menyampaikan tujuan dan dan mengkomunikasikan kompetensi
Langkah 1
memotivasi siswa. dasar yang akan dicapai serta memotivasi
siswa.
Langkah 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa
Mengorganisasikan siswa ke
Guru menginformasikan pengelompokan
Langkah 3 dalam kelompok-kelompok
siswa
belajar
Membimbing kelompok Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja
Langkah 4
belajar siswa dalam kelompokkelompok belajar
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
Langkah 5 Evaluasi materi pembelajaran yang
telah dilaksanakan
Guru memberi penghargaan hasil belajar
Langkah 6 Memberikan penghargaan
individual dan kelompok.
C. Pengelolaan Kelas Menurut Model Cooperative Learning
a) Pengelompokan
1) Kelompok homogen (Ability grouping) adalah praktik memasukkan beberapa siswa
dengankemampuan yang setara dalam kelompok yang sama.
2) Pengelompokan heterogenitas (kemacam-ragaman),dibentuk dengan memperhatikan
keanekaragaman gender, latar belakang sosioekonomi dan etnik, serta kemampuan
akademis.
b) Semangat gotong-royong
Dalam proses pembelajaran ini, agar berjalan secara efektif maka semua anggota
kelompok hendaknya mempunyai semangat bergotong royong yaitu dengan cara
membina niat dan semangat dalam bekerja sama.
D. Model Evaluasi belajar Cooperative Learning
Dalam model pembelajaran cooperative learning terdapat tiga model evaluasi,
ketiga model evaluasi tersebut adalah sebagai berikut:
1) Model Evaluasi Kompetisi
Pada sistem peringkat jelas menanamkan jiwa kompetitif, karena sejak masa awal
pendidikan formal, siswa dipacu agar bisa menjadi lebih baik dari teman-teman
sekelas, sehingga siswa yang jauh melebihi kebanyakan siswa yang dianggap
berprestasi, yang kemampuannya berada di bawah rata-rata kelas dianggap gagal atau
tidak berprestasi.
2) Model Evaluasi Individual
Dalam sistem ini, sistem siswa belajar dengan pendekatan dan kecepatan yang sesuai
dengan kemampuan mereka sendiri. Anak didik tak bersaing dengan siapa-siapa,
kecuali bersaing dengan diri mereka sendiri. Teman-teman satu kelas dianggap tidak
ada karena jarang interaksi antar siswa di kelas. Berbeda dengan sistem penilaian
peringkat, dalam penyajian individual guru menetapkan standar untuk setiap murid.
3) Model Evaluasi Cooperative Learning
Sistem ini menganut pemahaman homohomini soclus. Falsafah ini menekankan saling
ketergantungan antar makhluk hidup. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat
penting artinya bagi kelangsungan hidup. Prosedur sistem penilaian Cooperative
Learning diantaranya adalah tanggung jawab pribadi dan kelompok. Jadi siswa
mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok.
RESUME
MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING
Oleh : Esa Agung Gumelar / PAI. 2. A
Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon

A. Pengertian Metode Student Active Learning (SAL)


Istilah active learning atau yang bisa disebut dengan pembelajaran aktif terdiri
dari dua suku kata, yaitu pembelajaran dan aktif. Kata pembelajaran berasal dari kata
dasar belajar yang mendapat awalan pe- dan akhiran -an. Menurut Muhibbin Syah belajar
mempunyai arti tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif.
Sedang menurut Sardiman, pengertian belajar dibagi dua, yaitu pengertian luas
dan khusus. Dalam pengertian luas belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik
menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar
dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan
sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Definisi dalam arti
khusus inilah yang banyak dianut sekolah-sekolah.
Sedangkan aktif berasal dari bahasa Inggris, yaitu “active”, yang mempunyai arti
rajin, sibuk, giat. Sebagai suatu konsep, pembelajaran aktif adalah suatu proses kegiatan
belajar mengajar yang subyek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional,
sehingga subyek didik betul-betul terlibat dalam malakukan kegiatan belajar.
Dalam pembelajaran aktif, siswa diposisikan sebagai inti dalam kegiatan belajar
mengajar. Pembelajaran aktif adalah salah satu strategi belajar mengajar yang menuntut
keaktifan dan partisipasi subyek didik secara optimal, sehingga siswa mampu mengubah
tingkah lakunya secara efektif dan efisien.
Dalam sistem pengajaran yang demikian, peserta didik berpikir dan memahami
mata pelajaran bukan sekedar mendengar, menerima dan mengingat-ingat. Setiap mata
pelajaran harus diolah dan diinterpretasikan sedemikian rupa sehingga masuk akal.
Pembelajaran aktif menuntut setiap siswa secara aktif menggunakan otak, baik untuk
menemukan ide pokok dari materi pelajaran yang memecahkan persoalan atau
mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam suatu persoalan yang ada dalam
kehidupan nyata.
Belajar aktif sangat diperlukan siswa untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Ketika siswa pasif dimana belajar hanya mengandalkan indera pendengaran, maka ia
akan cepat melupakanapa yang telah diberikan. Oleh karena itu, diperlukan perangkat
tertentu untuk mengikat informasi yang baru saja diterima dari guru. Active
learning adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian
menyimpannya dalam otak.
Keaktifan siswa dalam belajar dapat berupa bentuk yang bermacam-macam
ragam, mulai dari kegiatan mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan dan membahas
dengan orang lain. Bukan cuma itu saja, siswa perlu mengerjakannya yakni
menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba
mempraktekkan keterampilan dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang
telah atau harus mereka dapatkan.
B. Fungsi Metode Student Active Learning
Ada beberapa fungsi dari penggunaan metode pembelajaran aktif dalam proses
pembelajaran, yaitu:
1) Membekali peserta didik dengan kecakapan (life skill atau life competency) yang
sesuai dengan lingkungan hidup dan kebutuhan peserta didik, misalnya pemecahan
masalah secara reflektif sangat penting dalam kegiatan belajar yang dilakukan
melalui kerjasama secara demokratis.
2) Membantu proses belajar peserta didik dan merangsang serta mendorong peserta
didik untuk mandiri aktif melakukan sesuatu.
3) Mempersiapkan peserta didik untuk belajar tanggung-jawab, inisiatif, kerjasama,
tolong-menolong dan pandangan sosial dalam masa depan.
4) Mengembangkan wawasan berpikir secara terbuka dan obyektif, menumbuhkan
suasana demokratis dan mengembangkan sikap tenggang rasa terhadap berbagai
perbedaan pandangan.
C. Karaktristik Model Pembelajaran Active Learning
Menurut Bonwell (1995), pembelajaran aktif memiliki karakteristik-karakteristik
sebagai berikut:
1) Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar
melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap
topik atau permasalahan yang dibahas.
2) Peserta didik tidak hanya mendengarkan materi pelajaran secara pasif tetapi
mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pelajaran tersebut.
3) Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi
pelajaran.
4) Peserta didik lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan
evaluasi.
5) Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.
Di samping karakteristik tersebut di atas, secara umum suatu proses pembelajaran
aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama, interaksi yang timbul selama
proses pembelajaran akan menimbulkan positive interdependence dimana konsolidasi
pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui
eksplorasi aktif dalam belajar. Kedua, setiap individu harus terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dan pengaja harus dapat mendapatkan penilaian untuk setiap peserta didik
sehingga terdapat individual accountability. Ketiga, proses pembelajaran aktif ini agar
dapat berjalan dengan efektif diperlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga akan
memupuk social skills. Dengan demikian kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
sehingga penguasaan materi juga meningkat.
D. Aplikasi Active Learning (Belajar Aktif) Dalam Pembelajaran
Dalam saat-saat awal dari kegiatan belajar aktif, ada tiga tujuan penting yang
harus dicapai. Arti pentingnya jangan dipandang rendah sekalipun pelajarannya hanya
berlangsung satu jam pelajaran. Tujuan-tujuan ini adalah sebagai berikut:
1) Penilaian sederhana: pelajarilah sikap, pengetahuan dan pengalaman siswa.
2) Pembentukan tim: membantu siswa untuk lebih menguasai satu sama lain dan
menciptakan semangat kerjasama dan interdependensi.
3) Keterlibatan belajar langsung: ciptakan minat awal terhadap pelajaran.
RESUME
MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
Oleh : Esa Agung Gumelar / PAI. 2. A
Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon

A. Pengertian Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)


Strategi Pembelajaran Kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang
holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang
dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka
sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki
pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu
permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran
lebih dipentingkan daripada hasil.
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya.
Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu
yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesu-atu yang baru datang dari menemukan sendiri
bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan
kontekstual.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidu-pan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar
(learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic
assessment).
B. Langkah-langkah CTL
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang
bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cu-kup mudah. Secara garis
besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut.
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan kete-rampilan barunya.
b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Ciptakan masyarakat belajar.
e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
C. Karakteristik Pembelajaran CTL
a. Kerjasama.
b. Saling menunjang.
c. Menyenangkan, tidak membosankan.
d. Belajar dengan bergairah.
e. Pembelajaran terintegrasi.
f. Menggunakan berbagai sumber.
g. Siswa aktif.
h. Sharing dengan teman.
i. Siswa kritis guru kreatif.
j. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar,
artikel, humor dan lain-lain.
k. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil
pratikum, karangan siswa dan lain-lain.
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupa-kan
rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap
tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan
dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pem-belajaran, media untuk mencapai
tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic
assessment-nya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi
tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum tidak ada
perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konven-sional dengan program
pembelajaran kontekstual. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada
deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk
pembelajaran kontekstual le-bih menekankan pada skenario pembelajarannya.

DAFTAR PUSTAKA
A, Sardiman.M. 2000. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Perkasa
Anonymus, 2008. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Direktorat Tenaga
Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.
Bahri, Syaiful Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta
Dalyono, M. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
L, Melvin Silberman. 2004. Active Learning (101 Cara Belajar Siswa Aktif). Bandung:
Nusa Media
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nurdin, Syafrudin dan M. Basyiruddin Usman. 2002. Guru Profesional dan Implementasi
Kurikulum. Jakarta: Ciputat Press
Poerwadarminta, W.J.S.2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Slavin, Robert E.2005.COOPERATIVE LEARNING Teori, Riset, dan
Praktik diterjemahkan oleh Narilita Yusron.Bandung:Penerbit Nusa Media.
Sudjana, Anas. 2000. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production
Sudjana, Anas. 2004. Pendidikan Non Formal (Wawasan Perkembangan Filsafat Teori
Pendukung Asas). Bandung: Falah Production
Sumantri, Mulyani. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Maulana
Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya
Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang. 1989. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP
Semarang Press
Zaini, Hisyam dkk. 2002. Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: CTSD

Anda mungkin juga menyukai