Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik

1. Pengertian Belajar

Slameto (1995:2) mengemukakan, “Belajar adalah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya”. Sementara Syah (2006:65-66) mengutip

pendapat seorang ahli psikolog bernama Wittig (1981) dalam bukunya

psychology of learning mendefinisikan belajar sebagai: “any relatively

permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a

result of experience, artinya belajar adalah perubahan yang relatif menetap

yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu

organisme sebagai hasil pengalaman”.

Sementara Sardiman (2006: 20-21) mengemukakan, “Dalam

pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju

ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar

dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang

merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu proses perubahan didalam tingkah laku sebagai hasil interaksi

dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan

perkataan lain, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi

dengan lingkungan.

Dalam hal ini yang dimaksud dengan belajar berarti usaha mengubah

tingkah laku. Jadi belajar akan membawa perubahan pada individu-individu

yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu

pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap,

pengertian, harga diri, minat, watak, serta penyesuaian diri. Terlebih lagi

dalam mempelajari matematika yang struktur ilmunya berjenjang dari yang

paling sederhana sampai yang paling kompleks, dari yang konkret sampai ke

abstrak.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk

menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami

suatu mata pelajaran, biasanya dinyatakan dengan nilai yang berupa huruf

atau angka-angka. Hasil belajar dapat berupa keterampilan, nilai dan sikap

setelah siswa mengalami proses belajar. Melalui proses belajar mengajar

diharapkan siswa memperoleh kepandaian dan kecakapan tertentu serta

perubahan-perubahan pada dirinya.

Menurut Sudjana (2001:56), “Hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Hasil peristiwa belajar dapat muncul dalam berbagai jenis perubahan atau

pembuktian tingkah laku seseorang”. Selanjutnya menurut Slameto (dalam


Emarita, 2001:34) menyatakan: “Hasil belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri”.

Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh seseorang setelah

melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar tampak dari perubahan tingkah laku

pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur daalm bentuk perubahan

pengetahuan sikap dan keterampilan. Hamalik (2002:27) menyatakan bahwa

“Perubahan disini dapat diartikan terjadinya peningkatan dan

pengembanganyang lebih baik di bandingkan dengan sebelumnya, misalnya

dari tidak tau menjadi tahu”.

Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh setelah melakukan

kegiatan belajar. Hasil belajar diperoleh setelah diadanya evaluasi, Mulyasa

(2007:53) menyatakan bahwa” Evaluasi hasil belajar pada hakekatnya

merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah

terjadi”. Hasil belajar ditunjukan dengan prestasi belajar yang merupakan

indikator adanya perubahan tingkah laku siswa.

Dari proses belajar diharapkan siswa memperoleh prestasi belajar

yang baik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan sebelum proses

belajar berlangsung. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui

tingkat keberhasilan belajar adalah menggunakan tes. Tes ini digunakan untuk

menilai hasil belajar yang dicapai dalam materi pelajaran yang diberikan guru

di sekolah.
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan

tolak ukur atau patokan yang menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam

mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran dari proses pengalaman

belajarnya yang diukur dengan tes.

Menurut Syah (2006: 145) secara garis besar faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:

1) Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi

jasmani dan rohani siswa;

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di

sekitar siswa;

Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya

belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk

melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

3. Model pembelajaran kooperatif

Menurut Lie (2002), falsafah yang mendasari model pembelajaran

gotong royong dalam dunia pendidikan adalah falsafah homo homini

socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial,

kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan

hidup, tanpa ada kerja sama maka tidak ada individu, keluarga, organisasi,

atau sekolah, dan tanpa ada kerja sama maka dunia ini akan punah.

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model

pembelajaran yang terstruktur dan sistematis. Dimana kelompok-

kelompok kecil bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. hal ini
didasari oleh pemikiran bahwa siswa lebih mudah menemukan dan

memahami konsep jika mereka saling mendiskusikan masalah dengan

temannya.

Pada hakekatnya di dalam proses belajar mengajar model kerja sama

siswa dibiarkan untuk saling bertukar pikiran untu mendapatkan konsep

IPA. Sudah barang tentu pembelajaran dikembangkan dan disediakan

waktu untuk saling bertukar pikiran dalam wujud kerja sama yang intensif.

Aktivitas pembelajaran ini dapat dengan mudah dikenali oleh adanya

saling kerja sama antar kelompok dan individu pada saat belajar tentang

konsep IPA (Supriyadi, 2007 : 50)

Adapun ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah :

a. Siswa bekerja dalam satu kelompok secara kooperatif untuk

menuntaskan materi belajarnya, sehingga semua anggota kelompok

paham betul dengan materi yang dipelajarinya.

b. Kelompok terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi. sedang,

dan kurang.

c. Anggota kelompok berasal dari suku bangsa, budaya, dan jenis

kelamin yang berbeda-beda.

d. Penghargaan lebih diutamakan ke penghargaan kelompok daripada

individu.

e. Siswa menerima dan menyadari akan adanya keragaman dan mampu

mengembangkan keterampilan sosial.


Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif merupakan

pondasi yang baik untuk meningkatkan dorongan berprestasi siswa.

Pembelajaran ini akan memberikan kesempatan siswa untuk

mendiskusikan suatu masalah, mendengarkan pendapat-pendapat orang

lain dan memacu siswa untuk bekerja sama, saling membantu untuk

menyelesaikan masalah (Suherman, 2003 : 260). Cooperative Learning

merupakan alternatif menarik untuk memecahkan masalah yang dihadapi

dalam upaya mengaktifkan siswa dalam belajar. Pembelajaran kooperatif

menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar

sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan suatu masalah (Anita

Lie, 2004 : 8).

Menurut Slavin (2009), pembelajaran kooperatif memiliki tiga

karakteristik, yaitu :

1) Siswa bekerja sama dalam tim-tim belajar yang kecil (4-6 orang

anggota); komposisi ini tetap dalam berminggu-minggu.

2) Siswa didorong untuk saling membantu dalam mempelajari materi

yang bersifat akademik atau dalam melakukan tugas kelompok.

3) Siswa diberi imbalan atau hadiah atas prestasi kelompoknya.

Urutan langkah-langkah guru menurut model pembelajaran

kooperatif oleh Ibrahim (2000 : 7) dapat dilihat pada tabel 1.


Tabel 1.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Fase Kegiatan Aktivitas Guru


Menyampaikan semua tujuan
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada
Fase-1
dan memotivasi siswa pelajaran tersebut dengan memotivasi
siswa untuk belajar.
Guru menyajikan informasi berupa
penyampaian meteri kepada siswa
Fase-2 Menyajikan informasi
dengan cara mendemonstrasikan
bahan bacaan.
Guru menjelaskan kepada siswa
Mengorganisasikan bagaimana caranya membentuk
Fase-3
siswa dalam kelompok kelompok belajar dan membantu
belajar setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
Membimbing Guru membimbing kelompok-
Fase-4
kelompok bekerja dan kelompok belajar pada saat
belajar mengerjakan tugas.
Guru mengevaluasi hasil belajar
Fase-5 materi yang telah dipelajari atau tiap
Evaluasi
kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
Guru mencari cara-cara untuk
Fase-6 Pemberian
menghargai baik upaya maupun hasil
penghargaan
belajar individu dan kelompok.
(Sumber : Ibrahim, 2000 : 7)

Cooperative Learning adalah terminologi umum bagi strategi

pembelajaran yang dapat untuk membantu mengembangkan siswa dalam

kelompok untuk berkerjasama dan berinteraksi satu sama lain.

Pembelajaran kooperatif merupakan pondasi yang baik untuk

meningkatkan dorongan berprestasi siswa. Dengan memiliki dorongan

atau motivasi yang positif seorang siswa akan menunjukan minatnya.


4. Model pembelajaran kooperatif tipe Students Teams-Achievement

Divisions (STAD)

STAD (Tim Siswa-Kelompok Prestasi) adalah salah satu tipe dalam

model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, yang

dikembangkan oleh Slavin dari John Hopkins University. Ide dasar STAD

adalah bagaimana memotivasi siswa untuk saling bekerja sama dan

membantu satu sama lain, baik dalam memahami materi maupun

penyelesaian tugas dalam satu kelompok.

Dalam STAD, siswa ditempatkan dalam tim belajar yang

beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat

prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran dan siswa

bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim

telah menguasai pelajaran tersebut.

Pada pembelajaran kooperatif teknik STAD siswa belajar dan

membentuk sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman dan

kerjasama setiap siswa dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas

yang telah diberikan kepada mereka, pada pembelajaran ini siswa dilatih

untuk bekerjasama dan bertanggung jawab terhadap tugas mereka

sedangkan guru pada metode pembelajaran ini berfungsi sebagai fasilitator

yang mengatur dan mengawasi jalannya proses belajar.

Guru yang menggunakan STAD juga mengacu pada belajar

kelompok siswa, menyajikan infomasi akademik baru kepada siswa setiap


minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Secara individu, setiap

minggu atau dua minggu siswa diberi kuis. Dalam STAD, diskusi

kelompok merupakan komponen kegiatan penting,

Skor siswa dibandingkan dari skor yang lalu (milik mereka sendiri),

dan poin diberikan pada seberapa jauh siswa menyamai atau melampaui

prestasinya yang lalu. Poin tiap anggota kelompok ini dijumlahkan untuk

mendapatkan skor kelompok dan kelompok yang mencapai kriteria

tertentu dapat diberi reward atau penghargaan.

STAD memiliki lima komponen yaitu : presentasi kelas (class

presentation), kelompok (teams), tes (quizees), skor peningkatan individu

(individual improvement score), dan pengakuan kelompok (team

recognition) (Slavin, 2009 : 143).

a. Presentasi kelas (class presentation)

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam

presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti

yang sering dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru,

tetapi juga bhisa memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya

presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah presentasi tersebut

haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para

siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar member

perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan

sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis

mereka menentukan skor tim mereka (Slavin, 2009 : 143-144).


b. Kelompok (teams)

Kelompok tim terdiri dari empat atau lima orang siswa yang

heterogen. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa sermua

angggota kelompok benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi

adalah unutk mempersiapkan anggotanya untuk mengerjakan kuis

dengan baik. Setelah guru mengenalkan materi, anggota kelompok

berkumpul untuk mempelajari materi yang sudah diberikan guru

dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Selama

melaksanakan belajar kelompok, tugas dari masing-masing anggota

adalah mempelajari materi yang diberikan dan membantu anggota lain

dalam kelompoknya mempelajari materi. Yang paling sering terjadi,

pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama,

membendingkan jawaban, dan mengoreksi tiap pemahaman apabila

anggota tim ada yang membuat kesalahan.

Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap

poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan

yang terbaik bagi timnya, dan timpun harus melakukan yang terbaik

untuk membantu tiap anggota kelompoknya. Tim memberikan

dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam

pembelajaran, dan yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti

hubungan antar kelompok, rasa harga diri, penerimaan terhadap siswa-

siswa mainstream.
Sebelum memulai belajar kelompok, guru dapat menerangkan

beberapa sikap yang perlu diterapkan siswa agar kerja sama dalam

kelompok dapat berjalan dengan efektif. Beberapa contoh dari hal

tersebut adalah (Slavin, 2009 : 78) :

1) Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa anggota

kelompoknya telah mempelajari materi yang diberikan.

2) Tidak satupun yang diperbolehkan berhenti sampai semua anggota

kelompok telah menguasai materi.

3) Tanyakan atau mintalah bantuan pada semua anggota kelompok

sebelum bertanya kepada guru.

4) Para anggota kelompok bisa berbicara satu sama lain dengan suara

pelan.

Guru dapat mengajak siswa untuk mendiskusikan beberapa sikap

lainnya yang sekiranya diperlukan dalam belajar kelompok. Beberapa

langkah yang dapat dilakukan guru dalam pelaksanaan belajar

kelompok adalah sebagai berikut (Slavin, 1995 : 78-79) :

a) Meminta anggota kelompok untuk mengatur meja sesuai dengan

kelompoknya.

b) Memberikan waktu agar tiap kelompok agar dapat menentukan

nama kelompoknya sendiri.

c) Memberikan lembar kerja siswa dan lembar jawaban pada tiap

kelompok.
d) Menyarankan kepada siswa untuk membagi tugas dalam

kelompoknya.

e) Meminta untuk menerangkan jawaban pada teman yang lain atau

mendiskusikan jawaban yang telah ditulis pada lembar jawaban.

f) Mengingatkan siswa jika ada pertanyaan, mereka bertanya terlebih

dahulu pada teman lain dalam kelompoknya sebelum bertanya pada

guru.

g) Selama siswa bekerja dan belajar dalam tim, guru dapat memuji

pekerjaan siswa, bergabung pada tiap kelompok dan memonitor

pekerjaan siswa dan jalannya bekerja kelompok.

c. Tes (quizees)

Setelah 1-2 kali penyajian kelas dan siswa berlatih dalam

kelompok, siswa diberi tes individu. Selam tes berlangsung antar

anggota kelompok tidak diizinkan untuk saling membantu. Mereka

harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan memberikan

yang terbaik untuk kelompoknya. Skor tes individu ini menentukan

skor kelompok, karena itu setiap anggota kelompok harus dapat

memahami materi dengan baik.

d. Skor peningkatan individu (individual improvement score)

Ide dasarnya adalah memberikan kepada siswa sasaran yang dapat

tercapai, jika mereka bekerja keras dan mendapatkan hasil yang lebih

baik dari sebelumnya. Setiap siswa dapat menyumbangkan skor

terbaiknya kepada kelompok. Pengelolaan hasil dari kerja kelompok


adalah skor awal, skor tes, skor peningkatan, dan skor kelompok. Skor

awal didapati dari tes materi sebelumnya, skor tes dari skor individu,

sedangkan skor peningkatan didapat dari kaitan antar skor awal dan

skor tes. Jika mengalami peningkatan atau penurunan maka akan diberi

poin tersendiri, dan untuk skor kelompok dikumpulkan dari skor

peningkatan seluruh anggota kelompok, dicatat dan dijumlahkan maka

akan menjadi skor akhir kelompok. Skor akhir kelompok sangat

tergantung pada sumbangan dari anggota-anggota kelompok. Kondisi

inilah yang diharapkan dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan

kemampuannya di setiap kesempatan. Pengakuan terhadap sumbangan

skor individu sekecil apapun, juga diharapkan dapat memotivasi siswa

untuk belajar dan menipiskan rasa minder. Menekankan pemikiran

bahwa setiap anggota berperan untuk keberhasilan kelompok.

e. Penghargaan kelompok (team recognition)

Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan reward atau

penghargaan yang dapat berupa hadiah atau sertifikat atas usaha dan

kerja keras yang telah dilakukan kelompok selama proses belajar

mengajar berlangsung sehingga mencapai kriteria yang telah

ditetapkan.

Adapun cara penentuan dan pengahargaan skor kelompok / tim :

1) Penentuan skor kelompok : Skor dihitung dengan menambahkan

skor peningkatan tiap-tiap individu anggota kelompok dan membagi

dengan jumlah anggota tim tersebut.


2) Penghargaan atas presentasi kelompok : Tiap-tiap kelompok

menerima suatu sertifikat khusus berdasarkan pada sistem poin,

yang ditunjukkan pada tabel 3.

Tabel 3.
Tingkat penghargaan kelompok

Rata-Rata Kelompok Penghargaan


≥ 15 poin GOOD TEAM (Tim Baik)
≥ 20 poin GREAT TEAM (Tim Hebat)
≥ 25 poin SUPER TEAM (Tim Super)
(Sumber : Slavin, 2009 : 160)

a) Langkah-langkah pembelajaran model kooperatif tipe STAD

STAD dipandang sebagai metode paling sederhana dari dan

paling langsung dari pendekataan kooperatif. Para guru

menggunakan teknik STAD untuk mengajarkan informasi

akademik baru pada siswa setiap minggu melalui penyajian verbal

maupun tertulis. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe

STAD adalah:

(1) Guru menerangkan mengenai topik pembahasan.

(2) Siswa di bagi dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari lima

sampai enam orang, dari kumpulan yang heterogen.

(3) Guru memberikan lembaran tugas akademik untuk tiap anggota

kelompok untuk didiskusikan bersama dan saling membantu

untuk menguasai materi.


(4) Guru memberikan ujian secara individu-individu pada setiap

siswa setiap dua minggu sekali untuk mengetahui penguasaan

mereka terhadap materi ajar.

(5) Setiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaanya

terhadap bahan ajar, dan pada individu atau kelompok yang

mendapat prestasi paling tinggi diberi penghargaan.

b) Peranan guru dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD

Menurut Thomson, et al, pembelajaran kooperatif turut

menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran IPA. Di

dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam

kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun

dalam kelompok yang terdiri dari empat atau lima siswa dengan

kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah

terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku.

Kegiatan/peranan guru dalam pembelajaran dengan teknik

STAD, sebagai berikut:

(1) Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

(2) Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan

peragaan (demonstrasi) atau teks.

(3) Guru menjelaskan siswa bagaimana caranya membentuk

kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar

melakukan perubahan yang efisien


(4) Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat

mereka mengerjakan tugas.

(5) Guru mengetes materi pelajaran atau kelompok menyajikan

hasil-hasil pekerjaan mereka.

(6) Guru memberikan cara-cara untuk menghargai baik upaya

maupun hasil belajar individu dan kelompok.

5. Strategi eksperimen

Strategi eksperimen merupakan cara penyajian pelajaran, dimana

siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri

sesuatu yang dipelajari. Dengan proses belajar seperti ini, siswa diberi

kesempatan untuk mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu

objek, menemukan masalah, menganalisis, membuktikan dan menarik

kesimpulan sendiri mengenai suatu objek.

Menurut Roestiyah (2001), strategi eksperimen adalah salah satu

cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal

mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian

hasil pengamatan disampaikan ke depan kelas dan dievaluasi oleh guru.

Penggunaan metode eksperimen memiliki tujuan tertentu,

diantaranya :

a. Menarik kesimpulan dari berbagai fakta, informasi, atau data yang

berhasil dikumpulkan melalui pengamatan proses eksperimen.

b. Menarik kesimpulan dari fakta yang terdapat pada hasil eksperimen.


c. Melatih siswa mengunakan logika induktif untuk menarik kesimpulan

dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui eksperimen.

Setiap strategi memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, berikut

kelebihan dan kelemahan strategi eksperimen yaitu :

1) Kelebihan metode eksperimen yaitu :

a) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran/kesimpulan

berdasarkan percobaan.

b) Memberikan siswa untuk membuat terobosan – terobosan baru

dengan penemuan baru dari hasil percobaan.

c) Mengembangkan kemampuan siswa berfikir bertindak kreatif.

Menurut Supriyadi (2003) menyatakan langkah – langkah untuk

menyusun rencana eksperimen meliputi :

(1) Memilih suatu topik yang menarik untuk dieksperimenkan.

(2) Menentukan tujuan pembelajaran dengan alat tersebut sesuai dengan

topik.

(3) Merancang suatu disain eksperimen yang sesuai.

(4) Menentukan bahan eksperimen.

(5) Membuat alat eksperimen.

(6) Menentukan waktu lokasi eksperimen.


B. Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA merupakan salah satu kegiatan yang ada di sekolah.

Dimana salah satu tujuan pembelajaran tersebut adalah pembentukan dan

penalaran siswa yang menuntut adanya berpikir kritis dan kreatif. Oleh karena

itu, perlu adanya model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat

bertukar pendapat dan merespon pemikiran orang lain sehingga siswa dapat

menumbuhkan kemampuannya dengan berpikir kritis dan kreatif. Salah satu

model pembelajaran yang memungkinkan dalam kondisi tersebut adalah

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang sistematis

dengan mengelompokkan siswa untuk tujuan melakukan pembelajaran yang

efektif agar siswa dapat memaksimalkan kegiatan belajarnya, dimana

keberhasilan individu diorientasikan dalam keberhasilan kelompok. Dalam

pembelajaran kooperatif, siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung

jawab terhadap pembelajaran teman sekelompoknya dan pembelajaran diri

sendiri.

Dalam model pembelajaran kooperatif ada beberapa tipe yang telah

dikembangkan di kelas salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif

tipe STAD. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement

Divisions (STAD) memungkinkan siswa untuk terlibat aktif dalam

mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya.

Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan

kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Banyak sekali


strategi pembelajaran yang bisa digunakan, salah satunya adalah strategi

eksperimen. Strategi eksperimen dapat mengembangkan keaktifan belajar dan

partisipasi anak didik seoptimal mungkin. Siswa mengembangkan keaktifan

yang ada dalam diri siswa sehingga menumbuhkan rasa percaya diri,

kekeluargaan, dan saling menghargai anggota kelompok lainnya. Selain untuk

membentuk keaktifan siswa, prestasi belajar yang diperoleh siswa pun

mengalami peningkatan.

Bentuk dan Wujud Benda merupakan salah satu materi pelajaran yang

perlu menggunakan strategi eksperimen. Dengan strategi eksperimen siswa

diharapkan dapat mengelompokkan berbagai macam benda, menyebutkan

sifat-sifatnya serta kegunaannya.

Gagasan utama dari model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-

Achievement Divisions (STAD) menggunakan strategi eksperimen adalah

untuk memotivasi siswa saling bekerja sama, berdiskusi, memberi semangat,

dan membantu dalam memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru.

Adapun langkah pembelajaran dalam strategi eksperimen adalah siswa

melakukan eksperimen, mendapatkan data eksperimen, data yang telah

diperoleh didiskusikan berkelompok, muncul masalah baru dan siswa dapat

menarik suatu kesimpulan dari eksperimen melalui diskusi kelompok maupun

kelas. Oleh karena itu, dengan adanya keaktifan siswa dalam belajar IPA maka

prestasi belajar siswa akan meningkat.


C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, hipotesis tindakan dalam

penelitian ini adalah :

1. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-

Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan peran aktif dan

prestasi belajar IPA siswa kelas II semester 1 pokok bahasan Bentuk dan

Wujud Benda Tema Lingkungan SD Negeri 3 Pagersari Kecamatan

Tlogomulyo Kabupaten Temanggung tahun ajaran 2015/2016.

2. Tindakan atau strategi pembelajaran yang perlu ditambahkan dalam

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement

Divisions (STAD) untuk meningkatkan peran aktif dan prestasi belajar IPA

siswa kelas II semester 1 pokok bahasan Bentuk dan Wujud Benda Tema

Lingkungan SD Negeri 3 Pagersari Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten

Temanggung tahun ajaran 2015/2016 berupa strategi eksperimen.

3. Langkah pembelajaran yang dapat meningkatkan peran aktif dan prestasi

belajar IPA siswa adalah dengan siswa melakukan eksperimen,

mendapatkan data eksperimen, data yang telah diperoleh didiskusikan

berkelompok, muncul masalah baru dan siswa dapat menarik suatu

kesimpulan dari eksperimen melalui diskusi kelompok maupun kelas.

Anda mungkin juga menyukai