Anda di halaman 1dari 6

5

BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. KAJIAN TEORI

1. Tinjauan tentang belajar dan pembelajaran

Belajar merupakan suatu proses perubahan dan interaksi dengan

lingkungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan spiritual.

Perubahan tersebut mencangkup aspek tingkah laku, keterampilan dan

pengetahuan. Menurut Slameto (2003:2) bahwa “Belajar ialah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya”. Selanjutnya Lufri (2007:10) juga

mengemukakan beberapa rumusan tentang belajar yang umum digunakan,

yaitu:

a. Belajar didefinisikan sebagai modifikasi atau peneguhan


perilaku melalui pengalaman (learning is defined as the
modification or strengthening of behavior through
experiencing).
b. Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku individu
yang terjadi akibat interaksi dengan lingkungannya.
c. Belajar merupakan suatu proses atau aktivitas individu
dalam bentuk interaksi dengan lingkungannya sehingga
terjadi pengalaman belajar.

Belajar yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan atau

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan

sikap. Menurut Hamalik (2004:154) bahwa “Belajar adalah perubahan

tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman”. Selanjutnya

Sardiman (2006:20) bahwa “Belajar itu senantiasa merupakan perubahan

tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan

5
6

membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya”.

Kemudian teori dari Gagne dalam Slameto (2003:13) memberikan dua

definisi belajar yaitu:

a. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi


dalam pengetahuan, keterampilan, dan tingkah laku.
b. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang diperoleh dari instruksi.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

merupakan suatu proses dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan

baru yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat tetap.

Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan tingkah laku dan

pengetahuan yang lebih baik dibandingkan sebelum siswa tersebut

mengalami proses belajar.

2. Tinjauan tentang belajar aktif

Belajar aktif adalah dimana anak didik belajar secara aktif

menemukan pengetahuan sendiri, tujuannya agar peserta didik dapat

meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran. Belajar aktif ini mengarah ke

student center, artinya anak didik aktif mendapatkan dan menggali ilmu

pengetahuan secara langsung dari berbagai sumber dan media lain seperti

situs dan web disamping guru, sedangkan guru hanya sebagai pembimbing,

fasilitator, pendidik, pelatih, pengarah dan mengembangkan kemampuan

anak didik, bertujuan untuk memperoleh informasi. Dengan itu peserta didik

dapat menunjukkan kemampuannya menganalisis, mensintesis dan

mengevaluasi melalui persentasi pada teman sejawat. Peserta didik dikatakan

aktif jika selama proses pembelajaran peserta didik dapat melakukan kegiatan

aktif. Suryosobroto (1999: 71), menyatakan keaktifan siswa dapat dilihat dari:
7

1. Berbuat sesuatu untuk memahami materi pembelajaran


dengan penuh keyakinan.
2. Mempelajari sesuatu untuk memahami materi sendiri
bagaimana memperoleh situasi pengetahuan.
3. Merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas guru yang
diberikan kepadanya.
4. Belajar dalam kelompok.
5. Mencoba sendiri konsep-konsep tertentu.
6. Mengkomunikasikan pemikiran, penemuan dan
penghayatan nilai-nilai secara lisan atau penampilan.

Sistem belajar aktif ini memerlukan kedekatan berbagai macam hal

bukan sekedar pengulangan atau hafalan tetapi juga keterlibatan mental dan

kerjasama siswa sendiri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Silberman

(2006: 9):

’’Agar belajar menjadi aktif siswa harus mengerjakan banyak


tugas, mereka harus menggunakan otak, menguji gagasan,
memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka
pelajari, belajar aktif harus gesit, menyenankan, bersemangat
dan penuh gairah'.

Pernyataan inilah yang menjadi paham pembelajaran aktif. Siswa

tidak hanya sekedar mendengarkan informasi dari guru akan tetapi juga

melihat apa yang dijelaskan oleh guru, selanjutnya peserta didik

mendiskusikan apa yang mereka pahami dan mengungkapkan kembali apa

yang telah mereka dapatkan sehingga sangat memungkinkan bagi peserta

didik untuk berbagi informasi.

3. Tinjauan model pembelajaran Students Teams Achievement Division (STAD)

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana

siswa belajar dengan kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat

kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota

saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami suatu bahan

pembelajaran.
8

Adapun pembelajaran kooperatif salah satunya yaitu Students Teams

Achievement Division (STAD) merupakan model pembelajaran kooperatif

yang paling sederhana. Menurut Lufri (2007:48-49) Langkah-langkahnya

adalah:

a. Setelah dilakukan pretest, siswa dibagi beberapa kelompok


belajar yang beranggotakan 4-5 orang yang merupakan
campuran berdasarkan prestasi, jenis kelamin dan
sebagainya.
b. Guru menyajikan pelajaran atau presentasi verbal atau teks.
c. Siswa bekerja dalam kelompok menggunakan lembaran
kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk
menuntaskan menguasai materi dengan saling membantu.
d. Dilakukan kuis untuk seluruh siswa, dalam kuis mereka
bekerja masing-masing, diskor dan setiap individu diberi
skor perkembangan (dibandingkan dengan skor rata-rata
pretest)
e. Point setiap anggota dijumlahkan untuk mendapatkan skor
kelompok.
f. Kelompok yang mencapai criteria tertentu dapat diberi
penghargaan.

Belajar dalam kelompok akan membantu siswa dalam proses belajar

karena semua siswa dapat mengeluarkan pendapatnya dan saling bertukar

pikiran. Guru juga membagikan perangkat pembelajaran yang berisi bahan

ajar, lembar kerja siswa atau lembar diskusi siswa yang dikerjakan secara

berkelompok, kemudian dilakukan kuis untuk mengetahui sampai dimana

siswa dapat mengusai pelajaran tersebut serta diberi skor dan penghargaan.

Model pembelajaran ini dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.

4. Tinjauan tentang motivasi

Dalam proses belajar mengajar hendaknya menumbuhkan semangat

atau motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran, karena dengan adanya

motivasi yang mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar

sebagai proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Menurut Lufri
9

(2007:121) bahwa “Motivasi merupakan suatu kecenderungan untuk

bertindak dengan suatu cara tertentu”. kemudian yang dikemukakan Mc.

Donald dalam Sardiman (2006:74) mengandung tiga elemen penting, yaitu:

a. Bahwa motivasi mengawali terjadinya perubahan energi


pada diri setiap individu manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling
efeksi seseorang.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.

Dari beberapa pengertian motivasi diatas dapat disimpulkan bahwa

motivasi merupakan suatu yang kompleks yang menyebabkan terjadinya suatu

perubahan energi dan menimbulkan rasa serta didorong karena adanya tujuan

yang akan dicapai. Sebagai seorang guru perlu memberikan rangsangan kepada

siswa agar tumbuh motivasi dalam dirinya. Adapun cara untuk meningkatkan

motivasi siswa, menurut Gage dan Berliner (1979) dalam Slameto (2003:21),

sebagai berikut:

a. Menggunakan pujian verbal.


b. Pergunakan tes dalam nilai secara bijaksana.
c. Bangkitkan rasa ingin tahu dan keinginan untuk
mengadakan eksplorasi.
d. Untuk dapat mendapatkan perhatian, sekali-kali pengajar
dapat melakukan hal-hal yang luar biasa.
e. Merangsang hasrat siswa dengan jalan memberikan pada
siswa sedikit contoh hadiah yang akan diterimanya bila
siswa berusaha untuk belajar.
f. Agar siswa lebih mudah memahami bahan pengajaran,
pergunakan materi-materi yang sudah dikenal sebagai
contoh.
g. Terapkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam
konteks yang unik dan luar biasa, agar siswa jadi lebih
terlibat.
h. Minat pada siswa untuk mempergunakan hal-hal yang
sudah dipelajari sebelumnya.
i. Pergunakan simulasi dan permainan.
j. Perkecil daya tarik system motivasi yang bertentangan.
10

Dengan adanya motivasi maka minat untuk belajar akan besar atau

kecenderungan jiwa siswa karena merasa ada kepentingan dengan materi yang

diajarkan serta selalu butuh dan ingin belajar.

B. RENCANA TINDAKAN

Permasalahan yang terjadi di lapangan merupakan pedoman untuk

merencanakan tindakan yang akan diberikan dan merupakan refleksi awal

dalam penelitian ini, yaitu nilai UH 2 tahun ajaran 2014/2015. Mengingat

masih rendahnya nilai rata-rata kelas ulangan harian siswa pada pembelajaran

olahraga perlu dicarikan suatu tindakan yang tepat agar siswa ikut berperan

aktif sewaktu proses belajar mengajar berlangsung sehingga hasil belajar

dapat ditingkatkan.

Oleh sebab itu perlu dimulai dengan perencanaaan yang matang antara

lain :

a. Motifasi dan kreatifitas siswa selama dalam pembelajaran berlangsung.

b. Mengisi LKS dan LDS yang berhubungan dengan materi pembelajaran..

c. Aktifitas siswa sewaktu mempresentasikan hasil kerja kelompok

d. Mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan guru.

e. Memberi skor dan penghargaan kepada siswa yang aktif.

C. HIPOTESIS TINDAKAN

1. Berdasaran kajian teori di atas, maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam

penelitian ini adalah "melalui model pembelajaran Students Teams

Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan belajar siswa.

Anda mungkin juga menyukai