Anda di halaman 1dari 7

BAB 2.

PEMBAHASAN

2.1 Prinsip-prinsip belajar

Kata prinsip berasal dari bahasa latin yang berarti “asas (kebenaran yang
menjadi pokok dasar berfikir, bertindak, dan sebagainya) dasar”. Prinsip
merupakan sebuah kebenaran atau kepercayaan yang diterima sebagai dasar dalam
berfikir dan bertindak. Kata pembelajaran adalah suatu aktifitas atau proses
mengajar dan belajar. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah,
mengajar yang dilakukan oleh pihak guru dan belajar dilakukan oleh peserta didik.

Jadi prinsip-prinsip pembelajaran adalah landasan berfikir, landasan


berpijak dengan harapan tujuan pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses
pembelajaran yang dinamis dan terarah.

Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat


mengungkap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan
pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat
membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat (Dimyati dan Mudjiono, 2006
: 41).

Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli
yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari berbagai
prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat digunakan sebagai dasar dalam upaya
pembelajaran. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi,
keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan
atau penguatan, serta perbedaan individual.

1. Perhatian dan motivasi


Perhatian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan
belajar. Dari kajian belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa
adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage dan Berliner, 1984 :
355). Disamping perhatian , motivasi mempunyai peranan penting dalam
kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan
mengarahkan aktifitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan
mesin dan kemudi pada mobil (Gage dan Berliner, 1984 : 372).
Motivasi mempunyai kaitan yang sangat erat dengan minat. Siswa
yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung
tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk
mempelajari bidang studi tersebut.
Menurut B.F Skinner motivasi dapat bersifat internal dan eksternal.
Motivasi dapat bersifat internal artinya motivasi tersebut datang dari dirinya
sendiri, dan dapat juga bersifat eksternal artinya motivasi tersebut datang
dari orang lain, dari guru, orang tua, teman, dan sebagainya.
2. Keaktifan

John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa


yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus
datang dari dirinya sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah.

Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang


sangat aktif, jika mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar
menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Thorndike
mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “law of
exercise” yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-
latihan.

3. Keterlibatan langsung/pengalaman

Belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada


orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang
dituangkan dalam kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar
yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam
belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak hanya mengamati secara
langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan
bertanggung jawab terhadap hasilnya.

4. Pengulangan
Teori Psikologi Asosiasi atau Koneksionisme mengungkapkan
bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons,
dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar
peluang timbulnya respons benar. Pengulangan dalam belajar akan melatih
daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamati,
menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, hingga berfikir yang akan
membuat daya-daya tersebut berkembang.

5. Tantangan
Teori Medan (field teory) dari Kurt Lwein mengemukakan bahwa
siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan
psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan tetapi
selalu menghadapi hambatan yaitu mempelajari bahan pelajaran, maka
timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari
bahan belajar tersebut. Apabila hambatan tersebut telah diatasi artinya
tujuan belajar telah tercapai maka ia akan memasuki dalam medan baru dan
tujuan baru.
6. Balikan dan penguatan

Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan


terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F
Skinner. Jika pada teori conditioning yang diberi adalah stimulusnya, maka
pada operant conditioning yang diperkuat adalah responnya. Kunci dari
belajar ini adalah law of effectnya Thorndike. Hasil, apalagi hasil yang baik
akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi
usaha belajar.

Namun dorongan belajar itu menurut B.F Skinner tidak saja oleh
penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan. Atau
dengan kata lain, penguatan positif maupun penguatan negatif dapat
memperkuat belajar. Nilai yang baik merupakan operant conditioning atau
penguatan positif, dan begitupun sebaliknya. Mendapat nilai jelek/buruk
akan mendapatkan escape conditioning penguat negatif. Format sajian
berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan merupakan
cara belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan
penguatan.

7. Perbedaan individual

Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang
siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu sama lainnya.
Perbedaan individu ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa
(Soeparlan, dkk, 2014 : 10).

2. 2 Implikasi prinsip-prinsip belajar

1. Perhatian dan Motivasi

Implikasi bagi siswa Implikasi bagi guru


Siswa dituntut untuk memberikan Merangsang atau menyiapkan bahan
perhatian terhadap semua yang ajar yang menarik. Mengkondisikan
mengarah ke arah tujuan belajar. proses belajar aktif. Mengupayakan
Adanya tuntutan untuk selalu pemenuhan kebutuhan siswa di dalam
memberikan perhatian, hal ini belajar (misalnya kebutuhan untuk
menyebabkan siswa harus dihargai, tidak merasa tertekan).
membangkitkan perhatiannya
kepada segala pesan yang
dipelajari dan disampaikan oleh
guru.

2. Keaktifan

Implikasi bagi siswa Implikasi bagi guru


Berwujud perilaku-perilaku seperti Memberikan kesempatan melakukan
mencari sumber informasi yang pengamatan, penyelidikan atau inkuiri
dibutuhkan, menganalisis hasil dan eksperimen. Serta memberikan
percobaan, ingin tahu hasil dari
suatu reaksi kimia, karya tulis, tugas individual dan kelompok melalui
membuat makalah dan kontrol guru.
perilakunya.

3. Keterlibatan langsung/pengalaman

Implikasi bagi siswa Implikasi bagi guru


Dengan keterlibatan langsung ini Menggunakan media secara langsung
secara logis akan menyebabkan dan melibatkan siswa untuk
siswa memperoleh pengalaman. melakukan berbagai percobaan atau
Contohnya siswa melakukan reaksi eksperimen.
kimia pada suatu zat.

4. Pengulangan

Implikasi bagi siswa Implikasi bagi guru


Implikasi adanya prinsip Merancang kegiatan pengulangan dan
pengulangan bagi siswa adalah mengembangkan soal-soal latihan dan
kesadaran siswa untuk bersedia bervariasi.
mengerjakan latihan-latihan yang
berulang untuk satu macam
permasalahan.

5. Tantangan

Implikasi bagi siswa Implikasi bagi guru


Implikasi prinsip tantangan bagi Memberikan tugas-tugas pemecah
siswa adalah tuntutan yang dimiliki masalah kepada siswa.
dan kesadaran pada diri siswa akan
adanya kebutuhan untuk selalu
memperoleh, memproses, dan
mengolah pesan. Siswa juga harus
memiliki keingin tahuan yang
besar terhadap segala
permasalahan yang dihadapi.

6. Balikan atau Penguatan

Implikasi bagi siswa Implikasi bagi guru


Segera mencocokkan jawaban Memberikan kepada siswa jawaban
dengan kunci jawaban, dan yang benar, serta mengoreksi
menerima kenyataan terhadap nilai sekaligus membahas pekerjaan siswa.
yang dicapai.

7.Perbedaan individual

Implikasi bagi siswa Implikasi bagi guru


Menentukan tempat duduk di Para siswa harus terus didorong dalam
kelas, menyusun jadwal pelajaran. memahami potensi dirinya dan untuk
Saling menghargai antara siswa selanjutnya mampu merencanakan dan
yang satu dengan yang lain. melaksanakan suatu kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran Cetakan ke 3. Jakarta :


Rineka Cipta Jakarta.

Gage, N.L dan David C. Berliner. 1984. Educational Psycology. Chicago : Rand
Mc Nally College Publishing Company.

Kasyadi, Soeparlan, dan dkk. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :
Pustaka Mandiri.

Anda mungkin juga menyukai