Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Pembelajaran PAI

1. Hakekat Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

Pendidikan agama Islam adalah disiplin ilmu pendidikan yang

berlandaskan ajaran Islam, yang teori dan konsep digali dan dikembangkan

melalui pemikiran danpenelitian ilmiyah berdasarkan tuntutan dan petunjuk

al-Quran dan as-Sunnah.1 Al- Syaibani mempelagi dasar tersebut mencakup

ijtihad, pendapat, peninggalan, keputusan-keputusan dan amalan-amalan para

ulama terdahulu (as-Shalaf al-Shaleh) di kalangan umat Islam. Jadi semua

perangkat pendidikan Islam harus ditegakkan di Ajaran Pendidikan Islam.

Pendidikan Islam tidak mengenal pemisahan antara sains dengan agama, dan juga

prinsipnya seimbang antara dunia dan akhirat. Pendidikan seperti inilah

yang perlu diwariskan kepada generasi Islam, sehingga umat Islam mendapat

tempat terhormat di dunia dengan ilmunya, dan juga di akhirat juga dengan

ilmunya. Rangkaian kegiatan pendidikan yang diikuti melalui bimbingan,

pengajaran, dan latihan, kesemuanya diarahkan untuk tercapainya tujuan

pendidikan. Pendidikan diselenggarakan tentu saja memajukan pendidikan

merupakan seperangkat hasil yang harus di capai oleh peserta didik. Setiap mata

pelajaran memiliki ciri khas atau karateristik tersendiri yang dapat dengan

membedakannnya dengan mata pelajaran lain.

Demikian pula halnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Sebagai

sebuah mata pelajaran yang kedudukannya setara dengan mata pelajaran lain,

7
maka Pendidikan Agama Islam memiliki karakteristik tersendiri. Dalam

panduan pengembangan silabus Pendidikan Agama Islam disebutkan bahwa

Karakteristik Pendidikan Agama Islam adalah:

a. Ditinjau dari muatannya, Pendidikan Agama Islam merupakan mata

pelajaran pokok yang menjadi komponen penting sehingga tidak mungkin

dapat dipisahkan dari mata pelajaran lain karena Pendidikan Agama Islam

bertujuan untuk mengembangkan moral dan kepribadian peserta didik.

Semua mata pelajaran memiliki tujuan tersebut, oleh karena itu harus

sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai.

b. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk

terbentuknya peserta didik yang berbudi pekerti luhur, berakhlak

mulia dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang yang beriman

dan bertaqwa kepada Allah, agama Islam, terutama sumber ajaran dan

sendi-sendi Islam lainnya, sehingga dapat dijadikan bekal untuk

mempelajari bidang ilmu.

Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam suatu

institusi pendidikan. Kualitas pembelajaran bersifat kompleks dan dinamis, dapat

dipandang dari berbagai persepsi dan sudut pandang melintasi garis waktu. Pada

tingkat mikro, pencapaian kualitas pembelajaran merupakan tanggung jawab

profesional seorang guru, misalnya melalui penciptaan pengalaman belajar yang

bermakna bagi siswa dan fasilitas yang didapat siswa untuk mencapai hasil belajar

yang maksimal. Pada tingkat makro, melalui sistem pembelajaran yang

berkualitas, lembaga pendidikan bertanggung jawab terhadap pembentukan tenaga

pengajar yang berkualitas, yaitu yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan

8
intelektual, sikap, dan moral dari setiap individu peserta didik sebagai anggota

masyarakat.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran, baik secara

eksternal maupun internal diidentifikasikan sebagai berikut. Faktor-faktor

eksetrnal mencakup guru, materi, pola interaksi, media dan teknologi, situasi

belajar dan sistem. Masih ada pendidik yang kurang menguasai materi dan dalam

mengevaluasi siswa menuntut jawaban yang persis seperti yang ia jelaskan.

Dengan kata lain siswa tidak diberi peluang untuk berfikir kreatif. Guru juga

mempunyai keterbatasan dalam mengakses informasi baru yang memungkinkan ia

mengetahui perkembangan terakhir dibidangnya (state of the art) dan

kemungkinan perkembangan yang lebih jauh dari yang sudah dicapai sekarang

(frontier of knowledge). Sementara itu materi pembelajaran dipandang oleh siswa

terlalu teoritis, kurang memanfaatkan berbagai media secara optimal (Anggara,

2007: 100).

Selama KBM guru belum memberdayakan seluruh potensi dirinya

sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual

yang diperlukan unuk mengikuti pelajaran lanjutan. Beberapa siswa belum belajar

sampai pada tingkat pemahaman. Siswa belum mampu mempelajari fakta, konsep,

prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka

belum mampu menerapkannya secara efektif dalam pemecahan.

2. Aktifitas pembelajaran PAI

Aktivitas atau keaktifan adalah segala sesuatu kegiatan yang dilakukan secara

sadar dan sengaja. Kegiatan-kegiatan dimaksud terjadi baik fisik maupun

non-fisik, merupakan suatu aktifitas.8 Sedangkan belajar adalah suatu proses

9
perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek

tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan,

keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi

pekerti dan sikap. Jika seseorang telah belajar maka akan terlihat terjadinya

perubahan pada salah satu atau beberapa aspek tingkah, dengan lingkungannya

yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Dalam proses

interaksi ini terkandung dua maksud, yaitu proses internalisasi dari sesuatu

ke dalam diri pebelajar dan pebelajar interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas, peneliti berkesimpulan bahwa

aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi

antara guru dengan peserta didik, antara sesama peserta didik dan antara

peserta didik dengan lingkungannya dalam rangka mencapai tujuan

pembelajaran. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada

peserta didik, sebab dengan adanya aktivitas peserta didik dalam proses

pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, yaitu aplikasi suatu sistem

pembelajaran yang menekankan keaktifan peserta didik secara fisik, mental

intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa

perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

B. Macam-Macam Model Pembelajaran

1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)

Menurut Sanjaya (2006: 242) pengertian pembelajaran kooperatif

merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan

atau tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar

belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda

10
(heterogen). Wahab dan Solehuddin (dalam Ratnasari, 2007: 11) menyatakan

bahwa ”belajar kooperatif dapat merangsang siswa mengoptimalkan dirinya

dalam perkembangan intelektual dan selain itu juga dapat meningkatkan

keterampilan siswanya, hal ini disebabkan karena dalam belajar kooperatif siswa

dituntut untuk mengimplementasikan penalarannya dan saling membagi-bagikan

pengalamannya untuk memecahkan masalah.

Proses pembelajaran kooperatif menggunakan enam langkah atau tahapan

yang pelaksanaannya bervariasi tergantung pada model yang digunakan.

Langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Fase Kegiatan Guru


Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang
Menyampaikan tujuan dan ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi
memotivasi siswa siswa belajar.

Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada  siswa baik dengan


Menyajikan informasi peragaan (demonstrasi) atau teks.
Fase 3
Guru menjelaskan siswa bagaimana caranya membentuk
Mengorganisasikan siswa
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar
ke dalam kelompok-
melakukan perubahan yang efisien.
kelompok belajar
Fase 4
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
Membantu kerja
mereka mengerjakan tugas.
kelompok dalam belajar
Fase 5 Guru mengetes materi pelajaran atau kelompok
Mengetes materi menyajikan hasi-hasil pekerjaan mereka.

Fase 6 Guru memberikan cara-cara untuk menghargai baik upaya


Memberikan penghargaan maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Sumber: Ibrahim (dalam Ratnasari, 2007: 12)

11
Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roestiyah (2001:17) ada beberapa keuntungan model

pembelajaran kooperatif dalam proses belajar mengajar antara lain :

a. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan


keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
b. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan
keterampilan berdiskusi.
c. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan lebih aktif
berpartisipasi dalam berdiskusi.
d. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai
pendapat orang lain dimana mereka telah saling membantu kelas dalam
usahanya mencapai tujuan bersama.

Tetapi di samping keuntungan pembelajaran kooperatif juga memiliki

kelemahan diantaranya yaitu:

a. Kerja keras hanya melibatkan kepada siswa yang mampu sebab mereka

mampu dalam memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang.

b. Terjadi pertentangan antar murid yang tidak paham.

c. Keberhasilan strategi kerja kelas ini tergantung kepada kemampuan siswa

memimpin kelas.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian, ilmu pengetahuan.

Sampai dimanakah perubahan itu dapat dicapai atau dengan kata lain dapat

berhasil. Baik atau tidaknya belajar itu tergantung pada macam-macam faktor.

Adapun faktor-faktor itu dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu.

b. Faktor yang ada pada luar individu yang disebut dengan faktor sosial.

(Djuwairiyah, 2007:8).

12
Pada kesempatan yang lain Susilowati (2006:15) menyebutkan beberapa

faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:

a. Faktor dalam, yaitu faktor-faktor yang berasal dari siswa, antara lain:

1. Faktor fisiologis, meliputi: kondisi fisiologis dan panca indera.

2. Faktor psikologis, meliputi: minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan

kemampuan kognitif.

b. Faktor luar, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa, antara lain :

1. Faktor lingkungan, terdiri dari lingkungan alami dan sosial budaya.

2. Faktor instrumental, meliputi: kurikulum, program, sarana dan fasilitas

serta guru.

Selain itu Slameto (1995:60) menyatakan bahwa, “Faktor yang

berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu:

faktor keluarga, sekolah, dan faktor masyarakat”. Faktor yang datang dari

keluarga merupakan cara orang tua mendidik, suasana keluarga, pengertian orang

tua, keadaan ekonomi, hubungan keluarga yang harmonis, saudara yang

menyenangkan dan penuh kasih sayang. Faktor yang datang dari sekolah meliputi

metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, siswa dengan siswa,

disiplin waktu, keadaan gedung, tugas yang diberikan. Hasbullah (2001:49)

mengemukakan bahwa peranan sekolah melalui kurikulum antara lain:

1. Anak didik belajar bergaul sesama anak didik, antara guru dengan anak

didik, dengan orang yang bukan guru (karyawan)

2. Anak didik mentaati peraturan yang ada di sekolah

3. Mempersiapkan anak didik yang berguna bagi masyarakat, bangsa, dan

agama.

13
Faktor yang datang dari masyarakat, meliputi teman bergaul, cara hidup

dan lingkungan. Setiap orang perlu bergaul dan berteman, tolong menolong dan

memiliki sifat kekeluargaan yang dapat menimbulkan keinginan untuk belajar

bersama.

2.Model Cooperative Team Assisten Individualization ( TAI)

a. Konsep Pembelajaran TAI

Menurut Joyce, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu

pola yang digunakan sebagi pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas

atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat

pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film dokumenter, kurikulum dan

lain-lain. Selanjutnya, Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran

mengarahkan kita kedalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta

didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai (Trianto, 2007:5).

Terkadang dalam pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi. Artinya materi

pelajaran atau pesan yang disampaikan guru tidak dapat diterima oleh siswa

dengan optimal (Sanjaya, 2011:162). Untuk itu agar pesan atau materi yang

disampaikan oleh guru dapat diterima siswa dengan baik maka guru harus dapat

menyususun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan model pembelajaran,

salah satunya dengan model pembelajaran Team Assisten Individualization ( TAI)

Pembelajaran kooperatif banyak sekali macamnya. Salah satunya adalah

Team Assisten Individualization ( TAI). Inti dari model ini adalah guru membagi

siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4 sampai dengan 6 anak yang

bersifat heterogen, guru memberikan wacana atau kliping sesuai topik

14
pembelajaran. Tiap kelompok diminta untuk menemukan ide pokok dari masing-

masing wacana atau kliping yang diberikan oleh guru. Setelah siswa-siswi saling

berdiskusi salah satu anggota kelompok diminta mempresentasikan atau

membacakan hasil kerja kelompoknya. Guru membuat kesimpulan (Suprijono,

2009:130-131). Dengan adanya penerapan model pembelajaran Cooperative

Integrated Reading and Composition yang diterapkan pada materi ajar

memungkinkan terwujudnya ide dari siswa mengenai perubahan dan upaya

peningkatan secara terus-menerus dan sesuai dengan situasi dan kondisi

lingkungan masyarakat dimana sekolah itu berada. Model pembelajaran TAI

menjadikan siswa lebih bersemangat dalam belajar, lebih berkonsentrasi pada

materi membuat daya pikir siswa lebih berkembang, suasana belajar nyaman,

siswa lebih dapat memahami materi pelajaran , siswa lebih berani

mengemukakan pendapat dan membuat siswa lebih aktif.

Penelitian yang dilakukan merupakan hasil kolaborasi antara peneliti

dengan guru bidang studi sejarah. Tindakan kelas dilakukan dengan tahapan

observasi terlebih dahulu, kemudian menyusun rencana tindakan dan dilanjutkan

dengan pelaksanaan tindakan kelas. Hasil penelitian dianalisis untuk mengetahui

kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran sehingga dapat menjadi acuan

pembelajaran selanjutnya agar menjadi lebih baik.

Pelaksanaan model pembelajaran Team Assisten Individualization ( TAI) sudah

berjalan sesuai yang diharapkan, siswa mengikuti pelajaran dengan aktif, siswa

juga terlihat belajar sambil berdiskusi, bahkan beberapa kelompok terlihat asyik

dalam melakukan diskusi. Berdasarkan hasil yang telah dicapai selama

pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Team

15
Assisten Individualization ( TAI hasil belajar dan aktivitas siswa mengalami

peningkatan, maka siklus II dihentikan. Mulai dari sebelum tindakan kelas

dilakukan (pra siklus) hingga siklus II terjadi peningkatan hasil belajar.

Keberhasilan penggunaan model pembelajaran Team Assisten Individualization

( TAI dalam meningkatkan aktivitas siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa

merupakan indikasi bahwa model pembelajaran Team Assisten Individualization

( TAI sangat tepat digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa penelitian ini sesuai dengan teori yaitu penggunaan model

pembelajaran Team Assisten Individualization ( TAI dapat meningkatkan aktivitas

belajar siswa.

Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti

meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika

proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus

dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran

memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran

hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut

tak ubahnya seperti bermain biasa.

Secara garis besar, TAI dapat dideskripsikan sebagai berikut:

 Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan

pemahaman dan kemampuan  mereka dengan penekanan pada belajar

melalui berbuat.

 Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam

membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai

16
sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik,

menyenangkan, dan cocok bagi siswa.

 Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar

yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca.

 Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,

termasuk cara belajar kelompok

 Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam

pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan

melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

b. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Melaksanakan TAI

1) Memahami sifat yang dimiliki anak

Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak

desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak

bukan Indonesia “selama mereka normal“ terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua

sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis

dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita

olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat anugerah Tuhan tersebut.

Suasana pembelajaran yang ditunjukkan dengan guru memuji anak karena hasil

karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang

mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran

yang subur seperti yang dimaksud.

2) Mengenal anak secara perorangan

17
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki

kemampuan yang berbeda. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin

dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan

kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya.

Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu

temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita

dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga anak tersebut belajar secara

optimal.

3) Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar

Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain

berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan

dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu,

anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman,

anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok.

Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran.

Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar

bakat individunya berkembang.

4) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan

memecahkan masalah

Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal tersebut memerlukan

kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan

kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir

tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang

18
keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah

mengembangkannya, antara lain dengan sesering-seringnya memberikan tugas

atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-

kata Apa yang terjadi jika lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata Apa,

berapa, kapan, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).

5) Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik

Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam CIRC.

Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti

itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa

untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang

dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok.

Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan,

dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa,

dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam KBM karena dapat dijadikan

rujukan ketika membahas suatu masalah.

6) Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya

untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar,

tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai

sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan

menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan

dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan

lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati

19
(dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis,

mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.

7) Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan

belajar..

Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian

umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara

guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada

kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara

santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi

tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan

siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan

pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya

sekedar angka.

8) Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental

Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan

sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok

serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang

sebenarnya dari TAI. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering

bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan

merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah

tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut

dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab

rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya.

Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan TAI.

20
c. Pengelolaan Kelas TAI

Seting kelas yang konstruktif didasarkan pada nilai-nilai konstruktif dalam

proses belajar, termasuk kolaborasi, otonomi individu, refleksi, relevansi pribadi

dan pluralisme. Seting kelas yang konstruktif akan memberikan kesempatan aktif

belajar. Mengacu pada pendekatan holistik dalam pendidikan, seting kelas

konstruktif merefleksikan asumsi bahwa proses pengetahuan dan pemahaman

akuisisi adalah benar-benar melekat pada konteks sosial dan emosional saat

belajar. Karakteristik seting kelas konstruktif untuk belajar adalah

terkondisikannya belajar secara umum, instruksi, dan belajar bersama. Lima

metode kunci untuk merancang seting kelas yang konstruktif, yaitu; 1) melindungi

pembelajar dari kerusakan praktik instruksional dengan mengembangkan otonomi

dan kontrol pembelajar, mendorong pengaturan diri dan membuat instruksi secara

pribadi yang relevan dengan pembelajar, 2) menciptakan konteks belajar yang

mendorong pengembangan otonomi pribadi; 3) mengkondisikan pembelajar

dengan alasan-alasan belajar dalam aktivitas belajar; 4) mendorong pengaturan

diri dengan pengembangan keterampilan dan tingkah laku yang memungkinkan

pembelajar meningkatkan tanggung jawab dalam belajarnya; dan 5) mendorong

kesadaran belajar dan pengujian kesalahan (Hadi Mustofa, 1998). Penataan dan

atau pengelolaan kelas dalam TAI perlu mempertimbangkan enam elemen

Constructivist Learning Design (CDL) yang dikemukakan oleh Gagnon and

Collay, yaitu situation, groupings, bridge, questions, exhibit, and reflections.

Situation, terkait dengan hal-hal berikut; apa tujuan episode pembelajaran yang

akan dicapai, apa yang diharapkan setelah siswa keluar ruangan kelas, bagaimana

mengetahui bahwa siswa telah mencapai tujuan, tugas apa yang diberikan kepada

21
siswa untuk mencapai tujuan, bagaimana deskripsi tugas tersebut (as a process of

solving problems, answering question, creating metaphors, making decisions,

drawing conclusions, or setting goals). Grouping, dapat dilakukan berdasarkan

karakteristik siswa atau didasarkan pada karakteristik materi. Bridge, terkait

dengan; aktivitas apa yang dipilih untuk menjembatani atara pengetahuan yang

telah dimiliki siswa sebelumnya dengan pengetahuan baru yang akan dibangun

siswa. Question, pertanyaan apa yang dapat membangkitkan tiap elemen desain

(panduan pertanyan apa yang dapat mengintrodusir situasi, menata

pengelompokan, dan membangun jembatan), pertanyaan klarifikasi apa yang

digunakan untuk menengetahui cara berpikir dan aktivitas belajar siswa.

Exhibit,  bagaimana siswa merekan dan memamerkan kreasi mereka melalui

demonstrasi cara berpikir mereka dalam menyelesaikan dan atau memenuhi tugas.

Reflections, bagaimana siswa melakukan refleksi dalam menyelesaikan tugas

mereka, apakah siswa ingat tentang (feeling, images, and language of their

thought), apa sikap, proses, dan konsep yang akan dibawa siswa setelah keluar

kelas.

C. BerIman Kepada Qada dan Qadar

1.Pengertian Qada’ dan Qadar

Qada menurut bahasa adalah hukum, ketetapan, perintah, kehendak, pemberitahuan, dan

penciptaan. Qada menurut istilah adalah ketentuan atau ketetapan Allah SWT dari sejak

zaman azali tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya sesuai dengan

iradah (kehendaknya). Qadar menurut bahasa adalah kepastian, peraturan, dan ukuran.

Qadar menurut istilah adalah perwujudan ketetapan (qada) terhadap segala sesuatu yang

berkenaan dengan makhluk-Nya sesuai dengan iradah(kehendaknya). Dari pengertian di

22
atas dapat diketahui bahwa qada adalah ketentuan, sedangkan qadar adalah pelaksanaan

dari qada’ Allah.

2. Dalil- dalil Qada’ dan Qadar

a. Dalil dari al-Qur’an

1) “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (takdir).” (Q.S. al

Qam1ar/54:49)

“Tidak ada suatu bencana apapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada diri kalian

melaikan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.

Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah.” (Q.S. al-Hadi¯d/57:22)

3) “Dan tiap-tiap manusia telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya

kalung) pada lehernya.” (Q.S. al-Isra’/17:13)

4) “Tidak ada sesutu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah.”

(Q.S. at-Tagabun/64:11)

3.Dalil dari Hadits

1) “Sesungguhnya penciptaan salah seorang dari kalian dikumpulkan

dalam perut ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk nuthfah

(sperma), kemudian berubah menjadi ‘alaqah (segumpal darah)

selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi mudghah

(sepotong daging) selama empat puluh hari, kemudian malaikat

dikirim kepadanya kemudian malaikat meniupkan ruh padanya,

dan malaikat tersebut diperintahkan empat hal: menuliskan rizkinya,

menuliskan ajalnya, menuliskan amal perbuatannya, dan menuliskan

apakah ia celaka, atau bahagia.

Demi Dzat yang tidak ada Tuhan


yang berhak disembah kecuali Dia, sesungguhnya salah seorang dari
kalian pasti mengerjakan amal perbuatan penghuni surga, hingga

23
ketika jaraknya dengan surga cuma satu lengan, tiba-tiba ketetapan
berlaku padanya kemudian ia mengerjakan amal perbuatan
penghuni neraka, dan ia pun masuk neraka. Sesungguhnya salah
seorang dari kalian pasti mengerjakan amal perbuatan penghuni
neraka, hingga ketika jaraknya dengan neraka cuma satu lengan,
tiba-tiba ketetapan berlaku padanya kemudian ia mengerjakan amal
perbuatan penghuni surga, dan ia masuk surga.” (H.R. Muslim)  Dalam hadis yang
lain, Rasulullah saw. bersabda yang artinya:
”Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya
selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, 40 hari menjadi segumpal
darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian Allah mengutus
malaikat untuk meniupkan ruh ke dalamnya dan menuliskan empat
ketentuan, yaitu tentang rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya,
dan (jalan hidupnya) sengsara atau bahagia.” (H.R.al-Bukhari dan
Muslim)
4. Kewajiban beriman terhadap qada’ dan qadar

Qada’ dan qadar merupakan salah satu rukun iman yaitu rukun iman yang keenam,

sehingga sebagai seorang yang beriman kita diwajibkan mengimani takdir atau qada’ dan

qadar.

5. Macam-macam takdir

a. Takdir Mua’llaq 

Takdir yang berhubungan dengan usaha/ikhtiar manusia.

Contohnya : Budi ingin menjadi juara kelas, maka ia belajar dengan keras.

b. Takdir Mubram 

Takdir yang terjadi pada diri sendiri dan tidak dapat diusahaka atau diubah oleh manusia.

Contohnya : Orang yang lahir dengan mata sipit, kulit hitam rambut pirang tidak dapat

diubah lagi.

6.Makna Beriman Kepada Qada’ dan Qadar

Qada’ dan Qadar atau takdir berjalan menurut hukum “sunnatullah”. Artinya keberhasilan

hidup seseorang sangat tergantung sejalan atau tidak dengan sunnatullah. Sunnatullah

24
adalah hukum-hukum Allah Swt. yang disampaikan untuk umat manusia melalui para

Rasul, yang tercantum di dalam al-Qur’an berjalan tetap dan otomatis. Misalnya malas

belajar berakibat bodoh,tidak

mau bekerja akan miskin, menyentuh api merasakan panas, menanam benih akan tumbuh

dan lain-lain.

Ada 4 hal yang selalu berhubungan dengan iman kepada takdir.

1. Takdir itu sendiri

Mengapa manusia tidak mampu terbang laksana burung, tumbuh-tumbuhan berkembang

subur, lalu layu, dan kering. Rumput-rumput subur bila selalu disiram dan sebaliknya bila

dibiarkan tanpa pemeliharaanakan mati. Contoh-contoh tersebut, merupakan etentuan

Allah, dan itulah yang disebut sebagai takdir.

Manusia dapat memilih takdir/ketentuannya sendiri dan mereka juga harus bertanggung

jawab atas pilihan/takdir yang telah dipilihnya.

b. Ikhtiar

Ikhtiar adalah berusaha sungguh-sungguh mencapai apa yang dicita-citakan.

Walaupun qada’ dan qadar manusia telah ditentukan oleh Allah SWT manusia tetap harus

berikhtiar karena keberhasilan seseorang berada di pundaknya sendiri.

c. Doa

Doa adalah ikhtiar batin yang besar pengaruhnya bagi manusia yang

meyakininya. Allah akan mengabulkan permhonan orang yang berdoa dengan sungguh-

sungguh.

 Tawwakal

Setelah kita beriman pada takdir dan telah berusaha dengan ikhtiar, selanjutnya adalah

tawwakal. Tawwakal adalah menyerahkan segala urusan dan hasil ikhtiar kepada Allah

SWT.

25
D. Kerangka Berfikir Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk penelitian tindakan kelas. Penelitian

tindakan kelas adalah suatu penelitian yang berusaha mengkaji dan merefleksikan suatu

pendekatan pembelajaran di kelas. Pandangan Arikunto (2006) mengemukakan bahwa

penelitian tindakan kelas mempunyai desain yang terdiri atas empat tindakan yang

dilakukan dalam 2 siklus. Dalam setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Setiap

pertemuan terdiri dari empat tindakan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan

refleksi

1. Kondisi awal sebelum penerapan srategi pelajaran model Team Assisten

Individualization ( TAI) nilai belajar sejarah pada siswa kelas XII MIPA.1

sangat rendah belum mencapai nilai KKM 75

2. Perencanan dengan RPP, silabus , media , dan perangkat belajar lain nya yang

dipersiapkan dengan valid dapat meningkat nilai belajar sejarah siswa kelas XII

MIPA.1

3. Kondisi akhir nilai belajar siswa kelas XII MIPA.1 dengan penerapan model

Team Assisten Individualization ( TAI belajar nilai meningkat 85 %.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka dapat diajukan

hipotesis, hasil belajar PAI pada siswa kelas XII MIPA.1 Materi Qada dan Qadar

dapat meningkat melalui penerapan model Team Assisten Individualization ( TAI

semester genap di SMA Negeri 1 Mesjid Raya Tahun Pelajaran 2020/2021.

26

Anda mungkin juga menyukai