Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


ْ ْ ْ ‫ساَلن ْممنن ْلع لقق‬
‫لخ للق ْا نمل ن ل‬
Artinya: Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (Q.S
Al-Alaq :2)
Menurut Al-Maraghi ayat tersebut menjelaskan bahwa Dialah (Allah)
yang menjadikan manusia dari segumpal darah menjadi makhluk yang paling
mulia, dan selanjutnya Allah memberikan potensi (al-qudrah) untuk
berasimilasi agar ia menjadi makhluk yang sempurna, dan dapat menguasai
bumi dengan segala isinya. Kekuasaan Allah itu telah diperlihatkan ketika
memberikan pendidikan kepada Nabi Muhammad SAW. (Abuddin Nata,
2014 : 45)
Pada hakikatnya pendidikan adalah suatau cara atau proses dalam
mendewasakan manusia. Melalui pendidikan manusia dapat tumbuh dan
berkembang secara wajar dan sempurna sehingga ia mampu melaksanakan
tugas dan tanggungjawabnya serta mampu bermafaat bagi orang lain. (Moh.
Said, 2011:5)
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. (UU
RI Nomor 12 Tahun 2002, Bab 1 Ps. 1)
Potensi-potensi manusia bisa diperoleh melalui alat-alat potensinya,
yaitu berupa al-lams dan al-syum (alat peraba dan alat penciuman), al-sam’u
(alat pendengaran), al-abshar (penglihatan), al-‘aql (akal), dan al-qalb (hati).
Alat-alat potensi tersebut harus ditumbuh kembangkan secara optimal dan
terpadu melalui proses pendidikan sepanjang hidupnya. (Muhaimin, 2002 :
13)

1
2

Para ahli barat menyatakan pendidikan adalah proses penyesuaian diri


manusia secara timbal balik dengan alam sekitar, sesama manusia, tabiat
tertinggi dari kosmos melalui potensi berupa bakat dan kemampuan-
kemampuan manusia baik akhlak, intelektual, maupun jasmaniah yang
diorganisasikan yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan
dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana artistic yang dibuat
dan dipakai untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan. (Muzayyin Arifin, 2014 : 5)
Sebagaimana tujuan pendidikan yang terkandung dalam pengertian di
atas, menjelaskan bahwa sebuah pendidikan perlu adanya program yang
terencana dan dapat menghantar proses pendidikan sampai pada tujuan yang
diinginkan. Proses, pelaksanaan sampai penilaian dalam pendidikan lebih
dikenal dengan istilah kurikulum pendidikan. Dijelaskan dalam UU
Sisdiknas No 20 Tahun 2003 tentang pengertian kurikulum
yaitu,“Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan
pembelajaran untuk mecapai tujuan pendidikan tertentu”. (Abdul Mujib dan
Jusuf Mudzakir, 2006: 121)
Tujuan manusia hidup yaitu pada dasarnya mengemban amanah yang
dibebankan Allah kepada manusia agar ditaati dan dikerjakan. Al-Maraghi
ketika menafsirkan ayat

‫ت ْإملممىَ ْألنهلملهمماَ ْلوإملذا ْلحلكنمتممنم ْبلمني ملن ْالنمماَ م‬


‫س ْألنن ْتلنحمكمممموُا‬ ‫ ْ إمنن ْاللنمله ْي مأنمرمكم ْألنن ْتمم ملؤدَدوا ْانللماَنلمماَ م‬
‫ل‬ ‫ل مم ن‬
‫مباَلنعندمل ْإمنن ْاللنله ْنممعنماَ ْيمعظممكم ْبممه ْإمنن ْاللنله ْلكاَلن ْسمميعاَ ْب م‬
ْ ْ ْ  ْ ‫صيررا‬ ‫ل ر ل‬ ‫ل ن‬ ‫ل‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
melihat”. (Q.S. An-Nisa : 58)
3

Ayat ini turun berkaitan dengan Utsman bin Thalhah (Abu Thalhah).
Ketika Rasulullah meminta kunci Ka’bah darinya sewaktu penaklukan
Mekkah untuk masuk ke dalam ka’bah membersihkan berhala-berhala di
dalamnya, kemudian menutupnya kembali dan menyerahkan kunci itu
kepadanya. Sambil mengucapkan “Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu
supaya menunaikan amanah kepada ahlinya”. Kendatipun ada Sahabat Nabi
yang lain memohon kunci itu, tetapi beliau tidak memberikan dan
mengembalikan kunci itu kepada yang berhak menerimanya, sebagai penjaga
ka’bah. Kata amanah mempunyai akar kata yang sama dengan kata iman dan
aman, sehingga mu’min berarti yang beriman, yang mendatangkan keamanan,
juga yang memberi dan menerima amanah. Di dalam tafsir ibnu katsir
dijelaskan bahwa amanah ini meliputi ibadah Sholat, Zakat, Puasa, Kifarat
dan semua jenis Nazar. Amanah juga termasuk yang menyangkut hak-hak
Allah Swt atas hamba-hamba-Nya yang dipercayakan kepada seseorang yang
berupa titipan. Oleh karena suatu titipan hendaknya ditunaikan kepada yang
berhak menerimanya. Ayat ini memerintahkan kepada para penguasa atau
pemangku jabatan yang berwenang dalam menetapkan suatu hukum agar
menetapkan hukum secara adil, walau terhadap individu atau kelompok yang
berseberangan pendapat dengan mereka, kerena keadilan mendekatkan
pelakunya kepada ketaqwaan. Obyektifitas hakim menjadi bagian penting
dalam memutus perkara. Ketika perkara diputus dengan pertimbangan
matang, keadilan dapat ditegakkan. Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa
wajiblah atas penguasa menyerahkan suatu tugas dari tugas-tugas kaum
Muslimin kepada orang yang cakap/kompeten untuk melaksanakan pekerjaan
itu. Sebab Rasulullah menyatakan ” Barang siapa memegang kuasa dari suatu
urusan kaum Muslimin, lalu ia berikan satu jabatan kepada seseorang,
padaha; ia tahu bahwa ada lagi orang yang lebih cakap untuk kaum Muslimin
daripada orang yang diangkatnya itu, maka berkhianatlah ia kepada Allah dan
Rasul-Nya dan kaum Muslimin”.(HR. Al-Hakim) Pemimpin harus menyadari
bahwa kepemimpinan yang dijalankan itu tidak semata-mata disaksikan oleh
publik (rakyat yang dipimpinnya), tetapi Allah pun melihat bagaimana
pemimpin itu melaksanakan tugas dan kewajibannya. Karena itu, sudah
4

seharusnya pemimpin menyandarkan dirinya dan memohon bimbingan


kepada Tuhan. .(Quraish shihab: Tafsir.com)
Bahwa amanah tersebut ada 3, yaitu : 1) amanah hamba terhadap
Tuhannya yang berupa mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya. 2) Amanah hamba terhadap sesama yang berupa menjaga
hubungan baik dengannya. 3) Amanah hamba terhadap dirinya sendiri, yakni
menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi keluarga, masyarakat,
agama maupun negara. (Muhaimin, 2002 : 20)
Amanah itu semua akan berjalan jika hamba mempunyai akhlak yang
baik. Karena akhlak mengajarkan manusia tentang amanah yang dibebankan
dan harus ditinggalkan oleh seorang hamba kemudian diserukan kepada
hamba yang lain. (Zahruddin, 2004 : 14)
Makna akhlak yaitu perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
melakukannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak
adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan
yang bersangkutan. (Abuddin Nata, 2013 : 5)
Ruang lingkup akhlak salah satunya adalah akhlak kepada sesama
manusia atau biasa disebut dengan Sopan Santun. Manusia sebagai makhluk
sosial, yaitu makhluk yang tidak bisa hidup sendiri, membutuhkan orang lain
mulai dari lahir hingga meninggal dunia untuk menemani dan menjalani
hidup bersamanya. Hidup bersama tersebut dinamakan bermasyarakat. Dalam
menjalani hidup bermasyarakat tentu ada aturan yang harus dipatuhi dan
dijalankan oleh seluruh masyarakat sebagai wujud tanggung jawab
perseorangan bagi lingkungan sosialnya. (Zahruddin, 2004 : 134)
Sopan Santun bisa dibentuk melalui pendidikan, latihan, pembinaan
dan perjuangan yang keras juga sungguh-sungguh. Pembinaan akhlak ini
ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang
berakhlak mulia, hormat kepada ibu bapak, sayang kepada sesama makhluk
tuhan dan lain sebagainya. Sebaliknya anak yang tidak dibina Sopan
Santunnya ternyata menjadi anak-anak yang nakal, mengganggu masyarakat,
dan melakukan berbagai perbuatan tercela. (Abuddin Nata, 2013 : 134-135)
Berdasarkan pernyataan diatas, peneliti telah melakukan observasi
awal tanggal 14 januari 2019 di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ash-
Shiddiqiyyah Desa Cempaka Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon
5

mengenai pembelajaran kitab al-akhlaq li al-banin. Pembelajarannya bisa


dikatakan sudah optimal karena dilakukan pada setiap hari selasa mulai dari
jam 08.00-08.30 untuk seluruh siswa, yang bertempat di mushola sekolah
tersebut. Tetapi, pada kenyataannya mengenai Sopan Santun sesama siswa,
maupun siswa dengan guru. Bahwa sekitar 20% siswanya masih ada yang
belum menerapkan nilai-nilai akhlak kepada sesama siswanya, seperti kurang
sopannya adik kelas kepada kakak kelas, siswa yang satu membully siswa
lainnya, dan berkata dengan perkataan yang kurang sopan, serta sekitar 5%
kepada gurunya, seperti ketika diperintah gurunya harus dengan dimarahi
terlebih dahulu.
Mengenai masalah yang ada tersebut, maka peneliti berkesan untuk
meneliti lebih lanjut tentang Sopan Santun siswa Madrasah Tsanawiyah
(MTs) Ash-Shiddiqiyyah Desa Cempaka Kecamatan Plumbon Kabupaten
Cirebon, yang peneliti beri judul “Dampak Pembelajaran Kitab Al-Akhlaq Li
Al-Banin Terhadap Sopan Santun Siswa kepada guru Madrasah Tsanawiyah
(Mts) Ash-Shiddiqiyyah Cempaka Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon”
B. Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
a. Wilayah Penelitian
Wilayah penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah pembelajaran
pendidikan agama islam.
b. Pendekatan Penelitian
c. Pendekatan penelitian yang ditempuh menggunakan pendekatan
kuantitatif tentang dampak pembelajaran kitab al-akhlaq li al-banin
terhadap Sopan Santun siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ash
Shiddiqiyyah Desa Cempaka Kecamatan Plumbon Kabupaten
Cirebon”.
d. Jenis Masalah
Jenis masalah dalam penulisan proposal ini adalah tentang
bagaimana sebenarnya dampak pembelajaran kitab al-akhlaq li al-banin
terhadap Sopan Santun siswa di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ash-
Shiddiqiyyah Desa Cempaka Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon.
2. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya masalah, maka penulis membatasi
permasalahan yang ada, terdiri dari :
6

a. Pembelajaran yang dimaksud dalam skripsi ini adalah proses belajar


mengajar yang kondusif.
b. Sopan Santun yang dimaksud di sini adalah akhlak terhadap sesama
manusia.
c. Kitab al-akhlaq li al-banin yang digunakan yaitu juz yang pertama
3. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut :
a. Bagaimana pembelajaran kitab al-akhlaq li al-banin terhadap Sopan
Santun siswa kepada guru di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ash-
Shiddiqiyyah Desa Cempaka Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon?
b. Bagaimana Sopan Santun siswa kepada guru Madrasah Tsanawiyah
(MTs) Ash-Shiddiqiyyah Desa Cempaka Kecamatan Plumbon
Kabupaten Cirebon?
c. Bagaimana dampak pembelajaran kitab al-akhlaq li al-banin terhadap
Sopan Santun siswa kepada guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ash-
Shiddiqiyyah Desa Cempaka Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitiannya yaitu untuk mengetahui :
1. Pembelajaran kitab al-akhlaq li al-banin di Madrasah Tsanawiyah
(MTs) Ash-Shiddiqiyyah Desa Cempaka Kecamatan Plumbon
Kabupaten Cirebon.
2. Sopan Santun siswa kepada guru di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ash-
Shiddiqiyyah Desa Cempaka Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon.
3. Dampak pembelajaran kitab al-akhlaq li al-banin terhadap Sopan
Santun siswa kepada guru di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ash-
Shiddiqiyyah Desa Cempaka Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini mempunyai manfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap pengelolaan nilai-nilai Sopan Santun di
sekolah antara lain:
1. Manfaat teoritis
a. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan nilai-nilai Sopan Santun.
b. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengungkap permasalahan
Sopan Santun siswa yang memerlukan penelitian lebih lanjut.
7

2. Manfaat praktis
a. Bagi Dinas Pendidikan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
mengambil kebijakan dalam bidang pendidikan untuk
pengembangan dan peningkatan kreativitas khususnya
berhubungan dengan penanaman nilai-nilai Sopan Santun secara
keseluruhan.
b. Bagi Kepala sekolah dapat dijadikan landasan dalam meningkatkan
motivasi dan supervisi mengenai pengelolaan nilai-nilai Sopan
Santun.
c. Bagi Guru dapat memotivasi agar terus meningkatkan kemampuan
mengajar dan peran aktif guru dalam penanaman nilai-nilai Sopan
Santun.
E. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran terjemahan dari Bahasa Inggris “instruction” terdiri dari
dua kegiatan yaitu belajar (Learning) dan mengajar (Teaching), kemudian
disatukan dalam satu aktivitas yaitu kegiatan belajar-mengajar yang
selanjutnya populer dengan istilah pembelajaran (instruction). Belajar
merupakan aktivitas yang sengaja dilakukan oleh individu agar terjadi
perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu
melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu. (Rusman 2012 : 8)
Pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur
manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. (Hamalik 2008:57)
Salah satu tujuan pembelajaran yaitu sebagai pembentukan akhlak,
karena akhlak merupakan ukuran kemanusiaan yang hakiki dan bagian yang
tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. (Hamalik 2008:58)
Secara teoretis induk akhlak ini muncul dari sikap adil, yaitu sikap
pertengahan dalam mempergunakan ketiga potensi rohaniah yang terdapat
dalam diri manusia, yaitu ‘aql (akal) yang digunakan secara adil akan
menimbulkan hikmah, ghadab (amarah) yang digunakan secara adil akan
menimbulkan sikap perwira, dan nafsu syahwat (dorongan seksual) yang
digunakan secara adil akan menimbulkan iffah yaitu dapat memelihara diri
dari perbuatan maksiat. (Abuddin Nata, 2013 : 37)
8

Dan itulah mengapa Allah swt menurunkan Nabi Muhammad SAW di


tengah-tengah manusia. Rasulullah SAW bersabda :

‫ت ْملمتلمملم ْلملكاَمرلم ْانللنخللمق‬ ‫م‬


‫ا نلماَبممعثن م‬
Artinya:“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
baik. (HR. Bukhari)”
Maka dari itu kita wajib meniru akhlaq seperti Nabi Muhammad SAW.
Beliau adalah manusia terbaik yang pernah diciptakan oleh Allah SWT.
Sebagai orang mukmin kita sangat wajib meniru budi pekerti dan keluhuran
akhlaqnya. Ini dijelaskan dalam Surah al quran Al-Ahzab : 21
‫م‬ ‫للقمند ْلكماَلن ْلمكمم ْمفمميِ ْرسمموُمل ْالنممه ْأمسموُةة ْح م‬
‫سمنلةة ْللممنن ْلكماَلن ْيلمنرمجمموُ ْالنمله ْلوانليل منوُلم ْانلخملر ْلوذللكملر ْالنمهل‬
‫نل ل ل‬ ‫ن لم‬

‫لكمثيررا‬
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Q.S Al-
Ahzab :21)
Kalian benar-benar mendapatkan teladan yang baik pada pribadi Nabi
Muhammad. Teladan bagi orang-orang yang mengharap kasih sayang Allah
dan kesenangan hidup di akhirat. Teladan bagi orang-orang yang banyak
berzikir mengingat Allah di setiap kesempatan, kala susah maupun senang.
(Quraish shihab: Tafsir.com) Sebagai manusia pasti membutuhkan manusia
lainnya, dalam hal inilah sopan santun bisa menjaga suatu hubungan agar
tetap harmonis, penuh santun, dan menjadikan hati lembut. (Hamalik
2008:58)
Dalam kehidupan sehari-hari istilah etika, moral, norma, akhlak, budi
pekerti dan nilai seringkali tidak dibedakan secara jelas sehingga terjadi
kerancuan dalam penalaran. Istilah etika berasal dari bahasa Yunani “etos”
yang berati adat, kebiasaan, peraturan tingkah laku yang disebut moralitas,
yang sama artinya dengan istilah moral yang berasal dari bahasa Latin ( mos-
mores). Dalam bentuk tunggal ethos bermakna tempat tinggal yang biasa,
padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, cara berpikir.
Dalam bentuk jamak kata etika yaitu: ta-etha berarti adat kebiasaan. Dan arti
terakhir inilah yang menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah etika.
9

Namun, dalam bidang kefilsafatan, moralitas lebih diartikan sebagai perilaku


manusia dan norma-norma yang dipegang masyarakat yang mendasarinya.
Sementara itu, etika lebih menunjuk pada pemikiran atau refleks kritis dan
sistematik mengenai moralitas. (Sutarjo Adisusilo, 2012: 53)
Sedangkan Sopan Santun yang penulis maksud adalah, suatu sifat
yang melekat dalam hati manusia berupa perbuatan-perbuatan baik secara
langsung, yang dilakukan dalam berhubungan sosial dengan sesamanya.
Kegiatan pembelajaran kitab al-akhlaq li al-banin ini mempunyai hubungan
dengan baiknya Sopan Santun. Karena ketika kita melakukan suatu hal
dengan terbiasa maka akan ada manfaat yang akan kita rasakan. Kaitannya
dengan belajar kitab al-akhlaq li al-banin yaitu dengan kita terbiasa belajar
akhlak maka akan tercipta kemampuan berbuat baik, khususnya dengan
sesama. (Sutarjo Adisusilo, 2012: 53)
Tabel 1
Dampak Pembelajaran Kitab Al-Akhlaq Li AL-banin
Terhadap Sopan Santun Siswa

Pembelajaran Kitab
Al-Akhlak Li Al-Banin Sopan Santun
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban hasil observasi lapangan sementara
(terhadap masalah yang diteliti). Upaya pengujian kebenaran hipotesis ini
disebut verifikasi. Berdasarkan uraian teoritis di atas, maka hipotesis
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Hipotesis alternatif (Ha) : Ada dampak pembelajaran kitab al-akhlaq li al-
banin terhadap Sopan Santun siswa di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ash-
Shiddiqiyyah Desa Cempaka Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon.
b. Hipotesis nihil (Ho) : Tidak ada dampak pembelajaran kitab al-akhlaq li al-
banin terhadap Sopan Santun siswa di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ash-
Shiddiqiyyah Desa Cempaka Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon.
G. Penelitian yang Relevan
Skripsi yang berjudul ”Akhlak Interaksi Sosial Antara Anak Dan
Orang Tua Dalam Kitab Al-Akhlaq Li Al- Banin Karya Umar Bin Achmad
Baradja” karya Nur Ali Subhan IAIN Purwokerto tahun 2017, bahwa
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, bidang kajiannya
adalah Kitab Al-Akhlaq Li Al-Banin, objek kajiannya adalah akhlak interaksi
10

sosial antara anak dan orang tua yang terdapat dalam Kitab Al-Akhlaq Li Al-
Banin. (Nur Ali Subhan, 2017:12)
Skripsi yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam
Kitab Al-Akhlāq Li Al-Banīn Jilid I Karya ‘Umar bin Ahmad Baraja”
karya Azka Nuhla UIN Semarang tahun 2016, bahwa pendekatan yang
digunakan kualitatif, bidang kajiannya adalah Kitab Al-Akhlaq Li Al-
Banin, objek kajiannya adalah nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat
dalam Kitab Al-Akhlaq Li Al-Banin Juz 1.(Azka Nuha, 2016:15)
Skripsi yang berjudul “Konsep Pendidikan Akhlak Dan
Implikasinya Dalam Pendidikan Agama Islam (Studi Atas Pemikiran Syed
Muhammad Naquib Al-Attas Dan Ibnu Miskawaih)” Karya Andika
Saputra UIN Kalijaga Yogyakarta tahun 2014 bahwa pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif, bidang kajiannya adalah
pendidikan akhlak, objek kajiannya adalah Pendidikan Akhlak (Studi Atas
Pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas Dan Ibnu Miskawaih).
(Andika Saputa, 2014:11)
Skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Pembinaan Akhlak
Remaja Melalui Kegiatan Pengajian Ba’da Isya Dengan Perilaku Sosial
Keagamaan di Ikatan Remaja Masjid Karangmangu (Irmak) ”Baitul
Muttaqin” Desa Karangmangu Kecamatan Tarub Tegal” karya Any
Nurfahmiaty IAIN Syekh Nurjati Cirebon tahun 2012, bahwa pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan empirik, bidang kajiannya adalah
Pembinaan Akhlak, objek kajiannya adalah Perilaku Sosial Keagamaan.
(Any Nurfahmiaty,2012:10)
Skripsi yang berjudul “Dampak Pembelajaran Kitab Al-Akhlaq Li
Al-Banin Terhadap Sopan Santun Siswa Madrasah Tsanawiyah (Mts) Ash
Shiddiqiyyah Desa Cempaka Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon”
karya Nasir Amrullah IAIN Syekh Nurjati Cirebon tahun 2019, bahwa
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, bidang
kajiannya adalah Pembelajaran Kitab Al-Akhlaq Li Al-Banin, objek
kajiannya adalah Sopan Santun.
11

Anda mungkin juga menyukai