Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah


Sekolah merupakan tempat bagi peserta didik untuk mendapatkan

pendidikan . Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam

mempersiapkan dan mencetak sumber daya manusia (SDM) yang bermutu

tinggi, karena untuk menghadapi perubahan jaman, mengandalkan sumber daya

alam tidaklah cukup, karena tanpa ilmu dan teknologi sumberdaya alam yang ada

tidak akan bisa kita ubah menjadi sesuatu yang bernilai jual tinggi. Untuk itu

peningkatan mutu di bidang pendidikan harus selalu dilakukan secara terus

menerus dan berkelanjutan.

Untuk mengetahui mengetahui mutu pendidikan di sekolah

banyak tolak ukur yang bisa dijadikan sebagai acuan, salah satunya adalah

keberhasoilan dalam kegiatan pembelajaran. Untuk mengetahui keberhasilan

belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa. Keberhasilan

proses belajar mengajar tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, yang dapat

digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Intelegensia, minat, bakat, motivasi, aktivitas belajar dan sebagainya, termasuk

dealam faktor internal, sedangkan yang termasuk dalam faktor eksternal misalnya,

guru, bahan pelajaran, fasilitas belajar, metode mengajar dan sebagainya.

Dalam pembelajaran matematika, tugas seorang guru adalah

1
menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat membangkitkan semangat belajar

siswa, sehingga siswa mempunyai ketrampilan, keberanian serta mempunyai

kemampuan matematika. Untuk menciptakan kondisi tertsebut banyak cara yang

bisa dilakukan diantaranya menggunakan model model pembelajaran dan media

pembelajaran yang bervariasi. Sebagaimana diungkapkan oleh Soedjadi

(1995:12), betapapun tepat dan baiknya bahan ajar matematika yang ditetapkan

belum menjamin akan tercapainya tujuan pendidikan, dan salah satu faktor penting

untuk mencapai tujuan tersebut adalah proses mengajar yang lebih menekankan

pada keterlibatan siswa secara optimal.

Salah atu model pembelajaran yang dapat menarik minat siswa

dalam belajar adalah dengan menempatkan siswa secara kelompok-kelompok hal

ini sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk nsosial. Pembelajaran

kelompok dapat meningkatkan siswa dalam berpikir kritis, kreatif dan

menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Pembelajaran yang dapat mewujudkan hal

tersebut salah satunya adalah pembelajaran kooperatif

Pada pembelajaran matematika Sistem persamaan linear dua

variabel siswa dituntut untuk dapat mencari penyelesaian dengan berbagai

metode yaitu metode grafik, substitusi, eliminasi serta campuran eliminasi

substitusi.

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang bisa dijadikan

alternatif dalam pembelajaran matematika adalah pembelajaran kooperatif tipe

2
jigsaw. Model pembelajaran kooperatif jigsaw dipilih karena dianggap bisa

dipakai untuk mengajarkan pokok bahasan tersebut, karena topik tersebut dapat

dibagi atas empat bagian yang independen, artinya masing-masing bagian tidak

merupakan prasyarat bagi yang lain (syarat model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw).Dengan demikian diharapkan melalui metode kooperatif jigsaw,

pembelajaran lebih bermakna sehingga lebih meningkatkan pemahaman siswa

B. Pembatasan masalah
Agar pembahasan lebih terperinci, maka pada makalah ini penulis
membuat batasan yaitu:
1. Model pembelajaran kooperatif yang dibahas adalah model pembelajaran
tipe jigsaw
2. Pembelajaran yang akan menerapkan model pembelajaran kooperatif
hanya pada bahasan mencari penyelesaian dari Sistem persamaan linar Dua
Variabel, tidak sampai pada KD menyelesaikan masalah kontekstual yang
berkaitan dengan SPLDV karena untuk mempelajari bagaimana
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan SPLDV ada materi prasarat
yang harus dipelajari yaitu mencari penyelesaian dari Sistem persamaan
linara Dua Variabel

C. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, penulis mencoba untuk
membuat rumusan dari makalah ini yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

3
2. Apakah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam mencari penyelesaian sistem persamaan linear dua
variabel

D. Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan makalah yang ditetapkan maka makalah ini
mempunyai beberapa tujuan:
1. Mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari sistem persamaan
linaer satu variabel
2. Memberikan referensi pada guru lain yang akan menerapkan berbagai
model pembelajaran khususnya pembelajaran matematika
E. Manfaat
Manfaat yang didapat pada penulisan makalah ini adalah
1. Dapat ditemukannya model pembelajaran yang tepat digunakan dalam
pembelajaran matematika materi SPLDV
2. Memberikan referensi bagi guru lain yang ingin mengembangkan
model pembelajaran kooperatif
3. Dapat dijadikan pijakan bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas
dalam pembelajaran

4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang membuat seseorang mengalami

perubahan menjadi lebih baik.

Menurut Gagne dan Berliner yang dikutip dalam Dimyati dan Mudjiono

mendefinisikan belajar sebagai suatu proses yang membuat seseorang mengalami

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang diperolehnya.

Menurut John Dewey yang dikutip dalam Asep Jihad dan Abdul Haris

belajar merupakan bagian interaksi manusia dengan lingkungannya. Bagi John

Dewey, pelajar harus dibimbing kearah pemanfaatan kekuatan untuk melakukan

berpikir reflektif

Jadi belajar adalah proses berubahnya seseorang ke arah yang lebih baik

dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi lebih paham dan sebagainya.

b. Pengertian hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan anak yang dipunyai anak setelah


mengalami proses pembelajaran.
Menurut Susanto (2013: 5) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan

5
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar

merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu

bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Hasil belajar juga diartikan

perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa. Perubahan tersebut berkaitan

dengan perubahan pengetahuan (aspek kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan

(psikomotorik) sebagai hasil dari proses kegiatan belajar.

Menurut Sudjana (2013: 22) menyatakan bahwa hasil belajar

merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan proses yang

dilakukan siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sehingga menimbulkan

pengalaman dengan melibatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam diri

siswa.

B. Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw


a. Pembelajaran kooperatif( Cooperatif Learning)

Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model

pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran

Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok

yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok, yaitu

saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian

bekerja sama, dan proses kelompok. Menurut Roger dan David Johnson dalam

Rusman, lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif tersebut, yaitu sebagai

6
berikut:

1) Saling ketergantungan positif

Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota

kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan

2) Tanggungjawab perseorangan

Keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota

kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas

dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.

3) Interaksi Tatap muka

Memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk

bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan

diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota

kelompok lain.

4) Partisipasi dan Komunikasi

Melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam

kegiatan pembelajaran.

5) Evaluasi proses kelompok.

Menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja

kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama

dengan lebih efektif.

7
Urutan langkah-langkah perilaku guru menurut model pembelajaran

kooperatif atau kooperatif learning sebagaimana terlihat pada tabel berikut

ini:

Fase Tingkah Laku Guru


Fase 1: Guru menyampaikan semua tujuan
Menyampaikan tujuan dan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran
memotivasi siswa tersebut dan
memotivasi siswa belajar.
Fase 2: Guru menyajikan informasi kepada siswa
Menyajikan informasi dengan jalan demonstrasi atau lewat
bahan bacaan.
Fase 3: Guru menjelaskan kepada siswa
Mengorganisasikan bagaimana caranya membentuk
siswa kedalam kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok-kelompok kelompok agar melakukan
belajar transisi secara efisien.
Fase 4: Guru membimbing kelompok-kelompok
Membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
bekerja dan belajar mereka.
Fas 5: Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
Fase 6: Guru mencari cara-cara untuk menghargai

8
Memberikan penghargaan baik upaya maupun hasil belajar individu
kelompok.
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pengertian jigsaw dalam pembelajaran kooperatif adalah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok

yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu

mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya

(Arend,RI,1997:73).

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah pembelajaran dimana kelas

dibagi menjadi beberapa kelompok yang heterogen, setiap anggota kelompok

mempunyai tugas untuk menguasai bagian dari materi pelajaran kelompok ini

disebut dengan kelompok asal. Setiap anggota kelompok nantinya akan

berkumpul dengan anggota kelompok lain yang mempunyai tanggung jawab

terhadap materi yang sama, selanjutnya kelompok tersebut disebut dengan

kelompok ahli. Setiap anggota dari kelompok ahli akan berdiskusi dan

memecahkan masalah tertentu yang menjadi tanggung jawabnya. Setelah

mendapatkan solusi, ia akan kembali ke kelompoknya untuk menularkan apa

yang sudah didapat di kelompoknya kepada anggota kelompok asal yang lain.

Di kelompok asal ia mempunyai tanggungjawab untuk menyampaikan hasil

diskusi di kelompok ahli. Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Eliot Aronso,

kemudian digunakan oleh Slavin dan temannya (Arend,RI,1997:72). Hubungan

yang terjadi antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan oleh

9
Arend, R.I sebagai berikut :

Kelompok asal

Kelompok ahli
Banyaknya jumlah kelompok asal harus sama dengan jumlah sub

maeri yang akan dipelajari, sedangkan banyaknya anggota kelompok ahli tergantung

dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut, dibagi dengan jumlah sub materi yang

ada. Pada penulisan makalah ini ini, penulis berada di kelas yang terdiri dari 29

siswa, Karena materi yang akan di pelajari ada 4 bagian maka kelompok asal

beranggotakan 4 orang sehingga ada 7 kelompok asal. Setiap siswa bertanggung

jawab atas penguasaan materi yang ditugaskan kepadanya. Selanjutnya masing-

masing kelompok ahli dengan materi yang sama bertemu untuk berdiskusi dan

mengerjakan latihan-latihan yang diberikan. Setelah waktu yang diberikan

selesai, masing-masing siswa dalam kelompok ahli kembali lagi ke kelompok

asal untuk menjelaskan materi yang menjadi bagiannya pada siswa lain dengan

materi yang berbeda. Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diatur

secara instruksional sebagai berikut :

a) Membaca
Siswa mendapat topik-topik ahli, kemudian membaca dan mempelajari

10
materi tersebut untuk mendapatkan informasi.
b) Diskusi kelompok ahli.
c) Laporan Kelompok,
Masing masing anggota kelompok ahli kembali ke kelompoknya
d) menjelaskan topik pada kelompoknya.
e) Kuis / tes.
Diberikan di akhir pertemuan secara perorangan.
f) Penghargaan kelompok

g) Dilihat dari nilai rata-rata nilai kuis dalam satu kelompok.


h) Rangkuman pembelajaran.

D. Tinjauan Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel


a. Pengertian
Sistem Persamaan linear dengan dua variabel adalah suatu sistem
persamaan yang terdiri atas dua persamaan linier, dimana setiap persamaan
mempunyai dua variabel. Dapat dinyatakan dalam bentuk :

ax + by = c dengan a, b, c ∈ R dan a ≠ 0 atau b ≠ 0

px + qy = e

b. Himpunan penyelesaian
Himpunan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel adalah
himpunan semua penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel
tersebut.Dapatditentukan dengan empat cara, yaitu:

1. metode grafik,

2. metode substitusi,

3. metode eliminasi,

11
4. metode campuran antara eliminasi dan substitusi.

1. Metode grafik
Menentukan himpunan penyelesaian suatu persamaan linear dua variabel
dengan metode grafik dilakukan dengan menentukan titik potong dari kedua garis
yang merupakan himpunan penyelesaian dari persamaan – persamaan tersebut.
Metode grafik dapat dilakukan apabila himpunan penyelesaian dari sistim persamaan
linear dua variabel merupakan bilangan bulat.

Langkah langkah untuk mencari penyelesaian SPLDV dengan metode grafik:

1) Mencari titik potong PLDV pada bidang koordinat


2) Letakkan titik potong yang ditemukan pada bidang koordinat
3) Hubungkan dua titik potong tersebut dengan sebuah garis
4) Lakukan hal yang sama untuk PLDV yang lain
5) Titik potong kedua garis merupakan himpunan penyelesaian dari SPLDV
Contoh Soal.

Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan : {2xx++yy=6


=6

Cara menyelesaikannya:

1) Perhatikan persamaan x + y = 6
Titik potong pada sumbu x didapat jika y=0,titik potong pada sumbu y,

untuk x = 0, Perhatikan tabel

x+y =6
x 0 6
y 6 0
(x,y) (0,6) (6,0)

12
2) Perhatikan persamaan 2x – y = 6
Titik potong pada sumbu x didapat jika y=0,titik potong pada sumbu y,

untuk x = 0, perhatikan tabel

2x – y = 6
x 0 3
Y 6 0
(x,y) (0,-6) (3,0)

Gambar 2.2. Grafik dari sistem persamaan tersebut.

6 2x – y = 6

2 (4,2)

0 2 4 6 8 10

-2

-4 x+y=6

-6

Koordinat titik potong kedua grafik adalah (4,2)

Jadi himpunan penyelesaian adalah { (4,2) }.

2. Metode substitusi
Subtitusi berarti mengganti. Menentukan himpunan penyelesaian dari
sistem persamaan linear dengan dua variabel dengan metode subtitusi terlebih dahulu
kita nyatakan variabel yang satu kedalam variabel yang lain dari satu persamaan
kemudian menyubstitusikan (menggantikan) variabel itu dalam persamaan lain.

13
Contoh Soal.

Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan : x + y = 6…..(1)

2x – y = 6…..(2)

Langkah langkah:

 Mengganti (mensubstitusi) x
Untuk mengganti x, nyatakan satu persamaan dalam bentukx = cy + d

Perhatikan persamaan (1)

x+y=6

x=6–y

 Kemudian subtitusikan nilai x yang diperoleh ke dalam persamaan


(2),sehingga diperoleh :
⇔2x – y =6

⇔2 (6 – y) – y = 6

⇔12 – 2y – y =6

⇔12 – 3y = 6

⇔-3y = - 6⇔y = 2

 Masukkan nilai y = 2 ke dalam persamaan (1), sehingga diperoleh :


x+2=6

⇔x= 4

Jadi diperoleh nilai x = 4 dan y = 2

Sehingga himpunan penyelesaiannya adalah { (4,2) }

3. Metode Eliminasi

14
Pada Metode eliminasi untuk menentukan himpunan penyelesaian dari
sistem persamaan linier dua variabel, caranya adalah dengan menghilangkan
( mengeleminasi ) salah satu variabel dari sistem persamaan tersebut. Jika variabelnya
x dan y, untuk menentukan variabel x kita harus mengeleminasi variabel y terlebih
dahulu, atau sebaliknya.

Perhatikan bahwa jika koefisien dari salah satu variabel sama, maka kita
dapat mengeleminasi atau menghilangkan salah satu variabelnya tersebut, untuk
selanjutnya menentukan variabel yang

Contoh Soal.

Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan : x + y = 6……(1)

2x – y = 6…....(2)

Langkah langkah:

 Menghilangkan ( mengeliminasi ) x, untuk menghilangkan x maka koefisien x


harus sama
Karena koefisien x belum sama, maka kedua koefisien x disamakan dengan
mengalikan bilangan 2 pada persamaan (1), sehingga diperoleh :

x+y =6 X2 2x + 2y = 12

2x – y = 6 X1 2x – y = 6

Karena koefisien x mempunyai tanda yang sama, maka untuk menghilangkan


x dilakukan dengan cara mengurangkan, sehingga diperoleh:

2x + 2y = 12

2x – y = 6

⟺ 3y = 6

15
⟺y = 2

 Menghilangkan ( mengeliminasi ) y
Karena koefisien y pada kedua persamaan sudah sama, maka untuk
menghilangkan variabel y dilakukan dengan cara menambah, sehingga
diperoleh :

x+y =6

2x – y = 6 +

⟺ 3x = 12

⟺x = 4

Jadi diperoleh nilai x = 4 dan y = 2

Sehingga himpunan penyelesaiannya adalah { (4,2 ) }.

4. Metode Campuran
Langkah yang dilakukan yaitu menentukan salah satu variabel x dan y
dengan menggunakan metode eliminasi. Hasil yang diperoleh dari x dan y kemudian
disubstitusikan ke salah satu persamaan linier dua variabel tersebut.
Perhatikan contoh berikut:

Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan : x + y = 6……(1)

2x – y = 6…....(2)

Langkah langkah:

 Menghilangkan ( mengeliminasi ) x, untuk menghilangkan x maka koefisien x


harus sama
Karena koefisien x belum sama, maka kedua koefisien x disamakan dengan
mengalikan bilangan 2 pada persamaan (1), sehingga diperoleh :

16
x+y =6 X2 2x + 2y = 12

2x – y = 6 X1 2x – y = 6

Karena koefisien x mempunyai tanda yang sama, maka untuk menghilangkan


x dilakukan dengan cara mengurangkan, sehingga diperoleh:

2x + 2y = 12

2x – y = 6

⟺ 3y = 6

⟺y = 2

 y = 2, substitusikan ke persamaan (1)


x + y=6
⟺ x+2=6
⟺ x=6-2
⟺ x=4

17
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kondisi awal kelas


Kelas 8G adalah kelas putra yang kondisi kemampuan belajarnya beragam
atau hetertogen. Pada pembelajaran K.D 3.5 sudah dipelajari bagaimana mencari
himpunan penyelesaian dari Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Di akhir
pembelajaran sudah diberikan latihan soal sebagai evaluasi individu kepada siswa
tentang materi mencari penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel, tapi
ternyata hasil yang didapatkan kurang maksimal. Dari 4 soal yang diberikan
didapatkan nilai hasil latihan
Mencari penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel sebagai
berikut

18
N NIL
NIS NAMA
o. AI
18003
1. 3 ADHI NANANG SATRIA 70

18003
2 ADIT PRASTIYO 55
4
18003
3 AHMAD ALI SAPUTRO 65
5
18003
4 ARDIANTO WIBOWO 70
6
18003
5 CHAFID JAFARUDIN 50
7
18003
6 FAIZ AL CHILMI 60
8
18003 GERRY EKA
7 70
9 KRISTIYANTO
18004 HAPPY CHANDRA
8 60
0 PRAMUDYA
18004 ILHAM ZAINUL
9 85
1 MUTTAQIN
18004
10 IQBAL AFANDI 60
2
18004
11 MAULANA IBRAHIM 60
3
18004
12 MOHAMAD ROMADHONI 50
4
18004 MUCHAMAD KHOIRUL
13 65
5 ANAM
18004 MUHAMMAD AYNUR
14 65
6 DAFFA
18004 MUHAMMAD IHSAN AL
15 75
7 FIRDAUS
18004 MUHAMMAD IKHWAN
16 50
8 FAUZI
18004
17 MUHAMMAD NUR FAQIH 55
9
18005 MUHAMMAD
18 40
0 NURROHMAN
18005 MUHAMMAD 19
19 60
1 SYARIFUDIN
18005 MUHAMMAD ZAINUN
20 50
2 SYARIF
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa rata rata nilainya adalah 61,72, berarti
daya serap siswa masih di bawah KKM, yaitu 66. Guru berfikir untuk mengganti
model pembelajaran yang tadinya hanya ceramah, demonstrasi dan pemberian
contoh, menjadi model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran yang dipilih
adalah model pembelajaran tipe jigsaw, dengan pertimbangan dalam mencari
Himpunan penyelesaian sari Sistem Persamaan Linear Dua Variabel ada 4 cara yang
bisa digunakan, dari keempat cara itu cara yang satu tidak menjadi prasaratuntuk cara
yang lain, sehingga keempat cara itu bisa dikatakan sebagai empat bagian yang
berdiri sendiri

B. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Pembelajaran


Matematika Materi Mencari Himpunan Penyelesaian dari Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel

Sebelum melaksanakan pembelajaran kooperatif tiep Jigsaw, terlebih


dahulu guru mempersiapkan beberapa hal:

I. Persiapan
1. Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran
Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran guru men uliskan langkah langkah
sebagai berikut
a. Pendahuluan
 Guru mengucapkan salam dan mengawali kegiatan dengan membaca
basmallah
 Guru memberkan apersepsi tentang pentingnya materi yang akan
dipelajari
 Guru menyebutkan tujuan pembelajaran yaitu mencari himpunan
penyelesaian dari sistem persamaan linear dua varaiabel

20
 Guru menyampaikan model pembelajaran yang akan diterapkan yaitu
model pembelajaran tipe jigsaw, guru menjelaskan narasi pembelajaran
yang akan berlangsung
b. Kegiatan inti
 Guru menjelaskan 4 cara bagaimana mencari penyelesaian dari sistem
persamaan linear dua variabel
 Guru membagi kelas menjadi 7 kelompok,sehingga 1 kelompok berisi 4
siswa, kelompok terakhir beranggotakan 5 orang karena jumlah siswa di
kelas tersebut ada 29 siswa
 Pada tiap kelompok guru memberi 4 kartu soal yang berbeda, dengan
rincian soal sebagai berikut:
1) Kartu Soal A. Dengan metode grafik, cari penyelesaian dari SPLDV
berikut 2x+3y=8
4x+y=6
2) Kartu Soal B. Dengan metode substitusi cari penyelesaian dari
SPLDV berikut x - 2y=2
2x + y=14
3) Kartu Soal C. Dengan metode eliminasi cari penyelesaian dari
SPLDV berikut: 2x + 3y= 12
X+ y=5
4) Kartu Soal D. dengan metode eliminasi substitusi, cari penyelesaian
dari SPLDV berikut: 4x + y =7
2x + y=5
Khusus kelompok 7 ada dua orang yang akan mendapat kartu
berinisial D, karena jumlah anggota kelompoknya ada 5
 Setiap anggota kelompok asal akan berpencar mencari kelompok baru
yang mempunyai inisial kartu yang sama, mereka akan membentuk

21
kelompok baru yaitu, kelompok ahli soal A, kelompok ahli soal B,
kelompok ahli soal C dan kelompok ahli soal D
 Masing masing kelompok ahli akan berdiskusi memecahkan persoalan
yang ada di kartu soal ( guru akan mengecek dan meluruskan jika ada
kesalahan)
 Anggota dari kelompok ahli kembali ke kelompoknya dengan membawa
misi untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok ahli
c. Penutup.
 Bersama siswa guru merangkum hasil pembelajaran
 Guru memberikan soal evaluasi individu untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa
2. Kartu soal yang terdiri dari kartu soal A, B, C dan D
3. Kertas strimin khusus untuk menuliskan jawaban dari kartu kelompok A
karena untuk menggambar grafik diperlukan ukuran yang akurat
II. Pelaksanaan
Pembelajaran dilaksanakan selama 3 jam pelajaran, setiap jamnya
40 menit. Kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut
1. Pendahuluan
 Guru mengucapkan salam dan mengawali kegiatan dengan membaca
basmallah
 Guru memberikan apersepsi tentang pentingnya materi yang akan
dipelajari dalam kehidupan sehari hari
 Guru menyebutkan tujuan pembelajaran yaitu mencari himpunan
penyelesaian dari sistem persamaan linear dua varaiabel
 Guru menyampaikan model pembelajaran yang akan diterapkan yaitu
model pembelajaran tipe jigsaw, guru menjelaskan narasi pembelajaran
yang akan berlangsung(guru menjelaskan maeri, pembentukan kelompk
asal, diskusi di kelompok ahli, pemaparan hasil diskusi di kelompok

22
asal, trarakhir evaluasi individu) diharapkan semua siswa bersungguh
sungguh karena nilai evaluasi akan dikumpulkan dalam kelompok asal
dan yang paling tinggi rata ratanya akan mendapat penghargaan
2. Kegiatan inti
 Guru menjelaskan 4 cara bagaimana mencari penyelesaian dari sistem
persamaan linear dua variabel
 Guru membagi kelas menjadi 7 kelompok,sehingga 1 kelompok berisi 4
siswa, kelompok terakhir beranggotakan 5 orang karena jumlah siswa di
kelas tersebut ada 29 siswa
 Pada tiap kelompok guru memberi 4 kartu soal yang berbeda, dengan
rincian soal sebagai berikut:
2) Kartu Soal A. Dengan metode grafik, cari penyelesaian dari SPLDV
berikut 2x+3y=8
4x+y=6
3) Kartu Soal B. Dengan metode substitusi cari penyelesaian dari
SPLDV berikut x - 2y=2
2x + y=14
4) Kartu Soal C. Dengan metode eliminasi cari penyelesaian dari
SPLDV berikut: 2x + 3y= 12
X+ y=5
5) Kartu Soal D. dengan metode eliminasi substitusi, cari penyelesaian
dari SPLDV berikut: 4x + y =7
2x + y=5
Khusus kelompok 7 ada dua orang yang akan mendapat kartu
berinisial D, karena jumlah anggota kelompoknya ada 5

23
 Distribusi pemberian soal dijelaskan sebagai berikut

No. NIS NAMA NILAI


18003 I
1. 3 ADHI NANANG SATRIA A

18003
2 ADIT PRASTIYO B
4
18003
3 AHMAD ALI SAPUTRO C
5
18003
4 ARDIANTO WIBOWO D
6
18003 2
5 CHAFID JAFARUDIN A
7
18003
6 FAIZ AL CHILMI B
8
18003
7 GERRY EKA KRISTIYANTO C
9
18004 HAPPY CHANDRA
8 D
0 PRAMUDYA
18004 3
9 ILHAM ZAINUL MUTTAQIN A
1
18004
10 IQBAL AFANDI B
2
18004
11 MAULANA IBRAHIM C
3
18004
12 MOHAMAD ROMADHONI D
4
18004 MUCHAMAD KHOIRUL 4
13 A
5 ANAM
14 18004 MUHAMMAD AYNUR DAFFA B
6

24
18004 MUHAMMAD IHSAN AL
15 C
7 FIRDAUS
18004 MUHAMMAD IKHWAN
16 D
8 FAUZI
18004 5
17 MUHAMMAD NUR FAQIH A
9
18005
18 MUHAMMAD NURROHMAN B
0
18005
19 MUHAMMAD SYARIFUDIN C
1
18005 MUHAMMAD ZAINUN
20 D
2 SYARIF
18005 6
21 NIKO PUTRA PARDIANSYAH A
3
18005
22 RAFLI DWI MAULANA B
4
18005
23 SAHRIZAL FAJAR ISWANTO C
5
18005
24 SALIM ALIANSYAH D
6
18005 7
25 SUCIPTO HADI WULANTORO A
7
18005
26 TEGAR SHEVA APRIANSYAH B
8
18005
27 TEGAR TISANTIANO C
9
18006
28 TRI HARTONO D
0
18006
29 YOGA ALFIANSYAH A
1

25
 Setiap anggota kelompok asal akan berpencar mencari kelompok baru
yang mempunyai inisial kartu yang sama, mereka akan membentuk
kelompok baru yaitu, kelompok ahli soal A, kelompok ahli soal B,
kelompok ahli soal C dan kelompok ahli soal D. Diskusi berlangsung
seru, masing masing anggota kelompok ahli kelihatan antusias
menyampaikan pendapatnya. Guru meluruskan jika ada konsep yang
menyimpang
 Masing masing kelompok ahli akan berdiskusi memecahkan persoalan
yang ada di kartu soal ( guru akan mengecek dan meluruskan jika ada
kesalahan. Guru juga memastikan apa yang dihasilkan kelompok ahli
adalah jawaban yang benar karena jawaban itu akan ditransfer kepada
temannya di kelompok asal)
Suasana diskusi di kelompok ahli untuk kartu soal B


 Anggota dari kelompok ahli kembali ke kelompoknya yaitu kelompok
asal dengan membawa misi untuk menyampaikan hasil diskusi di
kelompok ahli . Foto berikut adalah foto kelompok asal 1 dimana salah
satu anggotanya sedang menyampaikan apa yang didapat di kelompok

26
ahli, anggota kelompok 1 yang lain memperhatikan dan sesekali
bertanya jika merasa kurang jelas

d. Penutup.
 Bersama siswa guru merangkum hasil pembelajaran
 Guru memberikan soal evaluasi individu untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa
III. Hasil Belajar dan Refleksi
1. Hasil Belajar
Setelah pembelajaran selesai dilakukan evaluasi individu untuk mengukur hasil
belajar siswa. Soal evaluasi terdiri dari 4 soal yang sejenis dengan soal kartu A,
B, C dan D. . Hasil dari evaluasi individu akan dikumpulkan dan dirata rata
dalam kelompok asal . Hasil evaluasi individu digambarkan dalam tabel berikut.

No NILAI Rata Rata


NIS NAMA
. Kelompok

27
2. 180033 ADHI NANANG SATRIA 90 79
2 180034 ADIT PRASTIYO 75
3 180035 AHMAD ALI SAPUTRO 75
4 180036 ARDIANTO WIBOWO 75
5 180037 CHAFID JAFARUDIN 75 77,5
6 180038 FAIZ AL CHILMI 90
7 180039 GERRY EKA KRISTIYANTO 75
8 180040 HAPPY CHANDRA P 65
9 180041 ILHAM ZAINUL MUTTAQIN 100 80
10 180042 IQBAL AFANDI 75
11 180043 MAULANA IBRAHIM 75
12 180044 MOHAMAD ROMADHONI 70
13 180045 MUCHAMAD KHOIRUL A 75 79
14 180046 MUHAMMAD AYNUR D 75
15 180047 MUHAMMAD IHSAN AL F 90
16 180048 MUHAMMAD IKHWAN F 75
17 180049 MUHAMMAD NUR FAQIH 75 76
18 180050 M NURROHMAN 75
19 180051 MUHAMMAD SYARIFUDIN 80
20 180052 MUHAMMAD ZAINUN SYARIF 75
21 180053 NIKO PUTRA PARDIANSYAH 75 81
22 180054 RAFLI DWI MAULANA 75
23 180055 SAHRIZAL FAJAR ISWANTO 75
24 180056 SALIM ALIANSYAH 100
25 180057 SUCIPTO HADI WULANTORO 75 73

28
26 180058 TEGAR SHEVA APRIANSYAH 80
27 180059 TEGAR TISANTIANO 75
28 180060 TRI HARTONO 75
29 180061 YOGA ALFIANSYAH 60
NILAI RATA RATA 77,58
NILAI TERTINGGI 100
NILAI TERENDAH 60
Dari hasil evaluasi individu, didapat rata rata nilai tertinggi ada di kelompok
6, yang beranggotakan Niko, Rafli, Syahrizal dan Salim.
2. Refleksi
Berdasarkan data yang didapat terdapat beberapa fakta yang didapatkan
penulis dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam
pembelajaran materi mencari himpunan penyelesaian dari Persamaan Linear Dua
Variabel yaitu:
1) Berdasarkan hasil tes individu yang dilakukan di akhir pembelajaran
Terdapat kenaikan rata rata nilai hasil belajar dari 61,72 menjadi
77,58
2) Berdasarkan pengamatan guru di dalam kelas, terjadi kenaikan
aktivitas siswa selama pembelajaran, suasana kelas menjadi lebih
hidup
3) Berdasarkan review dengan beberapa siswa, siswa merasa lebih
bersemangat dan lebih termotivasi untuk bersaing dengan temannya.

29
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan di atas, penulis mencoba menarik beberapa
kesimpulan yaitu:
1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi “Mencari himpunan penyelesaian dari sistem
persamaan linear dua variabel”
2. Berdasarkan pada proses pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dapat meningkatkan semangat siswa saat pembelajaran, lebih
meningkatkan keakraban siswa yang tadinya saat pelajaran hanya berinteraksi

30
dengan teman sebangku menjadi berinteraksi hampir dengan semua siswa di
kelas ( interaksi terjadi minimal di kelompok asal dan kelompok ahli)
3. Tugas guru menjadi lebih ringan karena tudak satu persatu menerangkan
kepada siswa yang belum paham
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan pengamatan, penulis memberikan
beberapa saran yaitu:
1. Sebaiknya guru menerapkan berbagai model dalam pembelajaran supaya
suasana kelas tidak monoton
2. Dalam pemilihan model pembelajaran disarankan memperhatikan
karakteristik materi pelajaran yang diajarkan, karena tidak semua materi
cocok dengan model pembelajaran tertentu

Daftar Pustaka

Huda, M. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Maisyarah. 2015. Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Peserta didikmelalui


Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT. Jurnal Pendidikan Matematika
2(1):125.

Munib, A. et al. 2012. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri


Semarang.

Normala, R. & Indri, A. 2017. Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika melalui


Pendekatan Problem Based Learningbagi Peserta didik Kelas 4 SD. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan.

31
Purwanto, N. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Rifa’i,A. & Anni, C. T. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang:Universitas Negeri


Semarang Press.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka


Cipta.

Susanto, A. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.


Jakarta:Prenamedia Group.

32
33

Anda mungkin juga menyukai