Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sudah fitrah manusia sejak dilahirkan di dunia itu menjadi makhluk yang sempurna.
Manusia merupakan mkhluk yang memiliki keistimewaan dan kelebihan kelebiha dari
akhluk yag lain. Diantara yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain adalah
manusia dianugrahi akan, pikiran dan hati. Dari akal, manusia mampuberfikir tentang
keagungan Allah, dan dengan hati mausia mampu menjadi suatu makhluk dengan sebuah
keistimewaan yang luar biasa. Dari keistimewaan keistimewaan yang dimiliki manusia,
manusia memiliki sebuah tanggung jawab, sebagai pemimpin di dunia. Secara fitrah manusia
itu dilahirkan untuk mencari tuhannya. Meskipun terkadang ada manusia yang atheis, tetapi
sejatinya manusia hidup itu memliki fitrah untuk mencari tahu siapa Tuhannya.
Dalam konteks ini kita membicarakan tetang tasawuf. Tasawuf mrupakan cabang dari
ilmu yang memiliki tujuan utama untuk mensucikan hati agar dekat dengan Tuhan ( Allah ).
Tasawuf sendiri memiliki beberapa cabang dan tingkatan. Dalam setiap kehidupan ini kita
tiak terlepas dengan yang namanya salah, karena memang manusia tidak terlepas dari yang
namanya salah. Proses menuju kesucian dengan cara mendekatkan diri kepada Allah ini
dilakukan dengan cara menzuhutkan diri atau meninggalkan sesuatu yang subhat (samar
samar).
Tasawuf disetiap daerah itu berbeda beda, dari setiap daerah itu sendiri juga memiliki
ciri ciri tersendiri, misalnya di jawa dan di Sumatra, tentu memiliki perbedaan tersendiri
dari cara dan sikap tasawuf yang diyakini. Melihat beragam tasawuf di Indonesia, penulis
ingin mengetahui tentang tasawuf yang ada di Makasar, Makasar, daerah yang berada di
Sulawesi merupakan daerah yang menarik untuk dipelajari dan dilihat perbedaannya dengan
tasawuf di daerah daerah lain. Dan juga menarik lagi untuk dipelajari karena masyarakat
yang cenderung kesukuan itu bagimana cara penerapan tasawuf dalam kehidupannya. Oleh
karena itu penulis ingin memelajari lebih jauh tentang tasawuf di Makasar dan tokoh tokoh
sufi di Makasar itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana tasawuf di Makassar?
2. Siapa tokoh tasawuf di Makassar?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana tasawuf di Makassar


2. Untuk mengetahui siapa tokoh tasawuf yang ada di Makassar

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Reformasi Tasawuf di Indonesia


Pada permulaan 1950 an HAMKA menulis buku tasawuf: Perkembangan dan
Pemurniannya dan Tasawuf Modern. Tasawuf yang benar adalah tasawuf yang
berakar pada prinsip tauhid, maksudnya adalah mengisi diri dengan sifat roh
sifat kesempurnaan Allah dan mengidentifikasi diri dengan sifat sifat ilahiah.
Bertasawuf bukan berarti menolak hidup duniawi, tetapi juga tetap harus
melebur dalam kehidupan masyarakat. Sejalan dengan HAMKA, NU
( Nahdlatul Ulama) adalah pendukung dan penghayat taswuf. Untuk
menghindari penyimpangan syaikh terdahulu, NU meletakkan dasar dasr
tasawuf bagi jamaahnya sesuai dengan Khitah Ahlu sunnah wal jamaah. NU
membina keselarasan antara tasawuf Al Ghazali dan tauhid Al Asyariyah juga
At Turidhioyah, serta hukum fiqih madhab sunni. Sementara itu, Nu juga
memiliki nama Ahl-Jamiyyah al Athoriqoh mutabarah an-Nahdiyyah, yaitu
lembaga peramal thariqot mutabar yang bersumber dari ajaran Juneidi al
Baghdadi dan al ghozali.Hal ini bararti thoriqot yang sudah diakui oleh
thoriqot di dunia.thoriqot yang seperti itu disebut thoriqot Mutabaroh dengan
demikian, NU menganut tasawuf sunni dan menolak tasawuf syii.seiring
perkembangan tasawuf diindonesia banyak bermunculan tokoh-tokoh sufi di
daerah nusantara, mulai dari sumatra, jawa sampai ke sulawesi.dan dari
sanalah muncul tokoh-tokoh sufi yang terkenal salah satunya Syekh Yusuf alMakasari

2.2

Masuknya Islam ke Sulawesi


Islam pertama masuk ke Sulawesi adalah ke Sulawesi Selatan. Daerah ini di

diami oleh suku Makassar dan Bugis.Islam masuk di Sulawesi atas jasa Datuk Ri
Bandang, Datuk Patimang dan Datuk Ri Tiro, namun yang paling besar perannya
adalah Datuk Ri Bandang. Beliau mengadakan hubungan dengan raja Goa sehingga
akhirnya raja Goa memeluk Islam sekitar tahun 1600 M dan mengubah namanya
menjadi Sultan Alauddin Awwalul Islam. Sikap raja Goa ini diikuti oleh wazir
besarnya, Karaeng Matopia, pembesar-pembesar kerajaan dan rakyat umum.Islam
semakin luas penyebarannya seiring dengan keberhasilan Kerajaan Goa menaklukan
berbagai wilayah di Sulawesi, seperti Bone , Bima, Sumbawa dan Buton.

2.2 Tokoh Tasawuf di Makasar


Syekh Yusuf Al-Makasari (1037-1111/1627-1699)
1. Riwayat Hidup Syekh Yusuf Al-Makasari
Seykh Yusuf Al-makasariadalah seorang sufi tokoh sufi agung yang berasal dari
Sulawesi. Ia dilahirkan pada tanggal 8 Syawal 1036 H. Atau bersamaan dengan 3 Juli 1629
M., yang berarti yang tidak berapa lama setelah kedatangan tiga orang penyebar islam ke
Sulawesi [yaitu Datuk RI Bandang dan kawan-kawannya dari Minangkabau]. Dalam satu
karangannya, ia menulis ujung namanya dengan bahasa arab Al-Makasari, yaitu nama kota
di Sulawesi Selatan [Ujung Pandang]. Naluri fitrah pribadi Syekh Yusuf sejak kecil telah
menampakkan diri cinta akan pengetehuan keislaman. Dalam tempo yang reletif singkat, ia
telah tamat mempelajari Al-quran 30 juz. Setelah lancar benar tentang Al-quran dan
mungkin seorang penghapal, ia mempelajari pengetehuan-pengetahuan lain, seperti almu
nahwu, almu sharaf, ilmu bayan, maani, badi, balaghah, dan mantihiq. Ia pun belajar pula
ilmu fiqh, ilmu ushuluddin dan ilmu tasawuf. Ilmu yang terakhir ini tampaknya lebih serasi
pada pribadinya.
Pada masa Seykh Yusuf, memang hampir setiap orang lebih menggemeri ilmu tasawuf.
Orang yang hidup di zaman itu lebih mementingkan mental dan material. Ini mungkin
bertujuan mengimbangi berbagai agama dan kepercayaaan yang memang menjurus ke arah
itu pula.
Syekh Yusuf pernah melakukan perjalanan ke yaman. Di Yaman, ia menerima tarekat
dari Syekhnya yang terkenal, yaitu Syekh Abi Abdullah Muhammad Baqi Billah,
pengetahuan tarekat yang di pel;ajarinya cukup banyak, bahkan mungkin sukar mencari
ulama yang mempelajari demikian banyak tarekat serta mengamalkannya seperti dirinya,
baik pada masanya maupun masa kini. Secara ringkas, tarekat-tarekat yang telah di
pelajarinya di cantumkan di bawah ini:
a. Tarekat Qadiriyah diterima dari Syekh Nuruddin Ar-Raniri di Aceh,
b. Tarekat Naqsabandiyah diterima dari Seykh Abi Abdillah Abdul Baqi
Billah,
c. Tarekat As-Saadah Al-Baalawiyah diterimanya dari Sayyid Ali di
Zubeid/Yaman,
d. Tarekat Sathariyah diterimanya dari Ibrahim Al Kurani madinah,
e. Tarekat Khalwatiyah diterimanya dari Abdul Barakat Ayub bin Ahmad bin
Ayub Al-Khalwati Al-Quraisyi di damasyiq. Syekh ini adalah imam di
Masjid Muhyiddin Idn arabi.

Semua tarekat yang telah di pelajari Syekh Yusuf mempunyai silsilah yang
bersambung hingga kepada Nabi Muhammad SAW. Namun, semus silsilsah itu belum
ditemukan, kecuali silsilah Naqsabandiyah yang terdapat pada salah satu tulisan tangannya,
yaitu: Syekh Yusuf Makassar, Seykh Muhammad baqi Billah Al-Lahore[India], Seykh
Maulana Khaujani Al-Amkani, Seykh Darwis Muhammad, Seykh Muhammad Zahid, Syekh
Muhammad Ubaidillah Ahrari As-Samarkandi, Syekh Yaqub Al-Jarkhi Al-Khashari, syekh
Muhammad Akauddin Al-Athari, Syekh Bahaudin An-Naqsabandiyah, Seykh Sayyid AsySyarif Al-Amir Kulal, Seykh Muhammad Babas Samasi, Seykh Ali ramitani, Seykh
Muhammad Anjari Al-Faqhnawi, Seykh Arif Siyukuri, Seykh Abdul Khaliq Al-Fujauwani,
Syekh Abi Yusuf Yaqub bin Ayub Al-Hamdani, Seykh Ali Al-Farmadi, Seykh Hasan AlKharqani, Syeklh Yazid Al-Bastami/Thaifurbin Isa, Syekh Jafar Ash-Shadiq, Syekh AlQasim bin Muhammad bin ABI bakar Ash-Shiddiq, Syekh Salman Al-Farisi, Nabi
Muhammad SAW, Malaikat Jibril atas perintah Allah SWT.
Adapun silsilah tarekat Syathariyah, Syekh Yusuf menerimanya dari Syekh ibrahim AlKurani dan juga mengadadakan muzakarah dengan Syekh Abdur Rauf bin Ali Fansuri .
sislsilahnya akan menjadi seperti ini: Syekh Yusuf Makassar, Syekh Ibrahim Al-Qurani
Madinah, Syekh Ahmad Al-Qusyasyi Mekah, Seykh Abil Mawahib Abdullah bin Ahmad AtTanawi Thaiyibullah, Sultan Arifin Saidi Shabbqhatullah, Saidina Wajhuddin Al-Alawi,
Saidini Muhammad Ghaust, Syekh Haji Hushur, Auliaul Arifin Syekh Hadiatullah Samasat,
Syekh Qadhin Asy-Syathiri, Al-Arif Billan Ar-Rabbani Syeikh Hadqli, Syekh AlMuhaqqiqin, Syekh Abil Muzaffar Ath-Thausi, Jamiul Autad Syekh Abil Mjuzzaffar AtThausi, Quthubul Autad Syekh Yazil Al-Asyaqqih, Al-Arif Billah Syeikh Muhammad AlMagribi, Ruhaniyah Ruthanul Arifin Aulia Allah Al-Muhaqqiqin Abi Yazid Al-Bishatahami,
Ruhaniyah Imam Jafar Shadiq, Ruhaniyah Imam Muhammad Baqir, Al-Imam Zainal Abidin,
Al-Imam Husaen bin Ali Asy-Syahid, Al-Imam Masyruq wal-Maghrib Saidina Ali bin Abi
Thalib, Nabi Muhammad SAW, Malaikat Jibril Alaihis Salam, atas titah perintah Allah SWT.
2.

Ajaran Taaswuf Syekh Yusuf al-Makasari

a. Syariat dan Hakikat. Berbeda dengan kecenderungan sufisme pada masa-masa


awal yang mengelakan kehidupan duniawi, Syekh Yusuf mengungkapkan
paradigma sufistiknya berolak dari asaumsi dasar bahwa ajaran islam meliputi dua
aspek: aspek lahir [syariat] dan aspek batin[hakikat]. Syariat dan hakikat harus di
pandang diamalkan sebagai suatu kesatuan.

b. Transendesi Tuhan. Meskipun berpegang teguh pada transendesi Tuhan, ia


meyakinkan bahwa tuhan melingkupi segala sesuatu dan selalu dekat dengan
sesuatu itu. Mengenai hal ini, Syekh Yusuf mengembangkan istilah al-ihathah
[peliputan] al-maiyyah [kesertaan]. Kedua istilah itu menjelaskan bahwa Tuhan
turun [tanazul], sementara manusia naik [taraqi], suatu proses spiritual yang
membawa keduanya semaki dekat. Syekh Yusuf menggaruis bawahi bahwa proses
ini tidak akan mengambil bentuk kesatuan wujud antara manusia dan Tuhan.
Sebab, al-ihathah dan al-maiyyah Tuhan terhadap hamba-Nya adalah secara
ilmu. Menurutnya, fana adalah hamba yang tidak memiliki kesadaran tentang
dirinya, merasa tidak ada, hanya ia menyadari sebagai yang mewujudkan, yang
diwujudkan, dan perwujudan. Pandangannya tentang Tuhan diatas secara umum
mirip dengan wahdat al-wujud dalam filsafat mistik Ibn Arabi. Insan kamil dan
proses penyucian jiwa. Ia mengatakan bahwa seorang hamba akan tetap hamba
walaupun telah naik derajatnya, dan Tuhan akan tetap Tuhan walaupun turun pada
diri hamba. Dalam prosdes penyucian jiwa, ia menempuh cara yang moderat.
Menurutnya, kehidupan dunia bukanlah untuk ditinggalkan dan hawa nafsu harus
di matikan. Sebaliknya, hidup diarahkan untuk menuju Tuhan. Gejolak hawa
nafsu harus dikendalikan melalui tertib hidup dan disiplin diri atas dasar orientasi
ketuhanan yang senantiasa melindungi manusia. Berkenaan dengan cara-cara
menuju Tuhan, ia membaginyadalam tiga tingkatan. Pertama, tingkatan akhyar
[orang-orang terbaik], yaitu dengan memperbanyak shalat, puasa, membaca AlQuran, menunaikan ibadah haji, dan berjihad di jalan Allah. Kedua, cara
mujahadat asy-syaqa [orang=orang yang berjuang melawan kesulitan], yaitu
latihan batin yang keras untuk melepaskan perilaku buruk dan menyucikan pikiran
dan batin dengan lebih memperbanyak amalan batin dan melipatgandakan
amalan-amalan lahir. Ketiga, cara ahl adz-dzikr, yakni jalan bagi orang yang telah
kasyaf untuk berhubungan dengan Tuhan, yaitu orang-orang yang mencintai
Tuhan, baik lahir maupun batin. Mereka sangat menjaga keseimbangan kedua
aspek ketaatan itu.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Islam pertama masuk ke Sulawesi adalah ke Sulawesi Selatan. Daerah ini di diami
oleh suku Makassar dan Bugis. Tokoh Tasawuf di Makasar adalah Syekf Yusuf AlMakasari. Al-Makasari mengembangkan istilah :

Alihathah (peliputan)

Almaiyyah (kesertaan)
Hal ini menjelaskan bahwa Tuhan itu turun (tanazul) dan manusia itu naik (taraqi),
proses spiritual yang membawanya semakin dekat.

DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. 2012. Ilmu Tasawuf. Jakarta : Amzah

Aljauhari, Tanto. 2010. Perkembangan Pendidikan Islam di Kalimantan dan


Sulawesi.www.jawharie.blogspot.com. diakses pada tanggal 28 November
2013
Solihin, M dan Rosihon Anwar. 2011. Ilmu Tasawuf. Bandung : Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai