Anda di halaman 1dari 12

Prospek Tasawuf Kekinian

Ahmad Rizki Hikmawan*

Marissa Haque, lama hilang dari peredaran. Belakangan ia hadir dengan jilbab, dan pada
Majalah Sufi edisi 29 Dzulqo’idah 1424H mengaku telah mengikuti Tarekat Naqsabandiyah Syadziliyah.
Gubernur Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta mengikuti dzikir Kausaran Thoriqoh
Shiddiqiyyah pada Minggu, 22 Pebruari 2004 di Masjid Agung Jakarta Islamic Centre Jakarta Utara.
Pada saat yang sama, di Masjid Istiqlal Jakarta berlangsung Dzikir Akbar yang dipimpin oleh
Muhammad Arifin Ilham.
Martin Van Bruinessen, seorang ahli antropolog pengamat tarekat asal Belanda, berseloroh
ketika diwawancarai majalah Sufi edisi 26 bulan Sya’ban 1424H, “Sekarang ini Jakarta nampak lebih sufi
ketimbang 30 tahun yang lalu.”

Jakarta, kota terpadat di negara ini, yang katanya adalah miniatur Indonesia dan lifestyle-
nya paling bisa kita akses lewat media, dimana-mana bermunculan aktifitas yang berkenaan
dengan tasawuf. Menurut Martin Van Bruinessen dalam media yang sama, bentuknya mulai dari
tarekat konvensional, sampai gerakan-gerakan moral yang bertolak dari ajaran tasawuf. Bahkan
ada yang dapat pula diistilahkan psedo tarekat atau tarekat semu. Untuk tarekat konvensional
fenomena yang paling mengejutkan barangkali Tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah cabang
Suralaya. Kemudian ada tarekat yang bersifat lokal seperti Tarekat Mufarridiyah dan Tarekat
Kaddisiyyah.
Ada pula Pengajian Padhang mBulan–nya Emha Ainun Nadjib yang banyak
mengadoptasi halaqoh-halaqoh tarekat. Martin menambahkan, “bahkan belakangan ini muncul
fenomena “tasawuf” baru yang menonjol, yaitu kelompok Aa Gym dan Arifin Ilham. Kelompok
ini bukan kelompok tarekat karena tidak ada hubungan guru-murid, tidak ada bai’at, dan
memang mereka berdua bukan guru tarekat. Tapi mereka memiliki pengaruh yang begitu luas”.
Yang membuat Martin heran, ternyata bukan cuma orang Islam saja yang gemar menyimak
ceramah Aa Gym, tetapi pula orang Kristen, Hindu, Budha, bahkan orang Cina banyak pula yang
ikut. Katanya ini menunjukkan adanya kebutuhan akan guru-guru moral. Benarkan?

Prof Said Aqil Husein Al Munawwar menulis1 fenomena keagamaan akhir-akhir ini
makin menarik untuk dicermati, karena akhir-akhir ini terdapat kecenderungan “rekonsiliasi”
antara nilai sufistik dengan dunia modern. Menurut beliau ada kecenderungan baru dalam
masyarakat untuk kembali ke nilai spiritualisme karena problem dalam dunia global yang tidak
bisa mereka pecahkan. Ketika ideologi sosialisme-komunisme misalnya yang telah gagal total.
Ideologi kapitalis-liberalis juga dianggap goyang dan rapuh, tinggal menunggu lonceng
kematiannya. Disinilah kemudian agama mulai dilirik sebagai benteng terakhir. Trend kembali
kepada agama ternyata juga lebih berorientasi kepada spiritualisme, bukan religius formal yang
konvensional. Annemarie Schimmel dalam bukunya Mystycal Dimention of Islam mengakui
bahwa masyarakat modern lebih tertarik dengan meditasi, dzikir, dan olah rohani lainnya
ketimbang dimensi ritual, moral dan sosial agama-agama tertentu.
Tulisan ini mencoba sedikit memberi perkenalan Tasawuf dan dampaknya pada
perkembangan bangsa dan negara Indonesia ini. Sebagaimana kita sama-sama tahu, bangsa ini
sejak awal sudah Berketuhanan. Dibuktikan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme –
agama pertama penduduk– yang kemudian dengan mudah menerima ajaran agama, menurut

*
Penulis adalah santri Pondok Candra, tulisan ini dibuat pada tahun 2004 saat penulis masih menjadi mahasiswa di
sebuah kampus negeri kota pahlawan. Makalah ini pertama kali dipresentasikan dalam diskusi rutin Ins@n tanggal
28 Pebruari 2004 dan dimuat dalam majalah AlKautsar edisi 16-23/2008. Kritik dan saran untuk perbaikan dapat
dikirim ke gusmix2k@gmail.com
1
Hikmah Sufi I, Pengamalan Tasawuf Modern, Seri Wacana, hal 05

-1-
cerita sejarah, Agama Hindu dan Budha lebih dahulu masuk dan menyebar di persada pertiwi,
kemudian masuk Agama Islam yang penda’wah terkenalnya –Wali Songo– diakui level dunia.
Terakhir Agama Nasrani masuk lewat bangsa Eropa dan banyak dianut penduduk di Indonesia
Timur. Dalam penyebaran agama Islam, Wali Songo berda’wah dengan tasawuf. Hasil sangat
luar biasa, hingga mayoritas penduduk di negara ini menganut ajaran Islam dan berjiwa
nasionalis. Dibuktikan ketika perlawanan terhadap penjajah, tokoh sentral dan motor
penggeraknya adalah orang-orang tasawuf. Salah satu penyebabnya ialah karena orang-orang
tasawuf memegang sebuah hadist Nabi, yang oleh sebagian orang dianggap hadist lemah, yaitu
Hubbul wathoni minal iman.

Tasawuf adalah Ilmu Kerohanian

Hidup kerohanian dalam Islam dimulai dari peri kehidupan Nabi Besar Muhammad
SAW. Sebelum beliau menggemparkan dunia dengan “pekerjaan” besarnya, beliau melatih
dirinya dengan kehidupan rohani. Selama bertahun-tahun beliau berkhalwat sendirian di gua
Hiro. Entah apa yang dilakukannya. Sampai akhirnya datanglah Malaikat Jibril menyampaikan
Ayat Iqro sebagai SK kenabian Nabi Muhammad SAW.

Suatu hari datanglah Malaikat Jibril kepada Nabi SAW menyampaikan salam Tuhan dan
bertanya, ”Manakan yang Engkau suka ya Muhammad, menjadi Nabi yang kaya akan harta
seperti Nabi Sulaiman atau menjadi Nabi yang miskin seperti Nabi Ayyub?”. Lalu beliau
menjawab, “Aku lebih suka sehari kenyang dan sehari lapar. Jika kenyang aku bersyukur pada
Tuhan. Jika lapar aku bersabar pada Tuhan”2 . berdasarkan cerita tersebut maka dalam dunia
kerohanian yang terpenting adalah terkaitnya hati dengan Tuhan, bukan kaya atau miskinnya
harta.

Nabi hidup sebagai sufi3 sebelum dan setelah jadi nabi. Segala aktifitas hidupnya, baik
kerja, kumpul istri, bercanda, sampai sholat semua diniatkan hanya untuk Tuhan. Nabi
memperkuat batinnya dengan jalan kerohanian, beliau mendidik sahabat-sahabatnya dengan
jalan kerohian pula. Di samping Masjid Madina didirikan ruangan khusus yang dinamakan
“suffah” (zawiya/pendopo) sebagai tempat tinggal dan didik ilmu agama, mereka hasil didikan
Nabi disebut Ahli Suffah. Mula-mula jumlahnya hanya 400 orang, lambat laun menjadi berlipat
ganda.4 Maka tidak heran dalam cerita sejarah Nabi, kelihatan keyakinan para Sahabat yang
sedemikian besar.

Hakekat Pengertian Tasawuf

Tashawwuf –dalam sintaksis Arab– merupakan mashdar (kata dasar) yang terbentuk dari
kata “shawwafa”, sehingga mempunyai arti ‘memakai shuuf (wol)’. Maka orang yang
mencurahkan kehidupannya untuk tasawuf disebut sufi5

Harun Nasution pernah menulis6 kata sufi dan tasawuf dikaitkan dengan kata-kata Arab
yang mengandung arti suci. Penulis-penulisnya banyak mengaitkan dengan kata:

2
Mustafa Zuhri. 1998, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, Bina Ilmu, hal 30
3
Kata sufi dan tasawuf akan dijelaskan nanti dihalaman selanjutnya.
4
Pengantar Ilmu Tarekat oleh H Abubakar Aceh
5
KH. Said Aqil Sirajd, Jurnal khas Tasawuf nomor 7 tahun I, hal 45-46
6
Harun Nasution, makalah beliau didapat dari Paguyupan Tasawuf Indonesia, postingan Luke Skywalker 22 April
1999 yang dikutip dari: Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah, Paramadina.

-2-
1. Safa dalam arti suci dan Sufi adalah orang yang disucikan. Dan memang, kaum sufi
banyak berusaha menyucikan diri mereka melalui banyak melaksanakan ibadat,
terutama sholat dan puasa.
2. Saf (baris). Yang dimaksud saf disini ialah baris pertama dalam sholat dimesjid. Saf
pertamaditempati oleh orang-orang yang cepat datang ke mesjid dan banyak membaca
ayat-ayat Al Quran dan berdzikir sebelum waktu sholat datang. Orang-orang seperti ini
adalah yang berusaha membersihkan diri dan dekat dengan Tuhan.
3. Ahl al-Suffah, yaitu para sahabat yang hijrah bersama Nabi ke Madinah dengan
meninggalkan harta kekayaannya di Mekkah. Di Madinah mereka hidup sebagai orang
miskin, tinggal di Mesjid Nabi dan tidur di atas bangku dengan memakai suffah (pelana)
sebagai bantal. Ahl al-Suffah, sungguhpun tak punya apa-apa, berhati baik serta mulia
dan tidak mementingkan dunia.
4. Sophos (bahasa Yunani yang masuk ke dalam filsafat Islam) yang berarti hikmah, dan
kaum sufi pula yang tahu hikmah. Pendapat ini banyak yang menolak, karena kata
sophos telah masuk ke dalam kata falsafat dalam bahasa Arab, dan ditulis dengan sin
bukan dengan shod yang seperti dalam kata tasawuf.
5. Suf (kain wol). Dalam sejarah tasawuf, kalau seseorang ingin memasuki jalan tasawuf,
ia harus meninggalkan pakaian mewah yang biasa dipakainya dan diganti dengan kain
wol kasar yang ditenun secara sederhana dari bulu domba. Pakaian ini melambangkan
kesederhanaan sera kemiskinan dan kejauhan dari dunia.

Jadi orang yang bertasawuf itu ialah orang yang mensucikan dirinya lahir batin dalam
suatu pendidikan etika (budi pekerti) dengan menempuh tiga tingkat, yaitu:
pertama : takhali, yakni mengosongkan diri dari sifat-sifat tercela dan maksiat lahir & maksiat
batin
kedua : tahali, yakni mengisi diri dengan sifat-sifat terpuji dengan taat lahir & taat batin.
Ketiga : tajalli, yakni merasakan rasa Ketuhanan yang sampai pada kenyataan Tuhan
dengan tata-cara (sistem) tersebut menjadilah suatu ilmu yang disebut Ilmu tasawuf.7

Tapi di jaman Nabi memang belum dikenal istilah tasawuf, sebagaimana belum dikenal
istilah fiqh, usuludin, kalam, dsb. Sebagaimana dalam suatu hadist diriwayatkan Imam Bukhori
dan Muslim8:

Satu waktu, Rosululloh sedang duduk bersama Umar ketika seorang pemuda yang tampan datang
entah dari mana, dan tidak ada tanda-tanda kelelahan pada dirinya.
Kemudian pemuda itu duduk di hadapan Rosululloh dan menempelkan lututnya ke lutut
Rosululloh.

Kemudian si pemuda bertanya,


"Ya Rosululloh, terangkan kepadaku, apa itu Islam"
Rosul Jawab,"Islam itu adalah kamu bersyahadat, sholat, puasa, zakat dan kamu menjalankan
ibadah haji"
si pemuda berkata,"Ya benar"
Umar heran, pemuda itu bertanya, dia pula yang membenarkan.
Kemudian pemuda itu bertanya lagi,
"Ya Rosululloh, terangkan kepadaku, apa itu Iman"
Rosul jawab,"iman itu ialah iman pada Alloh, pada malaikat-malaikatNya, pada kitab-kitabNya,
pada Nabi-nabinya, pada hari akhir dan iman pada adanya takdir baik dan takdir buruk"

7
Mustafa Zuhri. 1998, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, Bina Ilmu, hal 45
8
HR Imam Bukhori dan Muslim, Syarah Muslim I hal 157 – 160. Dalam memberi komentar Hadist ini, Imam
Bukhori mengatakan bahwa ketiga-tiganya, yaitu Islam, Iman dan Ihsan adalah Agama. (Kitab Hadist Bukhori I
Halaman 15)

-3-
si Pemuda berkata,"ya benar"
Umar sekali lagi heran, dia yang bertanya, mengapa dia pula yang membenarkan

Kemudian si Pemuda bertanya,


"Ya Rosululloh, terangkan kepadaku tentang Ihsan"
Rosul jawab,"Ihsan itu engkau beribadah seolah-olah engkau melihat Alloh, kalau tidak bisa,
maka engkau yakin bahwa Alloh melihat ibadahmu"
si pemuda berkata,"Ya benar"

Kemudian si pemuda bertanya lagi,


"Ya Rosululloh beritahukan kepadaku, kapankan datangnya hari kiamat itu"
Rosul jawab,
"Dia yang ditanya tidak lebih tahu dari dia yang bertanya"

Kemudian si pemuda itu pergi.


Dengan heran, Umar bertanya kepada Rosululloh,
"Ya Rosululloh, siapakah pemuda itu tadi ? mengapakah ia bertanya,tapi ia pula yang
membenarkan ?"
Rosul jawab,
"Dia adalah Jibril, yang memberikan pengajaran tentang Islam kepadamu"

Dari hadits di atas itulah, kemudian dari rukun Islam berkembanglah ilmu Fiqih, dari rukun Iman
berkembanglah ilmu ushuludin, dan dari ihsan berkembanglah ilmu tasawuf.
Ihsan sasarannya adalah akhlak, budi pekerti, kebatinan yang bersih, bagaimana
menghadapi Tuhan, bagaimana membuang kotoran yang menghalangi terhubungnya hati dengan
Tuhan, bagaimana Takhalli, Tahalli dan Tajalli.9 Sebagaimana Imam Ghazali pernah
mengemukakan bahwa hakikat tasawuf adalah ilmu dan amal yang menghasilkan budi pekerti
luhur, bukan ungkapan-ungkapan belaka.

Tarekat dan Seluk beluknya

Tarekat berasal dari kata Thoriqoh, yang berarti “jalan”. Dalam Ilmu Tasawuf, arti
tarekat itu ialah jalan atau petunjuk dalam melakukan ibadah sesuai ajaran yang dicontohkan
Nabi Muhammad SAW dan dikerjakan para sahabat-sahabatnya, para tabiin dan tabiit-tabiin
turun-temurun sampai pada guru-guru/ulama-ulama sambung-menyambung dan rantai-berantai
sampai pada masa kita ini.10

Demikianlah para sufiyah membuat sistem tarekat, mengadakan latihan-latihan jiwa,


semata-mata hanya karena ingin mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Tuhan. “Wa nahnu
aqrobu ilaihi min hablil wariid” dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya. Firman
Tuhan dalam Surat Qoof: 16. Adapun jalan untuk menemukan Tuhan secara konsep terdiri atas
dua usaha: 11
1. Mulazamatu dzikri, yaitu terus menerus berada dalam dzikir atau ingat Tuhan
2. Mukholafa, yaitu terus menerus menghindarkan diri dari segala sesuatu yang dapat
melupakan Tuhan
Keadaan ini dinamakan pendekatan diri kepada Alloh dan Alloh pun dekat padanya.

9
KH Siradjuddin Abbas, 40 Masalah Agama jilid III bab Tasawuf, hal 45
10
Pengantar Ilmu Tarekat oleh H Abubakar Aceh.
11
Mustafa Zuhri. 1998, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, Bina Ilmu, hal 58

-4-
Tapi ibarat seorang pengelana yang tidak tahu jalan, apabila ia ingin berjalan untuk
bertemu dengan Tuhan, maka ia harus bertanya pada ahlinya. Orang yang mengerti tentang jalan
menuju Tuhan. Orang yang sudah berproses menemukan Tuhan dan mampu menunjukkan jalan
menuju-Nya. Mereka ialah orang yang sudah dipilih oleh Tuhan sendiri. Pengelana yang ingin
menuju Tuhan itu disebut murid, dan petunjuk jalan itu disebut mursyid. Perjalanannya
dinamakan perjalanan rohani. Dalam tarekat dikenal baiat. Yaitu proses perjanjian murid kepada
Tuhan dengan notaris mursyid untuk mengamalkan pelajaran rohani untuk mencapai-Nya.
Dalam bahasa lain, proses baiat adalah proses instalasi software agar kontak dengan
Pembuatnya, Tuhan.

Ajaran yang dilakukan dalam baiat adalah ajaran proses dzikir secara khusus. Alkisah
ketika Nabi Muhammad SAW turun dari mi’roj pada Tuhan, beliau membawa tiga oleh-oleh
ilmu. Pertama adalah ilmu untuk orang umum, kedua adalah ilmu untuk orang khusus, dan ketiga
adalah ilmu sangat khusus.
Ilmu pertama adalah ilmu yang disampaikan kepada seluruh umat Nabi SAW. Siapa saja
boleh mempelajari dan mengamalkannya.
Ilmu kedua ilmu untuk orang khusus, pertama kali disampaikan rahasia dzikir Ismu Dzat
kepada Abu Bakar Shiddiq dan rahasianya dzikir Nafi Isbats kepada Sayyidina Ali. Ini adalah ilmu
untuk perjalanan rohani menuju Tuhan. Dari mereka berdua berkembanglah silsilah ajaran
tarekat-tarekat.
Ilmu ketiga adalah ilmu sangat khusus untuk pribadi Nabi Muhammad SAW. 12
Tapi kemudian timbul pertanyaan. Lho koq ada perbedaan ilmu yang harus disampaikan?
Bukankah Nabi Muhammad itu Nabi untuk seluruh alam?

Analoginya begini, misalkan pelajaran berhitung SD, plus dan minus. Mereka meyakini
bahwa 1+1 pasti = 2. Tapi bagi SMP tidak sama, 1+1 sama dengan 10. pendekatan mereka
berbeda. SD menggunakan sistem desimal, sedang SMP sistem biner. Dan Bagi SMA akan
belajar integral, turunan dsb. Kalau integral diajarkan di SD, maka akan menimbulkan
kebingungan. Demikian pula masalah agama. Nabi menyampaikan ajaran agama pada semua
manusia. Tapi diantara manusia-manusia itu ada yang “pandai”, sehingga diturunkan pelajaran
khusus bagi orang yang mencukupi “wadahnya” saat itu. Dari golongan yang “pandai” itu
muncul yang lebih “pandai”, sehingga golongan ini perlu ilmunya ditingkatkan, sehingga
pelajaran khusus lagi. Dan seterusnya. Sampai tersaringlah 4 sahabat, Abu Bakar, Umar,
Ustman, dan Ali. Merekalah yang menerima sebagian besar ilmu dari Nabi Muhammad. Dari
keempatnya, pintunya melalui Ali, karena beliaulah yang terakhir masanya. Turun ilmu
Keislaman itu pada dua putranya, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain. Kemudian dari
mereka berdua ini muridnya sangat banyak, ada yang menojol berkembang disuatu daerah dan
kemudian memiliki murid, muridnya punya murid dan seterusnya. Munculah nama tarekat yang
bermacam-macam. Syekh Abdul Qodir Jailani karena terkenal karomahnya, maka nama beliau
dipakai untuk menamakan ajarannya oleh murid-murid selepas beliau, Tarekat Qodiriyah
(diambil dari nama Abdul Qodir). Murid Syekh Yazid Al Bustami dari daerah Kholwati,
menjadikan timbul tarekat kholwatiyah. Dan seterusnya, dan seterusnya.13

Umumnya sebuah tarekat diakui kebenarannya dan kebesarannya dengan patokan sebagai
berikut:
a. Dasarnya Al Quran dan Hadist
b. Biasanya, jalur silsilahnya sampai pada Nabi Muhammad SAW
c. Adanya suluk atau tahapan-tahapan
Apabila ada tarekat yang bertentangan dengan Quran dan Hadist, maka wajib untuk ditolak.
Sekalipun silsilah ajarannya sampai ke Nabi SAW dan memiliki suluk-suluk.

12
Hadist, dan Sumber Lisan
13
Huttaqi, 44 Thoriqot di 12 Negara Dunia [3], www.huttaqi.org

-5-
Berikut adalah contoh silsilah tarekat dalam kitab "Tanwirul Qulub Fi Mu'amalati 'allamil
Ghuyub" karangan Syaih Muhammad Amin Kurdi Al Arbili, pada bab "Faslun Fi Adaabil Murid
Ma'a Ikhwanihi" halaman 539 disebutkan demikian:

"Ketahuilah bahwa sesungguhnya julukannya silsilah itu berbeda-beda, disebabkan


perbedaannya kurun waktu, silsilah dari sahabat Abu Bakar Shiddiq R.A sampai kepada syaih
Thoifur bin Isa Abi Yazied Al Busthomi dinamakan Shiddiqiyyah."

1. Alloh Ta'ala
2. Jibril 'alaihi Salam.
3. Muhammad Rosululloh SAW.
4. Abu Bakar Ash-Shiddiq R.A.
5. Salman Al Farisi R.A.
6. Qosim Bin Muhammad bin Abu Bakar Ash-Shiddiq R.A.
7. Imam Ja'far Shodiq Siwa Sayyidina Qosim bin Muhammad bin Abi Bakar Ash-Shiddiq
R.A. (Silsilah ini dinamakan Thoriqoh Shiddiqiyyah)
8. Syaikh Abi Yasid Thifur bin Isa bin Adam bin Sarusyan Al Busthomi.
9. Syaikh Abil Hasan Ali bin Abi Ja'far Al Khorqoni.
10. Syaikh Abi Ali Al Fadlol bin Muhammad Ath Thusi Al Farmadi.
11. Syaikh Abi Ya'qub Yusuf Al Hamdani. ( Thoriqoh At Thoifuriyyah).
12. Syaikh Abdul Kholiq Al-Ghojduwani Ibnul Imam Abdul Jalil.
13. Syaikh 'Arif Arriwikari.
14. Syaikh Mahmud Al-Anjari Faghnawi.
15. Syaikh Ali Ar Rumaitani Al Mansyur Bil'Azizaani.
16. Syaikh Muhammad Baabas Samaasi.
17. Syaikh Amir Kullaali Ibnu Sayyid Hamzah, ( Thoriqoh Al Khuwaajikaaniyyah).
18. Syaikh Muhammad Baha'uddin An-Naqsyabandi bin Muhammad bin Muhammad Syarif
Al-Husain Al-Ausi Al-Bukhori.
19. Syaikh Muhammad bin 'Alaaiddin Al Athori.
20. Syaikh Ya'qub Al Jarkhi, ( Dinamakan Thoriqoh An-Naqsyabandiyyah).
21. Syaikh Nashiruddin Ubaidillah Al-Ahror As-Samarqondi bin Mahmud bin Syihabuddin.
22. Syaikh Muhammad Azzaahid.
23. Syaikh Darwis Muhammad As-Samarqondi.
24. Syaikh Muhammad Al-Khowaajaki Al-Amkani As Samarqondi.
25. Asy-Syaikh Muhammad Albaaqi Billah, (Disebut Thoriqoh Ahroriyyah).
26. Asy-Syaikh Ahmad Al Faruqi As-Sirhindi.
27. Asy-Syaikh Muhammad Ma'shum.
28. Asy-Syaikh Muhammad Syaifuddien.
29. Asy-Syaikh Muhammad Nurul Badwani.
30. Asy-Syaikh Habibulloh Jaanijanaani Munthohir.
31. Asy-Syaikh Abdillah Addahlawi, ( Thoriqoh Mujaddadiyyah).
32. Asy-Syaikh Kholid Dliyaa'uddien.
33. Asy-Syaikh Utsman Sirojul Millah.
34. Asy-Syaikh Umar Al-Qothbul Irsyad.
35. Asy-Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi Al-Irbil, ( Thoriqoh Kholidiyyah).

Maka bagi peminat tasawuf seharusnya paham bahwa ilmu tasawuf tidak bisa hanya
dipelajari lewat buku-buku, diskusi maupun dialog. Seperti belajar berenang tidak akan bisa
berenang hanya dengan baca buku, diskusi dan dialog, tanpa praktek Melainkan harus mulai
memilih tarekat yang cocok dengan dirinya dan mengamalkan “metode” itu untuk sampai pada
Tuhan. “Tak Kan Tahu Rasa Cinta Sebelum Seseorang Jatuh Cinta”

-6-
Masuknya Tasawuf di Indonesia

Terjadi silang pendapat dikalangan ahli sejarah kapan tepatnya pertama kali tasawuf
masuk ke Indonesia. Hasil Muktamar Tasawuf di Perkalongan 1960 dan yang dihadiri sejumlah
pejabat menegaskan bahwa tarekat masuk ke Indonesia pertama kali pada abab ke-1H/7M.14 Jadi
bersamaan dengan periode sahabat Nabi. Diperkirakan masuk pertama kali dibawa oleh pada
pedagang Islam dalam rangka perdagangan dan berda’wah. Sebenarnya dipertanyakan juga hasil
keputusan Muktamar Tasawuf itu, lantaran istilah tasawuf baru dikenal pada abab ke-3H. Yang
tepat masuknya gerakan zuhud pada abab ke-1 dan ke-2H, setelah itu baru dikenal istilah
tasawuf, sedang pembentukan tarekat-tarekat dan pelembagaannya baru dimulai pada akhir abad
ke-6H.15 Maka yang lebih tepat bila dikatakan yang masuk pada abab ke-1H adalah Agama
Islam yang “berjiwa tasawuf”.16

Pembangunan Pesantren sebelum Penjajahan di Indonesia, khususnya pulau Jawa

Belanda mulai menjajah di Indonesia tahun 1595, sebelum mereka masuk pembangunan
pesantren telah eksis. Sehingga pada saat itu pesantren berdiri akibat keinginan untuk
memperdalam ajaran-ajaran Islam, khususnya tasawuf, karena para Syekh pimpinan pesantren
itu bercorak tasawuf. Berikut sekilas beberapa pesantren:
Jawa Timur
1. Syekh Malik Ibrohim Rohimahullah, membangun masjid dan pesantren pertamanya di
desa Pasucenan, kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, kira-kira pada tahun 138917
2. Maulana Ali Rohmatullah (Ghofil) Rohimahulloh, datang dari kamboja ke tanah Jawa,
kira-kira tahun 1428 (804H). Membangun masjid dan pesantren di Ampel, Surabaya.18
Jawa Barat
1. Pada tahun 1300, berdiri pesantren namanya “Kura” mungkin “Quro”, kerawang, yang
dipimpin Syekh Hasanuddin bin Syekh Yusuf As Shiddiq, ulama pendatang dari negeri
Campa.19
2. Sementara itu telah datang rombongan dari Baghdad, 12 orang. Sepuluh laki-laki dan dua
perempuan. Dipimpin Syekh Datul Kahfi alias Syekh Idhofi alias Syekh Nurul Jati.
Membangun pesantren di Gunung Jati. Pada Tahun 1442, putra-putri Prabu Siliwangi
belajar di Pesantrennya Syekh Nurul Jati selama 3 tahun.20
Maka dapat disimpulkan ketika para penda’wah Islam masuk ke Indonesia maka dampak
pertama adalah dunia pendidikan.
Para Wali Songo, tidak memberitahu kepada masyarakat nama dari tarekat mereka.
Sebagian para ahli berpendapat Wali Songo tarekatnya adalah Al-Alawiyah, berdasarkan leluhur
mereka, Syekh Al Imam Abdullah ibn Al Imam Ahmad Al Muhajir adalah pencetus tarekat Al
Alawiyah.21 Tapi sumber lisan menyebutkan bahwa tuntunan amal tarekat Wali Songo
dikumpulkan oleh Sultan Ageng Tirtayasa, dan disebut tarekat Akhmaliyah.

14
Alwi Shihab, Islam Sufistik, Mizan,2001, hal 14
15
Ibid. hal 16
16
Dikatakan “berjiwa tasawuf” karena sekarang muncul fenomena beragama Islam yang sangat plural, mereka
menamai golongannya (ataupun dinamai) mulai dari Islam moderat, Islam liberal. Islam kiri, Islam militan, Islam
fundamentalis, yang semuanya merujuk pada karakter dan strategi da’wah Islam golongannya.
17
Sejarah dan Da’wah Islamiyah Sunan Ampel, hal 36
18
Sejarah dan Da’wah Islamiyah Sunan Giri, hal 51
19
Sejarah Cirebon, hal 10
20
ibid, hal 14
21
Alwi Shihab, Islam Sufistik, Mizan,2001, hal 19

-7-
Tasawuf Sebagai Da’wah dan Legitimasi PSolitik

Dalam proses Islamisasi kerajaan-kerajaan Nusantara, tasawuf dan tarekat memegang


peranan penting. Walaupun dalam proses itu ajaran-ajaran tasawuf diubah. Misalkan teori
tasawuf tentang kewalian, insanul kamil. Diadopsi oleh kerajaan, sehingga banyak raja-raja
dahulu mengklaim diri sebagai wali. Dengan demikian konsep-konsep tasawuf digunakan
sebagai legitimasi kekuasaan raja.22

Moh Dahlan Mansur mengatakan23 bahwa kerajaan-kerajaan Islam yang berada di Jawa
maupun Maluku yang akan berdiri harus memerlukan pengesahan terlebih dahulu ke Sunan Giri,
terutama kalau akan menobatkan seorang Raja atau Sultan. Sebagaimana kita ketahui bahwa ada
semacam pemerintahan “tidak resmi” di daerah Giri, karena pada saat itu Giri adalah pusat
gerakan keagamaan, dimana yang menguasai Giri adalah para ulama. Setelah Sunan Ampel
wafat “kekuasaan” Giri menjadi lebih besar, karena antara Giri dan Ampel bergabung menjadi
satu24. “Pemerintahan” ini berlangsung sekitar 200 tahun, sampai akhirnya dibumi-hanguskan
oleh Sunan Amangkurat II yang bersekongkol dengan kompeni Belanda.

Orang-orang nusantara dulu juga sangat menaruh perhatian terhadap ilmu-ilmu kesaktian,
kekebalan. Dapat dimengerti kemudian mereka menganggap tarekat adalah cara baru
mengembangkan kesaktian mereka, apalagi setelah merasakan “kekuatan” amalan tarekat yang
dialih fungsikan menjadi praktek kesaktian. Sampai sekarang sulit dibedakan antara tasawuf dan
magis. Banyak aliran kanuragan dan perdukunan yang menggunakan amalan tarekat.25 Para Raja
dan Bangsawan meningkatkan kharisma untuk kekuasaannya melalui kekuatan magis itu,
disamping keberkahan Syaikh Tarekat agar negeri selalu dalam keadaan sentosa. Tentu saja,
tarekat tidak bisa diidentikkan dengan kegiatan magis semacam itu. Dalam sejarah Islam Syaikh-
Syaikh seperti: Syekh Isma’il Minangkabawi, khalifah Naqsabandiyah dari Mekkah, kembali ke
Nusantara (1850) dan menjadi guru serta penasehat raja muda Riau; Syekh Abdullah Al Zawawi
putra Mursyid Naqsabandiyah Makkah Syeh Muhammad Shalih Zawawi pernah tinggal di
pontianak, menyebarkan ajarannya. Semuanya pada zamannya merupakan Syaikh-Syaikh
pemurni agama.26 Tuntunan masyarakatlah yang menyebabkan amalan-amalan tarekat
diterapkan praktis disana, seperti perlawanan terhadap penjajah.

Tasawuf dan Peranan Terhadap Perlawanan Penjajah

Sebuah dalil kecintaan orang-orang ahli tasawuf terhadap tanah air ialah, dengan di akui
dan tanamkan dalam hatinya hadist Nabi, Hubbul Wathoni Minal Iman, cinta tanah air sebagian
dari iman. Hal ini yang menyebabkan orang-oang tasawuf tidak bisa menerima ketika tanah
airnya dijajah oleh siapapun. Sehingga perlawanan terhadap penjajah, baik pra maupun paska
kemerdekaan, sponsor utamanya adalah orang tasawuf. Berikut sekilas peperangan yang terjadi
di Indonesia generasi ke generasi yang dapat direkam penulis:

1. Tahun 1512, Pati Unus berperang melawan Portugis di Malaka. Bertujuan untuk
mengusir Portugis agar hengkang dari tanah Malaka.
2. Tahun 1522, Maulana Fattahillah mengusir Portugis di Sunda Kelapa.

22
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, Mizan,1995, hal 337
23
Moh. Dahlan Mansur, Kita dan Dunia, Jilid I halaman 80 (th 1966)
24
Umar Hasyim, Mencari Ulama Pewaris Nabi, Bina Ilmu, halaman 222.
25
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, Mizan,1995. Hal 337
26
Ibid, hal 336-338

-8-
3. Tahun 1570, Sultan Khairun berperang melawan Portugis yang dikhianati Portugis dalam
perjamuan perdamaian, kemudian Sultan Babullah Ternate melanjutkan perjuangannya.
4. Tahun 1613, Sultan Agung (Banten) menyerang Belanda di Jakarta.
5. Tahun 1635, Sultan Iskandar Muda perang melawan Belanda di Aceh.
6. Tahun 1650 Sultan Abdul Fattah Tirtoyoso dan Syaikh Yusuf Tajul Kholwati, Ulama
Makasar yang terkenal sampai keluar negeri, perang melawan Belanda di Banten.
7. Tahun 1656, Sultan Hasanuddin (Makasar) perang melawan Belanda.
8. Tahun 1676, Tarunojoyo murid dari Giri Kedaton berperang melawan Belanda.
9. Tahun 1685, Untung Suropati bersama Kyai Embun perang melawan Belanda.
10. Tahun 1746, Pangeran Mangkubumi perang melawan Belanda.
11. Tahun 1811, Sultan Badruddin Palembang perang melawan Belanda
12. Tahun 1825, Pangeran Diponegoro dan Kyai Mojo perang melawan Belanda.
13. Tahun 1841, Sultan Thoha Jamin perang melawan Belanda.
14. Tahun 1860, Pangeran Ontosari perang melawan Belanda di Kalimantan.
15. Tahun 1873, Teuku Umar, Teuku Cik Ditiro, Cut Nyak Dien perang melawan Belanda di
Aceh
16. Tahun 1888, Dua orang Kyai, Haji Wasith dan Tubagus Haji Ismail memimpin perang
melawan Belanda, dan pertempurannya dikenal dengan “Perlawanan Cilegon”
17. Tahun 1903, Syaikh Hasan Mukmin perang melawan Belanda di Sidoarjo.
18. Tahun 1908, Dr Soetomo mendirikan Budi Oetomo. Beliau berkeyakinan bangkitnya
bangsa harus melalui pendidikan. Banyak pemikiran beliau yang dipengaruhi Ibnu Arobi,
seorang ulama besar tasawuf.
19. Tahun 1911, Syariat Islam berdiri. Awalnya hanya untuk mewadahi aktifitas
perdagangan orang Islam. Lambat laun menjadi organisasi perjuangan bersifat politik.
20. Tahun 1912, KH Ahmad Dahlan seorang ulama tasawuf mendirikan organisasi sosial
Muhammadiyah yang bergerak terutama dalam pendidikan. Berawal dari konsepsi Nur
Muhammad. Prakteknya organisasi ini ternyata banyak menyokong perjuangan melawan
penjajah dalam segala bidang.
21. Tahun 1926, KH Hasyim Asyari mendirikan organisasi Nahdatul Ulama yang menaungi
pendidikan pesantren yang tradisional serta dalam rangka melindungi tradisi budaya
Islam lokal dan gerakan wahabiyah di Arab. Prakteknya banyak fatwa beliau yang
merugikan penjajah.

Dan masih banyak lagi. Coraknya berubah, sekitar tahun 1900-merdeka perjuangan mulai
terorganisir secara lembaga melalui jalur pendidikan dan politik, bukan lagi perang secara fisik.
Perlawanan penjajah terhadap mereka semua menghabiskan usaha, harta dan tenaga yang
banyak. Karena umumnya orang-orang tasawuf militan, dan karomahnya terlihat. Ini yang
membuat para penjajah akhirnya berupaya memenangkan peperangan dengan politik adu domba,
harta, dan penghancuran Islam dari dalam (Snouck Hurgronje). Lalu tersebarlah isu bahwa orang
tasawuf itu dukun, suka mainan jin, kalau masuk tasawuf gila, malas bekerja, bid’ah yang sesat.
Isu itu menyebar sampai sekarang. Politik adu domba terbukti adalah upaya yang jitu untuk
menghancurkan upaya perlawanan terhadap penjajah. Sehingga hancurnya kekuatan orang-orang
tasawuf lebih banyak disebabkan dari dalam, merosotnya pemahaman ketasawufan dan
tumbuhnya kecintaan pada dunia yang berlebihan.27
Menurut seorang ahli sejarah, Lothrop Stoddard28, kesadaran Pan Islamisma yang teratur
dimulai sejak pertengahan abad ke xix. Gerakan itu mempunyai dua asas berpijak, yaitu
thoriqoh-thoriqoh keagamaan bentuk baru seperti Thoriqoh Sanusi, dan da’wah yang dijalankan
oleh golongan pemikir yang diketuai oleh Jamaluddin Afgoni. Kita ketahui, ada tiga orang pokok
pelopor pembaharuan pemikiran Islam. Sayyid Jamaluddin Afgoni, Muhammad Abduh dan

27
Sumber Lisan Mursyid Thoriqoh
28
Lothrop Stoddard, Dunia Baru Islam, halaman 52

-9-
Rasyid Ridlo. Jamaluddin Alafgoni menurut Prof Farid Wajdi Bey29 adalah masih bersambung
nasab dengan ahli Hadist Turmudzi dan naik kepada Sayyidina Ali bin Abi Tholib. Menurut
Mohammad Abduh, Jamaluddin Afgoni condong pada madzhabnya Ahli Tasawuf. Ketiga orang
itu pemikirannya tentang pembaharuan menjadi inspirasi bagi beberapa tokoh besar negeri ini,
misalnya KH Ahmad Dahlan. Pada hakekatnya kedua golongan diatas bersumber dari aliran
Tasawuf.

Pengaruh Tasawuf dalam Proklamasi Indonesia

Cindy Adams pernah menulis30, ketika rumah Bung Karno dimasuki para pemuda malam
tanggal 15 Agustus 1945 dan suasana sudah agak tenang Bung Karno berkata, “yang paling
penting di dalam peperangan dan revolusi adalah saatnya yang tepat. Di Saigon saya sudah
merencanakan seluruh pekerjaan ini untuk dijalankan tanggal 17”
“Mengapa justru diambil tanggal 17, mengapa tidak sekarang saja, atau tanggal 16?”, tanya
Sukarni.
“Saya seorang yang percaya pada mistik. Saya tidak dapat menerangkan secara pertimbangan
akal mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan bagiku. Akan tetapi saya merasakan di dalam
kalbuku bahwa dua hari lagi adalah saat yang terbaik.
Angka 17 adalah angka keramat. 17 adalah angka suci. Pertama-tama, kita sedang berada
dalam bulan Ramadlon, waktu kita semua puasa. Bukankah begitu?”
“Ya”.
“Ini berarti saat yang paling suci bagi kita. Bukankah begitu?”
“Ya”
“Hari hari Jumat ini Jumat Legi. Jumat yang berbahagia. Jumat Suci. Dan Hari Jumat adalah
tanggal 17. Al Quran diturunkan tanggal 17. Orang Islam sembayang 17 rokaat sehari
Mengapa Nabi Muhammad memerintahkan 17 rokaat, mengapa tidak 10 atau 20 saja? Oleh
karena kesuciaan angka 17 bukanlah buatan manusia
Pada waktu saya mendengar berita penyerahan Jepang, saya berpikir bahwa kita harus segera
memproklamirkan kemerdekaan. Kemudian saya menyadari, adalah kemauan Tuhan peristiwa
ini akan jatuh di Hari-Nya yang keramat. Proklamasi akan di umumkan tanggal 17. Revolusi
menyusul sesudahnya.”

Dari keterangan diatas dapat kita simpulkan, proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia
diproklamirkan tanggal 17. Pilihan tanggal itu adalah pilihan yang tidak menurut pertimbangan
akal, tetapi menurut perasaan. Yang perasaan itu didasarkan pada:
1. Bulan Romadlon
2. Puasa Bulan Romadlon
3. Nuzul Quran tanggal 17
4. Sholat Fardlu 17 rokaat
5. Yaumul Jumat.
Lima macam hal tersebut berasal dari ajaran agama Islam. Dan kekuatan mistis –daya
terkabulnya doa– dari lima hal tersebut, hanya dapat diakses lewat amaliyah tasawuf. Bung
Karno adalah orang tasawuf. Sebagaimana Bung Hatta juga orang tasawuf, konon ia salah satu
penganut tarekat naqsabandiyah di Sumatra.

Bukti selanjutnya bahwa kemerdekaan Indonesia kental dengan nuansa tasawuf dapat
dilihat pada pembukaan UUD 45 alinea satu; “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah hak
segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak
sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan”. Maka jelaslah yang harus dihapus dari dunia itu

29
Prof Farid Wajdi Bey, Daerotul Ma’arif, jilid III halaman 163.
30
Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, bab 24

- 10 -
bukanlah manusianya, bukan bangsa, bukan warna kulit, bukan pemerintah, akan tetapi
penjajahan. Penjajahan itu bukanlah bentuk tetapi sifat nafsu serakah, nafsu dlolim yang ingin
menguasai kekuasaan orang lain, menguasai tanah air orang lain.

Pada alinea ketiga UUD 45 ditulis, “Atas Berkat Rahmat Alloh”. Pembukaan UUD 45 ini
asalnya dari Piagam Jakarta yang disusun 9 orang panitia kecil yang menandatangani pada 22
Juni 1945. Ada 3 Ulama besar Indonesia dalam susunan panitia kecil tersebut. K Abdul Kahar
Mudzakkir (Muhammadiyah), K Abd Wachid Hasyim (Nahdatul Ulama), KH Agus Salim
(Syarikat Islam). Mereka adalah orang tasawuf. Arti dari “Atas Berkat Rahmat Alloh”, adalah
makna kalimat bismillahirrohmanirrohim.

Pengaruh Tasawuf pada Kehidupan Sosial pasca kemerdekaan

Banyak pengaruh positif tasawuf pada kehidupan sosial. Untuk memudahkan, pengaruh
dari beberapa tarekat untuk masayarakat akan disebutkan, berikut yang berhasil direkam Alwi
Shihab31:
1. Tarekat Naqsyabandiyah yang berpusat di Rejoso Jombang, mendirikan program
pendidikan dari Ibtidaiyah sampai Universitas Islam yang diberi nama Darul Ulum.
2. Markas tarekat Syatoriyah yang didirikan pada 1880 dan meluas pada 1967 di bawah
asuhan Syaikh H Imam Mursyid. Markas ini memiliki 22 sekolah Ibtidaiyah, 7 sekolah
tsanawiyah, dan 2 sekolah Alkiyah. Istimewanya markas ini merangkul orang-orang yang
terlibat gerakan komunis yang telah dibebeaskan.
3. Markas tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyah di Kudus, pimpinan Syekh Arwani Amin.
Beliau dikenal dengan kedalaman ilmu qiro’at, menerima ijazah dari gurunya, Syaikh
Munawar, yang kemudian menulis kitab faidh al barokat. Kegiatan di markasnya ilah
menghafal Quran dan belajar ilmu qiro’at, membaca dan memahami buku-buku tasawuf
serta menjalankan khalwat bagi tidak kurang dari 10000 pengikutnya.
4. Markas tarekat Qodariyah wa Naqsyabanduyah Nahdliyah di Demak. Pimpinan Syaikh
Mushlih bin Abdul Rahman. Markas mengadaklan pengajaran yang meliputi semua
jenjang pendidikan di samping Fakultas Syari’at Universitas NU di Solo
5. Tarekat Qodariyah wa Naqsyabandiyah Suralaya, pimpinan Abah Anom. Memiliki
reputasi tinggi terutama dalam memberikan pengobatan bagi korban narkotik, disamping
kegiatan sosial lainnya.
6. Tarekat Idrisiyah di Tasyikmalaya. Jumalah jamaahnya + 25000 orang. Ciri khasnya baju
putih bagi lelaki memanjangkan janggut dan bercadar bagi perempuannya. Kegiatan
pengobatan narkotik, ceramah dan wirid bagi orang umum.
7. Tarekat Naqsabandiyah di langkat, Sumatra. Pimpinan Syaikh Abdul Wahab Rokan Al
Khalidi Al Naqsabandi. Membuka hutan untuk mendirikan Desa Bab Salam di Langkat.

Masih banyak sebenarnya kegiatan tarekat yang tidak terekam Alwi Shihab. Ini menunjukkan
tarekat sebagai metode belajar tasawuf eksis dan berperanan besar dalam kehidupan bangsa.

Penutup
Tarekat-tarekat berkembang pesat di Indonesia beberapa tahun terakhir ini baik di
perkotaan maupun pedesaan. Salah satu faktor penyebabnya adalah perubahan sosial yang
terjadi, dimana proses modernisasi diiringi pula dengan memudarnya ikatan sosial tradisional,

31
Alwi Shihab, Islam Sufistik, Mizan, 2001, hal 228-230

- 11 -
yang menimbulkan kekosongan emosional dan moral. Tarekat dan aliran mistis lainnya telah
mampu memenuhi kekosongan tersebut.32
Tasawuf adalah ilmu yang bersifat kerokhanian, mengisi jiwa. Tidak heran ketika
tasawuf diamalkan secara mendalam oleh suatu kaum, maka kaum itu menjadi bangkit, baik dari
sisi keimanan maupun kemanusiaannya. Tetapi apabila sudah ditikung oleh paham material dan
degradasi pemahaman tasawuf, maka kerusakan pasti jelas. Contohnya terdapat pada Ulama-
ulama besar tasawuf yang sampai kini namanya tak luput oleh jaman. Mungkin tidak begitu naif
jika perjuangan bangsa Indonesia kini harus kembali melalui jalur tasawuf, sebagaimana yang
telah banyak dicontohkan pendahulunya. Pemahaman tasawuf yang benar akan bisa
meningkatkan posisi Indonesia menjadi semakin baik. Karena perjuangan lewat jalan apapun,
apabila ruhnya sudah Bercahaya, maka akan memancarkan hikmah yang besar. Sebagaimana
hadist Nabi bahwa dalam diri manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik, maka
baiklah seluruh amalnya, apabila daging itu busuk, maka buruklah semua amalnya. Daging itu
adalah hati.

32
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, Mizan,1995, hal 348

- 12 -

Anda mungkin juga menyukai