B. Sinopsis Buku
Sudah tak asing rasanya kata tasawuf dalam benak kita semua. Kadang-kadang
Tasawuf dimaknai dengan tempat pulang orang yang telah payah berjalan, tempat lari
orang yang terdesak, penguat pribadi orang yang lemah dan tempat berpijak orang yang
kehilangan tempat berpijak.
Namun apa sesunguhnya tasawuf itu?, sudahkah pemahaman kita sesuai dengan
sebagaimana mestinya?, Dalam buku buah karya Buya Hamka ini yang diberi judul
Perkembangan & Pemurnian Tasawuf pertanyaan diatas dikupas dengan bahasa yang
ringan dan mudah dipahami. Mengawali pembahasannya dengan kerohanian. Sejatinya,
kerohanian telah dimulai sejak Nabi Muhammad SAW. Perangai mulia dari kepribadian
menjadi tauladan bagi semua umatnya. Sadarkah, di zaman yang sudah tak terpisahkan
dengan teknologi ini banyak hidup yang ditunjukan kepada kebendaan. Sementara benda
mengarah kepada perpecahan dan kerohanian menuju kesatuan. Hingga di suatu saat akan
tiba kesenangan perasaan, kemewahan dan nafsu menggapai kebendaan akan sirna.
Buku ini mengungkap, pemahaman bahwa pertumbuhan tasawuf Islam tidak
terpengaruh Hindu, Platonisme dan Nasrani. Secara gamblang dijelaskan berdasarkan
penyelidikan atas berbagai kemungkinan yang terjadi.
Tak tertinggal perkembangan pembahasan tasawuf dari masa Nabi Muhammad
SAW. hingga munculnya para sufi-sufi besar dengan membawa ajaran yang menjadi
keyakinannya. Semakin menambah pengetahuan dengan dipaparkannya perkembangan
tasawuf di ranah Persia hingga bumi pertiwi kita yakni Indonesia.
Buku ini penting dan cocok untuk pelajar setingkat MA, mahasiswa dan masyarakat
umum yang tertarik dalam mengenal lebih jauh makna tasawuf sesungguhnya dan sebagai
bahan referensi keagamaan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. PERTUMBUHAN HIDUP KEROHANIAN
Yang dimaksud dengan hidup kerohanian itu adalah perjuangan manusia dalam
dirinya sendiri dalam mencapai kesempurnaan. Menurut penyelidikan para ahli,
memang ada perjuangan yang amat hebat di antara keinginan dan kesucian dari
gangguan – gangguan hawa nafsu. Hidup dalam kerohanian adalah ikhtiyar
mengalahkan gangguan hawa nafsu sehingga tercapai kemajuan yang sempurna
yang dinamai insan kamil. Pengaruh kebendaan (maddi), selalu merusak hubungan
manusia dengan Tuhannya. Menurut seorang Ulama syari`ah menyatakan bahwa
kalimat Tauhid (kepercayaan kepada ke Esaan Tuhan) dengan sendirinya menimbulkan
Tauhid kalimat artinya kesatuan kalimat, kesatuan tujuan dari seluruh makhluq.
Lain dari itu yang dituju dalam hidup kerohanian ialah penuh keinsyafan akan
alam. Dengan menunjukan perhatian atas alam, nampaklah keindahan atas ciptaan sang
Khalik. Lantaran itu kian lama kian bertambah perhatian atas alam,sehingga timbul
`isyq (rindu). Maka fana`lah (tenggelam) diri kemanusiaan di dalam baqa`nya zat
ketuhanan. Dan insyaf lah diri itu akan kesatuannya dengan segala maujud dan timbulah
keyakinan serta hilang segala keraguan.
Apabila hidup kerohanian telah menjadi kerinduan, dengan sendirinya akan
mempunyai pandangan sendiri tentang arti kaya atau miskin. Lantaran itu orang-orang
yang masuk dalam hidup kerohanian ini, tidaklah beda antara memakai pakaian mahal
maupun pakaian murah. Mereka tetap wara` (tawadu`), sederhana, ta`abud
(berbakti), zuhud. Dan kehidupan yang seperti inilah yang telah dimulai oleh Nabi saw
dan para sahabat pilihan.
Alhasil hidup kerohanian itulah yang menjadi pokok pertama bagi orang muslimin
didalam memandang segala soal kehidupan, yang menyangkut urusan politik,
ekonomi, sosial, amal dan semua segi kehidupan yang selalu didasarkan pada
kehidupan rohani.
Beliau tidak lagi menjawab. Aisyah tahu bahwa ketika itu Nabi saw “sedang tidak dengan kita”.
Meskipun beliau termasuk yang diberi kelapangan rejeki, tidaklah kurang pengaruh
hidup kerohanian itu dalam jiwanya Dalam kesehariannya, beliau tidak pernah lepas
dari Alqur an, hingga beliau wafat dalam keadaan membaca alqur an
BAB IV
PENYELIDIKAN ATAS KEMUNGKINAN – KEMUNKINAN ITU
1. Pengaruh Hindi
Tidak ada hubungan kebuayaan antara bangsa Arab dengan bangsa India
baik sebelum Nabi saw lahir maupuin setelah Islam tersebar luas.
Tidak ditemukan pengaruh fikiran Nirwana budha atau Brahmana Hindu
dalam karya-karya sastra bangsa Arab baik sebelum Nabi saw lahir maupun
sesudahnya
Al Bairuni baru lahir kedunia dipertengahan yang akhir dari abad ke empat
hijriyah (351H – 440H atau 962- 1048M), sedangkan dalam masa empat abad
yang telah lalu itu tasawuf telah berkembang dalam masyarakat Islam dengan
luasnya.
2. Pengaruh Persia
Tokoh –tokoh tassawuf dari Persia seperti Ma`ruf Al Karachi dan Abu
Yazid Al Bustami hidup sesudah tiga atau empat abad setelah masa timbulnya
kerohanian Islam.
Hidup kerohanian atau tasawuf memang besar pengaruhnya dalam kalangan
kaum Persia, terutama kaum syi`ah. Kadang-kadang karena pengaruh politik,
menentang kekuasaan yang ada. Setengan dari kepercayaan kaum syi`ah itu
ialah mempercayai akan adanya Imam yang ghaib dan yang ditunggu
kedatangannya di dunia. Sebab mereka tidak mau mempercayai imam yang
hadir, sebab Imam itu bukanlah syi`ah.
Adanya kepercayaan Nur Muhammad karena mungkin karena pengaruh
ajaran Zoroaster dalam kitabnya Zindavesta atau mempercayai juga akan
kepercaan Nasrani tentang Kalaam, tetapi hal itu semua jauh dari kehidupan
zuhud yang di ajarkan dalam Alqur an dan Hadits.
3. Pengaruh filsafat Yunani
Semua buku sejarah tidak ada yang menyebutkan adanya pengaruh faham
filsafat Yunani di tanah Arab. Tidak ada satupun hadist Nabi saw yang menyebut
nama Socrates, Plato, Aristoteles atau Platonis.
Tentang nama Zulkarnain, dislam alqur an hanya disebut Zulkarnain saja
tanpa Iskandar. Dan menurut Maulana Abdul Kalam Azad bahwa nama
Zulkarnain adalah Maharaja Cyprus di Pesia, sedangkan Iskandar Zulkarnain
adalah Nabi Muhammad saw.
Pada masa Kholifah Almakmun terjadi kegiatan penterjemahan kitab-kitab
Yunani kedalam bahasa Arab, sehingga banyak berpengaruh pada pemikiran
filosof Islam, seperti Al farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, dan lain-lain. Tetapi para
filosof muslim ini hanya menjadikan filsafat Yunani sebagai bahan bukan
tujuan, dan dasar filsafat islam tetaplah filsafat sendiri dalam daerah keislaman.
Imam Ghozali telah membawa pulang kembali kepada sumber kehidupan
rohani yang asli pada abad ke lima yang berdasarkan alqur an, hadits dan
kehidupan para sahabat utama. Inilah bukti yang nyata bahwa kehidupan rohani
islam timbul dari telaganya sendiri bukan dari luar islam.
BAB V
PERMULAAN BERKEMBANGNYA HIDUP KEROHANIAN
A. NUSSAAK, ZUHHAAD DAN `UBAAD
Nussaak artinya orang-orang yang telah menyediakan dirinya untuk mengerjakan
ibadah kepada Allah swt.
Zuhhaad artinya tidak ingin kepada dunia, kemegahan, harta benda dan pangkat
1. Ikhlas yaitu yang suci murni, ibarat emas tidak ada campuran sedikit
pun
2. Muraqabah yaitu senantiasa mengintip dan mengintai dari dekat apa-
apa yang dilakukan menuju Tuhan
3. Muhasabah yaitu memperhitungkan keadaan diri sendiri, supaya
mendapat kelayakan disebut murid. Dihitung apa kekurangannya,
kelalaiannya, sehingga dengan demikian bertambah naiklah
maqamnya
4. Tajarrud yaitu melepaskan segala ikatan yang akan menghalangi diri
dalam menuju jalan kehidupan thariqoh, misalnya kemegahan dunia,
hawa nafsu, dll
5. `Isyq yaitu rindu pada sang kholiq yaitu Allah swt.
BAB VII
PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA
A. Pengaruh Tasawuf dan Perkembangannya
Perkembangan tasawuf di Indonesia sejalan dengan perkembangan faham Ahlus
sunnah waljama`ah. Khususnya madzab Imam Syafi`i yang masuk ke Indonesia.
Dalam sejarah perkembangan tasawuf di Indonesia pengaruh Imam Ghazali lebih
besar dari pada pengaruh Al Hallaj dan Asy Syi`i.
Didalam kitab “jami` karomatil Auliyaa” karangan Syaikh Yusuf bin Ismail An
Nabhany disebutkan, Al Yafi`i berguru kepada seorang syaikh yang besar dan agung
yang berasal dari Indonesia, bernama Abu Abdillah Mas`ud bin Abdillah Al
Jawy. Dan berdasar kan keterangan perihal ibnu bathuthah, syaikh Al jawy hidup di
jaman kerajaan Pasai di Sumatra, yang oleh Ibnu Bathuthah disebut Negeri Jawa.
Jelaslah disini sejak jaman kerajaan islam samudera pasai di sumatera, sudah ada
hubungan antara negara Arab dengan Indonesia. Maka pengaruh Arab dalam bidang
tasawuf terlebih dahulu di banding dengan Persia dan India.
Pengaruh Persia dalam bidang tasawuf di Indonesia sesungguhnya juga sangat
besar, hal ini dapat kita lihat dari bukti sejarah, bahwa pada abad ketiga belas dan
empat belas masehi seluruh dunia islam di pengaruhi oleh orang-orang ahli tasaawuf
dari Iran, termasuk yang ada di Indonesia. Para tokoh tersebut misalnya Imam
Ghazali, Syaikh Abdul qadir Al Jailani, Al Hallaj.
Maka berkembanglah kehidupan tasawuf di Indonesia mulai abad tiga belas
hingga sekarang. Thaoriqoh – thoriqoh yasawuf yang berkembang di Indonesia
seperti Naqsyabandiyah dari Asia tengah, Qodiriyah dari Bagdad, Idrusiyah dari
Hadramaut, Rifa`iyah dari Mesir. Dan thoriqoh-thoriqoh ini terus berkembang hingga
sekarang.
B. Pembaharuan Ibnu Taimiyah
Berikut beberapa pendapat Ibnu Taimiyah dlam bidang tasawuf
1. Hubungan manusia dengan Tuhan adalah hubungan langsung, karenanya tidak
boleh menggunakan perantara (wasilah)
2. Istighostah di larang karena memohon pertolongan kepada makhluq supaya di
sampaikan kepada Tuhan haram
3. Untuk membuat hubungan langsung kepada Tuhan, menggunakan tuntunan yang
di ajarkan oleh Nabi saw.
4. Setiap orang bisa menjadi Waiyullah
5. Ibnu Taimiyah mengakui adanya Wali Allah, tetapi beliau tidak dapat menerima
jika makhluq Allah yang lain menyandarkan pengharapan kepada orang yang
dikatakan Wali Allah itu.
6. Melarang me “Rabithah” kan gurunya atau mengambil wasilah gurunya buat
menyampaikan permohonan atau kebaktian kepada Allah swt.
7. Filsafat mistik harus di hapuskan dari pokok ajaran islam
BAB VIII
MENGEMBALIKAN TASAWUF KE PANGKALNYA DI INDONESIA
Fatwa Syaikh Ahamad Khathib Bin Abdul latif Al Minangkabawi di makah: Bahwa
seluruh umat supaya kembali kepada ajaran asli dari nabi Muhammad saw dan
menghindarkan perbuatan syirik dan menghaadirkan guru dalam ingatan (Rabithah).
Kelebihan Buku :
1. Keluesan dan Kesederhanaan Bahasa yang digunakan buya hamka dalam menulis buku ini
sangat memudahkan pembaca memahami isi buku.
2. Pembahasan – pembahasan yang sangat lengkap mampu memberikan wawasan kepada
pembaca mengenai perkembangan perkembangan tasawuf secara utuh.
3. Pemahaman buya hamka mengenai tasawuf memeberikan pembaca cara pandang
mengenai tasawuf islam seperti apa adanya.
Kekurangan Buku :
Menurut pendapat peresensi tidak banyak terdapat kekurangan dalam buku ini,
hanya saja terdapat beberapa ungkapan atau Bahasa yang harus di cerna dengan
pemahaman yang lebih baik.
Daftar Pustaka