MAKALAH
Disusun Oleh:
Dosen
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis sehingga tugas makalah “Perkembangan Tsawuf” dapat
terselesaikan. Shalawat serta salam kita curah limpahkan kepada junjungan kita yakni
Nabi Muhammad SAW, sebagai Uswatun Khasanah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ni’mah Afifah, S.Ag., M.Ag.
pembimbing makalah ini. Tak lupa juga kepada teman-teman dan pihak-pihak yang turut
serta membantu mewujudkan makalah ini.
Demikian yang bisa penulis sampaikan, dengan harapan semoga Allah SWT
Senantiasa membalas segala kebaikan mereka dan makalah ini dapat memberi manfaat
sebaik-baiknya. Amien
A. LATAR BELAKANG
Sejak sains mulai bertumbuh sangat pesat didunia barat yang menghasilkan
teknologi modern dan sangat baru, sejak saaat itulah mereka merasa kehilangan
makna kemanusiaannya, kehidupannya ada di dalam individualis, silatuhrahmi dan
kasih sayang perlahan mulai memudar, banyak manusia yang sibuk berkompetisi dan
bertolak ukur keberhasilan seseorang diukur melalui keberhasilan secara materi,
mereka telah kehilangan nilai religi, spiritual dan Tuhannya, sehingga hadirlah
tasawuf yang saat ini ramai dibicarakan yaitu untuk menangkal material dan sekural
meali tasawuf, karena didalam tasawuf memiliki nilai-nilai spiritual islam yang
cukup kaya dan dalam.
Tasawuf bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus langsung dari
Tuhan. Hubungan yang dimaksud mempunyai makna dengan penuh kesadaran.
Bahwa manusia sedang berada di hadirat Tuhan. Kesadaran tersebut akan menuju
kontek komunikasi dan dialog antara ruh manusia dengan Tuhan. Hal ini melalui cara
bahwa manusia perlu mengasingkan diri. Keberadaannya yang dekat dengan Tuhan
akan berbentuk “Ijtihad” (bersatu dengan Tuhan) demikian menjadi inti persoalan
“sufisme” baik pda agama Islam maupun diluarnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perkembangan tasawuf pada masa klasik?
2. Bagiamana tasawuf pada masa Rasulullah SAW dan Sahabat?
3. Bagaimana perkembangan tasawuf pada Bani Umayyah dan Abbsiyah?
C. TUJUAN
1. Menjelaskan perkembangan tasawuf pada masa klasik.
2. Menjelaskan kehidupan tasawuf pada masa Rasulullah SAW dan Sahabat.
3. Menjelaskan perkembangan tasawuf pada Bani Umayyah dan Abbsiyah
BAB II
PEMBAHASAN
1.2. Tasawuf pada Era Nabi Muhammad Setelah Diangkat Menjadi Rasul
Setelah beliau menjadi Rasulullah, Rasulullah mulai mengajak manusia untuk
membersihkan rohani dari sifat-sifat yang tercela dan nafsu amarah. Beliau
menyerukan manusia harus memperteguh tauhid dan meninggikan akhlaknya
untuk mencapai ridha Allah.
Berikut perilaku tasawuf Rasulullah SAW yang menjadi teladan:
1.2.1. Pada saat perjuangan dakwah dimulai, Rasulullah menimpa berbagai
macam cobaan diantaranya tidak diterima dengan baik, dicaci maki,
difitnah oleh kaum kafir serta kehilangan Khadijah dan Abu Thalib
untuk selamanya. Meskipun begitu, Rasulullah tetap melanjutkan
dakwah dan beliau terima segala cobaan dengan tabah.
2. Pokok-pokok corak tasawuf pada era Nabi Muhammad SAW
2.1. Zuhud.
Beliau mengajarkan bahwa kekayaan yang sebenarnya bukan kekayaan harta
benda melainkan kekayaan rohaniah.
2.2. Hidup Sederhana.
Semasa hidupnya, Rasulullah menerapkan hidup dalam kesederhanaan.
2.3. Bekerja Keras.
Rasulullah pernah menandaskan, yang artinya “Bekerjalah untuk duniamu,
seolah-olah engkau akan hidup selamanya dan bekerjalah untuk khiratu seakan-
akan engkau akan mati esok hari.”
2.4. Menjadi Makhluk Sosial.
Rasulullah mengajarkan umatnya untuk menolong mereka dari kesulitan dan
melayani kepentingan umat.
3. Praktik Tasawuf Nabi Muhammad SAW
3.1. Kasih Sayang Terhadap Makhluk.
Ali bin Abu Thalib pernah berkata : “Beliau adalah orang yang paling lapang
dada, kata-katanya paling bisa dipercaya, tata kramanya paling halus, dan
keluarganya adalah yang paling mulia. Beliau selalu bergaul, bersenda gurau dan
berbincang-bincang dengan para sahabatnya. Bahkan beliau sangat menyayangi
anak-anak kecil, selalu memenuhi orang yang mengundangnya dan selalu
menerima permintaan maaf."
3.2. Rendah hati.
3.3. Beribadah.
Rasulullah tetap beribadah dengan tekun meskipun Allah telah mengampuni
segala dosa beliau karena Rasulullah beribadah karena sebagai bentuk rasa
syukur. Namun, dalam melaksanakan ibadah, hendaknya memperhitungkan
kemampuannya dan jangan sampai memaksa-maksa diri. Berlomba-lomba dalam
kebaikan dengan memperhitungkan kondisi tenaga, agar dapat beramal dan
beribadah lebih kuat.
3.4. Gemar memberi atau menderma.
A. KESIMPULAN
1. Praktik kehidupan tasawuf pada era Rasulullah dan para sahabat tidak didasarkan
pada nilai-nilai material, nilai-nilai yang bersifat duniawi, misalnya mencari
kekayaan pribadi, tetapi didasarkan oleh nilai-nilai ibadah, mencari ridha Allah SWT.
2. Perkembangan tasawuf pada Bani Umayyah dan Abbsiyah.
2.1. Abad kesatu dan kedua Hijriyah, tasawuf masih berupa perilaku zuhud yang
didasari rasa khauf dan masih bersifat praktis (belum ada konsep-konsep tasawuf
secara terpadu).
2.2. Abad ketiga Hijriyah, kata tasawuf mulai digunakan. Orang ahli ibadah
sebelumnya disebut ‘abid atau nasik, pada abad ini disebut sebagai sufi.
2.3. Abad keempat Hijriyah, perkembangan tasawuf semakin pesat dan munculnya
istilah shari’at, tarekat, hakikat dan ma’rifat, sebagai penjelasan perbedaan ilmu lahir
dan ilmu batin.
2.4. Abad kelima Hijriyah, adanya pemancangan ajaran tasawuf sesuai dengan
prinsip-prinsip Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah oleh Imam al-Ghazali.
2.5. Abad keenam Hijriyah, munculnya para sufi yang mengembangkan tasawuf
dalam bentuk institusi tarekat, yang kemudian berkembang pesat sampai sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Saiful. 2015. Tasawuf Pada Era Klasik. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Hawazin, Abd al-Karim al-Qushairi. 1998. Risalah Qusyairiyah Sumber Kajian Ilmu
Tasawuf, Cet. I. Jakarta: Pustaka Amani.
Hayat, Muhammad jihadul. 2011. Tasawuf di era klasik. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Online (diakses pada 30 September 2021, https://adoc.pub/queue/tasawuf-di-era-
klasik.html)
Jumantoro Totok, Munir Amin Samsul. 2005. Kamus Ilmu Tasawuf. Wonosobo: AMZAH.
Jurnal, Meutia Farida. Perkembangan Pemikiran Tasawuf. Fakultas Dakwah IAIN Ar-Rainy.
Aceh, Jurnal Substantia, Vol 12, No. 1, April 2011 (diakses pada 30 september 2021,
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/substantia/article/download/4816/3104)
Sholihin M, Rosihan Anwar. 2008. Ilmu Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Syaifan, Nur., Alim Roswantoro. 2007. Peta Kecenderungan Kajian Agama-Agama Dan
Filsafat Islam Pada Program Pascasarjana. Yogyakarta: Sukses Offset.