Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga makalah Pendapatan Nasional ini dapat diselesaikan dengan baik.

Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,

keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan

arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan

sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah

Memahami Tasawuf Dalam Islam ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan

kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan

kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah Memahami Tasawuf Dalam

Islam ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Sampaga, November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 

Daftar Isi 

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang 

B.     Rumusan 

C.     Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A.    Memahami Tasawuf 

B.     Fungsi dan Peranan Tasawuf dalam Kehidupan Modern

C.     Contoh – Contoh Perilaku Bertasawuf

D.    Penerapan Tasawuf dalam Kehidupan Modern

BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan 
BAB 1

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Istilah tasawuf muncul dalam dunia islam sekitar abad kedua hijriah. Istilah tasawuf

belum dikenal pada masa Nabi Muhammad saw dan sahabat – sahabatnya. Cikal bakal

lahirnya tasawufadalah sikap dan perulaku muslim yang senantiasa menghindari kemewahan

dalam kehidupan dunia (zahid) dan senantiasa tekun beribadah. Inti dari tasawuf adalah

pendidikan akhlak memerangi hawa nafsu dan membersihkan hati agar semakin dekat dengan

Allah SWT.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimanakah pengertian, asal – usul, dan istilah – istilah dalam tasawuf?

2.      Bagaimanakah fungsi dan peranan tasawuf dalam kehidupan moderen?

3.      Bagaimanakah contoh – contoh perilaku tasawuf?

4.      Bagaimanakah tasawuf dalam kehidupan moderen?

C.    Tujuan

1.      Menjelaskan pengertian, asal – usul, dan istilah – istilah dalam tasawuf.

2.      Menjelaskan fungsi dan peranan tasawuf dalam kehidupan moderen.

3.      Menunjukkan contoh – contoh perilaku tasawuf.

4.      Menerapkan tasawuf dalam kehidupan moderen.


BAB II

PEMBAHASAN

A.    Memahami Tasawuf

1.      Pengertian Tasawuf

Tasawuf adalah salah satu cabang ilmu yang menekankan dimensi atau aspek rohani.

Tasawuf disebut juga disebut sufisme atau mistisme Islam. Tsawuf memiliki banyak

pengertian, diantaranya sbb.

a.       Makna Tasawuf Secara Terminologi

1)   Berasal dari kata al – suffah (ahlu as – suffah) berati orang yang  ikut pindah dengan

Nabi saw. dari Mekah ke Madinah.

2)   Berasal dari kata saf  berarti barisan. Makna “saf” itu dinisbahkan kepada orang  - orang

yang ketika shalat berada di saf atau barisan terdepan.

3)   Berasal dari kata safa berarti nama bagi orang – orang yang “bersih” atau “suci”,

maksudnya adalah orang – orang yang menyucikan dirinya di hadapan Tuhan-Nya dengan

cara beribadah.

4)   Dinisbahkan dalam bahasa Grik atau Yunani, yaitu saufi atau sophos diartikan dengan

kata hikmah (kebijaksanaan).

5)   Berasal dari kata suffah, berarti nama suatu ruang didekat Masjid Madinah tempat Nabi

saw. memberikan pengajaran – pengajarannya.

6)   Berasal dari kata saufanah yaitu sebangsa buah – buahan kecil berbulu yang banyak

tumbuh dipadang pasir tanah Arab dan pakaian kaum sufi berbulu seperti buah pula, dalam

kesederhanaannya.

7)   Berasal dari kata suf artinya bulu domba yang biasanya menjadi bahan wol dan dipakai

oleh orang – orang sufi diantaranya berasal dari Syiria.

8)   Menurut Dr. Zaki Mubarak dalam kitabnya At-Tasawuwuful Islami fil Adab wal

Aklhlaq, bahwa perkataan tasawuf (sufi) itu mungkin berasal dari kata suffiah yang telah
dikenal sebelum Islam sebagai gelar dari seorang anak bangsa Arab yang saleh dan selalu

mengesingkan diri didekat Kakbah guna mendekati Tuhannya diantaranya Ghaus bin Murr.

Dari segi kebahasaan, dapat dipahami bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu

memelihara kesucian diri dan berupaya mendekatkan diri kepada Allah

b.      Makna Tasawuf Secara Terminologi

1)      Abdur Qadir Isa berpendapat, tasawuf adalah penjernihan hati dari kotoran materi dan

pondasinya adalah hubungan manusia dengan Sang Pencipta (Allah SWT.). Hati dan

interaksinya murni hanya untuk Allah sehingga Allah memberinya karamah. Orangnya

disebut sufi.

2)      Zakaria al-Anshari mengatakan, tasawuf adalah ilmu yang denganya diketahui tentang

pembersihan jiwa, perbaikan budi pekerti, serta membangun lahir batin untuk memperoleh

kebahagian yang abadi.

3)      Al-Junaid al-Baghdadi yang dijuluki bapak tasawuf modern berpendapat bahwa

tasawuf sebagai keberadaan bersama Allah SWT. tanpa adanya pengahalang. Tasawuf

berfungsi untuk membersihkan hati dari sifat yang menyamai binatang, menekan sifat

kemanusiaan (basyariyah), menjauhi hawa nafsu, dan memberikan tempat untuk sifat

kerohanian.

4)      Ahmad Zarug mengemukakan, tasawuf adalah ilmu untuk memperbaiki hati dan

memfokuskan hanya untuk Allah semata.

5)      Abu Hasan asy-Syadzii mengatakan tasawuf adalah melatih jiwa untuk tekun beribadah

dan mengembalikannya kepada hukum – hukum.

6)      Abu Hamzah memberikan penjelasan tentang ciri ahli tasawuf, “Tanda sufi yang benar

adalah berpikir setelah dia kaya, merendahkan diri setelah dia bermegah – megah,

menyembunyikan diri setelah dia terkenal dan tanda sufi palsu adalah kaya setelah dia fakir,

bermegah – megah setelah dia hina dan tersohor setelah dia bersembunyi.

2.      Asal Usul  Tasawuf

Tasawuf sudah muncul semenjak agama Islam dibawa oleh Nabi Muhammad saw.

Fakta yang menunjukan adalah ketika sebelum beliau diutus menjadi rasul, beliau talah
bertahanus di Gua Hira untuk mencari ketenangan. Perilaku mengasingkan diri dan

menyucikan hati dari godaan serta mencari hakikat kebenaran merupakan tanda ketasawufan.

Menurut Harum Nasution, tasawuf muncul dalam Islam sesudah umat Islam mempunyai

kontak dengan  agama Kristen, filsafat Yunani, serta agama Hindu dan Buddha. Itu sebabnya,

muncul anggapan bahwa aliran tasawuf lahir atas pengaruh dari luar. Namun bila ditelusuri,

justru banyak ayat dan hadist serta perilaku Rasulullah saw. yang sama dengan nilai – nilai

yang ada dalam tasawuf. Contohnya, anjuran untuk berbuat baik dan senantiasamenyucikan

diri. Orang yang menjalankan nilai – nilai tersebut secara istiqamah dalam hidupnya disebut

sufi.

Ada yang mengatakan bahwa pengaruh tasawuf datang dari rahib – rahib Kristen yang

mengasingkan diri untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan di gurun pasir

Arabia.

Pengaruh filsafat Yunani dikatakan berasal dari pemikiran mistik Pythagoras. Dalam

filsafatnya, roh manusia adalah suci dan berasal dari tempat yang suci, kemudian turun ke

dunia materi dan masuk ke dalam tubuh manusia yang bernafsu. Roh yang pada mulanya suci

itu menjadi tidak suci dan karena itu tidak dapat kembali ke tempatnya semula yang suci.

Untuk itu ia harus menyucikan diri dengan memusatkan perhatian pada filsafat serta ilmu

pengetahuan dan melakukan beberapa pantangan.

Filsafat sufi juga menjelaskan bahwa roh yang masuk ke dalam janin di kandungan

ibu berasal dari alam rohani yang suci, kemudian dipengaruhi oleh hawa nafsu yang terdapat

dalam tubuh manusia. Untuk dapat bertemu dengan Tuhan Yang Mahasuci, roh yang telah

kotor itu dibersihkan dulu melalui ibadah yang banyak.

Kita perlu mencatat, agama Hindu dan Buddha, filsafat Yunani dan agama Kristen

datang lama sebelum Islam. Bahwa yang kemudian datang dipengaruhi oleh yang datang

terdahulu adalah suatu kemungkinan. Tapi pendapat serupa ini memerlukan bukti – bukti

historis.

Hakikat tasawuf kita adalah mendekatkan diri kepada Tuhan. Dalam ajaran Islam,

Tuhan memang dekat sekali dengan manusia. Dekatnya Tuhan kepada manusia disebut dalam

Q.S Al – Baqarah ayat 186 yang mengatakan “ Dan apabila hamba – hamba-Ku bertanya
kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan

permohonan orang yang berdo’a apabila dia berdo’a kepada-Ku”.

3.      Istilah-Istilah dalam Tasawuf

Didalam ilmu tasawuf terdapat beberapa istilah yang merupakan jalan atau cara yang

ditempuh seseorang untuk sampai ke tingkat menyatu dengan Tuhan yang disebut maqamat.

Secara harfiah maqamat berasal dari kata bahasa Arab yang berarti tempat orang berdiri atau

pangkal mulia. Istilah ini selanjutnya digunakan untuk arti sebagai jalan panjang harus

ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat dengan Allah. Dalam bahasa Inggris maqamat

dikenal dengan istilah stages yang berarti tangga.

Di antara istilah maqamat-maqamat dalam tasawuf yaitu sebagai berikut.

a.      Tobat

Tahapan awal yang harus dilewati sufi adalah tobat. Tobat adalah meminta ampun

yang tidak membawa kembali ke dosa yang pernah dilakukannya. Tobat dalam dunia tasawuf

adalah lupa kepada segala hal, kecuali Allah.

b.      Zuhud

Zuhud adalah meninggalkan dunia dan kehidupan materi. Kehidupan dunia dipandang

hanya sebagai alat untuk merealisasikan tujuan yang hakiki, yaitu dekat kepada Allah SWT.

Zuhud merupakan tahapan pemantapan tobat yang telah dilaluinya pada tahapan pertama.

Zuhud termasuk salah satu ajaran agama yang sangat penting dalam rangka mengendalikan

diri dari pengaruh kehidupan dunia. Orang yang zuhud lebih mengutamakan atau mengejar

kebahagian hidup di akhirat yang kekal dan abadi daripada mengejar kehidupan dunia yang

fana dan sepintas lalu.

c.       Wara’

Setelah selesai dari zuhud, calon sufi memasuki tahapan wara’. Secara harfiah, al-

wara’ artinya saleh, menjauhkan diri dari perbuatan dosa. Kata ini selanjutnya mengandung

arti menjauhi hal-hal yang tidak baik. Dalam pengertian sufi al-wara adalah meninggalkan

segala hal yang di dalamnya terdapat keragu-raguan antara halal dan haram (syubhat).

d.      Fakir
Setelah melewati wara’, seorang sufi akan meningkatkan kualitas ketasawufannya

dengan berakhlak kefakiran. Secara harfiah, fakir biasanya diartikan sebagai orang yang

bersahaja atau orang miskin. Sedangkan dalam pandangan sufi, fakir adalah bersyukur

dengan apa yang ada pada diri kita, tidak meminta rezeki kecuali hanya untuk dapat

menjalankan kewajiban-kewajiban, dan tidak menolak rezeki yang ada.

e.       Sabar

Selanjutnya seorang sufi akan memasuki tahapan sabar. Menurut Zun al-Nun al-

Mishry, sabar artinya menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak

Allah, tetap tenang ketika mendapat cobaan, dan menampakkan sikap cukup walaupun

sebenarnya berada dalam kefakiran. Di kalangan para sufi, sabar di maknai dengan sabar

dalam menjalankan perintah-perintah Allah SWT, dan menjauhi segala larangan-Nya, serta

sabar dalam menerima segala cobaan yang dilimpahkan pada diri kita.

f.       Tawakal

Setelah melewati tahapan kesabaran, seorang ahli sufi memasuki tahapan tawakal.

Tawakal adalah menyerahkan diri kepada qada dan keputusan Allah SWT. Jika mendapatkan

pemberian, maka berterima kasih. Jika tidak mendapatkan apa-apa, maka bersikap sabar dan

menyerah kepada qada dan qadar Tuhan.

g.      Kerelaan

Tahapan selanjutnya adalah rida atau rela, yaitu sikap dan perilaku tidak menentang

terhadap qada dan qadar Allah melainkan menerima dengan senang hati sekecil apapun

nikmat yang diberikan oleh Allah, dan ikhlas menerima dan menghadapi sebesar apa pun

ujian yang diberikan oleh Allah.

h.      Mahabbah

Pada tahapan rida seorang sufi telah dekat Tuhan, dan rasa cinta yang begitu kuat

telah berhasil membawanya sampai ketahapan mahabbah (cinta ilahiyyah), yaitu cinta

kepada Allah yang ditampilkan dengan sikap dan perilaku kepatuhan

tanpa reserve (penyerahan diri secara total), serta pengosongan hati dari segala sesuatu

kecuali yang dikasihi, yaitu Allah. Sufi yang terkenal dalam mahabbah ini adalah Rabiah al-
adwaiyah (713-801 H) dari basrah, Irak. Pada tahapan ini melalui cinta yang menggelora

kepada Tuhan akan di balas oleh Tuhan dan dapat melihat Tuhan dengan mata hatinya.

i.        Makrifah

Pada tahapan makrifah ini, tabiin yang memindahkan dirinya dengan Tuhan telah

terbuka. Makrifah berarti mengetahuin Tuhan dari dekat, sehingga hati semakin dekat melihat

Tuhan, tetapi ia belum puas dengan berhadapan. Sufi dalam tahapan ini ingin lebih dekat lagi,

bahkan ingin bersatu dengan Tuhan dan menjadikannya sebagai perantaraan hati sanubari.

j.        Al-fana wal Baqa

Yaitu keinginan kaum sufi lebih dekat lagi dengan Tuhan bahakan bersatu dengan

Tuhan melalui al-fana (pengharuan) dan “menghacurkan diri”, maksudnya hancurnya

perasaan atau kesadaran tentang adanya tubuh kasar manusia. Penghancuran dalam istilah

sufi selalu diiringi dengan baqa.

k.      Al-Ittihad

Al-Ittihad dalam tasawuf adalah tencapainya kesatuan wujud rohaninya dengan

Tuhan. Dengan hancurnya kesadaran diri (fana an nafs) yaitu kalam wujud jasmaniahnya

tidak ada atau tidak disadarinya lagi, maka yang akan tinggal adalah wujud rohaniahnya, dan

pada saat itulah ia dapat bersatu dengan Tuhan. Jadi tingkat ittihad yaitu satu tingkatan

tasawuf ketika seorang sufi telah merasa dirinya bersatu dengan Tuhan. Disinilah sufi telah

mencapai tujuan akhirnya sampai kepada Tuhan, bahkan bersatu dengan Tuhan. Dalam

ittidah yang dapat dilihat hanya satu wujud,tetapi sebenarnya ada dua wujud yang terpisah

karena yang dilihat dan dirasakan hanya satu wujud, maka dalam ittihad bisa terjadi

pertukaran peran antara yang mencintai dengan yang dicintai atau antara sufi dengan Tuhan.

Maqamat-maqamat yang biasanya dilalui oleh para sufi ternyata berbeda-beda.

Perbedaan ini terjadi karena masing-masing ahli sufi memiliki pengalaman rohani yang

berbeda-beda ketika menempuh tahapan-tahapan tersebut.

Berikut beberapa tentang jalan atau cara yang dilalui para sufi.
1)      Abu Bakar Muhammad al-Kalabadi menyebutkan bahwa maqamat-maqamat

yang  harus dilalui oleh para sufi melalui tahapan-tahapan berturut-turut adalah tobat, zuhud,

sabar, kefakiran, kerendahan hati, tawakal, kerelaan cinta, dan makrifah.

2)      Abu Nashar al-Sarraj al-Thusi menyebutkan rangkaian terhadap maqamat ada  tujuh

tahapan berturut-turut, yakni tobat, wara’, zuhud, kefakiran, sabar, tawakal, dan kerelaan.

3)      Al Gazali dalam kitabnya “Ihya Ulumuddin” menyebutkan maqamat itu ada delapan

berturut-turut, yaitu tobat, sabar, kefakiran, zuhud, tawakal, mahabbah, makrifat, dan

kerelaan.

4)      Al-Kalabadzhi, pengarang tasawuf periode awal melalui bukunya yang terkenal “Bahr

al-Fawaid, danal-Ta’aruf li Madzhab ahlu al-Tashawwuf” menguraikan maqamatnya adalah

tobat, zuhud, sabar, kefakiran, rendah hati, tawakal, kerelaan, mahabbah, dan makrifat.

5)      Abd al-Qasim al-Qusyairi al-Naisaburi (al-Qusyairi). Karya utamanya adalah “Al

Risalat” belakangan dikenal sebagai “Risalat al-Qusyairi”, kitab ini sangat berpengaruh

dalam bidang tasawuf dan dijadikan oleh para jutaan para sufi sebagai rujukan selama hampir

100 tahun. Tahapan maqamatnya antara lain tobat, wara’, zuhud, tawakal, sabar, dan ria.

B.     Fungsi dan Peranan Tasawuf dalam Kehidupan Modern

1.      Fungsi Tasawuf dalam Kehidupan Modern

Pada dasarnya hakikat tasawuf adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT. melalui

penyucian diri dan perbuatan – perbuatan Islam. Dapat diartikan fungsi tasawuf dalam hidup

antara lain sbb.

a)      Sebagai benteng pertahanan menghadapi budaya luar yang sifatnya menjerumuskan.

b)      Sebagai petunjuk beberapa jalan hidup pembangunan masyarakat dan ekonomi.

c)   Memperkuat posisi Islam dalam kehidupan bermasyarakat, serta mengembangkan

masyarakat Islam yang lebih luas.

2.      Peranan Tasawuf dalam Kehidupan Modern

Husen Nasr, ilmuan dari Iran mengatakan pangakal terjadinya kekeringan spiritual

akibat pintu masuknya tersumbat. Dengan menyempitkan pintu masukbagi persepsi dan
konsepsi spiritual, maka manusia modern semakin berada pada garis tepi, sehingga tidak lagi

memiliki etika dan estetika yang mengacu pada sumber Illahi.

Disinilah tasawuf berperan memberikan sumbangannya terhadap konsep etika Islam

yang sesuai dengan syariat. Untuk mengkaji konsep etika dalam Islam harus ditelusuri pada

konsep tasawuf.

Diantara peranan tasawuf dalam keidupan modern adalah sbb.

a)      Menjadikan manusia berkepribadian yang salehdan berahlak baik.

b)      Lebih mendekatkan manusia kepada Tuhan.

c)      Sebagai obat mengatasi krisis kerohanian manusia (dekadensi moral).

C.    Contoh – Contoh Perilaku Bertasawuf

Tasawuf adalah ajaran ketakwaan dan pembersihan diri. Keduanya merupakan

maqam khauf (takut) dan raja’ (harapan) yang dibangun dengan akidah dan akhlak yang

teraktulisasi dalam nilai-nilai kemanusiaan. Penggabungan antara ihsan dan Islam. Para sufi

berkata, “Barang siapa mengamalkan syariat, tetapi tidak mendalami hakikat, sesungguhnya

ia telah terhalang. Barang siapa yang mendalami hakikat tanpa mengamalkan syariat, ia

benar-benar telah menjadi ahli bidah atau zindik”.

Orang yang telah mempelajari ilmu tasawuf dan mengamalkannya dalam kehidupan

sehari-hari akan tampak pada perilaku sebagai berikut.

1.      Menyesali kesalahan yang diperbuatnya, bertobat dengan sungguh-sungguh (taubat

nasuha), dan berjanji tidak mengulangi dosa atau kesalahan lagi.

2.      Mulai menjauhkan diri dari materi dan dunia ramai. Tidak pernah meninggalkan

ibadahnya kepada Allah, seperti shalat, puasa, membaca Al-Qur’an dan zikir. Seseorang yang

telah mendalami tasawuf akan melakukan banyak beribadah dan sedikit tidur, karena yang

dicari hanya kebahagiaan rohani dan kedekatan dengan Allah.

3.      Menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan syubhat dan tidak memakan makanan atau

minuman yang tidak jelas kedudukan halal-haramnya.


4.      Menjalani hidup kefakiran. Kebutuhan hidupnya hanya sedikit dan iaa tidak meminta

kecuali hanya untuk dapat menjalankan kewajiban-kewajiban agamanya.

5.      Memiliki sifat sabar yang luar biasa. Bukan hanya sabar dalam menjalankan perintah-

perintah Allah yang berat dan menjauhi larangan-larangan-Nya, tapi juga sabar dalam

menerima percobaan-percobaan berat yang ditimpahkan Allah kepadanya. Ia juga sabar

dalam menderita.

6.      Menyerahkan diri sebulat-bulatnya kepada kehendak Allah. Ia tidak memikirkan hari

esok; baginya cukup apa yang ada untuk hari ini.

7.      Tidak menentang cobaan dari Allah, bahkan ia menerima dengan senang hati. Di dalam

hatinya tidak ada perasaan benci, yang ada hanyalah perasaan senang. Ketika malapetaka

turun, hatinya merasa senang dan di dalamnya bergelora rasa cinta kepada Allah.

D.    Penerapan Tasawuf dalam Kehidupan Modern

Banyak diakui bahwa manusia modern telah mengalami krisis spiritual yang terjadi

akibat dari pengaruh sekulerisasi yang cukup lama menerpa jiwa-jiwa manusia modern.

Pengaruh pandangan dunia modern, diantaranya naralisme, materialisme, positivisme.

Pandangan dunia yang sekuler hanya mementingkan kehidupan duniawi. Bahkan manusia

modern seperti sekarang ini menyebutnya zaman era globalisasi. Keadaan serba materialistis,

kehidupan yang bersaing sangat memungkinkan untuk saling berebut. Artinya rebutan untuk

mencari  pekerjaan, mencari makan, dan kebutuhan hidup lainnya. Kehidupan seperti ini

cenderung akan melakukan kecurangan, perbuatan yang menjurus kriminalitas, seperi

mencuri, merampok, bahkan orang mengakui intelek, pintar, dan ternama juga melakukan

perbuatan dosa besar, seperti korupsi dan konspirasi untuk mencelakakan orang atau

kejahatan bersama.

Akibat dari semua itu manusia modern tidak lagi mengarahkan jiwanya kepada Tuhan

yang menjadi sumber ketauhidan manusia, tetapi tertumpu pada benda-benda fisik

(materialistis) yang selalu timbul tenggelam, dan tidak pernah memberikan mereka kepuasan

dan ketenangan batin. Bagi para sufi, ketenangan dapat dicapai hanya apabila telah berada

dekat dengan Tuhan.


Tasawuf dapat diterapkan dalam kehidupan modern dan memberikan solusi untuk

menghindari dari perbuatan jahat, karena tasawuf menuju kepada kebersihan hati, serta

memberikan motivasi kepada manusia harus berjuang menembus rintangan-rintangan materi

agar rohnya menjadi suci. Banyak manusia yang kehidupannya serba cepat dan cenderung

materialistis, mulai ketitik jenuh. Mereka merasa kering dan haus terhadap nilai-nilai

spiritual. Akhirnya bermunculan majelis taklim, majelis zikir, dan cermah-ceramah agama

dari tokoh-tokoh agama. Tidak ketinggalan siaran spiritual ditayangkan di berbagai stasiun

televisi maupun radio.

Menurut Prof. Hamka kehidupan sufi dapat kita lakukan, seperti menjalankan sunah-

sunah nabi Muhammad saw., tanpa meninggalkan kehidupan modern. Agar kita tidak tergilas

oleh modernnya zaman, dan terhindar dari pengaruh kehidupan modern yang serba glamor

dan konsumtif. Hamka lebih lanjut menawarkan gagasan tentang ketasawufan yang cocok

dan memungkinkan diterapkan dalam kehidupan modern adalah tasawuf positif, yakni

menekankan pentingnya nilai-nilai tasawuf yang positif dan sesuai dengan kehidupan modern

berdasarkan Al-Qur’an dan hadis.

Amalan yang dapat kita teladani dari kehidupan Nabi saw atau para sufi yang

dikembangkan dalam kehidupan modern antara lain sebagai berikut.

1.      Banyak Berzikir

Zikir yaitu menyebut-nyebut nama Allah, agar jiwa para sufi dipenuhi dengan nama-

nama (asma) Allah. Zikir selalu digunankan oleh sufi juga dalam rangka pendekatan kepada

Allah, atau penyucian jiwa dari kotoran-kotoran ( pengaruh-pengaruh jasmani). Dalam

kehidupan modern, terutama diperkotaan kehidupan masyarakatnya super sibuk, jalan macet,

persaingan bisnis sangat ketat, tindak kejahatan tinggi, banyak manusia yang strees. Oleh

sebab itu zikir dapat diamalkan dalam kehidupan modern, yaitu dengan menyebut asma Allah

sebanyak-banyaknya tanpa dihitung-hitung dan dilakukan dimana saja asal suci dan bersih.

Zikir hakikatnya untuk mengingat Allah, dekat kepada Allah, bukti seseorang ingat

dan sudah dekat kepada Allah adalah ia akan menjauhi segala larangan-Nya dan patuh

terhadap segala perintah-Nya, seperti melaksanakan rukun islam, rukun iman, dan beramal

saleh. Membaca, mempelajari, memahami, melaksankan, mensyiarkan Al-Qur’an.


2.      Zuhud

Sufi mengajarkan bahwa kekayaan sebenarnya adalah bukan harta benda atau

kesenangan dunia, melainkan kekayaan rohani. Tidak tertarik dengan perebutan harta benda,

karena memandang nilai rohani lebih tinggi. Pada kehidupan modern ini kita dapat

mencontoh dari sufi sesungguhnya harta benda tidak akan dibawa pada saat ajal tiba. Harta

tetap kita cari untuk kebutuhan hidup keluarga, membiayai anak-anak bersekolah, tentunya

dengan yang halal, tidak membohongi, curang, atau mengambil hak orang lain.

Beribadah kepada Allah SWT tidak hanya berzikir saja, tetapi juga mencari rezeki

untuk merawat kehidupan diri dan keluarga. Allah SWT berfirman yang artinya :  

“9. Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan shalat pada

hari jum’at, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang

demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. 10. Apabila salat telah dilaksanakan,

maka bertebaranlah kamu dibumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak

agar kamu beruntung.” (Q.S. Al-Jumu’ah/62:9-10).

3.      Berperilaku Sederhana

Sufi dalam kehidupan sehari-hari menampakkan kesederhanaan, dalam hal rumah,

pakaian, dan makanan. Orang hidup dizaman modern kehidupan sederhana dapat mencontoh

dari sufi, sepanjang kesederhanaannya itu tidak memberikan dampak keburukan. Contohnya,

makanan walau sederhana tetapi tetap sehat dan bersih, demikian pula dengan tempat tinggal,

dan pakaian tetap memerhatikan kebersihan dan kesehatan. Kesederhanaan Nabi saw. Dalam

berpakaian, Aisyah pernah memperlihatkan sehelai pakaian Nabi saw. Yang dipakai beliau

pada detik-detik hayatnya yang terakhir. Demikian juga dalam makan, Nabi saw. Sangat

sederhana sekali. Bahkan beliau sering berpuasa, tidak makan kecuali lapar, makanpun dia

berhenti sebelum kenyang.

4.      Bekerja Keras

Mengembangkan konsep kerja keras sebagai salah satu cara dalam menerjemahkan

kehendak Allah SWT. Bekerja keras dipandang sebagai upaya peningkatan kualitas potensi

diri atau fitrah yang telah Allah berikan kepada semua makhluk-Nya. Bekerja keras dalam

upaya menyucikan jiwa agar mendapatkan kedekatan dengan sang Khalik. Dalam kehidupan
modern kita kembangkan bekerja keras melalui ibadah mahdah dan gairu mahdah. Allah

SWT berfirman yang artinya :

“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah

kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada

orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat

kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-

Qasas/28:77)

“Dan katakanlah,”Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu

juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)

Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang

telah kamu kerjakan.” (Q.S. At-taubah/9:105)


BAB III

PENUTUP

    A.    Kesimpulan

o   Hadirnya tasawuf telah mengajarkan sikap – sikap hidup yang baik, yang merupakan inti

ajaran etika, seperti kesederhanaan, sabar, ikhlas, tawakal dan rida, serta melarang sikap –

sikap yang buruk seperti mudah marah, iri, hati, kikir, serta meninggalkan hal – hal yang

haram, seperti mencuri, merampok, membunuh orang, dan makan babi (makanan yang

diharamkan).

o   Tasawuf jugamengejarkan manusia untuk menjalankan hal – hal yang wajib, seperti

ibadah shalat, puasa, berzakat, dan haji. Selain itu juga mengamalkan hal – hal yang sunah

dan menjauhi hal – hal yang makruh.

o   Dapat mengambil tauladan dari kehidupan para sufi.

Anda mungkin juga menyukai