Anda di halaman 1dari 12

BIOGRAFI IBNU TAIMIYAH

Silmi Syafira Somawan, 1193030090, Hukum Tata Negara,


silmisyafiras23@gmail.com

ABSTRAK
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memaparkan biografi tokoh pearadaban
Islam, Ibnu Taimiyah. Adapun yang melatarbelakangi penulisan ini karena Ibnu Taimiyah
adalah sosok yang patut untuk ditiru. Karena Ibnu Taimiyah merupakan sosok yang sangat
teguh pendiriannya dan selalu mematuhi perintah Allah swt. Oleh sebab itu, penulis akan
mendeskripsikan sosok Ibnu Taimiyah dari bagaimana keadaan saat beliau lahir,
pendidikannya, apa saja karir yang sudah beliau capai, perjuangannya dan sebanyak apa
karya-karya yang diciptakannya. Ibnu Taimiyah ini lahir dari kalangan keluarga yang
sangat religius dan mengikuti madzhab hanbali, sehingga beliau tumbuh dan berkembang
ditengah-tengah orang-orang hebat dan alim. Sifatnya yang haus akan ilmu membuat Ibnu
Taimiyah terus menerus tidak kenal lelah untuk menggali ilmu sedalam-dalamnya dengan
para ulama. Karna kecerdasannya beliau sudah mengajar di majlis ilmu pada usia muda,
menggantikan ayahnya yang sudah wafat. Perjuangannya sangat mempengaruhi
peradaban Islam. Banyaknya ilmu yang terdapat pada Ibnu Taimiyah menjadikan Ibnu
Taimiyah terus berkarya sepanjang hidupnya, sampai-sampai karyanya tidak bisa
dihitung.

Kata Kunci : teguh pendirian, pemikiran, karya.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tertulis dalam sejarah evolusi fiqih, seorang ulama yang bernama Ibnu
Taimiyah ialah ulama yang sangat berpengaruh dalam peradaban Islam. Pemikiran
dan pengetahuan yang dimiliki Ibnu Taimiyah sangat luas terutama dalam fiqih,
hadits, tafsir, ilmu ushul dan penghafal Al-Qur’an.
Konsistennya yang sangat kuat dan teguh pendiriannya, yang selalu
mentaati perintah Allah dan mejauhi larangannya membuat Ibnu Taimiyah
terkenal dengan sifat-sifatnya itu. Beliau pernah berkata : “Jika dibenakku sedang
berfikir suatu masalah, sedangkan hal itu merupakan masalah yang muskil bagiku,
maka aku akan beristighfar seribu kali atau lebih atau kurang. Sampai dadaku
menjadi lapang dan masalah itu terpecahkan. Hal itu aku lakukan baik di Pasar, di

1
Masjid atau di Madrasah. Semuanya tidak menghalangiku untuk berdzikir dan
beristighfar hingga terpenuhi cita-citaku.”
Dilihat dari sejarahnya, tokoh peradaban Islam ini sangat patut untuk
diketahui biografinya dengan mempelajari biografinya, kita dapat mengambil
hikmah dan pelajaran dari perjalanan hidup seorang ulama besar Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana masa kelahirannya dan keluarganya?
2. Apa saja riwayat pendidikan Ibnu Taimiyah?
3. Bagaimana karir dan perjuangan Ibnu Taimiyah?
4. Apa saja karya-karya Ibnu Taimiyah?
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun untuk mengetahui dan mendeskripsikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui masa kelahirannya dan keluarganya.
2. Untuk mengetahui riwayat pendidikan Ibnu Taimiyah.
3. Untuk mengetahui karir dan perjuangan Ibnu Taimiyah.
4. Untuk mengetahui karya-karya Ibnu Taimiyah.

PEMBAHASAN

A. Masa Kelahiran dan Keluarga Ibnu Taimiyah


Ibnu Taimiyah atau Taqiyuddin Abu al Abbas Ibnu Abd al-Halim bin al-
Imam Majduddin Abil Barakat Abd al Salam bin Muhammad bin Abdullah bin Abi
Qasim Muhammad bin Khuddlarbin Ali bin Taimiyyah alHarrani al Hambali.
Biasanya Para ahli menyebutnya dengan nama lengkapnya Taqiyuddin Abu Abbas
bin Abd al Halim bin Abd al Salam bin Taimiyyah al harani al Hambali. 1 Namun,
lebih dikenal dengan nama Taqiyuddin Ibnu Taimiyah atau lebih populer Ibnu
Taimiyah saja.
Ibnu Taimiyah lahir pada hari senin tanggal 10 Rabi’ul Awal 661 H
bertepatan dengan tanggal 22 Januari 1263 M di kota Harran, Turki. Kulitnya
putih, tubuhnya tinggi sedang, dadanya lebar tegap, sedikit beruban, dengan
rambut menjulur sampai diatas daun telinga, matanya besar bagaikan lisan ketika
1
Jon Kamil, Tesis Perkawinan Antar Pemeluk Agama Perspektif Fiqh Ibnu Taimiyyah,(UIN Suska Riau :
pasca sarjana,2011), hlm.18.

2
berbicara, suaranya emas, fasih, sangat cepat dalam membaca, pemberani dan
mudah memaafkan. Pada usia baligh, sudah banyak prestasi yang dicapai, seperti
hafal qur’an, terampil dalam ilmu syari’at, bahasa arab dan juga mantiq. Ibnu
Taimiyah sangat sibuk dengan menggali ilmu, mengajar, berdakwah serta berjihad,
sehingga tidak ada waktu baginya untuk menikah ataupun menyimpan wanita, hal
ini bukan karena tidak menyukai menikah, namun karna kesibukkannya sehingga
tidak ada waktu untuk itu. Masa hidupnya dihabiskan untuk meneliti, membaca
dan menelaah. Beliau sangat haus akan ilmu, seakan-akan tidak pernah puas akan
ilmu, tidak pernah merasa lelah untuk terus menelaah, selalu menyibukkan dirinya
untuk meniliti ilmu.
Ibnu Taimiyah berasal dari kalangan keluarga yang religius dan amat
terikat dengan madzhab Hanbali. Ayahnya bernama Syihabuddin bin Taimiyah
adalah seorang syaikh, hakim dan khatib. Ayahnya menjadi kepala sekolah ilmu
hadits terkemuka di Damaskus.
Sedangkan kakeknya, Abdus Salam adalah seorang ulama dan pengkaji
agama terkemuka di Baghdad. Dan juga seorang fakih hanbali, Imam, ahli hadits,
ahli-ahli ushul, nahwu seorang hafiz. Pamannya bernama Fakhruddin yang
terkenal sebagai seorang cendikiawan dan penulis Muslim ternama.
Ibnu Taimiyah saat berusia 6 tahun pada tahun 1268 M, terdapat bencana
besar yang menimpa umat Islam bangsa Mongol yang menyerang secara besar-
besaran dan memusnahkan kekayaan intelektual Muslim serta metropolotan yang
berpusat di Baghdad, dan seluruh warisan Intelektual dibakar dan dibuang ke
sungai Tigris. Bencana ini terjadi di kota kelahirannya. Karena peristiwa ini, Ibnu
Taimiyah dibawa oleh keluarganya mengungsi ke Damaskus.2
Saat berusia 21 tahun, ayahnya wafat pada tahun 1284 M, sehingga Ibnu
taimiyah menggantikan posisi ayahnya sebagai guru dan khatib pada masjid-
masjid sekaligus mengawali karirnya yang kontroversial dalam kehidupan
masyarakat sebagai teolog yang aktif.
B. Pendidikan Ibnu Taimiyah
Semenjak kecil sudah terlihat tanda-tanda kecerdasannya. Sampai di
Damaskus, beliau segera menghafalkan Al-Qur’an dan belajar dengan para ulama
berbagai cabang ilmu, hafizh dan ahli hadits negeri itu. Kecerdasan serta kekuatan
otaknya membuat para tokoh ulama tersebut tercengang.

2
Qamaruddin Khan, Pemikiran Politik Ibnu Taimiyah, Ali bahasa Anas M, (Bandung: Pustaka, 1983), hlm.
11.

3
Pada masa kecilnya ketika Ibnu Taimiyah hendak pergi ketempat
belajarnya, seorang Yahudi yang rumahnya dilaluinya menghadangnya dengan
beberapa pertanyaan. Karena tampak adanya kecerdasan pada Ibnu Taimiyah dan
dia menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan cepat, orang Yahudi itu
pun kagum padanya. Tiap kali Ibnu Taimiyah melewatinya, dia memberitahu hal-
hal yang menunjukkan kesesatan keyakinan orang Yahudi tersebut. Tidak lama
kemudian Yahudi itupun masuk Islam.
Pada masa kecilnya pun, pernah ada seorang ulama besar dari Aleppo,
Suriah yang sengaja datang ke Damskus khusus untuk melihat Ibnu Taimiyah yang
kecerdasannya menjadi buah bibir. Setelah bertemu, ia memberikan tes dengan
cara menyampaikan belasan matan hadits sekaligus. Tak disangka Ibnu Taimiyah
mampu menghafalkannya secara cepat dan tepat. Begitu pula ketika disampaikan
kepadanya beberapa sanad, beliau pun dengan tepat pula mampu mengucapkan
ulang dan menghafalnya sehingga ulam tersebut berkata : “Jika anak ini hidup,
niscaya ia kelak mempunyai kedudukan besar, sebab belum pernah ada seorang
bocah sepertinya.”
Ibnu Taimiyah kecil, tumbuh dan besar ditengah-tengah para ulama. Beliau
dapat mencari ilmu dengan sepuas-puasnya dan dapat membaca kitab-kitab yang
bermanfaat di taman bacaan. Beliau infakkan seluruh waktunya untuk belajar dan
belajar, menggali ilmu terutama kitabullah dan sunnah rasul.
Lebih dari semua itu, beliau adalah orang yang keras pendiriannya dan
teguh berpijak pada garis-garis yang telah ditentukan Allah, mengikuti segala
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Ibnu Taimiyah selalu sungguh-sungguh dan tiada putus-putusnya mencari
ilmu, walupun beliau sudah menjadi tokoh fuqaha’ dan ilmu serta dinnya telah
mencapai tataran tertinggi.
Al-Hafizh Al-Mizzy pernah berkata : “Aku belum pernah melihat orang
seperti Ibnu Taimiyah dan belum pernah kulihat ada orang yang lebih berilmu
terhadap Kitabullah dan sunnah Rasuullah saw. serta lebih ittiba’ dibandingkan
beliau.”
Al-Qadhi Abu Al-fath bin Daqiq Al-Ied pernah berkata : “Setelah aku
berkumpul dengan Ibnu Taimiyah, kulihat beliau adalah seseorang yang semua
ilmu ada di dpean matanya, kapan saja beliau menginginkannya, beliau tinggal
mengambilnya, terserah beliau. Dan aku pernah menyangka akan tercipta manusia
seperti anda.”

4
Ibnu Taimiyah menguasai ilmu dengan sangat sempurna, yakni dalam
tafsir, aqidah, hadits, fiqih, bahsa arab dan berbagai cabang ilmu pengetahuan
Islam lainnya, hingga kemampuannya melampaui para ulama zamannya.
Jika para fuqaha dari berbagai kalangan duduk bersamanya pasti mereka
akan mengambil pelajaran bermanfaat bagi kelengkapan madzhab-madzhab
mereka yang sebelumnya belum pernah diketahui. Belum pernah terjadi, ia bisa
dipatahkan hujahnya. Setap Ibnu Taimiyah berkata pasti akan membuat para ahli
tercengang dengan ilmu yang keluar dari mulutnya. Beliau mempunyai goresan
tinta indah, ungkapan-ungkapan, susunan, pembagian kata dan penjelasannya
sangat bagus dalam penyusunan buku-buku.
Pada umurnya yang ke 17 beliau sudah mampu mengajar dan berfatwa,
terlebih lagi dalam bidang tafsir, ilmu ushul dan semua ilmu-ilmu lain, baik pokok-
pokoknya maupun cabang-cabangnya, dengan keadetailanya dan ketelitiannya.
Sejarah telah mencatat bahwa Ibnu Taimiyah tidak hanya sebagai da’i yang
tabah, liat, wara’, zuhud, dan ahli ibadah, tetapi beliau juga seorang pemberani
yang ahli berkuda. Ibnu Taimiyah adalah pembela tiap jengkal tanah umat Islam
dari kezhaliman musuh dengan pedannya, seperti halnya beliau adalah pembela
aqidah umat dengan lidah dan penanya.
C. Karir dan Perjuangan Ibnu Taimiyah
Ibnu Taimiyah sangat berani berteriak memberikan komando kepada umat
Islam. Seperti saat peristiwa melawan serbuan tentara Tartar ketika menyerang
Syam dan sekitarnya. Beliau sendiri bergabung dengan mereka dalam kancah
pertempuran. Sampai pada saat itu ada salah seorang amir yang mempunyai diin
yang baik dan benar, memberikan kesaksiannya : “..... tiba-tiba (ditengah kancah
pertempuran) terlihat dia bersama saudaranya berteriak keras memberikan
komando untuk menyerbu dan memberikan peringatan keras supaya tidak lari...”
akhirnya dengan izin Allah Ta’ala, pasukan Tartar berhasil dihancurkan, maka
selamatlah negri Syam, Palestina, Mesir dan Hijaz.
Ibnu Taimiyah mempunyai sifat yang tegar, berani dan lantang dalam
mengajak kepada kebenaran, karna sifat yang dimilikinya mampu untuk
membakar kedengkian serta kebencian para penguasa, para ulama dan orang-
orang yang tidak senang kepada beliau. Kaum munafiqun dan kaum lacut
kemudian memfitnah hingga karenanya beliau harus mengalami berbagai tekana
di penjara, di buang, diasingkan dan disiksa.

5
Sewaktu ayahnya wafat pada tahun 682H / 1284M, Ibnu Taimiyyah yang
ketika itu berumur 21 tahun, menggantikan jabatan penting ayahnya sebagai
pemegang Madrasah Dar al-Hadits as-Sukariyyah. Pada tanggal 2 Muharram 683
H / 1284 M pertama kali Ibnu Taimiyyah mengajar di al-mamater yang kemudian
dibawah pimpinannya. Setahun kemudian tepatnya pada tanggal 10 Safar 684 H /
17 April 1285 M, Ibnu Taimiyyah juga mulai memberikan kuliah umum di masjid
Umayyah Damaskus dalam mata kuliah tafsir Al-Qur’an.3
Selain itu, Ibnu Taimiyyah juga menggantikan kedudukan ayahnya sebagai
guru besar hadits dan fiqh Hambali dibeberapa Madrasah terkenal yang ada di
Damaskus, mulai dari sinilah karir Ibnu Taimiyyah dikenal sebagai juru pengubah
yang tidak rela menyaksikan kondisi umat Islam terbelenggu dengan paham-
paham keagamaan yang junud, penuh dengan berbagai bid’ah dan khurafat yang
ketika itu oleh Ibnu Taimiyyah dinilai sudah keterlaluan. Sehubungan dengan itu
maka, Ibnu Taimiyyah berusaha untuk melakukan pemurnian dan pembaharuan
dalam Islam.4
Pada tahun 702 H / 1303 M, ia kembali dijebloskan kepenjara dibenteng
Kairo, karena mempertanggung jawabkan tulisannya tentang sifat- sifat Tuhan,
yang dinilai penguasa menimbulkan keresahan dan kerisuhan. Dan Ibnu
Taimiyyah dibebaskan pada tahun 705 H / 1306 M. Namun baru saja beberapa
bulan ia dibebaskan masih dalam tahun yang sama Ibnu Taimiyyah harus
berurusan lagi dengan pihak berwajib atas pengaduan kaum Sufi. Atas pengaduan
kelompok Sufi ini, oleh penguasa Ibnu Taimiyyah disuruh memilih antara tinggal
bebas di Damaskus atau Iskandariah dengan syarat harus menghentikan fatwa-
fatwa dan kritiknya atau tinggal dilembaga permasyarakatan dalam waktu yang
tidak ditentukan, yang kemudian Ibnu Taimiyyah dikucilkan dirumah tahanan
Alexanderia.5
Selesai menjalani hukuman, pada tanggal 8 Syawal 709 H / 11 Maret 1310
M, Ibnu Taimiyyah kembali ke Kairo dan tinggal disana sekitar tiga tahun lamanya.
Selama berdiam di Mesir, selain mengarang dan mengajar, Ibnu Taimiyyah juga
menjawab berbagai persolan yang diajukan kepadanya (memberi fatwa), dan
kadang-kadang dijadikan konsultan oleh sultan Al- Malik al-Nasir, terutama
masalah-masalah yang dihadapi orang-orang Siria.Pada Zulkaidah 712 H /

3
B. Lewis,et. All, the Encyclopedia of Islam, (Laiden:E.J.Brill,1979), jilid, 3, hlm.951
4
Muhammad Amin, Ijtihad Ibnu Taimiyyah Dalam Bidang Fiqh Islam, (Jakarta: INIS,1991), hlm. 12.
5
Muhammad Iqbal, 100 Tokoh Terhebat dalam sejarah Islam, (Jakarta: Inti Media,2003), hlm.149

6
Februari 1313 M, Ibnu Taimiyyah yang ketika itu telah cukup lanjut usia ( sekitar
51 tahun ), beliau diperintahkan lagi pergi bertempur bersama-sama tentara Islam
ke medan perang Yerussalem. Dan setelah ia menunaikan tugasnya dipalestina, ia
kembali ke Damaskus, kota yang telah ditinggalkannya selama delapan tahun
delapan minggu. Di Damaskus ia kembali mengajar sebagai profesor yang ulung. 6
Pada bulan Juli 1326 M / bulan Sya’ban 726 H, Ibnu Taimiyyah ditangkap
lagi dan dimasukkan lagi kepenjara di benteng Damaskus. Keadaan ini ia gunakan
dengan sebaik-baiknya untuk menulis tafsir Al-Qur’an dan karya-karya lainnya,
tetapi kemudian jiwanya tersiksa, karena ketika itu ia tidak diizinkan lagi menulis
dan seluruh tinta yang disediakan untuknya diambil semuanya.7
Ibnu Taimiyah pernah di penjara selama dua tahun tiga bulan dan
beberapa hari, mengalami sakit dua puluh hari lebih. Selama dalam penjara beliau
selalu beribadah, berdzikir, tahjjud dan membaca Al-Qur’an. Dikisahkan dalam tiap
harinya ia baca tiga juz. Selama itu pula beliau sempat menghatamkan Al-Qur’an
81 kali.
Perlu dicatat bahwa selama beliau dalam penjara, tidak pernah mao
menerima pemberian apapun dari penguasa.
Pada tanggal 22 Dzulqadah 728 H (26 September 1328 M) Ibnu Taimiyah
wafat. Jenazah beliau dishalatkan di masjid Jami’ Bani Umayah sesudah shalat
zuhur. Semua penduduk yang bisa hadir dapat menshalatkan jenazahnya,
termasuk para Umara’, Ulama, tentara dan sebagainnya, hingga kota Damaskus
menjadi libur total hari itu. Bahkan semua penduduk Damaskus yang tua, muda,
laki-laki, perempua, anak-anak keluar untuk menghormati kepergian beliau.
Seorang saksi mata pernah berkata : “Menurut yang aku ketahui tidak ada
seorang pun yang ketinggalan, kecuali tiga orang musuh utamanya. Ketiga
musuhnya ini pergi untuk menyembunyikan diri karena dikeroyok masa.” Bahkan
menurut ahli sejarah, belum pernah terjasi jenazah yang dishalatkan serta
dihormati oleh orang sebanyak itu melainkan Ibnu taimiyah dan Imam Ahmad bin
Hambal.
D. Karya-karya Ibnu Taimiyah
Karya-karya Ibnu Taimiyah banyak sekalisampai tidak bisa dihitung,
namun para ilmuwan memperkirakan lebih dari 300-500 buah buku ukuran kecil

6
Ibnu Taimiyyah, Pedoman Islam Bernegara, Terj,Firdaus A.N, (Jakarta: Bulan Bintang,1977),
hlm.16.
7
Ibid, hlm. 18

7
dan besar, tebal dan tipis. Meskipun tidak semua karya tokoh ini tidak dapat
diselamatkan, berkat kerja keras dua pengrang dari Mesir, yaitu ‘Abd al-Rahman
bin Muhammad bin Qasim yang dibantu putranya Muhammad bin ‘Abd al-Rahman,
sebagian karya Ibnu Taimiyyah kini telah dihimpun dalam Majmu Fatawa Ibnu
Taimiyyah yang terdiri dari 37 jilid.
Karya-karya Ibnu Taimiyyah meliputi berbagai bidang keilmuan, seperti
tafsir, hadits, ilmu hadits, ushul fiqh, tasawuf, mantiq, filsafat, politik,
pemerintahan dan tauhid. Karya-karya Ibnu Taimiyyah antara lain :
1. Tafsir wa’Ulum al-Qur’an
a. At-Tibyan fi Nuzuhu al-Qur’an
b. Tafsir surah An-Nur
c. Tafsir Al-Mu’udzatain
d. Muqaddimah fi ‘Ilm al-Tafir.
2. Fiqh dan Ushul Fiqh
a. Kitab fi Ushul Fiqh
b. Kitab Manasiki al-Haj
c. Kitab al-Farq al-Mubin baina al-Thlaq wa al Yamin
d. Risalah li Sujud al-Sahwi
e. Al-‘Ubudiyah
3. Tasawwuf
a. Al-Faraq baina Aulia al-Rahman wa Aulia al-Syaithan
b. Abthalu Wahdah al-Wujud
c. Al-Tawasul wa al-Wasilah
d. Risalah fi al-Salma wa al-Raqsi
e. kitab Taubah f. Al-‘Ubudiyyah
f. Darajat al-Yaqin
4. Ushulu al Din wa al Ra’du ‘Ala al Mutakallimin
a. Risalah fi Ushulu al-Din
b. Kitab al-Iman
c. Al-Furqan baina al-Haq wa al-Bathl
d. Syarah al-‘Aqidah al-Ashfihiniyah
e. Jawabu Ahli al-Ilmi wa al-Iman
f. Risalah fi al-Ihtijaj bi al-Qadr
g. Shihah Ushul Mazhab
h. Majmua Tauhid

8
5. Al Ra’du ‘Ala Ashab al Milal
a. Al-Jawab al-Shahih Liman Badala Dina Al-Haq
b. Al-Ra’du ‘Ala al-Nashara
c. Takhjil Ahli al-Injil 32
d. Al Risalah al-Qabarshiyah
6. Al Fasafah al Mantiq
a. Naqdhu al Mantiq
b. Al-Raddu ‘Ala al Mantiqiyin
c. Al-Risalah al-‘Arsyiah
d. Kitab Nubuwat
7. Akhlak wa al Siyasah wa al-Ijtima’
a. Al-Hasbah fi al-Islam
b. Al Siyasah al-Syar’iyyah fi Ishlah al-Ra’yi wa al-Ru’yah
c. Al Wasiyah al-Jami’ah li Khairi al-Dunia wa al-Akhirah
d. Al Mazhalim al-Musytarikah
e. Al Amru bi al Ma’ruf al Nahyu ‘an al-Munkar
f. Amradlu Qulub wa Syifa’uha
8. Ilmu al-Hadits wa al-Mustalahah
a. Kitab fi ‘Ilmi al-Hadits
b. Minhaj Sunnah Nabawiyyah

Disamping buku-buku yang ditulis Ibnu Taimiyyah diatas juga ada


karyanya yang mashur antara lain : Al-Fatawa AL-Kubra sebanyak lima jilid, Ash-
Shafadiyah sebanyak dua jilid, Al-Istiqamah sebanyak dua jilid, Al- Fatawa AL-
Hamawiyyah Al-Kubra, At-Tuhfah AL-‘Iraqiyyah fi A’mar Al- Qalbiyah, AlHasanah
wa As-Sayyiah, Dar’u Ta’arudh Al-Aql wa An-Naql, sebanyak sembilan jilid.

Menurut Qamaruddin Khan bahwa karya Ibnu Taimiyah yang masih


dijumpai sebanyak 187 buah judul, dari jumlah tersebut dapat dklasifikasikan
menjadi tujuh bersifat umum, empat buah judul merupakan karya besar dan 177
buah judul merupakan karya kecil. Dari 177 buah judul dapat diklasifikasikan
dalam topik-topik pembahasan sebagai berikut : 9 judul masalah Qur’an dan tafsir,
13 judul masalah hadits, 48 judul masalah dokma, 6 judul masalah polemik-
polemik menentang para sufi, 6 judul masalah polemik-polemik menentang
konsep-konsep zimmah, 8 buah masalah yang menentang sekte-sekte Islam, 17
judul masalah fiqh dan ushul fiqh dan 23 judul buku tanpa dklasifikasikan

9
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ibnu Taimiyah lahir pada tanggal 10 Rabi’ul Awal 661 H bertepatan dengan
tanggal 22 Januari 1263 M di kota Harran, Turki. Berasal dari keluarga terpandang
dan religius yang setia pada ajran agama puritan dan amat terikat dengan
madzhab Hanbali. Ayahnya yang bernama Syihabuddin bin Taimiyah adalah
seorang syaikh, hakim dan khatib.
Pada masa tumbuh dan kembangnya, beliau dikelilingi oleh lingkungan
para ulama yang senantiasa memberi kebebasan akan belajar ilmu. Sehingga
beliau menjadi hafidz, wara’, rajin beribadah dan mengetahui berbagai macam
ilmu pengetahuan.
Karirnya sudah dimulai sejak ayahandanya wafat. Beliau mengajar di
madrasah dan majlis ilmu. Hingga pada usia 21 tahun beliau menjadi guru besar
pada salah satu universitas.
Beliau yang sangat teguh pendirian atas ajaran agama Allah, suatu ketika di
penjarakan hingga wafat

DAFTAR PUSTAKA
Amin, Muhammad, Ijtihad Ibnu Taimiyyah Dalam Bidang Fiqh Islam, Jakarta: INIS,
1991.
Iqbal, Muhammad, 100 Tokoh Terhebat dalam sejarah Islam, Jakarta: Inti Media,
2003.
Kamil, Jon Tesis Perkawinan Antar Pemeluk Agama Perspektif Fiqh Ibnu Taimiyyah,
UIN Suska Riau : pasca sarjana, 2011.
Khan, Qamaruddin, Pemikiran Politik Ibnu Taimiyah, Bandung: Pustaka, 1983.
Lewis, the Encyclopedia of Islam, Laiden: E.J.Brill, 1979.

Taimiyyah, Ibnu, Pedoman Islam Bernegara, Jakarta: Bulan Bintang, 1977.

10
i
1

Anda mungkin juga menyukai