Di Susun oleh :
Zaidatun Nikmah
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mengetahui biografi dan pemikiran Ibn Tamiyyah
2. Mengetahui biografi dan pemikiran Ibn Hazm
3. Mengetahui biografi dan pemikiran Muhammad Ibn Abdul Wahhab
BAB II
PEMBAHASAN
1. Ibn Taimiyyah
a. Biografi Ibn Taimiyyah
Ibnu Taimiyah dilahirkan di kota Harran, tepatnya pada hari senin, tanggal
10 Rabiul Awal tahun 661 Hijriyah, tetapi Pada tahun 667 H beliau beserta
keluarga beliau pindah ke Damaskus, akibat adanya instabilitas di kota
kelahirannya. Ibnu Taimiyah lahir di zaman ketika Baghdad merupakan
pusat kekuasaan dan budaya Islam pada masa Dinasti Abbasiyah.
Ketika berusia enam tahun (tahun 1268), Ibnu Taimiyah dibawa ayahnya
ke Damaskus disebabkan serbuan tentara Mongol atas Irak. Nama aslinya
adalah Taqiyuddin Ahmad bin Syihabuddin Abdul Halim bin Majduddin
Abul Barakaat Abdus Salam bin Abu Muhammad Abdullah bin Abul
Qasim Al-Khidhr bin Muhammad Al-Khidhr bin Ali bin Taimiyah Al-
Harrani. Untuk selanjutnya ia lebih dkenal dengan sebutan Ibnu taimiyah.1
Nama Taimiyah dinisbatkan kepadanya karena moyangnya yang
bernama Muhammad bin Al-Khadar melakukan perjalanan haji melalui
jalan Taima’. Sekembalinya dari haji, ia mendapati isterinya melahirkan
seorang anak wanita yang kemudian diberi nama Taimiyah. Sejak saat itu
keturunannya dinamai Ibnu Taimiyyah sebagai peringatan perjalanan haji
moyangnya itu
Semenjak kecil sudah nampak tanda-tanda kecerdasan pada diri
beliau. Begitu tiba di Damaskus, beliau segera menghafalkan al-Qur'an
dan mendalami berbagai cabang ilmu pada para ulama, huffazh dan ahli-
ahli hadits negeri itu. Para ulama di Negara itupun sempat tercengang
dengan kepintaran yang dimiliki Ibnu Taimiyah. Tidak ada seorangpun
yang bisa sepintar beliau.
Ketika umur beliau belum mencapai belasan tahun, beliau sudah
menguasai ilmu Ushuluddin dan sudah mendalami bidang-bidang tafsir,
hadits dan bahasa Arab. Selain itu, beliau telah mengkaji Musnad al-Imam
Ahmad sampai beberapa kali dan mendalami pengkajian ilmu yang
lainnya.
e. Allah memiliki sifat yang tidak bertentangan dengan tauhid dan tetap
mentanzihkan-Nya.
3 Abdur Razak dan Rosihan Anwar , Ilmu Kalam, Bandung: Puskata Setia, 2006, hal. 115
b. Manusia adalah pelaku perbuatan yang sebenarnya dan mempunyai
kemauan serta kehendak secara sempurna, sehingga manusia
bertanggung jawab atas perbuatannya.
c. Allah meridhai pebuatan baik dan tidak meridlai perbuatan buruk. Dalam
masalah sosiologi politik Ibnu Taimiyah berupaya untuk membedakan
antara manusia dengan Tuhan yang mutlak, oleh sebab itu masalah Tuhan
tidak dapat diperoleh dengan metode rasional, baik metode filsafat
maupun teologi. Begitu juga keinginan mistis manusia untuk menyatu
dengan Tuhan adalah suatu hal yang mustahil. 4
2. Ibn Hazm
a. Biografi Ibn Hazm
Tokoh yang bernama lengkap Abu Muhammad Ali bin Abi Ahmad bin
Sa’id bin Hazm bin Galib bin Shalih bin Khalaf bin Ma’dan bin Sufyan bin Yazid
bin abu Sufyan binj Harb bin Umayyah bin Abd Syams al-Umawi, yang lebih
dikenal dengan sebutan Ibnu Hazm al-Zahiri ini lahir di Corvoda pada Rabu, 30
Ramadhan 384 H/7 November 994 M. 5 Sebelum terbitnya matahari pada masa
Hisyam al-Muayyad yang memerintah pada usia 10 tahun setelah al-Hakam al-
Muntashir. Kakeknya, Yazid, adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari
garis kakeknya dan berasal dari Persia. Sedangkan Khalaf bin Ma’dan adalah
kakeknya yang pertama kali masuk Negeri Andalusia bersama Musa bin Nusair
dalam bala tentara penaklukan pada 93 H, sehingga dari garis nasabnya dapat
diketahui bahwa ia mempunyai garis keturunan yang berasal dari keluarga
Persia.
Ibnu Hazm wafat pada hari Ahad, dua hari terakhir pada bulan
Sya’ban 456 H. 1064 M. Dengan umur 71 tahun 10 bulan 29 hari dipadang
Labbah, sebuah desa di bagian barat Andalusia di Selat laut Besar Namun
ada yang mengatakan bahwa beliau meninggal di desa kelahirannya,
Monlisam.
b. Pemikiran Ibn Hazm
7 http://repository.uin-suska.ac.id
hamba yang disucikan” menurut az-Zahiri adalah susunan kalimat berita
(khabariyah), bukan kalimat perintah (insha>’iyah). Kalimat berita tidak
mengandung makna perintah, sehingga tidak menghasilkan hukum wajib
atau sunnah. Memalingkan lafal khabariyah kepada insha>’iyah tidak
diperbolehkan, kecuali ada nash atau ijmak.8
3. Kulit bangkai yang disamak, termasuk kulit babi,anjing dan binatang
buas, adalah suci.
Apabila kulit hewan tersebut telah disamak, maka kita dihalalkan
untuk menjual kulit hewan tersebut dan diperbolehkan salat dengan
memakai benda tersebut. Yang dikecualikan ibn Hazm hanyalah kulit
manusia. Menurut Ibn Hazm, kulit manusia tidak halal disamak,
meskipun ia orang kafir. 9
Pendapat ini berdasarkan hadis dari Ibn Abbas yang
meriwayatkan dari rasulullah “kulit apa saja yang disamak adalah
suci”. Pendapat ini bertentangan dengan pendapat jumhur ulama’ yang
berpendapat bahwa kulit hewan yang disamak dapat dinilai suci apabla
hukum asal hewan tersebut adalah suci. Karena itu jumhur berpendapat
bahwa hasil samakan kulit babi dan anjing (yang hukum asal keduanya
adalah najis) hukumnya najis.10
Salah satu pelopor pembaruan dalam dunia Islam Arab adalah suatu
aliran yang bernama Wahabiyah yang sangat berpengaruh di abad ke-19.
13 Ibid
14 Ibid
15 Core.ac.uk>download>pdf
Wahabiyah adalah suatu bagian dari firqah Islamiyah, dibangun oleh
Muhammad bin Abdul Wahab (1702 M – 1787 M). 16 Paham atau Madzhab
Wahabi pada hakikatnya adalah kelanjutan dari mazhab Salafiyyah yang
dipelopori Ahmad Ibnu Taimiyyah.
Muhammad bin Abdul Wahab mendalami ilmu-ilmu syariat dengan
berkeliling ke wilayah-wilayah islam, seperti Basrah, Baghdad, Hamadzan,
Ashfaham, Qum, dan Kairo. Setelah itu ia berkeliling mendakwahkan
pahamnya yang tak jauh berbeda dengan paham Ibnu taimiyyah dan
mayoritas penganut mazhab Hambali. Abdul Wahab mengadakan
pembaruan dengan memperketat beberapa masalah yang tidak dilakukan
oleh guru-gurunya. Ia mengharamkan rokok, melarang membangun
kuburan, meskipun sekedar dengan membuat gundukan tanah, melarang
tashwir (foto atau gambar makhuk bernyawa). Ia juga melarang berbagai
adat kebiasaan.17
Hal terpenting yang sangat diperhatikannya adalah masalah tauhid
yang menjadi tiang agama; yang terkristalisasi dalam ungkapan la ilah illa
Allah. Menurutnya, tauhid telah dirasuki berbagai hal yang hampir
menyamai syirik, seperti mengunjungi para wali, mempersembahkan
hadiah dan meyakini bahwa mereka mampu mendatangkan keuntungan
atau kesusahan, mengunjungi kuburan mereka dikunjungi oleh orang dari
berbagai penjuru dunia dan di usap-usap. Seakan-akan Allah sama dengan
penguasa dunia yang dapat didekati melalui para tokoh mereka, dan orang-
orang dekat-Nya. Bahkan manusia telah melakukan syirik apabila mereka
percaya bahwa pohon kurma, pepohonan yang lain, sandal atau juru kunci
makam dapat diambil berkahnya, dengan tujuan agar mereka dapat
memperoleh keuntungan. Bagaimana menyelamatkan dari keyakinan-
keyakinan seperti ini?
Menurutnya, Allah swt semata-mata Pembuat Syariat dan akidah.
Allah-lah yang menghalalkan dan mengharamkan. Ucapan seseorang tidak
dapat dijadikan hujah dalam agama, selain Kalamullah dan Rasulullah.
16 K.H. Siradjuddin Abbas, I’tiqad Ahlusunnah Wal Jamaah, (Jakarta : Pustaka Tarbiyah Baru,
2008), hlm. 35.
17 Dr. Mustofa Muhammad Asy –Syak’ah, Islam Tidak Bermazhab, (Jakarta : Gema Insani Press,
1994), hlm.392-393.
Adapun pendapat para teolog tentang akidah serta pendapat para ahli fikih
dalam masalah halal dan haram bukanlah hujah. Setiap orang yang telah
memenuhi syarat untuk melakukan ijtihad berhak melakukannya. Bahkan
dia wajib melakukannya. Menutup pintu ijtihad merupakan sebuah bencana
atas kaum muslim, karena hal itu dapat menghilangkan kepribadian dan
kemampuan mereka untuk memahami dan menentukan hukum. Menutupi
pintu ijtihad berarti membekukan pemikiran dan menjadikan umat hanya
mengikuti pendapat atau fatwa yang tertera dalam buku-buku orang yang di
ikutinya.18
Gerakan kedua dari usaha pemurnian aqidah yang dilakukan Wahabi
adalah pemberantasan bid’ah, misalnya perayaan Maulid, keluarnya kaum
wanita ikut mengiringi jenazah, perayaan-perayaan spiritual, haul untuk
memperingati kematian wali, acara-acara yang lazim dilakukan para
pengikut aliran sufi untuk mengenang kematian guru atau nenek moyang
mereka. Di samping itu, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, beberapa
kebiasaan, seperti merokok, berlebihan minum kopi, laki-laki yang
memakai kain sutera, mencukur jenggot, dan memakai perhiasan emas,
juga dianggap bid’ah.19
Tauhid, menurut Ibnu Abdul Wahhab, pada dasarnya adalah
pengabdian (ibadah) hanya kepada Allah dengan cara yang benar-benar
mengesakan-NYA. Ia membagi tauhid menjadi 3, yaitu :
1. Tauhid Rububiah, berkenaan tentang pengesaan Allah sebagai maha
pencipta segala sesuatu yang terlepas dari segala macam pengaruh
dan sebab.
2. Tauhid Asma wa sifat , berhubungan dengan pengesaan nama dan
sifat-sifat Allah yang berbeda dengan Makhluk-NYA.
3. Tauhid Ilahiyah, berkaitan dengan pengesaan Allah sebagai Tuhan
yang di sembah.20
18 Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1995), hlm. 269-270.
19 Dr. Mustofa Muhammad Asy –Syak’ah, Islam Tidak Bermazhab, (Jakarta : Gema Insani Press,
1994), hlm.395.
20 http://zafirint.wordpress.com/tentang-pemikiran-Muhammad-bin-‘abd-al-wahhab/
Di antara ajaran Muhammad bin Abdul Wahab yang berkenaan
dengan tauhid adalah :
1. Zat yang boleh disembah hanyalah Allah semata, dan orang yang
menyembah kepada selain Allah telah menjadi musyrikdan boleh
dibunuh.
2. Kebanyakan umat islam bukan lagi penganut tauhid yang murni
karena mereka meminta pertolongan bukan lagi kepada Allah, tetapi
kepada para wali dan orang saleh. Muslim seperti ini telah menjadi
musyrik.
3. Termasuk perbuatan musyrik adalah memberikan dan menyebutkan
“gelar dan sebutan kehormatan” kepada nabi, wali atau malaika,
terutama dalam shalat, misalnya kata sayyidina, habibuna, atau
syafi’una.
4. Memperoleh dan menetapkan ilmu yang tidak didasarkan kepada Al
Qur’an dan Sunnah merupakan kekufuran.
5. Menafsirkan Al Qur’an dengn takwil merupakan kekufuran.
6. Pintu ijtihad selalu terbuka dan wajib dilaksanakan oleh orang yang
mampu.21
Itulah dasar dakwah Muhammad bin Abd al-Wahhab. Dia mengikuti
ajaran Ibn Taimiyah. Atas dasar itu pula dibangunlah hal-hal yang parsial.
Menurutnya, manusia bebas berpikir tentang batas-batas yang telah
ditetapkan oleh al-qur’an dan sunah. Dia memerangi segala macam bentuk
bid’ah, dan mengarahkan orang agar beribadah dan berdo’a hanya untuk
Allah, bukan untuk para wali, syeikh, atau kuburan.
Menurutnya, kita harus kembali pada islam pada zaman awal, yang
suci dan bersih. Dia berkeyakinan bahwa kelemahan kaum Muslim hari ini
terletak pada akidah mereka yang tidak benar. Jika akidah mereka bersih
seperti akidah para pendahulunya yang menjunjung tinggi kalimat la ilah
illa Allah (yang berarti tidak menganggap hal-hal lain sebagai Tuhan selain
Allah, tidak takut mati, atau tidak takut miskin dijalan yang benar), maka
BAB III
PENUTUP
22 Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam
3.1 KESIMPULAN
1. Ibn Taimiyyah
Nama lengkap Ibnu Taimiyyah adalah Taqiyuddin Ahmad bin
Syihabuddin Abdul Halim bin Majduddin Abul Barakaat Abdus
Salam bin Abu Muhammad Abdullah bin Abul Qasim Al-Khidhr
bin Muhammad Al-Khidhr bin Ali bin Taimiyah Al-Harrani .Ia lahir
di kota Harran yang terletak di daerah Mesopotamia, pada hari senin,
tanggal 10 Rabi‘ul Awal 661 H / 22 Januari 1263 M.
Dari penjelasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa
pemikiran dari Ibnu Taimiyah, dalam hal ini berpikir masalah Ilmu
Kalam tau Teologi, beliau menjaukan hal-hal yang merejuk pada
pemikiran seorang manusia. Beliau lebih mengutamakan peran dari
Al Qur‟an dan Hadits.
2. Ibn Hazm
Abu Muhammad Ali bin Abi Ahmad bin Sa’id bin Hazm bin Galib bin
Shalih bin Khalaf bin Ma’dan bin Sufyan bin Yazid bin abu Sufyan binj
Harb bin Umayyah bin Abd Syams al-Umawi
Pemikiran Ibn Hazm dalam bidang fiqh antara lain tidak boleh
melakukan ‘azl (coitus interuptus/ senggama terputus), mushaf al-
Qur’an boleh disentuh oleh orang yang dalam keadaan junub atau orang
yang tidak dalam keadaan berwudhu serta Kulit bangkai yang disamak,
termasuk kulit babi,anjing dan binatang buas, adalah suci.
3. Muhammad Ibn Abdul Wahhab
Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb (1115 - 1206 H/1701 -
1793 M) adalah seorang ahli teologi agama Islam dan seorang
tokoh pemimpin gerakan keagamaan yang pernah menjabat sebagai
mufti Daulah Su'udiyyah yang kemudian berubah menjadi
Kerajaan Arab Saudi dan beliau adalah seorang ulama yang
berusaha membangkitkan kembali pergerakan perjuangan Islam
secara murni.
Pemikiran yang dikemukakan oleh Muhammad Abdul Wahab
adalah upaya memperbaiki kedudukan umat Islam terhadap paham
tauhid yang terdapat di kalangan umat Islam saat itu. Paham tauhid
mereka telah bercampur dengan ajaran-ajaran tarikat yang sejak
abad ke-13 tersebar luas di dunia Islam. Masalah tauhid memang
merupakan ajaran yang paling dasar dalam Islam. Oleh karena itu,
tidak mengherankan apabila Muhammad Abdul Wahab
memusatkan perhatiannya pada persoalan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ibn Hazm, an-Nabzat al-Kaifiyyat fi Ahkām Uṣhūl al-Dĩn, ( Beirut : Dār al-Kitab
al-Ilmiyyah, 1985 )
H. Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam ; Kajian Filsafat Pendidikan
Islam. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000)
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Muhammad_bin_Abdul_Wahhab
http://zafirint.wordpress.com/tentang-pemikiran-Muhammad-bin-‘abd-al-
wahhab/
Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1995)