BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
tahuan” atau kebiadaban”. Pada saat itu masyarakat Arab tidak pandai baca-tulis.
Mereka juga memeluk agama watsani, yang bertuhankan kepada banyak berhala
berpecah-belah, saling berperang satu dengan yang lain karna masalah yang
sepele, yang kuat menguasai yang lemah, wanita tidak ada harganya, berlakulah
syair jahili yang disebarkan secara hafalan. Agama warisan Nabi Ibrahim as. dan
dibawa oleh Nabi Ibrahim yaitu meyakini adanya Allah SWT sebagai Rab al-
1
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), h. 11.
2
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2011), h. 13-14.
2
atau suku memiliki patung (berhala) sendiri sebagai pusat penyembahan. Sebutan
disebut Shanam, berhala berbentuk manusia, terbuat dari logam atau kayu,
Wathan terbuat dari batu, dan Nushud adalah batu karang tanpa suatu bentuk
Mereka beranggapan batu karang itu berasal dari langit meskipun agaknya itu
Nampaknya, ajaran agama Allah yang dibawa dan disiarkan oleh Nabi
sebelumnya makin lama makin luntur, dan cahayanya makin suram. Manusia
lahan dibawa oleh hawa nafsunya ke dalam jurang kehinaan dan kenistaan.
Ajaran agama yang berubah-ubah menjadi agama paganisme yang sulit dipahami
dan menimbulkan percampur adukan antara Tuhan dan manusia. Dan orang-
dan khurafat berkembang dengan pesatnya, hal ini ber imbas pula kepada
Untuk merobah prilaku Jahiliyah Bangsa Arab, maka Allah yang Maha
Rasulullah adalah seorang hamba Allah yang berhiaskan budi pekerti yang
luhur dan terpuji. Beliau sangat terkenal di kalangan masyarakat Quraisy
sebagai kesatria, selalu teguh dan tepat memegang janji, orang yang baik
dengan tetangga dan sangat santun dan orang yang selalu menjauhkan diri
dari perbuatan yang tidak baik, rendah diri (tawadhu’), dermawan,
pemberani, jujur, dan terpercaya sehingga mereka menyebutnya al-amin,
atau yang sangat jujur dan terpercaya.4
Tidak kurang dari 1437 (seribu empat ratus tiga puluh tuju) tahun yang
lalu Rasul Muhammad SAW mulai menerima wahyu Allah sebagai petunjuk dan
Hijrah (6 Agustus 610 M). Petunjuk dan intruksi tersebut seperti yang terdapat
mengemban tugas mulia untuk menyebar luaskan risalah yang sarat dengan
ajaran-ajaran yang memuat nilai luhur. Dalam menyebar luaskan ajaran yang
diterimanya itu Rasulullah SAW menempuh cara yang dikenal dengan istilah
4
Ibid, h. 17.
5
QS. al-Alaq [96]: 1-5. Departeman Agama RI, Al-Hidayah Al-Qur’an Tafsir Perkata,
(Tangerang: Kalim, 2010), h. 598.
4
dapat disimpulkan bahwa dakwah memiliki andil yang sangat besar sehingga
sinar Islam bisa terpancar sampai ke pelosok negeri di seluruh penjuru dunia.
dilakukan secara sadar dan sengaja dalam upaya meningkatkan taraf dan tata
nilai hidup manusia dengan berlandaskan ketentuan Allah SWT dan Rasulullah
SAW.8
dilakukan dengan berbagai macam cara yang tentunya tidak bertentangan dengan
syariat Islam, salah satunya adalah melalui mimbar khutbah jumat sebagai salah
6
Ramayulis, Sejarah Pendidikan, h. 18.
7
QS. al- Hijr [94]: 94. Departeman Agama, Al-Qur’an Tafsir, h. 268.
8
Alwisral Imam Zaidallah, Setrategi Dakwah,(Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 4.
5
diharapkan bisa dimanfaatkan oleh seorang khatib sebagai salah satu juru
dakwah yang akan memberikan pencerahan kepada jamaah jumat terkait dengan
Terlebih lagi pada saat ini, masyarakat Dusun Kekalek khususnya, sedang
dan pihak remaja sehingga tidak tercermin perilaku yang tua mencintai yang
muda dan yang muda menghormati yang tua. keharmonisan antara kedua belah
antara kedua belah pihak melalui salah satu upaya seperti melalui mimbar
khutbah jum’at. Dalam hal ini tentu masyarakat menaruh harapan yang besar
pada pundak seorang khatib selaku salah satu juru dakwah di tengah-tengah
tema-tema khutbah yang berkaitan dengan persoalan yang sedang dihadapi oleh
bahaya perpecahan dan lain sebagainya yang masih berkaitan dengan masalah
Namun ironinya hal itu agaknya masih berupa harapan semu, karna
setelah beberapa kali mengikuti kegiatan shalat jumat di Masjid Nurul Ashli
harapkan, bahkan yang peneliti temukan malah sebaliknya yakni tema khutbah
jumat yang disampaikan atau yang ditampilkan oleh khatib belum mampu
B. Fokus Kajian
1. Tujuan Penelitian
Pringgarata.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
pengetahuan dalam bidang ilmu dakwah bagi para da’i, khatib serta
masyarakat.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi para khatib dan da’i, diharapkan hasil penelitian ini dapat
diharapkan.
3) Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membentuk para khatib yang
para jama’ah jumat dan masyarakat yang lebih luas pada umumnya.
Profesionalisme Khatib dan objek pada penelitian ini adalah Khatib yang ada di
Masjid Nurul Ashli Kekalek Kecamatan Pringgarata Lombok Tengah. Itu adalah
merupakan hal yang sangat penting, di mana seorang khatib adalah merupakan
salah satu juru dakwah yang ada di tengah-tengah masyarakat diharapkan mampu
oleh masyarakat setempat. Sehingga pada akhirnya hal itu bisa menjadi solusi
atau jawaban terkait dengan persoalan yang sedang dihadapi oleh masyarakat
setempat.
2. Setting Penelitian
9
Adapun yang menjadi setting penelitian ini adalah Masjid Nurul Ashli
ini adalah atas pertimbangan salah satunya dikarnakan Dusun ini memiliki
penduduk yang cukup banyak dan rutinitas ummat muslim di Dusun ini seperti
shalat jum’at selalu dihadiri oleh seluruh jamaah laki-laki yang sudah dibebankan
hukum wajib juma’at. Namun di samping itu ada sebagian dari kalangan remaja
lebih memilih nongkrong di pinggir jalan ketika khutbah jum’at berlangsung dari
pada ikut mendengarkan khutbah jum’at bersama jamaah yang lain. Hal ini
menurut analisa peneliti adalah merupakan akibat dari khutbah yang cenderung
monoton.
melakukan penelitian di lokasi ini, selain bertujuan untuk mengetahui secara lebih
luas terkait dengan upaya khatib dalam menyampaikan khutbah jum’at juga untuk
mengetahui respon jamaah jum’at terkait dengan khutbah yang disampaikan oleh
khatib.
E. Telaah Pustaka
perbandingan dan tambahan agar penelitian ini terarah, tidak jauh dari konteks
yang diinginkan sehingga sesuai dengan permasalahan pada fokus penelitian. Hal
ini peneliti lakukan agar penulisan skripsi ini memiliki bobot dan dapat
menjadi subjek pada penelitian ini ialah Khatib yang ada di Masjid Nurul
terletak pada fokus penelitian yang mana dalam hal ini peneliti memfokuskan
9
Muhamad Anom, “Eksistensi Muhadharoh Usbu’iyah Dalam Mencetak Da’i dan
Da’iyah Profesional di Pondok Pesantren Nurul Muhsinin Desa Batujai Kecamatan Praya Barat
Kabupaten Lombok Tengah”, (Skripsi IAIN Mataram, 2014)
11
10
Hajjah Umawati, “Peranan Khutbah Jum’at Dalam Meningkatkan Ketaqwaan Jama’ah
Masjid Riyadlul Wardiyah di Desa Kerandangan Kecamatan Batu Layar Lombok Barat”, (Skripsi
IAIN Mataram, 2004)
12
dakwah yang dihadapi oleh majelis pengajian di Masjid Nurul Whatan Wakan
Tengah”.
oleh Murniati ialah terletak pada garis besarnya dimana masih sama-sama
pada lokasi juga terletak pada fokus dimana pada penelitian yang dilakukan
11
Murniati, “Problematika Dakwah di Pedesaan di Majelis Pengajian di Masjid Nurul
Whatan Wakan Desa Wakan Kecamatan Jerowaru Lombok Timur”, (Skripsi IAIN Mataram, 2013)
13
penelitian ini lebih menitik beratkan pada profesionalisme khatib dan bagai
jum’at.
F. Kerangka Teoretik
1. Profesionalisme Khatib
a. Pengertian Profesi
. قال النبي صلى هللا عليه وسلم ِإَذ ا ُو ِّسَد اَأْلْم ُر ِإَلى َغ ْيِر َأْه ِلِه َفاْنَتِظ ِر الَّساَع َة: عن أبى هريرة رضي هللا عنه قال
)(رواه البخاري
Artinya,
“Apabila urusan telah diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka
12
Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Byrut: Darul Kitab al-Ilmiyyah, 1992), Jilid 1, h. 26.
14
profesi yang disandang oleh seorang khatib, adalah suatu pekerjaan yang
diharapkan.14
b. Pengertian Profesional
professional dapat diartikan sebagai kata yang menunjuk pada dua hal.
melaksanakannya.16
c. Profesionalisme
13
Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Ciputat: Reperensi (GP
press Group), 2013), h. 20.
14
Ibid., h. 20.
15
Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 28-29.
16
Umi Chulsum & Windy Novia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya: Kashio,
2014), h. 549
15
jawab dan kesetiaan terhadap profesi. Suatu profesi secara teoretik tidak
bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih atau dipersiapkan
untuk itu.17
akademik.18
tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu hanya
kekhususan (spesialisasi).
17
Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta: Adicitra Karya
Nusa, 2000), h. 95.
18
Syaipul Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2006), h.
195-199.
16
alat atau bekal yang sangat dibutuhkan bagi seorang khatib yang akan
2. Khutbah Jum’at
19
Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.
158.
17
yang diucapkan oleh khatib dengan syarat yang telah ditentukan syara’
jum’at adalah panggilan, ajakan, baik pada diri sendiri maupun orang lain
nasihat yang baik dan argumen yang logis. Khutbah merupakan rangkaian
yang tidak bisa dipisahkan dari pelaksanaan shalat jum’at karena khutbah
yang harus menjadi perhatian bagi setiap khatib. Kebijaksanaan itu dapat
1) Pengantar
a) Memberi peringatan
Jumu’ah ayat: 9
22
QS. al-Jumu’ah [62]: 9. Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tafsir Perkata, (Tanggerang:
Kalim, 2010), h. 555.
20
tersebut.
b) Muqaddimah
(1) Hamdalah
(2) Syahadat
(3) Shalawat
c) Wasiat
sekali. Sekiranya yang akan dibaca itu bekal yang akan jadi
argument nanti bagi isi khutbah, dan juga ada baiknya kalau
2) Isi (maudhu’)
a) Judul
jum’at.
23
Alwisral, Strategi Dakwah, h. 166-174.
22
b) Materi
c) Interupsi
tahiyat masjid.24
24
Ibid., h. 175-176.
23
3) Penutup
4) Khutbah II
berisikan do’a.25
1) Dakwah
Jika ditilik dari segi bahasa (etimologi), maka dakwah dapat berarti
memanggil, mengundang, mengajak, menyeru, mendorong ataupun
memohon. Dalam ilmu tata bahasa Arab, kata dakwah merupakan
25
Ibid., h. 176-177.
24
bentuk masdar dari kata kerja da’a, yad’u, da’watan, yang berarti
memanggil, atau mengajak.26
2) Tabligh
sebagai berikut:
a) Buya Hamka
tulisan, hal ini mengigat istilah tabligh lebih dahulu dan popular
3) Khutbah
jum’at.30
sarana dimana media dakwah lebih luas atau lebih banyak, sementara
ceramah-ceramah atau pidato lainnya, maka dia sangat terikat dengan hal-
30
Hajjah Umawati, “Peranan Khutbah Jum’at Dalam Meningkatkan Ketaqwaan Jamaah
Masjid Riyadlul Wardiyah Desa Kerandangan Kecamatan Batulayar Lombok Barat, (Skripsi, FDK
IAIN Mataram, Mataram, 2004), h. 5.
26
hal yang perlu diperhatikan oleh seorang khatib demi untuk kesempurnaan
1) Syarat-syarat khutbah
dan shalat.
g) Khatib suci dari hadats dan najis baik badan pakaian maupun
2) Rukun-rukun khutbah
d) Membaca ayat Qur’an dalam salah satu khutbah, namun yang lebih
3) Sunnah-sunnah khutbah
hadirin.
32
Zeid Husein Al-Hamid, Salat Empat Mazhab, (Jakarta: PT. Pustaka Litera Antar Nusa,
2008), h. 360-363.
33
Achmad Sunarto, Khutbah Jum’at Panduan Hidup Muslim, (Surabaya: Karya Agung),
h. 8.
28
kesempurnaan khutbah, ada beberapa hal yang juga harus dihindari bagi
yang dikehendaki.”
jiwanya. Apabila perasaaan yang halus dan pemikiran yang bijak suddah
para jamaah.34
memilih topik dan tema yang tepat dan tentunya juga dibutuhkan adanya
g. Bobot Materi
maka bentuk nasihat, fatwa dan pesan-pesan keagamaan yang ada dalam
h. Fokus
judulnya agar sesuai dengan situassi dan kondisi jamaah, juga harus benar-
khutbah yang efektif dan efisien, yang padat dan mengena sasaran. Tidak
mengarah pada satu topik yang jelas. Khutbah yang jelas dan mengena
i. Dialogis
j. Gaya Bahasa
perhatian para jamaah. Susunan bahasa yang indah dan bisa member kesan
puitis akan memiliki kelebihan tersendiri. Namun bahasa yang indah baru
akan punya makna yang besar, apabila ia dibawakan oleh khatib yang
terjadi, khatib yang memiliki bahasa yang indah tapi tidak kuasa memikat
k. Teknik Suara
38
Ibid, h. 19-20.
39
Ibid, h. 22.
32
kepada penampilan khatib yang memiliki suara empuk dan enak didengar.
Apalagi suara yang nada dan kecepatannya teratur dan berirama, tentu
isinya. Sebaliknya jamaah akan cepat bosan, jemu dan mengantuk, bila
suara sang khatib dirasakan sumbang iramanya, tidak serasi nadanya dan
monoton.40
dengan tidak menggunakan tekanan, dan tanpa irama suara tinggi rendah,
atau yang bisa disebut gaya bayak. Gaya khutbah semacam ini pasti akan
menghasilkan corak khutbah yang datar dan terasa dingin, kurang menarik
dan tidak efektif. Ada lagi tipe khutbah gaya klasik. Yaitu dengan
menggunakan laggu dan irama yang khas, tapi bersipat monoton, polos
para hadirin dengan gaya bicaranya yang penuh perasaan, dan dapat
40
Ibid, h. 29-30.
33
sebut dengan istilah gaya agitator. Yaitu gaya para pemimpin massa yang
bentuk bacaan. Oleh sebab itu harus diperhatikan tata tertib dalam
1) Pakaian
2) Raut muka
kepada raut muka atau wajah khatib pada waktu naik mimbar.
3) Kewibawaan
4) Menguasai bahan
Materi yang akan disampaikan oleh khatib dan juga harus sesuai
5) Suara
41
Ibid, h. 32-33.
34
6) Potongan-potongan kalimat
sebagai koma, di mana pula titik, tanda tanya dan sebagainya. Khatib
7) Pertanyaan
8) Berlaku adil
telinganya saja.
35
9) Suasana kesatuan
dia sendiri dengan para jamaah dan antara jamaah sesama mereka
melalui khutbahnya itu. Khatib tidak boleh membuka front dan jamaah
para jamaah penuh dengan dosa. Khatib perlu ingat bahwa tugasnya
dan persatuan.42
G. Metode Penelitian
cara mencari kebenaran dan asas-asas (sesuatu yang menjadi landasan berfikir
1. Pendekatan Penelitian
42
Alwisral, Strategi Dakwah, h. 177-179.
43
Umi Chulsum, Kamus Besar, h. 62.
44
Ibid., h. 461.
36
lapangan, guna untuk memperoleh informasi baik secara lisan maupun tulisan
2. Kehadiran Peneliti
kunci dan sekaligus sebagai pengumpul data dari subjek yang diteliti juga
dibahas dan untuk memperoleh data dari objek penelitian tersebut. Oleh
informasi yang diperoleh selanjutnya dicatat sebagai bahan dan isi dalam
45
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2015), h. 95.
37
dan dokumentasi.
3. Lokasi Penelitian
tingkat kepedulian terhadap pengetahuan agama yang cukup tinggi. Hal ini
itu tujuan peneliti memilih Dusun Kekalek sebagai lokasi penelitian adalah:
khutbah jum’at untuk dijadikan sebagai salah satu sarana yang akan
4. Sumber Data
dapat peneliti angkat dari sumber-sumber data sebagai informasi. Sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah data primer berupa kata-kata, dan
tindakan, data skunder adalah merupakan data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain.46
a. Data Primer
penelitian ini adalah khatib masjid Nurul Ashli dan jamaah jum’at.
b. Data Skunder
46
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2008), h. 157.
39
Adalah data tambahan yang berasal dari sumber terulis dan dari
buku-buku dalam hal ini buku khutbah yang dibaca oleh khatib Masjid
Nurul Ashli, data Dusun, jumlah penduduk, pengurus masjid Nurul Ashli
a. Observasi
obyek penelitian dengan bantuan alat indra. Hal ini sejalan dengan apa
47
Sugiyono, Memahami Penelitian, h. 62.
48
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan
Ilmusosial Lainnya, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), h. 154.
40
b. Wawancara
tak berstruktur, hal ini dimaksudkan agar peneliti bisa lebih bebas dalam
bertanya namun juga harus mengingat akan data apa saja yang
dikumpulkan.
49
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h.
130.
41
2) Jamaah jum’at
c. Dokumentasi
profil khatib, buku khutbah yang dibacakan oleh khatib ketika berkhutbah,
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
orang lain.51
50
Dewi Sadiah, Metode Penelitian Dakwah Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2015), h. 91.
51
Ibid, h. 91-92.
42
dokumentasi.
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema atau polanya.
sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman menyatakan, yang paling
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
peneliti lebih mudah menganalisis data untuk mendapatkan hasil yang valid
a. Perpanjangan Pengamatan
b. Meningkatkan Ketekunan
kepastian data dan urutan pristiwa akan dapat direkam secara pasti dan
melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu sah
atau tidak.
c. Triangulasi
pengecekan data dari berbagai sumber dan berbagai cara serta berbagai
mengecek data kepada sumber yang sama dengan cara yang berbeda.
saat nara sumber masih segar, akan dapat memberikan data yang lebih
berbeda.53
membandingkan data hasil wawan cara dengan dokumen. Dengan cara ini
53
Ibid., h. 122-127.
54
Muleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), h.
181.
45
BAB II
penelitian, maka pada bagian ini penulis membahas tentang hal-hal yang
berkaitan dengan keberadaan lokasi penelitian. Hal-hal yang dimaksud antara lain
sebagai berikut.
46
Pada permulaan tahun seribu Sembilan ratus enam puluh satu (1961)
Masjid Nurul Ashli mulai dibangun diatas lahan suluas 40m² dengan
bangunan seluas 9m² ketika amak Irah (ALM) menjabat sebagai penghulu
Dusun Kekalek. Pada saat itu Masjid Nurul Ashli tidak hanya digunakan
sebagai sarana peribadatan seperti shalat jum’at dan salat lima waktu saja
melainkan juga digunakan sebagai ivent atau acara untuk menggalang dana
yang mana pada saat itu masing-masing kepala keluarga dikenai duaratus
bapak haji Muntaha (ALM) sebagai kas Masjid Nurul Ashli Dusun Kekalek.
akan luas bangunan masjidpun semakin bertambah, luas bangunan yang hanya
9m² pun sudah semakin sesak dan akhirnya tokoh-tokoh yang ada sepakat
(1986) masjid nurul Ashli kembali diperluas menjadi lebih kurang 23m²
dengan dana awal tiga puluh juta rupiah yang di kumpulkan dari sumbangan
belas sampai tiga puluh lima ribu rupiah dan pembangunan Masjid Nurul
Ashli selesai pada permulaan tahun seribu sembilan ratus delapan puluh
delapan.55
kendaraan. Masjid Nurul Ashli terletak di pinggir jalan utama menuju Dusun
Murbaya. Adapun batasan wilayah yang dimiliki Masjid Nurul Ashli secara
b. Sebelah Selatan : Jalan utama menuju Dusun Murbaya yang juga dipenuhi
55
Wawancara, Dengan Bapak Hamid, Selaku Tokoh Masyarakat Dusun Kekalek, tanggal
5 Mei 2017.
48
Sarana dan prasarana adalah merupakan suatu hal yang harus ada,
keagamaan dengan menimbang hal tersebut maka tanpa adanya sarana dan
Table 2.1
Kekalek56
Tengah dapat dikatakan cukup baik dan layak untuk menunjang proses
56
Observasi, Pada tanggal, 19 Mei. 2017.
49
Usia : 56 tahun
57
Wawancara, Dengan Bapak Solinah, Selaku Khotib Masjid Nurul Ashli Dusun Kekalek,
tanggal 13 Mei 2017.
50
Usia : 52 Tahun
Riwayat Pendiddikan : lebih kurang pada awal tahun 1972 di usia ke tujuh,
tinggi.58
58
Wawancara, Dengan Bapak Ramli, Selaku Khatib Masjid Nurul Ashli Dusun Kekalek,
tanggal 2 Juni 2017.
51
beragama Islam. Penduduk Dusun Kekalek masih kental dengan budaya yang
Masyarakat atas anugrah yang telah diberikan oleh Allah SWT. Yang mana
kegiatan ini selalu diadakan ketika menjelang hari-hari besar islam seperti
malam terakhir bulan Ramadhan, hari raya ketupat dan pada malam hari raya
Idul Adha.
yang kerap disebut oleh Masyarakat sekitar dengan sebutan dile jojor. Dile
Jojor ini dinyalakan pada malam-malam ganjil bulan Ramadhan yakni pada
lebih antusias untuk menyalakannya pada malam ke 29 hal ini dipercaya oleh
Masyarakat sekitar bisa menerangi jalan pulang kerabat yang sudah lebih
jojor dinyalakan lalu selanjutnya diletakkan di setiap sudut rumah bagian luar.
bentuk perpisahan dengan mereka, bukan hanya itu saja bahkan bagi sebagian
52
masyarakat ada juga yang meletakkan dile jojor di bawah pohon-pohon yang
sebagai berikut:
a. Sifat tolong menolong yang cukup tinggi itu sangat nampak ketika ada
TABEL 2.2
59
Wawancara, Dengan Ibuk Endang, Warga Dusun Kekalek, tanggal 13 Mei 2017.
60
Dokumentasi, Propil Desa Murbaya Kecamatan Pringgarata, tanggal 17 Mei 2017.
53
4 Bertais - - - -
5 Dasan Baru - - - -
6 Repok Dasan - - - -
Baru
Dusun Kekalek untuk saat ini lumayan banyak, dan dari sekian banyak
beragama Islam. Sehingga hal itu tentu akan memberi keuntungan tersendiri
sebagai berikut:
KADUS
PENGHULU KIYAI
PEKASIH
MARBOT
54
Gambar 2.1
61
Wawancara Dengan Bapak Solinah, Kiyai Dusun Kekalek, Pada tanggal 6 Mei
2017.
55
III. SEKSI-SEKSI
2. Bapak Sahlun
3. Bapak Solinah
4. Bapak Muhsan
4. Iwajdi.
dengan Bapak Solinah selaku khatib Masjid Nurul Ashli Dusun Kekalek
menyatakan:
mewawancarai bapak Ramli pada tanggal 2 Juni 2017 yang juga sebagai khatib
menyebutkan bahwa:
mengatakan:
Menurut tiang (saya) khatib kita niki (itu) letak kekurangannya pada tata
bahasanya, sehingga loek leman sak toak-toak niki sak kurang ngerti
leman lek ape sak sin sampean (banyak dari yang tua-tua yang kurang
mengerti dari apa yang disampaikan) oleh khatib niki (itu). Ye arak doang
unin tiang dengah niki leman sak toak-toak (ada sajak yang saya dengar
pernyataan semacam itu dari yang tua-tua). Sementara masalah
keprofesionalan tiang (saya) menilai khatib kita niki (itu) cukup
professional meski memang masih agak kurang. Sementara bakat, tiang
(saya) melihat khatib kita ada bakat tapi sayang bakat niki (itu) kurang
diasah sehingga cara menyampaikannya monoton atau barak niki-niki
62
Wawancara, dengan Bapak Solinah, selaku Khatib Masjid Nurul Ashli Dusun Kekalek,
tanggal 13 Mei 2017.
63
Wawancara, dengan Bapak Ramli, selaku Khatib Masjid Nurul Ashli Dusun Kekalek,
tanggal 2 Juni 2017.
57
Khatib kita yang ada di Masjid Nurul Ashli Dusun Kekalek masih kurang
professional dalam menyampaikan khutbah jum’at, karna saya melihat
khatib kita disini masih terlalu terpaku dengan teks khutbah yang ada
dibuku khutbah, saya tidak melihat adanya usaha untuk menyampaikan isi
khutbah dengan bahasanya sendiri sehingga hal ini yang menyebabkan
khatib kurang leluasa dalam menyampaikan khutbahnya dan masih belum
mampu bersikap adil ketika menyampaikan khutbah, adil dalam artian
sepanjang proses khutbah berlangsung hanya sesekali melempar
pandangan ke arah jamaah jum’at itupun hanya kearah jamaah yang ada
di depannya saja tanpa pernah melihat kearah jamaah jumat yang ada di
kanan dan kirinya. Dan saya juga mengira materi khutbah yang
disampaikan itu-itu saja, itu-itu saja bukan berarti hanya satu materi yang
64
Wawancara, dengan H. Sanusi, selaku Jamaah Jum’at, pada tanggal 26 April 2017.
65
Wawancara, dengan M. Hendri Wahyudi, selaku Warga Dusun Kekalek, tanggal 26
April 2017.
58
disampaikan, namun materi yang ada di satu buku khutbah saja yang
disampaikan selama ini tanpa pernah ada usaha untuk menyampaikan
materi dengan bahasanya sendiri.66
Kekalek.67
warga Dusun Kekalek menegaskan pokal khatib yang ada di Masjid Nurul Ashli
Dusun Kekalek sudah jelas, sementara letak kekurangannya pada kata penegasan
terpaku dengan teks. Sementara dari sisi skill khatib kita memiliki skill yang
cukup baik hanya saja sangat disayangkan skill yang dimiliki tidak diasah
kembali sehingga hanya sampai disitu saja apa yang di miliki, dalam artian tidak
berupaya untuk mengembangkan skill nya sehingga pada akhirnya nanti manpu
tampil lebih baik lagi bahkan bisa tampil menyampaikan khutbah jumat meski
66
Wawancara, dengan Bapak Muhamad, selaku Pengurus Masjid Nurul Ashli Dusun
Kekalek, tanggal 5 Mei 2017.
67
Wawancara, dengan Bapak H. Sahabudin, selaku Pengurus Masjid Nurul Ashli Dusun
Kekalek, tanggal 28 April 2017.
59
Lebih jauh lagi saudara Ifan menambahkan terkait dengan sikap khatib
ketika menyampaikan khutbah jumat masih kurang adil dalam bersikap, karna
pandangan kearah jamaah itupun hanya sebatas ke arah jamaah yang ada
didepannya saja. Juga beranggapan kalau khatib yang ada di Masjid Nurul Ashli
sehingga hal itu yang memaksanya untuk bergantung atau tepaku dengan teks
disampaikan oleh khatib masih kurang sesuai dengan kondisi masyarakat Dusun-
lakukan dengan para informan peneliti juga melakukan observasi, dimana dari
hasil observasi yang peneliti lakukan terlihat bahwa agaknya memang sejalan
dengan apa yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara yang peneliti lakukan
keterangan bahwa khatib di Masjid Nurul Ashli Dusun Kekalek memang kurang
68
Wawancara, dengan Ifan Suhendri S.Pd, warga Dusun Kekalek, tanggal 12 Mei
2017.
60
menyampaikan khutbahnya masih terlalu terpaku dengan teks yang ada di buku
pandangan kearah jamaah itupun hanya sebatas kearah jamaah yang ada di
depannya saja tanpa pernah melempar pandangan kearah jamaah yang ada di sisi
sepenuhnya sesuai, tapi bukan berarti tidak sesuai dengan kondisi masyarakat
Tidak hanya sampai disitu pada tanggal 5, 12, 19 Mei dan 2 Juni, peneliti
khatib dalam menyampaikan khutbah jum’at, namun data yang peneliti dapatkan
masih tetap sama, dimana peneliti temukan cara khatib dalam menyampaikan
khutbahnya masih dengan cara yang sama yakni sepenuhnya membaca teks
khutbah mulai dari pembukaan isi dan penutup. Selain itu sikap khatib pun masih
tetap sama yakni masih kurang adil dalam bersikap terhadap seluruh jamaah
69
Observasi, tanggal 14, 21, dan 28 April 2017.
70
Observasi, Tanggal 5, 12, 19 Mei dan 2 Juni 2017.
61
dalam menyampaikan khutbah jumat sebagai mana hasil wawancara yang peneliti
lakukan dengan Bapak Solinah selaku khatib di Masjid Nurul Ashli Dusun
Sebagai seorang khatib sudah barang tentu sebelum tiba saat kita ber
khutbah tentu perlu sekali ada semacam persiapan-persiapan seperti
contoh menentukan judul, judul ini sesuai dengan bulan-bulan sak
mangkin niki (yang sekarang ini) seperti bulan Sya’ban tentu sekali
kelebihan-kelebihan amalan di bulan Sya’ban itu yang menjadi judul dan
selanjutnya tiang (saya) ber upaya untuk menyampaikan khutbah secara
singkat, tepat, jelas dan sederhana namun di samping itu tidak
mengurangi atau tidak keluar dari rukun-rukun khutbah yang sudah ada
saya kira seperti itu dan juga di sesuaikan dengan kondisi jamaah atau
masyarakat sekitar. Adapun mengenai persiapan-persiapan yang saya
persiapkan sebelum tampil atau sebelum naik ke atas mimbar atau diatas
podium tentu pertama persiapan mental dan dan mempersiapkan ayat-
ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan judul khutbah yang saya
sampaikan, seperti ayat atau hadits yang membahas tentang kelebihan
puasa sunnah di bulan Sya’ban ketika judul khutbahnya adalah kelebihan
berpuasa sunnah di bulan Sya’ban, atau kelebihan yang kita dapat dalam
hal memperbanyak membaca shalawat sesuai dengan anjuran baginda
Rasulullah SAW. Setelah itu saya juga melakukan persiapan materi
khutbah yang akan disampaikan semaksimal mungkin sehingga apa yang
disampaikan bisa diterima oleh jamaah jum’at dan yang sangat penting
adalah bagai mana mengkondisikan materi khutbah yang saya sampaikan
agar tidak memakan waktu terlalu lama dan tentu tidak terlalu sedikit
juga. Karena kalau terlalu panjang ada saja dari jamaah jum’at yang saya
dengar semacam ungkapan yang menyatakan khutbah yang disampaikan
terlalu panjang.71
Dari pernyataan bapak solinah diatas dapak kita lihat bahwa upaya yang
71
Wawancara, dengan Bapak Solinah Selaku Khatib Masjid Nurul Ashli Dusun Kekalek,
tanggal 16 Mei 2017.
62
1. Menentukan judul khutbah yang akan disampaikan agar sesuai dengan situasi
harus dipenuhi
4. Mengkondisikan waktu
Sementara itu, hasil wawan cara peneliti dengan bapak Ramli yang juga
jum’at adalah:
Dari pernyataan bapak Ramli diatas dapak kita lihat bahwa upaya yang
72
Wawancara, Bapak Ramli khatib Masjid Nurul Ashli Kekalek, tanggal 2 Juni 2017.
63
lakukan dengan informan dalam hal ini khatib, peneliti juga melakukan
dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Bapak Budi Utomo adalah
sebagai berikut:
yang juga sebagai warga Dusun Kekalek dimana Bapak Kosim mengungkapkan
bahwa:
73
Wawancara, Bapak Budi Utomo, Jamaah Jum’at, tanggal 27 April 2017.
64
agaknya memang sejalan dengan apa yang peneliti dapatkan dari hasil
wawancara yang peneliti lakukan dengan bapak Solinah dan Bapak Ramli selaku
khatib Masjid Nurul Ashli Dusun Kekalek. Namun demikian, masih ada hal yang
belum sepenuhnya sesuai dengan apa yang peneliti temukan, seperti misalnya
pada poin nomor satu. Dimana peneliti temukan tema ataupun materi-materi
khutbah yang disampaikan oleh kedua khatib Masjid Nurul Ashli Dusun Kekalek
disampaikan pada permulaan dan akhir bulan Sya’ban. Dan disampaikan dengan
cara sepenuhnya membaca teks khutbah, tanpa pernah mencoba untuk menyusun
materi khutbah sendiri yang membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan
persatuan, bahayanya perpecahan atau tema-tema yang lain yang berkaitan secara
langsung dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat. Mengingat hal yang
74
Wawancara, Topan Arifin, Jamaah Jum’at Masjid Nurul Ashli Kekalek, tanggal 05 Mei
2017.
75
Observasi, Tanggal 5, 12, 19 Mei dan 2 Juni 2017.
65
pernah peneliti singgung sebelumnya pada bagian konteks penelitian pada skripsi
ini dimana, terjadi kerenggangan hubungan antara orang tua dan pihak remaja,
yang menurut peneliti tema-tema khutbah yang semacam itu, tentu akan lebih
disampaikannya.
Disamping itu juga, akan menambah wawasan kedua belah pihak tentang
gilirannya akan menghadirkan kesadaran diantara kedua belah pihak yang pada
harmonis.
Melihat uraiyan diatas maka pada bagian ini peneliti bisa sebutkan bahwa
sebagai berikut:
4. Menkondisikan waktu
5. Menghadirkan keteladanan
66
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan paparan data dan temuan yang peneliti dapatkan sebagai mana
yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka langkah selanjutnya adalah
pembahasan atau analisis hasil temuan penelitian dengan mengacu pada teori-teori
yang tersedia. Adapun yang akan dianalisis yaitu: 1) Profesionalisme Khatib Dalam
Menyampaikan Khutbah Jum’at di Masjid Nurul Ashli Dusun Kekalek Tahun 2017.
67
melakukan penelitian, sebagaimana hasil yang telah peneliti paparkan pada bab
sebelumnya dimana data yang terkumpul meng indikasikan bahwa, kedua khatib
yang ada di Masjid Nurul Ashli Dusun Kekalek masih kurang professional dalam
diatas mimbar khutbah hanya sebatas tampil untuk membacakan teks khutbah
mulai dari pembukaan, isi sampai dengan peneutup sehingga ketika kahatib
berada di atas mimbar khutbah jum’at waktunya lebih banyak digunakan untuk
masih ada dari sebagian jamaah yang tertidur ketika khatib sedang menyampaikan
khutbah saja.76 Hal ini sekaligus membuktikan bahwa kedua khatib kurang
dan Simpatik bahwa khutbah itu ada seninya, jelas tak diragukan lagi. Sebab
bukankah segala kegiatan yang mengandung ekspresi pribadi seseorang dan dapat
76
Observasi, tanggal 14, 21, 28 April, 5, 12, 19 Mei dan 2 Juni 2017.
68
merangsang rasa keindahan orang lain sudah lazim disebut sebagai karya seni. 77
Namun agaknya kedua khatib yang ada di Masij Nurul Ashli belum mampu
menjadikan khutbah itu sebagai suatu karya seni seperti yang diungkapkan oleh
gaya klasik yang mana gaya klasik itu sepertinya yang dinyatakan Achmad ialah
khutbah dengan menggunakan lagu dan irama yang khas, tapi bersifat monoton,
mungkar dimana tentu halitu adalah merupakan tugas yang mulia, tugas yang
mulia itu akan menjadi lebih baik ketika diserahkan kepada ahlinya atau dengan
kata lain akan lebih baik ketika dijalankan oleh orang yang memang profesional
merupakan tindakan yang keliru, karena pada akhirnya bukan kebaikan yang
akan diperolehnya melaikan kehancuran. Hal ini sesuai dengan apa yang
77
Achmad, Jadilah Khatib yang Kreatif, h. 7.
78
Ibid, h. 33.
79
Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Byrut: Darul Kitab al-Ilmiyyah, 1992), Jilid 1, h. 26.
69
atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab dan kesetiaan terhadap
profesi. Suatu profesi secara teoretik tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang
Melihat difinisi diatas bisa kita simpulkan menjadi seorang khatib yang
profesional itu dituntut untuk pertama memiliki keahlian. Sedang hasil dari
khatib yang ada di Masjid Nurul Ashli Dusun Kekalek Masih Kurang ahli dalam
menyampaikan khutbah jum’at, kalau disoroti dari Nada Suara kedu khatib dalam
bervariasi, seperti misalnya memberikan tekanan lebih keras pada kalimat yang
dianggap penting dan mengunakan nada suara yang lebih halus karena sangat
perintah Allah. Kedua cara di atas seharusnya mampu dimanfaatkan oleh kedua
khatib untuk memikat perhatian jamaah. Namun agaknya hal itu belum mampu
dilakukan oleh kedu khatib yang ada di Masjid Nurul Ashli Dusun Kekalek. Hal
itu menurut persfektif peneliti ialah dikarenakan latar belakang pendidikan khatib
yang kurang memadai, sehingga khatib tidak memeiliki bekal yang cukup untuk
80
Dedi, Mengangkat Citr, h. 95.
70
jawab dalam arti yang lebih luas yakni bertanggung jawab untuk menghadirkan
masyarakat sekitar, sehingga pada gilirannya hal itu yang akan mengundang
minat jamaah untuk memperhatikan khutbah yang disampaikan. Dan tidak hanya
sebatas bertanggung jawab untuk siap tampil membacakan teks khutbah saja.
Sementara kesetian khatib yang ada dimasjid Nurul Ashli Dusun Kekalek
sudah bisa dikatakan setia terhadap profesinya menjadi seorang khatib, karena
selagi tidak ada halangan seperti sakit dan lain sebagainya khatib selalu tampil
profesinya sebagai batu loncatan untuk meraih atau menduduki posisi yang lain.81
Kapita Selekta, tentang persyaratan yang harus dipenuhi dalam tugas profesional
diantaranya:
81
Observasi, tanggal 14, 21, 28 April, 5, 12, 19 Mei dan 2 Juni 2017.
71
seorang kahatib, namun dari kelima persyaratan profesional diatas khatib yang
ada di Masjid Nurul Ashli Dusun Kekalek hanya bisa dinilai dari poin kedua dan
ketiga meski memang masih kurang maksimal mengigat latar belakan pendidikan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia upaya diartikan sebagai usaha atau
ikhtiar yang dilakukan untuk mencapai maksud tertentu. 83 Sebagai salah satu juru
dakwah seorang khatib yang profesional itu sangat dibutuhkan, sebab dalam
menjalankan tugas amar ma’ruf nahi munkar tidak cukup hanya dengan sebatas
membaca oleh karna itu dibutuhkan usaha yang lebih menjanjikan peluang
Adapun upaya yang dilakukan khatib yang ada di Masjid Nurul Ashli
82
Muzayyin, Kapita Selekta, h. 158.
83
Umi, Kamus Besar, h. 687.
72
penting, karena ketika khatib mampu menampilkan tema khutbah yang masih
dalam khutbahnya. Untuk itu khatib harus pandai-pandai dalam memilih topik
dan tema yang tepat, dan tentunya dibutuhkan adanya keluasan wawasan dan
khutbahnya.84
Namun dalam hal ini peneliti melihat upaya kedua khatib dalam
menentukan tema hanya sebatas memilih tema-tema yang sudah ada di buku
monoton. Sebagai contoh pada jumat ini khatib menampilkan judul khutbah
pentingnya ilmu amal dan ikhlas, lalu satu bulan kemudian kembali
mengankat tema khutbah yang sama, maka bisa dipastikan tidak ada
untuk yang kedua kalinya, artinya tidak ada upaya dari khatib untuk
84
Achmad, Jadilah Khatib yang Kreatif, h. 17.
73
mendengar materi khutbah yang disampaikan oleh khatib karena hanya materi
yang itu-itu saja yang di ulang-ulang. Lebih parahnya lagi ketika khatib
kehadiranya kurang diperhatikan oleh khatib dan khatib hanya asik sendiri
posisi khatib dalam hal ini adalah sebagai orang yang memberikan peringatan.
Hal itulah yang juga menurut peneliti membuat khatib ketika tampil di
mimbar khutbah masih kurang maksimal dan juga terkadang masih terjadi
kesalahan baca, sebab khatib yang ada di Masjid Nurul Ashli Dusun Kekalek
ketika tampil di mimbar khutbah lebih tepat dikatakan tampil untutk membaca
penutup.
74
mengigat refrensi atau buku-buku khutbah yang digunakan sudah cukup lama
diterbitkan, ada yang diterbitkan pada 24 Oktober 1985 M. 2002 M dan 2010
M.85 Setidaknya ketika khatib belum manpu untuk menyusun khutbah sendiri
yang akan dibacakan ketika berkhutbah sehingga hal itu tidak membuat
Makruf dan Nahi Munkar yang tersimpan dalam khutbahnya bisa sampai
kepada jamaah jumat atau sederhananya bisa dimengerti oleh jamaah jumat.
Sementara itu upaya khatib dalam poin kedua ini, peneliti menilai dalam segi
85
Observasi, tanggal 21, Mei 2017.
75
kurang berarti ketika sebagian dari jamaah jumat masih ada yang tidak
teks khutbah, karena masih ada dari sebagian jamaah jumat yang tidak begitu
3. Mempersiapkan mental
juru dakwah seperti misalnya khatib, karena khatib akan tampil dihadapan
jamaah jum’at yang tidak sedikit, atau sekurang kurangnya empat puluh
orang, terlebih lagi jamaah jumat yang meng hadiri kegiatan shalat jum’at di
Masjid Nurul Ashli Dusun Kekalek jika kita melihat pada data jumlah
jum’at tidak kurang dari empat ratus lima puluh peserta shalat jum’at.
Untuk berani tampil di hadapan jamaah yang sebanyak itu tentu sangat
membutuhkan mental yang kuat. Sementara itu khatib yang ada di Masjid
Nurul Asli sudah bisa dikatakan memiliki mental yang kuat karena disamping
76
berani tampil juga peneliti tidak melihat adanya gejala atau ciri-ciri grogi dari
4. Mengkondisikan waktu
yang menghadiri kegiatan shalat jum’at tidak sedikit, ada dari orangtua yang
sudah lanjut usia yang sudah tidak tahan untuk duduk berlama-lama dan
mungkin dari jamaah yang lain masih memiliki keperluan atau urusan yang
harus diselesaikan sesegera mungkin sehingga alangkah lebih baik bagi khatib
lebarnya khutbah juga bukan sebagai jaminan untuk mudah dipahami oleh
Sementara dalam hal ini, khatib yang ada di Masjid Nurul Ashli Dusun
5. Menghadirkan keteladanan
teladan bagi jamaah jum’at terkait dengan apa yang disampaikannya memang
sangat dibutuhkan, sebab hal itu akan menjadi penggerak bagi jamaah untuk
86
Observasi, tanggal 14, 21, 28 April, 5, 12, 19 Mei dan 2 Juni 2017.
77
menjadi qudwah hasanah atau contoh yang baik terhadap segala hal yang
didakwahkannya.
hendaknya para khatib tidak memisahkan antara apa yang ia katakana dengan
apa yang ia kerjakan, dalam artian apa saja yang diperintahkan kepada jamaah
jumat harus pula dikerjakan dan apa saja yang di cegah harus ditinggalkan
karena seorang penyeru yang tidak beramal sesuai dengan ucapannya seperti
misi Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar seorang khatib sebelum tampil di mimbar
serukan kepada jamaah jum’at. Sebab jika tidak, maka tidak akan ada orang
yang mau mendengar perkataannya meski dia adalah orang yang paling pintar
Dalam hal ini peneliti melihat kedua Khatib yang ada di Masjid Nurul
Ashli Dusun Kekalek bisa dikatakan mampu menjadi teladan bagi jamaah
misalnya berlaku baik terhadap tetangga khatib yang ada di Masjid Nurul
87
M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media Group, 2015), h. 83.
78
Ashli kalau dilihat dari kesehariannya bisa dikatakan sebagai orang yang baik
bisa dikatakan mampu menjadi teladan. Seperti misalnya khatib yang ada di
masyarakat dusun setempat sebagai Imam Masjid dalam hal ini terkadang
keduanya tidak datang untuk meng imami shalat para jamaah pada tiap-tiap
waktunya, dan terkadang juga datang tapi terlambat dan tidak jarang jamaah
yang tidak kunjung datang. Hal itu biasa terjadi pada waktu shalat ashar dan
magrib, padahal jarak rumah kedua khatib tidak terlalu jauh dari masjid hanya
sekitar lebih kurang 25 meter saja bahkan rumah salah seorang khatib dari
Melihat dari upaya yang dilakukan khatib yang ada dimasjid Nurul
karena peneliti tidak menemukan adanya upaya yang dilakukan oleh khatib
88
Observasi, tanggal 1-30 April 2017.
89
Observasi, tanggal 10-20 Mei 2017.
79
Berlatih secara perlahan agar tidak terlalu terpaku dengan teks khutbah
ketika tampil di mimbar khutbah, karena hal itu menurut peneliti akan
khutbah sendiri sehingga hal itu akan lebih memudahkan khatib ketika
menyampaikannya.
rendah.
dan apa yang terlihat dari keseharian khatib dalam menjalankan ajaran-ajaran
80
Islam. Karena boleh jadi bagi sebagian jamaah yang terpenting adalah apa
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
pada bab sebelumnya maka pada bab ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Khatib yang ada di Masjid Nurul Ashli Dusun Kekalek masih kurang
menyampaikan khutbah jum’at masih terlalu terpaku dengan teks, mulai dari
pembukaan isi sampai dengan penutup hal itu sepenuhnya dilakukan dengan
judul khutbah yang akan disampaikan, dengan hanya sebatas memilih tema-
tema yang sudah ada di buku khutbah saja tanpa pernah berupaya untuk
tepat, singkat, jelas dan sederhana, namun demikian khatib sepenuhnya masih
menyampaikan khutbah dengan cara membaca, mulai dari pembukaan isi dan
ada di buku khutbah sehingga masih ada dari sebagian jamaah jumat yang
B. Saran
khutbah dengan cara tidak terlalu terpaku dengan teks khutbah yang ada di
Bagi peneliti yang selanjutnya, yang mengangkat tema yang sama agar