Dosen Pengampu :
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Serta masih
banyak kekurangan baik dalam pengumpulan data maupun dalam penulisan. Mohon krtik dan
sarannya untuk kemajuan dan perbaikan kami semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nabi Muhammad adalah pembawa cahaya kebenaran untuk seluruh umat manusia,
penyempurna ajaran-ajaran para nabi terdahulu, penutup para nabi dan tidak ada nabi atau
wahyu apapun yang diturunkan Allah setelah wafatnya Baginda Muhammad saw. Rasulullah
SAW adalah utusan termulia yang diturunkan oleh Allah sebagai pembawa rahmat bagi
seluruh semesta alam. Dalam diri beliau tercakup semua kebaikan ciptaan Allah. Dalam
mengemban risalah dakwah, beliau dibantu oleh para sahabatnya. Para sahabat nabi
merupakan generasi terbaik yang terlahir dari hasil didikan madrasah langsung Rasulullah.
Mereka selalu menjadikan tindak tanduk, tutur kata dan segala perbuatan Nabi Muhammad
sebagai contoh dan tauladan hidup. Mereka telah menjadi generasi terbaik karena mengikuti
cahaya Islam yang dibawa Rasulullah dan sebagai generasi islamiyah maka sudah sewajarnya
kita selalu mengingat semua hal tentang nabi Muhammad saw dan jadikan nabi Muhammad
sebagai suri tauladan kita.
Dalam sejarah, peradaban Islam tidak dapat dipisahkan dari sejarah seorang tokoh
agung yang dilahirkan dalam lingkungan masyarakat jahiliah di Jazirah Arab. Dia adalah
Muhammad bin Abdullah, rasul terakhir dan penutup para nabi. Perjalanan kehidupannya
adalah sebuah sejarah kepemimpinan yang sangat penting bagi umat manusia. Suri teladan
yang ada pada diri Rasulullah SAW yang menjadi panutan umat islam. Sebagaimana firman
Allah : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia
banyak menyebut Allah (Q.S. Al-Ahzab : 21).
BAB II
ISI
Kondisi masyarakat arab sebelum islam disebut jahilia, yaitu zaman kebodohan hal ini
dikarenakan tidak adanya nilai-nilai moral sehingga masyarakatnya memiliki akhlak yang
sangat rendah.
Sistem kekerabatan
Sistem Kekerabatan adalah sistem yang dianut oleh kelompok masyarakat atau suku bangsa
tertentu dengan sistem turun menurun, untuk mengelompokkan individu ke kelompok sosial,
kategori, dan silsilah.
Salah satu faktor yang mendukung rasullah saw karena kondisi masyarakat arab sebelum
islam disebut jahilia, yaitu zaman kebodohan hal ini dikarenakan tidak adanya nilai-nilai
moral sehingga masyarakatnya memiliki akhlak yang sangat rendah.
B. KRONOLOGI NABI MUHAMMAD SAW.
Kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW. Lahir di Mekah, disuatu tempat yang dikenal dengan suqul
lail, pada hari senin pagi, hari ketujuh belas bulan Rabiul awal. Nabi Muhammad SAW lahir
sekitar tahun 570 masehi dari klan Hasyim. Abdullah adalah putra terkecil kesayangan Abdul
Muthalib yang lebih tampan dari saudara-saudaranya: Abdullah inilah ayah Nabi
Muhammad. Abdullah meninggal ketika Aminah tengah mengandung dan keluarga itu
berada dalam kesusahan sebab Abdullah hanya meninggalkan lima ekor unta dan budak
perempuan muda yang bernama Ummu Aiman, konon Aminah merasakan ketidaknyamanan
saat mengandung Nabi Muhammad SAW. Meskipun ia pernah mendengar suara yang
mengatakan bahwa dirinya tengah mengandung raja Arab dan menyaksikan cahaya keluar
dari perutnya sehingga terlihat puri-puri Basrah di Syria, wilayah yang kemudian menerima
Islam. Sesudah beliau dilahirkan, ia mengirimkan utusan untuk pemberitahuan hal itu kepada
kakeknya, Abdul Muthalib. Sesudah sang kakek datang untuk menjenguk cucunya, maka kata
sang ibu, wahai Abal Harist! Aku melahirkan untuk anda seorang yang aneh. maka tanya
sang kakek tiba-tiba apakah ia bukan seorang yang sempurna? Jawabnya, bukan tetapi saya
melihatnya tiba-tiba bersujud! lalu sang ibu berkata suatu kelak bayi itu akan menjadi orang
besar. Karena gembira dan bersyukur kemudian si kakek membawa cucunya ke Ka’bah dan
diberinya nama Nabi Muhammad SAW, seraya berucap aku berharap ia akan dipuji seluruh
bumi ini. Ia sendiri sudah mengetahui masa depan Nabi Muhammad SAW yang gemilang:
seorang kabin meramalkan bahwa salah seorang keturunannya akan menguasai dunia dan
semalam ia bermimpi menyaksikan sebuah tanaman tumbuh dari punggung cucunya,
pucuknya menggapai langit dan cabang-cabangnya merentang ketimur dan barat. Dari
tanaman itu memunculkan seberkas cahaya yang disembah oleh bangsa Arab dan Persia yang
kelak menerima Islam.
Pada usia 6 tahun, Nabi Muhammad saw dibawa oleh ibunya untuk melihat
peristirahatan terakhir ayahnya di Madinah (yang ketika itu masih bernama Yatsrib). Itulah
saat-saat yang mengharukan yang pertama kali dirasakan oleh Nabi Muhammad SAW
sebagai seorang anak yatim. Sebulan mereka tinggal di Yatsrib untuk berziarah kemakam
ayahnya serta untuk melihat familinya. Kemudian mereka kembali ke Makkah menempuh
gurun yang panas dan ganas. Dalam perjalanan pulang ke Mekah, ibundanya wafat dan
dikebumikan di Abwa`, sebuah daerah yang terletak antara Makkah dan Madinah. Sejak saat
itu Nabi Muhammad SAW menjadi anak yatim piatu. Peristiwa ini merupakan suatu pukulan
yang sangat berat bagi Nabi Muhammad saw kecil, sebab baru berapa hari yang lalu ia
mendengar keluhan dan duka ibunya yang kehilangan suami (ayah Nabi Muhammad SAW)
semasa Nabi Muhammad SAW masih dalam kandungan. Akan tetapi, ia kini melihat sendiri
suatu kenyataan bahwa ibunya telah pergi untuk selamanya seperti yang dialami ayahnya
dulu. Tubuh ibunya lalu di kebumikan di sebuah kampung yang jauh dari keluarga dan
tempat kelahirannya.
Setelah Nabi Muhammad SAW ditinggal ibunya, Nabi Muhammad SAW diasuh oleh
kakeknya, yaitu Abdul Muthalib. Limpahan kasih sayang dari kakeknya ini sedikit mengobati
luka hati Nabi Muhammad SAW akan tetapi, kakek yang merupakan tempat mengadu bagi
Nabi Muhammad SAW ini meninggal dunia setelah dua tahun mengasuhnya. Sebelum
meninggal Ia berwasiat kepada Abu Thalib (yang merupakan paman Nabi Muhammad SAW)
agar memelihara Nabi Muhammad SAW kecil, Abu Thalib tidaklah dalam keadaan berada.
Di samping itu ia juga mempunyai banyak anak dan tanggungan pula. Sedangkan pamannya
yang bernama Abbaslah yang paling berada. Sungguhpun begitu, Abu Thaliblah yang
diwasiatkan ayahnya, untuk memelihara Nabi Muhammad SAW. Itu adalah disebabkan
kedudukan Abu Thalib di tengah masyarakat Quraisy, seorang yang terpandang dan disegani,
yang diserahi Abdul Muthalib memimpin kaumnya, dan untuk memelihara cucunya yang
masih kecil sampai besarnya. Sebab itulah Nabi Muhammad saw yang masih kanak-kanak,
berusaha meringankan beban pamannya dengan menerima upah menggembalakan kambing
kaumnya disamping menggembalakan kambing pamannya sendiri.
Pada suatu hari, Abu Thalib berkata kepada Nabi Muhammad, yaitu “hai anak
saudaraku, Kahdijah binti Khuwailid, seorang bangsawan yang kaya dan baik (berbudi)
sudah dua kali kawin dngan keluarga bani Makhzum, sehingga telah bertambah-tambah harta
kekayaannya.” Tetapi ia sudah berzuhud tak suka bersuami lagi. Ia sekarang ingin
memperkerjakan beberapa laki-laki untuk menjalankan perdagangannya ke Syam. Maukah
gerangan engkau berpergian ke Syam. Dengan perdagangannya ini? kalau engkau suka, akan
saya bicarakan dengan Khadijah. Nabi Muhammad SAW menjawab: “tak apa (mau)”. Abu
Thalib lalu mendatangi Khadijah dan berkata: “sukakah engkau hai Khadijah memberi gaji
kepada Nabi Muhammad SAW untuk menjalankan perdagangan engkau, dan mengirimnya
ke Syam, sedang engkau tahu bahwa ia adalah orang yang terpercaya?”. ”tetapi saya takkan
ijinkan ia kalau engkau tidak beri upah dengan empat ekor unta yang masih muda”. Khadijah
menjawab: “Sekiranya engkau meminta kepada saya untuk memperkerjakan seorang laki-laki
yang aku benci dan jauh, pasti aku terima, apalagi yang engkau usulkan itu seorang yang
dikasihi dan dekat”. Abu Thalib segara menyampaikan kabar gembira ini kepada Nabi
Muhammad dengan berkata: “inilah rezeki yang dikendalikan Allah menuju engkau.”
Nabi Muhammad SAW berangkat ke Syam disertai budak laki-laki Khadijah yang
bernama Maisaroh melalui Wadi I-Qura dan perkampungan bangsa Tsamud dan Mad-yan
dengarnya lah cerita-cerita hebat tentang siksa Allah yang menimpa kaum itu di jaman
dahulu, karena kecurangan-kecurangan dalam perdagangan dan mencari rezeki. Kalbunya
penuh dengan rasa takut akan Allah, dia berikhtiyar membersihkan jalan yang ditempuhnya,
dapat menjual barang-barang dagangannya dengan harga yang baik. Akhirnya ia kembali
dengan keuntungan yang lebih besar dari keuntungan-keuntungan yang di peroleh Khadijah
sebelumnya.
Ketinggian dan kemuliaan budi pekerti serta sifat-sifatnya yang indah, kecerdikan dan
kejujuran Nabi Muhammad keterangan Maisaroh menimbulkan rasa penghargaan, hormat
dan cinta dalam kalbu Khadijah terhadap Nabi Muhammad, sekalipun Khadijah sudah
menzuhudkan diri dari perkawinan (laki-laki). Ia mulai melamun: “alangkah bahagia hidup
saya sekiranya aku dapat kawin dengan pemuda yang tampan, berbudi luhur dan terpercaya
itu, yang dapat menambah kekayaan dan mengurus perdaganganku itu!” tetapi, dapatkah
gerangan saya yang sudah janda dan mencapai 40 tahun ini. Tiba-tiba saja dia teringat
seorang rekannya, Nafisah binti Munyah. Dia meminta agar rekannya ini menemui Nabi
Muhammad SAW dan menemukan jalan agar Nabi Muhammad mau menikah dengan
Khadijah. Ternyata Nabi Muhammad SAW menerima tawaran itu, lalu Nabi Muhammad
SAW menemui paman-pamannya. Kemudian paman-pamannya menemui paman Khadijah
untuk mengajukan lamaran. Setelah semuanya dianggap beres, maka perkawinan siap
dilaksanakan. Yang ikut hadir dalam pelaksanaan akad nikah adalah Bani Hasyim. Dan para
pemuka Bani Mundar. Hal ini terjadi dua bulan sepulang beliau dari Syam. Maskawin beliau
dua puluh ekor onta muda. Usia Khadijah sendiri empat puluh tahun, yang pada masa itu dia
merupakan wanita yang paling terpandang, cantik pandai dan sekaligus kaya dia adalah
wanita pertama yang dinikahi Rasulullah.
Awal keNabian
Usia 40 tahun biasa suka memisahkan diri dari kegalauan masyarakat, berkontemplasi
ke gua Hira, beberapa kilometer di Utara Makkah. Mula-mula berjam-jam kemudian berhari-
hari bertafakur dan merenung. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M. Malaikat Jibril
muncul di hadapannya, menyampaikan wahyu Allah yang pertama. Bacalah dengan nama
Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmu itu Maha Mulia. Dia telah mengajar dengan Qalam. Dia telah
mengajar manusia apa yang tidak mereka ketahui (QS. Al-‘Alaq : 1-5). Turunnya wahyu
pertama itu, berarti Muhammad telah dipilih Tuhan sebagai Nabi dan Rasul. Wahyu pertama
ini belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama.
Setelah wahyu pertama datang, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama,
sementara Nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke gua Hira. Sedang keadaan
menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya. Wahyu itu membawa
perintah kepadanya sebagai berikut: Hai orang yang berselimut, bangun dan beri ingatlah.
Hendaklah engkau besarkan Tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkanlah perbuatan
dosa dan janganlah engkau memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih
banyak dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah(QS. Al-Muddatstsir: 1-7).
Hijrah ke Madinah
Dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW kepada kaum Quraisy terus
mendapat tentangan dan serangan hingga pembunuhan. Mereka semakin membenci ajakan
Rasulullah untuk beriman kepada Allah SWT. Di masa yang sulit itu, Nabi SAW kemudian
memerintahkan kepada para sahabatnya untuk sembunyi-sembunyi hijrah dari Mekah ke
Madinah. Sedangkan Nabi SAW dan beberapa sahabatnya masih tinggal di di Mekkah. Nabi
menunggu turunnya ayat dari Allah untuk pergi hijrah. Tepat tanggal 26 Shafar 622 Masehi
atau tepat 17 Juni, Nabi Muhammad SAW didampingi Sayyidina Abu Bakar Ash Shiddiq
pergi ke Goa Tsur. Nabi SAW memberi tahu Abu Bakar bahwa harus pergi hijrah malam itu
dan menunjuk Abu Bakar untuk menyertainya. Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW
itu kemudian ditetapkan sebagai awal penanggalan Hijriah. Persembunyian Nabi SAW dan
Abu Bakar di Goa Tsur tersebut nyaris diketahui para musuhnya yang terus mengejar
Rasulullah SAW. Namun, dengan pertolongan Allah SWT, Rasulullah dan Abu Bakar
selamat.
Rasulullah SAW wafat dalam usia enam puluh tiga tahun. Rasulullah SAW wafat
pada waktu dhuha hari Senin dua belas Rabiul Awal. Beliau dimakamkan pada malam Rabu.
Sebelum wafat, Rasullullah SAW menderita sakit selama dua belas atau empat belas hari.
Rasulullah SAW dimandikan oleh Ali bin Abi Thalib, pamannya Abbas, al-Fadhl bin Abbas,
Qutsam bin Abbas, Usamah bin Zaid dan Syuqran serta dihadiri pula oleh Aus bin Khaula al-
Anshari.Beliau dikafani dengan tiga lapis kain putih yang dibuat di Sahul --sebuah negeri di
Yaman --, tanpa gamis dan sorban. Kemudian kaum muslimin menshalatinya sendiri-sendiri
tanpa jamaah. Jasad Rasulullah SAW diletakkan di atas sehelai kain merah yang dipakainya
untuk selimut lalu dimasukkan ke dalam kubur oleh Abbas, Ali, al-Fadhl, Qutsam dan
Syuqran kemudian ditutup dengan sembilan batu. Rasulullah SAW dimakamkan di tempat
Beliau wafat yaitu sekitar tempat tidurnya di kamar Aisyah ra dan di tempat itu pula
dimakamkan Abu Bakar ra dan Umar ra.
Wanita pertama yang dinikahi Rasulullah SAW adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad
bin Abdul Uzza bin Qushay bin Kilab. Saat itu Rasulullah saw berusia 25 tahun. Tatkala
turun wahyu pertama kali, Khadijah menjadi wanita yang membenarkan dan mendukung
Rasulullah saw. Ia wafat 3 tahun sebelum hijrah.
Rasulullah saw juga menikahi Saudah binti Zam’ah bin Qois bin Abdu Syams bin Abdu Wud
bin Nasr bin Malik bin Hisl bin Amir bin Luayyi. Pernikahan tersebut dilakukan Rasulullah
saw di Mekah sebelum beliau hijrah ke Madinah. Sebelum dinikahi Rasulullah saw, Saudah
adalah seorang istri yang dicerai suaminya, yaitu Sakran bin Amr, saudara Suhail bin Amr.
Ketika Rasulullah saw telah menikahi Aisyah, Saudah memberikan jatah hari gilirnya pada
Aisyah.
Rasulullah menikahi Aisyah binti Abu Bakar as Siddiq di Mekah 2 tahun sebelum hijrah.
Saat itu ia baru berusia 6 tahun. Pada waktu itu Rasulullah saw di Madinah baru 7 bulan.
Ketika Rasulullah saw wafat, ia berusia 18 tahun. Ia juga wafat di Madinah tahun 58 Hijiyah
dan dimakamkan di Baqi’ atas wasiatnya. Abu Hurairah ra turut menshalati jenazahnya.
Rasulullah saw tidak pernah menikahi gadis lain selainnya.
Sebelum menjadi istri Rasulullah saw, Hafshah adalah istri Hunais bin Hudzafah, salah
seorang sahabat yang gugur di Perang Badar. Hafshah wafat tahun 27.
Nama aslinya adalah Ramlah binti Shokhr bin Harb bin Umaiyyah bin Abdu Syams bin Abdu
Manaf. Hijrah bersama suaminya, Ubaidullah bin Jahsy ke Habasyah. Suaminya berpindah
agama menjadi Kristen, sementara ia tetap pada keislaman. Rasulullah saw menikahinya saat
ia masih di Habasyah. Negus, raja Habasyah saat itu memberikan mas kawin atas nama
Rasulullah saw senilai 400 dinar. Rasulullah saw mengutus Amr bin Umayyah ad Dhomari
untuk mengurus pernikahan ini ke Habasyah. Bertindak sebagai wali nikah adalah Usman bin
Affan.
6. Ummu Salamah
Nama aslinya adalah Hindun bin Abu Umayyah bin Mughirah bin Abdullah bin Umar bin
Makhzum bin Yaqadzh bin Murrah bin Ka’b bin Luayyi bin Ghalib. Sebelum menjadi istri
Rasulullah saw, Ummu Salamah adalah istri Abu Salamah Abdullah bin Abdul Asad bin
Hilal bin Abdullah bin Umar bin Makhzum, salah seorang sahabat Rasulullah saw. Ummu
Salamah wafat tahun 62 Hijriah dan dimakamkan di Baqi’, Madinah. Ia adalah istri
Rasulullah saw yang paling akhir wafatnya.
Zaenab adalah puteri Jahsy bin Riab bin Ya’mur bin Shabirah bin Murrah bin Kabir bin
Ghanm bin Dudan bin Asad bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin
Muad bin Adnan, puteri bibi Rasulullah saw, Umamah bin Abdul Mutthalib. Sebelumnya ia
adalah istri Zaid bin Harisah, mantan budak Rasulullah saw yang telah menceraikannya.
Kemudian Allah pun menikahkan Rasulullah saw dengannya langsung dari langit, tiada
seorang pun yang mengakadkannya. Ia wafat di Madinah pada tahun 20 H dan dimakamkan
di Baqi’.
Zaenab putri Khuzaimah bin al-Harits bin Abdullah bin Amr bin Abdu Manaf bin Hilal bin
Amir bin Sha’sha’a bin Muawiyah. Dijuluki “ibu orang-orang miskin“ karena
kedermawanannya terhadap orang-orang miskin. Sebelumnya menikah dengan Rasulullah
saw ia adalah istri Abdullah bin Jahsy. Ia dinikahi Rasulullah saw pada tahun ke 3 H dan
hidup bersamanya selama dua atau tiga bulan.
Juwairiyah putri al-Harits bin Abi Dhirar bin Habib bin A’idz bin Malik bin al-Musthalik al-
Khuzaiyah. Ia sebelumnya adalah tawanan perang pada perang bani Musthalik dan menjadi
milik Tsabit bin Qais bin Syimas. Tsabit lalu menawarkan pembebasannya dengan syarat ia
dapat membayar tebusannya. Kemudian Rasulullah saw membayar tebusannya dan
menikahinya di tahun 6 H. Ia wafat pada bulan Rabiul Awal tahun 56 H.
Shafiyyah binti Huyyay bin Akhtab bin Abi Yahyabin Kaab bin al-Khazraj an-Nadhriyyah
keturunan dari Nabi Harun bin Imran –saudara nabi Musa- alaihimassalam. Menjadi tawanan
pada perang Khaibar tahun 7 H. Sebelummya ia adalah istri Kinanah bin Abi al-Huqaiq yang
dibunuh atas perintah Rasulullah saw. Nabi saw membebaskan Shafiyyah dan menikahinya
serta menjadikan pembebasannya sebagai mas kawinnya. Wafat pada tahun 30 H.
Maimunah binti al-Harits bin Hazn bin Bujair bin al-Harm bin Ruwaibah bin Abdullah bin
Hilal bin Amir bin Sha’sha’a bin Muawiyah bibi dari Khalid bin Walid dab Abdullah bin
Abbas. Rasulullah saw menikahinya di tempat yang bernama Sarif suatu tempat mata air
yang berada sembilan mil dari kota Mekah. Ia adalah wanita terakhir yang dinikahi oleh
Rasulullah saw. Wafat di Sarif pada tahun 63 H.
1. Al-Harits, putera tertua Abdul Muttalib. Sebenarnya al-Harits ini adalah nama julukan.
Banyak di antara putera dan cucunya tergolong Sahabat Rasulullah SAW.
3. Zubair bin Abdul Muttalib, termasuk pemuka kaum Quraisy. Puteranya yang bernama
Abdullah bin Zubair ikut berjihad bersama Rasulullah saw pada Perang Hunain dan gugur di
Ajnadin. Dia gugur dan bersamanya terdapat tujuh orang musuh yang telah dibunuhnya.
4. Hamzah bin Abdul Muttalib, yang bergelar asadullah wa asadu rasulih (singa Allah dan
RasulNya). Saudara sepersusuan Rasulullah saw. Masuk Islam sejak awal dakwah Rasulullah
saw, kemudian hijrah ke Madinah.
5. Abul Fadhl, al Abbas bin Abdul Muttalib. Dia termasuk pemeluk Islam yang taat. Turut
serta dalam hijrah ke Madinah. Usianya hanya selisih tiga tahun lebih tua dari Rasulullah
saw. Meninggal pada tahun 32 H di Madinah, di saat pemerintahan Khalifah Utsman bin
Affan ra. Dia memiliki 10 orang putera, diantaranya: al Fadhl, Abdullah, dan Qutsam.
Mereka termasuk Sahabat Rasulullah saw. Diantara paman-paman Rasulullah saw hanya
Hamzah dan Abbas yang masuk Islam
6. Abu Thalib bin Abdul Muttalib. Nama aslinya adalah Abdu Manaf. Ia saudara Abdullah
(ayah Rasulullah saw) seibu. Ibu mereka adalah Fatimah binti Amr bin Aidz bin Imran bin
Makhzum.
7. Abu Lahab bin Abdul Muttalib. Nama aslinya adalah Abdul Uzza. Diberi julukan Abu
Lahab karena tampan paras wajahnya. Diantara puteranya adalah Utbah dan Muattab.
Keduanya turut serta bersama Rasulullah saw dalam Perang Hunain. Putera yang lain, yaitu
Durrah juga termasuk sahabat Rasulullah saw. Sementara putera yang lain, yaitu Utaibah
meninggal diterkam Singa di Zarqa, daerah Syam lantaran kekufurannya menolak dakwah
Rasulullah saw.
8. Abdul Ka’bah
11.Al-Ghaidaq (sang Dermawan), disebut demikian karena ia adalah orang Quraiay yang
paling dermawan dan sering memberi makan.
1. Shafiyyah binti Abdul Mutthalib. Ia masuk Islam di Makkah kemudian hijrah ke Madinah.
Ia adalah saudara seibu dari Hamzah (paman Rasulullah SAW) dan ibu Zubair bin Awwam,
seorang sahabat Rasulullah saw. Wafat di Madinah pada saat pemerintahan Khalifah Umar
bin Khattab ra
2. Atikah binti Abdul Muthtalib. Dalam sebuah riwayat disebutkan beliau adalah seorang
muslimah. Bermimpi pada Perang Badar. Ia adalah istri Abu Umayyah bin Mughirah bin
Abdullah bin Umar bin Makhzum. Diantara puteranya adalah Abdullah, termasuk sahabat
Rasulullah saw, dan Zuhair dan Qaribah al Kubra
3. Arwa binti Abdul Mutthalib. Istri Umair bin Wahb bin Abdi Dar bin Qushayy. Dari
pernikahan ini lahirlah Thulaib bin Umair, salah seorang Muhajirin senior, turut dalam
Perang Badar dan gugur di Ajnadin sebagai syahid.
4. Umaimah binti Abdul Mutthalib, istri Jahsy bin Riab. Dari pernikahan ini lahirlah
Abdullah (yang gugur di Uhud), Abdun yang dikenal dengan Abu Ahmad al A’ma si Penyair,
Zaenab (istri Rasulullah saw), Habibah, Hamnah. Mereka semua adalah sahabat Rasulullah
saw. Demikian pula Ubaidullah bin Jahsy pada mulanya masuk Islam, tetapi kemudian masuk
Kristen dan meninggal di Etheopia dalam keadaan kafir.
5. Barrah binti Abdul Mutthalib, istri Abdul Asad bin Hilal bin Abdullah bin Umar bin
Makhzum. Dari pernikahan ini lahirlah Abu Salamah yang nama aslinya adalah Abdullah. Ia
adalah suami Ummi Salamah sebelum diperistri Rasulullah saw. Setelah Barrah diperistri
Abdul Asad, ia dinikahi Abu Rahm bin Abdul Uzzabin Abu Qois. Dari pernikahan ini
lahirlah Abu Abrah bin Abu Rahm.
6. Ummu Hakim al Baidha’ binti Abdul Mutthalib, istri Quraisy bin Rabiah bin Habib bin
Abdu Syams bin Abdu Manaf. Dari pernikahan ini lahirlah Arwa binti Quraiz, ibu dari
Utsman bin Affan ra.
Ciri-Ciri Nabi Muhammad SAW.
Al-Barra’ bin Azib berkata: Postur tubuh Rasulullah SAW sedang, dadanya bidang;
rambutnya panjang hingga telinga bawah; aku melihatnya mengenakan pakaian
merah, tak pernah kulihat orang setampan dia“
Hind bin Abi Halah berkata: “Rasulullah SAW mulia dan dimuliakan. Mukanya
bersinar seperti bulan purnama. Lebih tinggi dari orang yang sedang tingginya dan
lebih pendek dari orang yang jangkung. Kepalanya besar, rambutnya bergelombang,
jika disisir akan tertata bagus jika dibiarkan rambutnya tidak melebihi daun
telinganya. Mukanya bercahaya, keningnya lebar, alisnya tipis memanjang, lebat tidak
menyambung, diantara alisnya urat yang mengeluarkan keringat ketika beliau marah.
Hidungnya mancung bercahaya. Jenggotnya tebal. Hitam bola matanya sangat pekat.
Pipinya rata dan halus. Mulutnya lebar, giginya putih bagus dan renggang. Memiliki
bulu halus yang memanjang dari dada sampai pusar. Lehernya seperti leher boneka
yang berkilau bagaikan perak. Perawakannya sedang, berbadan besar dan berisi, dada
dan perutnya rata, dadanya bidang. Badannya putih terdapat bulu halus yang
memanjang seperti garis dari dada sampai pusarnya, tidak terdapat bulu lain di dada
dan perutnya selain itu. Tangan dan pundaknya berbulu lebat. Dadanya lebar, lengan
tangannya panjang, telapak tangannya lebar. Kulit telapak tangan dan kakinya tebal.
Jari-jarinya bagus, ruas jarinya lurus. Lekukan telapak kakinya dalam, bagian atas
telapak kakinya sangat rata dan halus. Melangkah dan berjalan tidak cepat dan tidak
pelan. Kadang berjalan cepat seakan-akan sedang menuruni bukit. Jika menoleh,
menoleh dengan seluruh badannya.”
Madinah adalah kota yang sebelum hijrahnya Nabi Muhammad SAW bernama
Yatsrib dan terdiri dari dua suku bangsa yaitu suku arab dan suku yahudi, bangsa arab yang
tinggal di Yatsrib terdiri dari penduduk setempat dan pendatang dari arab selatan yang pindah
ke Yatsrib karena pecahnya bendungan Ma’arib. Arab pendatang inilah yang terkemuka di
kalangan arab Yatsrib dan dikenal dengan suku Aus dan suku Khazraj.
Menurut sejarawan kota Madinah, menyebutkan bahwasanya yang pertama kali mendirikan
kota tersebut adalah seorang lelaki yang bernama Yasrib. Dia merupakan salah seorang dari
keturunan Nabi Nuh ‘alaihis salam, dari generasi keenam atau generasi kedelapan yang
memimpin sebuah kabilah, bernama ‘Abiil.
Kaum kharaj dan yahudi selau hidup bertentangan,Karena kegiatan dagang di Yatsrib
dikuasai atau berada di bawah kekuasaan yahudi. Dan kaum yahudi yang enggan kalah
bersaing dari kaum khazraj. kaum yahudi melakukan siasat memecah belah dengan
melakukan intrik dan menyebarkan permusuhan dan kebencian diantara suku Aus dan
Khazraj. Siasat ini berhasil dengan baik, dan mereka merebut kembali posisi kuat terutama
dibidang ekonomi. Bahkan siasat yahudi itu mendorong suku khazraj bersekutu dengan bani
qainuqah (yahudi), sedangkan suku aus bersekutu dengan bani quraizah dan bani nadir.
Klimaks dari permusuhan dua suku tersebut adalah perang Bu’as pada tahun 618 seusai
perang baik kaum aus maupun khazraj menyadari, akibat dari permusuhan mereka, sehingga
mereka berdamai.
Setelah kedua suku berdamai dan suku khazraj pergi ke Makkah, dan setelah di Makkah Nabi
Muhammad SAW menemui rombongan mereka pada sebuah kemah. Beliau memperkanalkan
islam dan mengajak mereka agar bertauhid kepada Allah SWT karena sebelumnya mereka
telah mendengar ajaran taurat dari kaum yahudi dan mereka tidak merasa asing lagi dengan
ajaran Nabi maka mereka menyatakan masuk islam dan berjanji akan mengajak penduduk
Yastrib masuk islam.Kemudian pada Tahun 621 sebanyak 10 orang suku khazraj dan 2 orang
suku aus menemui Nabi SAW menyatakan dirinya masuk islam, dan melakukan baiat kepada
Nabi di Aqabah dikenal dengan baiat aqabah pertama.Isi dari baiat aqabah pertama sebagai
berikut,
kedustaan.
Pada musim haji berikutnya 622, sebanyak 73 orang rombongan haji dari Yatsrib baik yang
suku islam maupun yang belum mendatangi Nabi SAW untuk mengajak beliau hijrah ke
Yatsrib. Pertemuan diadakan di aqabah dan pada waktu itulah terjadi baiat aqabah kedua.isi
dari Aqabah kedua sebagai berikut:
2. Penduduk Yatsrib ikut berjuang dalam membela Islam dengan harta dan jiwa.
3. Penduduk Yatsrib ikut berusaha memajukan agama Islam dan menyiarkan kepada sanak
saudara mereka.4. Penduduk Yatsrib siap menerima segala resiko dan tantangan.
Bai'at berarti perjanjian atau ikrar bagi penerima dan sanggup memikul atau melaksanakan
sesuatu yang dibai'atkan. Biasanya istilah bai'at digunakan di dalam penerimaan seorang
murid oleh Syeikhnya untuk menerima wirid-wirid tertentu dan berpedoman terhadap bai'at
sebagai suatu amanah.
Jauh sebelum Muhammad hijrah keyastrib,beliau mengutus seorang sahabat bernama Mushab
Bin Usman, Tokoh ini berwajah rupawan, berpostur tegap, serta memiliki sikap yang lemah
lembut. Mush'ab bin Umair berasal dari keturunan bangsawan dari suku Quraisy. Ibu
Mush'ab bernama Khunas binti Malik, wanita berpendirian teguh dan cukup disegani dan
ditakuti hingga diriwayatkan tiada kekhawatiran dihati Mush'ab ketika memeluk islam selain
ibunya sendiri. Ia adalah salah satu sahabat yang pertama dalam memeluk Islam setelah Nabi
Muhammad diangkat sebagai Nabi dan menyebarkan agama Islam. Para muarrikh dan ahli
riwayat mendeskripsikan Mush'ab bin Umair dengan kalimat "Seorang warga kota mekah
yang mempunyai nama paling harum". Beliau wafat pada saat perang uhud.Ia rela
meninggalkan seluruh harta dan perniagaannya di kota Makkah demi tugas mulia untuk
berdakwah di kota Madinah, ulanya, ia berdakwah kepada banyak kalangan budak, pekerja,
serta rakyat miskin di kota Madinah. Mereka masuk Islam karena tertarik dengan sikap Islam
yang menyejajarkan setiap manusia sebagai entitas yang setara di hadapan Allah tanpa
memandang dari latar belakang mana mereka berasal.di Madinah dia ditemani oleh As’ad bin
Zararah untuk mengunjungi kabilah,rumah dan tempat pertemuan untuk menyampaikan
kalimatullah secara hati hati.Atas kerja keras dan kesungguhan mushab,perlahan banyak yang
mulai memeluk agama islam karena tertarik dengan sikap Islam yang menyejajarkan setiap
manusia sebagai entitas yang setara di hadapan Allah tanpa memandang dari latar belakang
mana mereka berasal.
Kemudian Nabi SAW bersama orang-orang mukmin Makkah hijrah ke Yatsrib sejak itu
nama Yatsrib diganti al-madinah al-munawwarah. Hijrah tersebut merupakan peristiwa
penting dalam sejarah Madinah sehubungan dengan pengembangan agama islam. Karena
penduduknya (kaum Anshari) bersedia menerima Nabi dan para pengikutnya dan di kota itu
Nabi medirikan masjid nabawi.Lalu disinilah dikenal tentang kaum anshar dan kaum
muhajirin,kaum anshar adalah sebutan untuk suatu kaum yang menerima hijrah Nabi
Muhammad SAW dari Makkah menuju Madinah ,kaum anshar itu adalah kaum khazraj dan
aus,sedangkan kaum muhajirin adalah sebutan untuk para pengikut Nabi Muhammad yang
hijrah meninggalkan Mekkah, dalam rangka menjaga keimanan mereka dan menyelamatkan
diri dari penindasan penduduk Mekkah, yang menentang dakwah Islam di kota tersebut.
Awal terbentuknya negara Islam Madinah bermula dari konflik antar klan Arab (suku
Aus dan Khazraj) yang kerap terjadi di wilayah jazirah Arab. Suku ‘Aus menempati daerah
al‘Awâli (dataran tinggi) berdekatan dengan bani Quraidhah dan Nâdhir. Sedangkan, Khazraj
berdomisili di dataran rendah yang bertetangga degan sukubani Quinuqâ’. Dari letak
geografinya, suku ‘Aus lebih beruntung daripada Khazraj, karena, tanahnya lebih subur
dibanding daerahnya Khazraj. Keadaan ini dimanfaatkan oleh bangsa Yahudi untuk memecah
belah keduanya dengan politik devide et impera.Hasil provokasi bangsa Yahudi ini adalah
terjadinya perang besar yang sangat terkenal yang dinamakan Bu’ats. Dalam peperangan ini,
suku Aus memperoleh kemenangan, namun muncul kekhawatiran dalam diri mereka yaitu
suku terkuat di madina tinggal suku Aus sendiri, karna suku yang paling dominan serta kuat
dia kota madina yaitu hanya suku Aus dan Khazraj. Jadi apabila kedua suku ini terpecah
belah maka akan semakin mudah bagi bangsa yahudi untuk menguasai seluruh kota madina.
Menyadari hal ini, suku ‘Aus berusaha mengadakan rekonsiliasi untuk menyatukan
persepsi atas gap yang ada dengan suku Khazraj.Dari rekonsiliasi ini, disepakati untuk
mengangkat seorang pemimpin yang mampu menjadi penengah atas semua perbedaan dan
pertikaian yang ada. Mereka mengangkat Abdullah bin ‘Ubay bin Salul dari suku Khazraj
yang mereka pandang netral. Perseteruan mereka, memicu timbulnya permusuhan, tapi ini
tidak berarti bahwa mereka tidak mempunyai keinginan untuk hidup rukun dan damai.
Keinginan kuat untuk hidup damai dan rukun ini yang mendorong mereka untuk mengundang
Muhammad ke Madînah untuk menjadi pemimpin mereka dan mengajarkan apa yang dibawa
oleh utusan Tuhan, yang telah mereka dengar sebagai ajaran baru. Mereka menerima ajakan
Nabi karena telah memahami ajaran tauhid dan juga seringkali mendengar cerita tentang Nabi
dari orang – orang Yahudi. Jumlah kaum ini yang masuk Islam sebanyak lebih dari enam
orang dan menjadi awal dari banyak penduduk Yastrib yang bersedia masuk Islam. Sejarah
perjanjian Aqabah mendapatkan namanya dari bukit Aqabah yang dijadikan tempat baiat
kepada Nabi. Perjanjian Aqabah kemudian dibagi menjadi dua berdasarkan dua peristiwa
yang berbeda.
Perjanjian Aqabah I
Pada tahun – tahun berikut setelahnya, tepatnya pada tahun 620 M sejumlah 12 orang
jamaah haji dari Yastrib bertemu dengan Rasulullah SAW dan menyimak dakwahnya.
Mereka menyambut dengan baik sehingga mereka menyatakan keIslaman dan melakukan
bai’at kepada beliau. Perjanjian ini kemudian dinamakan sebagai Perjanjian Aqabah I.
Beberapa poin kesepakatan dalam perjanjian Aqabah ini yaitu:
Baiat pertama disebut sebagai baiat wanita karena tidak melibatkan peperangan kecuali yang
terjadi pada pikiran setiap orang setelah dilakukan pembinaan akidah dan pikiran. Sebagai
strategi pengembangan Islam di Yastrib, Nabi mengirim Mus’ab bin Umair untuk bergabung
dengan rombongan yang pulang ke Yastrib. Tugasnya untuk membantu penduduk Yastrib
yang telah menyatakan keislamannya untuk menyebarkan ajaran Islam disana. Mush’ab
kemudian menjadi guru mengaji di Madinah, sebagai imam dalam shalat karena kaum Aus
dan Khazraj tidak mau salah satu dari mereka menjadi imam.
Perjanjian Aqabah II
Sejarah perjanjian aqabah II pada 621 SM dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW
terhadap 73 orang pria dan 2 orang wanita dari Yastrib diwaktu tengah malam. Kedua wanita
tersebut bernama Nusaibah binti Ka’ab dan Asma’ binti ‘Amr bin ‘Adiy. Perjanjian ini dibuat
pada tahun kenabian ketiga belas. Mush’ab juga kembali ikut dengan semua penduduk
Yastrib yang sudah masuk Islam lebih dulu, kemudian mereka menemui Rasulullah di
Aqabah pada suatu malam hari. Nabi datang bersama pamannya Al Abbas bin Abdil
Muthalib. Al Abbas ketika itu belum memeluk Islam, namun ia ingin meminta jaminan
bahwa keponakannya yaitu Nabi akan selamat dan aman kepada orang- orang Yastrib
tersebut. Isi pada sejarah perjanjian aqabah kedua adalah:
Setelah melakukan baiat sebagai bagian dari sejarah perjanjian Aqabah, Nabi Muhammad
kembali ke Mekkah untuk terus berdakwah namun diganggu oleh kaum musyrik. Nabi
kemudian memerintahkan hijrah ke Yastrib, baik sendiri maupun berkelompok. Mereka
kemudian berhijrah dengan diam – diam agar kaum musyrik tidak mengetahui kepindahan
tersebut. Orang pertama yang berhijrah adalah Abu Salamah bin Abdil Asad dan Mush’ab bin
Umair, juga Amr bin Ummi Maktum. Kemudian Bilal bin Rabah, Sa’ad bin Abi Waqqash,
Ammar bin Yasir dan Umar bin Khatab menyusul dalam rombongan berjumlah 20 orang.
Hijrah ke Madînah merupakan awal dimulainya era baru perjuangan bagi Muhammad dalam
berdakwah. Momen ini juga sekaligus membawa perubahan mendasar dalam sejarah
pergerakan Islam.Nabi Muhammad dan kelompok pengikutnya dari Mekkah menemukan
kemerdekaan beragama yang selama tidak didapatkan di tanah kelahirannya. Di kota baru ini,
dia bertemu dengan orangorang yang menerimanya, bahkan mereka berjanji akan
melindunginya dari gangguan semua musuhnya. Kebebasan dan kemerdekaan dalam
menjalankan ajaran agama yang didapatkan di kota ini, menjadi main point Muhammad Saw
untuk hijrah ke sini.
D.PIAGAM MADINAH
(Bahasa Arab: صحیفة المدینه, shahifatul madinah) juga dikenal dengan sebutan
Konstitusi Madinah, ialah sebuah dokumen yang disusun oleh Nabi Muhammad SAW,
yang merupakan suatu perjanjian formal antara dirinya dengan semua suku-suku dan kaum-
kaum penting di Yasthrib (kemudian bernama Madinah) pada tahun 622.
Sejarah
Ketika Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekkah ke Madinah, beliau berkeinginan
untuk menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Cita-cita
tersebut yang kemudian mendorong Nabi Muhammad untuk menyusun sebuah dokumen
yang disebut sebagai Mitsaq al-Madinah, dari sinilah kemudian dikenal nama Piagam
Madinah. Piagam tersebut juga menjadi dasar hukum bagi kehidupan bermasyarakat di
Madinah, untuk itu Piagam Madinah juga terkadang disebut sebagai Konstitusi Madinah.
Piagam Madinah disusun bukan hanya dari pemikiran Nabi Muhammad saja, tetapi
meliputi gagasan-gagasan dari semua tokoh stakeholder dalam masyarakat Madinah. Untuk
itulah Piagam Madinah disusun berdasarkan konsensus bersama seluruh komponen
masyarakat Madinah. Ahli hukum Islam Inggris berdarah India, Muhammad Hamidullah
bahkan menyebut Piagam Madinah sebagai konstitusi demokratis modern pertama di dunia.
Kondisi Demografis
Ketika Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekah ke Madinah, beliau ingin
mendirikan suatu tatanan masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Untuk dapat
memahami kondisi dan situasi sosial di Madinah, Nabi Muhammad SAW kemudian
melakukan sensus penduduk Madinah. Hasil dari sensus tersebut ditemukan bahwa dari
10.000 penduduk Madinah, penduduk Muslim hanya 1.500 jiwa, sementara orang Yahudi ada
4.000 jiwa dan 4.500 jiwa lainnya masih menganut paganisme (musyrikin). Berdasarkan
sensus tersebut, maka penduduk Muslim di Madinah pada awalnya adalah kelompok
minoritas.
Perumusan
صحيفة المدينة
(Piagam Madinah)
هذا كتاب من محمد النبي صلىی هللا عليه وسلم بين المؤمنين والمسلمين من قريش ويثرب ومن تبعهم فلحق بهم وجاهد
معهم.
Ini adalah piagam dari Muhammad Rasulullah SAW, di kalangan mukminin dan muslimin
(yang berasal dari) Quraisy dan Yatsrib (Madinah), dan yang mengikuti mereka,
menggabungkan diri dan berjuang bersama mereka
المهاجرون من قر يش على ربعتهم يتعاقلون بينهم اخذالدية واعطائها وهم يفدون عانيهم بالمعروف والقسط بين.٢
المؤمنين
Pasal 2
Kaum muhajirin dari Quraisy sesuai keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar
diat di antara mereka dan mereka membayar tebusan tawanan dengan cara baik dan adil di
antara mukminin
وبنوعوف على ربعتهم يتعاقلون معاقلهم االولى وكل طائفة تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين.٣
Pasal 3
Banu Auf sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di
antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan
adil di antara mukminin
وبنوساعدة علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم االولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين.٤
Pasal 4
Banu Sa’idah sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di
antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan
adil di antara mukminin
وبنو الحرث على ربعتهم يتعاقلون االولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين.٥
Pasal 5
Banu Al-Hars sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di
antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan
adil di antara mukminin
وبنوجشم علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم االولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين.٦
Pasal 6
Banu Jusyam sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di
antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan
adil di antara mukminin
وبنو النجار علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم االولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين.٧
Pasal 7
Banu An-Najjar sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat
di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik
dan adil di antara mukminin
وبنو عمرو بن عوف علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم االولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين.٨
المؤمنين
Pasal 8
Banu ‘Amr bin ‘Awf sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar
diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan
baik dan adil di antara mukminin
وبنو النبيت علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم االولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين.٩
Pasal 9
Banu Al-Nabit sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di
antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan
adil di antara mukminin
وبنو االوس علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم االولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين.١٠
Pasal 10
Banu Al-‘Aws sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di
antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan
adil di antara mukminin
Sesungguhnya mukminin tidak boleh membiarkan orang yang berat menanggung utang di
antara mereka tetapi membantunya dengan baik dalam pembayaran tebusan atau diat
Seorang mukmin tidak diperbolehkan membuat persekutuan dengan sekutu mukmin lainnya
tanpa persetujuan dari padanya
وان المؤمنين المتقين على من بغى منهم او ابتغى د سيعة ظلم اة اثم اوعدوان او فساد بين المؤمنين وان ايديهم.١٣
عليه جميعا ولو كان ولد احدهم.
Pasal 13
Orang-orang mukmin yang taqwa harus menentang orang yang di antara mereka mencari
atau menuntut sesuatu secara zalim, jahat, melakukan permusuhan atau kerusakan di
kalangan mukminin. Kekuatan mereka bersatu dalam menentangnya, sekalipun ia anak dari
salah seorang di antara mereka
وال يقتل مؤمن مؤمنا فى كافر وال ينصر كافرا على مؤمن.١٤.
Pasal 14
Seorang mukmin tidak boleh membunuh orang beriman lainnya lantaran membunuh orang
kafir. Tidak boleh pula orang beriman membantu orang kafir untuk (membunuh) orang
beriman
وان ذمة هللا واحدة يحيد عليهم اد ناهم وان المؤمنين يعضهم موالي بعض دون الناس.١٥.
Pasal 15
Jaminan Allah satu. Jaminan (perlindungan) diberikan oleh mereka yang dekat.
Sesungguhnya mukminin itu saling membantu, tidak bergantung kepada golongan lain
وانه من تبعنا من يهود فان له النصر واالسوة غير مظلومين وال متناصر عليهم.١٦.
Pasal 16
Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan dan santunan,
sepanjang (mukminin) tidak terzalimi dan ditentang olehnya
وان سلم المؤمنين واحدة ال يسالم مؤمن دون مؤمن في قتال في سبيل هللا اال على سواء وعدل بينهم.١٧.
Pasal 17
Perdamaian mukminin adalah satu. Seorang mukmin tidak boleh membuat perdamaian
tanpa ikut serta mukmin lainnya di dalam suatu peperangan di jalan Allah, kecuali atas
dasar kesamaan dan keadilan di antara mereka
Setiap pasukan yang berperang bersama kita harus bahu membahu satu sama lain
وان المؤمنين يبئ بعضهم على بعض بـمانال دماءهم فىسبيل هللا وان المؤمنين والمتقين على احسن هدى واقومه.١٩.
Pasal 19
Orang-orang mukmin itu membalas pembunuh mukmin lainnya dalam peperangan di jalan
Allah. Orang-orang beriman dan bertakwa berada pada petunjuk yang terbaik dan lurus
وانه اليجير مشرك ماال لقر يش والنفسا واليحول دونه على مؤمن.٢٠.
Pasal 20
Orang musyrik (Yatsrib) dilarang melindungi harta dan jiwa orang (musyrik) Quraisy, dan
tidak boleh bercampur tangan melawan orang beriman
وانه من اعتبط مؤمنا قتال عن بينة فانه قودبه اال ان يرضى ولي المقتول وان المؤمنين عليه كافة واليحل لهم.٢١
االقيام عليه.
Pasal 21
Barang siapa yang membunuh orang beriman dan cukup bukti atas perbuatannya, harus
dihukum bunuh, kecuali wali terbunuh rela (menerima diat). Segenap orang beriman harus
bersatu dalam menghukumnya
وانه ال يحل لمؤمن أقر بما فى هذه الصحيفة وآمن باهلل واليوم اآلخر ان ينصر محدثا وال يـؤوية وانه من نصره او.٢
آواه فان عليه لعنة هللا وغضبه يوم القيامة واليـؤخذ منه صرف والعدل.
Pasal 22
Tidak dibenarkan orang mukmin yang mengakui piagam ini, percaya pada Allah dan Hari
Akhir, untuk membantu pembunuh dan memberi tempat kediaman kepadanya. Siapa yang
memberi bantuan dan menyediakan tempat tinggal bagi pelanggar itu, akan mendapat
kutukan dari Allah pada hari kiamat, dan tidak diterima dari padanya penyesalan dan
tebusan
وانكم مهما اختلفتم فيه من شيئ فان مرده الى هللا عزوجل والى محمد صلى هللا عليه وسلم.٢٣
Pasal 23
Apabila kamu berselisih tentang sesuatu, penyelesaiannya menurut (ketentuan) Allah Azza
Wa Jalla dan (keputusan) Muhammad SAW
وان يهود بني عوف امة مع المؤمنين لليهود دينهم وللمسلمين دينهم مواليهم وانفسهم اال من ظلم واثم فانه ال.٢٥
يـوتخ اال نفسه واهل بيته.
Pasal 25
Kaum Yahudi dari Bani ‘Awf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum Yahudi agama
mereka, dan bagi kaum muslimin agama mereka. Juga (kebebasan ini berlaku) bagi sekutu-
sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali bagi yang zalim dan jahat. Hal demikian akan
merusak diri dan keluarga
Kaum Yahudi Banu Hars diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf
Kaum Yahudi Banu Sa’idah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf
Kaum Yahudi Banu Jusyam diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf
Kaum Yahudi Banu Al-‘Aws diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf
وان ليهود بنى ثعلبة مثل ماليهود بنى عوف االمن ظلم واثم فانه ال يوتخ االنفسه واهل بيته.٣١.
Pasal 31
Kaum Yahudi Banu Sa’labah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf
Kaum Yahudi Banu Jafnah dari Sa’labah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf
وان لبنى الشطيبة مثل ماليهود بنى عوف وان البر دون االثم.٣٣
Pasal 33
Kaum Yahudi Banu Syutaibah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf
وان موالي ثعلبه كأنفسهم.٣٤
Pasal 34
Kerabat Yahudi (di luar kota Madinah) sama seperti mereka (Yahudi)
وانه ال يخرج احدمنهم اال باذن محمد صلىاهلل عليه وسلم وانه ال ينحجرعلى ثار جرح وانه من فتك فبنفسه فتك.٣٦
واهل بيته اال من ظلم وان هللا على ابرهذا.
Pasal 36
Tidak seorang pun dibenarkan (untuk berperang), kecuali seizin Muhammad SAW. Ia tidak
boleh dihalangi (menuntut pembalasan) luka (yang dibuat orang lain). Siapa berbuat jahat
(membunuh), maka balasan kejahatan itu akan menimpa diri dan keluarganya, kecuali ia
teraniaya. Sesunggunya Allah sangat membenarkan ketentuan ini
وان على اليهود نفقتهم وعلى المسلمين نفقتهم وان بينهم النصرعلى من حارب اهل هذه الصحيفة وان بينهم.٣٧
النصح والنصيحة والبر دون االثم وانه لم يأثم امرؤ بـحليفه وان النصر للمظلوم.
Pasal 37
Bagi kaum Yahudi ada kewajiban biaya dan bagi kaum muslimin ada kewajiban biaya.
Mereka (Yahudi dan muslimin) bantu membantu dalam menghadapi musuh piagam ini.
Mereka saling memberi saran dan nasihat. Memenuhi janji lawan dari khianat. Seseorang
tidak menanggung hukuman akibat (kesalahan) sekutunya. Pembelaan diberikan kepada
pihak yang teraniaya
Orang yang mendapat jaminan (diperlakukan) seperti diri penjamin, sepanjang tidak
bertindak merugikan dan tidak khianat
وانه ما كان بين اهل هذه الصحيفة من حدث واشتجار يخاف فساده فان مرده الى هللا عزوجل والى محمد صلىاهلل.٤٢
عليه وسلم وان هللا على اتقى ما فى هذه الصحيفة وابره.
Pasal 42
Bila terjadi suatu persitiwa atau perselisihan di antara pendukung piagam ini, yang
dikhawatirkan menimbulkan bahaya, diserahkan penyelesaiannya menurut (ketentuan) Allah
Azza Wa Jalla, dan (keputusan) Muhammad SAW. Sesungguhnya Allah paling memelihara
dan memandang baik isi piagam ini
Sungguh tidak ada perlindungan bagi Quraisy (Mekkah) dan juga bagi pendukung mereka
Mereka (pendukung piagam) bahu membahu dalam menghadapi penyerang kota Yatsrib
واذا دعوا الى صلح يصالحونه (ويلبسونه) فانهم يصالحونه ويلبسونه وانهم اذا دعوا الى مثل ذلك فانه لهم.٤٥
علىالمؤمنين اال من حارب فى الدين على كل اناس حصتهم من جابنهم الذى قبلهم.
Pasal 45
Apabila mereka (pendukung piagam) diajak berdamai dan mereka (pihak lawan) memenuhi
perdamaian serta melaksankan perdamaian itu, maka perdamaian itu harus dipatuhi. Jika
mereka diajak berdamai seperti itu, kaum mukminin wajib memenuhi ajakan dan
melaksanakan perdamaian itu, kecuali terhadap orang yang menyerang agama. Setiap orang
wajib melaksanakan (kewajiban) masing-masing sesuai tugasnya
وان يهود االوس مواليهم وانفسهم على مثل ماالهل هذه الصحيفة مع البر الحسن من اهل هذه الصحيفة وان البر.٤٦
دون االثم.
Pasal 46
Kaum Yahudi Al-‘Aws, sekutu dan diri mereka memiliki hak dan kewajiban seperti kelompok
lain pendukung piagam ini, dengan perlakuan yang baik dan penuh dari semua pendukung
piagam ini. Sesungguhnya kebaikan (kesetiaan) itu berbeda dari kejahatan (pengkhianatan).
Setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya. Sesungguhnya Allah paling
membenarkan dan memandang baik isi piagam ini
. وال يكسب كاسب االعلى نفسه وان هللا على اصدق فى هذه الصحيفة وابره وانه ال يحول هذا الكتاب دون ظالم وآثم.٤٧
وانه من خرج آمن ومن قعد آمن بالمدينة اال من ظلم واثم وان هللا جار لمن بر واتقى ومحمد رسول هللا صلى هللا عليه
وسلم
Pasal 47
Sesungguhnya piagam ini tidak membela orang zalim dan khianat. Orang yang keluar
(bepergian) aman, dan orang berada di Madinah aman, kecuali orang yang zalim dan
khianat. Allah adalah penjamin orang yang berbuat baik dan takwa. Dan Muhammad
Rasulullah SAW
214 البن هشام (أبى محمد عبد المـلك) المتوفى سنة133-119 الجزء الـثانى ص.م.مقتطف من كتاب سيرة النبي ص
هـ.
Dikutip dari kitab Siratun-Nabiy saw., juz II, halaman 119-133, karya Ibnu Hisyam (Abu
Muhammad Abdul malik) wafat tahun 214 H.
Nilai-Nilai Demokrasi
Piagam Madinah menjadi landasan konstitusi sekaligus pengikat nilai dan norma yang ada
dalam masyarakat Madinah. Penyusunan naskah Piagam Madinah juga melibatkan seluruh
komponen masyarakat Madinah saat itu, maka tentu saja didalamnya ada nilai-nilai
demokrasi yang terkandung. Nilai-nilai demokrasi yang terkandung dalam Piagam Madinah
antara lain; persamaan, kebebasan, hak asasi manusia, musyawarah, dan toleransi.
Prinsip-prinsip tata negara yang menjadi perilaku politik pemerintahan Nabi Muhammad
SAW adalah menarik untuk dikemukakan dalam artikel ini, oleh karena pada dasarnya
menjadi inspirasi bagi pemerintahan negara modern. Di antaranya sebagai berikut:
1. Musyawarah.
Oleh karena itu dalam mengambil kebijakan politik, beliau senantiasa meminta
pertimbangan penduduk Madunah. Konsultasi yang sangat terbuka di antara mereka dan
kepala negara demi kepentingan bersama senantiasa terjalin dengan baik. Bahkan dalam
banyak hal, nabi bersedia menarik suatu keputusan dan menerima pendapat lainnya demi
menjaga kebersamaan. Bahkan dalam perjanjian Hudaibiya justru nabi rela mencabut
keputusannya dihadapan kafir Quraisy demi terciptanya suatu perdamaian. Peristiwa ini
bukan hanya menyenangka pihak lawan politiknya, tetapi juga mengherankan dan
mengkhawatirkan sebagian sahabat Nabi. Namun hasilnya sangat gemilang. Karena dalam
gencatan senjata selama 10 tahun itu umat Islam mempunyai kesempatan menyusun strategi
negara dan dakwah yang pada akhirnya dapat menaklukkan kota Makkah tanpa perlawanan
dan tetesan darah. (Wahid, 1991:53). Musyawarah adalah salah satu perintah Allah dalam al
Quran. Perintah ini terutama berkaitan dengan urusan kehidupan dunia. Hal ini kemudian
menjadi pilar kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Terdapat beberapa ayat al Qur’an dan
hadits Nabi yang memerintahkan hal ini. Antara lain surah Ali Imran ayat 159 Allah
berfirman :
Artinya:” Maka disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap kasar lagi berhati keras tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam berbagai urusan”.
2. Persamaan
Salah satu prinsip yang amat penting dalam system perundang-undangan dan politik
pada masa ini adalah persamaan. Semua orang tahu bahwa kedudukan Rasulullah di sisi umat
Islam adalah sangat istimewa dibandingkan dengan yang lain, akan tetapi beliau menyatakan
bahwa saya ini manusia biasa seperti kamu juga cuma kepadaku diberi wehyu. Hal ini
menunjukkan bahwa Nabi memposisikan dirinya sama dengan yang lain dalam pemerintahan
di Madinah. Nabi pun memperlakukan sama setiap manusia berdasarkan petunjuk Allah.
Dalam Al Qur’an Surah al Hujurat ayat 11 Allah berfirman:
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu terdiri dari laki-laki dan
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku suapaya kamu saling
mengenal (berinteraksi). Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah hanyalah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha
Memberitakan.”
3. Keadilan
Dalam Islam pemimpin yang adil sangat didambakan, hal ini tentu di mana saja
sangat diharapkan. Allah menjanjikan perlindungan kepada pemimpin yang adil suata saat di
mana tidak ada lagi pertindungan selain dari Allah di hari Mahsyar, setelah manusia semua
dibangkitkan di padang Mahsyar. Allah menciptakan manusia dan menghendaki keadilan itu
berlaku dalam kehidupan manusia. Pemimpin adalah manusia yang diberi kedudukan
terhormat, memiliki kewenangan mengatur masyarakat. Dalam menjalankan tugasnya
berpotensi melakukan kezaliman karena merasa memiliki kekuasaan itu, pada hal kekuasaan
itu adalah amanah yang harus dijalankannya dengan baik dan adil. Karena itu Allah
menghargai pemimpin yang konsisten dalam keadilan. Islam menempatkan aspek keadilan
pada posisi yang amat tinggi dalam system perundangundangan. Tiada sistem yang lebih
sempurna mengungkapkan hal ini melainkan dalam Islam. Dalam Al Qur’an disebutkan
begitu lengkap tentang keadilan ini. Banyak ayat menerangkan keadilan ini dalam berbagai
aspek kehidupan manusia. Demikian juga sebaliknya, Islam melarang berbuat curang, aniaya
serta mengambil hak orang lain. Dalam Al Qur’an Surah 16 ayat 90, Allah berfirman:
Artinya:” Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat. Dan Allah melarang dari perbuatan keji, mungkar dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran agar kamu mengambil pelajaran”.
4. Kebebasan
Artinya: “Dan jika Tuhan-mu menghendaki, tentulah semua orang di muka bumi akan
beriman. Apakah kamu akan memaksa mereka menjadi orang-orang beriman semuanya”.
Kekuasaan adalah amanah. Dalam perspektif Islam amanah sesungguhnya datang dari
Allah. Karena Allah mentakdirkan seseorang menjadi penguasa. Pertanggungjawaban itu
terutama di Akhirat kelak, karena setiap manusia akan mempertanggungjawabkan seluruh
perbuatannya Tetapi secara sosiologis adalah amanah itu dari masyarakat yang dipimpin yang
memilih atau memberi kesempatan kepadanya untuk memimpin mengatur mereka agar
terwujud kehidupan sosial yang teratur dan memenuhi harapan mereka untuk hidup makmur
dan menikmati pelayanan yang baik dan adil. Menurut ajaran Islam wewenang seorang
pemimpin hanya dipatuhi sepanjang konsisten pada kebenaran tidak menyalahi aturan Allah
dan Rasulnya. Memberi pelayanan yang baik dan adil adalah sesuai dengan syari’at.
Sedangkan menghkhianati perjanjian, menzalimi rakyat, melakukan kolusi, korupsi dan
nepotisme adalah bertentangan dengan syari’at. Apalagi membiarkan dan tidak mencegah
perbuatan keji, kemungkaran dan maksiat. Abu Bakar Shiddiq Khalifah pertama setelah
kepemimpinan Nabi Muhammad ketika mendapatkan amanah, disepakati rakyat menjadi
kepala negara menyampaikan pidato pertamanya antara lain: “Taatlah kamu sekalian
kepadaku selama aku taat kepada Allah”. Allah berfirman dalam al Qur’an Surah Annisa’
ayat 59:
Artinya:” Taatilah Allah dan Rasulnya dan taatilah pemerintah di antra kamu. Jika terjadi
perselisihan pendapat di antara kamu tentang sesuatu perkara maka kembalikanlah kepada
Allah dan Rasulnya . . .”.
Ayat tersebut menegaskan bahwa sebagai seorang muslim pertama-tama dia harus
mentaati Allah dan Rasulnya. Kemudian menjadi kewajiban mentaati kebijakan pemerintah
yang ada sepanjang tidak bertentangan dengan aturan syari’at. Hal ini juga beraarti bahwa
mereka pemimpin dan rakyat memiliki kemerdekaan memikirkan kepentingan hidup dan
kehidupan bersama dalam bermasyarakat dan bernegara sesuai dengan tuntunan Allah, Jika
terjadi perbedaan pendapat antara pemimpin dan rakyat, maka harus kembali mencari
aturannya pada al Qur’an dan Sunnah Nabi. Nabi Muhammad bersabda:
Artinya:” Setiap muslim harus mendengar dan taat kepada pemimpin, ia menyukai atau
tidak, kecuali jika perintah itu untuk melakukan perbuatan dosa, maka tidak boleh didengar
dan dipatuhi (HR.Muslim).”
Menjadikan masjid sebagai pusat semua kegiatan. Usai tiba di Madinah, Rasulullah
membangun sebuah masjid, Masjid Nabi (Nabawi). Masjid ini memiliki bangunan yang
sangat sederhana; atapnya dari daun pohon kurma, pilarnya dari batang pohon kurma,
lantainya kerikil dan berpasir, dan bangunannya dari batu bata. Sebuah bangunan yang
menjadi penanda kebangkitan peradaban Islam. Beliau juga membangun persaudaraan antar
sesama Muslim (ukhuwah islamiyah). Pada fase Madinah, ada dua kelompok umat Islam
yakni kaum Muhajirin (umat Islam Makkah yang hijrah ke Madinah) dan kaum Anshar (umat
Islam yang asli penduduk Madinah). Rasulullah mempersaudarakan mereka satu persatu, satu
Muhajirin dengan satu Anshar. Rasulullah juga selalu menegaskan bahwa sesama Muslim itu
bersaudara. Tidak lain, ini dilakukan Rasulullah untuk memperkuat solidaritas dan
kohesivitas sosial antar sesama umat Islam. Sehingga, mereka tidak mudah bertikai dan
berperang, sebagaimana watak Arab Jahiliyah. Bagi seorang Muslim, persaudaraan bukan
saja didasarkan pada darah, tapi juga keimanan yang sama.
Motif pemerintahan Beliau cenderung demokratis. Bila wahyu tidak turun tentang
suatu persoalan, maka Rasulullah SAW mengadakan musyawarah dengan para sahabat.
Malahan, tak jarang beliau mengambil pendapat mereka sehingga meninggalkan opininya
sendiri. Dalam hal ini, Nabi Muhammad dan pasukannya mengadakan musyawarah untuk
membahas strategi dalam Perang. Contohnya dalam Perang Uhud 625 M dan Perang
Khandaq 627 M.
Kepemimpinan Beliau tidak bersifat otoriter dan feodal. Hal ini terbukti bahwa selain
memimpin warga negara yang heterogen agama dan etnis, beliau menjalankan pemerintahan
yang bersifat demokratis dengan indikator musyawarah atau konsultasi yang terbuka,
persamaan kedudukan warga negara, dan keadilan sosial yang merata tanpa diskriminasi.
5. Melarang para Sahabat untuk Berdiri sebagai Penghormatan bila Beliau Memasuki
Ruangan
Beliau juga tak mengizinkan para sahabatnya berdiri atau menyambutnya ketika
datang. Tulusnya cinta kepada para sahabatnya, membuat Muhammad merasa tak perlu
diperlakukan dengan sikap penghormatan berlebihan.
6. Menenangkan Keadilan yang Sama Baik Kepada para Pembesar Suku atau Rakyat
Jelata
Nabi Muhammad dalam menegakkan keadilan patut diteladani oleh umat Islam,
khususnya yang menjadi penegak hukum di negeri ini. Karena bagi Rasulullah, keadilan tidak
pernah pandang bulu. Contoh kasus pencurian yang melibatkan seorang wanita bangsawan
Quraisy dari Bani Makhzumiyah.yang dimana wanita tersebut mencuri dan ia berasal dari
keluarga terhormat. Karena perbuatannya, ia pun harus dihukum sesuai dengan aturan yang
diterapkan saat itu, yaitu dengan dipotong tangannya. Namun, kaum dan keluarga wanita itu
merasa keberatan. Karena itu, mereka melakukan berbagai upaya untuk memaafkan wanita
itu. Akhirnya, mereka menemui Usamah bin Zaid, seorang sahabat yang dekat dan dicintai
Rasulullah. Mereka memohon kepada Usamah untuk menghadap Rasulullah dan
menyampaikan maksud mereka. Setelah itu, Usamah kemudian beranjak pergi menemui
Rasulullah dan menyampaikan keinginan keluarga wanita yang melakukan pencurian itu.
Setelah mendengarakan permintaan itu, Rasulullah pun terlihat marah dan tidak
menyetujuinya, karena menurutnya keadilan itu harus sama, baik kepada kaum bangsawan
maupun rakyat jelata. Akhinya tidak ada yang berubah, perempuan itu tetap harus menjalani
hukuman tersebut.
Masyarakat Arab kuno mendapatkan dakwah Islam dari Nabi Ibrahim kemudian
dilanjutkan oleh Nabi Ismail. Setelah Nabi Ismail wafat masyarakat Arab kuno mulai
menyembah berhala. Kemudian pada saat Nabi Muhammad memimpin di Madinah, beliau
menghapus norma/budaya Arab kuno.
Dalam Piagam Madinah, pengakuan terhadap perbedaan antara sesama manusia dari
segi teks dalam perbedaan jenis kelamin, warna kulit (ras), kedudukan sosial, tingkat
ekonomi, kekuasaan, agama dan keyakinan. Perbedaan-perbedaan tersebut di antara sesama
manusia, tidak dijadikan alasan untuk saling membedakan satu sama lain di antara mereka.
Adanya perbedaan-perbedaan itu justru bertujuan agar mereka dapat saling mengenal. Semua
itu adalah prinsip persamaan yang terdapat dalam Piagam Madinah, yaitu prinsip persamaan
unsur kemanusiaan yang menyatakan bahwa seluruh penduduk Madinah adalah umat yang
satu atau umat-umat yang mempunyai status yang sama dalam kehidupan sosial (pasal 25-
35).
Sumber keuangan negara yang bersumber dari zakat ini terdiri dari zakat emas dan perak (an-
nuqud), perdagangan (al-tijarah), peternakan (al-an’am) dan zakat pertanian (al-ziraah) dan
barang temuan (luqatah). Masing-masing zakat ditetapkan dengan jumlahnya dan syarat-
syarat yang telah ditentukan secara umum. Kebijakan umum tentang zakat ini didadasrkan
pada beberapa ayat al-Quran, Surat al-Baqarah ayat: 34, 110, 177, 288, Surat an-Nisa’ ayat:
77, 126, Surat al-Maidah ayat: 55, Surat at-Taubah ayat: 60. Dan juga berdasarkan dua hadist.
Pertama,” Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra dia berkata, Rasulullah telah bersabda, Islam
didirikan lima dasar, syahadah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan berpuasa di
bulan ramadhan.”. Kedua, Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa Nabi Saw mengutus Muaz
ke Yaman dan Beliau berkata, dak-wahi mereka dengan syahadah, shalat lima waktu, zakat
yang diambil dari kaum kaya dan kemudian diberikan kepada kaum fakir”.Selain sebagai
dasar pemungutan zakat sebagai pendapatan negara, ayat dan hadist juga menerangkan ini
pos penyaluran dan cara distribusinya. Zakat mesti didistribusikan ke kelompok yang secara
tegas dan pasti disebutkan (al-mansus) dalam al-Quran yang berjumlah delapan; fakir,
miskin, amil, gharim, muallaf, ibnu sabil, fii sabililah, hamba sahaya budak. Menurut MA.
Manan6perintah al-Quran ini menetapkan suatu kebijakan pengeluaran yang luas un-tuk
distribusi kekayaan berimbang diantara berbagai lapisan masyarakat. Cara distrisbusi zakat
adalah dimana lebih diutamakan pada daerah mana zakat itu dipungut. Zakat tidak ditarik ke
pusat pemerintah -ke Madinah- namun langsung dibagikan kepada kelompok yang berhak
menerimanya. Dengan demikian, zakat sebagai pemasukan negara tidak dikelola secara
sentralistik. Muhammad Saw memberikan wewenang kepada petugas pemungut untuk
mengelola dan mendistribuskannya kepada masyarakat setempat.
2.Infaq
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu untuk kepentingan sesuatu.
Sedangkan menurut terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau
pendapatan /penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Infaq
adalah mengeluarkan harta dengan suka rela yang di lakukan seseorang. Allah memberi
kebebasan kepada pemiliknya untuk menentukan jenis harta, berapa jumlah yang sebaiknya
diserahkan, setiap kali ia memperoleh rizki, sebanyak yang ia kehendakinya. Ada pula
pendapat yang mengatakan, secara bahasa Infaq bermakna: keterputusan dan kelenyapan, dari
sisi leksikal infaq bermakna: mengorbankan harta dan semacamnya dalam hal kebaikan.
Dengan demikian, kalau kedua makna ini di gabungkan maka dapat dipahami bahwa harta
yangdikorbankan atau didermakan pada kebaikan itulah yang mengalami keterputusan atau
lenyap dari kepemilikan orang yang mengorbankannya. Menurut istilahnya, infaq berarti :
“Mengeluarkan harta yang thayib (baik) dalam ketaatan atau hal-hal yang dibolehkan”. Infaq
juga di artikan pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang, setiap kali ia memperoleh
rizki, sebanyak yang ia kehendakinya. Selanjutnya yang dimaksud dengan mengeluarkan atau
membelanjakan harta. Tentunya, hal ini berbeda dari pemahaman-pemahaman masyarakat
terhadap pengertian infaq. Hal ini dikarenakan pengertian infaq secara etimologi yang berasal
dari kata Arab masih sangatlah umum, apakah yang dimaksud mengeluarkan atau
membelanjakan harta dalam hal kepeluan diri sendiri atau untuk kepentingan umum.
Al-Anfal ayat 63 :
Artinya : “Walaupun kamu membelanjakan semua yang berada di bumi, niscaya kamu tidak
dapatmempersatukan hati mereka”. Oleh karena itu, infaq dalam arti membelanjakan harta
bukan untuk keperluan diri sendiri, akan tetapi untuk keperluan bersama. b. Memberi Nafkah
Kata infaq ini juga berlaku ketika seorang suami membiayai belanja keluarga atau rumah
tangganya. Dan istilah baku dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan nafkah. Kata
nafkah tidak lain adalah bentukan dari kata infaq. Dan hal ini juga disebutkan di dalam Al-
Quran Surat An-Nisa ayat 34 :
Artinya : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain, dan karena mereka telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka. Berdasarkan pengertian di atas, maka setiap
pengorbanan (pembelanjaan) harta dan semacamnya pada kebaikan disebut al-infaq. Dalam
infaq tidak di tetapkan bentuk dan waktunya, demikian pula dengan besar atau kecil
jumlahnya. Tetapi infaq biasanya identik dengan harta atau sesuatu yang memiliki nilai
barang yang dikorbankan. Infaq adalah jenis kebaikan yang bersifat umum, berbeda dengan
zakat. Jika seseorang ber-infaq, maka kebaikan akan kembali pada dirinya, tetapi jika ia tidak
melakukan hal itu, maka tidak akan jatuh kepada dosa, sebagaimana orang yang telah
memenuhi syaratbuntuk berzakat, tetapi ia tidak melaksanakannya.
3. Shodaqoh
Secara etimologi, kata shodaqoh berasal dari bahasa Arab ash- shadaqah. Pada awal
pertumbuhan Islam, shodaqoh diartikan dengan pemberian yang disunahkan (sedekah sunah).
Sedangkan secara terminologi shadaqah adalah memberikan sesuatu tanpa ada tukarannya
karena mengharapkan pahala dari Allah Swt. Shodaqoh lebih utama apabila diberikan pada
hari-hari mulia, seperti pada hari raya idul adha atau idul fitri. Juga yang paling utama apabila
diberikan pada-pada tempat-tempat yang mulia, seperti di Mekkah dan Madinah. Shadaqah
adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang membutuhkan, ataupun pihak-
pihak lain yang berhak menerima shadaqah, tanpa disertai imbalan. Shadaqah atau yang
dalam bahasa Indonesia sering dituliskan dengan sedekah memiliki makna yang lebih luas
lagi dari zakat dan infaq. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Mas’ud Al-Badri
berkata, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya seorang muslim itu apabila memberikan nafkah
kepada keluarganya dan dia mengharapkan pahala darinya, maka nafkahnya itu sebagai
sedekah”. Sedekah dalam bahasa Arab disebut shadaqoh berarti suatu pemberian yang
diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi
oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang
sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata. Sedekah dalam
pengertian di atas oleh para fuqaha (ahli fikih) disebuh sadaqah at-tatawwu'(sedekah secara
spontan dan sukarela). Shadaqah juga di artikan: “Sesuatu yang diberikan untuk mendekatkan
diri kepada Allah ta’ala”. Shadaqah dapat dimaknai dengan satu tindakan yang dilakukan
karena membenarkan adanya pahala / balasan dari Allah SWT. Sehingga shadaqah dapat kita
maknai dengan segala bentuk / macam kebaikan yang dilakukan oleh seseorang karena
membenarkan adanya pahala / balasan dari Allah SWT. Shadaqah dapat berbentuk harta
seperti zakat atau infaq, tetapi dapat pula sesuatu hal yang tidak berbentuk harta. Misalnya
seperti senyum, membantu kesulitan orang lain, menyingkirkan rintangan di jalan, dan
berbagai macam kebaikan lainnya. Seperti halnya infaq, dalam shadaqah tidak di tetapkan
bentuknya, bisa berupa barang, harta maupun satu sikap yang baik. Jika ia berupa harta atau
barang, maka shadaqah tidak di tetapkan waktunya, dan jumlahnya. Shadaqah adalah jenis
kebaikan yang sifatnya lebih luas dari zakat dan infaq, maka seringkali kita menemukan kata
shadaqah ini di artikan dengan zakat atau dengan infaq. Dan shadaqah seringkali juga
digunakan untuk ungkapan kejujuran seseorang pada agama / keimanan seseorang. Ketika
seseorang ber- shadaqah maka ia akan mendapatkan balasan dari apa yang ia lakukan, tetapi
jika ia tidak melakukan hal ini, maka ia tidak berdosa seperti ia tidak membayar zakat hanya
saja ia kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pahala. Shadaqah ialah segala bentuk nilai
kebajikan yang tidak terikat oleh jumlah, waktu dan juga yang tidak terbatas pada materi
tetapi juga dapat dalam bentuk non materi, misalnya menyingkirkan rintangan di jalan,
menuntun orang yang buta, memberikan senyuman.
4. Harta Hasil Penaklukan Wilayah Baru oleh Islam
Jenis harta ini ada dua; ghanimah dan fai. Fai adalah harta yang diperoleh kaum muslimin
waktu penaklukan wilayah baru tanpa diikuti oleh perlawanan atau adanya perperangan.
Contoh dari fai ini di masa Rasulullah adalah penaklukan Bani Nadhir, Quraizah dan Fandak
serta tanah Khaibar. Khaibar merupakan wilayah yang sangat subur di Hijaz. Mayoritas pen-
duduknya adalah Kaum Yahudi. Masyarakat Khaibar mempunyai profesi sebagai petani,
pengrajin tangan dan pedagang. Ketiga profesi tersebut, petani merupakan yang paling
banyak. Mereka sangat piawai dalam bercocok tangan.
Di samping bertani, mereka juga mempunyai ternak kembalaan yang ditempatkan di dekat
lahan pertanian. Rasulullah mempunyai perhatian yang khusus pada Khaibar ini, selain
karena kesuburan, juga masyarakatnya yang mayoritas Kaum Yahudi sangat mengancam
keberadaan negara Islam, berupa dendam dan permusuhan. Untuk menaklukan Khaibar,
Rasulullah Saw mengirimkan 1.600 tentara. Kaum Yahudi Khaibar memohon Rasulullah
untuk menerima setengah yang berada di bawah kepemilikan mereka. Setelah Rasul Saw
menerima permo-honan tersebut. Pertimbangan penting yang melatarbelakangi diterimanya
permohonan Yahudi Khaibar adalah kebun-kebun kurma di Khaibar masih memerlukan
tenaga profesional untuk mengolahnya. Kaum muslimin meskipun mempunyai keahlian
dalam hal mengolah perkebunan tersebut, tapi Kaum Yahudi masih diperlukan karena
pengalaman mereka tentang pengolahan kebun di sana telah lama dan mereka adalah
penghuni asli Khaibar.
Hasil bumi yang diperoleh dari perkebunan tersebut dibagi dua, setengahnya untuk
Yahudi Khaibar dan lainnya dimasukan ke kas negara. Kemudian didistribusikan untuk
pembiayaan sosial kepentingan fisabilillah dan pembiayaan angkatan perang. Harta fai
sebagai sumber keuangan telah diatur dinyatakan dalam al-Quran Surat al-Hasyr ayat :1-7.
Jenis kedua adalah ghanimah yang merupakan harta perolehan kaum muslim lewat
jalan perperangan. Awalnya distribusi ghanimah ini dilakukan oleh Rasulullah dengan cara
membagi sama banyak kepada para tentara yang ikut ke medan perang. Namun setelah turun
Surat al-Anfal ayat: 41, maka Rasullah mengikuti petunjukan ayat ini dalam pembagian harta
ghanimah. Menurut Surat al-Anfal ayat 41, distribusi harta ghanimah terdiri dari : untukmu
Allah, Rasul, Karib kerabat anak yatim dan fakir miskin. Sisanya untuk tentara berkuda dan
berjalan kaki.Jika dikalkulasikan keseluruhan jumlah harta rampasan perang yang didapat
selama masa Rasul Saw berjumlah tidak lebih dari 6 juta dirham. Jumlah tersebut
dibandingkan dengan jumlah serta biaya hidup di Madinah untuk rata-rata jumlah keluarga
enam orang adalah 3.000 dirham pertahun. Kontribusi harta rampasan perang terhadap
pendapatan kaum muslimin selama 10 tahun kepemimpinan Rasul Saw adalahh 2 persen
5. Jizyah
Jizyah merupakan pajak kepala (al-ruusu) yang dibebankan kepada penduduk non-muslim
yang hidup di wilayah Islam. Pembayaran jizyah ini merupakan bentuk kompensasi dari rasa
aman yang dijamin pemerintah Islam dan dibebaskannya mereka dari wajib meliter. Diantara
orang non muslim yang pernah membayar jizyah adalah orang Najran, orang Ailah, Adhruh
dan Adhriat yang membayar pada perang Tabuk. Pembayarannya tidak mesti dalam bentuk
uang tunai tapi dapat juga dalam bentuk barang atau jasa.Di masa Rasulullah, jizyah ini
dipungut sebesar satu dinar pertahun. Bagi perempuan, anak pengemis, pendeta, orang tua,
penderita sakit dibebaskan dari kewajiban ini. Penarikan jizyah ini berdasarkan surplus
(kelebihan) dari pendapatan setelah sebelumnya dikeluarkan biaya untuk kebutuhan pokok.
Catatan mengenai pengeluaran secara rinci pada masa pemerintahan Rasulullah Saw juga
tidak tersedia. Namun demikian, hal ini tidak berarti menimbulkan kesimpulan bahwa sistem
keuangan yang ada pada masa itu tidak berjalan dengan baik dan benar. Rasulullah
Saw.Senantiasa memberian perintah yang jelas dan tegas kepada para petugas yang sudah
terlatih mengumpulan zakat. Dalam kebanyakan kasus, ia menyerahkan pencatatan
penerimaan harta zakat kepada masing-masing petugas.Setiap perhitungan yang ada disimpan
dan diperiksa sendiri oleh Rasulullah dan setiap hadiah yang diterima oleh para pengumpul
zakat adan disita, seperti yang terjadi pada kasus al-Lutbigha, pengumpul zakat daru Bani
Sulaim. Berkaitan dengan pengumpulan zakat ini, Rasulullah sangat menaruh perhatian
terhadap zakat harta, terutama zakat unta. Orang Urania pernah diberi hukuman berat karena
mencuri zakat unta. Hasil pengumpulan Kharaj dan jizyah didistribusikan melalui suatu
daftar pembayaran yang berisi nama-nama orag yang berhak menerimanya. Masing-masing
menerima bagian sesuai dengan kondisi materialnya, orang yang sudah menikah memperoleh
bagian dua kali lebih besar daripada orang yang belum menikah.
-PenyaluranPenyaluran zakat dan ushr kepada yang berhak menerimanya menurut ketentuan
Alqur’an, termasuk para pemungut zakat.
Pembayaran gaji untuk wali, qadi, guru, imam, muadzin dan pejabat negara lainnya.
-Pembayaran upah para sukarelawan.
-Pembayaran utang negara.
-Bantuan untuk musafir (dari daerah fadak).
Sekunder
Pada zaman uno Mekah terletak di lalu lintas perdagangan antara Yaman (Arabia
Selatan) dan Syam dekat lautan tengah. Kedua negeri tersebut telah mencapai peradaban
tinggi dan di hubungkan oleh beberapa negeri kecil, seperti Mekah yang hampir terletak
ditengah-tengah jazirah Arabiah. Oleh karena itu kabilah-kabilah arab tidaklah terlalu sulit
mencapai Mekah. Seperti hanya juga penduduk Mekah tidaklah sukar untuk keluar ke negeri
tetangganya seperti ke Syam, Hirah, dan Yaman. Sehingga tidaklah heran jika semangat
dagang penduduk Mekah berkembang. Sebelum kelahiran Nabi Muhammad saw. Kota
Mekah itu terdapat rumah suci yang disebut Baitullah atau Ka’bah. Bangsa Arab pada
umumnya sangat memuliakan Ka’bah yang dibangun dan pembinaan ajaran agama Islam
dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan putranya (Ismail as) kawin dengan penduduk Mekah suku
Jurhum yang berasal dari Yaman yang turun temurun keturunan Ismal as. disebut banu Ismail
atau Adnaniyyun yang berkembang biak di kota ini. Pada waktu bendungan besar Ma’rib di
Arabiah selatan pecah dan menimbulkan mala petaka yang besar bagi penduduknya, sehingga
mereka berpindah ke Mekah yang dipimpin oleh Harits bin ‘Amir juga disebut khuza’ah
mereka berhasil mengalahkan suku Jurhum dan sterusnya menjadi penguasa. Dalam masa
pemerintahannya ibnu Ismail berangsur-angsur bertebaran kepelosokpelosok jazirah Arabiah.
Kira-kira pada abad ke 5 M seorang pemimpin kabilah Quraisy yang bernama Qushai telah
berhasil merebut kekuasaan kota Mekah dari pemerintahan Harist bin ‘Amar (khuza’ah)
setelah mereka berabad-abad lamanya menguasai Mekah. Madinah sebagai tempat tujuan
nabi berhijrah dan Madinah kota pertama Islam berdiri yang ditandai dengan berbagai aspek
kehidupan masyarakat di Madinah, seperti sistem persaudaraan (muakhah) dan suatu
dokumen yang biasanya dikenal dengan sebutan Piagam Madinah) hingga berakhir
pemerintahan al-Khulafa al Rasyidun. Semenjak itu Hijaz menjadi pusat politik dan pusat
“rohani” Islam sekaligus. Islam berkembang di Hijaz dan meluas sampai ke Jazirah Arabiah
lainnya yang meliputi Yaman, Tihamah, Nejd dan ‘Arud, bukan dengan kekerasan tanpa
alasan, namun Islam menjadi agama yang diterima di Jazirah Arabiah karena suatu hal yang
berdampak dahsyat yang ditanamkan Islam pada wacana pendidikan generasi periode awal
Islam, seperti purifikasi jiwa, pemurnian pikiran, ketulusan keyakinan agama, dan
pengabdian kepada Tuhan; merefleksikan secara jelas bahwa keikutsertaan mereka dalam
pertempuran militer yang dikenal dengan al-Futuh (pendudukan dan pembukaan suatu
wilayah) sama sekali tidak dimotifasi oleh ambisi duniawi. Mekah dan Madinah ditakdirkan
oleh Allah sebagai kota-kota ibadah dan keagamaan. Nabi Muhammad memang sempat
mendirikan kekuasaan politik di Madinah setelah hijrah dari Mekah; Negara ini kemudian
dikenal sebagai “Negara-kota” Madinah, di sana Nabi melalui “Piagam Madinah”
meletakkan prinsip-prinsip ketatanegaraan berdasarkan kebebasan dan respek terhadap
pluralitas keagamaan dan budaya. Hal ini terjadi karena begitu Muawiyah bin Abi Sufyan
Ketika Rasulullah saw wafat dan meninggalkan amanah besar berupa tampuk
pimpinan yang akan melanjutkan risalah Allah swt. Para sahabat telah bersepakat
mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah (pengganti) Rasulullah saw. Yang pertama. Abu
Bakar memulai tugas dengan pidato yang diucapkan sehari setelah pengangkatannya. Pidato
tersebut menegaskan totalitas kepribadian dan komitmen Abu Bakr terhadap nilai-nilai Islam
dan strategi meraih keberhasilan tinggi umat sepeninggal Rasulullah saw. Setelah Abu Bakr
wafat, Umar Ibn al-Khattab terangkat menggantikan Abu Bakr sebagai khalifah. Umar
menyebut dirinya “Khalifah Khalifati Rasulillah” (Pengganti dari Pengganti Rasul). Umar
mendapat gelar “Amir al-Mukminin” (Komandan orangorang beriman). Abu Bakr meninggal
dunia, Senin, 23 Agustus 624 M setelah lebih kurang 15 hari terbaring di tempat tidur. Abu
Bakr berusia 63 tahun dan kekhalifahannya berlangsung dua tahun tiga bulan sebelas hari. Di
masa Umar, ekspansi wilayah mencapai puncak kegemilangan dalam sejarah ilmu siasat dan
tidak kalah jika dibandingkan dengan Napoleon, Hanibal atau Iskandar Zulkarnain. Hal
tersebut tercapai berkat Umar dan sahabat-sahabatnya yang mencanangkan prinsip-prinsip
Islam dalam segala sisi kehidupan mereka. Kondisi tersebut membuat Madinah berkembang
pesat. Khalifah Umar meletakkan prinsip-prinsip musyawarah dalam pemerintahannya dan
membangun jaringan jaringan pemerintahan sipil yang paripurna. Kekhalifahan Umar
berlangsung selama sepuluh tahun enam bulan empat hari. Dia meninggal ditikam oleh Abu
Lu’lu’ah atau Feroz, seorang budak Persia ketika Umar hendak mendirikan ibadah salat
subuh. Khalifah Umar wafat pada 1Muharram 23 H/644 M.17 Setelah Khalifah Umar
mangkat, melalui proses pemilihan, Khalifah Usman menggantikan posisi Khalifah Umar.
Khalifah Usman melanjutkan sukses pendahulunya, terutama dalam perluasan wilayah
kekuasaan Islam. Islam sudah dikenal oleh wilayah-wilayah yang ada di Jazirah Arab dan
Afrika di masa Khalifah Usman. Selain perluasan wilayah, karya besar lain yang ditinggalkan
Khalifah Usman adalah penyusunan al-Qur’an. Khalifah Usman memimpin selama 12 tahun.
Sang Khalifah adalah seorang yang sangat dermawan. Hampir seluruh kekayaan Khalifah
Usman disumbangkan demi umat. Ketika Khalifah Usman menjabat sebagai khalifah umat
Islam, Dia bahkan jatuh miskin karena harta yang ada padanya dipakai untuk membantu
sanak familinya, juga karena seluruh waktunya dihabiskan untuk mengurus persoalan umat
Islam. Sang Khalifah sempat berucap; “Pada saat pencapaianku menjadi Khalifah, aku adalah
pemilik kambing dan unta yang paling banyak di Arab. Hari Ini aku tidak memiliki kambing
atau unta kecuali yang digunakan dalam ibadah haji. Penyokong mereka, aku memberikan
kepada mereka apapun yang dapat aku berikan dari milik pribadi. Dalam hal harta kekayaan
negara, aku menganggapnya tidak halal, baik bagi diriku sendiri maupun orang lain. Aku
tidak mengambil apapun dari kekayaan negara, apa yang aku makan adalah hasil nafkahku
sendiri.18 Khalifah wafat ketika sedang membaca al-Qur’an. Beliau mati dibunuh oleh pihak
oposis pada tahun 35 H/17 Juni 656. Beberapa hari setelah pembunuhan Khalifah Usman,
Khalifah Ali tampil menggantikan Khalifah Usman. Di masa Khalifah Ali, wilayah Islam
sudah meluas sampai Persia dan Mesir. Akhrinya sang Khalifah ditikam oleh Ibn Muljam
seorang Khawarij yang fanatik tepat 17 Ramadan 40 H (661 M)
Awal masuknya Islam ke Yaman bermula pada 630 M. Kala itu, Nabi
Muhammad SAW mengutus saudara sepupu yang juga menantunya, Ali bin Abi Thalib RA,
ke Sana'a dan sekitarnya untuk menyampaikan syiar Islam. Pada waktu itu, Yaman
merupakan wilayah yang paling maju di Semenanjung Arabia. Bani Hamdan tercatat sebagai
kabilah yang pertama menerima Islam.
Di samping itu, Rasulullah SAW juga pernah mengutus Mu'adz bin Jabal RA ke al-Janad—
yang hari ini dikenal sebagai daerah Taiz—untuk menyampaikan surat dakwah kepada para
pemimpin suku di sana. Selama periode risalah Nabi SAW, negeri Yaman tidak mempunyai
kekuasaan yang terpusat, melainkan diperintah oleh sejumlah suku yang memegang kendali
otonomi di daerah mereka masing-masing.
Beberapa suku terkemuka di Yaman, termasuk Bani Himyar, mengirim delegasi ke Madinah
antara 630-631 M untuk menyatakan kesediaan mereka menerima Islam. Kendati demikian,
sejumlah orang Yaman sudah ada yang lebih dulu menjadi Muslim sebelum kedatangan
delegasi tersebut. Beberapa di antaranya adalah Ammar bin Yasir RA, al-Ala'a al-Hadrami
RA, Miqdad bin Aswad RA, Abu Musa al-Asy'ari RA, dan Syurahbil bin Hasanah RA.
Dinamakan Yaman karena daerah itu letaknya disebelah kanan Ka’bah bila kita menghadap
ke timur. Di sebelah kiri daerah itu terletak negeri Asier.
Najran adalah salah satu daerah yang terletak di Jazirah Arab antara Hijaz dan
Yaman,yang dimasa sebelum periode Islam Menjadi wilayah yang dihuni mayoritas
Nasrani.Penduduk Nasrani Najran hidup tenang dalam pemerintahan islam dimasa Nabi
Muhammad Saw dan mereka berkewajiban memberikan Jizyah.Dalam perkembangan
selanjutnya,penduduk Nasrani Najran akhirnya memeluk agama islam kecuali sebagian kecil
dari mereka yang kemudia melakukan imigrasi ke Irak.
Oman: Jaifar dan ‘Abd adalah kakak beradik putra dari al-Julanday al-Azdy al-
Ummaniy. Jaifar adalah pemimpin wilayah Oman, sedangkan adiknya, Abd, adalah
wakilnya. Wilayah Oman sebelumnya berada di bawah kekuasaan Kerajaan Persia yang
memeluk agama Majusi, meskipun adabeberapa pemeluk agama Nasrani. Sahabat yang
diutus menyampaikan surat adalah Amr bin al-‘Aṣbeberapa bulan sebelum terjadinya
penaklukan kota Makkah (8 H). Kedua pemimpin Oman tersebut memeluk Islam dan
memberikan sejumlah hadiah kepada Nabi Muhammad, dan ia memberikan pernyataan di
hadapan Amr bin al-‘Aṣsetelah membaca surat itu, dengan mengatakan, ‚Demi Allah,
sungguh Dia telah menunjukkanku pada Nabi yang buta huruf ini, bahwasanya ia tidak
memerintahkan kepada kebaikan kecuali ia memulainya terlebih dahulu, dan tidak pula
melarang meninggalkan keburukan kecuali ia meninggalkannya terlebih dahulu.
Bahrain dipimpin oleh al-Munzir bin Sawa bin al-Akhnas al-Abdiy dari
keturunan Abdillah bin Darim, yang termasuk suku Bani Tam>m. Ia menjadi pemimpin di
wilayah Bahrain pada masa jahiliyah juga pada masa Islam. Keislamannya dimulai ketika
Nabi Muhammad mengirimkan surat kepadanya setelah beliau pulang dari Ja’ranah dan
sebelum terjadi Fathu Makkah, tepatnya pada tahun 8 H. Sahabat yang diutus kepada Raja al-
Munzir adalah al-‘Ala’ bin Abdillah al-Hadrami.Kepada Raja Raja al-Munzir (Bahrain),
dituturkan ancaman denganredaksi permohonan kepada Allah agar tetap melanggengkan
kekuasaan sang raja, dengan redaksiِ ْجيَوْ يَ َديَ ْت َحتا َ َم َواُل هلل
َ لَع/yaj’al Allahu laka ma tahta yadayka
’Allah akan tetap menjadikan apa yang ada di bawah kekuasaanmu sebagai milikmu’
Daerah banu kindah Banu Kindah adalah suku keturunan Kindah, yang berlokasi
di daerah selatan Jazirah Arab dan mereka ini mempunyai kebudayaan yang tinggi. Kindah
sebuah kerajaan suku di Arabia bagian tengah yang didirikan oleh bani Kindah yang
berimigrasi dari tanah airnya di Yaman.Suku tersebut muncul pada abad ke-2 SM. Bani
Kindah mendirikan kerayaah di Arabia bagian tengah yang tak seperti orang-orang Yaman
yang lebih tersentralisasi; raja-rajanya memiliki perang atas sejumlah suku terkait.
Pada dasarnya, negara Khilafah Hizbut Tahrir memiliki sistem yang berbada dalam
penyelenggaraan negaranya dengan semua sistem yang diterapkan di negara modern. Hizbut
Tahrir melandaskan sistem pemerintahannya kepada ajaran agama Islam yang disandarkan
pada keseluruhan praktek ketatanegaraan,yang dianggap oleh Hizbut Tahrir sebuah
keberhasilan dalam mendirikan negara Khilafah, yang dijalankan oleh Rasulullah pada saat
beliau menyebarkan ajaran agama Islam.15 Meskipun negara Khilafah tidak menerapkan
system pemerintahan yang popular digunakan masyarakat saat ini, akan tetapi tujuan dari
berdirinya negara Khilafah ini adalah untuk menyelesaikan problematika umat yang terjadi
dan mengimplementasikan nilai- nilai agama.Negara Islam Khilafah memiliki rancangan
undang- undang dasar tersendiri negara ini dapat berdiri dalam suatu wilayah. Rancangan
kostitusi ini berjumlah 190 pasal yang terdiri dari hukum- hukum umum, Sistem
Pemerintahan, Khalifah, Muawwin at Afwidl, Muawwin at Tanfidz, al Wulat, Amirul Jihad,
Departemen keamanan dalam negeri dan luar negeri, Direktorat Perindustrian, al Qadla, Jihaz
al Idari, Baitul Mal, Departemen penerangan, majelis al-Ummah, sistem sosial, sistem
ekonomi, politik pendidikan dan politik luar negeri
Konsepsi Pembagian kekuasaan negara Islam Khilafah Hizbut Tahrir, meskipun pada
dasarnya dibuat untuk melengkapi konsep negara Islam Khilafah mereka, tentunya
dirumuskan agar penyelenggaraan pemerintahan dalam sebuah negara pada umumnya dapat
berjalan dengan baik sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Hal mendasar yang
menyatakan bahwa konsep negara ini berasal dari agama Islam perlu dibuktikan dengan
pedoman syariat Islam yang bersifat “rahmatan lil alamin” dan “ sholihun li kulli zaman wa li
kulli makan”. Oleh karena itu konsepsi pembagian kekuasaan ini perlu dianalisis
kemungkinan implementasinya di Indonesia yang merupakan negara mayoritas penduduknya
beragama Islam Indonesia merupakan sebuah negara yang menganut pemisahan kekuasaan
yang pada dasarnya teori ini dicetuskan oleh Montesquieu, meskipun pada implementasinya
banyak perubahan dan variasi dari konsep dasarnya. Perubahan tersebut diterapkan semata-
mata karena kebutuhan masyarakat. Analisis terkait dengan konsepsi pembagian kekuasaan
negara Islam Khilafah Hizbut Tahrir ini akan penulis bagi menjadi tiga bagian berdasarkan
sudut pandang teori pembagian kekuasaan negara, hal ini dikarenakan Indonesia dalam
pelaksanaan pemerintahannya juga menganut konsepsi pembagian kekuasaan ini, sehingga
analisis ini dapat sesuai dengan wilayah dimana konsepsi pembagian kekuasaan negara Islam
Khilafah Hizbut Tahrir ini diterapkan.
Sejarah hubungan internasional dapat ditelusuri hingga ribuan tahun yang lalu; Barry
Buzan dan Richard Little, misalnya, menganggap interaksi antara beberapa negara-kota kuno
di Sumeria, yang berawal pada tahun 3.500 SM, sebagai sistem internasional paling dewasa
pertama di dunia. Potret resmi Raja Władysław IV dengan pakaian model Perancis, Spanyol,
dan Polandia yang merefleksikan kerumitan politik Persemakmuran Polandia-Lituania selama
Perang Tiga Puluh Tahun. Sejarah hubungan internasional berdasarkan negara berdaulatdapat
ditelusuri hingga Perdamaian Westfalen tahun 1648, sebuah batu loncatan dalam
perkembangan sistem negara modern. Sebelumnya, organisasi otoritas politik Eropa abad
pertengahan masih didasarkan pada ordo keagamaan hierarkis yang tidak jelas. Berlawanan
dengan kepercayaan masyarakat, Westfalen masih menerapkan sistem kedaulatan berlapis,
khususnya di dalam Kekaisaran Romawi Suci. Selain Perdamaian Westfalen, Traktat Utrecht
tahun 1713 dianggap mencerminkan suatu norma baru bahwa negara berdaulat tidak punya
kesamaan internal di dalam wilayah tetapnya dan tidak ada penguasa luar yang dapat menjadi
penguasa mutlak di dalam perbatasan sebuah wilayah berdaulat.Tahun-tahun antara 1500
hingga 1789 menjadi masa kebangkitan negara-negara berdaulat yang merdeka,
institusionalisasi diplomasi dan angkatan bersenjata. Revolusi Perancis turut menambahkan
ide baru bahwa yang dapat ditetapkan sebagai berdaulat bukanlah pangeran atau oligarki,
tetapi warga negara yang didefinisikan sebagai bangsa. Suatu negara yang bangsanya
berdaulat dapat disebut sebuah negara-bangsa(berbeda dengan monarki atau negara
keagamaan). Istilah republik mulai menjadi sinonimnya. Sebuah model alternatif negara-
bangsa dikembangkan sebagai tanggapan atas konsep republik Perancis oleh bangsa Jerman
dan lainnya, yang bukannya memberikan kedaulatan kepada warga negara, malah
mempertahankan pangeran dan kerajaan, tetapi menetapkan kenegarabangsaan dalam hal
etnolinguistik, sehingga menetapkan ide yang jarang terwujud bahwa semua orang yang
mempertuturkan satu bahasa dimiliki oleh satu negara saja. Klaim yang sama terhadap
kedaulatan dibuat untuk kedua bentuk negara-bangsa. Perlu diketahui bahwa di Eropa saat
ini, beberapa negara mengikuti kedua definisi negara-bangsa: banyak yang melanjutkan
sistem kerajaan berdaulat, dan sedikit sekali negara yang homogen etnisnya.Sistem Eropa
yang mengusung kesetaraan kedaulatan negara-negara dibawa ke Amerika, Afrika, dan Asia
melalui kolonialisme dan "standar peradaban" mereka. Sistem internasional kontemporer
akhirnya ditetapkan melalui dekolonisasi selama Perang Dingin. Tetapi, hal ini malah terlalu
disederhanakan. Meski sistem negara-bangsa dianggap "modern", banyak negara belum
memberlakukan sistem ini dan dianggap "pra-modern".Lebih jauh lagi, beberapa negara telah
bergerak keluar dari penuntutan kedaulatan penuh, dan dapat dianggap "pascamodern".
Kemampuan kuliah hubungan internasional kontemporer untuk menjelaskan hubungan antara
jenis-jenis negara ini masih diragukan. "Tingkat analisis" adalah cara memandang sistem
internasional, yang mencakup tingkat individual, kondisi domestik sebagai satu kesatuan,
tingkat internasional berupa persoalan transnasional dan antarpemerintah, dan tingkat
global.Secara eksplisit diakui sebagai teori Hubungan Internasional belum dikembangkan
hingga akhir Perang Dunia I. Meski begitu, teori HI sudah lama bergantung pada karya ilmu
sosial lain. Pemakaian huruf kapital "H" dan "I" dalam Hubungan Internasional bertujuan
untukmembedakan disiplin akademik Hubungan Internasional dari fenomena
Acharya dan Buzan sebagaimana dikutip oleh Muhammad Qobidl ’Ainul Arif,
(Turkish Jornal of International Relation 2006 : V.5 No.4) mengatakan Islam memahami
manusia dan memiliki tanggapan yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan, dapat
bertindak sebagai teori, hampir sama seperti yang berada pada filsafat politik barat mengenai
tindakan manusia. Dalam buku ini mereka memberikan tiga sumber yang berbeda dalam
dunia Islam dan bagaimana seharusnya Islam berinteraksi dengan orang lain, yaitu :
untuk sebuah rekonseptualisasi ilmu sosial, dan ektensi teori hubungan internasional.Acharya
dan Buzan, mengingatkan kepada kita bahwa tradisi klasik dan pemikiran agama telah
menjadi dasar para tokoh pemikir di Asia untuk menjadi awal berpikir internasional. Begitu
pula diperiksanya sumber nyata untuk mencari teori hubungan internsional non-barat sebagai
alternatif yakni Al Qur’an, Hadist, Sunnah, Syariah sebelum menentukan teori hubungan
internasional. Pendekatan Yurisprudensi untuk teori hubungan internasional dalam Islam
dapat diidentifikasi dalam konsep jihad, dimana memiliki konteks yang berbeda dalam
definisinya dimana bukan bermakna perang tetapi berjuang untuk mewujudkan sesuatu yang
diyakini. Jihad dalam Al Qur’an terbagi dua yakini jihad besar (perjuangan Internal) dan
jihad kecil (melibatkan eksternal yakni berusaha untuk menghilangkan hambatan menuju
jalan Allah dengan melawan orang-orang kafir. Islam dalam hubungan luar negerinya
membagi dunia menjadi dua bidang yakni Dar al Islam (wilayah Islam) dan Dar al Harb
(kerajaan perang).
Dalam kajian penerapan syari’at Islam, (Ahmad Hanafi 1989 : 38-51) terdapat
beberapa masalah penting yang sedang berlangsung. Masalah tersebut meliputi masalah
internal umat Islam yang menyangkut perbedaan pemahaman, masalah yang melanda umat
akibat invasi besar-besaran yang dilakukan oleh Barat dan sekutunya dan landasan hukum
internasional serta pelaksanaannya yang kacau akibat ulah dan kepentingan negara-negara
tertentu. Masalah internal kaum muslimin adalah perbedaan pemahaman mengenai Islam
yang berkaitan dengan masalah hukum. Paling tidak terdapat tiga kelompok. Kelompok
pertama, menganggap bahwa Islam hanya merupakan ajaran wahyu yang mengatur urusan
ritual atau sosial yang sifatnya amal sholeh (menyantuni). Kelompok kedua, menganggap
bahwa Islam selain mengatur urusan ritual, juga memberikan landasan bagi praktek
kehidupan sosial.Kesimpulan Islam yang komprehensip, yang ajarannya mencakup semua
aspek kehidupan, termasuk pula memberikan prinsip-prinsip pokok bagi hubungan
internasional, dan juga memberikan contoh-contoh konkrit bagaimana prinsip tersebut
dilaksanakan, sejak permulaan sejarah Islam. Hanya saja terdapat beberapa prinsip hubungan
internasional yang dilandasi dengan prinsip hukum internasional yang didasarkan pada aspek
kesetaraan, keadilan, kemanusiaan, perlindungan atas diri dan properti. Dalam hubungannya
dengan negara lain, pemikiran yang berkembang di kalanganumat Islam bahwa negara
diklasifikasikan sebagai berikut :
Pertama, negara-negara yang ada dewasa ini dalam dunia Islam, seluruhnya dianggap berada
di dalam satu (Dar Al Islam).
Kedua, negara-negara lain adalah Darul Kuffar/Darul Harb. Terhadap negeri-negeri tersebut
di atas dibolehkan mengadakan perjanjian bertetangga baik, perjanjian perdagangan,
ekonomi, perjanjian ilmiah, perjanjian dalam bidang pertanian, dan perjanjian lainnya yang
dibolehkan menurut syara. Bagi negara-negara lain yang tidak memiliki hubungan perjanjian
dengan negara khilafah dianggap sebagai negara-negara musuh (muharibah hukman) ditinjau
dari segi hukum. Terhadap mereka diambil langkah-langkah waspada dan siaga penuh, serta
tidak akan diadakan hubungan diplomatik dengan mereka.
Setidak-tidaknya, ada dua hal yang utama sebagai pemicu kesuksesan itu. Pertama,
kejelasan misi Rasulullah SAW, yakni untuk menebarkan rahmat, keselamatan, dan
kedamaian bagi umat manusia dan alam semesta. Allah SWT menjelaskan, "Dan tiadalah
Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam"
(QS 21: 107).
Semua manusia, baik Muslim maupun non-Muslim, merasa damai dan tenteram
hidup di bawah naungan ajaran Islam di Madinah. Rasulullah saw sebagai kepala negara dan
pemerintahan sangat mengayomi mereka. Perbedaan akidah dan keyakinan tidak
menyebabkan pertentangan antara yang satu dan yang lainnya. Mereka merasa saling
membutuhkan, bekerja sama bahu-membahu dalam membangun negara Madinah pada waktu
itu, terutama dalam membangun kekuatan ekonomi, kekuatan pertahanan dan keamanan.
Semua penduduk Madinah juga bekerja sama untuk menghadapi serangan musuh,
baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Musuh mereka adalah sama ketika itu, yaitu
segala bentuk kezaliman dan penindasan. Piagam Madinah yang dianggap konstitusi tertulis
pertama di dunia -- jauh sebelum Piagam Hak Asasi Manusia PBB (1948) -- telah merekam
kebersamaan yang melahirkan tanggung jawab bersama itu dalam diktum-diktum dan pasal-
pasalnya.
Faktor kedua yang menyebabkan keberhasilan Nabi Muhammad saw membangun
masyarakat Madinah ialah, beliau sebagai pemimpin negara dan agama ketika itu telah
menempatkan dirinya sebagai panutan. Apa yang beliau ucapkan adalah apa yang yang
dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Tiada pertentangan dan kesenjangan antara
pernyataan dan kenyataan.
Nabi Muhammad saw juga bukan sekadar mengkhutbahkan kesederhanaan,
persamaan, dan penegakan keadilan, melainkan juga mempraktekkannya. Orang-orang bukan
sekadar mendengar nasihatnya, tetapi juga melihat langsung pengamalannya. Dalam kaitan
ini Allah SWT berfirman: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik (uswatun hasanah) bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS 33: 21).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Nabi Muhammad SAW. Lahir di Mekah, disuatu tempat yang dikenal dengan suqul
lail, pada hari senin pagi, hari ketujuh belas bulan Rabiul awal. Nabi Muhammad SAW lahir
sekitar tahun 570 masehi dari klan Hasyim.
Beliau memperkanalkan islam dan mengajak suku aus dan khzjraj agar bertauhid kepada
Allah SWT karena sebelumnya mereka telah mendengar ajaran taurat dari kaum yahudi dan
mereka tidak merasa asing lagi dengan ajaran Nabi maka mereka menyatakan masuk islam
dan berjanji akan mengajak penduduk Yastrib masuk islam.Kemudian pada Tahun 621
sebanyak 10 orang suku khazraj dan 2 orang suku aus menemui Nabi SAW menyatakan
dirinya masuk islam, dan melakukan baiat kepada Nabi di Aqabah dikenal dengan baiat
aqabah pertama.Isi dari baiat aqabah pertama sebagai berikut, 1. Mereka masuk Islam karena
tertarik dengan sikap Islam yang menyejajarkan setiap manusia sebagai entitas yang setara di
hadapan Allah tanpa memandang dari latar belakang mana mereka berasal.di Madinah dia
ditemani oleh As’ad bin Zararah untuk mengunjungi kabilah,rumah dan tempat pertemuan
untuk menyampaikan kalimatullah secara hati hati.Atas kerja keras dan kesungguhan
mushab,perlahan banyak yang mulai memeluk agama islam karena tertarik dengan sikap
Islam yang menyejajarkan setiap manusia sebagai entitas yang setara di hadapan Allah tanpa
memandang dari latar belakang mana mereka berasal. Karena penduduknya (kaum Anshari)
bersedia menerima Nabi dan para pengikutnya dan di kota itu Nabi medirikan masjid
nabawi.Lalu disinilah dikenal tentang kaum anshar dan kaum muhajirin,kaum anshar adalah
sebutan untuk suatu kaum yang menerima hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah
menuju Madinah ,kaum anshar itu adalah kaum khazraj dan aus,sedangkan kaum muhajirin
adalah sebutan untuk para pengikut Nabi Muhammad yang hijrah meninggalkan Mekkah,
dalam rangka menjaga keimanan mereka dan menyelamatkan diri dari penindasan penduduk
Mekkah, yang menentang dakwah Islam di kota tersebut.
SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih ada kekurangan didalamnya. Saya dan rekan saya banyak
berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi mahasiswa lainnya dan bisa
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
https://m.tribunnews.com/amp/pendidikan/2021/02/14/apa-itu-sistem-kekerabatan-
berikut-pengertian-dan-jenis-jenisnya?page=2,
https://m.tribunnews.com/amp/pendidikan/2021/02/14/apa-itu-sistem-kekerabatan-
berikut-pengertian-dan-jenis-jenisnya?page=2
https://media.neliti.com/media/publications/152923-ID-kultur-arab-dalam-hadis-
pemimpin-negara.pdf
http://e-jurnal.iainsorong.ac.id/index.php/Tasamuh/article/download/60/54/
https://www.researchgate.net/publication/323608200_PERKEMBANGAN_JIWA_N
ABI_MUHAMMAD
file:///C:/Users/Hp/Downloads/pdfcoffee.com_perjanjian-aqabah-1-dan-2-pdf-free.pdf
http://hadirukiyah.blogspot.com/2009/06/pembentukan-negara-madinah-dalam.html
https://suaramuslim.net/asal-mula-madinah-dan-perkembangannya/
https://islam.nu.or.id/post/read/124738/mush-ab-bin-umair--tokoh-di-balik-
keislaman-penduduk-kota-madinah
http://eprints.ums.ac.id/14565/2/BAB_I.pdf
https://republika.co.id/berita/61542/madinah-model-pemerintahan-islam-ideal
https://sejarahlengkap.com/agama/islam/sejarah-perjanjian-aqabah
https://media.neliti.com/media/publications/240313-madinah-dan-pluralisme-sosial-
studi-atas-a2308613.pdf
https://www.selasar.com/perjanjian-aqabah/
https://cendikia.kemenag.go.id/storage/uploads/file_path/file_15-10-
"Muhammad", Encyclopedia of Islam Online ,Watt. Muhammad at Medina and R. B.
Serjeant "The Constitution of Medina." Islamic Quarterly 8 (1964) p.4. Ayang Utriza.
Islam Moderat dan Isu-Isu Kontemporer: Demokrasi, Pluralisme, Kebebasan
Beragama, Non-Muslim, Poligami, dan Jihad. Jakarta: Kencana Pranada Media.
2016. ISBN 9786024220525
https://journal.unhas.ac.id/index.php/kritis/article/download/10/10
https://journal.unhas.ac.id/index.php/kritis/article/view/10/10
https://core.ac.uk/download/pdf/229719113.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/37147-ID-implementasi-pluralitas-agama-
pada-pemerintahan-nabi-muhammad-di-madinah-tahun-6.pdf
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwikjeja4
6LvAhVU_XMBHZj2BvYQFjABegQIARAD&url=https%3A%2F
%2Fmedia.neliti.com%2Fmedia%2Fpublications%2F291185-perkembangan-islam-
di-arab-saudi-f225cd81.pdf&usg=AOvVaw24st8B-Y1_pRVRptar5Glg
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjc78G
V5KLvAhVlmeYKHYwOCyMQFjABegQIAhAD&url=https%3A%2F
%2Fcore.ac.uk%2Fdownload%2Fpdf
%2F229719113.pdf&usg=AOvVaw2sp6fa_LXX-u893sZJlpAs
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjc78G
V5KLvAhVlmeYKHYwOCyMQFjAAegQIARAD&url=http%3A%2F
%2Fejournal.uin-suka.ac.id%2Fsyariah%2Finright%2Farticle%2Fview
%2F1273&usg=AOvVaw2Dy-lmiJ53U6ULbSq0ErlF
http://ejournal.uin-
suska.ac.id/index.php/hukumislam/article/download/7044/4249#:~:text=Adapun
%20pembagian%20kekuasaan%20secara%20vertikal,daerah%2C%20yakni
%20dengan%20para%20Gubernur.&text=Dalam%20Ilmu%20Negara%20dan
%20Hukum,dengan%20perkembangan%20kedua%20ilmu%20tersebut
https://www.uin-malang.ac.id/r/150101/di-antara-kunci-sukses-nabi-membangun-
masyarakat-madinah.html
https://www.republika.co.id/berita/qahc3b458/dua-kunci-kesuksesan-nabi-
muhammad-saw https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publications/195025-
ID-sumber-sumber-pendapatan-dan-
pengeluaran.pdf&ved=2ahUKEwjnk6WMoajvAhUQcCsKHd_XDacQFjACegQIAR
AC&usg=AOvVaw1j-1HRtdFa4Hg-GpfhluE1
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://text-
id.123dok.com/document/dzx5epjoq-sumber-sumber-pendapatan-negara-
madinah.html&ved=2ahUKEwjnk6WMoajvAhUQcCsKHd_XDacQFjAEegQIFxAC
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://d1.islamhouse.com/data/id/ih_books/single/id_t
he_brief_of_biography_of_the_messenger.pdf&ved=2ahUKEwjn9PjMwKjvAhXNA
nIKHbA2CU8QFjAAegQIARAC&usg=AOvVaw2lPeKuOgIgmsTDMqv0Yzbb&usg
=AOvVaw0Mpl_VLHlkYH2MQWf7KAgo