Anda di halaman 1dari 19

Masa nabi pada periode makkah dan madinah

http://hitsuke.blogspot.com/2009/05/masa-nabi-muhammad-saw-pada-periode.html

Kata Pengantar

Segala puja dan puji bagi Allah SWT, zat penguasa seluruh alam jagat raya. Teriring pula
salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Amin.

Sebagai wujud ikhtiar untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan


mahasiswa di Uin Suska khususnya jurusan pendidikan bahasa inggris.

Kami menyusun makalah ini berdasarkan fakta yang kami dapat berbagai sumber-sumber dan
literature-literatur yang dijamin kebenarannya. Kami berterima kasih kepada semua pihak
yang ikut membantu untuk terselesainya makalah ini.

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang budiman sangat kami
nharapkan untuk kesempurnaan makalah ini pada masa yang akan dating.

Demikian pentingnya mata kuliah sejarah peradaban islam bagi mahasiswa pendidikan
bahasa inggris, maka perlu diadakan makalah yang mampu merangsang kreativitas para
mahasiswa.

Semoga kehadiran makalah ini dapat memberi mamfaat bagi kita semua dalam menjalankan
aktivitas belajar mengajar.

Pekanbaru, 27 Maret 2009

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sebagai seorang muslim hendaknya kita mesti sejarah nabi Muhammad SAW baik ketika
beliau dalam berdakwah sampai hijrah ke madinah dan diangkat sebagai Rasul

Oleh karena itu kami mencoba untuk mengingatkan kembali akan sejarah dan perjalanan nabi
untuk selalu kita contoh dan kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Telah kita ketahui
bersama bahwa umat islam pada saar sekarang ini lebih banyak mengenal figure-figur yang
sebenarnya tidak pantas untuk di contoh dan ironisnya mereka sama sekali buta akan sejarah
dan pri kehidupan rosulullah SAW
Oleh karena itu kami mencoba untuk membuka, memaparkan tentang kehidupan nabi
Muhammad SAW, dan mudah-mudahan dengan adanya makalah ini menambah rasa
kecintaan kita pada nabi Muhammad SAW.

2. Permasalahan

1. Sejarah hidup nabi Muhammad SAW


2. Turunnya wahyu yang pertama
3. Nabi Muhammad dalam berdakwah
4. Nabi Muhammad SAW hijrah kemadinah
5. Pembentukan Komunitas Madinah
6. Pembentukan Negara Madinah
7. Piagam Madinah

3. Tujuan

Adapun tujuan penulis menyusun makalah ini supaya pembaca lebih mengetahui tentang
kehidupan nabi Muhammad SAW dan proses pembentukan Negara Madinah sekaligus
memahami isi-isi piagam Madinah.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad saw dilahirkan pada tanggal 12 Rabiul Awal atau 20 April 571M. Sebelum
beliau dilahirkan ayahnya telah wafat oleh karena itu kakeknyalah yang mengasuh beliau
kemudian di susui oleh Halimatus Sa'diyah. Setelah kakeknya wafat beliau diasuh oleh
pamannya yaitu Abu Thalib.salah satu dari usaha Muhammad yang terpenting sebelum di
utus menjadi rosul ialah berniaga ke syam membawa barang-barang Khadijah. Perniagaan ini
menghasilkan laba yang banyak dan menyebabkan adanya pertalian antara Muhammad
dengan Khadijah dan mereka kemudian mereka menikah. Waktu itu beliau berumur 25 tahun
dan khadijah sudah janda yang berumur 40 tahun.

2. Proses Turunnya Wahyu Yang Pertama

Menjelang usianya yang ke 40, dia sudah terlalu terbiasa memisahkan diri dari kegalauan
masyarakat, berkontemplasi ke gua hira, bebarapa kilometer di utara kota mekah. Disana
Muhammad mula-mula ber jam-jam kemudian berhari-hari bertafakur. Pada tanggal 17
ramadhan tahun 611 Masehi, malaikat jibril muncul menyampaikan wahyu Allah yang
pertama :

??????? ??????? ??????? ??????? ?????? 1

?????? ?????????? ???? ?????? 2

??????? ????????? ????????? 3

??????? ??????? ??????????? 4


??????? ?????????? ??? ???? ???????? 5

Artinya :

Bacalah dengan nama tuhanmu yang telah mencipta. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu itu maha melihat. Dia telah mengajar dengan
kalam. Dia telah mengajar manusia apa yang mereka tidak ketahui ( QS 96 : 1-5 )

Dengan turunnya wahyu pertama itu, berarti Muhammad telah dipilih Allah sebagai Rasul,
dia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada agama. Setelah wahyu pertama itu
datang, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama sementara Nabi Muhammad SAW
menantikannya dan selalu datang ke Gua Hira'.

3. Nabi Muhammad SAW Dalam Berdakwah

Dalam proses penantian Jibril, turun wahyu yang membawa perintah kepada Rasulullah.
Wahyu itu itu berbunyi sebagai berikut : Hai orang yang brselimut bangun, dan beri
ingatlah. Hendaklah engkau besarkan Tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkan
perbuatan dosa dan janganlah engkau memberi ( dengan maksud ) memperoleh ( balasan )
yang lebih banyak dan untuk ( untuk memenuhi perintah ) Tuhanmu bersabarlah. ( Al-
Muddatsir 1-7 )

Dengan turunnya perintah itu mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama, beliau


melakukannya secar diam-diam di lingkungannya sendiri, keluarga, dan sahabat-sahabat
beliau yang paling karib. Mereka di seru kepada pokok-pokok agama islam yang disebut
dalam ayat-ayat diatas yaitu, bertauhid kepada allah dan meninggalkan ilah dan berhala-
berhala yang mereka sembah.

Mula-mula istrinya sendiri, Khadijah, kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yang
beru berumur 10 tahun. Kemudian Abu Bakar sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak.
Lalu Zaid, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya. Ummu Aiman, pengasuh Nabi
sejak ibunya Aminah masih hidup. Banyak orang-orang yang menerima seruan Nabi melalui
perantara Abu Bakar. Mereka dikenal dengan sebutan Assabiqunal Awwalun . Mereka ialah
Usman bin Affan, Zubair ibnu Awwan, Sa'ad ibnu Abu Waqqas, Abdurrahman ibnu Auf,
Talhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah ibnul Jarrah, dan Arqam ibnu Abu Arqam. Rumah
Arqam pada saat itu dijadikan tempat pertemuan untuk menyampaikan dakwah islam.

Tidak berapa lama turunlah ayat kepada Nabi Muhammad SAW “ Maka sampaikanlah
olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah
dari orang-orang musrik. Sesungguhnya kami memelihara kamu dari kejahatan orang-orang
yang memperolok-olokan kamu.

Sesudah ayat ini tu, mulailah Rasulullah SAW menyeru segenap lapisan manusia kepada
agama Islam menyeru segenap lapisan manusia secara terang-terangan baik golongan
bangsawan maupun hamba sahaya, begitupun anggota kerabat mereka sendiri atau orang-
orang yang jauh. Mula-mulanya beliau menyeru penduduk mekkah lalu kemudiah penduduk
negeri yang lain. Disamping itu beliau juga orang-orang yang berdatangan ke mekkah untuk
melakukan ibadah haji. Dengan usahanya yang gigih. Hasil yang diharapkan mulai terlihat.
Jumlah pengikut nabi yang tadinya hanya 12 an orang makin hari makin bertambah. Mereka
terutama terdiri dari kaum wanita, budak, pekerja dan orang-orang yang tak punya.
- Quraisy Mulai Menentang

Setelah dakwah terang-terangan itu pemimpin quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah
rasul. Semakin bertambanya jumlah pengikut Nabi, semakin keras tantangan yang
dilancarkan kaum Quraisy.

Faktor-faktor yang mendorong Quraisy menentang seruan islam

Dengan mempelajari dan mengerti bagaimana kehidupan bangsa arab dapatlah kita
menyimpulkan sebab-sebab yang mendorong kaum quraisy menentang agama islam yaitu
sebagai beriku :

Persaingan merebut kekuasaan

Kaum Quraisy tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan, atau antara kenabian
dan kerajaan. Mereka mengira tunduk kepada agama Muhammad berarti tunduk kepada
kekuasaan Abdul Muthalib. Sedangkan suku-suku bangsa arab selalu bersaingan untuk
merebutkan kekuasaan dan pengaruh. Sebab itu bukanlah hal yang mudah bagi kaum quraisy
untuk menyerehkan kepemimpinan kepada Muhammad karena menurut mereka berarti suku-
suku bangsa arab akan kehilangan kekuasaan dalam masyarakat.

Penyamaan antara hak antara kasta bangsawan dan kasta hamba sahaya

Bangasa arab hidup dengan system kasta, tiap-tiap manusia digolongkan dalam kelompok
kasta yang tak boleh dilampauinya. Tapi seruan nabi Muhammad membrikan hak yang sama
kepada manusia, yang merupakan suatu dasar yang penting dalam agama islam, agama islam
memandang sama antara hamba sahaya dengan tuannya.

Takut dibangkitkan dari alam kubur

Agama islam mengajarkan bahwa pada hari kiamat manusia akan dibangkitkan dari dalam
kuburnya dan semua amal pernebuatan manusia akan di hisab , orang-orang yang berbuat
baik maka Allah akan membalasnya dengan surga akan tetapi orang yang berbuat jahat akan
dibalas dengan neraka. Kaum Quraisy tidak dapat menerima agam islam yang mengajarkan
manusia akan dibangkitkan kembali sesudah mati.

Taklid kepada nenek moyang

Para kaum Quraisy taklid secara membabi buta terhadap nenek moyangnya dan mengikuti
langkah-langkah mereka dalam prersoalan peribadatan dan tingkah laku adalah suatu yang
telah berurat dan berakar pada bangsa arab karena itu sangat beratlah terasa bagi mereka
meninggalkan agama nenek moyang dan mengikuti agama baru yang dibawa oleh nabi
Muhammad SAW. Mereka berkata : “Apabila dikatakan kepada mereka” Marilah mengikuti
apa yang diturunkan Allah dan mengikuti rasul. “Mereka menjawab: cukuplah untuk kami
apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakanya. Dan apakah mereka itu akan
mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa
dan tidak pula mendapat petunjuk?

Memperniagakan patung
Salah satu dari perusahaan orang arab dahulu adalah memahat patung yang menggambarkan
Latta, Uzza , Manna , dan Hubal patung-patung itu mereka jual kepada Jamaah Haji, mereka
membelinya supaya mendapat berkat atau untuk kenang-kenangan. Tetapi agama Islam
melarang menyembah memahat dan menjual patung, karena itu saudagar-saudagar patung
memandang agama Islam sebagai penghalang rezeki mereka, oleh karena itu, mereka
menentang agama islam.

Fase-fase tantangan Quraisy terhadap agama Islam

Pada permulaan islam kaum Quraisy belumlah mencurahkan perhatiannya terhadap umat
islam mereka mengira bahwa seruan nabi Muhammad itu hanya satu gerakan yang tidak akan
bertahan lama untuk akan lemah dan akan punah dengan sendirinya. Akan tetapi, alangkah
terkejutnya mereka melihat dengan cepat memasuki kehidupan rumah tangga mereka dan
hamba sahaya yang dulu mereka anggap derajatnya terlebih sebagai harta benda telah
menerima pula seruan itu dan telah menerima pula seruan itu dengan baik. Pertama sekali
mereka halangi para hamba sahaya dan orang-orang yang lemah seperti Yasir dan putranya
Ammar serta istrinya Summayyah, begitu juga Bilal, Habab Ibnu Haris dan lainnya mendapat
siksaan yang berat diluar prikemanusiaan. Akan tetapi Nabi SAW tidak mendapatkan siksaan
karena Bani Hasyim memiliki kedudukan yang tinggi pada pandangan mereka dan Rasul
sendiri mendapat perlindungan dari pamannya Abu Thalib. Akan tetapi, seruan Nabi
bertambah tersiar dan bangsawan Quraisy mulai banyak yang masuk.

4. Hijrah Nabi Ke Madinah

1. Rencana-rencana jahat kafir Quraisy terhadap diri Nabi Muhammad dan kaum
Muslimin diantaranya,
2. Fitnah tentang Nabi Muhammad dituduh juru penerang yang memecah belah
masyarakat
3. Abu Jahal sangat memusuhi Nabi Muhammad sehingga dia ingin membunuhnya
4. Kaum Muslimin yang di Makkah dikucilkan oleh masyarakat Makkah selama tiga
tahun.

Melihat kenyataan seperti itu akhirnya nabi memandang bahwa kota Makkah tidak dapat
dijadikan lagi pusat dakwah. Karena itu, Nabi pernah mengunjungi beberapa negeri seperti
Thaif, untuk dijadikan sebagai tempat pusat dakwah, namun ternyata tidak bisa, karena
penduduk Thaif juga memusuhi Nabi. Oleh karena itu, Nabi memilih kota Madinah ( Yastrib
) sebagai tempat hijrah kaum Muslimin, dikarenakan beberapa faktor antara lain :

1. Madinah adalah tempat yang paling dekat dengan Makkah


2. Sebelum jadi Nabi, Muhammad telah mempunyai hubungan yang baik dengan
penduduk madinah karena kakek nabi, Abdul Mutholib, mempunyai istri orang
Madinah
3. Penduduk Madinah sudah dikenal Nabi bahwa mereka memiiki sifat yang lemah
lembut
4. Nabi Muhammad SAW mempunyai kerabat di madinah yaitu bani Nadjar
5. Bagi diri Nabi sendiri, hijrah ke Madinah karena perintah Allh SWT.

Pada tahun ke-13 sesudah Nabi Muhammad diutus, 73 orang penduduk Madinah berkunjung
ke Makkah untuk mengunjungi Nabi dan meminta beliau agar pindah ke Madinah.
Dikarenakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan penduduk Madinah mudah menerima
ajaran Islam yaitu :

1. Bangsa arab Yastrtib lebih memahami agama-agama ketuhanan Karena mereka sering
mendengar tentang Allah, wahyu, kubur, hisab, berbangkit, surga dan neraka.
2. Penduduk Yastrib memerlukan seorang pemimpin yang mampu mempersatukan suku-
suku yang saling bermusuhan.

Selama dalam perjalanan ke Madinah beliau mengalami banyak gangguan selain diganggu
oleh Suraqah yang mengejar beliau sekaligus pembunuh bayaran, beliaupun sempat singgah
ke Kubah dan mendirikan masjid yang dikenal dengan Masjid Kuba, dalam Al-Qur'an disebut
dengan Masjid Taqwa . Masjid inilah yang pertama kali dibangun oleh Nabi Muhammad
SAW.

Setelah ada berita bahwa Nabi Muhammad dalam perjalanan menuju kota Madinah maka
kaum Muslimin Madinah sudah nenunggu kedatangan beliau dengan penuh kerinduan dan
penghormatan. Pada hari Jum'at tahun pertama hijriah bertepatan dengan tanggal 2 Juli
622M, Nabi beserta rombongan Muhajirin lainnya disambut meriah oleh penduduk Madinah
sambil melagukan sebuah syair yang terkenal. Pada hari jum'at itu pula Nabi untuk pertama
kali mengadakan Shalat Jum'at bersama kaum Muhajirin dan Anshor.

Setelah Nabi menetap di Madinah, barulah Nabi mulai mengatur semua untuk kebaikan dan
kepentingan penduduk Madinah serta kepentingan umat Islam. Peristiwa hijrah nabi ke
Madinah akhirnya dijadikan sebagai awal perhitungan tahun hijriah.

5. Pembentukan komunitas madinah dan Negara madinah

Setalah tiba dan diterima penduduk Yastrib ( Madinah ), Nabi resmi menjadi pemimpin
penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai. Berbeda dengan periode
Mekkah, periode Madinah, Islam, merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan
dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad mempunyai
kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara. Dengan kata
lain, dalam diri Nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan duniawi.
Kedudukannya sebagai Rasul secara otomatis merupakan sebagai Kepala Negara. Dalam
rangka memperkokoh masyarakat dan Negara baru itu, nabi segera meletakkan dasar-dasar
kehidupan bermasyarakat. Dasar pertama , pembangunan Masjid, selain untuk tempat shalat,
juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum Muslimin dan mempertalikan jiwa
mereka. Masjid pada masa Nabi juga berfungsi sebagai pussat pemerintahan. Dasar kedua ,
Ukhuwah Islamiah , persaudaraan sesama musllim. Nabi mempersaudarakan golongan
Muhajirin dengan Anshor. Ini berarti menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru yaitu
persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan beersasarjan darah. Dasar
ketiga , hubungan persahabatan sengan pihak-pihak lain yang tidak beragama islam.

Meskipun penduduk Madinah terdiri dari Islam, Yahudi, dan Musyrikin. Rasulullah
menetapkan keamanan Negeri Madinah adalah tanggung jawab semua golongan. Bila ada
musuh dari luar maka secara gotong-royong mengusirnya. Konsep tanggung jawab ini
menjadikan Negeri Madinah adalah tempat tinggal yang aman bagi umat Islam, dan golongan
lain. Secara garis besar Negeri Madinah yang ditetapkan Rasulullah yaitu :
1. Setiap golongan, kaum atau suku bertanggung jawab bagi harta rampasan atau uang
tebusan bagi masing-masing anggotanya.
2. Penduduk Madinah diharapkan kompak dalam menghadapi tindak kriminal, sekalipun
untuk keluarga terdekatnya yang merugikan anggota masyarakat lain
3. Orang Yahudi dari berbagai kelompok harus menjaga agamanya sendiri dan mereka
dengan kaum muslimin harus saling membantu.

Hijrahnya Rasulullah SAW memberikan hikmah yang besar terhadap perkembangan Dakwah
Islamiah diantaranya :

1. Kemenangan dakwah Rasulullah dan kaum Muslimin terhadap kaum Quraisy


2. Terbentuknya agama Islam yang beribukota di Madinah dengan nabi Muhammad
SAW sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahannya
3. Tersebarnya agama Islam kepelosok penjuru dunia

6. Piagam Madinah

Isi Piagam Madinah antara lain :

1. Kelompok masing-masing berhak menghukum orang yang membuat kerusakan dan


memberikan keamanan bagi orang yang patuh
2. Kebebasan beragama terjamin untuk semua kelompok
3. Menjadi suatu kewajiban bagu penduduk madinah muslim dan yahudi untuk salaing
membantu dan menolong
4. Saling mengadakan kerja sama dengan mempertahankan Negeri Madinah dari segala
serangan
5. Rasulullah menjadi pemimpin tertinggi di negeri Madinah, segala perkara dan
perselisihan besar diserahkan kepada beliau untuk memutuskannya.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Kesimpulan dari makalh ini adalah bahwa sanya nabi Muhammad saw merupakan nabi dan
rasul yang diutus kepada manusia untuk memberikan bimbingan kepada jalan yang lurus
dengan perjuangan yang gigih. Beliau berhasil merubah kebiasaan umat manusia dari
keburukan kepada jalan kebenaran untuk menyembah allah swt.

Dan bagaimana kita sebagai umat islam untuk menjadikan beliau sebagai contoh dan suri
taulaadan bagi kita dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam lingkungan keluarga, agama,
masyarakat, dan bernegara.

2. Saran

Adapun saran penulis kepada pembaca agar dapat lebih mengetahui tentang kehidupan nabi
Muhammad SAW, proses turunnya wahyu yang pertama, hijrahnya nabi ke Madinah, dan
proses pembentukan Negara Madinah sekaligus dapat memahami isi-isi piagam Madinah.
Selain dari pada itu, bila terdapat kesalahan kami mohon maaf karena masih dalam proses
pembelajaran.

Arranged By :

• Akil Isa

• Sareening Awae

• Nafis Darussalam

English Department Student Association

Faculty Of Education and Teachers Training

State Islamic University O f Sultan Syarif Kasim

RIAU

Periode Mekah

http://blog.uad.ac.id/sutarto/index.php/2009/04/dakwah-nabi-saw/

Kehidupan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam setelah beliau dimuliakan oleh Allah
dengan nubuwwah dan risalah terbagi menjadi dua periode yang masing-masing
memiliki keistimewaan tersendiri secara total, yaitu:

PERIODE MEKKAH : berlangsung selama lebih kurang 13 tahun


PERIODE MADINAH : berlangsung selama 10 tahun penuh

Dan masing-masing periode mengalami beberapa tahapan sedangkan masing-masing tahapan


memiliki karakteristik tersendiri yang menonjolkannya dari yang lainnya. Hal itu akan
tampak jelas setelah kita melakukan penelitian secara seksama dan detail terhadap kondisi
yang dilalui oleh dakwah dalam kedua periode tersebut.

Periode Mekkah dapat dibagi menjadi tiga tahapan:


Tahapan dakwah sirriyyah (sembunyi-sembunyi); berlangsung selama tiga tahun.
Tahapan dakwah secara terang-terangan kepada penduduk Mekkah; dari permulaan tahun ke-
empat kenabian hingga hijrah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ke Madinah.
Tahapan dakwah di luar Mekkah dan penyebarannya di kalangan penduduknya; dari
penghujung tahun ke-sepuluh kenabian-dimana juga mencakup Periode Madinah- dan
berlangsung hingga akhir hayat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Adapun mengenai tahapan-tahapan Periode Madinah maka rincian pembahasannya akan


diketengahkan pada tempatnya nanti.

DIBAWAH NAUNGAN KENABIAN DAN KERASULAN


Di Gua Hira’

Setelah melalui perenungan yang lama dan telah terjadi jurang pemisah antara pemikiran
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaumnya, beliau nampak lebih menggandrungi
untuk mengasingkan diri. Hal ini terjadi tatkala beliau menginjak usia 40 tahun; beliau
membawa roti dari gandum dan bekal air ke gua Hira’ yang terletak di jabal an-Nur , yaitu
sejauh hampir 2 mil dari Mekkah. Gua ini merupakan gua yang indah, panjangnya 4 hasta,
lebarnya 1,75 hasta dengan ukuran zira’ al-Hadid (hasta ukuran besi).

Di dalam gua tersebut, beliau berpuasa bulan Ramadhan, memberi makan orang-orang
miskin yang mengunjunginya. Beliau menghabiskan waktunya dalam beribadah dan berfikir
mengenai pemandangan alam di sekitarnya dan adanya kekuasaan dalam menciptakan dibalik
itu. Kaumnya yang masih menganut ‘aqidah yang amburadul dan cara pandang yang rapuh
membuatnya tidak tenang akan tetapi beliau tidak memiliki jalan yang jelas, manhaj yang
terprogram serta cara yang terarah yang membuatnya tenang dan setuju dengannya.

Pilihan mengasingkan diri (’uzlah) yang diambil oleh beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam ini
merupakan bagian dari tadbir (aturan) Allah terhadapnya. Juga, agar terputusnya
hubungannya dengan kesibukan-kesibukan di muka bumi, gemerlap hidup dan nestapa-
nestapa kecil yang mengusik kehidupan manusia menjadi noktah perubahan dalam
mempersiapkan diri menghadapi urusan besar yang sudah menantinya sehingga siap
mengemban amanah kubro, merubah wajah bumi dan meluruskan garis sejarah. ‘Uzlah yang
sudah ditadbir oleh Allah ini terjadi tiga tahun sebelum beliau ditaklif dengan risalah. Beliau
mengambil jalan ‘uzlah ini selama sebulan dengan semangat wujud yang bebas dan
mentadabburi kehidupan ghaib yang tersembunyi dibalik wujud tersebut hingga tiba
waktunya untuk berinteraksi dengan kehidupan ghaib ini saat Allah memperkenankannya.

Jibril ‘alaihissalam turun membawa wahyu

Tatkala usia beliau mencapai genap empat puluh tahun- yaitu usia yang melambangkan
kematangan, dan ada riwayat yang menyatakan bahwa diusia inilah para Rasul diutus –
tanda-tanda nubuwwah (kenabian) sudah tampak dan mengemuka, diantaranya; adanya
sebuah batu di Mekkah yang mengucapkan salam kepada beliau, terjadinya ar-Ru’ya –ash-
Shadiqah- (mimpi yang benar) yang datang berupa fajar subuh yang menyingsing. Hal ini
berlangsung hingga enam bulan –masa kenabian berlangsung selama dua puluh tiga tahun-
dan ar-Ru’ya ash-Shadiqah ini merupakan bagian dari empat puluh enam tanda kenabian.
Ketika memasuki tahun ketiga dari pengasingan dirinya (’uzlah) di gua Hira’, tepatnya di
bulan Ramadhan, Allah menghendaki rahmatNya dilimpahkan kepada penduduk bumi
dengan memberikan kemuliaan kepada beliau, berupa pengangkatan sebagai Nabi dan
menurunkan Jibril kepadanya dengan membawa beberapa ayat al-Qur’an.

Setelah melalui pengamatan dan perenungan terhadap beberapa bukti-bukti dan tanda-tanda
akurat, kami dapat menentukan persisnya pengangkatan tersebut, yaitu hari Senin, tanggal 21
malam bulan Ramadhan dan bertepatan dengan tanggal 10 Agustus tahun 610 M. Tepatnya
usia beliau saat itu empat puluh tahun enam bulan dua belas hari menurut penanggalan
qamariyyah (berdasarkan peredaran bulan; hijriyyah) dan sekitar tiga puluh sembilan tahun
tiga bulan dua puluh hari; ini menurut penanggalan syamsiyyah (berdasarkan peredaran
matahari; masehi).
Mari kita dengar sendiri ‘Aisyah ash-Shiddiqah radhiallâhu ‘anha menuturkan kisahnya
kepada kita mengenai peristiwa yang merupakan noktah permulaan nubuwwah tersebut dan
yang mulai membuka tabir-tabir gelapnya kekufuran dan kesesatan sehingga dapat mengubah
alur kehidupan dan meluruskan garis sejarah; ‘Aisyah radhiallâhu ‘anha berkata: “Wahyu
yang mula pertama dialami oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah berupa ar-
Ru’ya ash-Shalihah (mimpi yang benar) dalam tidur dan ar-Ru’ya itu hanya berbentuk fajar
shubuh yang menyingsing, kemudian beliau lebih menyenangi penyendirian dan
melakukannya di gua Hira’; beribadah di dalamnya beberapa malam sebelum dia kembali ke
rumah keluarganya.

Dalam melakukan itu, beliau mengambil bekal kemudian kembali ke Khadijah mengambil
perbekalan yang sama hingga datang kebenaran kepadanya; yaitu saat beliau berada di gua
Hira’ tersebut, seorang malaikat datang menghampiri sembari berkata: “bacalah!”, lalu aku
menjawab (ini adalah jawaban Rasulullah sendiri yang sepertinya oleh pengarang buku ini
dinukil langsung dari naskah asli haditsnya-red): “aku tidak bisa membaca!”. Beliau
Shallallahu ‘alaihi wasallam bertutur lagi: “kemudian dia memegang dan merengkuhku
hingga aku kehabisan bertenaga, lalu setelah itu melepaskanku sembari berkata: “bacalah!”.
Aku tetap menjawab: “aku tidak bisa membaca!”.

Lalu dia untuk kedua kalinya, memegang dan merengkuhku hingga aku kehabisan bertenaga
kemudian melepaskanku seraya berkata lagi: “bacalah!”. Lalu aku tetap menjawab: “aku
tidak bisa membaca!”. Kemudian dia melakukan hal yang sama untuk ketiga kalinya, sembari
berkata: “bacalah dengan (menyebut) nama Rabb-mu Yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabb-mu lah Yang Paling
Pemurah”. (Q.S. al-’Alaq: 1-3). Rasulullah pulang dengan merekam bacaan tersebut dalam
kondisi hati yang bergetar, dan menemui Khadijah binti Khuwailid sembari berucap:
“selimuti aku! Selimuti aku!”. Beliau pun diselimuti hingga rasa ketakutannya hilang.

Beliau bertanya kepada Khadijah: “apa yang terjadi terhadapku ini?”. Lantas beliau
menceritakan pengalamannya, dan berkata: “aku amat khawatir terhadap diriku!”. Khadijah
berkata: “sekali-kali tidak akan! Demi Allah! Dia Ta’ala tidak akan menghinakanmu
selamanya! Sungguh engkau adalah penyambung tali rahim, pemikul beban orang lain yang
mendapatkan kesusahan, pemberi orang yang papa, penjamu tamu serta penolong setiap
upaya menegakkan kebenaran”. Kemudian Khadijah berangkat bersama beliau untuk
menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin ‘Abdul ‘Uzza, anak paman Khadijah
(sepupunya). Dia (anak pamannya tersebut) adalah seorang yang menganut agama Nashrani
pada masa Jahiliyyah, dia bisa menulis dengan tulisan ‘Ibrani dan sempat menulis dari injil
beberapa tulisan yang mampu ia tulis –sebanyak apa yang dikehendaki oleh Allah- dengan
tulisan ‘Ibrani. Dia juga, seorang yang sudah tua renta dan buta; ketika itu Khadijah berkata
kepadanya: “wahai anak pamanku! Dengarkanlah (cerita) dari anak saudaramu!”. Waraqah
berkata: “wahai anak laki-laki saudara (laki-laki)-ku! Apa yang engkau lihat?”.

Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam membeberkan pengalaman yang sudah


dilihatnya. Waraqah berkata kepadanya: “sesungguhnya inilah sebagaimana ajaran yang
diturunkan kepada Nabi Musa! Andai saja aku masih bugar dan muda ketika itu nanti! Andai
saja aku masih hidup ketika engkau diusir oleh kaummu!”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam berkata kepadanya: “benarkah mereka akan mengusirku?”. Dia menjawab: “ya!
Tidak seorangpun yang membawa seperti yang engkau bawa melainkan akan dimusuhi, dan
jika aku masih hidup pada saat itu niscaya aku akan membantumu dengan sekuat tenaga”.
Kemudian tak berapa lama dari itu Waraqah meninggal dunia dan wahyu pun terputus
(mengalami masa stagnan).

Masa Stagnan Turunnya Wahyu

Mengenai hal ini, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dari Ibnu Abbas yang intinya
menyatakan bahwa masa stagnan itu berlangsung selama beberapa hari; pendapat inilah yang
rajih/kuat bahkan setelah melalui penelitian dari segala aspeknya secara terfokus harus
menjadi acuan. Adapun riwayat yang berkembang bahwa hal itu berlangsung selama tiga
tahun atau dua tahun setengah tidaklah shahih sama sekali, namun disini bukan pada
tempatnya untuk membantah hal itu secara detail.

Pada masa stagnan tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dirundung kesedihan
yang mendalam yang diselimuti oleh rasa kebingungan dan panik.

Dalam kitab “at-Ta’bir”, Imam Bukhari meriwayatkan naskah sebagai berikut: “menurut
berita yang sampai kepada kami, wahyupun mengalami stagnan hingga membuat Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam sedih dan berkali-kali berlarian agar dia dapat terjerembab ke
ujung jurang-jurang gunung, namun setiap beliau mencapai puncak gunung untuk
mencampakkan dirinya, malaikat Jibril menampakkan wujudnya sembari berkata: “wahai
Muhammad! Sesungguhnya engkau sebenar-benar utusan Allah!”. Spirit ini dapat
menenangkan dan memantapkan kembali jiwa beliau. Lalu pulanglah beliau ke rumah,
namun manakala masa stagnan itu masih terus berlanjut beliaupun mengulangi tindakan
sebagaimana sebelumnya; dan ketika dia mencapai puncak gunung, malaikat Jibril
menampakkan wujudnya dan berkata kepadanya seperti sebelumnya (memberi spirit kepada
beliau-red)”.

Jibril ‘alaihissalam Turun Kembali Membawa Wahyu

Ibnu Hajar berkata: “Masa stagnan itu sungguh telah menghilangkan ketakutan yang telah
dialami oleh beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam dan membuatnya bersemangat untuk
kembali mengalaminya. Dan ketika hal ini benar terjadi dan beliau mulai menanti-nanti
datangnya wahyu, maka datanglah malaikat Jibril ‘alaihissalam untuk kedua kalinya.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdullah bahwasanya dia mendengar Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan tentang masa stagnan itu, beliau bercerita: “Ketika
aku tengah berjalan-jalan, tiba-tiba aku mendengar suara yang berasal dari langit, lalu aku
mendongakkan pandangan ke arah langit, ternyata malaikat yang dulu mendatangiku ketika
di gua Hira’ duduk diatas kursi antara langit dan bumi. Melihat hal itu aku terkejut hingga
aku tersungkur ke bumi. Kemudian aku mendatangi keluargaku sembari berkata: ’selimutilah
aku! Selimutilah aku!’. Lantas mereka menyelimutiku, baru kemudian Allah menurunkah
surat al-Muddatstsir;yaitu dari firmanNya; yaa ayyuhal muddatstsir….hingga firmanNya: …
fahjur’. (Q.S. al-Muddatstsir: 1-5).

Setelah itu wahyu tetap terjaga dan datang secara teratur”. Dalam hadits yang shahih: ” Aku
tinggal di dekat gua Hira’ selama sebulan; tatkala aku sudah selesai melakukan itu, maka aku
turun gunung. Dan ketika aku sampai ke sebuah lembah dan aku dipanggil oleh
seseorang…”. Kemudian (teks hadits selanjutnya-red) beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam
menyebutkan (cerita) sebagaimana yang telah dikemukakan diatas yang intinya; bahwa ayat
tersebut turun setelah sempurnanya beliau menyertai bulan Ramadhan dan dengan begitu,
artinya masa stagnan antara dua wahyu tersebut berlangsung selama sepuluh hari sebab
beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak sempat lagi menyertai Ramadhan berikutnya setelah
turunnya wahyu pertama.

Ayat-ayat tersebut merupakan permulaan dari masa kerasulan (risalah) beliau Shallallahu
‘alaihi wasallam alias datang setelah masa kenabian (nubuwwah) yang berjarak selama masa
stagnan turunnya wahyu. Ayat-ayat tersebut mengandung dua jenis taklif (pembebanan
syara’) beserta penjelasan konsekuensinya.

Jenis pertama adalah mentaklif beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan penyampaian (al-
Balagh) dan peringatan (at-Tahzir) saja. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“bangunlah! Lalu berilah peringatan” (Surat al-Muddatstsir:2); makna ayat ini adalah agar
beliau memperingatkan manusia akan azab Allah atas mereka jika mereka tidak bertaubat
dari dosa, kesesatan, beribadah kepada selain Allah Yang Maha Tinggi serta berbuat syirik
kepadaNya dalam zat, sifat-sifat, hak-hak dan perbuatan-perbuatan.

Jenis kedua adalah mentaklif beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan penerapan perintah-
perintah Allah Ta’ala terhadap zatNya dan komitmen terhadapnya dalam jiwa beliau agar
mendapatkan keridhaan Allah dan menjadi suri teladan yang baik bagi orang yang beriman
kepada Allah. Hal ini tercermin pada ayat-ayat berikutnya. FirmanNya Ta’ala: “dan Rabb-mu
agungkanlah!”(al-Muddatstsir: 3); maknanya adalah khususkanlah Dia Ta’ala dengan
pengagungan dan janganlah menyekutukanNya dengan seseorangpun.

Dan firmanNya: “dan pakaianmu bersihkanlah!” (al-Muddatstsir:4); makna lahiriyahnya


adalah menyucikan/membersihkan pakaian dan jasad sebab tidaklah layak bagi orang yang
mengagungkan Allah dan menghadapNya dalam kondisi dilumuri oleh najis dan kotor. Jika
saja kesucian/kebersihan ini dituntut untuk dilakukan maka kesucian/kebersihan diri dari
virus-virus syirik, pekerjaan dan akhlak yang hina tentunya lebih utama untuk dituntut.

Dan firmanNya: “dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah!” (al-


Muddatstsir:5) ; maknanya adalah jauhkanlah dari sebab-sebab turunnya kemurkaan Allah
dan azabNya, dan hal ini direalisasikan melalui komitmen untuk ta’at kepadaNya dan
meninggalkan maksiat.

Sedangkan firmanNya: “dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh


(balasan) yang lebih banyak!” (al-Muddatstsir: 6); yakni janganlah kamu berbuat baik dengan
menginginkan upah dari manusia atasnya atau balasan yang lebih utama di dunia ini.

Adapun makna ayat terakhir (yang diturunkan saat itu kepada beliau-red); didalamnya
terdapat peringatan akan adanya gangguan dari kaumnya ketika beliau Shallallahu ‘alaihi
wasallam berbeda agama dengan mereka, mengajak mereka kepada Allah semata dan
memperingatkan mereka akan azab dan siksaanNya; yaitu dalam firmanNya: “dan untuk
memenuhi (perintah Rabb-mu) bersabarlah!” (al-Muddatstsir: 7).

Permulaan ayat-ayat tersebut (surat al-Muddatstsir) berbicara tentang panggilan langit nan
agung –terekam dalam suara Yang Maha Besar dan Maha Tinggi– yang mengajurkan agar
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan urusan yang mulia ini dan memerintahkannya
agar mengenyahkan tidur, selimut dan berhangat-hangat guna menyongsong panggilan jihad,
berjuang dan menempuh jalan penuh ranjau; ini tergambar dalam firmanNya: “Hai orang
yang berselimut! bangunlah! Lalu berilah peringatan” (Surat al-Muddatstsir:2) .
Seakan-akan dikatakan (kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam): sesungguhnya orang
yang hanya hidup untuk kepentingan dirinya saja, bisa saja hidup tenang dan nyaman
sedangkan engkau yang memikul beban yang besar ini; apa gunanya tidur bagimu? Apa
gunanya istirahat/refreshing bagimu? Apa gunanya permadani yang hangat bagimu? Apa
gunanya hidup yang tenang bagimu? Apa gunanya kesenangan yang membuaikan bagimu?
Bangunlah untuk melakukan urusan maha penting yang menunggumu dan beban berat yang
disediakan untukmu! Bangunlah untuk berjuang, bergiat-giat, bekerja keras dan berletih-
letih! Bangunlah! Karena waktu tidur dan istirahat sudah berlalu, dan tidak akan kembali lagi
sejak hari ini; yang ada hanyalah mata yang meronda secara kontinyu, jihad yang panjang
dan melelahkan. Bangunlah! Persiapkan diri menyambut urusan ini dan bersiagalah!.

Sungguh ini merupakan ucapan agung dan kharismatik yang (seakan) melucuti beliau
Shallallahu ‘alaihi wasallam dari kehangatan permadani di suatu rumah yang nyaman dan
pelukan yang suam untuk kemudian melemparkannya keluar menuju samudera luas yang
diselimuti oleh deru ombak dan hujan yang mengguyur, (dan samudera) dimana terjadi tarik
menarik yang membuat posisinya di hati manusia dan realitas hidup sama saja.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah bangun dan tetap bangun setelah perintah itu
selama lebih dari dua puluh tahun; tidak pernah beristirahat dan tidak pula hanya hidup untuk
kepentingan dirinya dan keluarganya. Bangun dan tetap bangun diatas pondasi dakwah
kepada Allah, mengembankan di pundaknya beban yang amat berat namun beliau tidak
menganggapnya berat; beban amanah kubro di muka bumi ini, beban manusia secara
keseluruhan, beban ‘aqidah secara keseluruhan, beban perjuangan dan jihad di medan-medan
yang berbeda. Beliau hidup menghadapi pertempuran yang kontinyu selama lebih dari dua
puluh tahun. Selama tenggang waktu ini, tidak satupun hal yang dapat membuatnya lengah,
yaitu sejak beliau mendengar panggilan langit nan agung yang menyerahkan taklif yang
begitu dahsyat untuk diembannya… semoga Allah membalas jasa beliau terhadap manusia
secara keseluruhan dengan sebaik-baik imbalan.

Sekilas ulasan tentang urutan kronologi turunnya wahyu

Sebelum beranjak ke penjelasan detail mengenai kehidupan di bawah naungan risalah dan
nubuwwah, kami melihat perlu kita mengetahui urutan kronologi turunnya wahyu yang
merupakan sumber risalah dan tinta dakwah. Ibnu al-Qayyim berkata, ketika menyinggung
urutan kronologi turunnya wahyu tersebut:

Pertama, berupa ar-Ru’ya ash-Shaadiqah (mimpi yang benar); ini merupakan permulaan
turunnya wahyu kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Kedua, berupa sesuatu yang ditimbulkan oleh malaikat terhadap rau’ (hati yang ketakutan,
akal) dan hatinya tanpa dapat melihatnya; hal ini sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam : “Sesungguhnya Ruhul Qudus (malaikat Jibril ‘alaihissalam) menghembuskan ke
dalam hatiku (yang diliputi ketakutan) bahwasanya jiwa tidak akan mati hingga
disempurnakan rizki baginya. Oleh karena itu, bertakwalah kalian kepada Allah, berindah-
indahlah dalam meminta serta janganlah keterlambatan rizki atas kalian mendorong kalian
untuk memintanya dengan cara melakukan perbuatan maksiat kepadaNya, karena
sesungguhnya apa yang ada disisi Allah tidak akan didapat kecuali dengan berbuat ta’at
kepadaNya”.
Ketiga, berupa malaikat yang berwujud seorang laki-laki; lantas dia mengajak beliau
berbicara hingga mengingat dengan jelas apa yang dikatakan kepadanya. Dalam urutan ini,
terkadang para shahabat melihat malaikat tersebut.

Keempat, berupa bunyi gemerincing lonceng yang datang kepada beliau; peristiwa ini
merupakan pengalaman yang paling berat bagi beliau dimana malaikat memakai cara ini
hingga membuat keningnya mengerut bersimbah peluh. Ini terjadi di hari yang amat dingin.
Demikian pula, mengakibatkan onta beliau duduk bersimpuh ke bumi bila beliau
menungganginya. Dan pernah juga wahyu datang seperti kondisi tersebut dan saat itu paha
beliau ditaruh diatas paha Zaid bin Tsabit yang seketika dirasakan olehnya (Zaid) demikian
berat sehingga hampir saja remuk.

Kelima, berupa malaikat dalam bentuk aslinya yang dilihat langsung oleh beliau, lalu
diwahyukan kepada beliau beberapa wahyu yang dikehendaki oleh Allah; peristiwa seperti
ini dialami oleh beliau sebanyak dua kali sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam surat an-
Najm.

Keenam, berupa wahyu yang diwahyukan kepada beliau; yaitu saat beliau berada diatas
lelangit pada malam mi’raj , diantaranya ketika diwajibkannya shalat dan lainnya.

Ketujuh, berupa Kalamullah kepada beliau (dariNya kepadanya) tanpa perantaraan malaikat
sebagaimana Allah berbicara kepada Musa bin ‘Imran; peristiwa seperti ini terjadi dan
diabadikan secara qath’i berdasarkan nash al-Qur’an. Sedangkan terhadap Nabi Shallallahu
‘alaihi wasallam terjadi dalam hadits yang berbicara tentang Isra’.

Sebagian para ulama menambah urutannya menjadi delapan, yaitu; Allah berbicara kepada
beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam secara langsung tanpa hijab; ini merupakan permasalahan
yang diperdebatkan oleh ulama Salaf dan Khalaf. Demikian, sebagaimana yang dituturkan
oleh Ibnu al-Qayyim dengan sedikit diringkas dalam penjelasan tentang urutan pertama dan
kedelapan. Pendapat yang benar, bahwa urutan terakhir ini (kedelapan) tidak tsabit (valid dan
dipercaya keabsahan riwayatnya-red).

DAKWAH NABI MUHAMMAD

A. Dakwah nabi di Makkah


1. Muhammad saw. Dan tujuan pengutusannya
Nabi Muhammad adalah nabi terahir yang di utus Allah. Beliau berasal dari nasab yang mulia
dari keturunan nabi ismail bin Ibrahim. Beliau di utus untuk memperbaiki wajah dunia yang
telah tercoreng dengan kejahiliahan. Di antara persiapan-persiapan kea rah kenabian itu
adalah:
a. Tempat tinggal nabi Muhammad kecil, jauh dari perkotaan alam yang segar dan suasana
yang alami. Semua para pakar setuju bahwa lingkungan salah satu factor penting dalam
pembentukan kepribadian anak.
b. Hidup dalam keprihatinan, di tinggal bapak sejak kecil, kemudian ibunya setelah itu
kakeknya yang begitu menyayanginya. Dengan ini nabi Muhammad akan lebih tahan dan
kebih kuat untuk menjalani kehidupan yang penuh rintangan.
c. Melatih kesabaran dengan mengembala kambing.
d. Menimba pengalaman internasional, dengan cara berdagang.
e. Muhammad menjelang usia kematangannya, secara intensif melakukan perenungan tentang
hakikat kehidupan, dia memilih gua hira’ sebagai tempatnya.
Itulah point-point penting tentang nabi Muhammad sebelum di utus, meskipun begitu hal itu
tidak cukup untuk menghadapi tantangan dari masyarakat.
2. Materi dakwah nabi Muhammad SAW.
Al-Mubarakfury menyimpulkan bahwa materi dakwah nabi Muhammad di Makkah adalah
sebagi berikut:
a. Tauhid
b. Iman kepada hari kiamat
c. Pembersih jiwa dengan menjauhi segala kemungkaran dan kekejian yang menimbulkan
akibat buruk, dan dengan melakukan hal-hal yang baik dan utama.
d. Penyerahan segala urusan kepada Allah
e. Semua itu Setelah beriman kepada risalah Muhammad.
Selain Aqidah, masalah social juga mendapat perhatian pada dakwah di Makkah. Ajaran lain
yang di tanamkan kepada rasulullah dalam rangka pembentukan kepribafian mulia adalah
dengan mengajarkan secara bertahap ajaran-ajaran yang di turunkan oleh Allah, seperti
shalat.

3. Metode dakwah nabi di Makkah


Agar tujuan dakwah yang telah di tetapkan tidak bergeser beliau mengambil beberapa
langkah di antaranya adalah:
a. Tahapan dakwah secara rahasia selama 3 tahun
Orang-orang yang masuk islam pada masa ini adalah orang-orang yang terdekat dengan
rasulullah, dan orang-orang yang di anggap mampu memegangrahasia. Orang yang pertama
kali masuk islam adalah istrinya sendiri yaitu khadijah, selanjutnya zaid bin haritsah, ali bin
abi thalib, dan teman dekat rasulullah yaitu abu bakar as-siddiq.
Di antara pendahulu kaum muslimin yang masuk islam pada masa ini adalah bilal bin rabah,
abu ubaidah bin abil arqam, utsman bin madz’un dan dua saudaranya, qudamah dan lain-lain.
Mereka masuk islam secara rahasia dan rasulullah membimbing mereka pun dengan rahasia
pula.

b. Tahapan dakwah secara terang-terangan terhadap penduduk Makkah (mulai tahun ke-4
kenabian sampai ahir tahun kenabian)

Dakwah terang-terangan terhadap penduduk Makkah di mulai sejak turunnya ayat 214 surat
asy-syu’ara’ yang artinya: “dan berilah peringatan kepada kaum kerabatmu yang terdekat”.
Adapun metode yang di lakukan nabi pada tahapan ini adalah:
a. Mengundang bani hasyim kerumahnya, di lakukan selama dua kali untuk menjelaskan
bahwa beliau di utus oleh Allah.
b. Undangan terbuka kepada seluruh masyarakat Quraisy di bukit shafa. Di sini beliau ingin
melihat bagaimana pandangan masyarakat Quraisy terhadap kepribadian beliau.
c. Menyatakan sikap tegas terhadap hakikat ajaran yang di bawa dan mengecam keyakinan
keliru yang tersebar di masyarakat.
d. Melakukan pembinaan dan pengaderan intensif di rumah arqam bin abil arqam.
e.Menyuruh sebagian kaum muslimin untuk melakukan hijrah ke habasyah dengan tujuan
untuk menyelamatkan sebagian iman kaum muslimin dari fitrah.

c. Tahapan dakwah di luar Makkah, berlangsung dari ahir tahun ke-10 kenabian sampai
hijrah ke madinah.

Dalam tahapan ini rasulullah melakukan beberapa langkah dalam menjalankan anktifitas
dakwahnya antara lain:
a. Melakukan perjalanan ke thaif, setiap melewati suatu kabilah beliau selalu menyeru kepada
islam meskipun tidak ada satu orang pun yang merespon.
b. Menawarkan islam pada kabilah-kabilah. Di antara kabilah yang di datangi adalah bani
kilab, bani hanifah akan tetapi mereka menolak dengan kasar.
c. Di antara hasil dakwah gerilya rasulullah tersebut adalah masuk islamnya enam orang
prnduduk yasrib. Setelah pulang ke madinah mereka mendakwahkan islam kepada kaum
mereka.
d. Bai’at aqobah I (tahun ke-12 kenabian), jumlah peserta bai’at 12 orang.
e. Bai’at Aqobah II (tahun ke-13 kenabian), jumlahnya 70 orang laki-laki dan 2 orang
perempuan.
f. Hijrah ke madinah

4. Sarana dakwah nabi di Makkah


Sarana dakwah rasulullah dapat di bagi menjadi sarana fisik dan nonfisik.
a. Sarana fisik di antaranya:
1. Masjidil haram sebagai sarana untuk memperlihatkan kekuatan kaum muslimin.
2. Bukit shafa sebagai tempat pertemuan umum di lapangan terbuka.
3. Rumah sebagai tempat pengkaderan para sahabat.
4. Tabligh terbuka, kefasihan, dan retorika rasulullah yang baik.
5. Dakwah bil haal.
6. Melakukan ta’akhi (mempersaudarakan sesame muslim)
7. Meminta bantuan kepada orang lain untuk ta’aziz (kemuliaan) dakwah.

b. Sarana nonfisik di antaranya:


1. Hubungan rasulullah yang sangat dekat dengan Allah.
2. Kejujuran dan kepribadian rasulullah yang luhur.
3. Kehati-hatian dan kewaspadaan
4. Menerapkan strategi dan system yang tertata baik.
5. problematika dakwah dan ketegaran rasulullah SAW.

Jalan dakwah rasulullah tidak mulus, banyak rintangan yang menghadangdi jalan dakwah
beliau, mulai dari yang halus, setengah kasar, sampai yang paling kasar yaitu rencana secara
sistematis pembunuhan rasulullah.
Rahasia suksesdakwah nabi di makkah adalah ketegaran beliau memegang prinsip yang telah
di gariskan oleh Allah.

6. Ciri umum dakwah rasulullah di Makkah


Ada cirri umum yang dapat di definisikan dalam dakwah rasulullah pada periode makkah,
yaitu:
a. Perhatian dakwah terfokus pada upaya untuk menyampaikan dakwah dan meyebarkannya
dengan cara sirriyah maupun jahriyah.
b. Memperhatikan aspek terbiyah (pengkaderan terpadu) bagi orang yang menerima dakwah
dengan upaya untuk mensucikan hati orang yang di didik dan menumbuhkan mereka dalam
suasana hidayah.
c. Berusaha agar tidak terjadi kontak fisik dengan musuh dan mencukupkan diri dengan
melakukan melakukan jihad dakeah meskipun gangguan dari pihak musuh sukup
menyakitkan hati.
d. Selalu aktif melakukan maneuver dalam dakwah dan tidak terpaku hanya di tempat mulai
tumbuhnya rasulullah (di makkah).
e. Melakukan kegiatan dan menentukan strategi yang berkesinambungan untuk dakwah ke
depan.

B. Dakwah nabi di Madinah


1. Hijrah sebagai metode dakwah
Dakwah di madinah di anggap kelahiran baru agama islam setelah ruang dakwah di makkah
terasa sempit bagi kaum muslimin , Allah memilih madinah sebagai projek pembentukan
masyarakat islam pertama.
Keberhasilan gerakan hijrah merupakan kemenangan besar bagi islam dan kaum muslimin.
Hijrah merupakan tongkak kehidupan baru kaum muslimin. Di negeri ini mereka mulai
menerapkan system kehidupan baru sesuai dengan perintah Allah.

2. Megara madinah sarana batu dakwah rasulullah


a. Membangun masjid
Masjid merupakan pusat pendidikan umat islam dan symbol hubungan masyarakat islam
dengan tuhannya. Semua berbaur tanpa ada pandang bulu baik itu bangsawan maupun orang
miskin untuk menyembah tuhan yang satu dan mendengarkan pesan dari rasul mereka. Shalat
berjamaah adalah salah satu media komunikasi sesama penduduk yang cukup efektif.

b. Menjalin persatuan sesame muslim


Hubungan antar warge Negara saat itu di ikat dengan rasa cinta, saling membantu, dan
semangat persaudaraan. Dalam tingkat aplikasinya, kebijakan ini di laksanakan dengan
mempersaudarakan antara orang-orang muhajirin dan anshar.

3. Masa-masa ahir dakwah rasulullah


Di bulan-bulan terahir kenabian, rasulullah melaksanakan beberapa kegiatan, di antaranya:
a. Melaksanakan haji wada’.
Pada bulan Dzulhijjah tahun 10 H. rasulullah melaksanakan ibadah haji yang pertama dan
yang terahir yaitu haji wada’ atau haji perpisahan.
Khutbah wukuf di hadiri oleh seratus dua puluh empat ribu atau seratus empat puluh empat
ribu orang dalam khutbahnya beliau menyatakan hal-hal berikut:
1) Wajai manusia dengarkanlah apa yang hendak aku katakan mungkin setelah tahun ini aku
tidak akan bertemu lagi dengan kalian di tempat ini untuk selama-lamanya.
2) Sesungguhnya darah dan harta benda kalian adalah suci bagi kalian sepeti bulan sekarang
ini dan negeri kalian ini. Sesungguhnya segala bentuk perilaku dan tindakan jahiliyah tidak
boleh berlaku lagi.
3) Riba jahiliyah tidak berlaku. Sesungguhnya segala macam riba tidak boleh berlaku lagi.
4) Takutlah kepada Allah dalam memperlakukan wanita, karena kalian mengambil mereka
sebagai amanat Allah dan kehormatan mereka di halalkan bagi kalian dengan nama Allah.
5) Sesungguhnya aku telah meninggalkan sesuatu kepada kalian yang jika kalian pegang
teguh kalian tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu “kitabullah”.
6) Wahai manusia sesungguhnya tidak ada nabi lagi sesudah aku, sembahlah rabb kalian,
dirikanlah shalat lima waktu, laksanakan shaum ramadhan, bayarlah harta zakat kalian secara
suka rela, tunaikanlah haji di rumah rabb kalian, dan taatilah pemimpin kalian niscaya kalian
masuk surge rabb kalian.
7) Kalian akan di Tanya tentang aku, maka akankah yang hendak kalian katakan? Mereka
menjawab “kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan , telah menunaikan dan
memberi nasehat”. Sambil menunjuk ke langit dengan jari telunjuknya beliau berkata “ya
allah saksikanlah!!” (3X).

b. Mengirim expedisi ke romawi.


Rasulullah mengirim pasukan di bawah komando usamah bin zaid yang masih amat belia.
Pasukan ini di berangkatkan menuju wilayah Balq’ dan Darum di palestina dengan tujuan
untuk menakut-nakuti ramawi dan mengembalikan kepercayaan di hati masyarakat Arab
yang tinggal di perbatasan.
Expedisi ini adalah expedisi terahir yang di kirim rasulullah dan dalam perjalanan menuju
palestina, terdengar kabar bahwa rasulullah telah meninggal dunia.

4. Hari-hari terahir bersama rasulullah


Rasulullah menderita demam selama 13 atau 14 hari, mulai tanggal 29 shafar tagun 11 H.
setelah menghadiri pemakaman jenazah di Baqi’. Sebelum meninggal ada pesan-pesan
dakwah yang perlu kita catat di antaranya:
a. Saat demam, lima hari sebelum meninggal (hari rabu), beliau memaksakan diri untuk
masuk masjid dan bersabda: laknat Allah semoga tertimpa kepada orang-orang yahudi dan
nasrani. Mereka telah menjadikan kuburan nabi mereka sebagai masjid. Beliau juga
menawarkan diri untuk di qishash dengan mengatakan : barang siapa pernah ku pukul
punggungnya, maka inilah punggungku, silahkan membalas. Barang siapa kehormatannya
pernah saya cela, maka inilah kehormatanku, silahkan membalasnya.
b. 4 hari menjelang wafat (hari kamis). Beliau memberikan 3 wasiat yaitu:
Pertama: agar mengeluarkan orang-orang yahudi dan nasrani dari jazirah arab.
Kedua : memberi hadiah kepada para utusan sebagaimana yang beliau lakukan.
Ketiga: (perawi hadist lupa). Mungkin beliau berpesan agar memperhatikan shalat dan budak-
budak yang di miliki.
c. Sehari sebelum wafat beliau memerdekakan budak-budak lelakinya, menyedekahkan 7
dinar dari harta yang di milikinya dan mengibahkan senjata-senjata kepada kaum muslimin.
d. Hari senin, 12 rabi’ul awal, pada saat shalat subuh rasulullah tidak bisa shalat berjamaah.
Tetapi beliau melihat shaf-shaf para sahabat yang sedang di imami oleh abu bakar, melihat
itu beliau tersenyum, abu bakar mundur karena mengira rasulullah akan keluar, tetapi
rasulullah memberikan isyarat dengan tangan beliau agar mereka menyempurnakan shalat.
Shalat subuh adalah shalat yang di lakukan terahir kali oleh rasulullah.

5. Ciri umum dakwah nabi di madinah


Adapun beberapa ciri umum dalam dakwah nabi di madinah yang dapat di definisikan. Yaitu:
a. Menjaga kesinambungan tarbiyah dan tazkiyah bagi sahabat yang telah memeluk islam.
Program yang di lakukan adalah membacakan ayat-ayat Al-Qur’an untuk semua masyarakat,
mensucikan jiwa, dan mengajarkan kepada mereka Al-Qur’an dan As-Sunnah, membangun
masid, dan mempersaudarakan antara orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar.
b. Mendirikan daulah islamiyah, daulah adalah sarana dakwah yang paling besar, dan
merupakan lembaga terpenting yang secara resmi menyuarakan nilai-nilai dakwah.
Adapun syarat-syarat pembentukan daulah antara lain.
1) Adanya basis masa kaummuslimin yang solid.
2) Adanya negeri yang layak dan memenuhi syarat
3) Tersedianya perangkat system yang jelas.
c. Adanya keseriusan untuk menerapkan hukum syari’at untuk seluruh lapisan masyarakat.
d. Hidup berdampingan dengan musuh islam yang menyatakan ingin hidup damai dan
bermuamalah dengan mereka dengan aturan yang jelas.
e. Mengahdapi secara tegas pihak yang memilih perang serta melakukan spy war bagi
kelompok yang selalu mengintai peluang atau menunggu kesempatan untuk
menyerang.merealisasikan unifersalitas dakwah islam dengan merambah seluruh kawasan
dunia.
f. Melalui surat, mengirim duta, mengirim rombongan, menerima utusan yang dating dan
seterusnya.

Diposkan oleh Poster di 20.16

Anda mungkin juga menyukai