Anda di halaman 1dari 57

1

Rahasia Dipilihnya Jazirah


Islam merupakan agama yang lahir dan tumbuh di daerah Arab hingga memiliki jumlah umat terbesar
di dunia. Namun yang kerap kali menjadi pertanyaan sebagian orang, mengapa jazirah Arab dipilih
sebagai tempat kelahiran dan pertumbuhan Islam?

Mengapa Allah tidak menurunkan Islam di negara lainnya seperti Jepang, Amerika atau di negara kita
Indonesia? Ternyata ada beberapa hal yang menjadi penyebabnya. Berikut ulasannya.
1. Arab negara yang damai dan fitrah
Pada saat itu negara Arab merupakan negara yang memiliki penduduk yang hidup dengan
damai dan tenang dibandingkan dengan negara lainnya. Bangsa Arab hidup dengan
sederhana, tenang, dan jauh dari kemewahan.

Bangsa Arab juga merupakan bangsa yang masih menjaga fitrahnya sehingga memiliki nilai-
nilai kemanusiaan yang tinggi dan mulia. Namun mereka tidak memiliki ma’rifat atau
pengetahuan yang benar untuk jalan hidup mereka, sehingga bangsa Arab masih hidup dalam
kebodohan dan kegelapan. Hal ini telah dijelaskan dalam Al-Quran, QS Al-Baqarah ayat 198.
2. Arab terletak di antara dua peradaban
Jazirah Arab secara geografis terletak di antara dua peradaban yang sangat berbeda, yaitu
peradaban barat yang lebih mementingkan materi sehingga nilai-nilai kemanusiaan mereka
tidak utuh, serta peradaban timur yang penuh nilai-nilai spiritual dengan khayalan.

Jadi, secara logika jazirah Arab merupakan garis yang memisahkan dua peradaban yang
sangat bertolak belakang. Sehingga Islam lahir dan tumbuh di tempat ini untuk mengubah
kedua peradaban menuju jalan yang benar. Dengan letak strategis ini maka dapat
memudahkan dakwah dari Arab ke seluruh penjuru dunia.
2
Muhammad SAW. Penutup Para Nabi dan Hubungan
Dakwahnya dengan Dakwah Nabi Terdahulu
Nabi Muhammad SAW adalah penutup para nabi. Ini telah disepakati oleh semua kaum muslimin dan
merupakan satu aksioma islam. Hubungan antara dakwah nabi Muhammad Saw dan dakwah nabi
sebelumnya berjalan atas prinsip ta’kid (penegasan) dan tatmin (penyempurnaan). Dakwah para nabi
didasarkan 2 asas. Pertama aqidah , kedua syariat dan akhlak. Aqidah dari jaman nabi Adam AS
sampai nabi Muhammad SAW sama esensi nya. Setiap nabi datang sebagai pembenaran dari dakwah
sebelumnya. Semua membawa hakekah yang diperintahkan Allah SWT untuk disampaikan kepada
manusia agar tunduk kepada Allah SWT semata.

Tidak mungkin akan terjadi perbedaan aqidah diantara dakwah para nabi. Karena masalah aqidah
termasuk ikhbar (pengabaran). Pengabaran tentang sesuatu tidak mungkin berbeda dari satu pengabar
dengan pengabar lain jika kita meyakini kabar yang dibawa pengabar tersebut.

Dalam masalah syariat yaitu penetapan hukum yang bertujuan untuk mengatur kehidupan masyarakat
dan pribadi. Hukum syariat hanya terbatas pada kaum tertentu sesuai dengan kondisi umat itu
(sebelum nabi Muhammad SAW). Dalam masalah aqidah tugas setiap nabi hanya menegaskan
kembaki aqidah yang sma yang pernah dibawa nabi sebelumnya tanpa perubahan dan perbedaan.
Namun, dalam masalah syariat setiap rosul menghapus syariat sebelumnya kecuali hal-hal yang
ditegaskan oleh syariat yang akan datang sampai syariat yangdibawa nabi Muhammad SAW.

Mungkin timbul pertanyaan mengapa orang-orang yang mengaku pengikut Musa AS dan Isa AS
menganut aqidah yang berbeda dengan aqidah tauhid yang dibawa oleh para nabi? Jawabannya dalam
firman Allah SWT : “ Sesungguhnya agama yang diridhai disisi Allah hanyalah islam, tiada berselisih
orang-orang yang telah diberi al-kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena
kedengkian yang ada diantara mereka’ (QS Al-Imran : 19)

Dan juga firman Allah SWT : “ Dan ahli kitab tidak terpecah belah kecuali telah datang pada mereka
ilmu pengetahuan karena kedengkian diantara mereka. Kalau tidaklah karena sesuatu ketetapan yang
telah ada dari Tuhanmu dahulunya sampai kepada waktu yang ditentukan, pastilah mereka telah
dibinasakan . dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka al-kitab ( taurat dan
injil ) sesudah mereka benar benar berda dalam keraguan yang menggoncangkan kitab itu” (QS Asy-
syura : 14)

Dengan demikian semua nabi diutus untuk saling membenarkan dalam hal agama ( islam ) yang
diutusnya. Para nabi tidak pernah berbeda dalam masalah aqidah. Namun para ahli kitab sendiri
terpecah belah dan berdusta atas nama para Nabi kendati telah datang pada mereka pengetahuan dan
kedengkian diantara mereka.
3
Nasab, Kelahiran , Dan Penyusuan Nabi Muhammad SAW
Nasabnya ialah: Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib [namanya: Syaibatul Hamd]
bin Hisyam bin Abdi manaf [namanya: al-Mughirah] bin Qushayyi [namanya: Zaid] bin
Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin
Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nazar bin Mu’iddu bin
Adnan.

Itulah batas nasab Rasulullah saw. yang telah disepakati. Selebihnya, dari yang telah
disebutkan, masih diperselisihkan. Akan tetapi, hal yang sudah tidak diperselisihkan lagi
ialah bahwa Adnan termasuk anak Ismail, Nabi Allah, bin Ibrahim kekasih Allah. Allah telah
memilih Nabi Muhammad saw dari kabilah yang paling bersih, keturunan yang paling suci
dan utama. Tak sedikitpun dari “karat-karat” jahiliyah menyusup ke dalam nasabnya.

Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Rasulullah saw. beliau bersabda:


“Sesungguhnya, Allah telah memilih Kinanah dari anak Ismail dan memilih Quraisy dari
Kinanah, kemudian memilih Hasyim dari Quraisy, dan memilihku dari bani Hasyim.”

Nabi Muhammad saw. dilahirkan pada Tahun Gajah, yakni tahun saat Abrahah al-Asyram
berusaha menyerang Ka’bah dan menghancurkan Ka’bah. Lalu Allah menggagalkannya
dengan mukjizat yang mengagumkan, sebagaimana diceritakan di dalam al-Qur’an.
Kelahiran Nabi saw. jatuh pada hari Senin malam, 12 Rabi’ul Awal.

Beliau dilahirkan dalam keadaan yatim. Bapaknya, Abdullah meninggal ketika ibunya
mengandungnya dua bulan. Beliau lalu diasuh oleh kakeknya, Abdul Muththalib, dan
disusukannya oleh seorang wanita dari bani Sa’ad bernama Halimah binti Abu Dzu’aib.

Pada saat itu pedalaman bani Sa’ad sedang mengalami musim kemarau yang menyebabkan
keringnya ladang peternakan dan pertanian. Tidak lama setelah Muhammad saw. berada di
rumah Halimah ya g sedang menyusu dikamarnya, menghijaulah kembali tanaman-tanaman
di sekitar rumahnya sehingga kambing-kambingnya pulang kandang dengan perut kenyang.

Selama keberadaan Nabi saw. di pedalaman bani Sa’ad terjadilah peristiwa “pembelahan
dada”,kemudian beliau dikembalikan kepada ibunya setelah genap berumur lima tahun.

Ketika sudah berumur enam tahun, ibunnya, Aminah, meninggal dunia. Setelah itu beliau
berada dalam asuhan kakeknya, Abdul Muththalib. Setelah genap berusia delapan tahun,
beliau ditinggal wafat oleh kakeknya. Setelah itu, beliau diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.

Dari bagian sirah Nabi saw. dapat diambil beberapa hikmah, antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Di dalam nasab Nabi saw. yang mulia tersebut terdapat beberapa dalil bahwa Allah
mengutamakan bangsa Arab dari semua manusia dan mengutamakan Quraisy dari
semua kabilah yang lain. Hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi. Nabi saw. pernah
berdiri di atas mimbar kemudian bersabda: “Siapakah aku?” Para shahabat menjawab:
“Engkau adalah Rasul Allah. Semoga keselamatan atasmu.” Nabi saw. bersabda:
“Aku adalah Muhammad bin Abdul Muthalib. Sesungguhnya Allah menciptakan
manusia kemudian Dia menjadikan mereka dua kelompok lalu menjadikan aku di
dalam kelompok terbaik, kemudian Dia menjadikan mereka beberapa kabilah dan
menjadikan aku di dalam kabilah yang terbaik, kemudian Dia menjadikan mereka
beberapa rumah dan menjadikan aku di dalam rumah yang terbaik dan paling baik
jiwanya.”

2. Bukan suatu kebetulan jika Rasulullah saw. dilahirkan dalam keadaan yatim,
kemudian tidak lama kehilangan kakeknya juga sehingga pertumbuhan pertama
kehidupannya jauh dari asuhan bapak dan tidak mendapat kasih sayang dari ibunya.
Allah telah memilihkan pertumbuhan ini untuk Rasulullah karena beberapa hikmah.
Hikmah tersebut adalah agar musuh Islam tidak mendapat jalan untuk memasukkan
keraguan ke dalam hati atau menuduh bahwa Muhammad saw. telah mereguk “susu”
dakwah dan risalahnya semenjak kecil dengan bimbingan dan arahan bapak dan
kakeknya sebab Abdul Muththalib adalah seorang tokoh di antara kaumnya.

Hikmah Allah telah menghendaki agar musuh-musuh Islam tidak menemukan jalan
kepada keraguan seperti itu sehingga Rasul-Nya tumbuh dan berkembang jauh dari
tarbiyah [asuhan] bapak, ibu dan kakeknya. Masa kanak-kanaknya yang pertama,
harus dijalani di pedalaman bani Sa’ad, jauh dari keluarganya. Ketika kakeknya
meninggal, ia berpindah asuhan kepada pamannya, Abu Thalib, yang hidup sampai
tiga tahun sebelum hijrah. Sampai akhir kehidupannya, pamannya tidak pernah
menyatakan masuk Islam.

3. Para perawi sirah nabawiyah telah sepakat bahwa ladang-ladang Halimah as-Sa’diyah
kembali menghijau setelah sebelumnya mengalami kekeringan. Ambing susu untanya
sudah tua dan telah berhenti meneteskan air susu bahkan kembali memproduksi air
susu lagi. Kejadian ini menunjukkan ketinggian derajat dan martabat Rasulullah saw.
di sisi Allah. Bahkan semenjak kecilnya, di antara bentuk kemuliaan Allah kepadanya
yang paling menonjol adalah pemuliaan Allah kepada rumah Halimah as-Sa’diyah
lantaran keberadaannya dan penyusuan di rumah itu.

Hal ini tidak aneh sebab syariat Islam juga mengajarkan kepada kita agar pada waktu
terjadi kemarau kita meminta hujan kepada Allah dengan perantaraan orang-orang
shalih dan keluarga rumah Rasulullah saw. karena mengharap terkabulnya doa
kita.Kehadiran dan keberadaan Rasulullah saw. di tempat ini menjadi sebab utama
bagi datangnya keberkahan dan pemuliaan Ilahi. Ini karena Rasulullah saw.
merupakan rahmat bagi manusia, sebagaimana ditegaskan Allah dalam firman-Nya,
“Dan Kami tidak mengutus kamu kecuali sebagai rahmat bagi segenap alam.”

4. Peristiwa pembelahan dada yang dialami oleh Rasulullah saw. ketika berada di
pedalaman bani Sa’ad dianggap sebagai salah satu pertanda kenabian dan isyarat
pemilihan Allah kepadanya untuk suatu perkara besar dan mulia. Didatangi oleh Jibril
ketika beliau sedang bermain-main dengan anak-anak sebayanya. Kemudian Jibril
mengambil dan menelentangkannya. Jibril lalu membelah hati [dada]nya dan
mengeluarkannya. Jibril lalu mengeluarkan suatu gumpalan [‘alaqah] darinya, lantas
berkata: “Ini adalah bagian setan yang ada padamu.” Jibril kemudian mencuci dengan
bejana dari emas dengan air zamzam lalu mengembalikannya ke tempat semula.
Melihat peristiwa ini anak-anak yang sedang bermain dengannya lari menuju ibu
susuannya seraya berseru: “Muhammad telah dibunuh.” Mereka kemudian
mendatanginya dengan penuh cemas.
Tujuan peristiwa ini, bukan untuk mencabut kelenjar kejahatan di dalam jasad Rasulullah
saw. Hal ini karena jika kejahatan itu sumbernya terletak pada kelenjar yang ada dalam jasad
atau pada gumpalan yang ada pada salah satu bagiannya, niscaya orang jahat bisa menjadi
baik bila melakukan operasi bedah. Akan tetapi tampaknya tujuan peristiwa ini adalah
sebagai pengumuman terhadap suatu perkara Rasulullah saw., persiapan untuk
[mendapatkan] pemeliharaan [‘ishmah] dan wahyu semenjak kecilnya dengan sarana-sarana
material. Ini terjadi agar manusia lebih mudah mengimani Rasulullah saw. dan membenarkan
risalah.
4
Perjalanan Rasulullah ke Syam dan Usaha Mencari Rizky
Ketika berusia dua belas tahun, Rasulullah saw. diajak pamanya, Abu Thalib, pergi ke Syam dalam
suatu kafilah dagang. Sewaktu kafilah berada di Bashra, mereka melewati seorang pendeta bernama
Bahira. Bahira kemudian menoleh pada Abu Thalib dan berkata “Bawalah ia pulang ke negerinya dan
jagalah dia dari orang-orang Yahudi. Jika mereka melihatnya disini, pasti akan dijahatinya.
Sesungguhnya anak saudaramu ini akan memegang perkara besar.” Abu Thalib kemudian cepat-cepat
membawanya kembali ke Makkah.
Memasuki masa remaja, Rasulullah saw. berusaha mencari rizky dengan menggembalakan kambing.
Selama masa mudanya Allah telah memelihara dari penyimpangan yang biasanya dilakukan oleh para
pemuda seusianya, seperti hura-hura dan permainan nista lainnya. Rasulullah pernah datang ke pesta
lalu duduk mendengarkan lagu. Allah kemudian menutup telinganya lalu Rasulullah tertidur dan tidak
terbangunkan kecuali oleh panas matahari.

Beberapa Ibrah atau pelajaran yang dapat diambil sebagai berikut


Pertama, Ahli Kitab dari Yahudi dan Nasrani memiliki pengetahuan tentang bi’tsah Nabi dengan
mengetahui tanda-tandanya.
Kedua, orang-orang Yahudi memohon kedatangan Rasulullah saw dengan mengatakan
“Sesungguhnya, sebentar lagi akan dibangkitkan seorang Nabi yang kami akan mengikutinya. Lalu
kami bersamanya akan membunuh kalian sebagaimana pembunuhan yang pernah dialami kaum ‘Aad
dan Iram.”
Ketiga, Sehubungan dengan usaha Rasulullah saw. mengembalakan kambing dengan tujuan untuk
mencari rizky,terdapat tiga pelajaran yang penting sebagai berikut
1. Selera tinggi dan perasaan halus.
2. Berkaitan dengan penjelasan tentang bentuk kehidupan yang diridlai oleh Allah untuk para
hamba-Nya yang shalih di dunia.
3. Para aktifis dakwah [dakwah apa saja] tidak akan dihargai manakala mereka menjadikan
dakwah sebagai sumber rizky-nya atau hidup dari mengharapkan pemberian dan sedekah
orang.

Menyangkut kisah Rasulullah saw. perihal dirinya yang telah mendapatkan pemeliharaan Allah dari
segala keburukan sejak kecilnya dan awal masa remajanya, terdapat penjelasan mengenai dua hal
yang sangat penting sebagai berikut
1. Nabi Muhammad SAW juga memiliki seluruh karakteristik manusia.
2. Sesungguhnya Allah, kendatipun demikian, telah melindunginya dari semua bentuk
penyimpangan dan dari segala sesuatu yang tidak sesuai dengan berbagai tuntutan dakwah

Dari hal hal diatas jelas hanya ‘inayah ilahi-lah yang memberikan kepada pemuda Muhammad saw.
jalan terang berupa cahaya yang menembus lorong-lorong jahiliyah, termasuk tanda-tanda besar yang
menunjukkan kenabian yang diciptakan dan disiapkan Allah untuknya. Juga menunjukkan bahwa arti
kenabian merupakan asas pembentukan kepribadian dan arah kehidupannya, baik menyangkut
kejiwaan maupun pemikiran.
5
Perniagaan Rasulullah SAW dengan Harta Khadijah dan
Pernikahannya
Khadijah, menurut riwayat Ibnul Atsir dan Ibnu Hisyam, adalah seorang wanita pedangan yang mulia
dan kaya. Beliau sering mengirim orang kepercayaannya untuk berdagang. Ketika mendegar tentang
kejujuran Nabi saw. dan kemuliaan akhlaknya, Khadijah mencoba memberi amanat kepada Nabi saw.
dengan membawa dagangannya ke Syam (sekarang Palestina, Syria, Lebanon, dan Yordania)

Dalam perjalanan dagang ini Nabi Muhammad saw. ditemani oleh Maisarah, seorang pria
kepercayaan Khadijah. Nabi saw. menerima tawaran ini dan berangkat ke Syam bersama Maisarah
dan membawa keuntungan yang berlipat ganda sehingga kepercayaan Khadijah bertambah kepada
beliau. Selama perjalanan itu Maisarah sangat terkesan dengan akhlak dan kejujura Nabi saw., dan hal
itu dilaporkannya kepada Khadijah.

Khadijah merasa tertarik dan terkejut dengan keberkahan dari perniagaan Nabi saw. Khadijah
kemudian menyatakan hasratnya untuk menikah dengan Nabi saw. dengan perantaraan Nafisah binti
Muniyah. Nabi saw menyetujuinya dan menyampaikan hal tersebut kepada paman-pamannya.

Khadijah dipinang untuk Nabi saw. dari paman Khadijah bernama Amr bin Asad. Ketika menikahinya
Nabi berusia 25 tahun dan Khadijah berusia 40 tahun.
Sebelum menikah dengan Nabi saw. Khadijah pernah menikah dua kali. Pertama dengan Atiq bin
A’idz at-Tamimi dan yang kedua dengan Abu Halah at-Tamimi, namanya Hindun bin Zurarah
(diriwayatkan oleh Ibnu Sayyid dalam ‘Uyunul Atsar, Ibnu Hajar dalam al-Ishabah dan lainnya)

BEBERAPA IBRAH:

Usaha menjalankan perniagaan Khadijah ini merupakan kelanjutan dari kehidupan mencari nafkah
yang telah dimulainya dengan mengembala kambing. Telah diriwayatkan dalam riwayat Bukhari dan
Muslim bahwa Khadijah adalah wanita terbaik di jamannya.

Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Ali ra. pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda:
“Sebaik-baik wanita [langit] adalah Maryam binti Imran dan sebaik-baik wanita [bumi] adalah
Khadijah binti Khuwailid.”

Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata: “Aku tidak pernah cemburu pada
istri-istri Nabi saw. kecuali pada Khadijah sekalipun aku tidak pernah bertemu dengannya. Apabila
Rasulullah saw. menyembelih kambing, beliau berpesan, ‘Kirimkan daging pada teman-teman
Khadijah.’ Pada suatu hari aku memarahinya lalu aku katakan: ‘Khadijah?’ Nabi saw. kemudian
bersabda: ‘Sesungguhnya, aku telah dikaruniai cintanya.’” (Muttafaq ‘alaiHi, lafal ini bagi Muslim)

Sehubungan dengan pernikahan Rasulullah saw. dengan Khadijah, kesan yang pertama kali
didapatkan dari pernikahan ini adalah bahwa Rassulullah saw. sama sekali tidak memperhatikan
faktor kesenangan jasadi. Seandainya Rasulullah memperhatikan hal tersebut, sebagaimana pemuda
seusianya, niscaya beliau mencari wanita yang lebih muda atau minimal orang yang tidak lebih tua
darinya. Tampaknya Rasulullah saw. menginginkan Khadijah karena kemuliaan akhlaknya di antara
kerabat dan kaumnya, sampai ia pernah mendapatkan julukan ‘Afifah Thahirah [wanita suci] pada
masa jahiliyah.
Pernikahan ini berlangsung hingga khadijah meninggal dunia pada usia 65 tahun. Sementara itu
Rasulullah saw. telah mendekati usia 50 tahun, tanpa berpikir selama masa ini untuk menikah dengan
wanita atau gadis lain, padahal usia antara 20-50 tahun merupakan beregolaknya keinginan atau
kecenderungan untuk menambah istri karena dorongan syahwat. Akan tetapi, Muhammad saw. telah
melampaui masa tersebut tanpa pernah berpikir untuk memadu Khadijah.
6
Keikutsertaan Nabi Muhammad dalam Pembangunan Ka’bah

Ka’bah adalah “rumah” yang pertama dibangun atas nama Allah, untuk menyembah Allah, dan
mentauhidkan-Nya. Dibangun oleh bapak para nabi; Ibrahim as. setelah menghadapi “perang berhala”
dan penghancuran tempat-tempat ibadah yang didirikan di atasnya. Ibrahim as. membangunnya
berdasarkan wahyu dan perintah Allah. Sebagaimana dalam Qs al-Baqara: 127.
Sebelum bi’sah, Rasulullah saw. pernah ikut serta dalam pembangunan ka’bah dan pemugarannya.
Beliau ikut serta aktif mengusung batu di atas pundaknya.

Saat itu beliau berusia 35 tahun menurut riwayat yang shahih. Bukhari meriwayatkan di dalam
Shahihnya dari hadits Jabir bin Abdullah ra. ia berkata: “Ketika Ka’bah dibangun, Nabi saw. dan
Abbas mengusung batu. Abbas berkata kepada Nabi saw. ,”Singkirkan kainmu di atas lutut.’ Nabi
saw. lalu mengikatkannya.”
Nabi saw. memiliki pengaruh besar dalam menyelesaikan kemelut yang timbul akibat perselisihan
antara Kabilah tentang siapa yang berhak mendapat kehormatan meletakkan Hajar Aswad di
tempatnya. Semua pihak tunduk kepada usulan yang diajukan Nabi saw. karena mereka mengenalnya
sebagai al-Amiin [terpercaya] dan mencintainya.
Pembangunan Ka’bah yang pertama kali dilakukan oleh Ibrahim as. dibantu anaknya, Ismail as, atas
perintah Allah sebagaimana dinyatakan secara tegas dalam al-Qur’an dan sudah yang shahih. Firman
Allah: “Dan [ingatlah] ketika Ibrahim meninggikan [membina] dasar-dasar Baitullah beserta Ismail
[seraya berdoa], ‘Ya Rabb kami, terimalah dari kami [amalan kami], sesungguhnya Engkaulah Yang
Mahamendengar lagi Mahamengetahui.
Pembangunan ka’bah kedua dilakukan oleh orang-orang Quraisy sebelum Islam, dimana Nabi saw.
ikut serta dalam pembangunannya sebagaimana telah disebutkan di atas. Menyangkut hal ini,
Rasulullah saw. pernah bersabda dalam sebuah riwayat Aisyah: “Wahai A’isyah, kalau bukan karena
kaummu masih dekat dengan masa jahiliyah, niscaya aku perintahkan (untuk membongkar dan
membangun) Ka’bah, kemudian aku memasukkan kepadanya apa yang telah dikeluarkan darinya, aku
perdalam lagi ke bumi, dan aku buat padanya pintu timur dan barat, lalu aku sempurnakan sesuai asas
Ibrahim.” (Muttafaq alaihi, lafal ini bagi Bukhari).

Pembangunan Ka’bah yang ketiga ialah setelah mengalami kebakaran di masa Yazid bin Mu’awiyah,
ketika tentara-tentaranya dari penduduk Syam menyerangnya. Pembangunan Ka’bah yang ketiga ialah
setelah mengalami kebakaran di masa Yazid bin Mu’awiyah, ketika tentara-tentaranya dari penduduk
Syam menyerangnya. Tiga hari berikutnya ia menggempurnya sampai rata dengan tanah. Ibnu Zubair
lalu mendirikan beberapa tiang di sekitarnya dan memasang tutup di atasnya. Mereka lalu mulai
meninggikan bangunannya. Ia tambahkan enam depa pada bagian yang pernah dikurangi. Ia
tambahkan panjangnya sepuluh depa dan dibuatnya dua pintu: pintu masuk dan pintu keluar. Ibnu
Zubair berani memasukkan tambahan ini berdasarkan hadits A’isyah dari Rasulullah saw. terdahulu.

Pembangunan ka’bah yang keempat dilakukan setelah terbunuhnya az-Zubair. Imam Muslim
meriwayatkan dengan sanadnya dari Atha’ bahwa ketika Ibnu Zubair terbunuh, al-Hajjaj menulis
kepada Abdul Malik bin Marwan kabar tentang kematiannya dan bahwa Ibnu Zubair membangun
Ka’bah di atas asas yang masih dipermasalahkan oleh para tokoh kepercayaan Makkah. Kemudian
Abdul Malik menjawabnya melalui surat, “Kami tidak bisa menerima tindakan Ibnu Zubair.
Menyangkut tambahan panjangnya masih dapat ditolerir tetapi menyangkut tambahan Hijr (Ismail)
hendaklah dikembalikan kepada bangunannya [semula] dan tutuplah pintu yang dibukanya.” Setelah
itu gempurlah ka’bah dan bangunlah lagi. (Muslim 4/49).
7
Ikhtila' di Gua Hira
Ikhtila' adalah kegiatan menyendiri untuk beribadah dan berdoa kepada Allah SWT.

Ikhtila' Rasulullah
Saat mendekati usia 40 tahun, rasulullah melakukan ikhtila' di gua hira, beliau beribadah dan berdoa
selama di gua hira, sampai semalaman bahkan lebih. Pernah sesekali beliau pulang kerumah untuk
mengambil bekal makanan lalu kembali kegua untuk melanjutkan ikhtila' nya. Rasulullah melakukan
itu terus sampai turun pada nya wahyu dari Allah SWT.
Manfaat ikhtila'
Ikhtila' atau menyendiri memberikan banyak dampak positif untuk orang islam, yaitu:
1. Memperkuat keislaman kita
Karena ikhtila hanya beribadah dan berdoa serta meninggal kan urusan dunia maka hal
tersebut dapat memperkuat keislaman kita, mungkin sulit tapi dampak nya luar biasa untuk
kita.
2. Menghilangkan penyakit duniawi
Penyakit duniawi tidak mudah disembuhkan dengan apapun, tapi dengan melakukan ikhtila'
dapat menghilangkan penyakit tersebut, penyakit duniawi adalah sombong, ujub, dengki, riya'
dan cinta duniawi.
8
PERMULAAN WAHYU
Ketika Rasulullah SAW telah memasuki usia pernikahan 15 tahun bersama ibunda Khodijah binti
khuwalid.ketika Rasulullah memasuki umur 38 tahun sudah ada perasaan yang begitu kuat untuk
melakukan tahanus ,menyepi, menyendiri di gua Hiro itu dilakukan ketika berumur 38 tahun.
Khodijah sebagai istri memberikan dukungan sepenuhnya apa yang menjadi keinginan suaminya itu
dab hampir setiap hari Khodijah menyertai nabi dengan mengirimkan makanan dan hampir dilakukan
nya selama kurang lebih 2 tahun.

Tepat ketika Rasulullah memasuki umur 40 tahun Allah SWT memberikan kemuliaan kepada nabi
dengan mengangkat baginda nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan Rosul. Ketika itu sebagaimana
yang sudah dituturkan imam Bukhori Rasulullah di datangi oleh malaikat Jibril dalam suasana sepi,
sendiri di dalam gua Hiro yang begitu amat sepi. Malaikat Jibril datang dan menyapa nabi
Muhammad SAW ketika dia sedang tidur dan ketika itulah sikap perasaan bercampur aduk di dalam
pikiran nabi. Ketika Rasulullah telah bangun kemudian malaikat Jibril lalu mengajarkan kepadanya:
“Bacalah.” Beliau menjawab: “Aku tak bisa membaca.” Rasulullah SAW. menceritakan lebih lanjut:
Malaikat itu lalu mendekatiku dan memelukku sehingga aku merasa lemas sekali, kemudian aku
dilepaskan. Ia berkata lagi: “Bacalah.” Aku menjawab: “Aku tidak dapat membaca.” Untuk kali yang
ketiga ia mendekati dan memelukku hingga aku merasa lemas, kemudian aku dilepaskan. Selanjutnya
ia berkata lagi: “Bacalah dengan nama Rob-Mu yang telah menciptakan…Menciptakan manusia dari
segumpal darah.. “ dan seterusnya.

Ketika selesai wahyu yang didapatkan Rasulullah kemudian beliau pulang kerumah,sesampainya di
rumah Rasulullah SAW dengan keringat menggigil .Rasulullah SAW langsung mengatakan kepada
istrinya “selimutilah aku...” maka kemudian istrinya menyelimuti Rasulullah SAW. ketika Rasulullah
tertidur kemudian Khodijah meninggalkan Rasulullah SAW tanpa ingin mengusik tidurnya. Khodijah
lalu pergi ke rumah pamanya yang bernama warakah bin Naufal dan warakah pun memberikan
penjelasan bahwa suami keponakan itu tak lain adalah nabi untuk umat ini.
9
DAKWAH SECARA RAHASIA (SIRRIYAATUD
DA’WAH)
Nabi Muhammad saw. mulai menyambut perintah Allah dengan mengajak manusia untuk
menyembah Allah semata dan meninggalkan berhala. Akan tetapi dakwah Nabi ini dilakukannya
secara rahasia untuk menghindari tindakan buruk orang-orang Quraisy yang fanatik terhadap
kemusyrikan dan paganisme. Nabi Muhammad saw. tidak menampakkan dakwahnya di majelis-
majelis umum orang-orang Quraisy dan tidak melakukan dakwah kecuali kepada orang yang memiliki
hubungan kerabat atau kenal baik sebelumnya.

Orang-orang yang pertama masuk Islam ialah Khadijah binti Khuwailid ra., Ali bin Abi Thalib, Zaid
bin Haritsah, Abu Bakar bin Abi Quhafah dan lainnya. Mereka ini bertemu dengan Nabi secara
rahasia. Apabila salah seorang di antara mereka ingin melaksanakan salah satu ibadah, ia pergi ke
lorong-lorong Makkah seraya bersembunyi dari pandangan orang-orang Quraisy.

BEBERAPA IBRAH

1. Sebab siriyah pada permulaan dakwah Rasulullah saw.


Tidak diragukan lagi bahwa kerahasiaan dakwah Nabi saw selama bertahun-tahun pertama ini
bukan karena kekhawatiran Nabi saw terhadap dirinya melainkan karena ketika beliau
dibebani dakwah dan diturunkan kepadanya firman Allah beliau sadar bahwa dirinya adalah
utusan Allah kepada manusia. Kalau Allah memerintahkan agar melakukan dakwah secara
terang-terangan sejak hari pertama, niscaya Rasulullah saw. tidak akan mengulurnya sedetik
pun sekalipun menghadapi resiko kematian.

Akan tetapi Allah memberikan ilham keapadanya. Ilham kepada Nabi saw. adalah semacam
wahyu kepadanya agar memulai dakwah pada tahapan awal dengan rahasia dan tersembunyi
agar tidak menyampaikan kecuali kepada orang yang telah diyakini akan menerimanya.

Singkatnya yaitu wajib mengadakan perdamaian atau merahasiakan dakwah apabila tindakan
menampakkan dakwah atau perang itu akan membahayakan dakwh islaminyah. Sebaliknya,
tidak boleh merahasiakan dakwah apabila bisa dilakukan secara terang-terangan dan akan
memberikan faedah. Tidak boleh mengadakan perdamaian dengan orang-orang yang dhalim
dan memusuhi dakwah apabila telah cukup memiliki kekuatan dan pertahanan. Juga tidak
boleh berhenti memerangi orang-orang kafir di negeri mereka apabila telah cukup memiliki
kekuatan dan sarana untuk melakukannya.
2. Orang-orang yang pertama masuk Islam dan Hikmahnya
Sirah menjelaskan kepada kita bahwa orang-orang yang masuk Islam pada tahapan
[marhalah] ini kebanyakan mereka terdiri atas orang-orang fakir, lemah, dan kaum budak.
fenomena ini merupakan hasil alamiyah dari dakwah para Nabi pada tahapannya yang
pertama.

Sesungguhnya hakekat agama yang dibawa oleh semua Nabi dan Rasul ialah menolak
kekuasaan dan pemerintahan manusia serta kembali pada kekuasaan dan pemerintahan Allah
semata. Hakekat ini terutama sekali bertentangan dengan “ketuhanan” orang-orang yang
mengaku sebagai tuhan, dan sesuai dengan keadan orang-orang yang tertindas dan diperbudak
sehingga reaksi penolakan terhadap ajakan untuk berserah diri kepada Allah semata datang,
terutama dari orang-orang yang mengaku berdaulat tersebut.

kita dapat mengetahui besarnya kebohongan yang dibuat oleh para musuh Islam di masa
sekarang ketika mereka mengatakan bahwa dakwah yang dilakukan oleh Muhammad saw.
hanyalah berasal dari inspirasi lingkungan Arab tempat ia hidup. Dengan kata lain, dakwah
Muhammad saw. hanya mencerminkan gerakan pemikiran Arab di masa itu.
10
Dakwah Secara Terang Terangan (Jahriyatul Da’wah)
Menurut keterangan Ibnu Hisyam, kemudian secara berturut-turut manusia, wanita, dan laki-laki
memeluk Islam sehingga berita Islam tersiar di Makkah dan menjadi bahan pembicaraan orang. Allah
selalu memerintahkan Rasul menyampaikan Islam dan mengajak orang kepadaNya secara terang-
terangan. Setelah 3 tahun Rasulullah melakukan secara tersembunyi.
Allah berfirman, “Maka siarkanlah apa yang diperintahkan kepadamu dan janganlah kamu perdulikan
orang musyrik.” (al-Hijr:94)
“Dan berilah peringatan kepada kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-
orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.” (asy-Syu’araa’: 214-215)

“Dan katakanlah, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan.” (al-Hijr: 89)

Pada waktu itu pula, Rasulullah saw. segera melaksanakan perintah Allah kemudian pergi ke atas
bukit Shafa lalu memanggil, “Wahai bani Fihr, wahai bani ‘Adi.” Mereka berkumpul dan yang tidak
bisa hadir mengirimkan orang untuk melihat apa yang terjadi. Kata Nabi saw: “Ketahuilah,
sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan kepada kalian dari siksa yang pedih.” Abu
Lahab kemudian memprotes, Selanjutnya turunlah firman Allah: “Binasalah kedua belah tangan Abu
Lahab, dan sesungguhnya dia akan binasa.

Lalu Rasulullah saw turun dan memberi peringatan kepada kerabatmu yang terdekatnya.Dengan
mengumpulkan semua keluarga dan kerabatnya lalu berkata , “Sesungguhny aku tidak akan dapat
membela kalian di hadapan Allah selain bahwa kalian mempunyai tali kekeluargaan yang aku
sambung dengan hubungannya.”

Dakwah Nabi saw. secara terang-terangan ini ditentang dan ditolak oleh bangsa Quraisy dengan
alasan bahwa mereka tidak dapat meninggalkan agama yang telah mereka warisi dari nenek moyang
mereka dan sudah menjadi bagian dari tradisi kehidupan mereka. Pada saat itulah Rasulullah
mengingatkan mereka akan perlunya pembebasan fikiran dan akal mereka dari belenggu taklid.
Ketika Nabi saw. mencela Tuhan-Tuhan mereka, membodohkan mimpi mereka, dan mengecam
tindakan taklid buta mereka kepada nenek moyang mereka dalam menyembah berhala, mereka
menentang dan sepakat untuk memusuhinya kecuali pamannya, Abu Thalib, yang membelanya.

BEBERAPA IBRAH:

1. Tampak jelas dalam reaksi Abu Lahab terhadapnya dan kesepakatan tokoh-tokoh Quraisy untuk
memusuhi dan menentangnya. Hal ini menjadi jawaban telak bagi orang-orang yang berusaha
menggambarkan syariat Islam sebagai salah satu dari buah nasionalisme [Arab] dan menganggap
Muhammad saw. dengan dakwah yang dilakukannya sebagai cerminan idealisme dan pemikiran Arab
pada masa itu.Tuduhan tersebut harus dilontarkan guna menghancurkan Islam dan pengaruhnya
tidaklah penting bahwa tuduhan tersebut harus benar. Yang penting, kepentingan dan tujuan mereka
memerlukan pengelabuhan seperti itu.
2. Bisa saja Allah tidak memerintahkan Rasul-Nya untuk memberikan peringatan kepada keluarga dan
kerabat dekatnya karena sudah cukup dengan keumuman perintah-Nya yang lain, yaitu perintah-Nya
Lalu hikmah dikhususkannyamemberi peringatan kepada keluarga. Ini
merupakan isyarat kepada beberapa tingkatan tanggung jawab yang berkaitan dengan setiap Muslim
pada umumnya dan para da’i pada khususnya.
Tingkat tanggung jawab yang paling rendah ialah tanggung jawab seseorang terhadap dirinya.Tingkat
berikutnya adalah tanggung jawab seorang muslim terhadap keluarga dan kerabat dekatnya. Tingkat
tanggung jawab ini merupakan kewajiban bagi setiap Muslimm yang memiliki keluarga atau kerabat.
Sebagai pengarahan kepada pelaksanaan tanggung jawab ini, Allah secara khusus memerintahkan
Nabi-Nya agar memberi peringatan kepada keluarga dan kerabat dekatnya setelah perintah be-tadigh
secara umum.

Tidak ada perbedaan antara dakwah Rasul kepada kaumnya dan dakwah seorang muslim kepada
keluarganya. Hanya saja yang pertama berdakwah kepada syariat baru yang diturunkan Allah
kepadanya, sedangkan yang kedua berdakwah dengan dakwah Rasul, sebagaimana Nabi atau Rasul
tidak boleh untuk tidak menyampaikan dakwah kepada keluarga dan kerabat dekatnya

Tingkat ketiga adalah tanggung jawab seorang ‘alim [berilmu] terhadap kampung atau negerinya dan
tanggung jawab seorang penguasa terhadap negeri dan kaumnya. Imam dan penguasa, dalam
masyarakat Islam, diharuskan memiliki ilmu. Karena tidak ada perbedaan antara tabiat tanggung
jawab yang diemban oleh Rasulullah saw. dan tanggung jawab yang diembankan para ulama dan
penguasa. Bedanya, Rasulullah saw. menyampaikan syariat baru yang diwahyukan Allah kepadanya,
sedangkan mereka mengikuti jejak Rasulullah saw. dan berpegang teguh pada sunahnya.

3. Rasulullah saw. kemudian mengajak mereka untuk membebaskan akal dari belenggu taklid
buta dan fanatisme terhadap tradisi yang tidak bertumpu di atas landasan pemikiran dan
logika sehat. Hal ini menjadi dalil bahwa agama ini –termasuk masalah keyakinan dan
hukum- bertumpu di atas akal dan logika. Oleh karena itu, di antara syarat terpenting
kebenaran iman kepada Allah dan masalah-masalah keyakinan yang lain ialah bahwa
kimanan tersebut harus didasarkan kepada asas keyakinan dan pemikiran yang bebas..
Tanpa dipengaruhi kebiasaan / tradisi sama sekali. Dari sini kita tahu Islam datang untuk memerangi
tradisi dan melarang masuk ke dalam jeratnya. Karena tradisi didasarkan pada dorongan ingin
mengikuti semata tanpa ada unsur seleksi dan pemikiran.

Dengan demikian Islam sama sekali tidak mengandung unsur tradisi, baik yang berkaitan dengan
aqidah, hukum, maupun sistem, karena aqidah didasarkan pada landasan akal dan logika. Dengan
demikian jelaslah kesalahan orang-orang yang mengistilahkan peribadatan, hukum-hukum syariat,
dan akhlak Islam dengan tradisi Islam.

Sesungguhnya, penyebutan hukum-hukum Islam dengan istilah “tradisi Islam” bukan merupakan
kesalahan yang tidak disengaja, melainkan merupakan mata rantai penghancuran Islam dengan istilah-
istilah yang menyesatkan.

Tujuan utama dari pemasaran istilah “tradisi Islam” ini adalah agar semua sistem dan hukum Islam
dipahami . Sesungguhnya tidak ada tradisi dalam Islam. Islam adalah agama yang datang untuk
membebaskan akal manusia dari segala ikatan tradisi, sebagaimana kita lihat pada langkah-langkah
awal dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah saw.

Sesungguhnya semua sistem dan perundang-undangan yang dibawa oleh Islam merupakan prinsip.
Prinsip adalah sesuatu yang tegas di atas landasan pemikiran dan akal, dan bertujuan mencapai tujuan
tertentu. Jika prinsip manusia kadang –bahkan relatif sering- menyalahi kebenaran karena kelemahan
pemikirannya, prinsip Islam tidak pernah sama sekali menyalahi kebenaran karena yang
mensyariatkannya adalah Pencipta akal dan pemikiran [Allah swt]. ini saja sudah cukup menjadi dalil
‘aqli untuk nenerima dan meyakini kebenaran prinsip-prinsip Islam.

Prinsip adalah garis yang harus mengatur perkembangan zaman, bukan sebaliknya. Sementara itu,
tradisi adalah sejumlah “benalu” yang tumbuh secara spontan di tengah ladang pemikiran yang ada
pada masyarakat. Tradisi adalah hasyisy [candu] berbahaya yang harus dipunahkan dan dijauhkan dari
pemikiran sehat.
11
Penyiksaan
Permusuhan kaum qurais kepada rasulullah SAW dan para sahabatnya semakin keras dan gencar.
Rasulullah sendiri mengalami berbagai penyiksaan atau penganiyayan seperti :
• Ketina nabi sedang sujud disekitar orang qurais tiba tiba Uqban Bin Muqti datang membawa
kotoran binatang laalu melemparkannya ke punggung nabi Muhammad Saw
• Selain itu nabi juga menghadapi hinaan dan cemooan setiap kali beliau lewat dihadapan
mereka, sebagian mereka pernah menaburkan tanah ke atas kepala Rasulullah ketika beliau
sedang berjalan disebuah lorong di Mekkah
Demikian haalnya dengan para sahabat, masing-masing msreka telah merasakan berbagai macam
penyiksaan,duantara mereka bahkan ada yang buta hingga meninggal karna dasyatnya penyiksaan.
Akan tetapi siksaan-siksaan itu tidak menggoyahkan tekad mereka untuk tetap mempertahankan
agama Islam. Mengapa, Nabi SAW dan para sahabatnya mendapatkan atau merasakan penyiksaan,
sedangkan mereka berada dipihak yang benar, kenapa Allah tidak melindungi mereka ?
Sesungguhnya sifat pertama bagi manusia di dunia ini adalah bahwa dia itu Mukallaf (yakin dituntut
oleh Allah untuk menanggung beban) atau Taklif. Taklif merupakan konsekuensi penting dari
ubudiyah manusia kepada Allah. Tidak ada arti ubudiyah kepada Allah jika tanpa taklif, ubudiyah
manusia kepada Allah merupakan salahsatu dari konsekuensi ulluhiyaNya. Tidak ada keimanan
kepada UlluhiyaNya jika kita tidak memberikan ubudiyah kepada Nya. Taklif menuntut adanya
kesiapan menanggung beban dan perlawanan terhadap hawa nafsu dan syhwat. Karena itu kewajiban
hamba Allah di dunia ini ialah mewajibkan 2 hal berikut :
1. Berpegang teguhkepada Allah islam dan membangun masyarakat islam yang benar
2. Menempuh segala kesulitan dan menghadap segala resiko dan mengorbankan nyawa dan harta
demi mewujudkan kewajiban tersebut
Segala penderita daan kesulitan yang dialami penyeru kepada Allah dan penjuang penegak
masyarakat islam merupakan sunnah ulihiya di dunia semenjak permulaan sejarah. Disamping
merupakan tuntunan dari 3 hal tersebut
1. Sifat ubudiyah manusia kepada Allah
2. Sifat taklif yang bersumber dari sifat ubudiyah
3. Pembuktian kebenaran orang orang yang benar dan kedustaan orang orang yang berdusta

Kita tau bahwa penderitaan penganiyayaan yang dialami oleh kaum muslim dalam menegakkan
syariat Allah, kita sadar bahwa itu bukanlah rintangan atau hambatan yang menghalangi para pejuang.
Semua itu merupakan perjalanan diatas jalan yang telah digariskan oleh Allah bagi mereka yaang
ingin membuktikan keimanannya dan mencapai tujuannya. Setiap muslim akan semakin dekat
mencapai tujuan yang diperintahkan Allah kepadanya manakala ia semakin berat menghadapi
penganiyayaan atau mati syahid.
12
Siasat Perundingan
Suatu hari Utbah bin Rabiah dan Abul Walid ingin menenemui rasulullah untuk membicarakan
sesuatu. Abul Walid meminta ijin kepada Hamzah dan Hamzah pun membolehkan mereka untuk
menemui rasulullah. Utbah pun segera menemui rasulullah dan duduk di hadapan beliau. Utbah
menawarkan harta, kekuasaan,dan pengobatan kepada rasulullah asalkan rasulullah mau
menghentikan aksinya. Rasulullah menjawab dengan ayat yang ada dalam Al-quran, ia meneruskan
bacaannya hinga sampai pada surat al-fusilat ayat 13. Utbah pun langsung menutup mulut rasulullah
agar beliau berhenti membaca karena takut terhadap ancaman yang ada pada ayat itu. Utbah lalu
berdiri menemui sahabatnya,dan mereka berkata bahwa abul wahid datang dengan wajah berbeda.

Mereka pun bertanya pada abul wahid dan ia menjawab bahwa ia mendengar sesuatu yang belum
pernah ia dengar perkataan seperti itu. Dia juga mengatkan bahwa mereka harus membiarkaan
rasulullah dengan apa yang disamapikannya. Mereka mengatakan bahwa Abul Walid telah tersihir
oleh lisannya. Mendengar apa yang dikatakan mereka,Abul Walid pun menjawab bahwa ini
pendapatnya,dan mempersilahkan mereka melakukan apa yang mereka ingin lakukan.
Beberapa kaum musrik menemui rasulullah untuk menawarkan harta dan wanita asal muhammad
bersedia meninggalkan kecaman terhadap tuhan mereka. Beliau menolak,mereka menawarkan
bagaimana jika selama sehari Muhammad menyembah tuhan kami dan begitupun sebaliknya. Nabi
pun menolak,dalam hal ini turun firman Allah dalam surat al-kafirun ayat 1-6.

Para pembesar quraish menawarkan kembali kekuasaan, harta, dan pengobatan kepada Rasulullah,
namun beliau pun menolaknya lagi. Beliau menjelaskan bahwa Allah mengutusnya sebagai nabi dan
beliau diperintahkan untuk membawa kabar gembira dan peringatan. Mereka meminta agar nabi
muhammad meminta kepada Allah agar menjauhkan gunung-gunung yang menghimpit ini dari
negeri mereka,mengalirkan sungai sebagaimana sungai syam dan irak,membangkitkan bapak bapak
mereka yang telah mati,dan meminta harta kekayaab, baru mereka akan percaya bahwa Allah
mengutusnya sebagai nabi. Tapi rasul menolak untuk melakukan hal itu. Setelah perdebatan itu,
mereka mengatakan bahwa mereka tidak percaya dan mereka tidak akan membiarkan beliau
berdakwah kepada mereka, lalu mereka kemudian pergi.

BEBERAPA IBRAH :

1. Menjelaskan kepada kita tentang kebersihan dakwah nabi Muhammad SAW dari segala
kepentingan dan tujuan pribadi yang biasanya menjadi motivasi para penyeru ideologi baru
serta penganjur pembaruan dan revolusi.
Rasulullah tidak hanya menolak kekuasaan /harta kekayaan hanya dengan lisannya saja,
bahkan kehidupan sehari-hari beliau penuh dengan kesederhanaan, Beliau tidur hanya di atas
tikar anyaman, bahkan belum pernah sama sekali tidur di atas hamparan yang lembut dan
empuk hingga istri-istrinya pada suatu hari mendatangi beliau mengadukan hal ihwal
kehidupan yang memprihatinkan. Mereka menuntut perbaikan keadaan, paling tidak sedikit di
bawah kehidupan istri shahabatnya. Mendengar tuntutan ini, Rasulullah saw. marah dan tidak
memberikan jawaban apapun sehingga turun firman Allah surat Al-Ahzab ayat 28-29.
Rasulullah saw.membacakan kedua ayat ini kepada istrinya dan memberikan pilihan kepada
mereka: hidup bersamanya dengan kondisi seadanya atau tetap menuntut perbaikan
kehidupan dengan diceraikan secara baik. Mereka kembali memilih hidup bersama Rasulullah
saw. dengan kondisi seadanya.
2. Penjelasan mengenai makna hikmah (kebijaksanaan) yang menjadi prinsip dakwah rasulullah
saw. Disyariatkannya prinsip hikmah dalam dakwah ialah untuk mengambil jalan dan sarana
yang paling efektif agar bisa diterima akal dan fikiran manusia. Artinya apabila perjuangan
dakwah menghadapi beraneka ragam rintangan dan hambatan, langkah yang bijaksana bagi
para da’i dalam hal ini adalah melakukan persiapan untuk berjihad dan berkorban dengan jiwa
dan harta. Tidak ada seorang pun yang dibenarkan untuk mengubah, melanggar, dan
meremehkan hukum-hukum dan prinsip-prinsip Islam dengan dalih kebijaksanaan dalam
berdakwah,karena suatu kebijaksanaan tidak bisa disebut bijaksana jika tidak terikat oleh
ketentuan-ketentuan syariat dan prinsip-prinsipnya.
3. Sikap Rasulullah saw. terhadap berbagai tawaran yang diajukan kaum Quraisy kepadanya
tersebut mendapat dukungan dari Allah. Berkenaan dengan ini Allah menurunkan Al-Israa
ayat 90-93. Allah tidak mengabulkan permintaan mereka bukan karena Rasulullah saw. tidak
diberi mukjizat selain al-Qur’an, karena Allah mengetahui bahwa mereka tidak menuntut hal
itu melainkan karena kekafiran, keangkuhan, dan penghinaan mereka kepada Rasulullah saw.
Seandainnya mereka jujur dan serius ingin meyakini kebenaran Nabi saw., niscaya Allah akan
mengabulkan permintaan mereka. Sikap kau Quraisy ini sesuai dengan apa yang ditegaskan
oleh Allah dalam firman-Nya surat Al-Hijr ayat 14-15Dengan demikian, tahulah kita bahwa
hal ini tidak bertentangan dengan pemuliaan Allah kepada Nabi-Nya melalui beraneka macam
mukjizat.
13
Pemboikotan Ekonomi
Pada awal dakwah secara terang-terangan Rasulullah mendapatkan banyak sekali ujian yang tidaklah
mudah. Respon yang sangat berlebihan dating dari orang-orang kafir yang membenci dakwah dari
Rasulullah. Sanad dari Musa Bin Uqbah dan Ibnu Bin Ishaq menyebytkan bahwa orang-orang kafir
ingin membunuh Rasulullah, hal itu mereka sampaikan kepada Bani Hasyim dan Bani Abdul
Muthalib akan tetapi mereka tidak mau menyerahkan Rasulullah. Lalu orang kafir mencari cara untuk
bisa menghalangi dakwah Rasulullah yaitu dengan mengucilkan Rasulullah dan kaum muslim yang
mengikutinya serta Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib yang melindunginya. Hal tersebut
dilakukan dengan menuliskan suatu perjanjian yang berisi bahwa mereka tidak akan mengawini dan
berjual beli dengan orang yang dikucilkan, tidak akan menerima perdamaian dan tidak akan berbelas
kasihan lalu naskah tersebut mereka gantung pada dinding Ka’bah.

Pemboikotan ini merupakan puncak penderitaan bagi Rasulullah dan para pengikutnya selama 3
tahun, kaum Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib juga mengalami kesengsaraan tersebut.
Perjanjian ini berlangsung selama 3 tahun namun ada juga yang mengatakan bahwa hanya terjadi
selama 2 tahun. Menurut sanad Musa Bin Uqbah pemboikotan ini terjadi sebelum Rasulullah
berhijrah ke Habasiyah, menurut sanad Ibnu Bin Ishaq pemboikotan ini terjadi setelah Rasulullah
berhijrah ke Habasiyah baahkan ada juga yang mengatakan pemboikotan ini terjadi saat Rasululla
berhijrah ke Habasiyah. Rasulullah dan para pengikutnya serna Bani Hasyim dan Bani Abdul
Muthalib dikucilkan di Syi’ib (Pemukiman Bani Muthalib). Disini mereka semua berkumpul kecuali
Abu Lahab karena ia telah bergabung dengan Quraisy dan menentang Rasulullah.
Pemboikotan ini mengakibatkan mereka kekurangan makanan dan tidak dapat membeli apapun di
pasar karena setiap mereka ingin membeli sesuatu di pasar Abu Lahab selalu menghalanginya dengan
cara meminta kepada pada pedagang untuk menaikkan harga jual mereka sehingga kaum muslim
tidak mampu membelinya.

Pada awal tahun ke 3 orang-orang kafir membatalkan perjanjian tersebut. Bersamaan dengan hal
tersebut Allah Swt mengirimkan anai-anai (Rayap) untuk menghancurkan terks perjanjian tersebut.
Rasulullah menceritakan hal tersebut kepada pamannya Abu Thalib kemudian Abu Thalib bersama
dengan sejumlah orang dari kaumnya mendatangi orang-orang kafir, mereka lalu membuka teks
perjanjian tersebu dan didapati keadaannya sesuai dengan apa yang diceritakan oleh Rasulullah hal
tersebut membuat orang-orang kafir semakin membenci Rasulullah. Setelah peristiwa itu 5
orang dari kaum kafir membatalkan perjanjian dan mengakhiri pemboikotan, orang yang pertama
adalah Zubair Bin Umayah ia kemudian mendatangi 4 orang yang sedang berdiri didekat Ka’bah dan
menyadari betapa kejamnya mereka kepada Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Mereka lalu merobek-
robeh perjanjian tersebut dan mendatangi Rasulullah kemudian memerintahkan untuk kembali
ketempat masing-masing dan melakukan aktivitas sebagaimana mestinya, dengan ini pemboikotan
sudah berakhir.
14
Hijrah Pertama Dalam Islam
Ketika Nabi saw. melihat keganasan kaum musyrik kian hari bertambah keras, sedangkan beliau tidak
dapat memberikan perlindungan kepada kaum Muslimin, beliau berkata kepada mereka untuk
berhijrah ke negeri Habasyah karena di sana terdapat raja yang adil.Akhirnya, berangkatlah kaum
Muslimin ke negeri Habasyah. Hijrah ini merupakan hijrah pertama dalam Islam. Sebanyak delapan
puluh orang lebih berkumpul di Habasyah.

Ketika kaum Quraisy mengetahui peristiwa itu, mereka segera mengutus Abdullah bin Abi Rabi’ah
dan Amr bin Ash menemui raja Najasy dengan membawa berbagai hadiah. Hadiah-hadiah itu
diberikan dengan harapan agar mereka menolak kehadiran kaum Muslimin dan mengembalikan
mereka kepada musyrik Makkah. Ternyata Najasy menolak untuk menyerahkan kaum Muslimin
kepada kedua utusan tersebut sebelum dia menanyai mereka tentang agama baru yang dianutnya.
Kaum Muslimin dan kedua utusan tersebut kemudian dihadapkan kepada Najasy. Raja Najasy
bertanya kepada kaum Muslimin, “Agama apakah yang membuat kamu meninggalkan agama yang
dipeluk oleh masyarakat kamu dan kamu tidak masuk dalam agamaku dan agama lainnya?
Ja’far bin Abi Thalib,pun menjawab dan menceritakan tentang kekejaman kaum quraisy

Najasy bertanya, “Apakah kamu dapat menunjukkan kepada kami sesuatu yang dibawa oleh
Rasulullah saw. dari Allah?”. Ja’far menjawab: “Ya.” Ja’far lalu membacakan surah Maryam.
Mendenger firman itu, Najasy berlinang air mata. Najasy lalu berkata, “Apa yang engkau baca dan
apa yang dibawa oleh ‘Isa sesungguhnya keluar dari pancaran sinar yang satu dan sama.” Najasy lalu
menoleh kepada kedua orang utusan kaum musyrik seraya berkata, “Silakan kalian berangkat pulang.
Demi Allah, mereka tidak akan kuserahkan kepada kalian.”

Keesokan harinya, utusan kaum musyrik itu menghadap Najasy. Mereka berkata, “Wahai baginda
Raja, sesungguhnya mereka menjelek-jelekkan ‘Isa putra Maryam. Panggillah mereka dan
tanyakanlah pandangan mereka tentang ‘Isa.” Mereka dihadapkan sekali lagi kepada Najasyu untuk
ditanyakan tentang pandangan mereka terhadap ‘Isa al-Masih. Ja’far menerangkan, “Pandangan kami
mengenai ‘Isa sesuai dengan apa yang diajarkan kepada kami oleh Nabi kami, yaitu bahwa Isa adalah
hamba Allah, utusan Allah, ruh Allah, dan kalimat-Nya yang diturunkan kepada perawan Maryam
yang sangat tekun bersembah sujud.” Najasy kemudian mengambil sebatang lidi yang terletak di atas
lantai kemudian berkata, “Apa yang engkau katakan tentang Isa tidak berselisih kecuali hanya sebesar
lidi ini.”
Najasy kemudian mengembalikan barang-barang hadiah dari kaum musyrik Quraisy kepada kedua
utusan itu. Sejak saat itulah, kaum Muslim tinggal di Habasyah dengan tenang dan tenteram.
Sementara itu, kedua utusan Quraisy itu kembali ke Makkah dengan tangan hampa. Setelah beberapa
waktu tinggal di Habasyah, sampailah kepada mereka berita tentang masuk Islamnya penduduk
Makkah. Mendengar berita ini, mereka segera kembali ke Makkah hingga ketika sudah hampir masuk
kota Makkah, mereka baru mengetahui bahwa berita tersebut tidak benar. Karena itu, tidak seorang
pun dari mereka yang masuk Makkah kecuali dengan perlindungan atau dengan sembunyi-sembunyi.
Mereka seluruhnya berjumlah tiga puluh orang. Di antara mereka yang masuk Makkah dengan
“perlindungan” ialah Utsman bin Mazh’un, ia masuk jaminan perlindungan dari al-Walid ibnul
Mughirah, dan Abu Salamah dengan jaminan perlindungan Abu Thalib.

Berikut beberapa ibrah dari cerita tersebut


1. berpegang teguh dengan agama dan menegakkan sendi-sendinya merupakan landasan dan
sumber bagi setiap kekuatan, juga merupakan pagar untuk melindungi setiap hak, baik berupa
harta, tanah, kebebasan, maupun kehormatan.
2. menunjukkan adanya titik persamaan antara prinsip Nabi Muhammad saw. dan Nabi ‘Isa as .
Hal ini membuktikan kepada kita bahwa semua Nabi membawa aqidah yang sama.
3. kaum Muslimin boleh meminta “perlindungan” kepada non-Muslim, baik dari Ahli Kitab atau
dari orang musyrik,
15
Utusan Pertama Menemui Rasulullah

Saat Rasullah SAW dan sahabatnya dihina kaum mekkah dan kaum Nasrani Habsyah yang datang
kepada Rasulah SAW berjumlah 30 orang bersama Ja’far bin Abu Thalib. Untunuk belajar agama
setelah mengenal islam lebih dalam mereka lalu beriman.
Abu Jahal mendatangi mereka setelah mendengar kabar tersebut dan menghina mereka berkata “
Kami belum pernah melihat utusan paling bodoh kecuali kamu! Kamu diutus oleh kaummu untuk
menyelidiki orang ini, tetapi belum sempat kamu duduk dengan tenang dihadapannya,kamu sudah
melepas agamamu dan membernarkan apa yang diucapkannya.” Mereka menjawab “ Semoga
keselamatan atasmu. Kami tidak mau bertindak bodoh seperti kamu. Biarlah kami mengikuti
pendirian kamu. Kami tidak ingin kehilangan kesempatan yang baik ini.”

BERHUBUNGAN DENGAN ITU ALLAHMENURUNKAN FIRMAN NYA YANG ARTINYA:


Orang – orang yang telah kami datangkan kepada mereka Al Kitab sebelum Al – Quran,mereka
beriman (pula) dengan Al – Quran itu. Dan apabila dibacakan (Al – Quran itu),kepada mereka,mereka
berkata”kami beriman kepadanya,sesungguhnya :Al Quran itu adalah suatau kebenaran dari tuhan
kami, sesungguhnya sebelumnya kami adalah orang – orang yang membenarkan(nya). Mereka itu
diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan.
Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat,mereka berpaling daripadanya dan
berkata “ Bagi kami amal –amal kami dan nagimu amal – amalmu,kesejahteraan atad dirimu,kami
tidak ingin bergyak dengan orang-orang jahil.” (Al-Qashash : 52-55)

BEBERAPA IBRAH
1. Kedatangan utusan itu untuk belajar agama islam kemekkah menemui Rasullah SAW dan
pengikutnya disaat mereka sedang disiksa dan dicemooh membuktikan kita tidak boleh putus asa.
Dakwah islam mereka tidak akan mampu dihancurkan atau dihalangi walau mengalami banyak
cobaan. Seperti Abu Jahal seolah tidak tahu tentang hakikat itu membuatnya mencomooh dan
menyiksa kepada kaum muslim. Namun dia dan orang – orang lain tidak akan mampu
mengahalanginya tersebarnya dakwah islam.
2. Apa keimanan utusan tersebut dari keimanan orang yang keluar dari kegelapan dari cahaya?
Sebenarnya mereka adalah (menurut istilah para perawi sirah) para penganut injil yang beriman dan
mengikuti pentunjuknya. Diperintah agar mengikuti Rasul yang dakwah setelah Nabi Isa a.s dan
mereka mengimani Nabi Muhambbad SAW. Dan demikian ini bukan perpindahan agama melainkan
kelanjuttan dari hakikat keimanan kepada Isa a.s dan ajarannya.
16
Ammul Huzni
Amull huzni adalah tahun duka cita bagi Rasulullah SAW. ini terjadi di tahun ke sepuluh
kenabiannya, di mana istrinya yang bernama Khadijah binti Khuwailid wafat, kemudia disusul
wafatnya paman Rasulullah yang bernama Abu Thalib. Hal ini membuat jiwa Rasulullah saw begitu
sedih karena mereka berdua adalah orang-orang yang begitu Rasulullah cintai. Dua orang tersebut
memiliki peran yang begitu besar dalam usaha dakwah Rasulullah sehingga Rasulullah merasa sangat
kehilangan. Di tahun kesedihan itu sangat berat bagi Rasulullah dalam melanjutkan dakwahnya.
Lalu Allah menghibur nabi dengan dua kejadian besar. Yang pertama adalah masuknya jin dari daerah
nusaibin, dan yang kedua adalah peristiwa Isra mi’raj.
17
Hijrah Rasulullah

Setelah berdakwah kepada kaum quraisy di mekkah, nabi Muhammad SAW banyak mendapatkan
tentangan siksaan dan penderitaan. Bahkan beliau diusir agar keluar dari mekkah. Kemudian
rasulullah hijrah ke thaif untuk menyebarkan ajaran islam.
Beliau mencoba berbicara kepada pemuka pemuka bani tsaqif tentang islam dan mengajak mereka
supaya beriman kepada allah. Namun, mereka menolak ajarn itudan mencaci maki rasulullah bahkan
stelah rasulullah meninggalkan thaif, mereka menyuruh para budak agar mencerca dan melempari
rasulullah dengan batu, sehingga kaki rasulullah cidera. Zaid bin Haritsah yang berusaha melindungi
rasulullah hingga terluka kepalanya.

Hingga akhirnya rasulullah sampai pada sebuah kebun milik Uqbah bin Rabiah. Para budak yang
mengejar rasulullah baru berhenti dan kembali. Dibawah naungan pohon anggur rasulullah berdoa
kepada allah atas pengaduan beliau. Tanpa disadari, 2 anak laki laki rabiah sedari tadi memperhatikan
rasulullah. Mereka merasa iba, kemudian memerintahkan pelayannya yang bernama Addas untuk
memberi anggur kapada rasulullah. Kepada addas, rasulullah mengabarkan bahwa dirinya adalah
seorang nabi. Addas pun langsung berlutut serta mencium kepala, kedua tangan, dan kaki rasulullah
Diriwayatkan oleh ibnu ishaq, setelah itu rasulullah meninggalkan thaif dan kembali ke mekkah.
Ketika sampai di nikhlah, rasulullah melaksanakan shalat malam. Pada saat itu serombongan jin
mendengar baccan rasulullah. Mereka terkesima dengan keindahan bacaan itu. Setelah rasulullah
selesai shalat, mereka bergegas kembali ke kaumnya dan memerintahkan supaya beriman.
Dari serangkaian perjalanan hijrah rsulullah ke thaif dapat dipetik beberapa ibrah atau pelajaran di
antaranya,
1. Rasulullah menghadapi berbagai penganiayaan selama berdakwah dengan penuh ridha, ikhlas
dan sabar. Pengaduan beliau atas penderitaannya merupakan ibadah, perbuatan taqarrub dan
taat. Yaitu dengan merendahkan diri di hadapan allah. Melalui dua sikap di atas, rasulullah
mengajarkan tentang kewajiban ubudiyah dan konsekuensi nya kepada kita.
2. Dalam peristiwa hijrah ke thaif, dengan segala penderitaan yang dijumpai rasulullah, beliau
mendapatkan penawar dari allah. Penawar itu tercermin dari seorang lelaki Nasrani, Addas,
yang datang memeluk dan mencium rasulullah serta menyatakan keislamannya.
3. Sikap zaid bin haritsah yang melindungi rasulullah dari lemparan batu orang orang bani tsaqif
merupakan contoh bagi setiap muslim agar melindungi pemimpin dakwahnya bahkan jika
harus mengorbankan dirinya.
4. Setelah penyiksaan dan penganiayaan yang dialami rasulullah di thaif maupun di mekkah,
tidak merubah pendirian rasulullah terhadap allah. Beliau sabar menghadapi semuanya karena
semata mata menjalankan perintah allah.

Inti pelajarannya yaitu: semua penderitan dan rintangan ayang ada di jalan dakwah islam tidak boleh
mrnghalangi atau menghentikan perjuangan kita, Selama kita berjalan di atas petunjuk keimanan
kepada allah. Selama allah yang memerintahkan, allah pasti akan menjadi penolong dan pembela.
18
Mukjizar Isra Mi raj

Analisis Ilmiah Mahajiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah saw

Isra’ adalah perjalanan Nabi saw. dari Masjid haram di Makkah ke Masjid Aqsha di al-Quds.

Mi’raj ialah kenaikan Rasulullah saw. menembus langit tertinggi sampai batas yang tidak dapat
dijangkau oleh ilmu semua makhluk, malaikat, manusia, dan jin. Semua itu ditempuh dalam semalam.

Jumhur ulama sepakat bahwa perjalanan ini dilakukan Rasulullah saw. dengan jasad dan ruh. Karena
itu, ia merupakan salah satu mukjizatnya yang mengagumkan yang dikarunikan Allah kepadanya.

Kisah perjalanan ini disebutkan oleh Bukhari dan Muslim secara lengkap di dalam shahihnya.
Disebutkan bahwa dalam perjalanan ini, Rasulullah saw. mengendarai buraq, yakni satu jenis binatang
yang lebih besar sedikit dari keledai dan lebih kecil sedikit dari unta. Binatang ini berjalan dengan
langkah sejauh mata memandang.Disebutkan pula bahwa Nabi saw. memasuki masjidil Aqsha lalu
shalat dua rakaat di dalamnya. Jibril kemudian datang kepadanya seraya membawa segelas khamr dan
segelas susu. Nabi saw. lalu memilih susu. Setelah itu Jibril berkomentar: “Engkau telah memilih
fitrah.”

Dalam perjalanan ini Rasulullah saw. naik ke langit pertama, kedua, ketiga dan seterusnya sampai di
sidratul muntaha. Di sinilah kemudian Allah mewahyukan kepadanya apa yang telah diwahyukan,
diantaranya kewajiban shalat lima waktu atas kaum Muslim, dimana pada awalnya sebanyak lima
puluh kali sehari semalam.
Keesokan harinya Rasulullah saw. menyampaikan apa yang disaksikannya kepada penduduk Makkah.
Akan tetapi oleh kaum musyrik, berita ini ditertawakan dan didustakan.
ini oleh kaum musyrikin disampaikan kepada Abu Bakar dengan harapan dia akan menolaknya.
Ternyata Abu Bakar menjawab: “Jika benar Muhammad yang mengatakannya, dia telah berkata benar
dan sungguh aku akan membenarkannya lebih dari itu.”Kedudukan mukjizat Isra’ dan Mi’raj di antara
peristiwa-peristiwa yang dialami Rasulullah saw. pada waktu itu. Rasulullah saw. telah merasakan
berbagai penyiksaan dan gangguan yang dilancarkan kaum Quraisy kepadanya. Kemudian setelah itu
datanglah “undangan” Isra dan Mi’raj sebagai penghormatan dari Allah dan penyegaran semangat dan
ketabahannya.Makna yang terkandung dalam perjalanan Isra’ ke Baitul Maqdis. Berlangsungnya
perjalanan Isra’ ke Baitul Maqdis dan mi’raj ke langit tujuh dalam rentang waktu yang hampir
bersamaan, menunjukkan betapa tinggi dan mulia kedudukan Baitul Maqdis di sisi Allah.
Pilihan Nabi saw. terhadap minuman susu, ketika Jibril menawarkan dua jenis minuman, susu dan
khamr, merupakan isyarat secara simbolik bahwa Islam adalah agama fitrah yakni agama yang aqidah
dan seluruh hukumnya sesuai dengan tuntutan fitrah manusia.

Ketika membahas kisah Isra’ dan Mi’raj, hati-hatilah dan jauhkanlah diri anda dari apa yang disebut
“Mi’raj Ibnu ‘Abbas”. Buku ini berisi kumpulan cerita palsu yang tidak memiliki sandaran kebenaran
sama sekali. Penulisnya telah berdusta besar atas nama Ibnu ‘Abbas. Setiap orang yang terpelajar dan
berakal sehat pasti mengetahui bahwa Ibnu ‘Abbas ra. bebas dari segala kedustaan yang ada di dalam
buku itu.
19
Nabi Mendatangi Kabilah Kabilah dari Permulaan Kaum
Anshar Menganut Islam

Pada setiap haji Nabi SAW mendatangi kabilah – kabilah yang datang ke baitul-haram,membacakan
kitab Allah kepada mereka dan mengajak untuk mengtauhidkan Allah. Tetapi tidak seorangpun yang
menyambut ajakannya
Ibnu Sa’d di dalam Thabaqatnya berkata: “Pada setiap musim haji Rasullah SAW mendatangi dan
mengikuti orang – orang sedang menunaikan sampai ke rumah – rumah mereka dan dipasar – pasar
‘Ukzh, Majinnah dan Dzi’l-Majaz.”
Beliau mengajak mereka agar bersedia membelanya sehingga ia dapat menyampaikan risallah Allah,
dengan imbalan surga bagi mereka. Tetapi Rasulla tidak mendapat seorangpun yang membelanya.

Setiap kali Rasullah SAW berseru kepada mereka :


“Wahai manusia! Ucapkanlah La Ilaha Illallah, niscaya kalian beruntung. Dengan kalimat ini kalian
akan menguasai bangsa arab dan orang - orang Ajam. Jika kalian beriman,maka kalian akan menjadi
raja di surga.”
Ibnu Ishaq meriwanyatkan dari Az- Zuhri bahwa Nabi SAW datang kepada Bani Amir bin
Sha’sha’ah,lalu mengajak mereka kepada Allah dan menawarkan agama islam kepada mereka.
Kemudian salah seorang dari mereka. Bahira bin Firaz berkata,” Demi Allah kalau aku mengambil
anak muda ini dari Quraisy pasti orang – orang arab akan membunuhnya.” Selanjutnya dia bertanya,
“Bagaimana jika kami berbaiyat kepadamu,kemudian Allah memenangkan kamu atas musuhmu,
apakah kami akan mendapatkan kedudukan (kekuasaan) sesudahmu ?”. Jawab Nabi SAW,”
Sesungguhnya urusan kekuasaan itu kepada siapa yang di kehendakiNya.” Bahira bin Firaz,” Apakah
engkau akan menyerahkan leher – leher kami kepada orang – orang arab demi membelamu,tetapi
setelah Allah memenangkanmu,kekuasaan itu diserahkan kepada selain kami? Kami tidak ada urusan
dengamu.”

Pada tahun kesebelas dari kenabian,Rasullah mendatangi kabillah sebagaimana dilakukan setiap
tahun. Ketika berada di ‘Aqabah (suatu tempat antara Mina dan Mekkah, tempat melempar jumrah)
Nabi SAW bertemu dengan sekelompok orang dari kabillah Kharazj.” Beliau bertanya lagi,” Apakah
kalian dari orang – orang yang bersahabat dengan orang – orang Yahudi?” Merka menjawab,” Ya
benar.” Nabi SAW bertanya ,” Apakah kalian bersedia duduk bersama kami untuk bercakap –
cakap?” jawab mereka ,” Baik.” Lalu mereka duduk bersam beliau. Beliau mengajak mereka supaya
beriman kepada Allah, menawarkan islam kepada merek, kemudian membcakan beberpa ayat suci Al-
Quran

Diantara hal yang telah mengkondisikan hati mereka untuk menerima islam ialah keberadaan orang –
orang yahudi di neger mereka. Sedangkan orang – orang yahudi dikenal sebagai ahli agama dan ilmu
pengetahuan.
Jika terjadi pertengkaran atau peperangan antara mereka dan orang – orang yahudi, maka kaum
yaududi berkata kepada mereka,” Sesungguhnya searang telah tiba saatnya akan dibangkitkan seorang
Nabi. Kami akan mengikutinya, dan bersamanya kami akan memerangi kalian, Sebagaimana
pemembunuhan ‘Aad dan Iram.”
Setalah Rasullah berbicara kepada mereka, dan mengajak mereka untuk menganut islam, mereka
berakata seraya saling berpadangan,” Demi Allah, ketahuilah bahwa dia adalah nabi yang dijajikan
oleh orang – orang yahudi kepadamu. Jangan sampai mereka mendahului kamu.”

Akhirnya mereka bersedia menganut islam dan berkata,” Kami tinggalkan kabillah kami yang selalu
bermusuhan satu sama lain.Tidak ada kabillah yang saling begitu hebat seperti mereka, masing –
masing berusaha menghancurkan lawannya. Mudah –mudahan bersama anda,Allah akan
mempersatukan mereka lagi. Kami akan mendatangi mereka dan mengajak mereka supaya taat
kepada anda. Kepada mereka kami akan tawarkan pula agama yang telah kami terima dari anda.
Apabila Allah berkenan mempersatukan mereka dibawah pimpinan anda,maka tidak ada orang yang
lian yang lebih mulia daripada anda.” Kemudian mereka pulang dan berjanji kepada Rasullah akan
bertemu lagi pada musim haji mendatang.
20
Bai’a Aqabah Pertama
Bai'at 'Aqabah I (621 M) adalah perjanjian Nabi Muhammad SAW dengan 12 orang dari Yatsrib
yang kemudian mereka memeluk islam.

Bai'at aqabah pertama disebut juga sebagai bai'at wanita karena tidak melibatkan peperangan kecuali
yang terjadi pada pikiran setiap orang setelah dilakukan pembinaan akidah dan pikiran.

Ada beberapa poin kesepakatan dalam perjanjian Aqabah ini yaitu:


1. Menyatakan kesetiaan kepada Nabi Muhammad SAW
2. Menyatakan rela mengorbankan harta dan jiwa
3. Menyatakan kesediaan untuk menyebarkan agama Islam yang dianut
4. Menyatakan tidak akan menyekutukan Allah SWT
5. Menyatakan tidak akan membunuh
6. Menyatakan tidak akan melakukan perbuatan curang dan dusta.

Setelah Nabi Muhammad SAW membuat strategi pengembangan Islam di Yatsrib, Nabi mengirim
Mus’ab bin Umair untuk bergabung dengan rombongan yang pulang ke Yatsrib. Tugasnya untuk
membantu penduduk Yatsrib yang telah menyatakan keislamannya untuk menyebarkan ajaran Islam
disana. Dan Mush’ab kemudian menjadi guru mengaji di Madinah.
21
Bai’at Aqabah Kedua
Baiat Aqabah 2 (622 M) ialah perjanjian yang dilakukan oleh Muhammad terhadap 73 orang lelaki
dan 2 orang wanita dari Yathrib. Wanita itu adalah Nusaibah bintu Ka’ab dan Asma’ binti ‘Amr bin
‘Adiy. Perjanjian ini terjadi pada tahun ketiga belas kenabian. Mush’ab bin ‘Umair kembali ikut
bersamanya beserta dengan penduduk Yatsrib yang sudah terlebih dahulu masuk Islam.
Mereka menjumpai Muhammad di Aqabah pada suatu malam. Bani Muhammad datang bersama bapa
saudaranya Abbas bin Abdul Muttalib. Ketika itu Abbas masih musyrik, hanya saja dia ingin meminta
jaminan keamanan bagi Muhammad, kepada orang-orang Yatsrib itu. Ketika itu Abbas adalah orang
pertama berbicara kemudian disusuli oleh Muhammad yang membacakan beberapa ayat al-Quran dan
menyerukan tentang Islam.
Kemudian orang-orang Yatsrib itu membaiat Muhammad. Isi baiatnya adalah:
• Untuk mendengar dan taat, baik dalam perkara yang mereka sukai maupun yang mereka benci.
• Untuk berinfak baik dalam keadaan sempit maupun lapang.
• Untuk beramar makruf nahi munkar.
• Agar mereka tidak terpengaruh celaan orang-orang yang mencela di jalan Allah.
• Agar mereka melindungi Muhammad sebagaimana mereka melindungi wanita-wanita dan anak-
anak mereka sendiri.

Setelah baiat itu, Muhammad kembali ke Makkah untuk meneruskan dakwah. Kemudian ia
mendapatkan gangguan dari kaum musyrikin kepada kaum muslimin yang dirasa semakin keras.
Maka Muhammad memberikan perintah kepada kaum muslimin untuk berhijrah ke Yatsrib, baik
secara sendiri-sendiri, mahupun berkelompok. Mereka berhijrah dengan sembunyi-sembunyi,
sehingga kaum musyrikin tidak mengetahui kepindahan mereka.
22
Rasulullah Mengizinkan Para Sahabat Hijrah ke Madinah
Rasulullah SAW senang karena banyak pengikutnya yang berjumlah 70 orang yang mempunyai
keahliah dalam bidang persenjataan,peperangan, dan pembelaan yang dapat dijadikan sebagai benteng
pertahanan. Tetapi karena banyaknya penyiksaan yang semakin gencar maka Rasulullah SAW
mengizinkan para pengikut dan sahabat-Nya untuk pindah ke Yatsrib.

Para sahabat berangkat hijrah ke Madinah secara sembunyi-sembunyi. Sahabat yang pertama kali
sampai diMadinah yaitu Abu Salamah bin Abdul Asad dilanjutkan oleh Amir bin Rab'ah bersama
istrinya lalu Laila bin Abi Hasyam ialah wanita yang pertama kali datang ke Madinah.

Tidak seorangpun sahabat Rasulullah SAW berani hijrah terang-terangan kecuali Umar bin Khattab.
Saat akan berhijrah beliau membawa pedang,panah,busur, dan tongkat menuju Ka'bah sambil
disaksikan oleh tokoh Quraisy. Kemuadian secara berangsur-angsur kaum muslimin hijrah ke
Madinah.

Dari persyaratan hijrah diambil 2 hukum yaitu:


1. Wajib hijrah dari Darul Harbi ke Darul Islam. Darul Harbi adalah tempat dimana orang orang
muslim tidak dapat melakukan syai syai islam seperti sholat berjamaah, puasa,adzan, dan
hukum-hukum islam lainnya.
2. . Sesama kaum muslimin harus saling tolong menolong walaupun berlainan negara.
23
Hijrah Rasulullah Ke Madinah
Diawal ketika abu bakar melihat banyak orang mukmin yang sudah hijrah ke Madinah. Beliau
menginginkan hal yang sama. Kemudian beliau meminta izin kepada Rasulullah dan Rasulullah
meminta Abu Bakar untuk menunda keberamgkatannya. Hal ini dikarenakan Rasulullah ingin hijrah
pula, tetapi beliau menunggu izin dari Allah SWT. Kaum Quraisy yang mengetahui hal ini khawatir
bilamana Rasulullah akan hijrah untuk menghimpun kekuatan melawan mereka. Kemudian mereka
mengadakan pertemuan di Darun Dadwah membahas apa yang harus dilakukan terhadap Rasulullah.
Mereka kemudian sepakat bahwa tiap tiap pemuda terkuat dari kabilah Quraisy diberi pedang dan
bersama-sama membunuh Rasulullah. Suatu waktu, Jibril datang kepada Rasul dan memerintahkan
beliau untuk hijrah dan beliau dilarang tidur di tempat tidur malam itu.

DirumahAbu Bakar, tiba tiba ada seorang pemuda yang mengatakan bahwa Rasul datang. Abu Bakar
berpikir bahwa jika Rasul datang pada saat seperti ini itu artinya ada sesuatu yang penting. Kemudian
Rasul berkata bahwa Allah telah mengizinkannya hijrah. Mendengar hal itu, Abu Bakar dibantu Asma
mempersiapkan segala keperluan untuk hijrah. Disamping itu, Rasul menemui Ali untuk menunda
keberangkatannya sampai seluruh barang titipan orang orang Mekkah dikembalikan. Kepada Amir bin
Fahirah, Rasul meminta untuk mengembalikan kambingnya dan digiring ke goa untuk diperah susunya
sekaligus menghapus jejak. Sedangkan Asma ditugasi untuk membawakan makanan setiap sore.Di
malam hijrah, orang musyrik menunggu di pintu, mengintai hendak membunuh Rasulullah. Namun saat
Rasul dan rombongan lewat, Allah mendatangkan kantuk kepada mereka sehingga tidak satupun dari
mereka yang melihat rombongan Rasulullah.

BerangkatlahRasul ke goa Tsur dan menginap selama 3 hari. Kaum musyrik yang mengetahui hijrah
Rasul mencari mereka ke segala penjuru. Namun, saat mereka mendekati goa tsur Allah palingkan
pandangan mereka sehingga tidak ada yang melihat Rasul dan Abu. Hingga datanglah Abdullah bin
Uraiqith pemandu jalan rahasia ke Madinah, berangkatlah Rasul dan Abu menyusuri pantai.
KaumQuraisy mengumumkan siapa saja yang dapat menangkap Rasul akan diberi imbalan besar. Suatu
hari kaum Bani Mudjil mengadakan pertemuan dimana salah satu dari mereka adalah Suraqah bin
Jatsam. Ada seorang yang datang dan mengatakan bahwa ia melihat bayangan Rasul dan rombongan di
pantai. Suraqah menepis berita itu. Namun, justru ia sendiri yang mendatangi pantai dan menemukan
Rasulullah. Ia mendekati dan berusaha melukai Rasul tapi justru ia tersungkur jatuh. Begitu terus berkali
kali sampai ia meminta tolong. Rasul mendatangi dan menolong Suraqah. Suraqah meminta maaf dan
menawarkan perbekalan tapi Rasul hanya meminta bahwa jangan sampai pertemuan ini diketahui orang
orang. Begitulah kisah Suraqah, dipagi hari ia menggebu gebu hendak membunuh Rasul tapi sore hari
ia berbalik melindungi Rasul.

Sesampainya di Quba, Rasul disambut gembira oleh penduduk dan tinggal di rumah Kaltsum bin Hidam.
Disini, Ali menyusul Rasulullah. Rasul kemudian mendirikan Masjid Quba.
Rasulmelanjutkan perjalanan ke Madinah. Disini, Rasul disambut meriah oleh kaum Anshar. Kemudian
unta Rasul berjalan melewati lorong lorong Madinah sehingga sampai pada sebidang tanah didepan
rumah Abu Ayyub. Rasul berkata "Disinilah tempatnya, insyaa Allah." Abu Ayyub menyambut Rasul
dengan senang begitu pula dengan gadis gadis Bani Nadjar. Mereka begitu mencintai Rasulullah dan
Allah mengetahui bahwa Rasul mencintai mereka pula.
24
Asas Pertama : Asas Masyarakat Baru
ASAS PERTAMA
Asas pertama ini mengenai pembinaan masjid terdapat beberapa ibrah :
1. Urgensi masjid di dalam masyarakat dan negara islam
2. Hukum perlakuan terhadap anak kecil dan anak yatim yang belum dewasa
3. Hukum memugar masjid, mengiasi, dan mengukir dindingnya.
Pembinaan Masjid
Pembangunan masjid yang dilakukan Rasulullah SAW dibangun menggunakan batu bata. Kiblat masjid
menghadap Baitul Maqdis, tiang dan atap terbuat dari daun dan pelepah kurma, adapun lantai masjid
diuruk dengan kerikil.
Masjid yang dibangun Rasulullah SAW dengan bentuknya yang asli tanpa penambahan atau pemugaran
bertahan sampai akhir masa Khalifah Abu Bakar dan pada masa Khalifah Umar ra mengalami sedikit
perbaikan tapi bangunannya tetap seperti sediakala pada masa Khalifah Utsman ra terjadi banyak
penambahan dan perluasan.
Dari pembinaan masjid terdapat beberapa ibrah atau pelajaran penting bagi kita:
• Urgensi masjid di dalam masyarakat dan negara islam
Sebagai langkah awal untuk menegakkan masyarakat islam yang kokoh dan terpadu
Rasulullah membangun masjid. Karena, masyarakat muslim tidak akan terbentuk secara kokoh
dan rapi kecuali dengan adanya komitmen terhadap sistem, aqidah, dan tatanan islam. Demi
mewujudkan semua nilai ini dalam masyarakat muslim dan negara mereka yang baru maka
Rasulullah SAW mendirikan masjid sebelum melakukan yang lainnya.
• Hukum perlakuan terhadap anak kecil dan anak yatim yang belum dewasa
Sebagian fuqaha dari madzhab Hanafiah, hadits ini sebagai dalil yang keabsahan tindakan yang
diambil oleh anak-anak yang belum dewasa/ baligh.
Argumentasinya, Rasulullah SAW membeli kebun dari 2 anak yatim setelah tawar menawar,
sandainya tindakan kedua anak itu tidak sah tentu Nabi SAW tidak akan membeli kebun
tersebut. Dari hadits pembelian kebun dapat dibantah dengan 2 hal: pertama, dalam riwayat
Ibnu Uyainah disebutkan bahwa Nabi SAW telah membicarakan masalah tersebut dengan
paman kedua anak yatim itu, jadi kebun dibeli dengan perantara sang paman yang menjadi
penanggungjawab kedua anak tersebut dengan hal ini pendapat Hanafiah tidak dapat diterima.
Kedua, Nabi SAW memiliki walayah (perwalian/otoritas) khusus dalam urusan seperti itu.
• Hukum memugar masjid, menghias, dan mengukir dindingnyaBerkaitan dengan masalah
ukiran dan hiasan masjid para ulama umumya memakruhkan. Namun demikian, semua sepakat
mengharamkan penggunaan harta wakaf untuk keperluan menghias dan mengukir masjid.
Sedangkan, jika uang yang dipakai berasal dari pembangunan masjid itu sendiri ternyata hal
ini masih diselisihkan.
25
Asas Kedua: Ukhuwah Sesama Kaum Muslimin

Rasulullah saw kemudian mempersaudarakan para sahabatnya dari kaum Muhajirin dan Anshar atas
dasar kebenaran dan rasa persamaan. Mereka bahkan dipersaudarakan untuk mewarisi sepeninggal
mereka sehingga pengaruh ukhuwah Islamiyah lebih kuat dan membekas daripada pengaruh ikatan
darah (keluarga/ kekerabatan).

Ukhuwah ini juga didasarkan pada prinsip-prinsip material, di antaranya ialah ditetapkannya prinsip
saling mewarisi sesama mereka. Ikatan-ikatan persaudaraan ini tetap didahulukan daripada hak-hak
kekeluargaan sampai terjadi Perang Badar Kubra ketika itu diturunkan Surat Al Anfal ayat 75, Ayat ini
menghapuskan hukum yang berlaku sebelumnya sehingga turunnya ayat ini terhapuslah pengaruh
Ukhuwwah Islamiyah dalam hal waris-mewarisi. Setelah itu, setiap orang kembali kepada nasab
kerabatnya masing-masing. Dan abadilah persaudaraan sesama kaum Muslimin.
Ukhuwah Islamiyah seharusnya dimaknai sebagai persaudaraan yang berdasarkan dengan nilai-nilai
Islam. Ukhuwah Islamiyah tidak sekedar persaudaraan dengan sesama orang Islam saja, tetapi juga
persaudaraan dengan setiap manusia meskipun berbeda keyakinan dan agama, asalkan dilandasi dengan
nilai-nilai keislaman, seperti saling mengingatkan, saling menghormati, dan saling menghargai.
Rasulullah saw, mempersaudarakan para sahabatnya dari kaum Muhajirin dan Anshar atas dasar
kebenaran dan rasa persamaan.
Urgensi (Hal yang sangat penting) asas ini akan tampak dalam beberapa aspek berikut

Pertama, Negara manapun tidak akan berdiri dan tegak tanpa adanya kesatuan dan dukungan
ummatnya.Sedangkan kesatuan dan dukungan tidak akan lahir tanpa adanya saling bersaudara dan
mencintai. Rasulullah saw menjadikan Aqidah Islamiyah yang bersumber dari Allah swt, sebagai asas
persaudaraan yang menghimpun hati para sahabatnya
Kedua, Tegaknya prinsip saling tolong menolong, dan mendukung sesama anggota masyarakat tersebut
dalam segala aspek kehidupan. Jika prinsip saling tolong menolong dan mendukung ini dilaksanakan
sesuai prinsip keadilan dan persamaan , maka itulah masyarakat yang adil dan sejahtera.
Faktor apakah yang dapat menjamin penerapan keadilan ini secara baik
Sesungguhnya jaminan alamiah bagi terlaksananya keadilan tersebut hanyalah terdapat pada
persaudaraan dan kasih sayang yang sebenarnya. Setelah itu baru menyusul jaminan kekuasaan dan
undang-undang. Untuk semua hukum dan undang-undang syariat ini terbentuk berdasarkan pada basis
pertama yaitu Ukhuwwah Islamiyah. Karena itulah Rasulullah saw menjadikan persaudaraan antara
Muhajirin dan Anshar sebagai asas bagi prinsip-prinsip keadilan sosial yang telah terbuktikan sebagai
sistem sosial yang paling baik di dunia

Ketiga, Nilai yang menyertai Syiar Persaudaraan. Persaudaraan yang ditegakkan Rasulullah saw , di
antara para sahabatnya. Bukan sekedar syiar yang diucapkan, tetapi merupakan kenyataan yang terlihat
dalam realitas kehidupan dan menyangkut segala bentuk hubungan yang berlangsung antara Muhajirin
dan Anshar. Karena itu Rasulullah saw menjadikan Ukhuwwah ini sebagai tanggung jawab yang harus
dilaksanakan secara bersama.
26
Asas Ketiga : Perjanjian antara kaum muslimin dengan orang
orang diluar Islam

Asas ini merupakan pekerjaan terpenting yang dilakukan Nabi saw sehubungan dengan nilai perundang-
undangan bagi negara baru di Madinah. Kemudian Nabi saw menulis sebuah Piagam Perjanjian antara
kaum Muhajirin dan kaum Anshar dengan Yahudi. Dalam perjanjian ini ditegaskan secara gamblang
mengenai penetapan kebebasan beragama dan hak pemilikan harta benda mereka, serta syarat-syarat
lain yang saling mengikat kedua belah pihak. Beberapa bagian dari naskah perjanjian sebagaimana
tertera dalam naskah perjanjian Rasulullah saw. Isi Piagam perjanjian itu ialah :

1. Kaum Muslimin , baik yang berasal dari Quraisy , dari Madinah maupun dari Kabilah lain yang
bergabung dengan berjuang bersama-sama , semuanya itu adalah satu ummat.
2. Semua kaum Mukminin dari kabilah mana saja, harus membayar diyat (denda) orang yang terbunuh
di antara mereka dan menebus tawanan mereka sendiri.
3. Kaum mukminin tidak boleh membiarkan orang yang tidak mampu membayar denda, tetapi dibantu
membayar.
4. Kaum Mukminin yang bertakwa akan bertindak terhadap orang dari keluarganya sendiri yang berbuat
kezhaliman, kejahatan, permusuhan atau perusakan.
5. Seorang Mukmin tidak boleh membunuh orang Mukmin lainnya lantaran ia membunuh seorang kafir.
Seorang Mukmin tidak boleh membantu orang kafir untuk melawan Mukmin lainnya.
6. Jaminan Allah swt adalah satu : Dia melindungi orang-orang yang lemah atas orang-orang yang kuat.
7. Setiap Mukmin yang telah mengakui berlakunya perjanjian sebagaimana termaktub di dalam naskah,
jika ia benar-benar beriman kepada Allah swt, dan Hari Akhir niscaya ia tidak akan memberikan
pertolongan atau perlindungan kepada orang yang berbuat kejahatan.
8. Di saat menghadapi peperangan , orang-orang Yahudi turut memikul biaya bersama-sama kaum
Muslimin.
9. Orang-orang Yahudi tetap pada agama mereka, dan kaum Muslimin pun tetap pada agamanya sendiri,
kecuali orang yang berbuat kedhaliman dan kejahatan maka sesungguhnya dia telah membinasakan diri
dan keluarganya sendiri.
10. Orang-orang Yahudi harus memikul biayanya sendiri dan kaum Muslimin pun harus memikul biaya
sendiri dalam melaksanakan kewajiban memberikan pertolongan secara timbal balik.
11. Setiap orang dijamin keselamatannya untuk meninggalkan atau tetap tinggal di Madinah.
12. Allah swt-lah yang akan melindungi pihak yang berbuat kebajikan dan taqwa.
Perjanjian tersebut di atas mengandung beberapa pelajaran penting berkaitan dengan hukum-hukum
pemerintahan bagi masyarakat Islam.
1. Perjanjian ini telah memuat semua masalah yang dibahas oleh dustur modern manapun yang
meletakkan garis besar haluan negara baik menyangkut masalah dalam ataupun luar negeri. Merupakan
bukti nyata bahwa masyarakat Islam sejak awal pertumbuhannya- tegak berdasarkan asas perundang-
undangan yang sempurna. Juga menjadi bukti bahwa Negara Islam sejak awal berdirinya telah ditopang
oleh perangkat perundang-undangan dan manajemen yang diperlukan setiap negara manapun.
2. Perjanjian tersebut menunjukkan keadilan perilaku Nabi saw terhadap orang-orang Yahudi.
Perjanjian damai yang adil antara kaum Muslimin dengan Yahudi ini semestinya membuahkan hasil
yang konkret seandainya tidak dirusak oelh tabiat kaum Yahudi yang suka menipu dan berkhianat.
3. Perjanjian tersebut menunjukkan kepada beberapa hukum yang sangat penting dalam
syariat Islam.
27
Perang Badaq Qurba

Perang Badar Qubra merupakan Salah satu perang terbesar yang pernah diikuti oleh Nabi Muhammad
saw. Pertempuran ini menhawali serangkaian peperangan besar umat Islam melawan kaum kafir
Quraisy. Perang Badar juga dapat dikatakan perang ekonomi antara kedua belah pihak. Sebutan tersebut
diperoleh karena perang Badar adalah perang yang dilatarbelakangi oleh faktor ekonomi. Perang ini
juga terjadi dibulan Ramadhan, sehingga mempunyai nilai spiritual lebih bagi para mujahid saat itu.
Perang ini terjadi pada 17 Maret 624M atau 17 Ramadhan 2H. Pasukan kecil kaum Muslim yang
berjumlah 313 orang bertempur menghadapi pasukan Quraisy dari mekkah yang berjumlah 1000 orang.

• Latar belakang perang Badar qubra


Pada jumadil ula dan jumadil akhir 2H yang bertepatan dengan tahun 623M, Rasulullah saw
keluar memimpin 150-200 Muhajirin untuk menghadang kafilah dagang Quraisy yang hendak
pergi ke syam. Kabar yang sampai ke beliau, kafilah itu membawa harta orang-orang Quraisy
yang sebagian merupakan hasil rampasan kaum Muhajirin ketika masih di Makkah.

Ketika rombongan Rasul sampai di Dzul usyairah, rombongan Quraisy sudah melewati tempat
itu beberapa hari sebelumnya. Kafilah inilah yang kemudian dicari-cari oleh beliau
sekembalinya mereka dari Syam, yang kemudian menjadi salah satu sebab pecahnya perang
Badar kubro.

• Perjalanan menuju Badar


Pasukan Quraisy bergerak cepat ke arah utara menuju Badar, melewati jalur asfan, qudaid, dan
Al Juhfah. Di sana mereka menerima surat dari Abu Sufyan yang berisi "sesungguhnya kalian
keluar hanya untuk menyelamatkan kafilah dagang, orang-orang kalian, dan harta benda
kalian. Allah telah menyelamatkan semuanya, karena itu lebih baik kalian kembali". Namun
Abu Jahal tidak menghiraukan surat dari Abu Sufyan dan tetap melanjutkan perjalanan menuju
Badar.
Pada 16 Ramadhan 2H Rasulullah SAW memimpin pasukannya ke mata air Badar agar bisa
mendahului pasukan Quraisy. Keputusan untuk menduduki mata air merupakan siasat dan
taktik perang Rasulullah. Setibanya di sanaRasulullah menyiagakan pasukan dan beliau
berkeliling arena yang akan dijadikan ajang pertempuran. Pada malam itubeliau lebih banyak
mendirikan salat di dekat pangkal pohon yang tumbuh di sana. Sementara pasukan muslim
tidur dengan tenang. Malam itu adalah malam Jumat 17 Ramadhan 2H.
Sementara itu pasukan Quraisy menghabiskan waktunya di al-udwatul Qushwa. Pada pagi
harinya nya mereka turun dari atas bukit pasir dengan seluruh pasukan hingga tiba di lembah
Badar. Akhirnya 2 pasukan itu saling berhadapan satu sama lain.

• Pecahnya pertempuran
Setelah kedua pasukan saling berhadapan, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda "ya
Allah, orang-orang Quraisy datang dengan kecongkakkan dan kesombongan mereka.
Memusuhi-Mu dan mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, Aku mengharapkanan pertolongan-Mu.
Seperti yang telah Engkau kau janjikan kepadaku. Ya Allah, binasakanlah mereka pagi ini ".
• Rasulullah saw kemudian mengatur dan meluruskan barisan kaum muslim
Setelah menata barisan beliau mengeluarkan perintah agar pasukan tidak memulai
pertempuran sebelum mendapat perintah dari nya. Pertempuran diawali dengan duel satu
lawan satu. Al Aswad bin Abdul Asad Al Makhzumi dari pasukan kaum Quraisy melawan
Hamzah bin Abdul Muthalib dari pasukan Rasulullah SAW. Al Aswad pun dikalahkan oleh
Hamzah. Dari kaum Quraisy mengandalkan 3 penunggang kuda yang handal. Namun dapat
dikalahkan oleh pasukan Rasulullah SAW. Kaum muslim bertempur hebat dengan bantuan
para malaikat.
• Akhir perang Badar
Tanda-tanda kegagalan mulai menyelimuti barisan orang-orang musyrik. ketika Abu Jahal
melihat tanda-tanda kekalahan, ia berusaha tegar dan membangun semangat mereka. Pada saat
itu Abu Jahal tampak jelas di hadapan kaum muslim. akhirnya Abu Jahal terbunuh di tangan
dua pemuda Anshar muadz bin Amr Al-jamuh dan muawwidz bin Afra'. kematiannya
sekaligus menjadi akhir dari peperangan besar tersebut. kekalahan Quraisy dalam pertempuran
Badar menyebabkan mereka bersumpah untuk membalas dendam dan hal ini terjadi sekitar
setahun kemudian dalam pertempuran Uhud.
28
Bani Qainuqa’ Pengkhianatan Pertama Kaum Yahudi

seorang wanita Arab datang membawa perhiasannya ke tempat perdagangan Yahudi Bani Qainuqa‘. Ia
mendatangi seorang tukang sepuh untuk menyepuhkan perhiasannya. Ia kemudian duduk menunggu
sampai tukang sepuh Yahudi itu menyelesaikan pekerjaannya. Tiba-tiba datanglah beberapa orang
Yahudi berkerumun mengelilinginya dan minta kepada wanita Arab itu, secara diam-diam si tukang
sepuh itu menyangkutkan ujung pakaiannya yang menutup seluruh tubuhnya pada bagian punggungnya.

Ketika wanita itu berdiri terbukalah aurat bagian belakangnya. Orang-orang Yahudi yang melihatnya
tertawa gelak-bahak. Wanita itu menjerit minta pertolongan. Mendengar teriakan itu, salah seorang dari
kaum Muslimin yang berada di perniagaan itu secara kilat menyerang tukang sepuh Yahudi dan
membunuhnya. Orang-orang Yahudi yang berada di tempat itu kemudian mengeroyoknya hingga orang
Muslim itu pun mati terbunuh. Tindakan orang-orang Yahudi yang membunuh orang Muslim itu
menyebabkan kemarahan kaum Muslimin, sehingga terjadilah peperangan antara kaum Muslimin
dengan orang-orang Yahudi Banu Qunaiqa‘. Dengan demikian, mereka adalah kaum Yahudi pertama
kali melanggar perjanjian yang diadakan di antara mereka dengan Nabi saw.
Orang-orang Yahudi Banu Qainuqa‘ itu kemudian pergi meninggalkan Madinah menuju sebuah
pedusunan bernama ‚Adzara‘at di daerah Syam. Belum berapa lama tinggla di sana, sebagian besar dari
mereka mati ditimpa bencana.

Allah SWT menurunkan firman-Nya : „Hai orang-ornag yang beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu), sebagian mereka adalah
pemimpin bagi sebagian yang lain. Siapa saja di antara kamu mengambil mereka menjadi pimpinan,
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang dzalim. Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam
hatinya (orang-orang munafiq) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani) seraya berkata :“
Kami takut akan mendapat bencana“. Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada
Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Oleh sebab itu, mereka menjadi menyesal terhadap
apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.“ QS Al-Maidah (5) : 51-52

Beberapa Ibrah.

Peristiwa ini secara keseluruhan menunjukkan watak pengkhianatan orang-orang Yahudi. Mereka tidak
pernah putus sebelum dapat mengkhianati orang-orang yang bertetangga atau bergaul dengan mereka.
Dengan menghalalkan segala cara mereka siap melaksanakan pengkhianatan. Dengan peristiwa ini
terdapat beberapa pelajaran dan prinsip di antaranya :
1. Hijab (Cadar) Wanita Muslimah.
Seperti kita ketahui bahwa biang keladi peristiwa (pengusiran Yahudi Banu Qainuqa‘) ini
berawal justru gara-gara ulah mereka sendiri, yaitu membuat onar dengan cara berusaha
memaksa untuk membuka tutup muka wanita Muslimah ketika wanita tersebut datang ke pasar
mereka untuk menyepuhkan perhiasannya. Sumber terjadinya peristiwa yang diriwayatkan oleh
Ibnu Hisyam ini tidak bertentangan dengan riwayat lain yang menyebutkan bahwa sebab
timbulnya peristiwa ini ialah kedengkian orang-orang Yahudi terhadap kemenangan kaum
Muslimin di perang Badr sehingga mereka berkata kepada Rasulullah saw :Demi Allah,
seandainya kami yang kamu hadapi dalam peperangan, niscaya kamu akanmengetahui siapa
sebenarnya kami ini ?“
2. Insiden yang timbul karena Yahudi banu Qainuqa‘
Insiden yang timbul karena Yahudi banu Qainuqa‘ ini menunjukkan kedengkian yang
terpendam selama ini di dalam hati mereka terhadap kaum Muslim.
3. Perlakuan Islam kepada Orang Munafik.
Peristiwa ini berikut pembelaan Abdullah bin Ubay kepada orang-orang Yahudi dalam bentuk
yang telah kita ketahui dengan jelas membeberkan kemunafikan orang tersebut. Dari sikapnya
itu jelaslah sudah bahwa dia adalah seorang munafik yang menyimpan kedengkian dan
kebencian kepada Islam dan kaum Muslimin.

Tetapi kendatipun demikian, Rasulullah saw tetap memperlakukannya selaku seorang Muslim.
Beliau tidak menggugat kemunafikkannya. Tidak juga memperlakukannya sebagai seorang
musyrik atau murtad atau yang berdusta dalam menganut Islam. Bahkan Rasulullah saw
meluluskan permintaan dan tuntutannya itu.
4. Memberikan Wala‘ (Kepemimpinan) kepada Non-Muslim.
Jika kita perhatikan Hukum Syariat yang dikeluarkan menyusul peristiwa ini, yaitu ayat-ayat
al-Quran yang diturunkan sebagai komentar terhadap kasus tersebut, dapatlah diketahui bahwa
seorang Muslim tidak boleh menjadikan non-Muslim sebagai Wali (pemimpin atau tempat
memberikan loyalitas), atau sebagai teman setia atau sejawat untuk melakukan kerjasama dan
menjalin tanggung jawab kewalian.
29
Perang Uhud
Terjadi pada masa Rasulullah SAW tepatnya tanggal 7 Syawal terjadi perang uhud, perang ini terjadi
karena balas dendam dari kaum Quraisy karena kekalahan nya di perang sebelumnya yaitu perang
badar, Rasulullah pergi bersama para tentaranya berjumlah 1000 pasukan namun ditengah perjalanan
300 pasukan memisahkan diri dari Rasulullah karena mendapat hasutan dari Abdullah bin Ubah bin
Salom, Abdullah bin Ubay bin Salom adalah pasukan dari Yahudi yang ingin menghasut pasukan
Rasulullah untuk memisahkan diri dari Rasulullah karena mungkin beberapa dari mereka yang imannya
belum kuat akhirnya terhasut dan memisahkan diri tidak ikut berperang, Rasulullah melanjutkan
perjalanan ke Uhud dengan sisa pasukan 700 orang sesampainya di Uhud Rasulullah membagi pasukan
menjadi 2 yaitu 50 pasukan pemanah dan 650 pasukan penyerang, Rasulullah berpesan kepada pasukan
pemanah untuk selalu berada di atas apapun yang terjadi mau menang atau kalah jangan pernah turun
bahkan ketika melihat harta benda dibawah jangan turun.

Terjadilah perang 650 pasukan muslim dapat memukul mundur pasukan Quraisy dan pasukan Quraisy
semuanya kabur, pasukan muslim mengambil harta rampasan perang sisa dari perang yang terjadi
seperti pedang, baju besi yang jika dinilai kan jumlahnya besar, pasukan pemanah yang melihat dari
atas teman temannya yang mengambil harta rampasan Penang tergoyah hatinya dan turunlah 35
pasukan pemanah untuk ikut mengambil harta, Abdullah bin Jubair sudah mengingatkan untuk tidak
turun karena Rasulullah sudah berpesan apapun yang terjadi jangan turun tetapi 35 pasukan pemanah
tersebut tidak mempedulikan mereka semua turun tersisalah 15 pasukan yang masih di atas, Abu Sofyan
yaitu pasukan dari Quraisy mengamati semua gerak gerik umat Islam pun merasa mendapat celah
diserang baliklah pasukan muslim 15 pemanah yang masih di atas di bantai diserang balik kaum muslim
dibawah yang sedang mengambil harta rampasan perang mereka yang tidak siap diserang menjadi tidak
terkendali lari lah semua pasukan muslim hingga Rasulullah terluka, berita kekalahan umat muslim pun
sudah menyebar di Madinah, karena kekalahan ini terdengar berita berita sumbang dari kaum munafi'in
yang mengembosi kaum muslim mereka bilang "coba kalau kalian ikut dengan kami kemarin kalian
tidak akan mengalami kejadian seperti ini mana ada nabi sampai kalah dalam perang terluka dalam
perang" karena ini lah Allah SWT menurunkan surat Ali Imran ayat 149 - 150 yang artinya " Wahai
orang orang yang beriman! Jika kamu mentaati orang orang kafir, niscaya mereka akan mengembalikan
kamu ke belakang menjadi orang murtad, maka kamu akan kembali menjadi orang yang rugi" jadi ayat
ini sebagai peringatan bagi umat Islam yang masih belum bisa kembali kejalan Allah masih menjadikan
kaum kafir sebagai pedoman kita dengan harapan jika kita ikut dengan mereka kita akan jaya, tidak!
Justru kita akan menjadi orang yang merugi jadi jangan pernah kita menjadikan kaum kafir sebagai
pedoman hidup kita.
30
Perang Bani Musthaliq
Adalah perang antar Nabi Muhammad SAW melawan Bani Mssthaliq. Perang ini terjadi pada tahun ke
5 H di daerah Fur’un antara Madinah dengan kota Mekah. Bani Musthaliq tinggal didekat kota Mekah.
Dan setelah islam datang, mereka seperti kaum musyrikin yang memusuhi kaum muslimin. Dalam
perang ini, kaum muslimin mengalahkan Bani Muatholiq. Point penting yang dapat kita ambil adalah
dalam perang ini adalah penghianatan dan perbuatan perpecahan yang dilakukan oleh sebagian orang
orang munafik.

KABILAH BANI MUSTHOLIQ


Kabilah Bani Mustholiq adalah sebutan sebuah suku dari khuza’ah yang bertempat tinggal di di dekat
sungai sungai muraisi disekitar Qudoid. Setelah islam datang mengingat bahwa Bani Mustholiq
memiliki hubungan dekat dengan Quraisy dan juga untuk menjaga kepentingan dagangnya. Mereka
tidak mau menerima islam. Dengan beberapa alasan, Nabi SAW pun bersikap toleran kepada mereka.

FAKTOR TERJADINYA PERANG


Perang Bani Mustholiq atau perang Muraisi terjadi pada bulan sya’ban tahun ke 5 hijriyah. Berita
sampai kepada Nabi Muhammad SAW bahwa Harits Bin Abi Dhirar, kepala suku Bani Mustholiq
menggumpulkan kaumnya dan beberapa suku Arab untuk memerangi kaum muslimin. Setelah Nabi
Muhammad SAW yakin akan kebenaran berita tersebut, beliau mengerahkan pasukan kearah mereka.
Karena lokasi perang dekat, maka jumlah orang orang munafik juga bergabung dengan pasukan Nabi
Muhammad SAW dengan niat akan mengambil rampasan perang. Terbunuhnya salah seorang spionase
Bani Mustholiq di Baq’a dekat Madinah. Atas perintah Nabi Muhammad SAW menjadi sebab paniknya
dan kaburnya sebagian mereka. Nabi SAW siap berperang dipinggir air Muraisi, diperang ini pemegang
panji Anshar adalah Sa’ad Bin Ubadah dan pemegang panji Muhajirin Abu Bakar.

HASIL PERANG
Karena perang ini dipinpin langsung oleh Nabi SAW maka Bani Mustholiq menjadi porak poranda.
Sebagian mereka terbunuh dan wanita dan anak serta harta benda mereka jatuh ketangan pasukan islam.
Seusai perang, Nabi SAW memerintahkan pasukannya untuk bersikap lembut dan kasih saying kepada
para tawanan. Juwairiyah putri Harits Bin Abi Dhirar, salah seorangtawanan diberikan kepada Tsabit
Bin Qais sebagai hamba sahaya. Juwairiyah berjanji akan memberikan uang kepadanya supaya dirinya
dibebaskan. Untuk pembebasan dirinya, juwairiyah meminta tolong kepada Nabi Muhammad SAW.
Akhirnya beliau membayar uang tersebut. Setelah itu Nabi SAW menikah dengan Juwairiyah. Setelah
pernikahan ini, kaum muslimin membebaskan semua tawanan Bani Mustholiq.

SEBAB TURUNNYA SURAT AL MUNAFIQUN


Fenomena kaum munafikin terjadi setelah selesai perang ini, Abdullah Bin Ubay dengan pikiran pikiran
busuknya membuat perpecahan diantara Muhajirin dan Anshar dan membuat marah Nabi Muhammad
SAW. Tentu dia dimaafkan karena secara zahir dia mengingkari perbuatannya. Surah AI Munafiqun
turun atas dasar sebab ini. Berita tuduhan tidak senonoh pada salah seorang istri Nabi SAW juga
menjadi /terjadi sekembalinya dari perjalanan ini.

BERITA BOHONG
Dalam perjalanan pulang kaum muslimin dari perang, Bani Mustholiq disinilah tersiar berita bohong
yang bertujuan merusak keluarga Nabi SAW. Fitnah antara Aisyah, istri Nabi dan Shafwan Bi]n
Mu’aththal yang berjalan berdua karena Aisyah Tertinggal diperjalanan dan Syafwan yang
menolongnya hingga tiba di Nahri adalah Dhahirah. Disinilah mulai tersebar fitnah tentang Aisyah.
Fitnah ini bersumber dari mulut Abdullah Bin Ubay Bin Salul.
Ujian berat yang dilancarkan oleh musuh islam terhadap Rosulullah. Itulah watak kejahatan yang
dilancarkan kaum munafik. Gangguan sangat keji dan licik, berita bohong ini benar benar merupakan
kejutan bagi Rosulullah. Ia adalah isu yang boleh dikatakan merupakan tikaman pembokong yang
paling berat kepada kehormatan dan kesucian manusia. Penyiksaan ini lebih berat pengaruhnya
ketimbang yang lainnya karena fitnah ini langsung menusuk perasaan yang paling dalam. Berita bohong
ini merupakan bentuk yang unik dari gangguan yang yang dilakukaan kaum munafik.

PERTAMA
Yaitu dilakukan oleh Rosulullah adalah meminta pandangan para sahabatnya mengenai hal ini tidak
langsung percaya dgn isu yang beredar. Diantara mereka ada yang berkata ‘’ wahai Rosullulah , mereka
para istrri nabi adalah keluargamu. Kami tidak mengetahui kecuali kebaikan kebaikan’’. Rosulullah
lalu memanggil memanggil pelayan perempuan bernama Barirah dan bertanya ‘’ apakah kamu melihat
sesuatu yang mencurigakan dari Aisyah?’’.

Lalu ia mengabarkan kepada Rosulullah bahwa ia tidak mengetahui Aisyah kecuali yang sebagai orang
yang baik baik. Rosullulah kemudian berdiri diatas mimbar dan bersabda.’’ Wahai kaum muslimin,
siapa yang kan membelaku dari seseprang lelaki yang telah menyakiti keluargaku? Demi Allah aku
tidak mengetahui dari keluargaku kecuali yang baik. Sesungguhnya mereka telah menyebutkan seorang
lelaki yang aku tidak mengenal lelaki itu kecuali orang yang baik baik.

KEDUA
Cara Rosullulah menghadapi dan mengatasin persoalan yang dieksploitasi oleh Abdullah Bin Ubay Bin
Salul dengan lapanh dada. Diantara pasukan perang itu bahkan terdapat sejumlah besar kaum munafik
yang sejak lama mencari cari kesempatan seperti ini untuk menjatuhkan Rosullulah. Rosulullah
menghadapinya dengan penuh kebijaksanaan. Ia memerintahkan keberangkatan pasukan diluar waktu
yang sudah menjadi kebiasaan mereka agar mereka tidak memiliki kesempatan untuk membicarakan
masalah yang ada hingga kaum munafik tidak mendapat kesempatan untuk menyesesaikan kebatilan
ditengah kaum muslim.
Sesampainya di Madinah, orang orang pun menunggu nunggu tindakan keras yang akan dilakukan oleh
Rosulullah kepada kaum munafik. Mereka tidak menyaksikan lagi bahwa tindakan yang akan diambil
ialah membunuh Abdullah Bin Ubay Bin Salul menawarkan diri untuk bertindak melaksanakan
eksekusi hukuman mati terhadap ayahnya apabila Rosulullah menghendaki hukuman tersebut. Akan
tetapi ia dikejutkan oleh jawaban dan sikap Rosulullah yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
31
Perang Khandaq
Perang Khandaq, dinamakan juga perang Ahzab. Menurut Ibnu Ishaq, Urwah bin Zubair , Baihaqi dan
jumhur Ulama , sirah menyebutkan bahwa peperangan ini terjadi pada bulan Syawwal tahun kelima
Hijriah. Ada juga yang mengatakan pada tahun keempat Hijriah. Sebabnya, karena beberapa pemimpin
Anda dari Bani Nadlir berangkat ke Mekkah untuk mendorong kaum Musyrikin Quraisy melancarkan
perang terhadap Rasulullah saw. Mereka berjanji :“Kami akan berperang bersama-sama kaliah hingga
berhasil menghancurkannya.“ Selanjutnya mereka berdalih dan meyakinkan bahwa :“Kepercayaan
kalian (orang-orang Quraisy) jauh lebih baik daripada agama Muhammad.“ Berkenaan dengan mereka
inilah Allah swt menurunkan firman-Nya dalam QS An-Nisa 51-52.

Mereka bersepakat bersama kaum Musyrikin Quraisy untuk memerangi kaum Muslimin, pada hari yang
telah ditentukan bersama. Kemudian para pemimpin Anda itu mendatangi suku Ghathafan dan berhasil
mewujudkan persekutuan dengan mereka sebagaimana yang telah berhasil diciptakannya dengan kaum
musyrikin Quraisy. Selain bani Ghatfahan, bergabung pula Bani Fuzarah dan Bani Murrah yang selama
itu menyimpan dendam kesumat terhadap Islam. Ketika Rasulullah saw mendengar berita
keberangkatan mereka dari Mekkah, beliau mengumumkannya kepada kaum Muslimin dan
memerintahkan mereka untuk mempersiapkan perang. Rasulullah saw meminta pandangan para
sahabatnya dalam menghadapi peperangan ini. Salman al-Farisi mengusulkan supaya digali parit di
sekitar kota Madinah. Kaum Muslimin mengagumi usulan ini dan menyetujuinya (karena cara ini belum
pernah dikenal oleh bangsa Arab dalam peperangan mereka). Kemudian bersama Rasulullah saw kaum
Muslimin keluar dari kota Madinah dan berkemah di lereng gunung Sila dengan membelakanginya.
Mereka mulai menggali parit yang memisahkan mereka dengan musuh mereka. Waktu itu jumlah kaum
Muslimin sebanyak tiga ribu sedangkan kaum Quraisy bersama kabilah-kabilah lain berjumlah sepuluh
ribu.

Gambaran kerja kaum Muslimin dalam menggali parit


Imam Bukhari meriwayatkan dari Barra ra, ia berkata : Pada waktu perang Ahzab saya melihat
Rasulullah saw menggali parit dan mengusung tanah galian sampai saya tidak dapat melihat dada beliau
yang berbulu lebat karena tebalnya tanah yang melumurinya.Imam Bukhari meriwayatkan di dalam
Shahih-nya dari Jabir ra, ia berkata : Ketika kami sedang sibuk menggali parit di Khandaq kami temukan
sebongkah batu besar yang sukar untuk dipecahkan. Para sahabat melapor kepada Nabi saw :
“Sebongkah batu menghambat kelancaran kami dalam penggalian Khandaq“. Kata Nabi saw : “Biarkan
aku yang turun.“ Kemudian beliau segera bangkit, sedang perut beliau diganjal dengan batu.
Sebelumnya kami tidak pernah merasakan makanan apa pun selama tiga hari. Nabi saw segera
mengambil martil dan dipukulkannya di atas batu itu hingga hancur berupa pasir.

Sikap orang-orang Munafiq dalam penggaalian Khandaq.


Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa orang-orang munafiq merasa enggan dalam mengerjakan penggalian
parit bersama Nabi saw dan kaum Muslimin. Mereka sengaja menampakkan diri seperti orang lemas
dan tidak memiliki kemampuan. Bahkan banyak yang melarikan diri ke rumah tnapa sepengetahuan
Rasulullah saw. Sedangkan setiap orang dari kaum Muslimin apabila mempunyai keperluan, ia pasti
meminta ijin kepada Rasulullah saw dan kembali lagi melaksanakan tugas penggaliannya. Berkenaan
dengan sikap ini Allah menurunkan firman-Nya dalam QS An-Nur : 62.
Bani Quraidlah melanggar Perjanjian
Huyay bin Akhthab pergi mendatangi Ka‘ab bin Asad al-Qardli, mengajaknya untuk melanggar
perjanjian yang telah disepakati bersama Rasulullah saw. Huyay bin Akhthab berkata kepadanya ,“ Aku
datang kepadamu dengan membawa pasukan Quraisy beserta para pemimpinnya yang telah kuturunkan
di sebuah lembah di dekat Raumah, dan suku Ghatfahan beserta para tokohnya yang telah kuturunkan
di ujung Nurqma di samping Uhud. Mereka telah berjanji kepadaku untuk tidak meninggalkan temapat
sampai kita berhasil menumpas Muhammad dan orang-orang yang bersamanya.“
Ka‘ab menjawab :“Demi Allah, kamu datang kepadaku dengan membawa kehinaan sepanjang jaman.
Celaka engkau wahai Huyay. Tinggalkan dan biarkanlah aku karena aku tidak melihat Muhammad
kecuali sebagai seorang yang jujur dan setia.“ Tetapi Huyay terus mendesaknya hingga pada akhirnya
Ka‘ab bersedia untuk melakukan pengkhianatan terhadap perjanjian tersebut.

Setelah mendengar berita ini Rasulullah saw segera mengutus Sa‘ad bin Muadz untuk menyelidikinya.
Kepadanya Nabi saw berpesan agar berbicara kepada Huyay dengan bahasa kiasan yang difahaminya
jika berita itu benar, dan agar tidak memberikan peluang kepada orang banyak untuk menggunakan
kekuatannya. Jika berita ini tidak benar maka hendaknya segera diumumkan kepada khalayak ramai.
Setelah melacak berita dan ternyata berita itu benar maka Sa‘ad pun segera kembali kepada Rasulullah
saw melaporkannya,“Ya, mereka telah melanggar perjanjian sebagaimana suku Adhal dan Qarah.“ Lalu
Rasulullah saw mengatakan : „Allah Maha Besar, bergembiralah wahai kaum Muslimin.“

Keadaan kaum Muslimin pada waktu itu


Kaum Muslimin mendapat kepastian bahwa Bani Quraidlah telah melanggar perjanjian. Pada saat yang
sama kaum Munafiqin pun menyebarkan bibit-bibit keraguan dan perpecahan di kalangan kaum
Muslimin. Sementara musuh datang dari segala penjuru arah. Kaum Munafiq terus melancarkan
tikaman dari dalam. Salah seorang dari kaum Munafiq itu berkata :“Dulu Muhammad menjanjikan
bahwa kita akan memakan harta kekayaan Kisra dan Kaisar, tetapi sekarang untuk pergi membuang
hajat pun kita tidak aman.“

Melihat keadaan kaum Muslimin yang semakin terancam ini maka Rasulullah saw meminta pandangan
Sa‘ad bin Muadz dan Sa‘ad bin Ubadah untuk melakukan perdamaian dengan kabilah Ghatfahan
dengan memberikan sepertiga hasil panen kota Madinah agar mereka bersedia untuk tidak ikut
memerangi kaum Muslimin. Keduanya menjawab : “Wahai Rasulullah saw , apakah pemikiran ini
merupakan perintah yang engkau inginkan agar kami melaksanakannya ataukah perintah yang
diperintahkan oleh Allah kepadamu, ataukah sekedar kebijaksanaan yang engkau ambil untuk
meringankan kami?“. Nabi saw menjawab , “Hanya sekedar kebijaksanaan yang aku ambil untuk
menghancurkan kepungan mereka terhadap kalian.“ Pada saat itu SA‘ad bin Muadz berkata kepada
Nabi saw ,“ Demi Allah, kita tidak perlu mengambil langkah itu. Demi Allah kami tidak akan rela
memberikan sesuatu kepada mereka selain daripada pedang sampai Allah memutuskan sesuatu antara
kami dan mereka.“
Setelah mendengar ucapan Sa‘ad bin Muadz ini wajah Rasulullah saw kelihatan berseri dan berkata
kepadanya :“Engkau dan apa yang engkau inginkan“

Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ashim bin Amer bin Qatadah dari Muhammad bin Muslim bin Syihab
Az-Zuhri berkata : Pernyataan dan keinginan berdamai (antara kaum Muslimin dan Ghatfahan) itu tidak
lain hanyalah sebagai manuver belaka. Dalam pada itu kaum Musyrikin dikejutkan oleh parit di
hadapannya. Mereka berkata , sungguh ini merupakan tipu daya yang tidak pernah dilakukan oleh
bangsa Arab. Kemudian mereka mengambil posisi dan berkemah di sekitar parit mengepung kaum
Muslimin. Tetapi tidak terjadi pertempuran kecuali beberapa orang Musyrik yang berusaha
menyeberangi parit di suatu sudut yang sempit dan berhasil dicegat oleh kaum Muslimin. Dalam usaha
ini sebagian mereka kembali dan sebagian yang lain terbunuh. Di antara orang Musyrik yang terbunuh
itu terdapat Amer bin Wudd. Ia dibunuh oleh Ali bin Abi Thalib.

Kekalahan kaum Musyrikin tanpa peperangan


Allah memberikan kemenangan kepada kaum Muslimin dalam perang Khandaq ini tanpa melalui
pertempuran. Allah mengalahkan mereka dengan dua sarana yang tidak melibatkan kaum Muslimin
sama sekali. Pertama, dengan seorang lelaki dari kaum Musyrikin bernama Nu‘aim bin Mas‘Anda, yang
datang kepada Nabi saw menyatakan diri masuk Islam yang kemudian menawarkan diri kepada Nabi
saw untuk melaksanakan segala bentuk perintah yang diinginkan oleh Nabi saw. Lalu Nabi saw
memberikan tugas untuk memecah kekuatan musuh. Kepadanya Nabi saw berpesan : “Diantara kita,
engkau adalah satu-satunya orang yang dapat melaksanakan tugas itu. Bila engkau sanggup, lakukanlah
tugas itu untuk menolong kita. Ketahuilah bahwa peperangan, sesungguhnya adalah tipu muslihat.“
Nu‘aim kemudian segera pergi mendatangi orang-orang Bani Quraidlah untuk meyakinkan. Mereka
mengira Nu‘aim masih sebagai seorang Musyrik agar mereka tidak turut berperang bersama-sama kaum
Quraisy sebelum mendapat jaminan dari mereka berupa beberapa orang terkemuka sebagai sandera,
supaya kaum Quraisy tidak mundur meninggalkan mereka sendirian di Madinah tanpa pembela dalam
menghadapi Muhammad dan para sahabatnya. Mereka menjawab :“Engkau telah memberikan suatu
pendapat yang amat baik.“

Setelah itu Nu‘aim pergi mendatangi pemimpin-pemimpin Quraisy. Kepada mereka Nu‘aim
memberitahukan bahwa Bani Quraidlah telah menyesal atas apa yang mereka lakukan dan secara
sembunyi-sembunyi mereka telah melakukan kesepakatan bersama Nabi saw untuk menculik beberapa
pemimpin Quraisy dan Ghatfahan untuk diserahkan kepada Nabi saw untuk dibunuhnya. Karena itu,
bila orang-orang Anda itu datang kepada kalian untuk meminta beberapa orang sebagai sandera,
janganlah kalian menyerahkan seorang pun kepada mereka.

Nu‘aim kemudian pergi mendatangi orang-orang Bani Quraidlah. Kepada mereka ia mengemukakan
apa yang dikemukakannya kepada orang-orang Quraisy. Demikianlah akhirnya terjadi salah paham di
antara mereka dan saling tidak mempercayai. Sehingga masing-masing dari mereka menuduh terhadap
yang lainnya sebagai berkhianat.

Kedua, dengan mengirimkan angin taufan pada malam hari yang dingin dan mencekam. Angin taufan
datang menghempaskan kemah-kemah mereka dan menerbangkan kuali-kuali mereka. Hal ini terjadi
setelah mereka melakukan pengepungan kepada kaum Muslimin selama sepuluh hari lebih.

Muslim meriwayatkan dengan sanad-nya dari Hudzaifah bin al-Yaman ra, ia berkata :“Pada suatu
malam dalam situasi perang Ahzab, kami bersama Rasulullah saw merasakan tiupan angin yang sangat
kencang, dan dingin mencekam. Kemudian Rasulullah saw bersabda :“Adakah orang yang bersedia
mencari berita musuh dan melaporkannya kepadaku, mudah-mudahan Allah menjadikannya bersamaku
pada Hari Kiamat.“ Kami semua diam, tak seorang pun dari kami menjawabnya. Rasulullah saw
mengulangi pertanyaan itu sampai tiga kali. Kemudian berkata :”“Bangkitlah wahai Hudzaifah, carilah
berita dan laporkanlah kepadaku.“Maka tidak boleh tidak aku harus bangkit, karena beliau menyebut
namaku. Nabi saw berpesan :“Berangkatlah mencari berita musuh dan janganlah engkau melakukan
tindakan apapun.“ Ketika aku berangkat dari sisinya aku berjalan seperti orang yang sedang
dicengkeram kematian, hingga aku tiba di basis mereka.

Kemudian aku lihat Abu Shofyan sedang menghangatkan punggungnya di perapian. Lalu aku pasang
anak panah di busur untuk memanahnya, tetapi aku segera teringat pesan Rasulullah saw,“Janganlah
engkau melakukan tindakan apapun.“ Kalau aku panahkan pasti akan mengenai pahanya. Kemudian
aku kembali dengan berjalan seperti orang yang sedang dalam cengkeraman maut. Setelah aku datang
kepada Nabi saw dan menyampaikan berita tentang kaum Musyrikin, Nabi saw menyelimuti aku
dengan kainnya yang biasa dipakai untuk shalat. Malam itu aku tidur sampai pagi dan dibangunkan oleh
Nabi saw seraya berkata ,“Bangun, hai tukang tidur.“

Ibnu Ishaq meriwayatkannya dengan tambahan : Kemudian aku masuk di kalangan kaum Musyrikin,
ketika angin dan tentara-tentara Allah sedang mengobrak-abrik mereka, menerbangkan kuali,
memadamkan api, dan menumbangkan perkemahan. Kemudian Abu Shafyan bangkit seraya berkata :“
Wahai kaum Quraisy, setiap orang hendaknya melihat siapa teman duduknya ?“ Hudzaifah berkata
:“Kemudian aku memegang tangan orang yang berada di sampingku lalu aku bertanya kepadanya
:“Siapakah Anda ?“ Dia menajwab :“Fulan bin Fulan. Selanjutnya Abu Shofyan berkata :“Wahai kaum
Quraisy, demi Allah swt, kalian tidak mungkin lagi dapat terus berada di tempat ini. Banyak ternak kita
yang mati. Orang-orang Bani Quraidlah telah menciderai janji dan kita mendengar berita yang tidak
menyenangkan tentang sikap mereka. Kalian tahu sendiri kita sekarang sedang menghadapi angin
taufan yang hebat. Karena itu, pulang sajalah kalian, dan aku pun akan berangkat pulang.“
Pada keesokkan harinya seluruh kaum Musyrikin kembali meninggalkan medang perang, dan
Rasulullah saw pun bersama para sahabatnya kembali ke Madinah. Selama perang Ahzab ini
berlangsung Nabi saw tidak henti-hentinya, siang malam senantiasa beristighfar, merendahkan diri, dan
berdo’a kepada Allah untuk kemenangan kaum Muslimin. Di antara do’a yang diucapkannya ialah :
“Ya, Allah, Anda yang menurunkan kitab (Al-Quran) yang Maha cepat hisab-Nya, kalahkanlah barisan
Ahzab (golongan Musyrikin). Kalahkanlah dan guncangkanlah mereka.“

Pada peperangan ini Nabi saw luput satu waktu shalat kemudian dilaksanakan (qadla) di luar waktunya.
Di sebutkan di dalam Ash-Shahihain bahwa Umar bin Khathab ra datang, waktu perang Ahzab, setelah
matahari terbenam kemudian dia mengecam orang-orang kafir Quraisy lalu berkata :“Wahai Rasulullah
saw ! Aku belum sempat shalat Ashar sampai matahari hampir terbenam.“ Nabi saw menjawab :“Demi
Allah , aku sendiripun belum shalat (Ashar).“ Lalu kami berangkat ke tempat air dan berwudlu.
Kemudian Nabi saw shalat Ashar setelah matahari terbenam. Setelah itu Nabi saw melanjutkan dengan
shalat maghrib.

Imam Muslim menambahkan Hadits lainnya bahwa Nabi saw bersabda pada perang Ahzab,“Mereka
(kaum Musyrikin) telah menyibukkan kita sehingga kita tidak sempat Shalat Ashar. Semoga Allah swt
memenuhi rumah-rumah dan kuburan-kuburan mereka dengan api. Kemudian Nabi saw melaksanakan
(shalat Ashar) antara Maghrib dan Isya‘.

Beberapa Ibrah.
Peperangan ini juga terjadi karena pengkhianatan dan tipu muslihat orang-orang Anda. Merekalah yang
menggerakkan menghasut dan menghimpun golongan (Ahzab) dan kabilah itu. Kejahatan dan
pengkhianata ini tidak cukup dilakukan oleh orang-orang Anda Bani Nadlir yang telah diusir dari
Madinah. Bahkan Banu Quraidlah pun yang masih terikat perjanjian bersama kaum Muslimin kini telah
melakukannya. Padahal tidak ada satu pun tindakan kaum Muslimin yang mengundang mereka untuk
melanggar perjanjian tersebut. Kita tidak perlu mengulas kembali peristiwa pengkhianatan ini, karena
pengkhianatanpengkhianatan seperti ini telah menjadi catatan sjearah yang sudah dikenal pada setiap
jaman dan tempat. Sekarang , mari kita kembali kepada peristiwa-peristiwa yang telah kami bentangkan
dalam peperangan ini, untuk mencatat beberapa pelajaran dan hukum yang terkandung di dalamnya.

1.- Di antara sarana perang yang digunakan oleh kaum Muslimin dalam peperangan ini ialah penggalian
parit. Perang dengan menggali parit ini merupakan peperangan yang pertama kali dikenal dalam sejarah
bangsa Arab dan Islam. Karena taktik dan teknik peperangan seperti ini biasanya dikenal oleh bangsa
Ajam (non-Arab). Seperti Anda ketahui bahwa orang yang mengusulkan cara ini dalam perang Ahzab
ialah Salman al-Farisi. Nabi saw sendiri mengagumi usulan ini dan segera mengajak para sahabatnya
untuk melaksanakannya.

Ini merupakan salah satu dari sejumlah dalil yang menunjukkan bahwa ,“Pengetahuan adalah milik
kaum Muslimin yang hilang. Di mana saja didapatinya maka mereka berhak mengambilnya daripada
orang lain.“ Sesungguhnya syariat Islam, sebagaimana melarang kaum Muslimin mengikuti orang lain
secara membabi buta, juga mengajukan kepada mereka untuk mengambil dan mengumpulkan nilai-
nilai kebaikan dan prinsip-prinsip yang bermanfaat di mana saja didapatinya. Kaidah Islam dalam
masalah ini ialah bahwa seorang Muslim tidak boleh mengabaikan akalnya yang merdeka dan
pikirannya yang cermat dalam segala perilaku dan urusannya. Dengan demikian maka dia tidakakan
dapat dikuasai dan dibawah ke mana saja oleh sistem yang bisa diterima oleh akal sehat dan sesuai
dengan pirnsip-prinsip syariat Islam.

Sikap yang digariskan Allah swt kepada seorang Muslim ini hanya munculdari sumber utama yaitu
kehormatan yang ditetapkan Allah swt kepada manusia sebagai tuan (pemimpin) segenap makhluk.
Praktek ubudiyah kepada Allah swt dan kepatuhan tehradap Hukum-hukum Syariatnya hanyalah
merupakan jaminan untuk memelihara kehormatan dan kepemiminan tersebut.

2.- Apa yang telah kami sebutkan tentang kerja para sahabat bersama Rasulullah saw dalam menggali
parit merupakan suatu pelajaran besar yang menjelaskan hakekat persamaan yang ditegakkan oleh
masyarakat Islam di antara seluruh anggotanya. Ia juga bukan sekedar slogan yang menarik untuk
mengelabui masyarakat. Tetapi merupakan asas yang benar-benar memancarkan semua nilai dan
prinsip Islam baik secara lahiriah ataupun batiniah.

Anda lihat bahwa Rasulullah saw tidak memerintahkan kaum Muslimin untuk menggali parit sementara
dia sendiri pergi ke istana mengawasi mereka dari kejauhan. Beliau juga tidak datang kepada mereka
dalam suatu pesta yang meriah untuk meletakkan batu pertama pertanda dimulainya pekerjaan
kemudian setelah itu pergi meninggalkan mereka. Tetapi Rasulullah saw secara langsung berperan aktif
menggali bersama para sahabatnya sampai pakaian dan badannya kotor bertaburan debu dengan tanah
galian sebagaimana para sahabatnya. Mereka bersahut-sahutan mengucapkan senandung ria, maka
beliau pun ikut bersenandung untuk menggairahkan semangat mereka. Mereka merasakan letih dan
lapar, maka beliau pun yang yang paling letih dan lapar di antara mereka. Itulah hakekat persamaan
antara penguasa dan rakyat, antara orang kaya dan orang miskin, antara Amir dan rakaya jelata, yang
ditegakkan oleh syariat Islam. Seluruh cabang syariat dan hukum Islam didasarkan kepada prinsip ini
dan untuk menjamin terlaksananya hakekat ini.

Tetapi janganlah Anda menamakan hal ini dengan istilah demokrasi dalam perilaku atau pemerintahan.
Prinsip persamaan dan keadilanini sama sekali tidak dapat dipersamakan dengan demokrasi manapun.
Karena sumber keadilan dan persamaan dalam Islam ialah ubudiyah kepada Allah swt yang merupakan
kewajibab seluruh manusia. Sedangkan sumber demokrasi ialah pendapat mayoritas atau
mempertuankan pendapat mayoritas atas orang lain, betapa pun wujud dan tujuan pendapat tersebut.

Oleh karena itu, Syariat Islam tidak pernah memberikan hak istimewa kepada golongan atau orang
tertentu. Juga tidak pernah memberikan kekebalan kepada kelompok tertentu betapapun motivasi dan
sebabnya, karena sifat ubudiyah (kehambaan kepada Allah swt) telah meleburkan dan menghapuskan
semua itu.

3.- Dalam peristiwa sirah ini pula terkandung pelajaran lain yang mengungkapkan potret Kenabian
dalam sosok kepribadian Nabi saw. Menampakkan kecintaan para sahabat kepada Nabi saw dan kasih
sayangnya kepada mereka. Dan memberikan contoh lain dari perkara luar biasa dan mukjizat yang
dianugerahkan Allah kepada Nabi-Nya.

Pribadi Kenabiannya tampak pada perjuangannya menghadapi rasa lapar yang dialaminya pada saat
bekerja bersama para sahabatnya , sampai-sampai beliau mengikatkan batu pengganjal ke perutnya
untuk menghilangkan rasa nyeri dan sakit di lambungnya akibat lapar. Apakah gerangan yang membuat
beliau tahan menghadapi penderitaan dan kesulitan seperti ini ? Adakah karena ambisinya kepada
kepemimpinan ? Ataukah karena kerakusannya terhadap harta kekayaan dan kekuasaan ? Ataukah
karena keinginannya untuk mendapatkan pengikut yang selalu mengawalnya setiap saat ? Semua itu
bertentangan dengan diametral dengan penderitaan dan perjuangan yang dilakukannya itu. Orang yang
tamak atas kedudukan, kekuasaan atau kekayaan tidak akan tahan bersabar menanggung penderitaan
seperti ini.

Yang membuatnya sanggup menghadapi semua itu hanyalah tanggung jawab Risalah dan amanah yang
dibebankan kepadanya untuk menyampaikan dan memperjuangkannya kepada manusia dalam suatu
perjuangan yang memiliki tabiat seperti itu. Itulah pribadi Kenabian yang tampak pada kerjanya
bersama sahabat ketika menggali parit. Sedangkan kecintaan Nabi saw kepada para sahabatnya dapat
Anda lihat jelas dalam sikap responsifnya terhadap undangan Jabir untuk menikmati hidangan yang
hanya sedikit itu.

Sesuatu yang mendorong Jabir untuk mengundang Nabi saw ialah pemandangan yang menyedihkan.
Yaitu ketika melihat Nabi saw mengikatkan baru ke perutnya karena menahan lapar. Jabir tidak
mendapatkan makanan di rumahnya kecuali untuk beberapa orang, sehingga dia mengundang beberapa
orang saja.
Tetapi mungkinkah Nabi saw meninggalkan para sahabatnya bekerja sambil menahan lapar sementara
dirinya bersama tiga atau empat orang sahabatnya beristirahat menikmati hidangan ? Sesungguhnya
kasih sayang Nabi saw kepada para sahabatnya lebih besar ketimbang kasih sayang seorang ibu kepada
anaknya.

Jabir terpaksa melakukan tindakan itu, sebenarnya wajar, karena dia sebagaimana manusia biasa tidak
dapat bertindak kecuali sesuai dengan sarana material yang dimilikinya. Makanan yang ada padanya
tidak mencukupi, menurut ukuran manusia biasa, kecuali untuk beberapa orang saja, sehingga dia hanya
mengundang Nabi saw dan beberapa orang sahabatnya.

Namun Nabi saw tidak akan pernah terpengaruh oleh pandangan Jabir tersebut.
Pertama, karena tida mungkin Nabi saw mengutamakan dirinya daripada para sahabatnya dalam
menikmati hidangan dan istirahat. Kedua, karena tidak mungkin Nabi saw menyerah kepada faktor.-
faktor material dan batas-batasnya yang bisa membelenggu manusia. Tetapi karena Allah swt, semata
sebagai Pencipta segala sebab maka mudah bagi-Nya untuk memberkati makanan yang sedikit sehingga
mencukupi orang banyak. Demikianlah Nabi saw, memiliki pandangan bahwa dirinya dan para
sahabatnya adalah saling takaful (sepenanggungan). Saling berbagi rasa baik dalam suka atau pun duka.
Oleh sebab itu, Nabi saw menyuruh Jabir pulang untuk mempersiapkan makanan bagi mereka,
sementara itu Nabi saw memanggil para sahabatnya untuk menikmati hidangan besar di rumah Jabir.

Mukjizat yang terjadi dalam kisah ini ialah berubahnya seekor kambing kecil milik Jabir menjadi
makanan yang banyak dan mencukupi ratusan sahabat, bahkan masih bersisa banyak sehingga Nabi
saw mengusulkan kepada Sahibul bait (istri Jabir) agar membaginya kepada orang lain. Mukjizat yang
mengagumkan ini dianugerahkan kepada Nabi saw sebagai penghargaan Ilahi karena cintanya kepada
para sahabatnya dan sikapnya yang tidak mau menyerah kepada faktor-faktor material karena
keyakinannya kepada kekuasaan Allah swt, yang mutlaq.

Apa yang saya inginkan dalam masalah ini ialah supaya para pembaca menyadari adanya dukungan
Ilahi yang diberikan kepada Nabi saw melalui sebab-sebab material. Hal itu merupakan salah satu faktor
terpentig untuk menonjolkan pribadi Kenabiannya kepada para pengkaji dan pemangat sirah Nabi saw.
Faktor ini dapat kita jadikan sebagai dalil yang kuat untuk menghadapi mereka yang tidak mau
mengakui aspek Kenabian pada pribadi Muhammad saw.

4.- Apakah gerangan hikmah musyawarah Nabi saw kepada sebagian sahabatnya, untuk menawarkan
perdamaikan kepada banu Ghatfahan dengan imbalan memberikan sepertiga hasil panen kota Madinah
kepada mereka asalkan mereka bersedia menarik dukungannya kepada kaum Quraisy dan golongan-
golongan lainnya ? Apakah dalil Syariat yang dapat dijadikan sebagai landasan pemikiran ini ?

Hikmahnya ialah bahwa Nabi saw mengetahui sejauh mana para sahabatnya itu telah memiliki kekuatan
moral dan sikap tawakal kepada pertolongan Allah swt pada saat menghadapi kepungan kaum
Musyrikin secara mendadak itu, di samping melihat pengkhianatan yang dilakukan oleh banu
Quraidlah. Sudah menjadi kebiasaan Nabi saw seperti telah Anda ketahui bahwa ia tidak suka menyeret
para sahabatnya kepada suatu peperangan atau petualangan yang mereka sendiri belum cukup memiliki
keberanian untuk memasikunya, atau tidak meyakini segi-segi positifnya. Hal ini termasuk salah satu
uslub tarbiyah Nabi saw yang paling menonjol kepada para sahabatnya. Oleh sebab itu, beliau
mengemukakan bahwa padnagan itu bukan ketetapan dari Allah, tetapi sekedar pandangan yang
dikemukakan dalam rangka, upaya menghancurkan kekuatan kaum Musyrikin apabila mereka (para
sahabat) tidak memiliki kemampuan untuk menghadapinya.

Dalil Syariat yang menjadi landasan pemikiran ini ialah prinsip bahwa syura itu dilakukan pada masalah
yang tidak ditegaskan oleh nash. Tetapi setelah itu tidak berarti bahwa kaum Muslimin boleh
memberikan sebagian tanah mereka atau hasil panen buminya kepada musuh apabila mereka (musuh)
menyerangnya, demi untuk menghentikan serangan. Karena telah disepakati dalam dasar-dasar Syariat
Islam bahwa tindakkan Rasulullah saw yang dapat dijadikan sebagai hujjah (dalil) ialah ucapan-ucapan
dan perbuatan-perbuatannya yang telah dilaksanakannya, kemudian tidak ditentang oleh kitab Allah
(al-Quran). Adapun hal-hal yang masuk ke dalam batas-batas usulan (dalam permusyawaratan) dan
dengar pendapat semata-mata, tidak dapat dijadikan sebagai dalil. Karena diadakannya musyawarah itu
, pertama, mungkin sekedar untuk menjajagi mentalitas seperti yang kami sebutkan di atas. Yakni
sebagai amal tarbawi (pembinaan) semata-mata. Kedua, seandainya pun telah dilaksanakan mungkin
setelah itu datang sanggahan dari kitab Allah, sehingga tidak lagi memiliki nilai sebagai dalil Syariat.

Tetapi para Ulama risah dalam masalah ini telah menyebutkan bahwa Nabi saw tidak sampai menjadi
mengadakan perdamaian dengan kabilah Ghatfahan. Bahkan sebenarnya Nabi saw tidak pernah
memiliki keinginan untuk berdamai dengan bani Ghatfahan. Apa yang diusulkan hanyalah sekedar
sebagai manuver dan penjajagan. Hal ini kami katakan karena ada sementara pihak di masa sekarang
ini yang mengemukakan pendapat aneh : Bahwa Kaum Muslimin harus membayar jizyah (upeti) kepada
non-Muslim manakala diperlukan. Dengan alasan bahwa Nabi saw pernah meminta pandangan para
sahabatnya ketika perang Ahzab untuk melakukan hal tersebut.

Terlepas dari apa yang telah kami jelasnkan, bahkan usulan semata-mata yang dikemukakan dalam
pembahasan musyawarah tidak bisa dijadikan dalil. Kami tidak tahu apa hubungannya antara jizyah
dan sesuatu yang mungkin dapat mendamaikan atas kedua pihak yang berperang itu ? Mungkin Anda
bertanya : „Seandainya kaum Muslimin terpaksa karena lemah harus melepas sebagian harta mereka
demi untuk melindungi kehidupan mereka dan khawatir akan dimusnahkan semuanya, apakah mereka
tidak boleh melakukan itu ?

Jawabannya, banyak sekali kondisi yang menunjukkan betapa harta kaum Muslimin dirampas dan
dijadikan barang rampasan oleh musuh-musuhnya. Banyak kaum kafir yang telah menyerbu negeri
Islam dan menguras kekayaannya. Tetapi kaum Muslimin tidak menerima kenyataan ini secara suka
rela atau karena mengikuti fatwa. Mereka dipaksa harus tunduk kepada kondisi tersebut. Kendatipun
demikian mereka senantiasa menari dan menunggu kesempatan untuk melawan musuh mereka. Anda
tentunya tahu bahwa Hukum-hukum Syariat Islam ditujukan kepada orang-orang yang tidak dipaksa,
sebagaimana tidak ditujukan kepada anak-anak kecil atau orang gila. Oleh karena itu, adalah keliru dan
sia-sia belaka jika hukum taklifi itu ditetapkan kepada orang-orang yang berada di luar batas taklif.

5.- Bagaimana dan dengan sarana apa kaum Muslimin berhasil memetik kemenangan atas kaum
Musyrikin dalam peperangan ini ? Sebagaimana kita ketahui bahwa sarana yang digunakan Rasulullah
saw dalam peperangan ini (perang Khandaq) sama dengan sarana yang pernah digunakan dalam perang
Badr. Yaitu Sarana mendekatkan diri kepada Allah swt. Sarana inilah yang senantiasa digunakan
Rasulullah saw setiap kali menghadapi musuh di medan jihad. Sarana yang mutlak harus digunakan
oleh kaum Muslimin jika mereka ingin memetik kemenangan.

Bagaimana kaum Musyrikin yang berjumlah banyak itu bisa terkalahkan, setelah kaum Muslimin
menunjukkan keteguhan, kesabaran, dan kesungguhan dalam meminta pertolongan kepada Allah swt.
Dapat kita baca dalam penjelasan Allah swt di dalam firman- Nya :
„Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah swt , (yang telah dikaruniakan) kepadamu
ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin taufan dan tentara
yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan. Yaitu ketika
mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lai perlihatanmu dan
hatimu naik menesak sampai ke tenggorokkan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-
macam purbasangka .. sampai dengan firman Allah ,“Dan Alah yang menghalau orang-orang yang kafir
itu yang keadaan mereaka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apapun.
Dan Allah menghindarkan orang-orang Mukmin dari peperangan . Dan adalah Allah Maha Kuat lagi
Maha Perkasa.“ (QS al-Ahzab : 9-25)

Sesungguhnya pertolongan Allah swt yang selalu terulang dalam peperangan-peperangan Rasulullah
saw ini tidak berarti menggalakkan kaum Muslimin untuk melakukan „petualangan“ dan jihad tanpa
persiapan dan perencanaan. Ia hanya menjelaskan bahwa setiap Muslim harus mengethaui dan
menyadari bahwa sarana kemenangan yang terpenting, disamping sarana-sarana yang lainnya, ialah
kesungguhan dalam meminta pertolongan kepada Allah swt, dan mengikhlaskan ubudiyah hanya
kepada-Nya. Seluruh sarana kekuatan tidak akan berguna apabila sarana ini tidak terpenuhi secara baik.
Jika sarana ini telah dipersiapkan secara memadai oleh kaum Muslimin maka Ia (Allah swt) akan
memberikan beraneka mukjizat kemenangan.

Jika bukan karena pertolongan Allah swt dari manakah datangnya angin topan yang memporak-
porandakan tentara-tentara Musyrikin itu sementar akaum Muslimin tenang tanpa merasakannya ? Di
pihak Musyrikin angin itu menghempaskan kemah-kemah mereka, menerbangkan kuali-kuali mereka ,
dan mengguncangkan hati mereka. Tetapi di pihak kaum Muslimin ia adalah angin sejuk yang
menyegarkan.

6.- Pada peperangan ini Rasulullah saw tidak sempat shalat Ashar karena kesibukkannya menghadapi
musuh sehingga beliau mengqadla-nya setelah matahari terbenanm. Di dalam beberapa riwayat, selain
dari Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa shalat yang terlewatkan lebih dari satu shalat, kemudian
Nabi saw melaksanakannya secara berturut-turut di luar waktunya.

Ini menunjukkan dibolehkannya mengqadlah shalat yang terlewatkan. Kesimpulan ini tidak dapat
dibantah oleh pendapat yang mengatakan bahwa penundaan shalat karena kesibukkan seperti itu
dibolehkan pada waktu itu, namun kemudian dihapuskan ketika shalat khauf disyariatkan kepada kaum
Muslimin, baik yang berjalan kaki ataupun yang berkendaraan. Tetapi penghapusan itu seandainya
benar bukan terhadap dibolehkannya mengqadla. Ia hanya menghapuskan bolehnya menunda shalat
karena kesibukkan. Yakni penghapusan bolehnya menunda tidak berarti juga penghapusan terhadap
bolehnya mengqadlah. Dibolehkannya mengqadlah tetap sebagaimana ketentuan semula. Di samping
itu, dalil yang pasti menegaskan bahwa shalat khauf disyariatkan sebelum peperangan ini, sebagaimana
telah dibahas ketika membicarakan perang Dzatur Riqaa‘.

Di antara dalil lain yang menunjukkan bolehnya qadla shalat ialah riwayat yang disebutkan di dalam
Ash-Shahihain bahwa Nabi saw bersabda pada waktu berangkat kembali ke Madinah dari perang
Ahzab. „Janganlah ada seorang pun yang shalat Ashar (atau Zhuhur) kecuali setelah sampai di bani
Quraidlah.“ Kemudian di tengah perjalanan datanglah waktu shalat Ashar. Sebagian berkata,“Kami
tidak akan shalat sebelum smapai ke sana (Bani Quraidlah)“. Sedangkan sebagian yang lainnya
berkata,“Kami akan shalat, Beliau tidak memaksudkan itu (melarang shalat)“. Akhirnya kelompok
pertama melaksanakan shalat setelah samapi di Banu Quraidlah sebagai shalat qadla.

Kewajiban mengqadlah shalat yang terlewatkan ini sama saja, baik terlewatkan karena tidur, lalai atau
sengaja ditinggalkan. Karena setelah adalnya dalil umum yang mwajibkan qadlah shalat yang
terlewatkan tidak ada dalil yang mengkhususkan syariat qadlah ini dengan sebab-sebab tertentu. Para
sahabat yang meninggalkan shalatnya di tengah perjalannya menuju Bani Quraidlah itu bukan karena
tidur atau lupa. Oleh sebab itu, adalah keliru jika syariat qadlah shalat yang terlewatkan ini dikhususkan
bagi orang yang tidak sengaja melewatkannya. Tindakan ini seperti orang yang mengkhususkan qadlah
shalat dengan shalat wajib tertentu saja, tanpa landasan syariat.

Barangkali ada sebagian orang yang memahami hadits di bawah ini sebagai dalil yang mengkhususkan
keumuman syariat qadlah itu : „Siapa saja yang shalatnya terlewatkan karena tertidur atau lupa maka
hendaklah ia melaksanakan pada waktu ia teringat.“

Tetapi pemahaman ini tidak dapat diterima. Sebab, tujuan utama Hadits ini bukan hanya memerintahkan
orang yang lupa dan tertidur untuk mengqadlah shalatnya, tetapi tujuanyna ialah untuk menegaskan
keterangan pada waktu ia teringat. Keterangan ini menjelaskan bahwa orang yang ingin mengerjakan
shalatnya yang terlewatkan tidak disyariatkan untuk menunggu datangnya waktu shalat tersebut pada
hari berikutnya. Tetapi ia harus segera mengqadlah pada saat ia teringat, kapan saja. Dengan demikian
mafhum mukhalafah dari hadits di atas tidak dapat dibenarkan.
32
Perjanjian Hudaibiah
Peristiwa ini terjadi pada bulan Dzulqoidah, penghujung tahun ke-6 hijriah. Saat itu Nabi Saw
mengumumkan kepada para sahabat tentang keinginannya untuk berangkat umrah di Mekah.
Pengumuman ini disambut oleh sekitar 1400 orang sahabat dari kaum Muhajirin dan Anshar. Di
perjalanan Nabi saw membawa hewan qurban supaya diketahui bahwa beliau bukan mau berperang,
melainkan untuk ziarah ke Baitullah menunaikkan ibadah umrah.
Saat sampai di Dzul Hulaifah Rasulullah Saw mengutus Basyar bin Sofyan untuk mencari berita
mengenai penduduk Mekah. Lalu Basyar pun mengabarkan bahwa kafir Quraisy telah menyiapkan 200
pasukan untuk menghadang Rasulullah. Dan akhirnya Rasulullah melanjutkan perjalanan tetapi melalui
jalur lain untuk sampai ke Mekah yaitu melewati desa Hudaibiyah.

Saat sampai di Hudaibiyah, di dekat parit Rasulullah dan para sahabat beristirahat sejenak. Lalu
datanglah Badik bin Warqa’ utusan kafir Quraisy menanyai maksud dan tujuan kedatangan Rasulullah
dan Rasulullah pun menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke Mekah untuk beribadah umrah.
Kemudian datang lagi utusan bernama Harits bin Al-Qamah, dan Rasulullah juga menjelaskan seperti
keputusan yang pertama. Kurang puas dengan kedua utusannya tadi, kafir Quraisy kembali mengutus
Urwah bin Maqsud dan akhirnya mendapatkan jawaban yang sama.
Rasulullah saw mengutus Ustman bin Affan ke Mekah dan sesampainya disana Ustman ditahan oleh
orang orang Quraisy. Lalu hal tersebut mengakibatkan terjadinya peristiwa Bai’atur Ridhwan. Setelah
itu kafir Quraisy mengutus Suhail bin Amir sebagai wakil mereka untuk membuat perdamaian anatar
mereka dan kaum muslimin. Perjanjian ini ditulis oleh Ali bin Abu bin Abu Thalib. Isi dari perjanjian
tersebut adalah :
1. Diberlakukannya gencatan senjata antara Mekkah dengan Madinah selama 10 tahun.
2. Warga Mekkah yang menyeberang ke Madinah tanpa seizin walinya harus dikembalikan ke Mekkah.
3. WargaWarga Mekkah yang menyeberang ke Madina tanpa seizing walinya harus dikembalikan ke
Mekkah.
4. Warga Madinah yang menyeberang ke Mekkah maka tidak boleh kembali ke Madinah.
5. Selain warga Mekkah dan Madinah, dibebaskan memilih untuk berpihak ke Mekkah atau Madianah.
6. Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya harus meninggalkan Mekkah, tetapi diperbolehkan lagi
kembali ke Mekkah setahun setelah perjanjian itu. Mereka akan dipersilakan tinggal selama 3 hari
dengan syarat hanya membawa pedang dalam sarungnya (maksudnya membawa pedang hanya untuk
berjaga-jaga, bukan digunakan untuk menyerang). Selama 3 hari itu, kaum Quraisy Mekkah akan
menyingkir keluar Mekkah.

Setelah perjanjian tersebut ditulis menjadi dua lembar, kemudian lembar tersebut diserahkan kepada
pimpinan kedua belah pihak. Selain itu, Rasulullah menyuruh untuk mencukur rambut dan memotong
hewan qurban sebagai tanda damai dan kembali ke Mekah.

Bai’atur Ridhwan
Sebelum penulisan perjanjian perdamaian, Rasulullah saw mengutus Ustman bin Affan ke Mekah dan
sesampainya disana Ustman bin Affan ditahan oleh orang orang Quraisy. Kemudian muncullah kabar
burung bahwa Ustman telah dibunuh.
Setelah mendengar kabar tersebut, Rasulullah saw mengajak berbai’at. Maka terjadilah Bai’atur
Ridhwan di bawah sebuah pohon ditempat itu. Mereka berbai’at kepada Rasulullah unuk tidak lari dari
Medan perang. Sementara itu Rasulullah menepukkan tangannya yang satu ke tangan yang lain seraya
berkata” pembai’atan ini untuk Ustman”.
Setelah pembai’atan tersebut, barulah datang berita kepada Rasulullah bahwa kabar dibunuhnya
Ustman itu tidak benar. Kaum Quraisy lalu mengirim wakil untuk melakukan perjanjian perdamaian
dan akhirnya terjadilah perjanjian Hudaibiyah.
33
Perang Khaibar
Khaibar adalah kota besar yang memiliki banyak benteng dan ladang terletak 100 mil sebelah utara
Madinah ke arah Syam.
Rasulullah SAW berangkat bersama 1400 tentara yang berjalan kaki juga menunggang kuda. Biasanya
Rasullullah tidak akan menyerang suatu kaum apabila terdengar suara adzan di tempat tersebut begitu
pula sebaliknya.

Rasullullah bergerak maju, para petani Khaibar lari terbirit-birit. Pertempuran berkecamuk antara
Rasulullah dengan penduduk Khaibar. Benteng-benteng berhasil ditaklukkan, kecuali dua benteng yaitu
Al Wathih dan benteng Sulalim.
Pada waktu perang Khaibar, Abu Bakar memegang panji tapi tidak dapat menaklukkannya begitu pula
dengan Umar. Kemudian Nabi Muhammad bersabda: “Besok pagi panji ini akan kuserahkan kepada
seseorang yang melalui kedua tangannya, Allah akan menaklukkannya. Seorang yang mencintai Allah
dan Rasulnya.

Keesokan harinya Rasulullah mencari keberadaan Ali, kemudian Ali datang di hadapan Rasulullah.
Rasullullah menyerahkan panji tersebut kepada Ali. Kemudian Ali bertanya: “Wahai Rasullullah
apakah aku harus memerangi mereka sampai mereka jadi seperti kita?”. Rasullullah menjawab:
“Kerjakanlah! Tetapi jangan tergesa-gesa. Ajaklah mereka memeluk Islam dahulu dan beritahukan
mereka kewajiban apa yang harus mereka lakukan kepada Allah.”
Kemudian Ali maju bertempur hingga berhasil menaklukkan. Di sekitar benteng yang belum
ditaklukan, kaum muslimin mengepungnya hingga orang yang di dalam benteng tersebut meminta agar
Rasullullah mengeluarkan mereka dan Rasulullah menyetujuinya.
Ibrah dari perang Khaibar:
1. Boleh menyerang orang yang telah memperoleh dakwah Islam dan hakekatnya tanpa peringatan.
2. Pembagian ghanimah berdasarkan hadist yang disebutkan.
3. Boleh memberi ghanimah kepada orang yang tidak ikut berperang, tetapi hadir di tempat peperangan.
4. Boleh mencium dan merangkul orang yang baru datang.
5. Haramnya riba.

Kedatangan Ja'far bin Abu Thalib dari Habasyah


Bertepatan dengan jatuhnya Khaibar, Ja’far beserta rombongan dari Habasyah datang menemui
Rasulullah. Ibnu Hisyam berkata: Ketika Ja’far datang kepada Rasulullah, beliau mencium kedua
matanya dan merangkulnya kemudian berkata: “Tak tahualh aku mana yang lebih menggembirakan
jatuhnya Khaibar atau datangnya Ja’far”.
34
Penaklukan Kota Makkah (Fat-hu Makkah)
Terjadi pada bulan Ramadhan tahun ke-8 hijriah.
Disebabkan karena orang-orang Banu Bakar meminta bantuan senjata kepada pemimpin Quraish guna
menyerang orang-orang Khuza'ah ( orang-orang yang sudah berpihak kepada kaum Muslimin ).

• Hal-hal yang berkaitan dengan perjanjian damai dan pelanggarannya


Orang Muslim boleh diperangi karena penghiatannya.
Seorang pemimpin boleh menyerang musuh secara mendadak dan tanpa memberitahu karena
pengkhianatan musuh tersebut tetapi kalau belum jelas penghianatannya tidak bolehenyerang
harus memberi tahu kepada musuh tersebut terlebih dahulu.
Orang Quraish melakukan penghianatannya karena tindakan mereka sendiri.
• Hal-hal yang berkaitan dengan tindakan Hathib bin Abi Balta'ah
Kenabian Nabi Muhammad SAW terbukti dari perintahnya kepada sahabat untuk mengambil
surat (yang memberitahu beliau adalah dukungan Allah/wahyu).
Seorang imam boleh melakukan hal yang dianggap ampuh untuk membongkar kejahatan.
Seperti Ali ra. mengancam seorang wanita dengan berkata "keluarkan surat itu, kalau tidak
engkau akan kami telanjangi" hal itu dilakukan untuk menjalankan perintah Nabi Muhammad
SAW.
Kaum Muslim tidak boleh menjadikan musuh menjadi teman apalagi bekerja sama dengan
mereka.
• Abu Sofyan dan sikap Rasulullah SAW terhadapnya
Abu Sofyan adalah orang yang pertama kali memperingati kaumnya dari usaha perlawanan
kepada Rasulullah. Padahal Abu Sofyan adalah pemimpin utama perlawanan itu. Terjadinya
keislaman Abu Sofyan sebelum yang lainnya terjadi di Marru Zahran. Untuk mengikat hati
dan memperkuat keislaman Abu Sofyan, Nabi Muhammad SAW berkata "barangsiapa yang
masuk ke rumah Abu Sofyan ia selamat" dan Mau juga memerintahkan Abbas supaya
membawa Abu Sofyan ke mulut lembah tempat lewatnya tentara-tentata Allah agar Abu
Sofyan bisa menyaksikan besarnya kekuatan islam dan kenabian Nabi Muhammad SAW.
• Cara Rasulullah SAW memasuki Makkah
Rasulullah ketika memasuki kota Makkah membaca surat al-Fath berulang-ulang dengan suara
merdu dengan hal itu diisyaratkan untuk membaca A-Qur'an dengan suara merdu.
Kebijakan Rasulullah yang memerintahkan para sahabatnya agar masuk Makkah dari berbagai
arah adalah suatu tadbir (strategi).
• Hukum-hukum yang khusus berkaitan dengan tanah suci Makkah
Larangan berperang didalamnya.
Larangan berburu didalaminya.
Larangan menebang pohon didalamnya.
Wajib berihram pada waktu memasukinya.
Haram mengizinkan non-muslim tinggal didalamnya.
• Renungan tentang apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW di Ka'bah
Solat didalam Ka'bah (setelah berhala dikeluarkan Nabi takbir diseluruh penjuru tapi tidak
melakukan salat).
Hukum membuat gambar/lukisan dan memasangnya (haram hukumnya jika menggambar
lukisan yang bernyawa jadi Nabi memerintahkan untuk mengeluarkan semua lukisan yang ada
di dinding Ka'bah.
Pemegang kunci Ka'bah (Nabi mengembalikan kunci Ka'bah kepada Utsman bin Thalhah).
Nabi Muhammad SAW memerintahkan untuk menghancurkan Ka'bah dan mengeluarkannya
dari Ka'bah).
• Renungan tentang pidato Nabi Muhammad SAW pada hari penaklukan Pertama Nabi
Muhammad SAW memanjatkan puji kepada Allah yang telah menolong dan menepati
janjinya.
Bersyiar tentang firman Allah yang isinya manusia diciptakan berbangsa dan bersuku agar
saling mengenal. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa semua manusia berasal dari
Adam dan Adam berasal dari tanah.
• Baiat kaum wanita dan hulum-hukum yang berkaitan dengannya
Kaum wanita berkewajiban mempelajari urusan agamanya sebagaimana kaum lelaki yang
mempelajari agamanya.
Baiat kaum wanita dilakukan hanya dengan ucapan saja tanpa jabat tangan.
Dalam keadaan diperlukan orang lelaki boleh mendengar pembicaraan wanita asing dengan
hal itu diketahui bahwa suara wanita bukanlah aurat.
• Apakah Mekkah ditaklukkan secara damai atau dengan kekuatan?
Ada yang berpendapat dengan damai, hal ini diperkuat dengan adanya wakil damai dari
Quraish yaitu Abu Sofyan dan dengan suatu kesepakatan.
Ada yang berpendapat dengan kekuatan yaitu dengan memasuki Makkah dengan membawa
senjata dan dengan persiapan perang.
35
Haji Wada’ Beserta Khutbahnya
Dalam perjalanan hidup Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, salah satu momen besar yang
menjadi perpisahan beliau dengan umatnya adalah peristiwa haji wada’, haji perpisahan.

Pada bulan Dzul Qa’dah tahun 10 H, mulailah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mempersiapkan diri untuk menunaikan haji yang pertama sekaligus yang terakhir dalam
kehidupan beliau. Yang kemudian dicatat sejarah dengan istilah haji wada’. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menyeru kaum muslimin dari berebagai kabilah untuk
menunaikan ibadah haji bersamanya.

Itu tadi penjelasan sedikit seputar haji wada' untuk lebih dalam mari kita bagi menjadi
beberapa:

1. Bilangan Haji Rasulullah saw dan Waktu disyari‘atkannya Haji

Para Ulama berselisih pendapat : Apakah Rasulullah saw pernah melakukan haji di dalam
Islam selain pelaksanaan haji ini ? Turmudzi dan Ibnu Majah meriwayatkan bahwa beliau
pernah melakukan ibadah haji tiga kali sebelum hijrahnya ke Madinah. Diantara para Ulama
yang meriwayatkan bahwa Nabi saw sebelum Hijrah melakukan haji setiap tahun. Kendatipun
demikian, tidak diragukan lagi bahwa kewajiban haji ini disyariatkan pada tahun ke 10 Hijri.

2. Makna Agung dari Haji Rasulullah saw

Kaum Muslimin telah belajar dari Rasulullah saw tentang shalat, puasa, zakat dan segala hal
yang berkenaan dengan peribadatan dan kewajiban mereka. Kini Nabi saw tinggal
mengajarkan kepada mereka manasik dan cara pelaksanaan ibadah haji, setelah tradisi-tradisi
jahiliyah ynag biasa dilakukan pada musim-musim haji itu dihapuskan oleh

beliau bersamaan dengan penghancuran berhala yang ada di dalam baitullah. Nampaknya Nabi
saw telah diberitahu suatu isyarat bahwa tugasnya di muka bumi sudah hampir selesai. Amanah
(dakwah Islam) telah tersampaikan, bumi jazirah telah penuh dengan tanaman tauhid dan Islam
pun telah menyebar serta menyerbu hati manusia di setiap tempat.

3. Renungan Tentang Khutbah Wada‘

Sungguh kalimat-kalimat yang disampaikan di padang Arafah begitu indah. Beliau bukan saja
berbicara kepada mereka yang hadir di padang Arah tetapi kepada semua generasi dan sejarah
sesudah mereka. Apakah tema pertama dari khutbah beliau tersebut ? Subhanallah ! Alangkah
agung dan indahnya khutbah ini! Seolah-olah taushiah beliau ini diilhami oleh realitas berbagai
penyelewengan yang akan dilakukan oleh beberapa kaum dari ummatnya sepanjang jaman,
akibat mengikuti orang lain dan meninggalkan cahaya yang akan diwariskannya kepada
mereka. Sabda beliau :

„Wahai manusia, sesungguhnya darah dan harta benda kalian adalah suci bagi kalian (yakni
tidak boleh dinodai oleh siapapun juga) sampai kalian bertemu dengan Rabb kalian, seperti
hari dan bulan suci sekarang ini:“

Di akhir khutbahnya Rasulullah saw mengulang sekali lagi wasiat ini dan menegaskan akan
pentingnya hal tersebut, dengan menyatakan : „Kalian tahu bahwa setiap Muslim adalah
saudara bagi orang Muslim ynag lain, dan semua kaum Muslimin adlaah bersaudara.
Seseorang tidak dibenarkan mengambil sesuatu dari saudaranya kecuali ynag telah diberikan
kepadanya dengan senang hati, karena itu janganlah kalian menganiaya diri sendiri Ya Allah ,
sudahkan kusampaikan ?“
Tema kedua dari khutbah beliau : Bukan sekedar tasusiah tetapi merupakan qoror (keputusan)
ynag diumumkan kepada semua orang, kepada mereka yang hadir di sekitarnya dan juga
kepada ummat-ummat yang akan datang sesudahnya. Qoror itu berbunyi : Sesungguhnya
segala macam riba tidak boleh berlaku lagi! Tindakan menuntut balas atas kematian seseorang
sebagaimana yang berlaku di masa jahiliyah juga tidak boleh berlaku lagi. Riba Jahiliyah tidak
boleh berlaku lagi.“
Tema ketiga dair khutbah beliau : Menyatakan tentang keserasian jaman dengan nama-nama
bulan yang disebutkan, setelha sekian lama dipermainkan oleh orang-orang Arab di masa
jahiliyah dan permulaan Islam.
Tema keempat dari khutbah beliau : Wasiat Rasulullah saw agar berlaku baik terhadap kaum
wanita.
Tema kelima dari khutbah beliau : nabi saw meletakkan semua problematika manusia di
hadapan dua sumber nilai, Siapa yang berpegang teduh dengan keduanya maka dijamin akan
terhindar dari segala macam kesengsaraan dan kesesatan. Kedua sumber nilai kehidupan itu
ialah : Kitabullah (al-Quran) dan Sunnah Rasul- Nya.
Tema keenam dari khutbah beliau : Penjelasan Nabi saw tentnag hubungan yang seharusnya
dibina antara seorang Hakim (penguasa) atau Khalifah atau Kepala Negara dan rakyatnya.
36
Rasulullah Dan Sakaratul Maut
Pada suatu hari, saat Nabi SAW kembali dari pemakaman Baqi’ dan mendapati Aisyah Ra dalam
keadaan pusing dan berkata, “Aduh kepalaku sakit!” Mendengar ini, Rasûlullâh SAW pun
mengungkapkan rasa sakit kepala yang Beliau SAW rasakan saat itu.
Sejak saat itu, Rasûlullâh SAW mulai jatuh sakit. Meski demikian, Rasûlullâh SAW tetap berpindah-
pindah dari rumah istri Beliau yang satu ke rumah istri Beliau SAW yang lain. Beliau SAW senantiasa
bbertany. Beliau SAW sangat merindukan dan ingin berada di rumah Aisyah Ra . Jika sampai paad
giliran Aisyah Ra , Beliau SAW merasa tenang. Hari terus berlalu, penyakit yang Beliau SAW derita
semakin berat dan parah, namun terus berpindah-pindah dari rumah ke rumah istri yang lainnya. Saat
sakit Beliau SAW semakin parah, dan kala itu giliran Beliau SAW berada di rumah salah seorang
ummahatul Mukmin, istri Rasûlullâh SAW Maimunah Ra , Beliau SAW memohon ijin kepada istri-
istri Beliau SAW untuk bisa tinggal di rumah Aisyah Ra. Para istri Beliau SAW memberikan izin
kepada Beliau SAW untuk berada di rumah Aisyah Ra . Beliau SAW keluar dari rumah Maimunah Ra
dalam keadaan lemah, tidak mampu berjalan. Beliau SAW berpegangan pada Ibnu Abbas Radan Ali
bin Abi Thalib Ra sembari melangkahkan kaki Beliau yang mulia sampai akhirnya tiba di rumah Aisyah
Ra .

Pada hari Kamis, lima hari menjelang Rasûlullâh SAW wafat, hari ini adalah hari yang sangat
menyedihkan sehingga Ibnu Abbas Ra ketika menceritakan kejadian hari itu tidak bisa menahan tangis.
Di hari itu, sakit yang mendera Nabi SAW semakin berat. Dalam kondisi seperti ini, Beliau SAW
bersabda kepada orang-orang yang berada di sekitarnya, “Ambilkanlah untuk saya sebuah buku! Saya
akan menuliskan buat kalian sebuah tulisan yang dijamin kalian tidak tersesat selama kalian berpegang
teguh dengannya!” Para Sahabat yang berada disekitarnya berselisih tentang sabda Rasûlullâh SAW .
Diantara mereka, ada yang mengatakan bahwa Beliau SAW sedang mengalami sakit berat, sementara
kita sudah memiliki al-Qur’an, maka cukuplah al-Qur’an sebagai pegangan kita. Dan ada pula yang
ingin memberikan kitab supaya Beliau SAW bisa menulis sesuatu yang dijadikan sebagai pedoman
sehingga umatnya tidak akan tersesat. Dan ada pula yang berpendapat yang berbeda. Mendengar
perselisihan dan percekcokan diantara mereka.
Kemudian Nabi SAW meminta untuk diambilkan air dingin sebanyak tujuh qirbah (wadah air yang
terbuat dari kuliat yang sudah disama’) yang belum dibuka talinya, karena Rasûlullâh SAW saat itu
mengalami demam yang sangat tinggi dan kepala Beliau terasa sangat panas. Beliau SAW meminta
diambilkan air sebanyak itu agar dapat diguyurkan ke badan Beliau untuk mengurangi demam dan
meredakan panasnya. Kemudian Aisyah Ra dan yang lainnya mendudukkan Rasûlullâh pada mikhdhab
(wadah yang biasa digunakan untuk mandi) milik Hafshah Ra dan mengguyur Beliau SAW dengan air-
air tersebut sesuai dengan permintaan Beliau SAW. Beliau didudukkan di tempat tersebut, karena
keadaan Beliau SAW yang sangat lemah. Setelah dirasa cukup, Rasûlullâh SAW memberikan isyarat
agar berhenti.

Kemudian beliau keluar dan berkhutbah kepada mereka. Nabi saw keluar dengan kepala terasa pusing
lalu duduk di atas mimbar. Pertama-tama Nabi saw berdo‘a dan memintakan ampunan untuk para
Mujahidin Uhud, lalu bersabda :
“Seorang hamba diberi pilihan oleh Allah, antara diberi kekayaan dunia atua apa yang ada di sisi-Nya,
lalu hamba itu memilih apa yang ada disisi-Nya.“ Serta merta Abu Bakar menangis (karena mengetahui
apa yang dimaksud Nabi saw) seraya berkata dengan suara keras : Kami tebus engkau dengan bapak-
bapak dan ibu-ibu kami. Kemudian Nabi saw bersabda :
“Tunggu sebentar wahai Abu Bakar! Wahai manusia sesungguhnya orang yang paling bermurah hati
kepadaku dalam hartanya dan persahabatannya ialah Abu Bakar. Seandainya aku hendak mengangkat
orang sebagai khalil (teman kesayangan) maka Abu Bakarlah khalilku, akan tetapi persaudaraan ynag
sejati adalah persaudaraan Islam. Tidak boleh ada Khaukah (lorong) di masjid kecuali Khaukah (lorong)
Abu Bakar. Sesungguhnya aku adalah tanda pemberi petunjuk bagi kalian dan aku menjadi saksi atas
kalian. Demi Allah, sesungguhnya sekarang ini aku melihat telagaku. Sesungguhnya aku telah diberi
kunci-kunci dunia. Demi Allah , aku khawatir kalian akan menjadi musyrik sesudahku tetapi aku
khawatir kalian akan berlomba-lomba memperebutkan dunia.
Kemudian Rasulullah saw kembali ke rumah dan sakitnya bertambah berat. Aisyah ra berkata : Pada
waktu sakit, Rasulullah saw pernah berkata kepadaku : Panggillah kemari Abu Bakar, bapakmu dan
saudaramu, sehingga aku menulis sesuatu wasiat. Sebab aku khawatir ada orang yang berambisi
mengatakan :“Aku lebih berhak“, padahal Allah dan orang-orang Mukmin tidka rela kecuali Abu Bakar.
Ibnu Abbas meriwayatkan katanya : Ketika Rasulullah saw sedang sakit keras, beliau bersabda kepada
orang-orang yang ada di dalam rumah : Kemarilah aku tuliskan sesuatu wasiat buat kalian di mana
kalian tidak akan sesat sesudahnya. Kemudian sebagian mereka berkata , sesungguhnya Rasululah saw
dalam keadaan sakit keras sedangkan di sisi kalian ada al-Quran, cukuplah bagi kita Kitab Allah. Maka
timbullah perselisihan diantara orang-orang yang ada di dalam rumah. Diantara mereka ada yang
berkata : Mendekatlah, beliau hendak menulis suatu wasiat buat kalian di mana kalian tidak akan sesat
sesudahnya. Diantara mereka ada juga yang mengatakan selain itu.
Mendengar perselisihan itu bertambah sengit dan gaduh akhirnya Rasulullah saw bersabda : Bangkitlah
kalian. Ketika Rasulullah sawa sudah tidak kuat lagi keluar untuk mengimami shala maka beliau
bersabda : „perintahkanlah Abu Bakar untuk mengimami shalat.“ Aisyah ra menyahut : Wahai
Rasulullah, sesungguhnya Abu Bakar seorang ynag lembut. Jika dia menggantikanmu maka suaranya
tidak dapat didengar oleh orang. Nabi saw bersabda : “Kalian memang seperti perempuan-perempuan
Yusuf. Perintahkan Abu Bakar supaya mengimami shalat jama‘ah.“
Setelah itu Abu Bakarlah yang bertindak sebagai Imam shalat jama‘ah. Pada suatu hari, ketika
Rasulullah saaw merasa sudah agak enak badan Nabi saw keluar kemudian mendapati Abu Bakar
sedang mengimami shalat jama‘ah. Melihat kedatangan Rasulullah saw ini lalu Abu Bakar mundur
tetapi diberi isyarat oleh Nabi saw agar tetap di tempatnya. Kemudian Nabi saw duduk di samping Abu
Bakar lalu shalat mengikuti shalat Nabi saw yang dilakukannya dengan duduk itu, sementara itu orang-
orang shalat mengikuti shalat Abu Bakar.

Orang-orang merasa gembira karena melihat Nabi saw tersebut, tetapi sebenarnya sakit beliau semakin
bertambah serius dan rupanya hal itu merupakan kesempatan terakhir Rasulullah saw keluar melakukan
shalat bersama orang banyak.
Ibnu Mas‘ud meriwayatkan, katanya : Aku pernah masuk membesuk Rasulullah saw ketika beliau
sedang sakit keras , llau aku pegang beliau dengan tanganku seraya berkata : Wahai Rasulullah,
sesungguhnya engkau mengalami demam panas sekali. Jawab Nabi saw : „Ya, demam ynag kurasakan
sama dengan yang dirasakan oleh dua orang dari kalian (dua kali lipat).“ Aku katakan : “Apakah hal ini
karena engkau mendapatkan dua pahala?“ Nabi saw menjawab :“Ya, tidaklah seorang Muslim
menderita sakitnya itu kesalahan-kesalahannya sebagaimana daun berguguran dari pohonnya.“
Dalam keadaan sakit keras seperti itu Rasulullah saw menutupi wajahnya dengan kain. Apabila
dirasakan sakit sekali maka beliau membuka wajahnya lalu bersabda :“Semoga laknat Allah
ditimpahkan ke atas orang-orang Yahudi dan Nasrani ynag menjadikan kuburan para Nabi mereka
sebagai masjid.“

Anda mungkin juga menyukai