Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

NASAB DAN SILSISLAH NABI MUHAMMAD SAW


Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Sirrah Nbawiyah
Dosen Pengampu : Chasan Albab, M. AG.

Disusun Oleh :
Kelompok 1 – A5IQR
1. Enggelina Okta Setyaningsih (2150210110)
2. Tegar Arif Al-Mubarak (2150210127)
3. Muhammad Qusairi (2150210128)

PROGRAM STUDI ILMU QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

Nabi yang sering disebut khairul khalq (makhluk terbaik) dan sayyidul anbiya’ wal mursalin
(pemimpin para nabi dan rasul) memiliki nasab yang luar biasa sucinya. Nasabnya dipenuhi orang-orang
termulia dari generasinya. Tidak ada satu pun darinya yang berperilaku tercela. Karena itu, umat Islam
harus mengetahui nasab Rasulullah Saw secara terperinci.

Nabi Muhammad Saw merupakan Nabi terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT yang akan selalu
menjadi panutan untuk seluruh umat islam. Dengan perjuangan Baginda besar Nabi Muhammad Saw
umat manusia bangkit dari zaman jahiliyah menuju jaman terang benderang. Maka dari itu sudah
sepantasnya kita sebagai umatnya untuk selalu mengenang Nabi Muhammad Sawdan berusaha sekuat
tenaga untuk mengamalkan apa yang telah diajarkan oleh Beliau. Karena apa yang telah dikatakan,
dilakukan dan ditetapkan oleh Beliau telah menjadi sumber dasar segala hukum Islama setelah Al-Qur’an
yang sudah tidak diraguakan kebenarannya. Karena dengan selalu mengikuti apa yang telah diajarkan
kepada kita akan diakui sebagai umat Beliau kelak di hari kiamat kelak.

Salah satu cara untuk menuunjukkan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad Saw adalah dengan
selalu mengenang hari kelahiran Rasulullah yang diperingati setiap tanggal 12 Rabi’ul Awal ini harus
dijadikan sebagai media untuk meningkatkan kecintaan kepada Nabi Muhammad Saw. Sehingga tercipta
sebuah generasi yang selalu mengikuti ajaran Nabi Muhammad Saw dan senantiasa berusaha untuk
menjadi pribadi muslim yang seperti cerminan Beliau. Dan akhirnya semoga kita semua dijadikan
sebagai ummat yang mendapat Syafa’at dari beliau.

A. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Latar belakang Maulid Nabi Muhammad?


2. Bagaimana Defenisi Nasab, keluarga dan Biografi kakek-kakek Nabi Muhammad?
3. Bagaimana bukti kemuliaan Nasab Nabi Muhammad?
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih luas tentang Maulid Nabi Muhammad Saw
2. Untuk mengetahui Nasab, keluarga dan Biografi kakek-kakek Nabi Muhammad
3. Untuk mengetahui bukti kemuliaan Nasab Nabi Muhammad
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Maulid Nabi Muhammad Saw
Masyarakat Mekah yang telah lama hanyut dengan penyembahan berhalanya tidak begitu tertarik
mendengar kata-kata itu. Mereka telah puas dengan Tuhan-tuhan batu dan kayunya Lahir atau tidak
seorang Nabi bukanlah perbincangan menarik bagi penduduk Mekah. Yang terpenting adalah
menjaga kelestarian Ka'bah dan hubungan baik dengan suku-suku sekitar. Dua hal inilah yang
menjadi pegangan hidup penduduk Mekah beberapa tahun terakhir. Ka'bah menjadi magnet untuk
menarik para peziarah sementara hubungan dengan suku-suku sekitar untuk menjaga kerjasama
dagang mereka. Pantas jika perkataan pedagang Yahudi itu hanya jadi angin lalu, lenyap begitu saja
bersama angin gurun dan dilumat gelapnya malam.

Tanggapan dingin yang diberikan penduduk Mekah membuat si Yahudi tidak betah berlama-lama di
kedai itu. Ia segera melangkahkan kakinya. Menyusuri jalan-jalan berdebu menuju rumahnya. Begitu
pula beberapa orang yang tadi ditemuinya. Satu persatu mulai beranjak meninggalkan tempat
tersebut. Membiarkan begitu saja gelas-gelas bekas minuman dan berjalan menerobos
dinginnya malam. Membawa sedikit ingatan tentang bayi laki-laki yang diceritakan pedagang
Yahudi. Ketika mereka masing-masing.

sampai di rumah terdengarlah kabar bahwa Aminah menantu 'Abdul Muthallib telah melahirkan bayi
laki-laki. Sejenak kelahiran putra Aminah memang terasa biasa. Namun lain bagi beberapa orang
yang tadi sempat berbincang-bincang dengan pedagang Yahudi itu. Kelahiran putra Aminah yang
dibantu oleh as-Syifa terasa sangat berarti. Menyimpan satu misteri besar. Benarkah salah satu
tetangga mereka akan melahirkan seorang Nabi pamungkas?

Begitu pedagang Yahudi itu sadar, ia langsung dicecar pertanyaan. "Celaka, apa yang kau lakukan?"
Demi Allah, cepat atau lambat kalian akan berkuasa dengan kekuasaan yang didengar mulai dari
timur bingga barat." jawabnya. 16

Keesokan harinya, 'Abdul Muthallib melintasi tempat peribadatan pendeta Shais. Ia terkenal sangat
tekun dan hari- harinya selalu dihabiskan untuk beribadah serta menelaah kitab- kitab kuno. Dari
kitab-kitab yang dipegangnya inilah pendeta tersebut tahu bahwa hari itu adalah hari bertuah. Hari
kelahiran seorang Nabi yang sangat dinantikan kaum Yahudi dan Nasrani. Nabi penyempurna agama
sebelumnya.
Pagi itu 'Abdul Muthallib berjalan dengan penuh bahagia. Di depan tempat peribadatan pendeta,
beliau bertemu dengan pendeta Shais. "Siapakah nama anda?" tanya sang pendeta."Abdul Muthallib"
jawab pemuka Quraisy ini. Pendeta itu lalu mendekat dan berbisik pada 'Abdul Muthallib.

"Jadilah engkau kakek yang baik bagi cucumu yang telah aku ceritakan pada penduduk mekah. Ia
dilahirkan pada hari Senin pagi dan akan diutus pada hari Senin pula. Bukti apa yang aku ucapkan
adalah anak itu sekarang sedang sakit dan akan sembuh setelah tiga bari. Jangan kau ceritakan hal ini
pada siapa pun, karena anak itu paling didengki oleh orang-orang Yahudi" "Dia akan hidup sampai
umur berapa?" tanya 'Abdul Muthallib.

B. Definisi Nasab, keluarga dan Biografi Kakek-kakek Nabi Muhammad

Kata nasab adalah kerabat atau keturunan. Nasab berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata al-nasb
yang artinya adalah menghubungkan kekerabatan, keturunan maupun menyebutkan keturunan itu
sendiri. Jika kata al-nasab dibentuk menjadi sebuah kalimat tanasub, maka artinya adalah hubungan,
ikatan, kesamaan serta kesetaraan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) nasab adalah
keturunan, terutama keturunan yang berasal dari pihak ayah. Akan tetapi nasab bukan hanya keturunan
saja, kata nasab juga dapat digunakan untuk mendefinisikan hubungan darah secara horizontal
contohnya seperti bibi, saudara sekandung, paman dan lainnya.

Nasab juga dapat didefinisikan sebagai suatu tali yang menjadi penghubung keluarga serta
hubungan darah lainnya. Sementara definisi dari kata nasab menurut istilahnya adalah keturunan yang
didapatkan dari pernikahan secara sah serta memiliki ikatan atau hubungan darah yang disebut dengan
keluarga baik keluarga dengan hubungan darah yang sifatnya vertikal seperti ayah, ibu, nenek dan
kakek, ataupun keluarga dengan sifat horizontal seperti bibi, paman, saudara dan lainnya.

Sedangkan Secara etimologi, nasab adalah al qorobah atau kerabat. Kerabat dinamakan nasab,
dikarenakan di antara kedua kata tersebut ada suatu hubungan serta keterkaitan. Kata nasab berasal dari
frasa yaitu nisbatuhu ilaa abiihi nasabaah yang artinya adalah nasabnya pada ayahnya. Dalam ajaran
agama Islam, nasab merupakan suatu hal penting yang harus diketahui oleh setiap muslim, sebab nasab
berkaitan dengan hak waris, perwalian serta hal-hal penting yang lainnya. Para Ulama Madzab fiqh
yang empat sepakat menyatakan bahwa nasab merupakan pertalian kekeluargaan berdasarkan
hubungan darah, baik ke atas, ke bawah maupun ke samping. Nasab juga sebagai dasar fondasi yang
kuat dalam membina dan melestarikan keutuhan kehidupan manusia, sebab pada hakikatnya nasab juga
merupakan nikmat dan karunia besar yang Allah SWT berikan kepada hamba-Nya.

Nasab tidak menentukan posisi kebaikannya di mata Allah Ta'ala. Apabila bapaknya seorang ahli
agama dan ahli ibadah tidak otomatis anaknya akan dinilai Allah Ta'ala sebagai ahli ibadah dan punya
kedudukan mulia. Nasab tidak berguna pada Hari Pembalasan atau Hari Kiamat kelak. Allah Ta’ala
berfirman:
‫اَء ُلوَن‬ ‫ٍذ َو اَل َيَتَس‬ ‫اَب َبْيَنُهْم َيْو َم ِئ‬ ‫وِر َفاَل َأْنَس‬ ‫ِإَذ ا ُنِفَخ ِفي الُّص‬ ‫َف‬

Dalam syarah hadis Imam Muslim, penulis Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Siapa saja yang
amalnya itu kurang, maka kedudukan mulianya tidak bisa menolong dirinya. Oleh karenanya, jangan
terlalu berharap dari nasab atau silsilah keturunan dan keutamaan nenek moyang, akhirnya sedikit
dalam beramal.”

Ibnu Hisyam mengatakan dalam Sirah Nabawiyah-nya, Nabi Muhammad SAW adalah keturunan
Adam yang paling mulia dari keturunan dan nasab ayah dan ibunya. "Jadi Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam adalah anak keturunan Adam yang paling mulia keturunannya dan nasabnya dari
jalur ayah dan ibunya. Karena nabi Muhammad saw adalah putra dari pasangan suami istri yang mulia,
sayyidina Abdullah bin Abdul Muthalib dan sayyidah Aminah binti Wahab. Kedua orang tersebut
berasal dari keturunan mulia dari nasab terpilih.

Ada Tiga bagian nasab Nabi Muhammad Saw :

1. Bagian yang disepakati kebenaranya oleh pakar Biografi dan nasab, yaitu nasab Nabi sampai Adnan.

2. Bagian yang masih diperselisihkan dikalangan banyak ulama, yaitu antara nasab yang tidak diketahui secara
pasti dan nasab yang harus dibicarakan, tepatnya Adnan ke atas hingga Ibrahim As.

3. Bagian yang sama sekali tidak diragukan bahwa didalamnya ada hal-hal yang tidak benar, yaitu nabi Ibrahim ke
atas hingga nabi Adam As.

dalam salah satu hadis, Rasulullah bersabda:

‫ِإَّن َهللا اْص َطَفي ِكَناَنَة ِم ْن َو َلِد ِإْس َم اِع ْيَل َو اْص َطَفي ُقَر ْيًش ا ِم ْن ِكَناَنَة َو اْص َطَفي َهاِشًم ا ِم ْن ُقَر ْيٍش َو اْص َطَفاِني ِم ْن َبِني َهاِش ٍم‬

“Sesungguhnya Allah memilih Kinanah dari keturunan Ismail, memilih Quraisy dari keturunan Kinanah,
memilih Hasyim dari keturunan Quraisy dan memilihku dari keturunan Bani Hasyim.” (HR. Imam Muslim)

Disebutkan dengan gamblang, Rasulullah Saw, berasal dari keturunan pilihan dari yang terpilih. Ini Merujuk
pada bani Kinanah yang terpilih dari keturunan Nabi Ismail AS, Quraisy yang terpilih dari keturunan
Kinanah, dan Hasyim dan keturunan Quraisy.

Melihat nasab hingga Nabi Ibrahim dan Adam AS, disimpulkan bahwa Nabi Muhammad berasal dari
golongan termulia dari yang mulia. Dalam nasabnya, tak ada cela yang menunjukkan bahwa Nabi
Muhammad memang dipersiapkan sebagai Sayyidul anbiya' wal mursalin, pemimpin patra nabi dan rasul.

untuk mengetahui kemuliaan nasab Nabi Muhammad SAW, ada baiknya kita mengenal silsilah Nabi hingga
ke Nabi Ibrahim dan Nabi Adam AS. Nasabnya dipenuhi orang-orang termulia dari generasinya. Tidak ada
satu pun darinya yang berperilaku tercela.
Mengutip laman NU, Dalam kitab al-Sîrah al-Nabawiyyah, Imam Ibnu Hisyam menulis nasab Rasulullah
Muhammad Saw sebagai berikut:

“Ini adalah kitab Sirah Rasulullah , dia adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib — nama asli
Abdul Muttalib adalah Syaibah bin Hasyim — nama asli Hasyim adalah Umar bin Abdu Manaf — nama
asli Abdu Manaf adalah Mughirah bin Qusayy bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Lu’ayy bin Ghalib bin
Fihr bin Malik bin al-Nadlr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah — nama asli Mudrikah adalah ‘Amr
bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’add bin ‘Adnan bin Udda — dilafalkan juga Udada bin Muqawwim
bin Nahur bin Tayrah bin Ya’ruba bin Yasyjuba bin Nabat bin Ismail bin Ibrahim — khalil al-rahman — bin
Tarih — dia adalah Azar — bin Nahur bin Sarug bin Ra’u bin Falikh bin Aybar bin Syalikh bin Arfakhsyadz
bin Sam bin Nuh bin Lamak bin Mattu Syalakh bin Akhnunkh — dia adalah Nabi Idris, bani Adam pertama
yang dianugerahi kenabian dan baca tulis — bin Yard bin Malayil bin Qainan bin Yanisy bin Syits bin Adam
'alaihis salam.”1

Imam Ibnu Hisyam memang menyebutkan nasab Rasulullah secara lengkap dari Abdullah sampai Nabi
Adam, tapi para ulama dan ahli sejarah sendiri berbeda pendapat perihal nasab Rasulullah di atas Adnan.
Nasab Rasulullah yang disepakati para ulama hanya nasab dari Abdullah sampai Adnan, sedangkan nasab
dari Adnan ke atas, para ulama berbeda pendapat. Syekh Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi
mengomentari hal ini dengan mengatakan:

“Adapun nasab Rasulullah di atas Adnan, para ulama berbeda pendapat, tidak ada yang bisa dianggap
paling shahih. Namun, semua ulama sepakat bahwa Adnan merupakan keturunan dari Ismail, Nabi Allah
putra Ibrahim Khalilullah 'alaihis salam.”2

Nasab dari Sisi Ibu, Bertemu di Kilab

Dalam al-Sirah al-Nabawiyyah karya Imam Ibnu Hisyam sendiri terdapat riwayat lain yang memiliki cara
penulisan berbeda dengan yang pertama, salah satunya riwayat Sayyidina Qatadah bin Dima’ah:

‫ِإْس َم اِع ْيُل ْبُن ِإْبَر اِهْيَم — خليل الرحمن — اْبِن َتاِر خ — وهو آزر — بن َناُخ ْو ر ابن َأْسُرغ بن َأْر ُغ و بن َفاِلخ بن َعاِبر بن َش اِلخ بن َأْر َفْخ َش ذ بن‬
‫سام بن ُنوح بن َلَم ك بن َم ُتوَش َلخ بن َأْخ ُنْو خ بن َيْر د بن َم ْهاَل ِئْيل بن َقاِين بن َأُنوش بن َش ْيت بن آَد َم‬

“Ismail bin Ibrahim Khalilurrahman bin Tarikh — beliau adalah Azar — bin Nakhur bin Asrugh bin Arghu
bin Falikh bin ‘Abir bin Syalikh bin Arfaksyadz bin Sam bin Nuh bin Lamak bin Matusyalakh bin Akhnukh
bin Yard bin Mahla’il bin Qayin bin Anusy bin Syit bin Adam 'alaihis salam.”3

1
(Imam Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyyah, ed. Umar Abdul Salam Tadmuri, Dar al-Kutub al-‘Arab, 1990, juz 1, h. 11-16).
2
(Syeikh Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi, Fiqh al-Sîrah al-Nabawiyyah Ma’a Mujaz li al-Tarîkh al-Khilâfah al-
Rasyîdah, Damaskus: Dar al-Fikr, 1991, h. 73).
3
(Imam Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyyah, 1990, juz 1, h. 18).
Perbedaannya terletak pada penulisan nama Asrugh, Arghû, ‘Âbir, Matûsyalakh, Mahlâ’îl, Qâyin, Anûsy,
dan Syît yang pada riwayat pertama ditulis Sârûgh, Ar’û, ‘Aibar, Mattûsyalakh, Mahlayil, Qaynan, Yânisy,
dan Syîts. Seperti yang dikatakan Imam Ibnu Sa’ad, perbedaan itu terjadi karena nama-nama itu bukan nama
Arab, melainkan nama ajam yang tidak dapat ditulis dengan tepat dalam tulisan Arab.

Dari sisi ibunya, Sayyidah Aminah, nasab Rasulullah Saw adalah:

‫ َو ُأُّمَها ُأُّم‬.‫ ]َو ُأُّمَها َبَّر ُة ِبْنُت َع ْبِد اْلُع َّز ي بن ُع ْثَم اَن بن َع ْبِد الَّد اِر بن ُقَصِّي بن َكاَل ب‬.‫ِهَي آِم َنُة ِبْنُت َو ْهٍب ْبِن َع ْبِد َم َناِف ْبِن ُزْهَر َة ْبِن ِكاَل ِب ْبِن ُم َّرَة‬
‫َح ِبْيِب بنت َأَس د بن َع ْبِد اْلُع َّز ي بن ُقَصِّي بِن ِكاَل ب‬

“Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah. [Ibunya Sayyidah Aminah adalah
Barrah binti Abdul ‘Uzza bin Utsman bin Abdul Dar bin Qushayy bin Kilab. Ibunya Barrah binti Abdul
‘Uzza adalah Ummu Habib binti Asad bin Abdul ‘Uzza bin Qushayy bin Kilab].”4

Keluarga Nabi
Nabi Muhammad saw merupakan keturunan dari orang-orang yang mulia dan terhormat. Nenek
moyangnya semuanya merupakan seorang terkemuka dan mempunyai kedudukan tinggi di kalangan
kaumnya. Nenek moyang Nabi Muammad saw sangat terkenal dengan kalam hikmah, keberanian dan
kedermawanannya. Maka sesuai dengan sabda Rasulullah yang diriwayatkan al-Abbas. Sesungguhnya
Rasulullah telah berkata:

“Allah telah menjadikan seluruh makhluk, dan Allah menjadikan aku sebaik-baiknya makhluk. Allah telah
memilihkan kepadaku beberapa kabilah, dan Allah telah memilihkan kepadaku sebaik-baiknya kabilah.
Allah telah memilihkan tempat tinggal dan Allah telah menjadikan kepadaku seebaik-baiknya tempat
tinggal. Maka aku dan tempat tinggalkulah yang paling baik dantara semua makhluk.”

Keluarga Nabi di kenal dengan nama Keluarga Hasyimiyah, yang dinisbatkan kepada kakek beliau,
Hasyim bin Abd Manaf. Berikut adalah Bigrafi Kakek-Kakek Nabi.

Kakek-Kakek Nabi Muhammad Saw

 Ma’ad bin Adnan


Ma’ad adalah seorang keturunan Nabi Ismail ‘alaihissalam yang ahli dalam pertempuran. Tidak satu pun
perang yang ia ikuti, kecuali membawa kemenangan. Tak pernah ia merasakan kekalahan. Karena besarnya
pengaruhnya dan kuatnya ketokohannya, ia sampai dikuniahi Abu al-Arab (bapaknya Arab).

 Nizar bin Ma’ad


Beliau merupakan orang tertampan di masanya dan paling unggul pemikirannya.

 Mudhor bin Nizar

4
(Imam Abdul Aziz al-Kinânî, al-Mukhtashar al-Kabîr fi Sîrah al-Rasûl, Amman: Dar al-Basyir, 1993, h. 19)
Secara bahasa, mudhar (‫ )ُمَض ر‬maknanya madhir (‫)َم اِض ر‬. Artinya yang orang yang memberikan bahaya. Ia
juga dikenal dengan ketampanannya. Setiap orang yang melihatnya pasti jatuh hati padanya. Mudhar adalah
orang pertama yang menunggang unta sambil bernyanyi. Karena ia pemilik suara emas. Nyanyiannya
bertujuan memberi semangat si onta yang sedang menempuh perjalanan di safar yang panjang. Di antara
ucapan hikmah yang diriwayatkan darinya adalah “Sebaik-baik kebaikan adalah yang disegerakan.
Persiapkan diri kalian menghadapi rintangannya. Dan alihkan dari hal-hal yang merusaknya. Karena
pembatas antara kebaikan dan kerusakan hanyalah kesabaran.”

 Ilyas bin Mudhor


Bagi masyarakat Arab, kedudukan Ilyas seperti kedudukan Lukman al-Hakim. Seorang bijak yang
dikisahkan dalam Alquran. Di antara ucapannya adalah “Siapa yang menanam kebaikan, ia akan memanen
kebhagiaan. Siapa yang menanam keburukan, ia akan panen penyesalan.”

 Fihr bin Ilyas


Fihr dialah yang disebut Quraisy dan nenek moyang orang-orang Quraisy. Keturunan Nabi Ismail yang
berada di atas Fihr, disebut Kinani (keturunan Kinanah). Sedangkan keturunan beliau yang lahir setelah Fihr
disebut Quraisy. Semua kabilah-kabilah Quraisy, nasabnya bertemu pada dirinya. Fihr adalah seorang yang
mulia lagi dermawan. Ia tidak menunggu orang datang untuk meminta kepadanya. Dialah yang mendatangi
mereka, memeriksa kondisi, dan melihat siapa yang membutuhkan. Lalu ia cukupi kebutuhan mereka dengan
hartanya. Di antara sahabat Nabi yang nasabnya bertemu dengan Nabi pada Fihr adalah Abu Ubaidah bin al-
Jarrah radhiallahu ‘anhu.

 Ka’ab
Beliau merupakan kakek keenam Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu. Beliau pernah mengumpulkan
kaumnya di Hari Arubah. Hari yang penuh rahmat. Yaitu hari Jumat. Ia menyebut-nyebut tentang akan
diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia berikan kabar pada kaumnya kalau nabi tersebut
dari keturunannya. Tak lupa ia perintahkan agar kaumnya mengikuti nabi tersebut.Ka’ab.

 Murroh
Murrah adalah kakek keenam Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan kakek keenam juga dari
Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu. Pada dirinya pula nasab Imam Malik rahimahullah bertemu
dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

 Kilab
Nama sebenarnya adalah Hakim. Ada juga yang mengatakan Urwah. Namun ia dilaqobi dengan Kilab (yang
artinya anjing) karena sering berburu dengan menggunakan anjing. Kilab merupakan kakek ketiga dari Ibu
Nabi, Aminah binti Wahb. Pada Kilab-lah nasab ayah dan ibu Nabi Muhammad bertemu. Dialah yang
menamai bulan-bulan Arab seperti yang kita kenal sekarang. Membuat pengaturan bulan menunjukkan
kecerdasan. Kemudian dijadikan rujukan masyarakat Arab setelahnya menunjukkan kedudukan dan
pengaruhnya yang kuat.

 Qushoy
Qushay dilahirkan pada tahun 400 M. Nama aslinya adalah Zaid. Beliau digelari Mujammi’ (pemersatu)
karena berhasil menyatukan kabilah-kabilah Quraisy di Mekah. Sebelumnya, kabilah ini tinggal terpisah-
pisah. Mereka membentuk koloni-koloni kecil di puncak-puncak bukit. Kekuatan mereka pudar. Terpojok
oleh orang-orang Khuza’ah. Kemudian ia himpun anak keturunan Fihr ini. Lalu menjadi kekuatan baru di
Mekah yang menandingi Khuza’ah. Apa yang diakukan Qushay ini luar biasa. Pencapaian yang tidak
mungkin dilakukan kecuali oleh orang yang memiliki jiwa yang teguh dan tekad yang kuat.

Setelah mengembalikan kekuasaan putra-putra Nabi Ismail atas Kota Mekah, Qushay melakukan reformasi
di tanah suci itu. Ia tercatat sebagai orang pertama yang melakukan perbaikan Ka’bah setelah Nabi Ibrahim.
Qushay membuat menajemen tanah suci. Ia membuat Hijabah yang mengatur pergantian kiswah. Ada
Siqayah yang bertugas memberi minum untuk jamaah haji. Dan ada Rifadah yang bertugas menyediakan
makanan untuk tamu-tamu Allah itu. Lalu beliau membuat Nadwah sebagai dewan syura. Semua
permasalahan masyarakat dimusyawarahkan di rumahnya. Demikian juga dengan masalah akad pernikahan
dan permasalahan pertempuran. Rumahnya ibarat Gedung serbaguna tempat pertemuan orang-orang Arab.
Ada yang mengatakan, beliau dilaqobi dengan Qushay karena terpisah jauh dengan keluarga dan kampung
halamannya. Setelah ayahnya wafat, ia berkelana menuju Syam. Karena itu, Hudzafah bin Ghanam
mengatakan, “Ayah kalian (orang-orang Quraisy) yang bernama Qushay disebut sebagai pemersatu. Dengan
perantara dirinya, Allah satukan kabilah-kabilah dari keturunan Fihr.”

Saat menjelang wafat, Qushay melarang anak-anaknya untuk menenggak khamr. Karena ia tahu persis
mudharatnya. Dan yang pertama ia perhatikan adalah orang-orang terdekatnya. Qushay wafat pada tahun
480 M. Usianya saat itu 80 tahun.

 Abdu Manaf bin Qushay


Nama aslinya adalah al-Mughirah. Ia adalah seorang yang rupawan. Orang-orang Quraisy menyebutnya
dengan al-Fayyadh (melimpah) karena kedermawanannya yang luar biasa. Dia juga merupakan kakek
keempat dari Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu. Dan kakek kesembilan dari Imam asy-Syafi’I
rahimahullah.

 Hasyim
Namanya adalah Amr bin Abdu Manaf. Disebut Amr karena tingginya kedudukannya. Di antara anak
keturunan Abdu Manaf, Hasyim-lah yang dimuliakan oleh kaumnya dengan pemuliaan setara dengan
ayahnya.

Lalu mengapa Amr dipanggil Hasyim? Suatu ketika, masyarakat Quraisy ditimpa wabah kelaparan. Karena
kemarau panjang melanda daratan padang pasir yang panas itu. Melihat kondisi ini, Hasyim tak tinggal diam.
Ia berangkat menuju Syam. Membeli bahan makanan pokok yang dibutuhkan kaumnya. Sepulangnya dari
Syam, ia bawa gandum dan roti. Kemudian ia bagi-bagikan ke penduduk Mekah. Ia juga menyembelih
hewan, lalu dagingnya dijadikan adonan roti daging (tsarid). Semua itu ia lakukan demi melayani kaumnya.
Ia terus menyetok makanan untuk Mekah selama satu tahun lamanya.

Jasa dan perananannya begitu besar bagi masyarakat Mekah. Harta yang ia dapatkan bukan ditumpuk
kemudian mendapat gelar orang terkaya. Tapi hart aitu ia tebar. Agar terasa keberkahan untuk orang-orang di
sekitarnya. Ia menjadi orang yang bermanfaat bukan hanya bagi keluarga, tapi bagi masyarakat secara luas.
Karena kedermawanannya inilah ia disebut Hasyim ats-tsarid (sang pembagi-bagi roti daging). Ia digelari
Sayyidul Bath-ha’. Kedermawanannya terus saja dirasakan masyarakat baik dalam kondisi lapang apalagi
sulit. Dialah seorang yang kaya raya. Yang mengokohkan kebenaran. Dan membuat tenang orang yang
ketakutan. Ia adalah orang pertama yang membuat inisiatif perdagang Quraisy di dua rute yang legendaris.
Perjalanan di musim dingin menuju Yaman dan Habasyah. Dan di musim panas menuju Syam.

 Abdul Muthalib
Ia adalah satu-satunya putra Hasyim. Ibunnya bernama Salma binti Zaid an-Najjariyah. Sebenarnya, Abdul
Muthalib bukanlah nama aslinya. Namanya adalah Syaibah al-Hamd. Syaibah artinya uban. Karena saat
dilahirkan ada rambut putih di kepala Abdul Muthalib. Dinamakan al-Hamd (pujian) karena diharapkan ia
menjadi orang yang terpuji di tengah kaumnya. Lalu mengapa ia lebih dikenal dengan Abdul Muthalib?

Dalam perjalanan safar dagang ke Syam Ayah Syaibah, Hasyim bin Abdu Manaf, singgah di Yatsrib (Kota
Madinah sekarang). Di sana ia menikah dengan perempuan penduduk setempat dari Bani Najjar, namanya
Salma bin Zaid. Tak lama setelah menikah, Hasyim melanjutkan perjalanan ke Syam. Ternyata ia wafat di
sana. Beberapa lama kemudian, saudara-saudara Hasyim: al-Muthalib, Naufal, dan Abdu Syams, mendengar
kabar bahwa mereka memiliki keponakan di Yatsrib. Mereka bersepakat agar anak saudaranya itu dijemput
untuk tinggal bersama keluarganya di Mekah. Diutuslah al-Muthallib untuk menjemputnya.

Setibanya di Mekah, al-Muthalib membonceng keponakannya, Syaibah. Saat itu, Syaibah kecil tampak kotor
dan kusam kurang terurus. Padahal ia putra bangsawan dan dan orang terkaya di Mekah. Orang-orang
bertanya, “Siapa ini”? “Hamba sahayaku,” jawab al-Muthallib. Ia malu. Jangan sampai nama baik
saudaranya rusak karena dianggap menyia-nyiakan anaknya. Karena itu, Syaibah lebih dikenal dengan Abdul
Muthalib (hambanya al-Muthalib). Laqob ini kian masyhur. Hingga ia dikenal dengan sebutan itu. Bukan
dengan nama aslinya.

Abdul Muthallib adalah seorang yang makbul doanya. Pribadi yang sangat penyantun. Sampai-sampai
terhadap hewan. Ia sering membawa piring besar hidangannya menuju puncak bukit untuk memberi
makanan burung-burung dan hewan-hewan liar. Oleh karena itu, ia digelari al-Fayyadh (yang melimpah).
Gelaran yang sama dengan kakeknya, Abdu Manaf.

Abdul Muthalib seorang yang disegani masyarakat Quraisy. Tokoh besar dan orang terhormat di tengah
mereka. Ia juga seorang yang bijak. Menjadi rujukan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
masyarakat. Dialah orang pertama yang beribadah di Gua Hira. Saat bulan Ramadhan tiba, ia pergi ke Hira.
Di sana ia memberi makan orang-orang miskin.
Kakek Nabi Muhammad ini memiliki usia yang cukup panjang. Ada yang mengatakan 100 tahun. Bahkan
ada yang mengatakan lebih dari itu. Kebijaksanaannya berusaha ia turunkan pada anak-anaknya. Ia
perintahkan anak-anaknya untuk meninggalkan perbuatan zalim dan jahat. Memotivasi mereka untuk
berakhlak mulia. Melarang mereka mengerjakan hal-hal yang rendah.

Menurut Syaikh Muhammad Rasyid Ridha, di akhir hayatnya, Abdul Muthallib meninggalkan paganisme.
Dan kembali menauhidkan Allah. Namun pernyataan beliau ini perlu kita kaji lebih mendalam lagi dengan
membandingkan pendapat dan riwayat dari sejarawan lainnya.

Ghaflun Nasabah mengatakan, “Abdul Muthallib adalah seorang yang berkulit putih. Berpostur tinggi dan
tampan. Memiliki wibawa bagai seorang raja. Anak-anaknya biasa mengelilingnya karena menghormatinya.
Dan dialah yang menggali sumur zam-zam setelah lama terpendam. Kemudian ia beri minum jamaah haji
dari sumur tersebut. Ia adalah sosok yang begitu berwibawa dan terhormat di mata Quraisy. Bahkan di
seluruh Jazirah Arab.”

Saat ia memiliki cucu yang bernama Muhammad bin Abdullah, ia muliakan cucunya yang masih kecil itu. Ia
berkata,

‫إن البني هذا لشأًنا عظيما‬

“Sungguh cucuku ini akan memiliki perkara yang besar.”5

C. Bukti Kemuliaan Nasab Nabi Muhammad


Nabi Muhammad Saw adalah manusia yang diberi keistimewaan luar biasa oleh Allah. Pungkasan
para Nabi dan Rasul, makhluk terbaik yang sempurna. Sempurna di segala sisi, tentunya termasuk
nasabnya yang mulia, bersih dari segala kekotoran. Baik yang sifatnya hissy (indrawi) ataupun ruhy
(spiritual).

)219( ‫) َو َتَقًّلَبَك ِفي الَّساِج ِد ْيَن‬218( ‫اَّلِذ ي َيَر اَك ِح ْيَن َتُقْو ُم‬

“Ia (Allah) ialah dzat yeng melihatmu ketika engkau berdiri (untuk shalat) (218) dan melihat pula
pergerakanmu diantara orang-orang yang sujud”. (Al-Syu’ara (26): 218-219)

Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim (6/171) terkait ayat tersebut, menukil
pendapat Imam Al-Bazzar dan Ibnu Hatim (salah satunya) mengatakan demikian:

‫ َح َّتى َأْخ َر َج ُه َنِبًّيا‬, ‫ َيْع ِنى َتَقُّلَبُه ِم ْن ُص ْلِب َنِبٍّي ِإَلى ُص ْلِب َنِبٍّي‬:‫ َع ِن اْبِن َعَّباٍس َأَّنُه َقاَل ِفي َهِذِه اَاْلَيِة‬, ‫ ِم ْن َطِرْيَقْيِن‬,‫َو َر َو ى الَبَّز اُر َو اْبُن َح اِتم‬

5
M. Harris dkk (Tim FKI ATSAR), “ buku Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad Saw: Lentera Kegelapan.”, hal.632-636
“Imam Al-Bazzar dan Ibnu Hatim dari dua jalur meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ia menafsiri
terkait ayat ini dengan: yakni pergerakan Nabi Saw dari satu punggung Nabi ke punggung Nabi
lainnya, sampai Nabi Saw keluar (lahir) dan kemudian menjadi Nabi”.

Nabi Muhammad Saw adalah keturunan dari Nabi Ibrahim. Sedang Nabi Ibrahim dalam Al-Qur’an
surat Al- An’am (6): 74) menyatakan ayahnya yang bernama Azar menyembah berhala, dalam artian
seorang non-muslim, bagaimana menjawabnya?.

Syekh Ahmad bin Muhammad Al-Shawi dalam kitabnya Hasyiah al-Shawi ‘ala Tafsir Jalalain
(1/460) menjelaskan terkait ayat tersebut dengan dua “makhraj”, jalan keluar.

Pertama, nasab Nabi Muhammad Saw dijaga oleh Allah dari kekotoran “kemusyrikan” selagi cahaya
kenabian masih berada dalam punggung ayah-ayahnya. Ketika cahaya kenabian Nabi Saw telah
berpindah mereka “baru” melakukan kemusyrikan. Kedua, Azar bukanlah ayah asli Nabi Ibrahim As,
melainkan pamannya. Ayah Nabi Ibrahim As bernama Tarikh wafat pada zaman fatrah. Disebutnya
Azar sebagai ayah Nabi Ibrahim As dalam ayat tersebut merupakan salah satu kebiasaan bangsa
Arab, yang terbiasa menyebut paman dengan ayah.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Ada Tiga bagian nasab Nabi Muhammad Saw :

1. Bagian yang disepakati kebenaranya oleh pakar Biografi dan nasab, yaitu nasab Nabi sampai Adnan.
2. Bagian yang masih diperselisihkan dikalangan banyak ulama, yaitu antara nasab yang tidak diketahui secara
pasti dan nasab yang harus dibicarakan, tepatnya Adnan ke atas hingga Ibrahim As.
3. Bagian yang sama sekali tidak diragukan bahwa didalamnya ada hal-hal yang tidak benar, yaitu nabi Ibrahim
ke atas hingga nabi Adam As.
Nabi Muhammad saw merupakan keturunan dari orang-orang yang mulia dan terhormat. Nenek moyangnya
semuanya merupakan seorang terkemuka dan mempunyai kedudukan tinggi di kalangan kaumnya.

Nabi Muhammad Saw adalah manusia yang diberi keistimewaan luar biasa oleh Allah. Pungkasan
para Nabi dan Rasul, makhluk terbaik yang sempurna. Sempurna di segala sisi, tentunya termasuk
nasabnya yang mulia, bersih dari segala kekotoran. Baik yang sifatnya hissy (indrawi) ataupun ruhy
(spiritual).

)219( ‫) َو َتَقًّلَبَك ِفي الَّساِج ِد ْيَن‬218( ‫اَّلِذ ي َيَر اَك ِح ْيَن َتُقْو ُم‬

“Ia (Allah) ialah dzat yeng melihatmu ketika engkau berdiri (untuk shalat) (218) dan melihat pula
pergerakanmu diantara orang-orang yang sujud”. (Al-Syu’ara (26): 218-219)
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz al-Kinânî,Imam, “ al-Mukhtashar al-Kabîr fi Sîrah al-Rasûl, “Amman: Dar al-
Basyir, 1993, h. 19)
Ibnu Hisyam,Imam, al-Sirah al-Nabawiyyah, ed. Umar Abdul Salam Tadmuri, Dar al-Kutub
al-‘Arab, 1990, juz 1, h. 11-16).
Sa’id Ramadhan al-Buthi,Muhammad, “Fiqh al-Sîrah al-Nabawiyyah Ma’a Mujaz li al-
Tarîkh al-Khilâfah al-Rasyîdah,” Damaskus: Dar al-Fikr, 1991, h. 73).
Ibnu Hisyam, Imam, “al-Sirah al-Nabawiyyah,” 1990, juz 1, h. 18).
M. Harris dkk (Tim FKI ATSAR), “ buku Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad Saw: Lentera
Kegelapan.”, hal.632-636

Anda mungkin juga menyukai