Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perjuangan islam ini, Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam selain


berdakwah kepada orang lain, sudah tentunya di dalam perjuangan ini di
dalamnya juga ada keluarga beliau Shollallahu Alaihi Wasallam. Yang mana
sikap dan respon dari mereka berbeda dengan perjuangan Rasulullah
Shollallahu Alaihi Wasallam.

Keluarga beliau yang menerima Islam di dalam hatinya berhak untuk kita
agungkan. Sebagaimana kita pahami bersama bahwa apabila kita mencintai
sesuatu maka kita dituntut untuk mencintai apa yang dicintai oleh orang yang
kita cintai tersebut sebagai realisasi dalam wujud pengakuan kita dalam hal
tersebut.

Sebagai sosok manusia yang paling berpengaruh di dunia ini, Rasulullah


Shollallahu Alaihi Wasallam mempunyai nasab dan keturunan yang sangat
jelas. Data ini selalu dijaga oleh para ulama dalam hal ini sebagai penjaga ilmu
agama yang diturunkan oleh Allah Subhanahu Wata'ala kepada nabi Shollallahu
Alaihi Wasallam/

Maka, sebagai umat muslim kita juga dituntut agar kiranya kita dapat
mengetahui dan mengenal masing-masing dari keluarga beliau. Meskipun
dalam risalah ini penulis tidak mencantumkan semua keluarga beliau mengingat
keterbatasan waktu dan kemampuan kami sebagai penulis.

Berdasarkan hal tersebut, penulis berinisiatif untuk mengangkat sebuah karya


tulis yang berjudul “Nasab dan keluarga Nabi Shollallahu Alaihi Wasallam”.

Semoga dengan karya ini kita semua dapat mengambil pelajaran dan dapat
menambah wawasan kita kepada beliau dan keluarganya. Amin.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Membahsan tentang pengertian nasab
2. Membaas nasab Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam
3. Membahas beberapa keluarga beliau secara garis besar

1.3 Maksud dan Tujuan


1. Memahami arti nasab yang sebenarnya.
2. Mengetahui nasab keturunan Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam
3. Mengenal keluarga beliau
4. Menambah kecintaan kita kepada Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam
dan keluarganya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nasab

Nasab adalah kajian tentang keluarga dan penelusuran jalur keturunan


serta sejarahnya. Ahli genealogi menggunakan berita dari mulut ke mulut,
catatan sejarah, analisis genetik, serta rekaman lain untuk mendapatkan
informasi mengenai suatu keluarga dan menunjukkan kekerabatan dan silsilah
dari anggota-anggotanya. Hasilnya sering ditampilkan dalam bentuk bagan
(disebut bagan silsilah) atau ditulis dalam bentuk narasi.

Beberapa ahli membedakan antara genealogi dan sejarah keluarga dan


membatasi genealogi hanya pada hubungan perkerabatan, sedangkan "sejarah
keluarga" merujuk pada penyediaan detail tambahan mengenai kehidupan dan
konteks sejarah keluarga tersebut.

Nasab atau garis keturunan adalah sesuatu yang sangat dijaga dan
diperhatikan oleh Islam. Demikian kuatnya Islam dalam memperhatikan nasab,
ia pun dijadikan salah satu dari lima hal yang wajib dijaga dalam Islam. Karena
itu Islam melarang perzinahan, salah satu hikmahnya agar nasab terjaga.

Perhatian Islam terhadap nasab juga dengan menjadikannya salah satu


indikator kedudukan seseorang. Apabila seorang laki-laki hendak menikahi
seorang wanita, maka salah satu faktor yang dipertimbangkan adalah nasabnya.
Walaupun nasab bukan segalanya karena kedudukannya masih kalah dibanding
faktor ketakwaan.

Demikian juga dengan Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa


sallam, beliau juga memiliki keutamaan nasab. Beliau merupakan keturunan
orang-orang pilihan di setiap generasinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

3
‫ واصطفى من ولد اسماعيل‬. ‫ان هللا اصطفى من ولد ابراهيم اسماعيل‬
‫ واصطفى من قريش بنى‬. ‫ واصطفى من بنى كنانة قريشا‬. ‫بنى كنانة‬
‫ واصطفانى من بنى هاشم‬. ‫هاشم‬

“Sesungguhnya Allah memilih Ismail dari anak-anak keturunan Ibrahim. Dan

memilih Kinanah dari anak-anak keturunan Ismail. Lalu Allah memilih Quraisy
dari anak-anak keturunan Kinanah. Kemudian memilih Hasyim dari anak-anak
keturunan Quraisy. Dan memilihku dari anak keturunan Hasyim.” (HR.
Muslim dan Ibnu Majah).

Sebagai umat Nabi Muhammad kita pun selayaknya mengenal nasab


beliau. Berikut ini nasab lengkap Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam.

2.2 Nasab Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wasallam

Beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim
bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin
Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin
Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Kemudian para
sejarawan menyebutkan ada empat nama di atasnya hingga sampai ke Nabi
Ismail bin Ibrahim.

Tidak ada perselisihan di kalangan ahli sejarah bahwa Adnan adalah anak
dari Nabi Ismail ‘alaihissalam. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dari kalangan Arab Adnaniyah atau al-Arab al-Musta’rabah.

Para ahli sejarah membagi orang-orang Arab menjadi tiga golongan:

4
1. Al-Arab al-Baidah (‫ )العرب البائدة‬mereka adalah orang-orang Arab kuno
yang sudah punah. Seperti kaum ‘Aad, Tsamud, Kan’an, dll.
2. Al-Arab al-‘Aribah (‫ )العرب العاربة‬mereka adalah orang Arab asli dari
keturunan Ya’rib bin Yasyjub bin Qahthan. Karena itu, mereka juga disebut
Arab Qahthaniyah. Mereka berasal dari Yaman.
3. Al-Arab al-Musta’robah (‫ )العرب المستعربة‬mereka adalah orang yang ter-
arabkan dari keturunan Nabi Ismail bin Ibrahim ‘alaihimassalam. Mereka
dikenal dengan Arab Adnaniyah

Mengapa Arab Adnaniyah disebut al-Arab al-Musta’robah, orang yang


ter-arabkan, karena nenek moyang mereka Nabi Ismail bin Ibrahim
‘alaihimassalam bukanlah seorang yang berasal dari Jazirah Arab. Nabi Ibrahim
berasal dari Irak. Kemudian beliau membawa anaknya Ismail ke Jazirah Arab.
Nabi Ismail menetap di sana, menikah dengan orang-orang setempat, dan
memiliki keturunan. Inilah yang menyebabkan keturunan Nabi Ismail ini
disebut dengan al-Arab al-Musta’robah.

Para ulama berpendapat siapapun yang nasabnya sampai kepada Hasyim,


maka dia adalah keluarga ahlul bait Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berbeda
dengan orang-orang Syiah yang hanya mengkategorikan ahlul bait Nabi hanya
dari anak keturunan Ali dan Fatimah saja.

2.3 Ayah Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wasallam

Abdullah bin Abdul Muthalib (545-570) adalah ayah dari Nabi


Muhammad SAW. Ia adalah putra dari Shaiba bin Hasyim (`Abdul Muthalib),
dan menikah dengan Aminah binti Wahab. Abdullah meninggal dalam
perjalanan kafilah antara Madinah dan Mekah karena sakit, pada usia dua puluh
lima

5
Meski meninggal dalam usia muda, Abdullah bin Abdul Muthalib adalah
termasuk benang merah dalam sejarah kehidupan Nabi Muhammad Shollallahu
Alaihi Wasallam. Karena dari benihnyalah lahir seorang manusia paling mulia
dalam sejarah umat manusia. Lahir di kota Mekkah, riwayat Abdullah bin
Abdul Muthalib secara keseluruhan adalah juga sejarah Abdul Muthalib,
ayahandanya. Karena kelahiran Abdullah mengiringi sebuah cerita dramatik
yang seakan menjadi pertanda penting dalam menentukan episode hidup Nabi
SAW berikutnya.

Biasanya, dalam memprediksi tahun kelahiran seorang tokoh yang tidak


hadir pada zamannya, sejarawan mengaitkannya pada kejadian besar yang
pernah terjadi pada masa tokoh itu hidup, sebelum dia lahir atau pun setelah
kematiannya. Seperti saat menentukan kelahiran Nabi Besar Muhammad
Shollallahu Alaihi Wasallam yang bersanding dekat dengan peristiwa
diserangnya Ka’bah oleh tentara bergajah pimpinan Abrahah. Kemudian
sejarah mengenalnya sebagai ‘amul fiil (tahun gajah) 570 M.

Uniknya, dalam kasus Abdullah bin Abdul Muthalib tidak ada kejadian
berdekatan yang bisa disandarkan untuk menentukan tahun kelahirannya.
Hingga para sejarawan dalam menentukan tahun kelahirannya, perlu menarik
jauh masanya sampai tahun gajah, di mana pada tahun itu pula anak semata
wayangnya, Muhammad, lahir. DR. Haikal dalam “Hayat Muhammad”,
mencoba membongkar misteri tahun kelahiran Abdullah, hingga terciptalah
syajarah nasab (pohon nasab) yang memuat silsilah keluarga Nabi berikut tahun
kelahirannya.

Memang tidak ada seorang pun yang mampu melukis sosok Abdullah bin
Abdul Muthalib secara detail. Namun mengikuti perkataan Nabi SAW bahwa
saat seseorang semakin bertambah umurnya, dia akan semakin menyerupai
bapaknya. Maka cukuplah meraba sosok Abdullah bin Abdul Muthalib dari

6
sifat-sifat yang ada pada diri anaknya, Muhammad Shollallahu Alaihi
Wasallam.

Kembali sejarawan berselisih dalam menetapkan umur Abdullah bin


Abdul Muthalib saat menikahi Aminah binti Wahab. Sebagian menyebut angka
18 tahun, dan lainnya mengatakan lebih dari itu. Al-Isti’ab menyebut umur
Abdullah bin Abdul Muthalib saat menikahi Aminah mencapai 30 tahun, angka
yang aneh jika dikaitkan dengan kebiasaan masyarakat arab yang mengawinkan
anaknya dalam usia muda.

Satu hal yang pasti dalam masalah ini, Abdullah bin Abdul Muthalib
menikahi Aminah setelah lolos dari undian yang menentukan dia sebagai
sembelihan bapaknya; satu-satunya peristiwa dramatik dari Abdullah bin Abdul
Muthalib yang dikenang sejarah. Ahmad Taaji dalam sirah-nya menyebut umur
Abdullah bin Abdul Muthalib saat itu 18 tahun.

Dalam Mustadrak-nya, Al-Hakim meriwayatkan sebuah hadits dari


Mu’awiyyah yang mengisahkan Rasul pernah dipanggil dengan “Ibnu Adz-
Dzabihaini” oleh sahabat Ibnu ‘Arabi. Beliau hanya tersenyum tanpa sedikitpun
menyangkalnya.

Sahabat lain pun bertanya: “Siapa Dzabihaini itu ya Rasulullah?”


“Mereka berdua Ismail dan Abdullah”, Jawab Rasulullah Shollallahu Alaihi
Wasallam.

Bahkan, dalam kaitannya dengan julukan Abdullah sebagai Adz-Dzabih-


- Ibnu Burhanuddin, mengangkat sebuah hadits yang dengan bahasa telanjang
Rasulullah menyebut dirinya, “Ana ibnu Dzabihaini”. Namun dia tidak
mengingkari ke-gharib-an hadits ini dikarenakan dalam sanadnya ada satu
periwayat yang majhul. Terlepas dari perdebatan ulama tentang status hadits
pengakuan Nabi sebagai ibnu Dzabihaini, banyak hadits lain yang substansinya
sejalan dengan klaim Nabi tersebut

7
Maka sejarah Abdullah bin Abdul Muthalib bergulir dari sini. Saat itu
pembesar Quraisy menentang keras hasrat Abdul Muthalib menggali sumur
Zamzam, di karenakan letaknya yang berada di antara dua berhala, Ash dan
Nailah. Selain itu, mereka juga mengetahui Abdul Muthalib tidak mempunyai
apa dan siapa, kecuali seorang anak laki-laki yaitu Al-Harits. Masih ditambah
lagi dengan aura homo homini lupus (manusia adalah serigala bagi manusia
yang lain, -red) yang sedang menjangkiti kabilah-kabilah besar penguasa tanah
arab. Maka lengkaplah alasan Abdul Muthalib untuk tidak berdaya.

Abdul Muthalib pun beranjak pergi dalam galau yang mendalam. Lalu
berdiri di hadapan Ka’bah dan bernadzar kepada Allah Subhanahu Wata'ala.
Dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Sa’ad yang sanadnya marfu’ sampai
Abdullah bin Abbas Rodhiallahu 'Anhu , menuturkan: Ketika Abdul Muthalib
bin Hasyim menyadari bahwa hanya sedikit kemampuan yang dia miliki untuk
menggali Zamzam, dia pun bernadzar, “Jika aku dikaruniai sepuluh anak laki-
laki, dan setelah mereka dewasa mampu melindungiku saat aku menggali
Zamzam, maka aku akan menyembelih salah seorang dari mereka di sisi Ka’bah
sebagai bentuk korban”. Seiring perjalanan zaman, anak-anak Abdul Muthalib
pun menjadi besar dan telah genap sepuluh orang. Abdul Muthalib berniat
merealisasikan rencananya menggali Zamzam, sambil bersiap-siap
mengorbankan salah satu anaknya sebagai bentuk pelaksanaan dari nadzar yang
dia ucapkan.

Maka dilakukanlah undian atas sepuluh anaknya, lalu keluarlah nama


anaknya yang paling kecil, Abdullah. Ketika nama Abdullah keluar dalam
undian, maka orang yang ada di sekitarnya berusaha menolak, mereka
mengatakan tidak akan membiarkan Abdullah disembelih. Abdullah saat itu
terkenal sebagai seorang yang bersih, tidak pernah menyakiti siapa pun.
Senyuman khas Abdullah terkenal sebagai senyuman yang paling lembut di

8
kawasan jazirah Arab. Muatan rohaninya demikian jernih, dan hatinya yang
mulia seolah taman bunga di tengah gurun sahara yang tandus. Sungguh
Abdullah telah menarik simpati masyarakat di sekitarnya.

Oleh karena itu, semua manusia datang kepadanya dan menentang usaha
penyembelihannya. Para pembesar Quraisy berkata, “Lebih baik kami
menyembelih anak-anak kami sebagai tebusan baginya, daripada ia yang harus
disembelih. Tidak ada yang lebih baik dari dia. Pertimbangkanlah kembali
masalah ini, dan biarkan kami bertanya kepada Kahin (Peramal-dukun)”.

Abdul Muthalib tidak mampu menghadapi tekanan ini, lalu


mempertimbangkan kembali apa yang telah ditetapkannya. Kemudian
pembesar Quraisy mendatangi seorang Kahin. “Berapa taruhan yang kalian
miliki?” Tanya Kahin. “Sepuluh ekor unta.” Jawab mereka. “Datangkanlah
sepuluh unta, lalu lakukanlah kembali undian atasnya dan atas nama Abdullah,
jika dalam pengundian yang keluar nama Abdullah lagi maka tambahlah
sepuluh ekor unta, begitu seterusnya, hingga tidak keluar lagi nama Abdullah”,
Perintah Kahin kepada mereka. Kemudian dilakukanlah undian atas nama
Abdullah dan sepuluh ekor unta yang besar.

Undian itu pun masih selalu mengeluarkan nama Abdullah, dan Abdul
Muthalib menambah sepuluh ekor unta lagi, hingga saat jumlah unta mencapai
seratus ekor maka keluarlah nama unta tersebut. Masyarakat begitu gembira
hingga berlinang air mata, demi menyaksikan Abdullah berhasil diselamatkan.
Kemudian disembelihlah seratus ekor unta di sisi Ka’bah sebagai ganti
Abdullah. Kedua hadits di atas [hadits pengakuan nabi sebagai ibnu Adz-
Dzabihaini dan hadits kisah penyembelihan Abdullah] mengisyaratkan sebuah
kongklusi, walau keduanya berbeda dalam status, namun keduanya bersepakat
bahwa Abdullah bin Abdul Muthalib adalah Adz-Dzabih sebagaimana Ismail.
Maka tanpa melihat status gharibnya hadits “Ana Ibnu Ad-Dzabihaini”,
Muhammad tetaplah ibnu Dzabihaini.

9
Rancangan jahat orang Yahudi membunuh Rasulullah Shollallahu Alaihi
Wasallam telah direncanakan sejak sebelum Rasulullah lahir. Usaha itu
dilakukan bahkan ketika beliau masih berada dalam sulbi ayahnya, Abdullah
bin Abdul Muthalib dan saat berada dalam perut ibunya, Aminah. Setelah beliau
lahir, usaha membunuh Beliau semakin menjadi-jadi.

Para dukun dan Rabi Yahudi berusaha keras membunuh Abdullah bin
Abdul Muthalib, ayah Nabi Muhammad SAW. Salah satu tokoh mereka
mengatakan: “Siapkan makanan yang telah diberi racun yang sangat mematikan
dan kemudian makanan itu berikan kepada Abdul Muthalib.”

Orang-orang Yahudi melakukan hal itu lewat para perempuan yang


menutup wajahnya dengan kain. Setelah makanan tersebut selesai dibuat,
mereka membawanya kepada Abdul Muthalib.

Ketika sampai di rumah Abdul Muthalib, isterinya keluar dan


menyambut mereka. Mereka berkata: “Kami masih keturunan Abdi Manaf dan
itu berarti masih famili jauh kalian.”

Mereka lantas memberikan makanan tersebut sebagai hadiah. Setelah


mereka pergi, Abdul Muthalib berkata kepada keluarganya: “Kemarilah
keluargaku, kita menyantap bersama apa yang dibawakan oleh famili jauh kita.”

Namun, saat mereka hendak memakan hidangan yang dibawa itu,


terdengar suara dari makanan tersebut: “Kalian jangan memakan aku, karena
aku telah diracuni oleh mereka.”

Keluarga Abdul Muthalib tidak jadi makan dan kemudian berusaha


mencari tahu siapa para perempuan yang menghadiahi mereka hidangan itu.
Namun selidik punya selidik mereka tidak berhasil mengetahui identitas
mereka. Ini adalah salah satu tanda-tanda kenabian Rasulullah SAW sebelum
lahir.

10
Tidak berhasil, kembali sekelompok Rahib Yahudi dengan memakai
pakaian pedagang Syam memasuki kota Mekkah. Mereka sengaja datang ke
sana untuk membunuh Abdullah bin Abdul Muthalib, ayah Rasulullah SAW.
Sejak awal mereka telah mempersiapkan pedang yang telah diolesi racun.
Mereka dengan sabar menanti kesempatan untuk melaksanakan rencana yang
telah dibuat jauh-jauh hari.

Suatu hari, Abdullah bin Abdul Muthalib keluar dari kota Mekkah untuk
berburu. Orang-orang Yahudi melihat ini sebagai sebuah kesempatan bagus
untuk membunuh Abdullah. Di suatu tempat mereka mengepung dan hendak
membunuhnya. Namun lagi-lagi usaha mereka gagal, karena tiba-tiba ada
sekelompok Bani Hasyim yang kembali dari perjalanan melalui tempat tersebut.
Dan untuk kesekian kalinya Abdullah bin Abdul Muthalib berhasil selamat dari
niat busuk orang-orang Yahudi.

Sempat terjadi bentrok antara orang-orang Yahudi dan Bani Hasyim


yang berujung pada sejumlah pendeta Yahudi tewas dan sebagian lainnya
ditawan dan dibawa kembali ke Madinah.

Abdullah bin Abdul Muthalib, ayah Rasulullah SAW, meninggal secara


misteri. Sebahagian ada yang meriwayatkan beliau meninggal pada umur 17
tahun sementara lainnya menyebutkan 25 tahun.

Abdullah sakit dan wafat serta dikuburkan di kota Madinah ditempat


keluarga neneknya Bani Adi bin Najaar, ketika melakukan perjalanan pulang
berdagang dikota Madinah.

Beliau dimakamkan di rumah An-Nabigha-Ju'di. Ia berumur dua puluh


lima tahun ketika ia meninggal. Kebanyakan sejarawan menyatakan bahwa
kematiannya adalah dua bulan sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Beberapa orang lain mengatakan bahwa kematiannya adalah dua bulan setelah
kelahiran Nabi Shollallahu Alaihi Wasallam .

11
Abdullah bin Abdul Muthalib meninggalkan kekayaan sangat sedikit,
yakni lima unta, sejumlah kecil kambing, seorang hamba sahaya, yaitu Ummu
Aiman yang kelak kemudian akan menjadi pengasuh Nabi.

2.4 Ibunda Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam


Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf bin Zahra bin Kilab. Lahir dari
seorang ibu yang bernama Barah putri Abdul Uza bin Usman bin Abdud-Dar
bin Qasha dimana ibu Barah juga adalah putri dari Ummu Habib binti Asad bin
Abdul Uza bin Qasha.
Dalam literatur-literatur sejarah, tidak disebutkan secara rinci tentang
biografi kehidupan Aminah binti Wahab. Yang disebutkan hanyalah periode-
periode khusus seperti pernikahan dengan Abdullah dan masa ketika
mengandung Rasulullah Saw.
Pernikahan dengan Abdullah dan Masa Mengandung Rasulullah Saw
Setelah peristiwa kurban seratus unta sebagai tebusan tiadanya hewan
kurban dari Abdullah, Abdul Mutthalib disertai dengan Abdullah pergi ke
rumah Wahab bin Abdu Manaf yang merupakan kepala suku Bani Zahra dan
melamar putrinya untuk Abdullah; Aminah yang merupakan salah satu
kembang Quraisy untuk Abdullah dan Halah untuk dirinya. Pihak yang dilamar
juga menerima lamaran dan Aminah menikah dengan Abdullah. Pada hari itu
juga acara pernikahan berlangsung.
Aminah mengandung Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam dan
berdasarkan beberapa nukilan dari Aminah, ia tidak pernah merasakan sakit dan
derita selama masa hamil. Katanya, “Tatkala saya mengandungnya saya sama
sekali pernah merasa susah sebagaimana lazimnya kaum wanita tatkala
mengandung. Suatu waktu saya bermimpi seolah seseorang datang kepadaku

12
dan berkata bahwa engkau tengah mengandung sebaik-baik makhluk; tatkala
masa persalinan tiba, kondisinya sangat mudah bagiku.”

Iman Aminah
Salah satu pembahasan penting, iman sebagian kaum Rasulullah Saw
dimana banyak tulisan dan kitab yang telah disusun berkaitan dengannya. Akan
tetapi secara umum pembahasan ini terkait dengan Abu Thalib. Namun
demikian, apakah terdapat pembahasan terkait dengan iman dan agama yang
diikuti oleh Aminah ibunda Rasulullah Saw?
Tatkala Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam menyelesaikan haji
perpisahan dan dalam perjalanan menuju Madinah, ia mampir di sebuah
kuburan yang telah rusak. Ia berdiri di hadapan kuburan tersebut untuk beberapa
lama kemudian menangis di atas kuburan. Para sahabat berkata, “Siapa
gerangan pemilik kuburan ini wahai Rasulullah.”
Rasulullah Saw menjawab, “Kuburan ibundaku Aminah binti Wahab. Saya
memohon kepada Allah Subhanahu Wata'ala untuk memberikan izin kepadaku
untuk berzirah kemudian turun izin dan saya pun berziarah.”
Berangkat dari riwayat di atas, menurut ayat al-Quran, Rasulullah
Shollallahu Alaihi Wasallam tidak dibolehkan untuk mendatangi kuburan
orang-orang kafir dan musyrik:

«‫بالل‬ ‫مات أَبَدا َوال تَقُ ْم َعلى قَبْره إنَّ ُه ْم َکفَ ُروا‬
َ ‫صل َعلى أ َ َحد م ْن ُه ْم‬
َ ُ ‫َوال ت‬
‫سوله َو ماتُوا َو هُ ْم فاسقُون‬
ُ ‫» َو َر‬
“Dan janganlah kamu sekali-kali menyalatkan (jenazah) orang yang mati di

antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya.


Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan rasul-Nya, dan mereka mati
dalam keadaan fasik.“(Qs. Al-Taubah [9]:84)

13
Dari apa yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa Aminah bukan
merupakan seorang yang bermazhab kafir dan syirik, melainkan seorang yang
beriman.
Imam Shadiq As bersabda, “Jibril datang menghadap kepada Rasulullah
Saw dan berkata, “Wahai Muhammad! Sesungguhnya Allah Swt memberikan
izin kepadamu untuk memberikan syafaatan kepada lima orang. (di antaranya)
rahim yang mengandungmu yaitu Aminah binti Wahab dan…” Dari riwayat
ini dan riwayat-riwayat yang serupadapat disimpulkan bahwa Rasulullah Saw
adalah pemberi syafaat untuk ibunya yang tentu saja bukan seorang musyrik
dan kalau tidak demikian (ibunda Nabi Muhammad Saw itu seorang musyrik)
tentu syafaat tidak berlaku.

Wafat Aminah
Tatkala Rasulullah Saw berusia enam tahun, Aminah beserta Rasulullah
Saw melakukan perjalanan ke Madinah. Sebagian dari perjalanan ini dipandang
sebagai perjalanan menziarahi kuburan Abdullah suami Aminah yang
dilaksanakan bersama Abdul Mutthalib dan Ummu Aiman. Sepulangnya dari
Madinah, Aminah wafat.
Sebagian lainnya meyakini bahwa perginya Aminah ke Madinah adalah
untuk bersilaturahmi dengan kaumnya dan sepulangnya dari Madinah ia
berpulang ke rahmatullah.x Boleh jadi kedua nukilan ini ada benarnya dan
tujuan Aminah ke Madinah untuk keduanya, berziarah kuburan sekaligus
menengok kaumnya.

2.5 Kakek Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam


Kakek Rasulullah SAW dari Ayah adalah : Abdul Mutthalib, nama
aslinya adalah Syaibatul Hamd ibn Hasyim (namanya ‘Amr) ibn Abd Manaf
(namanya al-Mughirah) ibn Qushay (namanya Zayd) ibn Kilab ibn Murrah ibn
Ka’ab ibn Lu’ay ibn Ghalib ibn Fihr ibn Malik ibn al-Nadhr ibn Kinanah ibn

14
Khuzaimah ibn Mudrikah (namanya ‘Amr) ibn Ilyas ibn Mudhar ibn Nizar ibn
Ma’ad ibn Adnan.
Nenek Rasulullah SAW dari Ayah adalah :
1. Nutaila bint Janab
2. Halah bint Wuhaib
3. Fatimah bint ‘Amr
4. Samra’ bint Jundub
5. Lubna bint Hajar
6. Mumanna’a bint ‘Amr
Kakek Rasulullah SAW dari Ibu adalah : Wahb ibn Abd Manaf ibn
Zuhrah ibn Kilab ibn Murrah ibn Ka’ab ibn Luay ibn Ghalib ibn Fihr ibn Malik
ibn al-Nadhr.
Nenek Rasulullah SAW dari Ibu adalah : Barrah bint Abd al-‘Uzza ibn
Utsman ibn Abd al-Dar ibn Qushay ibn Kilab ibn Murrah ibn Ka’ab ibn Lu’ay
ibn Ghalib ibn Fihr ibn Malik ibn al-Nadhr.

Kakek Rasulullah SAW memberinya nama Muhammad dengan alasan


tertentu. Sama seperti orangtua pada umumnya, mereka pasti ingin anaknya
mendapatkan nama yang indah dan terpuji.

Kakek Rasulullah SAW, Abdul Muthalib memberi nama Muhammad


karena ia ingin cucunya itu dipuji oleh semua orang. Beberapa sumber juga
mengatakan hal yang serupa.

Dalam sumber lain dinyatakan bahwa nama Muhammad ini akhirnya


membuat kaum kafir Quraisy bingung bukan kepalang.

Orang Quraisy ini benci dengan dakwah Nabi Muhammad SAW. Mereka
membencinya (Muhammad), namun faktanya mereka malah memanggilnya
dengan panggilan 'Yang Terpuji.' Sebab arti Muhammad itu 'Yang Terpuji.'

15
Muhammad al Bushiri, seorang penyair ulung menjadikan nama
Muhammad benar-benar keramat. Ia melantunkan kekeramatan itu dalam
nadzam Burdahnya

‫فإن لي ذمة منه بتسميتي‬

‫محمدا وهو أوفى الخلق بالذمم‬


Sesungguhnya aku punya jaminan (di hari kiamat) yakni namaku
Muhammad

Dan ia (Nabi Muhammad) adalah makhluk paling sempurna dalam


menepati janji (memberikan syafaatnya di hari kiamat)

Tentu ia tidak serta merta mengeramatkan nama itu tanpa dasar.


Setidaknya, ada beberapa hadist yang mengungkapkan betapa mulianya nama
Muhammad.

Pertama, hadist yang disebut Hakim dalam kitab Al-Tarikh-nya,

‫إذا سميتم الولد محمدا فأكرموه وأوسعوا له المجلس وال تقبحوا له‬
‫وجها‬

“Jika kalian memberikan anak-anak kalian nama ‘Muhammad’, maka

muliakan mereka dan lapangkanlah tempat duduk mereka dalam majelis. Dan
jangan kalian hinakan wajah mereka (jangan hinakan atau caci maki mereka
dengan kata-kata ‘semoga Allah jelekkan wajah kalian’ atau sejenisnya).”

16
Kedua, hadist yang diriwayatkan al-Suyuthi di dalam kitabnya, Jami’ as-
Shaghir.

‫إذا سميتم محمدا فال تضربوه وال تحرموه‬

“Jika kalian memberikan nama ‘Muhammad’ (pada anak-anak kalian),

maka janganlah kalian pukul mereka (kecuali karena hukum had dan
mengajarkan adab), dan janganlah kalian larang mereka (muliakan dan berbuat
baiklah pada mereka).”

Sumur Zam-zam dan Nazar Kakek Rasulullah Shollallahu Alaihi


Wasallam

Sumur air zamzam dalam sejarahnya bermula dari kegelisahan Siti Hajar
bersama putranya, Ismail, yang ditinggal Nabi Ibrahim AS di sebuah padang
tandus. Cerita Siti Hajar yang ditinggal Ibrahim ini diabadikan Allah SWT
dalam Alquran surah al-Maidah (14) ayat 37.

Karena bekalnya habis, Siti Hajar berusaha mencari makanan atau orang-
orang yang kemungkinan berada di sekitarnya. Ia pun berlari ke Bukit Marwah,
balik lagi ke Bukti Shafa, dan kembali lagi ke Bukit Marwah. Tercatat, tujuh
kali dirinya bolak-balik bukit Shafa-Marwah. Apa yang dilakukan Siti Hajar itu
kini menjadi salah satu rukun haji yang wajib dilaksanakan umat Islam yang
melaksanakan haji, yaitu sai.

Setelah lelah bolak-balik dari bukit Shafa ke Marwah, Siti Hajar


mendengar perintah untuk melihat putranya yang sedang menangis dan
mengentak-entakkan kakinya ke tanah. Ternyata, entakan kaki Ismail AS
berhasil mengeluarkan air yang berlimpah. Siti Hajar pun kemudian berkata,
"zamzam (berkumpullah)," hingga akhirnya air berkumpul dan dinamakan
zamzam.

17
Munculnya air dari bekas entakan Nabi Ismail ini kemudian memicu
hadirnya serombongan burung-burung di sekitarnya. Melihat adanya burung
ini, para kafilah yang juga sedang mencari air segera menuju tempat burung-
burung beterbangan itu. Inilah sekelumit singkat awal mula munculnya sumur
zamzam.

Setelah sekian ribu tahun, konon sumur zamzam ini kemudian tertutup
karena tidak ada yang merawatnya. Maka, kakek Nabi Muhammad AS, Abdul
Muthalib, bernazar untuk menggalinya kembali apabila dirinya dikaruniai
banyak anak dan akan mengurbankan salah satunya. Doanya dikabulkan Allah
SWT dan ia mempunyai 10 orang anak.

Kemudian, Abdul Muthalib melaksanakan nazarnya. Tapi, ia ragu siapa


yang akan dijadikan kurban. Lalu, diundilah hingga kemudian muncul nama
Abdullah, ayah Nabi Muhammad SAW. Keraguan makin memuncak karena ia
sangat menyayangi putra bungsunya ini. Setelah berkali-kali nama Abdullah
muncul, ada yang mengusulkan agar nama Abdullah diundi dengan unta.

Setelah berkali-kali diundi, selalu muncul nama Abdullah, jumlah onta


yang akan dijadikan kurban ditambah hingga 100 ekor unta. Dan, pada undian
berikutnya, akhirnya muncullah nama unta yang akan dikurbankan. Karena
doanya dikabulkan dan Abdul Muthalib melaksanakan nazarnya, dia pun
menggali sumur zamzam tersebut. Karena itu, sumur zamzam disebut pula
dengan sumur gali

2.6 Paman Nabi Shollallahu Alaihi Wasallam

Abdul Muthalib memiliki 12 orang anak, enam laki-laki dan enam


perempuan. Anak-anak Abdul Muthalib yang laki-laki adalah Abbas, Abdullah,
Hamzah, Abu Thalib, az-Zubair, al-Harits, Hajl, al-Muqawwim, Dhirar, dan

18
Abu Lahab (namanya adalah Abdul Uzza). Dari nama-nama ini, kita ketahui
bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki 6 orang paman.

Empat orang paman beliau menjumpai masa-masa Islam. Mereka adalah


Abu Thalib, Abu Lahab, namun keduanya tetap dalam kekufuran mereka, tidak
memeluk Islam hingga mereka wafat. Dua orang lainnya adalah Hamzah dan
Abbas, keduanya memeluk Islam dan wafat sebagai seorang muslim,
radhiallahu ‘anhuma.

Adapun anak-anak perempuan Abdul Muthalib ada enam orang. Mereka


adalah Shafiyah, Ummu Hakim al-Baidha, ‘Atikah, Umaimah, Arwa, dan
Barrah

2.6.1 Abu Tholib


Abu Tholib bin Abu Muthollib lahir di Mekkah, Arabia,  Tahun 539
Masehi. Meninggal di Mekkah, sekitar tahun  619 Masehi. Beliau adalah
ayah dari Ali bin Abi Thalib serta paman dari Nabi Muhammad Shollallahu
Alaihi Wasallam. Nama aslinya adalah Imran, tetapi ia lebih dikenal dengan
julukan Abu Thalib, yang artinya bapaknya Thalib.
Abu Thalib bin Abdul Muthalib memiliki empat orang anak laki-laki
dan dua orang anak perempuan, yaitu
1. Thalib bin Abu Thalib
2. Ja'far bin Abu Thalib
3. Ali bin Abu Thalib
4. Aqil bin Abu Thalib
5. Fakhtihah binti Abu Thalib
6. Jumanah binti Abu Thalib (Ummi Hani)

19
Sebagai pemimpin Bani Hasyim setelah kematian ayahnya, Abdul-
Muththalib, ia menjadi pengasuh Nabi Muhammad dan kemudian
pendukung utama dalam berdakwah. Ia menikah dengan Fatimah binti Asad
dan memiliki 6 orang anak.
Di antara peristiwa yang membuat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam sangat bersedih adalah wafatnya paman beliau, Abu Thalib. Terlebih
sang paman wafat dalam keadaan masih memegang agama jahiliyah. Abu
Thalib adalah kerabat dan orang terdekatnya. Abu Thaliblah yang mengasuh
Nabi sejak berusia 8 tahun. Saat sang kakek meninggal hingga Nabi berusia
40-an tahun. Kedekatan yang luar biasa dengan sang paman terjalin sedari
kanak-kanak hingga masa kenabian.
Saat Nabi Muhammad menerima wahyu dan mendakwahkannya.
Cinta Abu Thalib kepada anak saudaranya itu tak berubah. Walaupun ajaran
yang dibawa sang keponakan bertentangan dengan keyakinannya.
“Langkahi dulu mayatku, kalau berani mengganggu keponakanku”, kira-
kira seperti itulah bentuk perlindungannya. Ia bagaikan sosok seorang ayah
yang melindungi. Tidak heran, Nabi Muhammad sangat menginginkan
hidayah untuknya.
Saat Abu Thalib menderita sakit yang mengantarkannya pada
kematian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terus berjuang agar sang
paman mendapatkan kebahagiaan setelah kematian. Dengan cara
menawarkannnya Islam. Namun, sampai akhir hayat, sang paman tak juga
mau bersyahadat. Ia wafat memegang ajaran nenek moyang. Kehilangan
sosok paman seperti Abu Thalib adalah duka dan kesedihan. Tapi, lebih
sedih lagi, dia yang senantiasa melindungi, wafat dalam kekufuran.
Kasih Sayang Nabi
Terhadap orang-orang Quraisy yang tidak memiliki kekerabatan saja,
Nabi memiliki rasa kasih dan belas kasihan. Padahal mereka menolak
dakwah Islam. Mereka senantiasa merenyakiti Nabi secara fisik dan psikis.

20
Seorang saja yang menerima dakwahnya, bagi beliau lebih berharga dari
dunia dan seisinya.

‫ «إنَّ َما‬:‫ قال‬،‫ عن النبي صلى هللا عليه وسلم‬،‫عن أبي موسى‬
،‫ َيا قَ ْوم‬:‫ َك َمثَل َر ُجل أَتَى قَ ْوما فَقَا َل‬،‫َمثَلي َو َمث َ ُل َما َب َعثَني هللاُ به‬
،‫ فَالنَّ َجا َء‬،‫ان‬ ُ ‫ َوإني أَنَا النَّذ‬،‫ي‬
ُ َ‫ير العُ ْري‬ َ ‫إني َرأ َ ْيتُ ال َجي‬
َّ َ‫ْش بعَ ْين‬
،‫طلَقُوا َعلَى َم َهله ْم فَنَ َج ْوا‬َ ‫ فَا ْن‬،‫ فَأ َ ْدلَ ُجوا‬،‫طائفَة م ْن قَ ْومه‬ َ ُ‫طا َعه‬ َ َ ‫فَأ‬
‫ْش فَأ َ ْهلَ َك ُه ْم‬ ْ َ ‫ فَأ‬،‫طائفَة م ْن ُه ْم‬
َ َ‫ ف‬،‫ص َب ُحوا َم َكانَ ُه ْم‬
ُ ‫صبَّ َح ُه ُم ال َجي‬ َ ‫ت‬ ْ ‫َو َكذَّ َب‬
‫ َو َمث َ ُل َم ْن‬،‫طا َعني فَات َّ َب َع َما جئْتُ به‬ َ َ ‫ فَذَل َك َمث َ ُل َم ْن أ‬،‫اجتَا َح ُه ْم‬ ْ ‫َو‬
َ َّ‫صاني َو َكذ‬
‫ب ب َما جئْتُ به منَ ال َحق‬ َ ‫» َع‬

“Dari Abu musa, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


“Perumpamaanku dan perumpamaan apa-apa yang Allah utus aku
dengannya seperti seorang yang mendatangi suatu kaum, lalu ia berkata,
‘Wahai kaumku, sesungguhnya aku melihat pasukan musuh dengan mata
kepalaku dan sesungguhnya aku pengancam yang nyata, maka marilah
menuju kepada keselamatan. Sebagian dari kaum itu mentaatinya, lalu
mereka masuk pergi bersamanya, maka selamatlah mereka. Sebagian dari
mereka mendustakan. Pagi-pagi mereka diserang oleh pasukan musuh lalu
mereka dihancurkan dan diluluhlantakan. Demikianlah perumpamaan
orang-orang yang taat kepadaku dan mengikuti apa yang aku bawa dan
perumpamaan orang-orang yang durhaka kepadaku dan mendustakan
kebenaran yang aku bawa.” (HR. Muslim, Kitab al-Fadhail, 2283).

Demikian perhatian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada


orang-orang yang mendustakan dan menentangnya. Tentu dengan orang
yang sangat dekat, lebih-lebih sayang dan perhatian lagi. Apalagi orang

21
terdekat itu begitu berjasa dalam hidupnya. Orang dekat itu memiliki
hubungan darah. Bukan lagi seperti seorang keponakan dengan paman.
Tapi, lebih mirip antara seorang anak dengan ayah. Abu Thalib-lah yang
menanggung hidup Nabi setelah kakeknya, Abdul Muthalib, wafat. Mulai
dari usia 8 tahun hingga lebih dari 40 tahun.

Wafatnya Sang Paman


Sayangnya, dengan kedekatan yang sekian lama terbangun, kalimat-
kalimat tulus Rasulullah tak mampu menjangkau dalamnya lubuk hati Abu
Thalib. Ia tetap ragu dan menolak. Demikianlah hidayah. Walaupun
seseorang akrab dengan seruan penuh hikmah. Bahkan seruan itu
disampaikan berulang-ulang. Dan datang dari lisan yang tak pernah
berdusta. Jika Allah Ta’ala tak berkehendak, tak ada seorang pun yang
mampu memberi petunjuk. Abu Thalib lebih memilih ajakan taklid yang
diserukan setan. Sehingga menyumbat pandangannya dari kebenaran
hakiki.
Kemudian kematian pun datang. Rasulullah bersegera menuju rumah
sang paman tercinta. Ia bawa serta semua harapan. Agar sang paman
menerima dakwahnya di akhir usianya. Sehingga ia pun selamat dari neraka.
Namun, Rasulullah shallallahu bukanlah satu-satunya orang yang
hadir. Setan Mekah, Abu Jahal pun turut mendengar berita sekaratnya Abu
Thalib. Bertemulah tokoh kebenaran dengan gembong kesesatan dalam satu
pertemuan.
Dari Said bin al-Musayyib dari ayahnya, ia berkata, “Menjelang
wafatnya Abu Thalib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang
menemuinya. Saat itu beliau melihat telah hadir Abu Jahal dan Abdullah
bin Abi Umayyah bin al-Mughirah. Beliau bersabda

22
‫ َكل َمة أ ُ َحاج لَ َك ب َها ع ْندَ هللا‬،ُ‫ َال إلَهَ إ َّال هللا‬:‫ قُ ْل‬،‫ي َعم‬
ْ َ‫أ‬

‘Wahai paman, ucapkanlah laa ilaaha illallaah. Dengan kalimat ini,

akan aku bela engkau nanti di sisi Allah.’

Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah menanggapi,

َّ ‫عبْد ْال ُم‬


‫طلب؟‬ َ ‫َب َع ْن ملَّة‬
ُ ‫أَت َ ْرغ‬

‘Apakah engkau membenci agamanya Abdul Muthalib?’

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terus menawarkan kepada


pamannya. Namun kedua orang itu juga terus menimpalinya. Akhirnya Abu
Thalib mengatakan kepada mereka, ‘Di atas agamanya Abdul Muthalib’. Ia
enggan mengucapkan laa ilaha illallaah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

َ َ‫َللا أل َ ْست َ ْغف َر َّن لَ َك َما لَ ْم أ ُ ْنه‬


‫ع ْن َك‬ َّ ‫َو‬
‘Demi Allah, akan kumohonkan ampun untukmu selama aku tidak

dilarang.’

Kemudian Allah menurunkan firman-Nya,

َ‫َما َكانَ للنَّبي َوالَّذينَ آ َمنُوا أ َ ْن َي ْست َ ْغف ُروا ل ْل ُم ْشركين‬


‘Tidak patut bagi seorang nabi dan orang-orang yang beriman untuk

memohonkan ampunan kepada orang-orang musyrik.’ (QS. At-Taubah:


113).

23
Allah mengisahkan ayat ini tentang Abu Thalib. Dan untuk
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, allah Ta’ala berfirman,

َ ‫إنَّ َك َال ت َ ْهدي َم ْن أ َ ْحبَب‬


‫ْت َولَك َّن هللاَ يَ ْهدي َم ْن يَشَا ُء‬
‘Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak mampu menunjuki orang

yang engkau cintai, akan tetapi Allah-lah yang menunjuki siapa yang Dia
kehendaki.’ (QS. Al-Qashash: 56). (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam
Kitab Tafsir al-Quran, Suratu al-Qashash, 4494 dalam Fath al-Bari).

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wa sallam berkata pada pamannya:

‫ أ َ ْش َهدُ لَ َك ب َها َي ْو َم ْالق َيا َمة‬،ُ‫ َال إلَهَ إ َّال هللا‬:‫قُ ْل‬
“Ucapkanlah laa ilaaha illallaah, nanti akan kupersaksikan untukmu

di hari kiamat.”

Abu Thalib menjawab,

ُ َ‫ إنَّ َما َح َملَهُ َعلَى ذَل َك ْال َجز‬: َ‫ َيقُولُون‬.‫لَ ْو َال أ َ ْن ت ُ َعي َرني قُ َريْش‬
.‫ع‬
‫أل َ ْق َر ْرتُ ب َها َع ْين ََك‬
“Kalau tidak khawatir dicela oleh orang-orang Quraisy. Mereka akan

berkata, ‘Abu Thalib mengucapkan itu karena ia panik (menjelang wafat)’.


Akan kuucapkan kalimat itu sehingga membuatmu senang.”

Kemudian Allah menurunkan firman-Nya,

َ ‫إنَّ َك َال ت َ ْهدي َم ْن أ َ ْحبَب‬


‫ْت َولَك َّن هللاَ َي ْهدي َم ْن َيشَا ُء‬
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak mampu menunjuki orang yang
engkau cintai, akan tetapi Allah-lah yang menunjuki siapa yang Dia

24
kehendaki.’ (QS. Al-Qashash: 56). (Riwayat Muslim dalam Kitab al-Iman,
Bab Awwalul Iman Qawlu: laa ilaaha illalllaah, 25).

Kesedihan Yang Mendalam

Peristiwa ini adalah salah satu peristiwa paling menyedihkan yang


dialami Rasulullah dalam hidupnya. Memang benar, Rasulullah banyak
mengalami musibah kehilangan orang-orang yang beliau cintai. Beliau
menyaksikan dua orang istrinya wafat sebelum dirinya, Khadijah dan
Zainab bin Khuzaimah radhiallahu ‘anhuma. Satu per satu anak-anak beliau
wafat mendahului dirinya, kecuali Fatimah. Beliau juga kehilangan sahabat-
sahabat dekat semisal Hamzah bin Abdul Muthalib, Abu Salamah bin Abdul
Asad, Utsman bin Mazh’un, Saad bin Mu’adz, Zaid bin Haritsah, Ja’far bin
Abu Thalib, dll. Radhiallahu ‘anhum. Tapi, musibah kematian Abu Thalib
berbeda. Kematian Abu Thalib ini lebih terasa berat. Mengapa? Karena sang
paman yang sangat beliau cintai wafat dalam kekufuran. Sedangkan
keluarga dan sahabat-sahabatnya tadi wafat dalam keimanan. Beliau -
dengan izin Allah- tetap akan berjumpa dengan mereka di telaganya dan di
surga kelak. Adapun Abu Thalib, perpisahan dengannya adalah perpisahan
untuk selama-lamanya.

Peristiwa wafatnya Abu Thalib ini memberikan pesan yang dalam


pada kita bahwa segala perkara itu di tangan Allah. Dia mengetahui yang
tidak kita ketahui. Dia mengetahui mata-mata yang khianat dan apa yang
tersembunyi di sanubari. Dia tahu, mana orang yang layak mendapat
hidayah.

Seseorang itu tak hanya dipandang zahirnya, tapi batinnya jauh lebih
penting. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

25
ُ ‫ َولَك ْن َي ْن‬،‫ص َور ُك ْم‬
‫ظ ُر‬ ُ ‫ َو َال إلَى‬،‫ساد ُك ْم‬َ ‫ظ ُر إلَى أ َ ْج‬
ُ ‫إ َّن هللاَ َال يَ ْن‬

َ ‫صابعه إلَى‬
‫ص ْدره‬ َ َ ‫َار بأ‬َ ‫ َوأَش‬.»‫إلَى قُلُوب ُك ْم‬

Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada fisik kalian, tidak juga pada
tampilan kalian. Akan tetapi ia melihat kepada hati kalian.” Nabi
menunjukkan tangannya ke dada.

Orang-orang kafir Quraisy tidak menaruh iba untuk menghormati


wafatnya pembesar bani Hasyim ini. Bahkan mereka bergembira dan
menampakkan suka cita. Mereka berkumpul mengunakan kesempatan
untuk semakin menyakiti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam benak
mereka, sekarang Muhammad tanpa perlindungan.

Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha mengatakan,


َ ‫ي أَبُو‬
‫طالب‬ َ ‫ت قُ َريْش َكاعَّة َحتَّى ت ُ ُوف‬
ْ َ‫َما زَ ال‬
“Orang-orang Quraisy senantiasa takut dan lemah hingga wafatnya Abu
Thalib.” (HR. Hakim dalam Mustadrak 4243).

Mereka berusaha menumpuk-numpuk derita Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam.Wafatnya Abu Thalib adalah ujian berat yang dihadapi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di tahun ke-10 kenabian beliau. Di
tahun ini, Nabi mengalami banyak musibah berat. Di awal tahun, orang-
orang Quraisy memboikot bani Hasyim. Pemboikotan dimulai dari tahun
ke-7 kenabian hingga ke-10. Hingga bani Hasyim tidak memiliki sesuatu
untuk dimakan. Baru saja bebas dari pemboikotan, paman beliau wafat.
Yang berat adalah, sang paman wafat dalam kekufuran. Tiga hari kemudian,
istri beliau, Khadijah, wafat. Ujian terus berdatangan. Beliau semakin

26
ditekan. Dan berturut-turut ujian lainnya. Termasuk ditolak berdakwah di
Thaif. Karena itu, wajar tahun ini disebut tahun kesedihan.

2.6.2 Abu Lahab

Abu Lahab nama aslinya Abdul Uzza bin Abdul Muthalib. Urutan
nasabnya: Abdul Uzza bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf
bin Qushay bin Kilab. Lebih dikenal dengan nama Kun-yah: Abu Lahab
dibandingkan nama aslinya. Lahab artinya menyala-nyala. Ada yang
mengatakan bahwa yang menggelari Abu Lahab adalah ayahnya, Abdul
Muthalib, karena Abu Lahab wajahnya sangat cerah.

Abu Lahab termasuk salah satu paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam. Sekaligus penentang dakwah beliau.

Sabab Nuzul surat al-Lahab

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ketika turun


ayat,

َ‫يرت َ َك ْاأل َ ْق َربين‬ َ ‫َوأ َ ْنذ ْر‬


َ ‫عش‬
“Berikanlah peringatan kepada kerabat dekatmu.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam naik bukit shafa, beliau


memanggil-manggil,

‫ يا بني عدي! لبطون قريش‬.!‫يا بني فهر‬

“Wahai Bani Fihr!, wahai Bani Adi!, beliau panggil beberapa suku

Quraisy…”

27
Hingga mereka semua berkumpul. Jika ada yang tidak bisa datang,
mereka mengirim utusan untuk menyaksikan apa yang terjadi. Datanglah
Abu Lahab dan beberapa suku Quraisy. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam memulai nasehatnya,

،‫أرأيتكم لو أخبرتكم أن خيال بالوادي تريد أن تغير عليكم‬


‫أكنتم مصدقي؟‬
Bagaimana menurut kalian, jika saya kabarkan kepada kalian
bahwa ada pasukan berkuda di balik bukit ini yang akan menyerang
kalian. Apakah kalian akan mempercayaiku?

Mereka serentak mengatakan, “Ya, kami mempercayainya, kami


tidak pernah menilai kamu kecuali orang yang benar.”

Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

‫فإني نذير لكم بين يدي عذاب شديد‬

“Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan (utusan) sebelum

adanya adzab (kiamat).”

Mendengar ceramah ini, Abu Lahab marah besar dan langsung


mengatakan,

‫ ألهذا جمعتنا؟‬.‫تبا لك سائر اليوم‬

“Celaka kamu sepanjang hidupmu… apakah hanya untuk tujuan ini

kau kumpulkan kami?”

28
Kemudian Allah turunkan surat al-Lahab yang berisi ancaman keras
untuk Abu Lahab.

Para ulama memahami bahwa turunnya surat al-Lahab merupakan


salah satu mukjizat. Karena surat ini berisi ancaman untuk Abu Lahab dan
istrinya dalam bentuk adzab di neraka, kekal selamanya. dan Abu Lahab
beserta istrinya keduanya mati kafir, selalu menentang islam. Padahal
surat ini turun 10 tahun sebelum meninggalnya Abu lahab.

Pada saat perang Badar, Abu Lahab tidak ikut perang. Tapi dia
meminta al-Ashi bin Hisyam bin Mughirah untuk menggantikannya,
dengan membayar 4000 dirham.

Abu Lahab meninggal 7 hari pasca-perang Badar karena sakit parah,


seperti Tha’un, yang mereka sebut dengan al-Adasah. Setelah mati,
jasadnya tidak diurusi selama 3 hari, hingga berbau. Ketika mereka merasa
khawatir bisa membahayakan, mereka menggali tanah, lalu mayat Abu
Lahab dimasukkan lubang dengan kayu. Setelah masuk, mereka mengubur
dengan melempari kerikil dan tanah dari kejauhan ke dalam kuburan
sampai semua terkubur, karena mereka tidak kuat dengan baunya.

2.6.3 Hamzah

Hamzah lahir diperkirakan hampir bersamaan dengan Muhammad.


Ia merupakan anak dari Abdul-Muththalib dan Haulah binti Wuhaib dari
Bani Zuhrah. Menurut riwayat, pernikahan Abdul-Muththalib dan Abdullah
bin Abdul-Muththalib terjadi bersamaan waktunya.

Hamzah mempunyai otak yang cerdas dan pendirian yang kuat; dia
termasuk tokoh Quraisy yang disegani. Dia memeluk Islam pada tahun
keenam kenabian (tahun 7 sebelum hijrah). Ia ikut hijrah bersama

29
Muhammad dan ikut dalam perang Badar. Nabi menjulukinya “Asadullah”
(Singa Allah) dan menamainya sebagai “Sayidus Syuhada”.

Sejak memeluk islam, Hamzah telah berniat untuk membaktikan


segala keperwiraan, keperkasaan, dan juga jiwa raganya untuk kepentingan
da'wah islam. Karena itu tidaklah mengherankan jika Nabi Muhammad
menjulukinya dengan sebutan "Asadullah" yang berarti singa Allah.

Sementara itu, Abu jahal yang telah mengetahui bahwa Hamzah telah
berdiri dalam barisan kaum muslimin berpikir bahwa perang antara kaum
Quraisy dengan kaum muslimin sudah tidak dapat dielakkan lagi. Oleh
karena itu, ia mulai menghasut dan memprovokasi orang-orang Quraisy
untuk melakukan tindak kekerasan terhadap Muhammad dan pengikutnya.
Bagaimanapun, Hamzah tidak dapat membendung kekerasan yang
dilakukan kaum Quraisy terhadap para sahabat yang lemah. Akan tetapi
harus diakui, bahwa keislamannya telah menjadi perisai dan benteng
pelindung bagi kaum muslimin lainnya. Lebih dari itu, dia menjadi daya
tarik tersendiri bagi kabilah-kabilah Arab yang ada di sekitar jazirah Arab
untuk lebih mendalam mengetahui Agama Islam.

Pasukan kaum muslimin yang pertama kali dikirim oleh Nabi


Muhammad SAW dalam perang Badar, dipimpin langsung oleh Hamzah
dan Ali bin Abu Thalib menunjukkan keberaniannya yang luar biasa dalam
mempertahankan Islam, hingga akhirnya kaum muslimin berhasil
memenangkan perang tersebut secara gilang gemilang. Banyak korban dari
kaum kafir Quraisy dalam perang tersebut, dan tentunya mereka tidak mau
menelan begitu saja. Maka mereka mulai mempersiapkan diri dan
menghimpun segala kekuatan untuk menuntut balas kekalahan yang mereka
alami sebelumnya.

Suku Quraisy disertai beberapa kafilah Arab lainnya bersekutu untuk


menghancurkan kaum muslimin. Sasaran utama perang tersebut adalah

30
Muhammad dan Hamzah. Mereka memiliki rencana yang keji terhadap
Hamzah yaitu dengan menyuruh seorang budak yang mahir dalam
menggunakan tombak dan organ hatinya akan diambil dan akan dimakan
oleh Hindun yang memiliki dendam karena ayahnya dibunuh oleh Hamzah
pada Perang Badar. Budak tersebut adalah Wahsyi bin Harb. Wahsyi diberi
tugas membunuh Hamzah dan dijanjikan imbalan dimerdekakan dari
perbudakan. Akhirnya kedua pasukan tersebut bertemu dan terjadilah
pertempuran yang dahsyat, sementara Hamzah berada di tengah-tengah
medan pertempuran untuk memimpin sebagian kaum muslimin. Ia mulai
menyerang ke kiri dan ke kanan.

Seluruh pasukan kaum muslimin maju dan bergerak serentak ke


depan, hingga akhirnya dapat diperkirakan kemenangan berada di pihak
kaum muslimin. Dan seandainya pasukan pemanah yang berada di atas
Bukit Uhud tetap patuh pada perintah Rosulullah untuk tetap berada di sana
dan tidak meninggalkannya untuk memungut harta rampasan perang yang
berada di lembah Uhud, niscaya kaum muslimin akan dapat memenangkan
pertempuran tersebut.

Di saat mereka sedang asyik memungut harta benda musuh islam


yang tertinggal, kaum kafir Quraisy melihatnya sebagai peluang dan
berbalik menduduki bukit Uhud dan mulai melancarkan serangannya
dengan gencar kepada kaum muslimin dari atas bukit tersebut. Tentunya
penyerangan yang mendadak ini pasukan muslim terkejut dan kocar-kacir
dibuatnya. Melihat itu semangat Hamzah semakin bertambah berlipat
ganda. Ia kembali menerjang dan menghalau serangan kaum Quraisy.

Sementara itu Wahsyi terus mengintai gerak gerik Hamzah setelah


menebas leher Siba' bin Abdul Uzza. Wahsyi mengambil ancang-ancang
dan melempar tombaknya dari belakang yang akhirnya mengenai pinggang
bagian bawah Hamzah hingga tembus ke bagian depan di antara dua

31
pahanya. Lalu Ia bangkit dan berusaha berjalan ke arah Wahsyi, tetapi tidak
berdaya dan akhirnya roboh dan meninggal sebagai syahid.

Usai peperangan, Nabi Muhammad dan para sahabatnya bersama-


sama memeriksa jasad dan tubuh para syuhada yang gugur. Tidak sedikit
pun terlintas di benaknya bahwa moral bangsa Arab telah merosot
sedemikian rupa. Mereka merusak jasad Hamzah, merobek dadanya, dan
mengambil hatinya.

Ibnu Atsir berkata dalam Usud al-Ghabah, "Dalam perang Uhud,


Hamzah berhasil membunuh 31 orang kafir Quraisy. Sampai pada suatu
saat, dia tergelincir sehingga ia terjatuh kebelakang dan tersingkaplah baju
besinya. Pada saat itu, ia langsung ditombak dan dirobek perutnya. Lalu,
hatinya dikeluarkan oleh Hindun kemudian dikunyahnya hati Hamzah tetapi
tidak tertelan dan segera dimuntahkannya.

Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq di dalam Sirah Ibnu Ishaq: "dari


Abdurahman bin Auf bahwa Ummayyah bin Khalaf berkata kepadanya,
“Siapakah salah seorang pasukan kalian yang dadanya dihias dengan bulu-
bulu itu?”

Aku menjawab, “Dia adalah Hamzah bin Abdul Muthalib.”

Lalu, Umayyah berkata, “Dialah yang membuat kekalahan kepada


kami.”"

Ketika dia melihat keadaan tubuh pamannya, dia sangat marah dan
Allah menurunkan firmannya (QS an-Nahl ayat 126): Dan jika kamu
memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan
siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar,
sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar."

Setelah itu, Nabi bersama kaum muslimin menyalatkan jenazah


pamannya dan para syuhada lainnya satu per satu. Pertama Hamzah

32
disalatkan, lalu dibawa lagi jasad seorang syahid untuk disalatkan sementara
jasad Hamzah tetap dibiarkan di situ. Lalu, jenazah itu diangkat, sedangkan
jenazah Hamzah tetap di tempat. Kemudian dibawa jenazah yang ketiga dan
dibaringkan di samping jenazah Hamzah. Lalu Nabi dan para sahabat
lainnya menyalatkan mayat itu. Demikianlah Nabi menyalatkan para
syuhada Uhud satu per satu, hingga jika di hitung, maka Muhammad dan
para sahabatnya telah menyalatkan Hamzah sebanyak tujuh puluh kali.

Abdurrahman bin Auf menyebutkan bahwa ketika perang Badar,


Hamzah berperang di samping Muhammad dengan memegang 2 bilah
pedang.

2.6.4 Abbas
‘Abbas bin Abdul Muthallib merupakan paman sekaligus sahabat
Rasulullah saw. Beliau dilahirkan antara dua atau tiga tahun sebelum Nabi
Muhammad saw. Beliau juga merupakan sahabat yang ikut berpartisipasi
dalam perang badar. Terdapat beberapa riwayat yang menceritakan tentang
keutamaan paman Nabi ini, di antaranya adalah hadis yang diriwayatkan
oleh Imam at-Tirmidzi;

‫الر ُجل ص ْن ُو أَبيه‬ ُ َّ‫َيا أَي َها الن‬


َّ ‫اس َم ْن آذَى َعمي فَقَ ْد آذَاني فَإنَّ َما َعم‬

“Wahai Manusia, siapa pun yang menyakiti pamanku maka ia telah

menyakitiku karena paman seseorang itu adalah saudara kandung


ayahnya”.

Selain itu, al-Abbas juga mempunyai karamah atau suatu


kemuliaan yang dianugerahkan Allah kepadanya yang di luar logika

33
manusia sebagaimana disebutkan dalam kitab Karamatul Auliya karya Al-
Laka’i,

َّ ‫ع َم ُر اب ُْن ْالخ‬
‫َطاب‬ ُ َ‫ َكان‬:‫َع ْن أَنَس بْن َمالك رضي هللا عنه قَا َل‬
:‫طلب قَا َل‬َ ‫ط ْوا ا ْست َ ْسقَى ب ْال َعباَّس بْن َعبْد ْال ُم‬
ُ ‫رضي هللا عنه إذَا قَ َح‬
‫س ْلنَا إلَي َْك بنَبينَا صلى هللا عليه‬ ْ ‫ اَللَّ ُه َّم إنَّا ُكنَّا إذَا قَ َح‬:‫َويَقُ ْو ُل‬
َّ ‫طنَا ت َ َو‬
َ‫ فَيُ ْسقُ ْون‬:‫ قَا َل‬.‫س ُل إلَي َْك ب َعم نَبينَا فَا ْسقنَا‬
َّ ‫ َوإنَّا نَت َ َو‬،‫وسلم فَت َ ْسقنَا‬

“Dari Anas bin Malik ra ia berkata: Umar bin Khattab ra ketika umat

manusia mengalami paceklik beliau meminta diturunkan hujan dengan


wasilah al-Abbas bin Abdul Muthallib, beliau berkata: Ya Allah, ketika
kami mengalami kekeringan kami bertawassul kepadaMu dengan wasilah
Nabi kami Muhammad saw kemudian Engkau turunkan hujan kepada kami,
dan kami bertawassul kepadaMu dengan wasilah paman Nabi maka
turunkan kami hujan kemudian mereka diturunkan hujan.”

Al-Abbas meninggal pada usia delapan puluh delapan tahun pada


tahun 32 H dan dimakamkan di Baqi’.

2.7 Bibi Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam


1. Sofiyyah
Sofiyyah ra. masih sempat melihat hari-hari terakhir Rasulullah SAW,
keponakan yang sudah dikenalnya dengan baik sejak kecil. Beliau wafat di
zaman Khalifah Umar ibn al-Khatthab, tahun 20 H dalam usia 70 an (73-79)
tahun. Jenazahnya dimakamkan di Baqi’, Madinah al-Munawwarah.

34
2. Ummu Hakim al-Baydha’
Beliau menikah dengan Kurayz ibn Rabi’ah pada masa Jahiliyah dan dikaruniai
4 orang anak, yaitu : ‘Amir, Arwa, Thalhah, dan Ummi Thalhah. Arwa menikah
dengan ‘Affan ibn Abi al-‘Ash dan dikaruniai seorang putra bernama Utsman
ibn ‘Affan. Al-Baydha’ dinikahi oleh ‘Uqbah ibn Abi Mu’ayth dan dikaruniai
al-Walid, Khalid dan Ummu Kultsum.

3. ‘Atikah
‘Atikah bint Abdul Mutthalib, salah seorang bibi Rasulullah SAW. Menikah di
zaman jahiliyah dengan Abi Umayyah ibn al-Mughirah (ayah dari Ummu
Salamah, istri Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam). Dari pernikahan ini
beliau dikaruniai beberapa anak, antara lain Abdullah dan Zuhayr. Abdullah
tidak masuk Islam. Zuhayr masuk Islam, bahkan termasuk orang yang berusaha
merobek lembar blokade (surat perjanjian) yang di gantung di Ka’bah. Masuk
Islam masih di Makkah, namun baru sempat hijrah setelah perang Badr. Bahkan
Atikah ra. sempat bermimpi tentang kekalahan Quraisy di perang Badr sebelum
kejadian itu terjadi. Sayang, setelah beliau tiba di Madinah setelah perang Badr,
catatan tentang sejarah hidup beliau tidak termuat lagi dalam kitab sirah,
termasuk tahun wafatnya.

4. Umaimah
Menikah di masa Jahiliyah dengan Jahsy ibn Riyab dan dikaruniai 4 orang anak,
yaitu : Abdullah (yang menyaksikan perang Badr), Ubaidillah dan Abd atau
Abu Ahmad, Zainab bint Jahsy yang kemudian menjadi istri Rasululah
Shollallahu Alaihi Wasallam , dan Hamnah bint Jahsy.

5. Arwa

35
Arwa bint Abdul Mutthalib ibn Hasyim. Salah seorang bibi Rasulullah
Shollallahu Alaihi Wasallam . Menikah di zaman jahiliyah dengan Umayir ibn
Wahab ibn Abd Manaf. Dikaruniai anak laki-laki bernama Thulaib. Setelah
suaminya meninggal, beliau menikah lagi dengan Artha’ah ibn Syarhabil ibn
Hasyim. Dari suami keduanya ini beliau dikaruniai seorang putri bernama
Fatimah. Masuk Islam sejak awal lagi, namun putranya sudah terlebih dahulu
masuk Islam. Bahkan, karena kondisi yang sulit, konon pernyataan syahadatain
beliau disampaikan ke Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam melalui lisan
putranya. Karena itu, konsekuensinya Arwa dan putranya harus mengalami
pelbagai macam intimidasi dan penyiksaan. Dan itu dilaluinya dengan penuh
ketabahan dan kesabaran. Sayang, perjalanan hidup beliau seteleh priode
Makkah tidak ditemukan dalam kebanyakan kitab sirah. Meski tidak dapat
dipastikan, ada pendapat bahwa beliau meninggal tahun 15 H.

6. Barrah
Dinikahi pada masa jahiliyah oleh Abdul Asad ibn Hilal dan dikaruniai Abu
Salamah yang menyaksikan Perang Badr. Abu Salamah menikahi Ummu
Salamah bint Abu Umayah, dan setelah Abu Salamah meninggal beliau
dinikahi oleh Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam . Sesudah Abdul Asad,
Barrah dinikahi oleh Abu Rahm ibn Abd al-Uzza dan dikaruniai Abu Sabrah
ibn Abu Rahm yang juga menyaksikan perang Badr.

36
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, sangat banyak hikmah dan kesimpulan
yang kita dapatkan dari biografi singkat dan nasab-nasab seputar keluarga
beliau Shollallahu Alaihi Wasallam. Meskipun dalam risalah ini penulis tidak
menyebutkan semuanya secara lengkap, akan tetapi di sini kita dapat
mengambil beberapa pelajaran yang penulis anggap sudah mewakili dari
beberapa keluarga beliau.
Disini juga diceritakan bagaimana perjuangan beliau berdakwah dengan
keluarga beliau. Meskipun tidak semua dari keluarga beliau menerima ajaran
Islam ini, tidak membuat beliau berhenti sampai disitu saja.
Pengalaman terpedih beliau dalam kisah ini adalah kepada paman beliau
sendiri yang telah mengasuh dan melindungi beliau. Sangat diharapkan ketika
itu agar paman beliau yang bernama Abu Tholib menerima dakwah dari
Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam. Namun sangat disayangkan bahwa
beliau tidak mengikuti ajaran Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam
meskipun sebenarnya paman beliau tersebut tetap mendukung perjuangan
Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam.
Ada juga yang bernama Abu Jahal yang sangat menentang keras dakwah
Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam. Sampai-sampai dia disebut di dalam
alQur’an dengan laknat dari Allah Subhanahu Wata'ala.
Tapi meskipun begitu abu lahab mendapatkan keringanan di dalam neraka
(yang meskipun keringanan itu juga merupakan azab yang sangat pedih)
karena telah berbahagia akan kelahiran Rasulullah Shollallahu Alaihi
Wasallam ketika itu.

37
Maka dapat kita mengambil pelajaran, bahwa paman Rasulullah
Shollallahu Alaihi Wasallam saja yang merupakan penentang dakwah
Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam tetapi karena dia senang akan
kelahiran nabi Shollallahu Alaihi Wasallam, maka dia mendapatkan
keringanan di neraka sana. Maka bagaimana dengan orang islam itu sendiri?
Yang senang dengan kelahiran beliau? Maka jelas akan mendapatkan ganjaran
pahala yang sangat luar biasa.

3.2 Saran
Dari sini penulis memberikan beberapa masukan yang sekiranya dapat
dijadikan pertimbangan bagi si pembaca. Di antaranya adalah bahwa kita
sebagai umat muslim seharusnya mengetahui nasab dan keturunan beliau,
mengambil pelajaran dari mereka.
Kesabaran dan ketabahan beliau serta bagaimana beliau berinteraksi
dengan keluarga beliau adalah salah satu contoh yang dapat di tiru dalam
kehidupan kita.
Dan juga, sangat disarankan agar kisah seperti ini tetap dijaga dalam
memori kita, di sampaikan kepada siapa saja. Karena dengan begitu, kecintaan
kita kepada berliau Shollallahu Alaihi Wasallam dan keluarga beliau juga tetap
terjaga.

38
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an
Hadits-hadits Nabi Shollallahu Alaihi Wasallam
Syirah Ibnu Hisyam
"Abu-Talib The Greatest Guardian of Islam
Lings, Martin. Muhammad: Kisah Hidup Nabi berdasarkan Sumber Klasik. Jakarta:
Penerbit Serambi, 2002

39

Anda mungkin juga menyukai